1)
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1103129 2) Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab 3)
Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab
MENINGKATKAN KEMAMPUAN LISTENING
SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR
Nur Idha Sutriyani
1, Winti Ananthia
2, Tita Mulyati
3Jurusan Program Studi PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia nidhasutriyani@rocketmail.com
ABSTRAK
Kemampuan listening merupakan kemampuan dasar dalam menguasai bahasa Inggris. Tujuan penulisan artikel penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pemanfaatan media audio visual dalam meningkatkan kemampuan listening siswa kelas II sekolah dasar. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan kegiatan pembelajaran, analisis data dan refleksi. Penelitian ini juga melibatkan 43 siswa sebagai subjek penelitian. Hasil penelitian menunjukkan nilai rerata siswa pada siklus I yaitu 61,07, kemudian pada siklus II adalah 68,80, terakhir pada siklus III yaitu 78,74. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa menggunakan media audio visual dalam pembelajaran bahasa Inggris dapat meningkatkan kemampuan listening siswa kelas II sekolah dasar.
Kata kunci : Pembelajaran Bahasa Inggris, Kemampuan Listening, Media Audio Visual, Sekolah Dasar.
Siswa Kelas II Sekolah Dasar
THE USE OF AUDIO-VISUAL MEDIA TO IMPROVE
LISTENING SKILL OF 2
ndGRADE ELEMENTARY
SCHOOL’S STUDENTS
Nur Idha Sutriyani
1, Winti Ananthia
2, Tita Mulyati
3Jurusan Program Studi PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia nidhasutriyani@rocketmail.com
ABSTRACT
Listening is a basic skill to mastered English well. The article of research is aims to describe the using of audio-visual media to improve the listening skill of second grade elementary school’s students. This research use a clasroom action methode that conduct in three cycles. Each cycles include planning, implementation, data nalyze, and reflection. This research also involved 43 students hat consist of 23 male students and 20 female students as research subject. The result show the average of student’s score in the first cycle is 61.07, then at the second cycle was 68.80, the last in the cycle III, 78.74. Based on the result, it means that using audio-visual media in listening learning can improve student outcomes second grade elementary school’s students.
Keyword: English learning in Indonesia, Listening Skill, Audio-Visual Media, Elementary School
teknologi modern, setiap manusia memiliki kesempatan untuk saling berinteraksi dan mengakses dunia. Kesempatan ini dapat digunakan untuk saling berkomunikasi dan bertukar informasi. Bahasa yang digunakan masyarakat secara global saat ini adalah bahasa Inggris (Crystal, 2003). Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar menjadi penting untuk diselenggarakan.
Brewster, Ellis dan Girard (2002) mengungkapkan bahwa dalam hal mempelajari sebuah bahasa, seorang anak usia rendah itu memiliki kemampuan lebih baik dibandingkan dengan anak yang usianya lebih tinggi. Lebih lanjut, Eric Lenneberg (dalam Pinter, 2006) juga mengemukakan bahwa waktu yang paling baik dalam pemerolehan bahasa adalah ketika anak berada pada fase Critical Period yaitu saat usia dini sampai masa pubertas. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin dini usia anak dalam mempelajari bahasa Inggris, maka akan semakin mudah dan cepat untuk anak menguasai bahasa tersebut.
Pembelajaran bahasa Inggris umumnya mengembangkan empat keterampilan berbahasa yaitu listening
(menyimak), speaking (berbicara), reading (membaca) dan writing
(menulis). Linse (2005) mengemukakan bahwa listening dapat menyiapkan siswa untuk mengembangkan keterampilan berikutnya. Terlebih lagi Scott dan Ytreberg (2003, hlm. 21) juga menambahkan bahwa cara anak dalam memperoleh keterampilan berbahasa Inggris yaitu berdasarkan apa yang siswa dengar Jadi, dapat disimpulkan bahwa kemampuan listening merupakan hal mendasar yang perlu dikuasai oleh siswa sebagai langkah awal untuk menguasai keterampilan bahasa selanjutnya. Berdasarkan hasil observasi di kelas II SDN Ujungberung 4, proses
cenderung mendapat porsi yang lebih sedikit dibanding pembelajaran lain. Selain itu, proses pembelajaran di kelas tersebut masih dilakukan metode yang konvensional dan minim dari penggunaan media pembelajaran. Siswa lebih sering belajar berdasarkan buku cetak yang dimiliki dengan mendengarkan penjelasan guru yang menerjemahkan kosakata bahasa Inggris kedalam bahasa Indonesia. Keadaan yang demikian kurang dapat meningkatkan kemampuan
listening siswa, karena siswa selalu diberikan terjemahan dari guru, bukan dari hasil berpikirnya sendiri. Hal ini menyebabkan nilai hasil listening siswa yang masih perlu untuk ditingkatkan.
Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti memilih untuk meningkatkan kemampuan listening siswa kelas II dengan menggunakan media audio visual. Media audio visual menurut Abdulhak dan Darmawan (2013) merupakan media yang menyajikan sebuah bahan ajar melalui suara (audio) dan gambar (visual) untuk dapat dengan mudah dipahami pembacanya.
Penggunaan media audio visual sebagai media pembelajaran ini bekerja dengan cara mengaktifkan dua kerja indera anak sekaligus. Media audio visual ini diharapkan dapat membantu meningkatkan minat belajar siswa terhadap pembelajaran listening. Media audio visual ini dirancang secara kreatif untuk membuat siswa tertarik dengan pembelajaran.
Pembelajaran dengan menggunakan media audio visual ini merupakan langkah menerapkan pembelajaran yang berbasis TIK (Teknologi, Informasi dan Komunikasi). Rusman, Kurniawan, dan Riyana (2013) menyebutkan bahwa contoh dari media audio visual adalah program video/televisi pendidikan, video/televisi instruksional, dan program slide suara (soundslide). Jenis media yang digunakan peneliti dalam penelitian
Siswa Kelas II Sekolah Dasar ini adalah media sounslide. Soundslide
merupakan salah satu media audio visual berupa aplikasi presentasi yang memanfaatkan program Microsoft Office Power Point untuk kepentingan pembelajaran. Media ini dapat mengaktifkan dua kerja indera manusia sekaligus, diantaranya indera pendengaran dan penglihatan. Hal ini sejalan dengan pendapat Rusman, dkk. (2013, hlm. 295) yang mengatakan “melalui media potensi indera, peserta didik dapat diakomodasi sehingga kadar hasil belajar akan meningkat”. Lebih jelas lagi, Rusman, dkk. (2013) kembali menambahkan bahwa media presentasi
soundslide ini dinilai cukup efektif digunakan pada pembelajaran dengan jumlah siswa di atas 50 orang. Hal tersebut disebabkan oleh daya pancar media proyektor yang memiliki jangkauan cukup besar. Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan langkah pembelajaran sesuai dengan yang dikemukakan oleh Field (2008) bahwa terdapat 3 tahap dalam pembelajaran
listening. Ketiga tahap ini, diantaranya adalah tahap pre-listening, during listening, dan post-listening.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Mulyasa (2013) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dalam rangka perbaikan. Lebih lanjut Kunandar (2012, hlm. 54) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas ini sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan proses dan kualitas pembelajaran di kelas. Adapun tahap pelaksanaan penelitian ini menurut Abidin (2011) diantaranya adalah mengidentifikasi masalah, kemudian melakukan sesuatu untuk memecahkan
masalah tersebut, mengamati keberhasilan pemecahan masalah dan pengulangan perlakuan jika hasil yang diperoleh belum memuaskan. Sejalan dengan pandangan Abidin tersebut, Sukardi (2012, hlm. 213-214) juga mengemukakan adanya empat langkah penting dalam praktik penelitian tindakan, diantaranya yaitu langkah perencanaan, langkah tindakan, langkah observasi dan langkah reflektif. Jadi, tujuan pelaksanaan PTK ini adalah untuk memecahkan masalah dan memperbaiki suatu pembelajaran.
Peneliti menggunakan desain penelitian model Elliott. Penelitian dilaksanakan dalam beberapa siklus dimana setiap siklus terdiri dari tiga tindakan. Desain model Elliot ini merupakan desain penelitian yang lebih rinci dibandingkan desain penelitian sebelumnya. Menurut Abidin (2011, hlm. 231-240)terdapat beberapa model desain penelitian tindakan kelas. Diantara model yang dikemukakan tersebut, model Elliot merupakan model yang lebih rinci dibandingkan model lainnya.
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Ujungberung 4 Kecamatan Ujungberung Kota Bandung. Penelitian ini melibatkan sebanyak 43 siswa kelas II yang terdiri dari 23 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti sebelumnya, ditemukan masalah terkait kemampuan listening siswa yang masih perlu ditingkatkan. Adapun tahapan implementasi yang ditempuh oleh peneliti adalah (1) permohonan izin penelitian kepada Kepala Sekolah SDN Ujungberung 4 Kecamatan Ujungberung, Kota Bandung, (2) observasi, (3) Analisis Masalah, (4) Menetapkan Instrumen Penelitian, (5) Tahap Implementasi Tindakan, (6) Monitoring Implementasi dan Efek, (7) Penjelasan Kegagalan Implementasi, dan (8) Revisi Perencanaan Umum.
instrumen penelitian yang akan digunakan selama penelitian. Instrumen yang disiapkan tersebut antara lain berupa lembar observasi, lembar wawancara, catatan lapangan, lembar evaluasi, lembar self assessment, dan dokumentasi. Untuk mengolah data yang telah didapat selama penelitian, peneliti menggunakan teknik analisis data kuantitatif, kualitatif, dan triangulasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sanjaya (2008, hlm. 13) mengungkapkan bahwa hasil belajar merupakan pencapaian kemampuan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Sejalan dengan tersebut, hasil belajar siswa dalam penelitian ini ditunjukkan dengan
kemampuan siswa dalam
mengidentifikasi gambar-gambar dengan suara-suara yang diperdengarkan menggunakan media soundslide melalui tes evaluasi. Evaluasi yang harus diselesaikan oleh siswa berupa kegiatan
listen and tick terhadap 15 pertanyaan
listening terkait kosakata yang telah dipelajari.
Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti mempersiapkan segala instrumen serta alat dan kelengkapan yang dibutuhkan selama pembelajaran. Selama proses pelaksanaan penelitian, peneliti membutuhkan laptop, proyektor, pengeras suara dan headphone sebagai perangkat pendukung media soundslide. Peneliti juga menyiapkan lagu-lagu serta video terkait tema pembelajaran yang dilaksanakan. Lagu dan video ini peneliti gunakan dalam kegiatan apersepsi di awal pembelajaran. Selanjutnya peneliti menyiapkan lembar evaluasi yang digunakan untuk mengukur hasil belajar.
Siklus I penelitian dilaksanakan menggunakan tema things in the bathroom dengan sebanyak 15 target kosakata yang diajarkan yaitu a bucket, a towel, a bathtub, a toilet, a soap,
a shower, a dipper, a mirror, a hairdryer, a razor, a wash basin dan a toilet paper. Siswa pada siklus I ini masih belum terbiasa dengan media yang digunakan guru. Siswa juga belum terbiasa melakukan tanya jawab menggunakan bahasa Inggris. Namun, siswa mengaku senang dengan pembelajaran yang dilaksanakan karena pembelajaran menggunakan media soundslide yang merupakan media baru bagi siswa. Selain itu permainan dan kegiatan yang menarik lainnya juga disajikan selama pembelajaran. Beberapa siswa juga masih banyak yang masuk dalam kategori nilai rendah. Oleh karena itu, peneliti berusaha meningkatkan pembelajaran pada siklus selanjutnya.
Pada siklus II, peneliti menggunakan tema transportation. Target kosakata yang diajarkan pada siklus ini diantaranya a car, a train, a bicycle, a motorcycle, an airplane, a bus, a truck, a taxi, a ship, an ambulance, a fire truck, a submarine, a police car, a rocket,
dan a helicopter. Kelimabelas kosakata tersebut disajikan melalui media
soundslide yang dibuat sendiri oleh guru dan dijadikan sebagai bahan evaluasi yang dilakukan dengan teknik listen and tick. Jika sebelumnya pengisi suara merupakan suara bukan native speaker, maka pada siklus ini pengisi suara
soundslide diambil dari rekaman native speaker dari google translate melalui
sound recording. Untuk mendapatkan kualitas suara yang baik, guru melakukan format suara melalui aplikasi format factory dan audacity. Nilai hasil belajar siswa pada siklus ini terlihat lebih meningkat dari sebelumnya. Beberapa siswa yang mendapat nilai rendah pada siklus sebelumnya, sebagian sudah mendapatkan nilai yang lebih baik. Siswa sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran yang dilakukan.
Pada siklus III peneliti menggunakan tema people’s job. Target
Siswa Kelas II Sekolah Dasar
61,07 68,8 78,74
0 50 100
Siklus I Siklus II Siklus III
Rerata Hasil Belajar
Siswa
kosakata yang diajarkan peneliti pada
siklus III ini adalah a doctor, a nurse, a dentist, a teacher, a policeman, an architect, a postman, a fireman, a dancer, a singer, a farmer, a barber,
a tailor, a chef dan a carpenter. Kelimabelas kosakata ini juga disajikan dengan media soundslide yang dibuat dengan prosedur sama seperti sebelumnya. Nilai hasil belajar siswa pada siklus III ini juga mengalami peningkatan dibanding sebelumnya. .
Peningkatan nilai hasil belajar
listening siswa dapat dilihat dari rerata hasil belajar siswa pada setiap siklus.
Grafik Rerata Nilai Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa terjadi peningkatan hasil belajar pada setiap siklusnya. Pada siklus I, rerata nilai siswa adalah 61,07. Perolehan nilai ini masih dibawah KKM yang ditentukan yaitu 70. Siswa pada siklus I ini masih menunjukkan kemampuan
listening yang masih perlu ditingkatkan. Siswa masih kurang mampu mengidentifikasi suara dan gambar yang diperdengarkan dalam sounslide. Keseragaman nilai siswa juga masih belum merata. Rentang nilai siswa tertinggi dengan nilai siswa terendah masih cukup jauh. Hal ini dapat terlihat dari perhitungan simpangan baku yang dilakukan peneliti terhadap nilai hasil belajar listening siswa. Besar simpangan
baku nilai hasil belajar siswa siklus I ini yaitu 14,09.
Pada siklus II, rerata nilai siswa meningkat menjadi 68,80. Nilai ini masih saja berada dibawah KKM yang sudah ditentukan. Hasil belajar siswa siklus II ini berhasil meningkat karena siswa sudah mulai terbiasa dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Pada siklus III, nilai rerata siswa adalah mencapai 78,74. Peningkatan terlihat cukup signifikan. Terjadi peningkatan sebanyak 10 poin dari siklus sebelumnya. Peningkatan tersebut terlihat signifikan dibanding dengan peningkatan yang terjadi pada siklus II. Kenaikan nilai yang cukup signifikan ini menurut peneliti disebabkan oleh pelaksanaan pembelajaran yang semakin lebih disiplin dan teratur. Siswa dengan guru dalam setiap pembelajaran di siklus II dan III membuat sebuah classroom rules yang dapat meningkatkan kedisplinan siswa saat mengikuti pembelajaran. Selain itu, siswa terbaik dalam kelas di setiap pembelajarannya mendapatkan reward
berupa medali. Dengan diberikannya
reward ini, siswa menjadi termotivasi untuk mengikuti pembelajaran secara disiplin mengikuti aturan yang berlaku. Dengan kedisplinan siswa saat pembelajaran berlangsung, membuat siswa mudah untuk memahami bahan simakan. Menurut peneliti pemberian
reward dalam pembelajaran ini memiliki peranan penting juga dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pandangan Read (2005) yang mengatakan “reward systems can be an effective way of reinforcing appropriate behavior”. Jadi, dengan
memberlakukan pemberian reward dalam kelas ini dapat memengaruhi perkembangan belajar siswa.
Dikarenakan nilai rerata tersebut sudah berada diatas KKM, maka penelitian ini diberhentikan. Keberhasilan penelitian ini juga dapat lebih diperkuat
14,09 10,59 8,08 0 5 10 15 Siklus I Siklus II Siklus III ni la i
Nilai Simpangan Baku
menurun menjadi sebesar 8,08. Grafik penurunan besar nilai simpangan baku nilai hasil belajar siswa dapat dilihat melalui grafik di bawah ini.
Grafik Simpangan Baku Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I, II dan III
Berdasarkan grafik di atas, besar simpangan baku nilai siswa siklus I sebesar 14,09, kemudian pada siklus II turun menjadi 10,59, terakhir pada siklus III besar simpangan baku semakin menurun menjadi sebesar 8,08. Penurunan besar simpangan baku di setiap siklus ini menunjukkan bahwa penelitian ini telah membuat nilai hasil belajar siswa menjadi lebih seragam. Keseragaman nilai siswa ini menyatakan bahwa penggunaan media audio visual dalam pembelajaran bahasa Inggris dapat meningkatkan kemampuan listening siswa kelas II sekolah dasar.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan listening siswa kelas II SD Negeri Ujungberung 4 menggunakan media audio visual , dapat disimpulkan bahwa hasil belajar listening siswa kelas II menggunakan media audio visual mengalami peningkatan pada setiap siklus. Nilai rerata hasil belajar siswa pada siklus I adalah 61,07, pada siklus II adalah 68,80, dan pada sikus III adalah 78,74. Selain itu, besar simpangan baku nilai hasil belajar siswa menurun setiap siklusnya. Pada siklus I besar simpangan
menjadi 10,59, dan terakhir pada siklus III menjadi 8,08. Penurunan simpangan baku ini menunjukkan keseragaman nilai siswa yang semakin menjadi merata, sehingga rentang nilai siswa tertinggi dengan nilai siswa terendah tidak terlalu jauh. Dengan kesimpulan tersebut, diharapkan untuk para guru agar dapat memanfaatkan kemajuan teknologi dalam membuat media pembelajaran yang efektif dan edukatif, sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang aktif, ktreatif dan menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulhak, I. & Darmawan, D. (2013).
Teknologi pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Abidin, Y. (2011). Penelitian pendidikan dalam gamitan pendidikan dasar dan PAUD. Bandung: Rizqi Press. Brewster, J., Ellis, G. & Girard, D.
(2002). The primary english teacher’s guide. London: Penguin Longman Publishing.
Crystal, D. (2003). English as a global language. United Kingdom: Cambridge University Press.
Field, J. (2008). Listening in the language classroom. United Kingdom: Cambridge University Press
Linse, C.T. (2005). Practical English language teaching: young learners. New York: McGraw-Hill.
Mulyasa, E. (2013). Praktik penelitian tindakan kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Pinter, A. (2006). Teaching young language learners. New York: Oxford University Press.
Read, C. (2005). Managing children positively. [Online]. Tersedia: http://www.teachers-corner.co.uk
Siswa Kelas II Sekolah Dasar Rusman, Kurniawan, D., & Riyana, C.
(2013). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi: Mengembangkan Profesionalitas Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Sanjaya, W. (2008). Perencanaan dan desain sistem pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Scott, W.A., & Ytreberg, L.H. (2003).
Teaching English to children. United States of America. Longman.
Sukardi (2012). Metodologi penelitian pendidikan: kompetensi dan praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.