• Tidak ada hasil yang ditemukan

MASALAH DAN DILEMA PERKEMBANGAN RUKO DALAM ARSITEKTUR LINGKUNGAN PERKOTAAN DAN PERMUKIMAN Oleh Christine Wahyuasih M,ST

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MASALAH DAN DILEMA PERKEMBANGAN RUKO DALAM ARSITEKTUR LINGKUNGAN PERKOTAAN DAN PERMUKIMAN Oleh Christine Wahyuasih M,ST"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

chriswahyuasih@yahoo.com , waplm@plasa.com 1

MASALAH DAN DILEMA PERKEMBANGAN RUKO DALAM

ARSITEKTUR LINGKUNGAN PERKOTAAN DAN PERMUKIMAN

Oleh Christine Wahyuasih M,ST

waplm@plasa.com , chriswahyuasih@yahoo.com

ABSTRAK

Mengamati pertumbuhan rumah toko ( ruko , shophouse ) di JABOTABEK belakangan ini memberikan gambaran yang menarik . Didalamnya terlihat adanya aktifitas kota yang selalu ada dari sejak Jakarta masih kuno sehingga sampai sekarang . Tanpa memperhatikan bentuk bangunan tempat terjadinya aktifitas itu terlihat jelas terdapatnya dua aktifitas yang manusiawi sekali untuk komunitas kota .

Perencanaan kota terkadang dari sejak semula telah mengakomodir bentuk bangunan untuk urutan pertumbuhan yang terakhir , yakni bangunan rumah toko yang lantai bawah untuk dagang ( atau dalam kata lain yang bercakupan lebih luas disebut untuk usaha ) dan lantai atas untuk hunian baik 2 lapis atau lebih apabila persil – persil tersebut berada pada sisi jalan yang direncanakan untuk kelebaran tertentu .

Sedangkan pertumbuhan yang sifatnya secara ekonomi alamiah tidak selalu diartikan sebagai perkembangan rumah toko, namun merupakan perkembangan rumah dengan aktifitas ekonomi di dalamnya ( home industry ,

home business dsb ) serta terjadi pada bangunan – bangunan rumah diareal perumahan . Masalahnya sekarang adalah kecenderungan itu masih terjadi dan

(2)

chriswahyuasih@yahoo.com , waplm@plasa.com 2 mungkin akan terus terjadi pada kota – kota kita khususnya Jakarta .

Disini hanya dikemukakan berbagai permasalahan lingkungan yang timbul dari adanya perkembangan ruko di Jakarta dan sekitarnya .

Sekarang RUKO sudah merupakan sebuah wabah yang melanda kota – kota besar di Indonesia . Keberadaan RUKO tidak menjadi masalah selama bangunan itu berdiri terpencar dalam satu lingkungan . Gangguan – gangguan baru timbul jika ruko – ruko terkonsentrasi di satu tempat di tengah – tengah lingkungan yang semula tidak direncanakan untuk jenis bangunan semacam itu . Dampak negatif-nya yang paling menonjol adalah , kemacetan lalu lintas , penurunan keamanan , peningkatan kejorokan dan pencemaran visual lainnya . Contoh contohnya dapat kita jumpai di seluruh pelosok kota Jakarta .

Suatu permukiman bukanlah hanya mengandung arti sebagai suatu tempat tinggal , tetapi merupakan suatu satuan yang kompleks yang melibatkan berbagai unsur – unsur kebudayaan yang mewujudkan bukan hanya kegiatan – kegiatan biologis saja tetapi juga berbagai kegiatan social , ekonomi , politik . agama dan sebagainya . Suatu permukiman dapat dilihat sebagai suatu dunia tersendiri dimana warganya menemukan identitas mereka, merasa aman , nyaman , merasa sebagai makhluk sosial .

Kemajuan jaman menuntut manusia kepada tuntutan kehidupan yang lebih efektif , efisien dan praktis . Hal ini mendorong berkembangnya ruko di seluruh penjuru dunia sebagai alternatif hunian yang dengan kesederhanaan dan kepraktisannya dapat menampung segala aktifitas dengan skala ekonomi kecil ,

(3)

chriswahyuasih@yahoo.com , waplm@plasa.com 3 adanya efisiensi waktu dengan adanya percampuran fungsi hunian dan kerja , dengan efisiensi lahan dan kemudahan pembangunannya .

Kata Kunci : pertumbuhan rumah toko , home industry , home business ,

permasalahan lingkungan yang timbul .

METODE PENELITIAN Fokus Penelitian

Diarahkan untuk mengetahui sejauh mana bangunan Rumah Toko di kawasan Jakarta memilki nilai falsafah arsitektur yang masih dipertahankan dalam perkembangan arsitektur Indonesia yang terus mengarah ke modern . Sedangkan untuk melihat perkembangan aspek desain Rumah Toko Kuno hingga ke bentuk yang lebih Modern dipergunakan Metode Fenomenologi karena akan dapat mengungkapkan keingintahuan peneliti berdasarkan fenomena yang terjadi di masyarakat .

Objek Penelitian

Bangunan Rumah Toko yang mulai mengalami perubahan nilai degradasi dari segi estetika dan fungsi sehingga ” mencemari “ lingkungan sekitarnya dengan penggunaan elemen dekorasi warna dan penempatan yang tidak terencana dengan baik sehingga menimbulkan menurunnya “nilai” dan kualitas dari lingkungan permukiman yang berada di sekitar area ruko tersebut .

(4)

chriswahyuasih@yahoo.com , waplm@plasa.com 4

Kontribusi Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat :

1. Mengetahui sejauh mana perubahan bangunan Ruko di kawasan Jakarta 2. Mengetahui sejauh mana nilai konseptual arsitektur yang masih

dipertahankan pada perubahan bangunan Ruko Kuno menjadi sebuah Ruko Modern dan efeknya pada lingkungan sekitar .

3. Menjadi acuan bagi perkembangan bangunan Ruko di kawasan Jakarta agar tetap mempertahankan nilai konseptualnya sehingga kelak keberadaan Ruko tersebut makin menambah nilai lingkungan bukannya mengurangi nilai lingkungan tersebut .

4. Menjadi acuan bagaimana meningkatkan potensi Ruko seoptimal mungkin tanpa harus mengurangi nilai dan kuaiitas suatu lingkungan permukiman tanpa harus mengabaikan harmoniasasi dengan lingkungan sekitar sehingga diharapkan dapat menjadi titik awal adanya kebijakan khusus berkenaan dengan regulasi pembangunan Ruko yang ideal dan kondusif .

PENDAHULUAN

Kemajuan jaman menuntut manusia kepada tuntutan kehidupan yang lebih efektif , efisien dan praktis . Hal ini mendorong berkembangnya ruko di seluruh penjuru dunia sebagai alternatif hunian yang dengan kesederhanaannya dan kepraktisannya dapat menampung segala aktifitas dengan skala ekonomi

(5)

chriswahyuasih@yahoo.com , waplm@plasa.com 5 kecil , adanya efiseiensi waktu dengan adanya percampuran fungsi hunian dan kerja , dengan efisiensi lahan dan kemudahan pembangunannya .

Dengan latar belakang diatas pembangunan ruko menjadi tidak terkendali , dengan semakin menekannkan aspek ekonomi tanpa memeperhatikan harmonisasi dengan lingkungan sekitar baik dalam penataan fasade , penempatan iklan , garis listplank yang akhirnya mempengaruhi dan mengaburkan identitas bangunan setempat .

Keadaan inilah yang terjadi di kawasaan Tangerang , Ciledug , Pancoran Glodok yang sarat akan nilai sejarah .Perombakan dan pembangunan bangunan lama yang sejalan dengan perkembangan nilai komersil kawasan menjadi tidak terkendali tanpa memperhatikan lingkungan sekitar dengan harmonisasi dan nilai sejarahnya . Yang akhirnya menghilangkan identitas dari kawasan tersebut dan menjadikan kawasan tersebut hanya sekedar sebagai space bukan ”place ”yang dapat dinikmati . Melihat fungsinya , rumah toko yang disingkat dengan ” ruko ” sebagai bangunan niaga yang dalam perkembangannya sejalan dengan perkembangan nilai komersil kawasan , lebih menekankan pada aspek ekonomi dengan mengabaikan harmonisasi dengan lingkungan sekitar nya .

Bangunan ruko atau rumah toko tampaknya makin menjadi kecenderungan orang dalam memiliki rumah pribadi di Indonesia akhir - akhir ini . Di segala penjuru bangunan yang bagi beberapa orang menimbulkan kesan “ sesak napas” ini tampak makin banyak saja .

(6)

chriswahyuasih@yahoo.com , waplm@plasa.com 6 Kebutuhan akan Ruko pada suatu wilayah berhubungan langsung dengan perkembangan ekonomi di wilayah itu yang terbilang cepat .

Persamaan antara ruko – ruko yang ada dikota – kota Indonesia saat ini adalah sama – sama tidak punya halaman serta langsung lengket denggan tetangga di kiri dan kananya . Bisa dikatakan ruko adalah upaya menyiasati lahan sempit dengan mengorbankan kemungkinan memiliki halaman rumah .

Adapun hal yang membedakan antara Ruko lama dengan Ruko Baru adalah jumlah lantainya . Dengan keterbatasan kemampuan enjiniring zaman dulu , ruko kuno umumnya hanya dua lantai sementara ruko modern saat ini bisa terdiri dari beberapa lantai . Bahkan , ruko – ruko di Kota Besar Medan dan sekitarnya ada yang sampai empat dan lima lantai dengan penangkaran burung wallet di lantai teratas .

SEJARAH

Ruko yang sering kita temui diberbagai kota dunia sebagai bangunan komersial konon merupakan bangunan arsitektur Tionghoa .Adaptasi dengan keadaan seempat membuat bentuknya beragam . Dahulu kala pedagang Tionghoa pertama kali datang dengan melalui pelayaran dengan dimaksudkan untuk berdagang rempah – rempah . Mereka kerap singgah di pelabuhan – pelabuhan sepanjang pelayaran mereka sambil menunggu angin yang memungkinkan melanjutkan perjalanan , para pedagang tinggal di daratan dan membangun kelompok permukiman .

(7)

chriswahyuasih@yahoo.com , waplm@plasa.com 7 Konstruksi rumah mereka sama dengan yang pernah mereka tinggali di daerah asalnya . Permukiman tersebut juga dilengkapi dengan bangunan pendukung seperti pasar klenteng dengan itu mereka telah membuat identitas yang unik pada lokasi yang mereka bangun , kawasan komersial masyarakat Tionghoa kerap disebut Pecinan .

Ruko sebenarnya bukan suatu jenis bangunan yang baru timbul akhir – akhir ini ruko adalah istilah atau singkatan yang dipakai untuk menjelaskan fungsi rumah toko , Kalau kita melihat ke belakang , baik yang terjadi di Indonesia maupun di Eropa pada masa lalu , fungsi ruko adalah sama . Ruko timbul karena keadaan nya yang demikian pada masa itu , yakni pemusatan segala macam fasilitas pada suatu lingkungan kota ataupun desa dimana alat atau sistem transportasi komunikasi belum seperti sekarang dan zone usaha , hunian , perdagangan , pemerintahan dan sebagainya berada dalam satu areal yang terbatas.

Sebagai contoh di Batavia , khususnya di Jalan Toko Tiga atau jalan Perniagaan di daerah Glodok , pertumbuhan Ruko dimulai oleh pedagang Cina yang mempunyai pola hidup sebagai pedagang , dimana mereka beranggapan bahwa pada taraf hidup awal , bidang usahanya dapat diurus oleh satu atau beberapa anggota keluarganya dan untuk mempersingkat waktu, maka

(8)

chriswahyuasih@yahoo.com , waplm@plasa.com 8 bangunan dijadikan sebagai tempat usaha atau kantor , toko , gudang yang sekaligus dipakai untuk rumah tinggal .

Ruang paling depan dipakai sebagai tempat untuk usaha sedangkan ruang bagian belakang dipakai untuk Rumah tinggal , juga banyak terdapat rumah bertingkat dimana lantai bawah digunakan untuk usaha dan lantai atas digunakan sebagai rumah tinggal .

KAWASAN GLODOK PANCORAN

Perencanaan yang berwawasan identitas menuntut dilakukannya penggalian dan penemuan kembali secara intensif dan ekstensif tentang kekhasan , kekhususan , keunikan dan karakter spesifik yang menjiwai suatu lingkungan tertentu yang membedakannya dengan lingkungan lain . Jiwa dari kawasan Glodok Pancoran tersebut harus dicari dan diterapkan secara dinamis , kreatif dan inovatif sesuai dengan perkembangan jaman .

Sedangkan krisis diartikan sebagai keadaan memprihatinkan , keadaan sulit yang membahayakan dan mencemaskan masa depan sehingga dapat berarti sebagai keadaan yang memprihatinkan mengenai masa depan dari kekhasan spesifik yang menjiawai kawasan Glodok Pancoran yang harusnya dilindungi dan dikembangkan , sedikit demi sedikit hancur oleh pembangunan yang sedemikian pesatnya . Hal ini terjadi karena kurangnya usaha untuk menggali , mempertahankan dan meingkatkan karakter spesifik dari masing –

(9)

chriswahyuasih@yahoo.com , waplm@plasa.com 9 masing kawasan , kurangnya sikap peka lingkungan yang diakibatkan oleh kurangnya partisipasi masyarakat .

1.LINGKUNGAN

- ORIENTASI LINGKUNGAN

Glodok Pancoran sebagai kawasan tua yang terletak di tengah kota Jakarta , yang masih dapat dilihat melalui arsitektur lingkungannya .

- POTENSI

Glodok – Pancoran yang terletak di pusat kota sehingga letaknya sangat strategis ditengah kota . Dengan demikian lokasinya sangat potensial untuk perdagangan dan perkantoran ( niaga ) . Keadaan ini menyebabkan terjadinya kesemrawutan dalam sirkulasi kendaraan dan parkir .

-VIEW

Tipologi view yng memberikan identitas pada kawasan antara lain seperti ”emerging view” , catch eye , bingkai , dll

Ruko di kawasan Toko Tiga

(10)

chriswahyuasih@yahoo.com , waplm@plasa.com 10

FISIK BANGUNAN - FASADE BANGUNAN

Sangat berpengaruh sebagai pelingkup pembentuk karakter jalan di Glodok Pancoran yng melorong trbentuk oleh ruang antara bangunan dan artikulasi bidang fasade . Karakter ini tercermin melalui pola – pola dominan pada fasade antar lain alignment , bentuk ( aspek ) , irama ( ritme ) , skyline ( garis langit ) dan grain . Citra komersial di jalan Perniagaan , Toko Tiga , Glodok – Pancoran mulai kabur dengan adanya dominasi oleh awning aluminium yang digunakan sebagai sign board ( papan reklame ) sehingga karakter pada fasade mulai mengabur ,demikian juga dengan adanya pembangunan baru yang dilakukan pemilik tanpa mempertahankan karakter fasade lama . Demikian halnya dengan adanya penambahan tinggi bangunan ( sky line ) yang merusak keutuhan karakter Geometrikal ( skala dan morfologi ruang ) .

Fasade di Pancoran – Glodok secara sederhana dapat digolongkan sebagai mana berikut ini :

1)Berdasarkan Fungsi - Fasade Bercitra Komersial -Fasade Bercitra non komersial

2)Berdasarkan elemen fasade yang ditonjolkan -Fasade yang menonjolkan bentuk ( form )

(11)

chriswahyuasih@yahoo.com , waplm@plasa.com 11 -Fasade yang menonjolkan skala ( scale )

-Fasade yang menonjolkan garis ( line ) -Fasade yang menonjolkan simetri 3)Berdasarkan artikulasi bidang fasade -Fasade ”bisu”dinding polos

-Fasade dinding dengan artikulasi ornamen -Fasade dengan artikulasi bukaan

-Fasade dengan artikulasi bukaan dan ornamen

Grain merupakan faktor yang masih terasa sangat kuat , hal ini disebabkan

pengembangan dan perubahan yang masih dilakukan oleh masing – masing kepemilikan , sehingga lay-out tampak masih dapat dibedakan antara bangunan yang satu dengan bangunan lain.

Streetscape

Bidang pelingkup streetscape dalam area perencanaan termasuk pelingkup Hard Edge yaitu yang terdiri dari tembok , kayu , dan bidang alas perkerasan . Selain itu juga dibentuk oleh pola – pola berbagai urban fabric lainnya seperti skala ruang , warna garis - garis dan sebagainya .

(12)

chriswahyuasih@yahoo.com , waplm@plasa.com 12 Adanya kesan melorong dengan tepian ( edges ) di sisi – sisi jalan sebagai pelingkup , dengan skala 1 : 1 antara tinggi bangunan dengan lebar jalan Pancoran Glodok yang berskala manusiawi dengan kenyamanan pejalan kaki pada beberapa bagian terputus

TownScape

Karakter kawasan tidaklah bersifat ”Homogen” , adanya keanekaragaman dalam kesatuan , dengan adanya berbagai pola dalam identitas .

Elemen Spesifik Parkir

Tidak dijumpai adanya kantong – kantong parkir sehingga yang dapat dimanfaatkan adalah pinggiran jalan dan pedestrian sebagai area parkir . Hal ini

Ruko Pancoran

(13)

chriswahyuasih@yahoo.com , waplm@plasa.com 13 sangat menggangu baik terhadap sirkulasi kendaraan maupun kenyamanan sirku lasi pejalan kaki .

Street Furniture

Penempatan lampu jalan yang kurang profesional dalam skala ruang , sehingga Keberadaanya mengganggu keutuhan ruang kawasan . Demikian juga dengan penempatan pot bunga dengan perletakan tanpa pola dan bentuk dan kebersihannya cukup mengganggu secara visual .

TINJAUAN KHUSUS RUKO

PENGERTIAN RUKO

Ruko adalah salah satu jenis bangunan berasal dari kata rumah dan toko . Rumah yang berarti tempat berhuni dan toko yang berarti ruang untuk kegiatan usaha , jadi ruko dapat dikatakan sebagai sebuah bangunan ;yang menggabungkan fungsi hunian dan kerja dalam satu tempat . Dengan titik tolak yang sederhana ini , menyebabkan ruko dalam perkembangannya menjadi sangat pesat . Disamping praktis dan murah , fungsi ruko mampu menampung kegiatan dalam skala ekonomi kecil .

Ruko Disekitar

(14)

chriswahyuasih@yahoo.com , waplm@plasa.com 14 Tipologi dari ruko yang biasanya dikenal :

1. Realtif sempit dengan massa bangunan yang memanjang kebelakang . 2. Kedua sisinya masih saling berdekatan yang menyebabkan kualitas

dalam bangunan rendah .

PERKEMBANGAN RUKO DI INDONESIA

Perkembangan ruko di Indonesia dimulai sejak tahun 1800-an di daerah daerah komersil setiap kota yaitu oleh saudagar – saudagar besar yang berdagang diatas lahan mereka yang berbentuk melebar . Dengan pemanfaatan lahan depan untuk toko dan sisi belakang lahan untuk fungsi hunian .

Sejalan dengan perkembangan jaman , dimana harga tanah semakin mahal dan terbatas . Saudagar – saudagar tersebut kemudian membagi lahan mereka kebelakang untuk dijual .Dengan terbatasnya lahan lahan , dilakukan usaha untuk menaikkan bangunan yang memisahkan fungsi hunian diatas dan fungsi toko / kerja dibagian bawah . Susunan ruko inilah yang menciptakan suatu kawasan perdagangan .

Semakin berkembangnya kawasan tersebut , menyebabkan nilai ekonomis kawasan meningkat . Pembangunan ruko menjadi tidak terkendali , kurang memperhatikan syarat hunian dan non hunian yang bercampur dalam kawasan tersebut , yang menyebabkan terbentuknya bangunan yang tidak manusiawi dan menghilangkan identitas lingkungannya.

(15)

chriswahyuasih@yahoo.com , waplm@plasa.com 15

Pengertian Bangunan Niaga

Niaga dapat diartikan sebagai perdagangan , pertukaran dan distribusi barang dan jasa . Jadi bangunan niaga dapat diartikan sebagai sebuah wadah / ruang yang menampung kegiatan perdagangan , pertukaran dan distribusi barang dan jasa . Lokasi dari bangunan niag dijumpai pada ¼ jalan kota yang digunakan sebagai jalan raya utama .Dengan melihat fungsi dan lokasi dari bangunan niaga tersebut maka desain dan penataan bangunan niaga lebih menekankan pada aspek ekonomi .

Faktor – faktor ekonomi tersebutlah yang menjadi titik tolak dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan desain bangunan .

PENATAAN RUKO SEBAGAI BANGUNAN NIAGA

Dengan menimbang fungsi ruko sebagai salah satu bangunan niaga , dimana faktor ekonomi sangat mempengaruhi desain , maka aspek ekonomi menjadi titik tolak dalam penataannya , yaitu :

1. TEMPAT

- Penggunaan tertinggi dan terbaik : yaitu efisiensi tempat dengan penggabungan fungsi usaha dan bermukim . Pemanfaatan lahan yang maksimal dengan KDB hampir mencapai 100% .

- Parkir dan Sirkulasi : sebagai pendukung dari aktifitas kegiatan perdagangan . Pertimbangan sirkulasi pejalan kaki dan sirkulasi kendaraan dengan jumlah ruang yang disediakan .

(16)

chriswahyuasih@yahoo.com , waplm@plasa.com 16 -Kenyamanan : kenyamanan fungsi hunian dan usaha yaitu kenyamanan

dari pengunjung dan penghuni bangunan .

-Estetika : pertimbangan pada perancangan terhadap lingkungan dan masyarakat seperti bahan – bahan , privacy dan gaya .

-Rancangan dan citra alam : yaitu menetapkan suatu citra yang nyata bagi berbagai kelompok pemakai merupakan bagian dari kebudayaan setempat .

2.PEMASARAN

-Citra : yaitu citra fasade dari suatu bangunan memberi petunjuk yang kuat bagi masyarakat yang melintas dengan mencerminkan fungsi bangunan tersebut sebagai bangunan niaga , penempatan iklan atau papan nama .

-Kenyamanan : mutu dan kenyamanan yang merupakan faktor ekonomi terpenting baik dalam hal kemudahan sirkulasi , pencapaian dan kenyamanan ruang .

-Rencana Bangunan dan rencana unit : yang mencakup tahap perancangan bangunan termasuk type sirkulasi , lokasi , entrance , ukuran bangunan , penempatan tangga , ukuran dan bentuk unit dari ruko – ruko .

-Sistem Bangunan : Modul – modul yang praktis dengan pertimbangan fungsional .

(17)

chriswahyuasih@yahoo.com , waplm@plasa.com 17 - Pertimbangan perekayasaan : yang menyangkut pemakaian energi dan

keputusan teknis mengenai orientasi , pelapis sisi luar , atap dan pengembangan .

- Perawatan dan perbaikan : menyangkut pemakaian bahan bangunan

-Fleksibilitas dan perluasan : adanya pertimbangan penambahan lantai dan kenyamanan kepada pemakai bangunan yang didasarkan pada efisiensi dan fungsional pergerakan .

PENDEKATAN DI LAPANGAN

Ruko – ruko sepanjang jalan Pancoran – Glodok merupakan percampuran antara ruko lama dan ruko baru yang didirikan tanpa mempertimbangkan harmonisasi lingkungan dan skala manuasiawi dengan suasana pada beberapa jalur di kawasan yang sudah didominasi oleh papan reklame yang berdasarkan perkembangannnya dapat dikelompokkan dalam :

1. RUKO LAMA

Studi kasus adalah bangunan ini yang didominasi oleh warna putih pada dinding dan warna peach pada kolom. Dengan meninjau fasadenya , bangunan hanya sedikit mengalami perubahan yaitu perubahan pada entrance bangunan yang disesuaikan dengan perubahan fungsi bangunan sebagai kantor yang didominasi kaca .

Ruko L

(18)

chriswahyuasih@yahoo.com , waplm@plasa.com 18 Tidak adanya penambahan elemen yang menyolok hanya berupa kabel – kabel listrik yang melintang pada dinding fasade bangunan tepat pada garis listplank.

RUKO LAMA YANG MENGALAMI PERUBAHAN

Studi kasus adalah Ruko di daerah Tangerang yaitu bangunan bergaya cina dengan bukaan dan sedikit ornamentasi dengan dominasi warna putih pada dinding bangunan dan warna biru pada bingkai jendela . Dengan meninjau fasadenya , bangunan mengalami perubahan yaitu perubahan pada entrance bangunan yaitu pemanfaatan besi warna coklat. Demikian juga dengan adanya pelapisan kolom arcade dengan keramik berwarna . Adanya penambahan elemen menyolok , yaitu penempatan papan nama ( sign board ) aluminium tepat diatas entrance dan melintang keluar bangunan dengan warna yang menyolok. Tidak adanya perubahan pada arcade , dan pembuatan pedestrian yang lebih tinggi dibanding dengan peil arcade.

(19)

chriswahyuasih@yahoo.com , waplm@plasa.com 19

RUKO BARU

Studi kasus adalah bangunan ruko ini yaitu bangunan bergaya modern berlantai lebih dari 3 . Bangunan didominasi warna putih . Bangunan ini dalam perkembangannya juga mengalami banyak perubahan yaitu penambahan 2 lantai pada bangunan dengan gaya yang berbeda antar tiap lantainya baik warna , bentuk dan ukuran jendela maupun pemakaian kanopi . Adanya penambahan elemen yang menyolok , yaitu penempatan papan nama ( sign board ) aluminium tepat diatas entrance dengan bagian lantai 2 yang menjorok ke luar bangunan sebagai showing area dan juga penempatan papan iklan melintang ke luar bangunan baik berupa papan nama dan penghilangan fungsi arcade . Area pedestrian dengan jarak sekitar 4 meter dijadikan sebagai area parkir .

DILEMA BGN RUKO

Ruko Baru yang

(20)

chriswahyuasih@yahoo.com , waplm@plasa.com 20 Banyak orang yang mengatakan bahwa kebutuhan Ciledug dan Tangerang saat ini adalah Ruko . Kebutuhan akan ruko ini berhubungan langsung dengan perkembangan ekonomi di wilayah itu yang terbilang cepat . Bisa dikatakan , hampir semua pemilik Ruko di Ciledug Tangerang adalah warga Tionghoa yang mencari nafkah dari jual beli barang . Perkembangan ruko ini terjadi seperti juga di tempat lain di Indonesia. Penggemar Ruko umumnya warga Tionghoa yang profesinya jual – beli .

Persamaan antara ruko – ruko yang ada di Pancoran dengan Tangerang saat ini adalah ,sama –sama tidak punya halaman serta langsung lengket dengan tetangga di kiri dan kanannya . Bisa dikatakan rukoadalah upaya menyiasati lahan sempit dengan mengorbankan kemungkinan memiliki halaman rumah . Adapun perbedaan antara Ruko di Pancoran dan Ciledug adalah jumlah lantainya . Dengan keterbatasan enjiniring zaman dulu , ruko kuno umumnya hanya dua lanatai semenara ruko ruko modern saat ini bisa terdiri dari beberapa lantai .

Menurut pengalaman seorang arsitek dalam mendesain sebuah ruko ”baru” baik didaerah kota besar maupun di Jakarta pemilik ruko umumnya orang yang berfikir sangat sederhana , bagi mereka ,tempat tinggal adalah tempat untuk dia tidur dan punya alamat . Kalau bisa kerepotan yang timbul dari sebuah rumah harus dieliminasi semaksimal mungkin .

Tipe – tipe orang yang berminat tinggal di ruko umumnya betul – betul tidak mau punya pohon .Bagi mereka , pohon hanya akan menimbulkan berbagai masalah

(21)

chriswahyuasih@yahoo.com , waplm@plasa.com 21 seperti hama dan ulat. Tanah-pun kalau bisa diperkeras dengan concrete

block agar tidak ada cacing masuk ke rumah mereka .

Walau begitu , bukan berarti tipe – tipe orang pemilik ruko tidak suka pepohonan , mereka cenderung membedakan betul antara tempat tingal dan tempat peristirahatan . Para pemilik ruko suka liburan ditempat yang banyak pepohonannya , namun dalam perancangan rumah tinggal dan rumah perisitirahatan , semua teori arsitektur dalam hal keindahan rancangan arsitektur akan dilanggar . Misalnya dalam soal ukuran dan posisi jendela . Hasil rancangan seorang arsitek se ring ditolak mentah – mentah oleh orang – orang calon pemilik ruko . Alasan mereka , jendela itu terlalu besar menimbulkan kemungkinan pencuri masuk dan lain – lain . Akibatnya selain ukuran jendela yang dipakai tidaklah ideal untuk sebuah rumah indah dan sehat , jendela itu pun masih dilapisi aneka besi teralis yang desainnya sama sekali tidak menyatu dengan sekitarnya . Dibelakang besi teralis masih dipasang pula aneka kawat kasa untuk menolak serangga masuk . Lebih parah lagi , selera warana antara pemilik ruko sering sangat beragam . Deretan ruko yang ada di Indonesia umumnya terdiri dari deretan bangunan yang warnanya ” saling berperang ” satu dengan yang lain , pendeknya , seorang pemilik ruko semata berpikir secara ekonomis dalam hal apa pun .

(22)

chriswahyuasih@yahoo.com , waplm@plasa.com 22 Itulah sebabnya , bangunan ruko umumnya dicap sebagai bangunan yang merusak tata kota dan juga merusak pemandangan kota secara keseluruhan . Bangunan ruko dianggap sebagai gudang yang dihuni manusia . Susahnya , justru bangunan rukolah yang kini makin banyak dibangun .

Ada seorang kontrator yang sering membangun ruko menolak untuk disebut sebagai biang rusaknya tata kota dengan membangun banyak bangunan jenis ini . Menurut kontraktor tersebut keinginan seseorang akan kota yang indah dan keinginan orang memiliki sebuah bangunan pribadi seharusnya tidak bertolak belakang .

Ilmu Arsitektur itu untuk kita atau kita ini yang mengabdi pada ilmu arsitektur ? Apakah masuk akal kalau kita menolak orang yang ingin mem.bangun ruko semata dengan alasan tidak indah . Janganlah kita diperbudak teori yang tidak membumi . Pesatnya perkembangan bangunan Ruko sebenarnya adalah ciri majunya perkembangan ekonomi suatu wilayah . Masalah indah dan tidak indah sebenarnya adalah masalah persepsi dan kebiasaan yang muncul .

Kota Paris itu sebenarnya kumpulan ruko , Lalu mengapa Paris bisa indah ? Itu karena Paris sangat teratur dan ada persepsi kita bahwa Paris memang indah . Selain itu , Paris punya aturan yang ketat pada bangunan – bangunan yang ada . Semua bangunan disana menyatu satu dengan yang lain karena orang tidak bisa sembarangan menentukan bentuk bangunannya sendiri . Untuk renovasipun ,

(23)

chriswahyuasih@yahoo.com , waplm@plasa.com 23 harus seperti bentuk lamanya . Bangunan baru hanya boleh di Paris Baru

yang terletak di luar Paris Lama .

Alangkah indahnya bila konsep tersebut dapat diaplikasikan di Indonesia , andaikata wilayah Glodok Pancoran , Tangerang Kota diberlakukan hal yang sama seperti kota Paris ,maka nilai arsitektural wilayah tersebut dapat berkembang pesat dan dapat menjadi wilayah permukiman wisata sekaligus perdagangan seperti halnya Paris dan Singapura . Hal yang sangat diperlukan agar hal tersebut dapat terwujudkan adalah dibuatnya aturan yang mengatur dengan ketat regulasi pembangunan ruko . Ruko baru janganlah dialrang , karena itu berarti mengusir datangnya uang di sebuah kota . Regulasi seperti di Kota Paris tentang keserasian bentuk sebaiknya mulai dilakukan .

Soal pepohonan , pemerintah kota bisa mengakalinya dengan pohon – pohon di trotoar . Ruko – ruko di Paris , Singapura , Amsterdam-pun umumnya tidak punya halaman . Tetapi . pohon – pohon di tepi jalannya membuat suasana secara keseluruhan tidaklah gersang . Perlu adanya kompromi antara rancangan indah sehat dengan kebutuhan nyata saat ini . Secara lebih mendetail Jongki Wardiman dari Adraph Studio Jakarta ( Kompas 20 Desember 200 ) menganjurkan agar dibuat kesepakatan nasional untuk bangunan Ruko , terutama menyangkut garis sepadan bangunan , Saat ini garis sepadan bangunan atau posisi dinding terdepan sebuah bangunan , sering diutak utik seenaknya oleh seorang pemilik bangunan demi mendapatkan luas ruang yang lebih besar . Tetapi , soal tinggi bangunan ruko harus ada kebijaksanaan khusus

(24)

chriswahyuasih@yahoo.com , waplm@plasa.com 24 . Untuk daerah Pancoran Glodok misalnya , kalau dibatasi hanya maksimal 2 lantai , bisa – bisa semua penghuni kabur dan kawasan itu jadi mati . Tapi di kawasan dekat bandara misalnya , jelas harus ditegaskan tidak boleh ada ruko yanig tinggi . Sama sekali !. Bangunan Ruko memang masih juga dianggap sumber keruwetan sebuah kota . Tapi bagaimanapun juga , ruko adalah sebuah kebutuhan nyata . Dan sebuah kebutuhan memang harus di penuhi .

oa

Mirip dengan daerah Kota di Pancoran Glodok , mayoritas penghuni daerah Tangerang Kota ini juga adalah etnik –

Tionghoa. Ruang –ruang di dalam rumah sederhana ini pun menunjukkan suatu sisi pemikiran praktis dan efisien dalam penataan , hal yang dipandang tidak perlu , seperti penghijauan tidak

menjadi perhatian .

Ruko di daerah Tangerang – Ciledug juga mengalami perkembangan dalam

segi penggunaan material dan lain – lain . Sebagai contoh pada gambaran

ini , ruko ini telah menggunakan perwajahan yang berbeda dengan ruko di daerah lain di kota yang sama

, namun secara esensial ,sifat praktis tampak pada pengaturan tidak disediakannya sarana penghijauan .

Perkembangan ruko di Tangerang Ciledug sampai pada tahap yang seharusnya membutuhkan keteraturan

dalam penataannya .

Ruko di jalan, tenda PKL yang terlalu

besar cenderung menutupi fasad

(25)

chriswahyuasih@yahoo.com , waplm@plasa.com 25 Pedagang Tionghoa merupakan faktor cukup penting dalam tumbuhnya kota – kota tersebut, terutama kota dagang . Kedatangan mereka pertama kali terangkai dengan pelayaran yang dimaksudkan untuk berdagang , misalnya untuk berdagang rempah - rempah . Mereka kerap singgah di pelabuhan – pelabuhan sepanjang pelayaran mereka . Sambil menunggu angin yang memungkinkan melanjutkan perjalanan , para pedagang itu tinggal di daratan dan membangun kelompok permukiman .

Kontruksi rumah mereka sama dengan yang pernah mereka tinggali di daerah asalnya. Permukiman tersebut juga dilengkapi bangunan pendukung seperti

Rumah Toko yang kerap kita temui di berbagai kota dunia sebagai bangunan komersial , konon merupakan bangunan arsitektur Tionghoa . Adaptasi dengan keadaan setempat membuat bentuknya

(26)

chriswahyuasih@yahoo.com , waplm@plasa.com 26 pasar dan klenteng . Dengan itu , mereka telah membuat identitas yang

unik pada lokasi yang mereka bann gun . Dengan latar inilah kawasan komersial masyarakat Tionghoa kerap disebut Pecinan bersama dengan kampung – kampung penduduk asli , pusat pemerintahan dan pasar menjadi elemen pembentuk kota .

Menyadari potensi tersebut kawasan komersial yang dihuni pedagang Tionghoa dikonstruksi pula untuk mendorong aktivitas komersial serta pengembangan sebuah kota .

Bangunan Rumah Toko ( Ruko )- lah elemen penting kawasan pedagang Tionghoa . Bangunan khas yang dulu hanya dibangun di kawasan permukiman Tionghoa ini dianggap tepat untuk beraktifitas komersial , sekaligus untuk tinggal di kota. Fungsi campuran itu membuat bentuk ruko dianggap efektif , pemilik toko bisa mengawasi langsung barang dagangannya saat malam hari , mengurangi biaya transportasinya karena tidak perlu berpindah dari rumah ( kalau berada di daerah lain ) ke toko , dan bila dibutuhkan mudah mendapat bantuan dari anggota keluarga lain .

Organisasi ruang di dalamnya mungkin berbeda – beda antar daerah , tetapi elemen perkotaannya seperti letaknya yang berhadap – hadapan mengapit tegak lurus jalan , berada tepat di tepi jalan , dan dibangun berderet ( Widodo 2004 ) , merupakan unsur yang permanen yang ditemui di daerah – daerah tersebut . Deretan Ruko bisa terkonsentrasi dalam satu kawasan dan membentuk blok , ataupun linier mengikuti suatu ruas jalan tertentu .

(27)

chriswahyuasih@yahoo.com , waplm@plasa.com 27 Ruko biasanya dibangun penuh di ats suatu persil memanjang serta di

apit langsung ruko tetangganya sehingga ruko hanya memiliki satu fasad muka di atas tepi jalan .

Fasad depan arsitektur ruko tidak lebar , rata – rata 4 m – 6 m , sedang kedalamannya dapat mencapai 20 m . Di beberapa kota ada yang muka lantai yang pertama ruko dimundurkan kira – kira 2 m dan ruang yang dihasilkan dimanfaatkan untuk sirkulasi , Lantai 2 yang kemudian lebih lebar berfungsi sebagai peneduh . Ruko model ini lantas menyerap kehadiran aktivitas komersial yang menggunakan kotak – kotak tidak permanen sebagai etalasenya , kemudian di sebut Pedagang Kaki Lima ( PKL ) . Konstruksi baru yang muncul seiring dengan perkembangan kota biasanya juga bercampur dengan kultur setempat .

Ruko dengan satu fasad muka diatas tepi

(28)

chriswahyuasih@yahoo.com , waplm@plasa.com 28 Karakter campuran ruko yakni sebagai rumah tinggal dan komersial ,

membuatnya dapat beradaptasi dengan kota modern . Keberadaan ruko dapat dimanfaatkan untuk menghidupkan suatu kawasan misalnya Ketandan di Yogyakarta dan Gang Lombok di Semarang semuanya bertransformasi selain menjadi kawasan komersial juga menjadi kawasan wisata pecinan dan kawasan wisata makanan tradisional .

Karakter komersialnya yang dapat dibangun di tepi jalan diatas lahan kecil memiliki peran penting dalam menciptakan kantong – kantong komersial kota tidak lagi terbatas pada permukiman atau kawasan Tionghoa , sayangnya kadang lebih mengutamakan pertimbangan meminimalkan biaya konstruksi sehingga nilai estetika dan kenyamanan pada ruko – ruko tua lantas diabaikan . Banyak ruko yang dibangun dengan tingkat lebih dari dua , namun tidak lagi disertai dengan lubang udara atupun halaman belakang terbuka sehingga tidak ada sirkulasi udara dan penerangan alami untuk lantai – lantai bawah . Tantangannya sekarang menghasilkan bentukan yang nyaman untuk dimanfaatkan dan atraktif untuk menciptakan wajah kota yang menarik serta hidup .

RUKO DAN PERSYARATANNYA

Ada beberapa gejala yang timbul , terutama untuk ” Menyebarkan ” kegiatan yang padat di pusat kota . Kalau dinilai dari prinsip dasar , mana yang diprioritaskan rumahnya atau tokonya ? Ruko timbul karena gejala

(29)

chriswahyuasih@yahoo.com , waplm@plasa.com 29 perekonomian hal tersebut sudah lama ada namun baru diangkat pada

akhir – akhir ini . Sehingga pedoman peraturan maupun standar nya belum disusun . Sebab timbulnya ruko ada beberapa hal yang digunakan untuk melihat tingkat prioritas yang diutamakan rumah atau tokonya . Dalam hal ini dicoba diungkapkan melalui tiga aspek yaitu pemilik , konsumen dan bahan / materi yang ” diajajakan ” .

PEMILIK tuntutan utama adalah banyak konsumen yang akan berbelanja atau

ramai dengan pengunjung , untuk itu harus dengan mudah pencapaiannya , hal ini berhubungan dengan kemudahan transportasi , baik angkutan umum , pribadi dan tempat parkir ( yang tersebut ini adalah persyaratan lokasi ) . Untuk persyaratan bangunan tentu saja tata ruang atau interior sangat menari k dan nyaman , mudah mencari / menemukan bagi konsumen . Perlengkapan ruang maupun perlengkapan bangunan ( gudang , toilet , parkir dll )

KONSUMEN tuntutan untuk lokasi dan bangunan tidak berbeda seperti yang

harus ” disediakan ” pemilik , hanya pencapaian mudah dari rumah tinggal ke tempat berbelanja atau transportasi sangat mendukung ( sarana dan prasarana angkutan ) .

BAHAN / BARANG DAGANGAN , jenis yang sangat umum untuk Ruko yang

terdapat di lingkungan perumahan berupa bahan – bahan kebutuhan pokok seperti sandang , pangan , kelontong dan jasa . Untuk jasa inipun tertentu , sesuai peraturan yang berlaku terutama yang merupakan kebutuhan lingkungan seperti praktek dokter , salon , bengkel sepeda , apotik . Tentu saja jenis

(30)

chriswahyuasih@yahoo.com , waplm@plasa.com 30 dagangan ini dapat mempengaruhi laku tidaknya toko tersebut , misalnya

harga bersaing , pelayanan promosi / reklame / iklan sangat mempengaruhi juga . Dengan laku tidaknya dagangan akan menentukan laku tidaknya Ruko tersebut . Untuk itu perlu adanya studi kelayakan yang dapat dipertanggungjawabkan bahwa Ruko tersebut akan laku yang berarti dagangannya juga laku . Jadi dari segi pemasaran sangat menentukan, kalau tepat tentu saja berhasil .

RUKO DI LINGKUNGAN PERMUKIMAN

Dari tinjauan diatas , maka untuk Ruko di lingkungan Permukiman akan memebrikan akibat , baik sosial maupun ekonomi dan budaya bagi lingkungan dimana dia berada .

1. KEHIDUPAN PANJANG

Dimaksudkan bahwa Ruko yang jam bukanya dari jam 8.00 s/d 21.00 berarti kegiatan perdagangan tersebut berjalan dari jam buka sampai tutup . Dalam jam tersebut ada jam sibuknya sekitar 9.00 s/d 12.00 dan jam 17.00 s/d 19.00 . Kalau seandainya dipilih lokasi yang mengelompok dengan kegiatan lain seperti bioskop , rumah makan dan sebagainya akanmenghidupkan suasana lingkungan karena kecuali hunian juga perdagangan yang selalu ramai .

2. MENCIPTAKAN KEMUDAHAN

Kemudahan yang dimaksud adalah kemudahan dalam memperoleh pemenuhan kebutuhan yang bersifat material maupun jasa , bagi penghuni perumahan pada radius pengaruh pelayanan yang terjangkau di sekitarnya .

(31)

chriswahyuasih@yahoo.com , waplm@plasa.com 31 Dalam lingkungan perumahan , biasanya antara penghuni tidak saling

mengenal , namun dengan adanya Ruko sebagai tempat ”Bertemu ” tanpa kesengajaan akan saling tahu dan mengenal bahwa mereka tinggal pada komplek perumahan yang sama . Meskipun tidak jarang terjadi karena perbedaan suku antara mereka tidak saling mengenal . Dan memang ini adalah gejala kehidupan urban .

4. MENCIPTAKAN LAPANGAN PEKERJAAN

Sebenarnya lapangan kerja yang diperuntukkan bagi tenaga kerja yang tinggal di kompleks perumahan maupun sekitarnya . Kendati demikian mungkin akan datang tenaga – tenaga dari luar . Sehingga Ruko ini juga merupakan tempat pelayanan ke luar atau merupakan area transmisi bagi lingkungannya seperti halnya para konsumen . Lapangan kerja ini sebenarnya diperuntukkan bagi mereka yang berpenghasilan rendah atau yang membutuhkan pekerjaan .

5.FUNGSI GANDA , UNTUK HUNIAN DAN USAHA

Dengan fungsi ganda ini mengakbatkan beberapa hal negatif , terutama dalam persyaratan hunian dari segi kenikmatan dan kesehatan . Karena beberapa hal menjadi terganggu , misalnya organisasi / hubungan ruang , penghawaan , pencahayaan serta ukuran dan sirkulasi dalam ruang menjadi kurang nyaman dan dan kemungkinan mempengaruhi kesehatan . Tentu saja bau dari barang – barang dagangan akan menyengat bagi orang yang tidak

(32)

chriswahyuasih@yahoo.com , waplm@plasa.com 32 biasa , kecuali barang dagangan tidak berbau , kendatipun semuanya

itu kalah dengan ” demi usahanya ”

Sehingga fungsi ganda ini menguntungkan , karena bagi pemiliknya dapat selalu mengawasi barang dagangannya yang berdekatan dengan tempat kerja / usahanya .

6. MEMBERI DAYA TARIK BAGI KONSUMEN

Bagi konsumen rumah yang berminat membeli rumah sekalian dengan tempat usaha pertokoan , hal ini sangat mengntungkan . Berarti dari satu pihak , developer beruntung karena Rukonya laku dan di lain pihak konsumen terpenuhi keamanannya . Namun dari keduanya yang sama – sama terpenuhi harapannya belum tentu memberikan akbat baik bagi perkembangan nantinya , terutama dalam hal kelangsungan usaha . Karena bagi pemilik Ruko untuk mempertahankan usahanya harus didukung faktor – faktor yang lain.

Kalau diatas merupakan beberapa akibat yang baik maka berikut ini merupakan gejala kecenderungan kurang baik :

1. Kemungkinan mengurangi keserasian lingkungan bahwa pengembangan permukiman erat sekali berkaitan dengan perkembangan sosial ekonomi

(33)

chriswahyuasih@yahoo.com , waplm@plasa.com 33 dan sosial budaya manusia pada jamannya . Perkembangan Ruko

yang menjamur merupakan tantangan yang perlu dipecahkan , meskipun tiap kawasan memiliki tantangan yang berbeda – beda .Dari kodratnya evolusi budaya manusia itu oleh para pakar antropologi dikatakan bahwa tidak begitu banyak mengubah sifat - sifat biologis dari manusia itu sendiri . Mereka tanpa sadar ” Memisahkan ” dari unsur – unsur lingkungan alaminya sehingga dirasakan tidak manusiawi lagi apabila tidak menjadikan lingkungan alami . merupakan bagian yang integral dari lingkungan binaan manusia. Atau pengembangan permukiman tidak memperhatikan tiga tuntutan ekologis , yaitu :

- Pelestarian sumbe rdaya alam - Pengendalian aliran komoditi

- Pengembangan lingkungan hidup alami

Ketiga tuntutan ini tidak hanya berkaitan dengan keserasian tata ruang , tetapi juga dengan jalur pemikiran dan perencanaan jangka panjang dari perjalanan sejarah evolusi budaya manusia . Dalam pelestarian sumber daya alam sering dihadapkan pada situasi yang mengandung konflik antara pemenuhan kebutuhan hidup ( yang mendesak ) , dengan kepentingan yang melestarikan sumber daya alam bagi kepentingan anak cucu secara jangka panjang . Dalam konteks ini , maka apabila Ruko yang disediakan maupun rumah – rumah dan lingkungan yang

(34)

chriswahyuasih@yahoo.com , waplm@plasa.com 34 diitawarkan kurang memenuhi ketiga tuntutan ekologis akan mengakibatkan dampak yang negatif .

2. Polusi yang ditimbulkan akibat adanya Ruko , meskipun kecil apabila dibandingkan secara luas , namun pertumbuhan yang berkembang dengan kebiasaan – kebiasaan yang buruk akan memberikan pengaruh negatif juga . Penghijauan serta penyerapan air yang terganggu karena perkerasan yang terdapat disana sini , mengakibatkan hal yang tidak diharapkan . Meskipun Ruko diharapkan untuk skala lingkungan namun tidak jarang para pengunjung membawa kendaraan bermotor ( karena kemudahan membawa barang – barang belanjaan ) atau karena maksud tersembunyi .

3. Pengaruh kesehatan dan kenyamanan menghuni yang kurang terpenuhi , hal ini akibat dari mengutamakan usaha daripada kehidupan rutin yang perlu dijaga sehingga kadang – kadang terlupakan kepentingan pribadi dan keluarga . Keadaan udara yang bersih kurang diperhatikan kadang makan tidak teratur karena mengutamakan pelayanan tamu . Bahakan tidurpun sangat terbatas . Segala – galanya demi pengembangan usaha , sehingga jam kerjanya melebihi dari batas yang dianjurkan pemerintah . jam kerja untuk toko mencapai 12 jam setiap hari . Bahkan hari Minggupun kadang – kadang tetap buka .

(35)

chriswahyuasih@yahoo.com , waplm@plasa.com 35 Tentu saja tidak hanya tiga hal seperti yang tersebut diatas saja yang

merupakan akibat negatifnya , kalau tidak diperhatikan dengan sungguh – sungguh . Tetapi masih ada lagi namun tidak seluruhnya diungkapkan disini .

TINJAUAN RUKO DI BEBERAPA STUDI KASUS

Diambil dari hasil studi lapangan :

RUKO DI TANGERANG – CILEDUG

Data - data yang diangkat kurang lengkap namun sebagai gambaran antara lain jalan masuk ke lingkungan pertokoan di jalan Kisamaun kurang menarik karena kesan kurang lebar , sedangkan pada ruas jalan sepanjang jalan Sabar Subur yang bervariasi dan penawaran barang lebih lengkap , sehingga konsumen cenderung memilij ke jalan Sabar Subur yang pencapaiannya lebih mudah . Sebagian Ruko di jalan Kisamaun malah hanya untuk rumah tinggal saja . Bangunan luasnya 144 m2 dengan ciri – ciri yang sama dengan Ruko – ruko sebelumnya . Ventilasi masih nampak ada namun banyak menggunakan AC . Bila pada siang hari aktifitas jual beli sangat terlihat jelas namun bila jam sudah menunjukkan pukul 17.00 wib maka aktifitas perdagangan Ruko mulai berhenti dan beralih pada kegiatan Pedagang Kaki Lima yang sebagian besar berjualan makanan siap saji dan makanan olahan aneka jenis . Ruko – ruko yang ada pun seolah olah bagaikan bangunan yang mati sebab pencahayaan hanya berasal dari tenda –

(36)

chriswahyuasih@yahoo.com , waplm@plasa.com 36 tenda makanan Pedagang Kaki Lima yang berjualan disepanjang pelataran Ruko , sementara penghuni Ruko sebagian besar pulang ke rumahnya masing – masing di perkampungan yang terletak tepat dibelakang deretan Ruko – ruko tersebut . Walaupun jenis Ruko terdiri dari 2 atau 3 lantai , sebagian besar kantai ke 2 ke-atas-nya dipergunakan sebagai gudang barang / stok barang dagangan . Namun menurut pengamatan masih ada penjual yang menghuni lantai ke 2 dan 3 nya ( namun hanya bisa dihitung dengan jari jumlahnya ) hal tersebut terlihat dari menyalanya lampu pada lantai ke 2 dan 3 sementara lantai dasarnya gelap .

RUKO KELAPA GADING

Lingkungan dengan kepadatan penduduk 200 – 300 orang /Ha mayoritas golongan ekonomi menengah sedang dan menengah keatas . Terletak pada jalan masuk utama Kelapa Gading . Fasilitas lingkungan lainnya , seperti Sport Club , Pasar dan pertokoan . Radius pelayanan tidak terbatas lingkungan Kelapa Gading sendiri tetapi juga untuk luar lingkungan sampai radius sekitar kurang lebih 2 km . Para pengunjung lebih suka menggunakan kendaraan bermotor yang diparkir relatif di depan toko . Keadaan bangunan ada 2 type , 2 lantai dan 3 lantai . Lantai bawah untuk toko , dengan luas bangunana kurang lebih 134 m2 dan 377, 5 m 2 . Pembagian ruangan , bentang 4,5 m , panjang 16,20 m , sekat –

(37)

chriswahyuasih@yahoo.com , waplm@plasa.com 37 sekat fleksibel . Pelengkap bangunan seperti air bersih dari PAM ,

penghawaan dengan AC , penerangan artificial .

Dari data tersebut faktor kenyamanan dan ditunjang / bergantung artificial . Berarti biaya penghunian cukup mahal . Tentunya hal ini akan mempengaruhi harga barang – brang yang diperdagangkan . papan – papan reklame menambah ” semarak ” picyure street memebrikan suasana yang ramai lebih lagi dengan garis – garis bangunan yang lengkung , lurus dan miring .

RUKO DI PANCORAN GLODOK

Kepadatan penduduk antara 300 – 400 orang / Ha . Mayoritas golongan ekonomi sedang dan atas . Pada jalan utama masuk sudah nampak . Daya tarik penunjang lingkungan adalah gedung – gedung mal pertokoan , diskotik , fasilitas olah raga , tempat peribadatan . Radius pelayanan diutamakan bagi penghuni lingkungan Pancoran Glodok namun tidak menutup kemungkinan lebih luas lagi sebab ada banyak trayek kendaraan umum dari dan menuju ke berbagai daerah ditambah lagi ada jalur Busway yang memungkinkan orang dari segala penjuru Jakarta berdatangan . Hal utama yang menjadi daya tarik dari Ruko – Ruko di Pancoran Glodok adalah barang yang dijual dan jenis usahanya . Bangunan terlihat dari fasadenya yang sempit namun memanjang ke belakang dengan luas

(38)

chriswahyuasih@yahoo.com , waplm@plasa.com 38 bangunan sekitar 190 m2 , bagian atas untuk hunian dan bagian

bawah untuk usaha / toko ukuran 5 m x 22,50 m lebih .

Tidak semua fasade dari bangunan Ruko ini menggunakan papan reklame untuk menutup bagian muka . Namun pada kenyataannya penggunaan Ruko di Pancoran Glodok sebagai hunian mulai mengalami degradasi sejak Kerusuhan Mei , ada banyak pemilik Ruko yang memilih untuk membeli Rumah di Komplek Perumahan dengan alasan kenyaman dan keamanan sebagai hunian prbadi tanpa dicampur dengan fungsi perdagangan dilokasi yang berjarak beberapa kilometer dari lokasi Ruko-nya , kalaupun ada yang tinggal di Ruko tersebut hanya sebatas pada orang suruhan yang digaji untuk menjaga barang – barang saja , itupun terbatas pada ruko-ruko yang terletak ditepian jalan utama saja , sementara ruko yang terletak tidak berdekatan dengan jalan raya sebagian besar bila pukul 17.00 wib ditutup dan tidak dihuni sehingga sebagian besar deretan Ruko – Ruko tersebut menjelma sebagai ” Kompleks Ruko Mati ” atmosfer yang terciptapun makin malam makin mencekam , tingkat kejahatan meningkat dan dibagian pelatarannya di huni oleh para Tunawisma , kesemua hal tersebutlah yang membuat enggan para pengunjung , pengguna jalan untuk melintas pada daerah tersebut sehingga penggunaan Ruko pada malam hari sama sekali tidak ada pada tepian jalan – jalan yang sekunder .

(39)

chriswahyuasih@yahoo.com , waplm@plasa.com 39 Dari studi kasus ternyata ada kemungkinan tidak akan tumbuh terus

sebagai Ruko , lebih – lebih kalau ” disaingi ” oleh pertokoan – pertokoan yang memudahkan pemenuhan kebutuhan – kebutuhan ,mudah pencapaian dan aman serta nyaman dalam berbelanja

KESIMPULAN DAN SARAN

Perencanaan yang berwawasan identitas sangat diperlukan untuk menggali dan menemukan kembali secara intensif dan ekstensif tentang kekhasan , kekhususan , keunikan dan karakter spesifik yang menjiwai kawasan Glodok Pancoran yang didominasi dengan bangunan ruko ini , yang dapat dan sangat akan membedakannya dengan lingkungan lain . Jiwa dari kawasan Pancoran – Glodok – Jl Perniagaan – Jl Toko Tiga ini harus dicari dan kemudian diterapkan secara dinamis , kreatif dan inovatif sesuai dengan perkembangan jaman . Krisis identitas yang terjadi dengan keadaan memprihatinkan dan mencemaskan masa depan dari kekhasan spesifik yang menjiwai kawasan ini , dapat dihindari dengan melindungi dan mengembangkan elemen kawasan yang sedikit demi sedikit dapat hancur oleh pembangunan kini yang sedemikian pesatnya . Hal ini terjadi karena kurangnya usaha untuk menggali , mempertahankan dan meningkatkan karakter spesifik dan kawasan , kurangnya sikap peka lingkungan yang diakibatkan kurangnya partisipasi masyarakat Jakarta pada umumnya dan masyarakat disekitar kawasan khususnya .

(40)

chriswahyuasih@yahoo.com , waplm@plasa.com 40 Dari apa yang dikemukakan sejak awal sampai beberapa studi kasus

makan dapat ditarik beberapa pendapat antara lain :

- Perkembangan Ruko dalam Arsitektur Perkotaan tidak lepas dari kaidah – kaidah ekonomi , sosial , budaya serta ekologi lingkungan . faktor politik kadang kalau ikut berbicara kemungkinan akan cenderung belum dapat dipastikan akan berkembnag . Faktor hukum sedikit banyak menentukan juga dan perlu diperhatikan sejak awal , ijin apa saja yang dapat diberikan dalam usaha jasa , misalnya praktek dokter , apotik dan sebagainya . - Kaidah ekonomi merupakan kaidah yang diprioritaskan karena cenderung

dari namanya yang ” perusahaan” ( Rumah Toko ) , apakah itu usaha Pemerintah atau milik swasta , tujuannya adalah sama yaitu mengejar keuntungan ekonomis ( profot motive )

- Kaidah sosial dan budaya akan mengikuti sejalan dengan gwerak evolusi yang berubahnya ” sangat lambat ” namun era pengembangan Ruko akan membawa rona lingkungan lebih jelas dan memberikan spesifikasi tersendiri sesuai peraturan , standard yang berlaku ( identitas lingkungan akan tersirat dari nama )

- Kaidah ekologi kalau mau diltelusuri lebih jauh , mulai dari awal sejarah perkembangan manusia dan perkembangan permukiman , lingkungan permukiman manusia yang optimal diselaraskan dengan arsitektur lingkungan dan arsitektur berwawasan lingkungan maka tidaklah begitu susah ditentukan . Lingkungan permukiman manusia yang optimal adalah

(41)

chriswahyuasih@yahoo.com , waplm@plasa.com 41 lingkungan hidup tempat manusia bisa mendapatkan kontak yang

tetap terpelihara dengan lingkungan alaminya , tetapi disamping itu bisa terus juga mengembangkan kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya sesuai dengan aspirasi kemanusiaanya .

Referensi

• www.Summarecon .com

• Wawancara dengan pihak PT Summarecon Tbk

• Hesselgreen , Sven . The Language Of Architecture , London : Applied Science 1977

• Friba , Isaac A.R.G “ Approach To Architectural Design “ London , I . Liife Books.

• Responsive Environments , A Manual For Designer , Ian Bentley , Alan Alcock , Paul Murain

• Moughtin , C. 2003 . Urban Design : Sheet and Square , Oxford : Architectural Press

• Heuken . A , 1999 “ Warisan Arsitektur Kolonial di Jakarta Affandy & Soemardi , Monumen dan Situs di Indonesia , ICOMOS Indonesia , Bandung .

• Bunga Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam Abad 21 Pengalaman Pembangunan Perkotaan di Indonesia Buku 2 , Yayasan Sugijanto Soegijoko URDI .

(42)

chriswahyuasih@yahoo.com , waplm@plasa.com 42 • www.bappedajakarta.go.id

• Sethurman , S.V , 1998 , Urban Poverty and The informal Sector : A Critical Assesment of Current Strategies .

Referensi

Dokumen terkait

Tema yang diangkat dalam penciptaan karakter visual Roftell adalah pengalaman masa muda, masa dengan penuh cinta, cita-cita pencarian jati diri, dan sebuah masa

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Efisiensi Teknis, Alokatif

Beberapa masalah yang ditimbulkan dari proses pembakaran secara konvensional ini adalah masalah asap dari kayu bakar yang menimbulkan polusi udara, penggunaan

Jual beli adalah suatu akad yang diperbolehkan dalam Islam asalkan memenuhi syarat dan tidak mengandung unsur yang dilarang di dalamnya. Salah satunya adalah transaksi jual

Pertama, penelitian ini hendak mengungkap wacana mengenai konflik pembangunan pabrik semen di Rembang dalam media mainstream dan alternatif melalui perspektif

Dalam lingkup eksternal, khususnya jika dibandingkan dengan Jawa Barat, Wilayah Jawa Barat Selatan memiliki modal positif untuk mencapai pembangunan berkelanjutan dengan kinerja

Dalam penelitian ini angket digunakan untuk memperoleh data, yaitu pengaruh sumber belajar (guru, buku paket, lingkungan, dan internet) terhadap motivasi belajar

Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh fraksi volume terhadap sifat mekanik dan fisik komposit HDPE daur ulang (limbah)-cantula yaitu massa jenis dan