• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jembatan precast segmental Box Girder

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jembatan precast segmental Box Girder"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

Perencanaan Bangunan Atas Jembatan Kali Jangkok Dengan Menggunakan Precast Segmental Box Girder

Upper structure design of kali Jangkok Bridge using segmental box girder Sus Mardiana1, I Nyoman Merdana2, Joedono2

1

Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram

2

Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram

Abstrak

Dalam tugas akhir ini dilakukan perencanaan jembatan kali jangkok dengan menggunakan beton prategang box girder. Dimana tipe konstruksi yang digunakan adalah segmental box girder. Penggunan konstruksi ini agar mampu menahan lendutan, geser, dan torsi secara efektif dengan bentang jembatan 40 m.

Perencanaan jembatan ini dimulai dengan penjelasan menggenai latar belakang pemilihan tipe jembatan, perumusan tujuan perencanaan hingga lingkup pembahasan, dan diikuti dengan dasar-dasar perencanaan dimana analisa pembebanan menggunakan RSNI T-02-2005. Dari data-data perencanaan kemudian dilakukan preliminary design dengan menentukan dimensi-dimensi utama struktur atas jembatan. Pada tahap awal perencanaan analisa beban yang terjadi. Analisa beban yang terjadi yaitu analisa berat sendiri, analisa beban mati tambahan, analisa beban lalu lintas, gaya rem, beban pejalan kaki, beban gempa, beban angin, dan anlisa pengaruh waktu yaitu pengaruh creep dan kehilangan prategang. Selanjutnya dilakukan perhitungan penulangan box, kontrol tegangan, lendutan, momen, dan perhitungan geser.

Beban yang diterima oleh box girder 15107,5999 kg/m beban mati (MS), 878,994 kg/m beban mati tambahan (MA), 227500 kg beban lajur “D” (TD) tanpa faktor beban dinamis (FBD), 239750 kg beban lajur “D”(TD) dengan faktor beban dinamis (FBD), 230 kg/m beban merata pejalan kaki (TP), 11375 kg beban akibat gaya Rem (TB), 225 kg/m beban angin (EW), dan 5654,269 kg/m beban gempa (EQ). Box girder memiliki tinggi 2,5 m dengan 12 buah tendon yang terdiri dari 19 buah strands tiap tendon. Diameter stands 15,7 mm dan diameter duct 95 mm. Gaya prategang yang terjadi sebesar 29685,177 kN setalah terjadi kehilangan prategang sebesar 25,53 %.

Kata kunci : segmental box girder, jembatan kali jangkok, beton prategang, pottension prestress

1. PENDAHULUAN

Jembatan kali jangkok dibangun di sungai jangkok. Jembatan ini menghubungkan antara Monjok dan Rembiga kota Mataram. Jembatan ini sangat diperlukan karena mengingat aktivitas masyarakat di sekitar wilayah tersebut semakin meningkat. Jembatan kali Jangkok ini mempunyai bentang 60 m yang dilengkapi dengan pilar. Jadi bentang jembatan terbagi 2 yaitu 20 m dan 40 m. Bentang 40 m cukup panjang sehingga diperlukan gelagar utama yang mampu menahan lendutan.

Saat bentang 40 m ini dibebani dengan beban lalu lintas yang semakin meningkat akan mengakibatkan terjadinya lendutan yang cukup besar pada jembatan sehingga dibutuhkan redesign gelagar utama dengan penampang Box girder. Karena jenis gelagar ini lebih mampu menahan lendutan,

geser, dan torsi secara efektif dibandingkan dengan I girder.

Aktifitas penduduk di daerah Monjok – Rembiga semakin meningkat sehingga dalam pelaksanaan jembatan penghubung daerah tersebut harus cepat selesai agar aktifitas masyarakat tidak terganggu. Maka dari itu perlu direncanakan jembatan yang dalam pelaksanaannya membutuhkan waktu yang singkat. Salah satu alternative agar waktu pelaksanaanya singkat yaitu menggunakan beton pracetak (Precast).

Beton precast terdiri dari elemen-elemen beton yang biasanya disebut dengan precast segmental. Dalam pelaksanaan prestress ini dicetak di tempat lain mengingat keterbatasan waktu untuk pekerjaan prestress sehingga tidak memungkinkan tendon-tendon prategang diangkur di abutmen. Jadi sistem

(2)

2 yang dipilih dalam pelaksanaan prestress ini

adalah sistem posttension.

Dari permasalahan di atas maka perlu dilakukan redesign tentang “Perencanaan Bangunan Atas Jembatan Kali Jangkok Dengan Menggunakan Precast Segmental Box Girder”.

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka

Pengertian jembatan secara umum, adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan seperti lembah yang dalam, alur sungai, danau, saluran irigasi, kali, jalan kereta api, jalan raya yang melintang tidak sebidang, dan lain sebagainya. (Ilham, 2010)

2.2 Landasan Teori

2.2.1

Precast Segmental Box Girder

Elemen Struktural Jembatan Segmental Box Girder terdiri dari beberapa segment yaitu:

a. Pier Segment : Bagian ini terletak tepat di atas abutment.

b. Deviator segment : Bagian ini dibutuhkan untuk pengaturan deviasi tendon.

c. Standard segment : Dimensi standard box girder yang digunakan.

Gambar 2.1 Tipe Segmen Box Girder Sumber : jurnal Prof. Dr.-Ing. G. Rombach, 2002

3. METODE PERENCANAAN

Apabila hasil-hasil dari analisa dan pengolahan data sudah didapat, maka tahap perencanaa desain jembatan bisa dilaksanakan, dengan tujuan mengetahui konstruksi jembatan secara keseluruhan yang tepat sesuai analisa dari data yang telah diperoleh serta penempatan sebenarnya di lapangan terhadap kondisi riil berdasarkan peraturan pelaksanaan jembatan yang telah ditetapkan.

Tahap ini meliputi :

1. Pemilihan lokasi, trase dan bahan konstruksi yang tepat.

2. Perancangan dan gambar detail konstruksi : a. Struktur atas Jembatan

1. Gelagar memanjang 2. Gelagar melintang 3. Rangka induk 4. Plat lantai

5. Sandaran dan trotoir 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Perencanaan Bangunan

Bentang Jembatan : 40 Meter • Lebar Jembatan

: 9(1+7+1) Meter

• Jenis Jembatan Struktur atas jembatan : Box girder

a. Lantai Jembatan

◦ Lebar Lantai Jembatan : 7 Meter

◦ f’c : 25 MPa

◦ Tinggi Plat : 0.25 Meter b. Lantai Trotoar

◦ Lebar Lantai Trotoar : 1 Meter

◦ f’c : 25 MPa

◦ Tinggi Plat : 0.25 Meter 4.2 Perhitungan Bangunan Sekunder

Pembebanan pipa sandaran menggunakan pipa Galvanis dengan diameter 3'' . Jadi berat sendiri pipa sandaran adalah 7.13 kg/m.

Tiang sandaran menggunakan tulang tarik 2D12 dan tulangan tekan 2D12 dengan sangkang berdiameter 10 mm.

Trotoar menggunakan beton rabat dengan berat volume 2200 kg/m3.

4.3 Pembebanan Box Girder 4.3.1 Dimensi Box Girder

(3)

3 Slab Bagian atas tengah:

 B1 = 6.40 m  t2 = 0.25 m Slab atas bagian tepi:

 B2 = 1.3 m  t1 = 0.4 m  t2 = 0.25 m

Tinggi Box girder, H = 2.5 m

Tebal dinding samping, t3 = 0.4 m Slab bawah:

 B3 = 4.31 m  t4 = 0.3

Penebalan pada pertemuan slab  X1 = 0.86 m  Y1 = 0.5 m  X2 = 0.41 m  Y2 = 0.81 m  X3 = 0.99 m  Y3 = 0.21 m  X9 = 0.15 m  Y9 = 0.3 m

Lebar total box, Btot = B1+ 2 x B2 = 9.00 m

Tinggi dinding:

 h = H-t2-t4 = 1.95 m

 a = 1.05 m  c = h+t5 = 2.25 m

4.3.2 Berat sendiri box girder prestress

Berat sendiri box girder di tunjukan dalam Tabel 4.1 Berikut ini:

Tabel 4.1 Pembebanan yang terjadi pada box girder

No. Jenis Beban

Kode Q P M

Keterangan beban (kg/m) (kg) (kg.m)

1 Berat sendiri box bs 12152.025 Beban merata, Qbs 2 Berat sendiri Ms 15107.5999 Beban merata, QMS

3 Mati tambahan MA 858.048 Beban merata, QMA

4 Lajur "D" TD 4921.875 42875.00 Merata dan terpusat

5 Truk "T" TT Beban merata,

6 Beban pejalan kaki TP 250 Beban merata, QTP

7 Gaya rem TB 33005.603 Beban momen, MTB

8 Angin EW 225 Beban merata, QEW

(4)

4 Tabel 4.2 Persamaan momen dan gaya geser

No Jenis Beban Persamaan Momen Persamaan Geser 1 Berat sendiri box

girder = ( − ) = − 2 Berat sendiri (MS) = ( ) = 3 Mati tambahan (MA) = ( − ) = − 4 Lajur "D" (TD) = ( 2 ) + = − + 5 Pejalan kaki (TP) = ( ) = 2− 6 Gaya rem (TB) = = 7 Angin (EW) = ( ) = 8 Gempa (EQ) = ( ) =

Tabel 4.3 Momen pada box girder akibat beban

Jarak Momen Pada box girder prestress akibat beban KOMB. I KOMB. II KOMB. III KOMB. IV

X B.sendiri Mata tamb Lanjur "D" Pendetarian Rem Angin Gempa MS+MA+ MS+MA+ MS+MA+ MS+MA

Ms MA TD TP TB EW EQ TD+TB TD+(EW) TD+TB+ (0.7EW) + EQ (m) (Kg.m) (Kg.m) (Kg.m) (Kg.m) (Kg.m) (Kg.m) (Kg.m) (Kg.m) (Kg.m) (Kg.m) (Kg.m) 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1 294598.20 16731.94 117414.06 4485.00 825.14 4387.50 110258.25 429569.34 433131.70 432640.59 421588.39 2 574088.80 32605.83 229906.25 8740.00 1650.28 8550.00 214862.23 838251.16 845150.88 844236.16 821556.85 3.5 964997.94 54807.83 389416.02 14691.25 2887.99 14371.88 361166.44 1412109.78 1423593.66 1422170.09 1380972.21 5 1321914.99 75079.22 537851.56 20125.00 4125.70 19687.50 494748.55 1938971.47 1954533.27 1952752.72 1891742.76 6.5 1644839.94 93420.00 675212.89 25041.25 5363.41 24496.88 615608.55 2418836.24 2437969.70 2435984.05 2353868.49 8 1933772.79 109830.17 801500.00 29440.00 6601.12 28800.00 723746.45 2851704.08 2873902.96 2871864.08 2767349.40 9.5 2188713.54 124309.73 916712.89 33321.25 7838.83 32596.88 819162.24 3237574.99 3262333.03 3260392.80 3132185.50 11 2409662.18 136858.69 1020851.56 36685.00 9076.54 35887.50 901855.92 3576448.97 3603259.93 3601570.22 3448376.79 12.5 2596618.73 147477.03 1113916.02 39531.25 10314.25 38671.88 971827.50 3868326.03 3896683.66 3895396.34 3715923.27 14 2749583.18 156164.77 1195906.25 41860.00 11551.96 40950.00 1029076.98 4113206.16 4142604.20 4141871.16 3934824.93 15.5 2868555.53 162921.90 1266822.27 43671.25 12789.67 42721.88 1073604.35 4311089.37 4341021.57 4340994.68 4105081.78 17 2953535.78 167748.42 1326664.06 44965.00 14027.38 43987.50 1105409.61 4461975.65 4491935.76 4492766.90 4226693.81 18.5 3004523.93 170644.33 1375431.64 45741.25 15265.09 44746.88 1124492.77 4565865.00 4595346.78 4597187.81 4299661.03 20 3021519.98 171609.64 1413125.00 50000.00 16502.80 45000.00 1130853.82 4622757.42 4651254.62 4654257.42 4323983.44

(5)

5 Tabel 4.4Gaya geser pada box girder akibat beban

Jarak Gaya geser pada Box Girder Prestress akibat beban KOMB. I KOMB. II KOMB. III KOMB. IV

X B.sendiri

Mati

tamb Lanjur "D" Pendetarian Rem Angin Gempa MS+MA+ MS+MA+ MS+MA+ MS+MA

Ms MA TD TP TB EW EQ TD+TB TD+(EW) TD+TB+ (0.7EW) + EQ (m) (Kg) (Kg) (Kg) (Kg) (Kg) (Kg) (Kg) (Kg) (Kg) (Kg) (Kg) 0 302152.00 17160.96 119875.00 5000.00 825.14 4500.00 113085.38 440013.10 443687.96 443163.10 432398.34 1 287044.40 16302.92 21437.50 4370.00 825.14 4275.00 107431.11 325609.95 329059.81 328602.45 410778.43 2 271936.80 15444.87 25577.50 4140.00 825.14 4050.00 101776.84 313784.31 317009.17 316619.31 389158.51 3.5 249275.40 14157.80 21437.50 3795.00 825.14 3712.50 93295.44 285695.83 288583.19 288294.58 356728.63 5 226614.00 12870.72 24812.50 3450.00 825.14 3375.00 84814.04 265122.36 267672.22 267484.86 324298.76 6.5 203952.60 11583.65 97770.13 3105.00 825.14 3037.50 76332.63 314131.52 316343.88 316257.77 291868.88 8 181291.20 10296.58 21437.50 2760.00 825.14 2700.00 67851.23 213850.42 215725.28 215740.42 259439.01 9.5 158629.80 9009.51 21437.50 2415.00 825.14 2362.50 59369.83 189901.95 191439.30 191555.70 227009.13 11 135968.40 7722.43 21437.50 2070.00 825.14 2025.00 50888.42 165953.47 167153.33 167370.97 194579.25 12.5 113307.00 6435.36 21437.50 1725.00 825.14 1687.50 42407.02 142005.00 142867.36 143186.25 162149.38 14 90645.60 5148.29 21437.50 1380.00 825.14 1350.00 33925.61 118056.53 118581.39 119001.53 129719.50 15.5 67984.20 3861.22 21437.50 1035.00 825.14 1012.50 25444.21 94108.06 94295.42 94816.81 97289.63 17 45322.80 2574.14 21437.50 690.00 825.14 675.00 16962.81 70159.58 70009.44 70632.08 64859.75 18.5 22661.40 1287.07 21437.50 345.00 825.14 337.50 8481.40 46211.11 45723.47 46447.36 32429.88 20 0.00 0.00 21437.50 0.00 825.14 0.00 0.00 22262.64 21437.50 22262.64 0.00

4.4 Gaya Prestress, Eksentrisitas Dan Jumlah Tendon

Dipakai tendon 12 tendon (228 stands) spesifikasi BBR dengan type BBR VT CONA CMI SP 1906 dengan diameter duct 95 mm, dengan tebal dinding duct = 2 mm. Gaya prestress saat transfer ( Pt) sebesar 38735.33 kN, Gaya prategang efektif, Peff = 21744.493 kN

4.5 Posisi tendon

a. Posisi tendon di tengah bentang

Gambar 4.18 Posisi tendon di tengah bentang Direncanakan:

 a = 0.2 m

 yd = zo - a = 0.1 m

 Jarak masing-masing baris tendon terhadap alas z1 = a + 2 x yd = 0.4 m

(6)

6 z3 = a = 0.2 m

b. Posisi tendon di tumpuan

Gambar 4.19 Posisi tendon di tumpuan Direncanakan:

 Jarak yd’ harus di sesuaikan dengan jarak minimum spesi antar angkur sehingga di dapat:

yd' = 0.44 m

 a' = 1.040 m

 Jarak masing-masing baris tendon terhadap alas z1' = a' + 2 x yd' = 1.92 m

z2' = a' + yd' = 1.48 m

z3' = a' = 1.04 m

c. Eksentrisitas masing-masing tendon

Eksentrisitas masing-masing tendon dapat dihitung seperti Tabel 4.10 dibawah ini. Tabel 4.5 Eksentrisitas masing-masing tendon

Baris Posisi Tendon zi' Baris Posisi Tendon di zi Baris fi

Tendon di Tumpuan

(m)

tendon Tengah Bentang

(m) tendon = zi' - zi x = 0.00 m x = 20 m 1 z1' = a' + 2xyd' 1.920 1 z1 = a + 2*yd = 0.4 1 1.520 2 z2' = a' + yd' 1.480 2 z2 = a + yd = 0.3 2 1.180 3 z3' =a' 1.040 3 z3= a= 0.2 3 0.840

Posisi masing-masing tendon dapat dilihat pada Tabel 4.13 dihitung dengan persamaan dibawah ini: = −4 ( − )

Tabel 4.6 Posisi tendon

Jarak Trace Posisi Baris tendon

X Z0 Z1 Z2 Z3 (m) (m) (m) (m) (m) 0 1.480 1.920 1.480 1.040 1 1.365 1.772 1.365 0.958 2 1.256 1.631 1.256 0.880 3 1.153 1.498 1.153 0.807 4 1.055 1.373 1.055 0.738

(7)

7 5 0.964 1.255 0.964 0.673 6 0.878 1.145 0.878 0.612 7 0.799 1.042 0.799 0.555 8 0.725 0.947 0.725 0.502 9 0.657 0.860 0.657 0.454 10 0.595 0.780 0.595 0.410 11 0.539 0.708 0.539 0.370 12 0.489 0.643 0.489 0.334 13 0.445 0.586 0.445 0.303 14 0.406 0.537 0.406 0.276 15 0.374 0.495 0.374 0.253 16 0.347 0.461 0.347 0.234 17 0.327 0.434 0.327 0.219 18 0.312 0.415 0.312 0.208 19 0.303 0.404 0.303 0.202 20 0.300 0.400 0.300 0.200 21 0.303 0.404 0.303 0.202 22 0.312 0.415 0.312 0.208 23 0.327 0.434 0.327 0.219 24 0.347 0.461 0.347 0.234 25 0.374 0.495 0.374 0.253 26 0.406 0.537 0.406 0.276 27 0.445 0.586 0.445 0.303 28 0.489 0.643 0.489 0.334 29 0.539 0.708 0.539 0.370 30 0.595 0.780 0.595 0.410 31 0.657 0.860 0.657 0.454 32 0.725 0.947 0.725 0.502 33 0.799 1.042 0.799 0.555 34 0.878 1.145 0.878 0.612 35 0.964 1.255 0.964 0.673 36 1.055 1.373 1.055 0.738 37 1.153 1.498 1.153 0.807 38 1.256 1.631 1.256 0.880 39 1.365 1.772 1.365 0.958 40 1.480 1.920 1.480 1.040

(8)

8 4.6 Tegangan Yang Terjadi Pada Box Girder

1. Tegangan yang terjadi akibat gaya prestress A. Keadaan awal (saat transfer)

Data perencanaan sebagai berikut:

- Mutu beton balok pre-stress, K - 500 Kuat tekan beton,

- = 0.83 = 41.5 MPa

- Kehilangan prategan sebesar 25.53 % = 10177.1068 kN

- Kuat tekan beton pada keadaan awal (saat tranfer),

- = 0.80 = 33.2 MPa

- Tegangan ijin beton tekan, 0.55 x fci' = 0.55 x 33.2 = 18.26 MPa

- Tegangan ijin beton tarik, 0.25 = 0.25 √18.26 = 1.44 MPa

- Gaya prategang awal (Pt) = 38735.33 kN

- Tahanan momen sisi atas (Wa) = 4.06263 m3

- Tahanan momen sisi bawah (Wb) = 2.998 m3

- Momen akibat berat sendiri box girder (Mbs) = 2430405 kg.m = 24304.05 kN.m

- Luas penampang box girder (A) = 4.766 m2

- Eksentrisitas tendon, (es) = 1.138 m

Tegangan yang terjadi akibat gaya prestress adalah sebagai berikut: a. Tegangan di serat atas,

= − + – = − . . + . . . – . . = -3256.4236 kPa = -3.256 MPa

b. Tegangan di serat bawah, = − − + = − . . − . . . + . . = -14729.43 kPa = -14.729 MPa Kontrol

= −3.256 Mpa < Tegangan ijin tekan = 18.26 MPa (Aman) = −14.729 MPa < Tegangan ijin tekan = 18.26 MPa (Aman) B. Keadaan setelah loss of prestress

Kehilangan Prategang total, ∆ = 10177.1068 kN Gaya efektif tengah bentang, = Pj− ∆

= 39862.284 − 10177.1068 = 29685.177 kN

(9)

9 Tegangan yang terjadi akibat gaya prestress setelah terjadi kehilangan prategang adalah sebagai berikut:

a. Tegangan di serat atas, = − + − =− . . + . . . − . . = −3893.308 kPa = −3. 893 MPa b. Tegangan di serat bawah,

= − − + =− . . + . . . − . . = -9394.194 kPa = -9.394 MPa Kontrol

= −3. 893 Mpa < Tegangan ijin tekan = 16.6 MPa (Aman) = −9.394 MPa < Tegangan ijin tekan = 16.6 MPa (Aman) 2. Lendutan Pada Box Girder

Lendutan pada keadaan awal (transfer)

- = = . . = 286.628 kN/m

- =( )=( . )= 121.520 kN/m Lendutan yang terjadi pada saat transfer adalah

= ( − + ) ( ) = ( −286.628 + 121.520) ( . ) = −0.036 m (Lendutan ke atas) Kontrol lendutan = 0.05 m =−0.036 m < = 0.05 m ………..(Aman) Lendutan setelah loss of prestress

- = = . . = 168.969 kN/m

- =( )=( . )= 121.520 kN/m Lendutan yang terjadi setelah loss of prestress adalah

= − + ( ) = ( − 168.969 + 121.520) ( . ) = −0.010 m (Lendutan ke atas) Kontrol lendutan = 0.05 m =−0.010 m < = 0.05 m ………..(Aman) 3. Tinjauan Momen Ultimit Box Girder Prestress

(10)

10 Tabel 4.7 Rekapitulasi Momen balok

Aksi / Beban

Faktor

Beban Momen Momen Ultimit Ultimit M (kNm) Mu (kNm) A. Aksi Tetap

Berat sendiri KMS 1.2 MMS 30215.200 MMS 36258.240

Beban Mati Tambahan KMA 2.0 MMA 1716.096 MMA 3432.193

Susut dan Rangkak KSR 1.0 MSR 15671.043 MSR 15671.043

Prategang KPR 1.0 MPR -33793.859 MPR -33793.859 B. Aksi Transien Beban Lajur "D" KTD 1.8 MTD 14131.250 MTD 25436.250 Beban pedestrian KTP 1.8 MTP 460.000 MTP 828.000 Gaya Rem KTB 1.8 MTB 165.028 MTB 297.050 C. Aksi Lingkungan Pengaruh Temperatur KTE 1.2 MTE 5.815 MTE 6.978 Beban Angin KEW 1.2 MEW 450.000 MEW 540.000 Beban Gempa KEQ 1.0 MEQ 11308.538 MEQ 11308.538

4.3.8.1 Kontrol kombinasi momen ultimit Kapasitas momen balok, (Mr) = 68737.214 kN.m

1) Kontrol tegangan terhadap kombinasi – 1

Aksi tetap + aksi tersien yaitu (MS + MA + SR + PR) + (TD+TP+ TB) Mu = (MS + MA + SR + PR) + (TD + TP + TB)

= (36258.240 + 3432.193 + 15671.043 +−33793.859) + (25436.250 + 828.000 + 297.050) = 48128.917 kN.m

Mu < Mr

48128.917 kN.m < 68737.214 kN.m ……….(Aman) 2) Kontrol tegangan terhadap kombinasi – 2

Kombinasi primer (Kombinasi I) + (0.7 x aksi lingkungan) yaitu kombinsi I + (0.7 x ET) Kapasitas momen balok, (Mr) = 68737.214 kN.m

Mu = (MS + MA + SR + PR) + (TD + TP + TB) + (0.7 ET ) = (36258.240 + 3432.193 + 15671.043 +−33793.859) + (25436.250 + 828.000 + 297.050) + (0.7 6.978) = 48135.895 kN.m Mu < Mr 48135.895 kN.m < 68737.214 kN.m ……….(Aman) 3) Kontrol tegangan terhadap kombinasi – 3

Kombinasi primer (Kombinasi I) + (0.7 x aksi lingkungan) yaitu kombinsi I + (0.7 x EW) Kapasitas momen balok, (Mr) = 68737.214 kN.m

Mu = (MS + MA + SR + PR) + (TD + TP + TB) + (0.7 EW) = (36258.240 + 3432.193 + 15671.043 +−33793.859) + (25436.250 + 828.000 + 297.050) + (0.7 540.000) = 48506.917 kN.m Mu < Mr 48506.917 kN.m < 68737.214 kN.m ……….(Aman) 4) Kontrol tegangan terhadap kombinasi – 4

(11)

11 Kombinasi primer (Kombinasi I) +(0.5 x dua/ lebih aksi lingkungan) yaitu kombinsi I + (0.5 x (ET+EW))

Kapasitas momen balok, (Mr) = 68737.214 kN.m

Mu = (MS + MA + SR + PR) + (TD + TP + TB) + (0.5 (ET + EW)) = (36258.240 + 3432.193 + 15671.043 +−33793.859) + (25436.250 + 828.000 + 297.050) + (0.5 (6.978 + 540.000)) = 48402.406 kN.m Mu < Mr 48402.406 kN.m < 68737.214 kN.m ……….(Aman) 5) Kontrol tegangan terhadap kombinasi – 5

Aksi tetap + satu aksi tersien yaitu (MS + MA + SR + PR) + (EQ) Kapasitas momen balok, (Mr) = 68737.214 kN.m

Mu = (MS + MA + SR + PR) + (EQ)

= (36258.240 + 3432.193 + 15671.043 +−33793.859) + (11308.538) = 66670.014 kN.m

Mu < Mr

6670.014 kN.m < 68737.214 kN.m ……….(Aman) 4.3.9 Pembesian box girder

Penulangan plat dinding tepi box girder digunakan tulangan D 16 – 200, penulangan plat bawah box girder digunakan tulangan D 16 – 200, penulangan plat atas box girder digunakan tulangan D 16 – 200.

5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 kesimpulan

Berdasarkan perencanaan yang di atas dapat di simpulkan bahwa:

1. Beban yang di terima total oleh box girder adalah sebesar 15107,5999 kg/m beban mati (MS), 878,994 kg/m beban mati tambahan (MA), 227500 kg beban lajur “D” (TD) tanpa faktor beban dinamis (FBD), 239750 kg beban lajur “D”(TD) dengan faktor beban dinamis (FBD), 250 kg/m beban merata pejalan kaki (TP), 11375 kg beban akibat gaya Rem (TB), 225 kg/m beban angin (EW), dan 5654,269 kg/m beban gempa (EQ).

2. Dimensi box gider yang di gunakan adalah lebar plat atas 9 m, tinggi box girder (H) 2,5 m, tebal plat dinding tepi (t3) 0,4 m, tebal plat bawah (t4) 0,3 m, tebal plat atas (t2) 0,25 m, tebal plat atas tepi (t1) 0,4 m

3. Tendon yang digunakan sebanyak 12 buah tendon yaitu 6 buah tendon disebelah kiri dan 6 buah tendon di sebelah kanan penampang box girder. Tiap tendon terdiri dari 19 stands dengan diameter 15,7 mm. Jenis angkur yang di pakai adalah spesifikasi BBR dengan tipe BBR VT CONA CMI SP 1906. Diameter duct digunakan berdasarkan spesifikasi BBR yaitu 95 mm dengan tebal dinding duct 2 mm.

5.2 Saran

Berdasarkan pengerjaan tugas akhir ini, saran yang dapat penulis berikan untuk pengembangan lebih lanjut antara lain:

a. Perlu dilakukan perencanaan dengan jumlah rongga box girder yang berbeda sebagai pembanding, sehingga dapat diketahui mana yang lebih efektif dan ekonomis.

b. Perencanaan jembatan dengan box girder sebaiknya dibuat program seperti Q-basic, visual C++ ataupun dengan program lain yang dapat memudahkan perencanaan.

Gambar

Gambar 2.1 Tipe Segmen Box Girder  Sumber : jurnal Prof. Dr.-Ing. G. Rombach, 2002
Tabel 4.1 Pembebanan yang terjadi pada box girder  No.  Jenis Beban
Tabel 4.3 Momen pada box girder akibat beban
Gambar 4.18 Posisi tendon di tengah bentang  Direncanakan:
+2

Referensi

Dokumen terkait

Beban primer adalah beban utama dalam perhitungan tegangan untuk setiap perencanaan jembatan, sedangkan yang mengakibatkan tegangan-tegangan yang relatif kecil daripada

Oleh karena itu direncanakan desain Jembatan THP Kenjeran yang baru menggunakan struktur jembatan bentang panjang menggunakan struktur box girder segmental pratekan

Secara umum, beban “D” akan menjadi beban penentu dalam perhitungan jembatan yang mempunyai bentang sedang sampai panjang, sedangkan beben “T” digunakan

Pada pengujian ini, hasil yang diperoleh dari pengukuran perilaku dinamik dari jembatan berupa frekuensi alami, frekuensi dominan dan lendutan akibat dari beban

pemeliharaan, serta biaya yang ekonomis. Secara global analisis terhadap perilaku struktur jembatan dilakukan pengecekan terhadap mode shape, gaya dalam, lendutan

Idealnya Jembatan Damas dengan panjang total 180 meter yang telah dibangun menggunakan struktur lengkung tersebut akan dimodifikasi seluruhnya menggunakan

Jembatan baja pada umumnya digunakan untuk jembatan dengan bentang yang panjang dengan beban yang diterima cukup besar.. Seperti halnya beton prategang,

Untuk lendutan akibat beban hidup yang diakibatkan oleh beban truk berupa beban titik maka digunakan posisi pembebanan yang memberikan pengaruh maksimum pada tiap bentang