Ade Yuni Ratnasari, 2014
Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hidup manusia pada dasarnya adalah untuk selalu belajar. Belajar untuk
selalu berubah kearah yang lebih baik lagi, baik dari segi pemikiran, tingkah laku
dan perbuatan. Menurut Gulo (2008, hlm. 8) “Belajar adalah suatu proses yang
berlangsung di dalam diri seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik
tingkah laku dalam berpikir, bersikap dan berbuat”. Bebicara masalah belajar
tentunya tidak terlepas dari masalah pendidikan, baik itu berupa pendidikan
formal maupun non-formal.
Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
menyebutkan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Di era globalisasi ini pendidikan pada ranah kognitif bukan lagi
satu-satunya yang dapat diandalkan. Diperlukan adanya pendidikan yang tidak hanya
berupaya mengembangkan kognitif siswa namun dapat mengintegrasikan kognitif,
apektif dan psikomotor siswa dalam porsi yang seimbang. Menurut Majid dan
Andayani (2011, hlm. 8) “tujuan pendidikan adalah untuk pembentukan karakter
yang terwujud dalam kesatuan esensial si subjek dengan perilaku dan sikap hidup
yang dimilikinya”.
Selanjutnya muncul istilah pendidikan karakter yang kini ramai
Ade Yuni Ratnasari, 2014
Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
spiritual dalam proses pembentukan pribadi ialah pedagogic Jerman FW Foester.
Bagi Foester, karakter merupakan sesuatu yang mengualifikasi seorang pribadi”
(Majid dan Andayani, 2011, hlm. 8). Karakter menjadi identitas yang mengatasi
pengalaman kontingen yang selalu berubah. Dari kematangan karakter inilah
kualitas seorang pribadi diukur. Oleh karena itu pendidikan untuk kematangan
karakter sangatlah penting terutama bagi anak pada usia remaja. Bahkan Spencer
dalam Qomaruzzaman (2011, hlm. 17) menyatakan bahwa ‘pengetahuan yang
paling berharga adalah pengetahuan yang membuat kaum muda mampu untuk
menagani berbagai masalah dan menyiapkan mereka sebagai orang dewasa di
tengah masyarakat yang semakin terbuka’.
Sebagai Warga Negara Republik Indonesia yang baik dan benar, setiap
warga negara diperlukan memiliki yang disebut karakter kewarganegaraan.
“Karakter kewarganegaraan merupakan suatu bentuk implementasi kepribadian terhadap norma, hal dan kewajiban sebagai warga negara” (Samsudiat, 2013)
Tanggung jawab utama dalam pembentukan karakter anak khususnya
karakter kewarganegaraan adalah berada pada keluarga. Akan tetapi sekolah
berada pada posisi kedua sebagai media sosialisasi setelah keluarga. Hal ini
berarti sekolah mempunyai peranan yang cukup dominan dalam mengenalkan dan
menanamkan nilai dan norma kepada siswa dalam rangka pembentukan karakter
kewarganegaraan. Apalagi sekolah jenjang SMA atau SMP dimana anak lebih
banyak menghabiskan waktunya disekolah daripada dirumah.Sehingga sekolah
sebagai institusi pendidikan tidak dapat menghindarkan diri dari amanah dalam
upaya pembentukan karakter posistif pada anak didiknya.
Akan tetapi, “dewasa ini banyak siswa sebagai produk pendidikan di
sekolah belum menampakan kualitas moral dan karakter yang baik” (Majid dan
Andayani, 2011, hlm. 8). Seperti halnya banyak generasi muda khususnya siswa
SMA yang terlibat tawuran, menggunkan narkoba dan kenakalan remaja lainnya.
Ade Yuni Ratnasari, 2014
Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
melonjak tajam lebih dari 100 persen yaitu 330 kasus yang menewaskan 82
pelajar. Pada tahun 2012, terjadi 139 tawuran yang menewaskan 12 pelajar’
(Kusmiyati dalam Liputan6.com, 10/09/2013). Berikut data tersebut disajikan
dalam grafik dibawah:
Grafik 1.1 Kasus Tawuran Antar Pelajar
Selain itu kasus free sex atau sex diluar nikah menurut Direktur Bina Kesehatan Anak Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Elizabeth Jane
Soepardi, ( Liputan6.com, 10/09/2013) mengalami peningkatan : ‘Walaupun
peningkatannya sedikit namun jumlahnya terbilang banyak yaitu sebanyak 14, 6
persen pada pria dan 4,5 persen pada perempuan’.
Penyebab dari berbagai kenakalan remaja menurut Psikolog Adelina
Syarief (Liputan6.com, 10/09/2013) ada dua, yaitu faktor dari diri sendiri dan
lingkungannya. Faktor dari diri sendiri inilah yang berhubungan dengan karakter
siswa sedangkan faktor dari lingkungan salah satunya adalah faktor keluarga dan 0
50 100 150 200 250 300 350
2010 2011 2012
kasus tawuran pelajar
Ade Yuni Ratnasari, 2014
Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sekolah. Meskipun faktor dari diri siswa adalah faktor yang paling menentukan
akan tetapi justru faktor lingkungan itu sendiri yang membentuk karakter siswa.
Mansur (2011, hlm. 3) mengibaratkan “anak sebagai tanaman yang tumbuh, sehingga pendidik atau orang tua adalah sebagai tukang kebun dan sekolah
merupakan rumah kaca dimana anak tumbuh dan matang sesuai dengan pola
pertumbuhannya yang wajar”.
Menurut Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas (Haryanto, hlm. 2012),
‘ada 18 karakter yang harus dimiliki oleh warga negara yaitu, karakter religious, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, peduli lingkungan, peduli sosial, dan
tanggung jawab’. Dari ke 18 karakter tersebut ada yang termasuk karakter
kewarganegaraan. Hal tersebut dapat dilihat dari pengertian karakter
kewarganegaraan itu sendiri menurut Samsudiat (2013) yaitu:
karakter kewarganegaraan adalah suatu konsep pendidikan yang berdasarkan atas kekuatan keadilan serta keutamaan citizenship (meliputi tanggung jawab social, kesetiaan, dan mampu bekerja sama), fairness (meliputi memperlakukan seorang dengan keadilan), dan kepemimpinan.
Menurut Dharma (2011, hlm. 7) tugas sekolah dalam konteks pendidikan
karakter adalah:
Dalam konteks pendidikan karakter, kemampuan yang harus dikembangkan pada siswa melalui persekolahan adalah berbagai kemampuan yang akan menjadikan manusia sebagai makhluk yang berketuhanan (tunduk patuh pada konsep ketuhanan) dan mengemban amanah sebagai pemimpin di dunia.
Untuk mewujudkan itu semua karakter kewarganegaraan sangat perlu
dibina dalan setiap diri warga negara. Di sisi lain Hidayat Syarif (Komalasari dan
Ade Yuni Ratnasari, 2014
Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pertama, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, Pancasilais dan memiliki cita-cita serta harapan masa depan; kedua, demokratis dan beradab yang menghargai perbedaan pendapat; ketiga, menghargai Hak Azasi Manusia; keempat, tertib dan sadar hukum yang direfleksikan dari adanya budaya malu apabila melanggar hukum; kelima, memiliki kepercayaan diri dan kemandirian; keenam, memiliki pengetahuan dan kompetitif dalam suasana kooperatif, penuh persaudaraan dengan bangsa-bangsa lain dengan semangat kemanusiaan universal (pluralis).
Pendidikan karakter disamping membutuhkan guru yang berkarakter juga
membutuhkan ruang yang mendukung. “Sekolah harus menjadi ruang nyaman
yang memungkinkan semua orang dapat mengembangkan visi, disiplin, gairah
dan nuraninya” (Qomaruzzaman, 2011, hlm. 55). Sekolah harus menjadi tempat yang nyaman kedua setelah rumah bagi siswa. Sekolah harusnya mampu
melengkapi fasilitas yang dibutuhkan siswa dalam rangka pengembangan dirinya
yang tidak dapat mereka dapatkan di rumah. Fasilitas itu selain didapatkan dari
kegiatan belajar mengajar dikelas, siswa juga dapat mengembangkan
kepribadiannya melalui kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
Kegiatan ekstrakurikuler yang merupakan kegiatan tambahan yang
dilakukan diluar jam pelajaran formal, sangat bermanfaat bagi pembentukan
karakter siswa. Kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
yang diminati siswa untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman terhadap
berbagai mata pelajaran yang pada suatu saat nanti bermanfaat bagi siswa dalam
kehidupan sehari-hari, melalui kegiatan ekstrakurikuler akan memberikan
sumbangan yang berarti bagi siswa untuk mengembangkan miat-minat baru,
menanamkan tanggung jawab sebagai warga negara, melalui
pengalaman-pengalaman dan pandangan-pandangan kerja sama dan terbiasa dengan kegiatan
mandiri.
Menurut Lickona (2012, hlm. 272) “untuk menciptakan sekolah yang
berkarakter diperlukan keterlibatan beberapa unsur, yaitu keterlibatan staf, siswa
Ade Yuni Ratnasari, 2014
Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memiliki motto berbasis karakter. SMAN 3 Bandung adalah contoh konkrit
sekolah yang berkarakter. Hal ini terlihat dari motto yang dimiliki sekolah
tersebut yaitu “Knowledge is Power but Character is More”. Selain itu
pendidikan karakter yang di usung oleh SMAN 3 Bandung terlihat dari visi yang
dimiliki sekolah tersebut yaitu “Terwujudnya Sekolah Bertaraf Internasional yang
Unggul dalam Bidang IPTEK, Berwawasan Kebangsaan, dan Berbudaya
Lingkungan Berdasarkan IMTAK”. Visi tersebut dijabarkan dalam beberapa misi
yang menunjukkan target pendidikan karakter yang ingin dicapai sekolah,
diantaranya misi poin 1; membangun SDM yang unggul dalam IMTAK dan
IPTEK sesuai dengan dinamika globalisasi, poin 3; mewujudkan lulusan yang
berkarakter dan berwawasan kebangsaan, serta peduli terhadap lingkungan hidup,
poin 4; mengembangkan potensi kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual
guna memberikan solusi terhadap dinamika permasalahan bangsa dan negara.
Dari motto, visi dan misi SMA N 3 Bandung diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa sekolah tersebut sangat menjunjung tinggi pendidikan
karakter dalam memberikan pendidikan kepada siswa. Selain itu sekolah tersebut
menyediakan banyak kegiatan ekstrakurikuler yang mampu mengembangkan
potensi siswa.
Karakter kewarganegaraan dikembangkan melalui berbagai kegiatan
ekstrakurikuler. Peneliti memilih ekstrakurikuler Rohis sebagai salah satu wadah
pengembangan karakter kewarganegaraan karena mengamati dari skripsi-skripsi
sebelumnya yang banyak mengamati mengenai ekstrakurikuler sebagai
penanaman karakter kepada siswa. Akan tetapi penanaman karakter
kewarganegaraan melalui ekstrakurikuler Rohis masih jarang, bahkan di
Departemen PKn belum ada yang meneliti. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
meneliti ekstrakurikuler Rohis sebagai pembinaan karakter kewarganegaraan
Ade Yuni Ratnasari, 2014
Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sehingga tidak ada salahnya kita mengembangkan karakter kewarganegaraan yang
sesuai dengan ajaran agama Islam.
Setelah melakukan studi pendahuluan dan melihat sendiri bagaimana
karakter siswa di SMAN 3 Bandung, peneliti tertarik untuk meneliti karakter
siswa di SMAN 3 Bandung, terutama karakter kewarganegaraan siswa
dihubungkan dengan ekstrakurikuler Rohis dengan judul penelitian: Pembinaan
Karakter Kewarganegaraan melalui Ekstrakurikuler Rohis (Studi Kasus di
DKM SMAN 3 Bandung).
B. Identifikasi Masalah
Pendidikan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas manusia, baik secara sosial, spiritual maupun kepribadian. Pendidikan
bukan hanya sekedar proses belajar dan mengajar yang dilakukan didalam kelas
saja. Kegiatan ekstrakurikuler disekolah merupakan salah satu bagian dari proses
pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan minat, bakat dan kepribadian
siswa. Setelah mengikuti kegiatan ekstrakurikuler diharapkan siswa mampu
mengembangkan diri sesuai minat dan bakatnya serta terbina karakter
kewarganegaraan sesuai harapan bangsa.
Melalui kegiatan ekstrakurikuler Rohis yang dilaksanakan di SMA N 3
Bandung, siswa dibina untuk menjadi karakter yang unggul terutama dalam
bidang imtak, namun tetap tidak mengesampingkan iptek. Dengan terbinanya
karakter yang kuat diharapkan siswa mampu menghadapi berbagai tantangan
dimasa yang akan datang. Dalam ekstrakurikuler Rohis siswa tidak hanya
diajarkan tentang keagamaan, akan tetapi siswa juga belajar mengenai
pengetahuan umum dan softskill. Hal ini bertujuan agar siswa yang menjadi anggota Rohis dapat menjadi inisiator kebaikan, perbaikan, dan keteladanan di
sekolah. Lebih jauhnya siswa diharapkan dapat menjadi warga negara yang sesuai
Ade Yuni Ratnasari, 2014
Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
citizenship). Diharapkan dalam diri siswa terbina karakter kewarganegaraan yaitu menjadi warga negara yang menyadari akan hak dan kewajibannya.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dikaji adalah tentang “Sejauh mana
pembinaan karakter kewarganegaraan dapat dilakukan melalui ekstrakurikuler
Rohis di SMAN 3 Bandung”
Untuk memudahkan pembahasan hasil penelitian masalah pokok tersebut,
maka peneliti mengidentifikasikan dalam beberapa sub masalah, sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pembinaan karakter privat dilakukan melalui
ekstrakurikuler Rohis pada siswa di SMAN 3 Bandung?
2. Bagaimana proses pembinaan karakter publik dilakukan melalui
ekstrakurikuler Rohis pada siswa di SMAN 3 Bandung?
3. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat proses pembinaan
karakter privat dan publik melalui kegiatan ekstrakurikuler Rohis?
D. Tujuan Penelitian
Untuk memberikan penjelasan dari penelitian ini, maka dapat dirumuskan
tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan proses
pembinaan karakter kewarganegaraan yang dilakukan melalui kegiatan
ekstrakurikuler Rohis.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui sejauh mana proses pembinaan karakter privat dilakukan
Ade Yuni Ratnasari, 2014
Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Untuk mengetahui proses pembinaan karakter publik yang dilakukan melalui
ekstrakurikuler Rohis pada siswa di SMAN 3 Bandung.
c. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendukung proses pembinaan
karakter privat dan publik melalui kegiatan ekstrakurikuler Rohis.
d. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menghambat proses pembinaan
karakter Privat dan publik nelalui ekstrakurikuler Rohis.
E.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat antara lain sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Dari segi keilmuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
kepada pengembangan PKn. Lebih spesifik diharapkan dapat bermanfaat bagi
berlangsungnya pendidikan karakter yang merupakan salah satu bidang kajian
dari Pendidikan Kewarganegaraan yang peneliti sedang geluti.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Bagi peneliti mampu memperdalam mengenai pendidikan
kewarganegaraan melalui pendidikan karakter di sekolah yang tidak hanya
dilaksanakan didalam kelas saja, melainkan pada praktiknya dapat dilakukan
dimanapun salah satunya didalam kegiatan ekstrakurikuler. Lebih spesifik lagi
mengenai pendidikan karakter kewarganegaraan melalui kegiatan ekstrakurikuler
Rohis.
b. Bagi Ekstrakurikuler Rohis di SMAN 3 Bandung
Semoga penelitian ini dapat dijadikan motivasi bagi ekstrakurikuler Rohis
dalam mengembangkan karakter kewarganegaraan siswa agar menjadi panutan
Ade Yuni Ratnasari, 2014
Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kreatifitas dan berinovasi dalam mengadakan berbagai kegiatan keagaman yang
dikemas dengan sangat apik dan menarik.
c. Bagi SMAN 3 Bandung
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu tolok ukur
keberhasilan ekstrakurikuler Rohis dalam membantu pengembangan karakter
siswa, khususnya karakter kewarganegaraan siswa. Sehingga selanjutnya dapat
terus dikembangkan lagi agar ekstrakurikuler keagamaan dijadikan
ekstrakurikuler andalan dalam rangka pengembangan karkater siswa. Secara
khususnya untuk mewujudkan motto dari SMAN 3 sendiri yaitu “Knowledge is
Power but Character is More“ .
d. Bagi Departemen Pendidikan Kewarganegaraan
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan keilmuan
terutama mengenai pembinaan karakter yang merupakan salah satu tujuan dari
PKn.
F. Penjelasan Istilah
Untuk lebih menjelaskan berbagai istilah yang peneliti gunakan dalam
judul penelitian ini, demikian peneliti mencantumkan penjelasan beberapa istilah
sebagai berikut:
1. Karakter
“Pengertian karakter adalah objektifitas yang baik atas kualitas manusia, baik bagi manusia diketahui atau tidak” (Lickona , 2012, hlm. 165). Karakter
adalah suatu nilai kejiwaan yang positif yang dimiliki manusia dan mampu
menjadikan seseorang berbeda dari yang lainnya. Karakter ini didapatkan dari
pendidikan yang ditanamkan oleh orang tua dan lingkungan sejak anak berusia
dini.
Ade Yuni Ratnasari, 2014
Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Karakter kewarganegaraan adalah suatu sifat kejiwaan dimana seseorang
sadar akan fitrahnya sebagai warga negara dengan segala hak dan kewajibannya.
Hal tersebut selaras dengan pendapat Samsudiat (2013) yang mengartikan “karakter kewarganegaraan adalah suatu bentuk implementasi kepribadian terhadap norma, hak, dan kewajiban sebagai warga negara”.
3. Ekstrakurikuler
Menurut Suryosubroto (2009, hlm. 287) “kegiatan ekstrakurikuler
merupakan kegiatan tambahan di luar struktur program yang dilaksanakan di luar
jam pelajaran biasa agar memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan
kemampuan siswa”.
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan sebuah kegiatan yang di programkan
oleh sekolah diluar jam pelajaran formal dengan tujuan untuk memberikan
wawasan tambahan dan sebagai sarana pengembangan minat dan bakat bagi
siswa.
4. Rohis
Rohis berasal dari kata Rohani dan Islam yang berarti sebuah lembaga
untuk memperkuat keislaman. Rohis biasanya dikemas ke dalam bentuk
ekstrakurikuler disekolah.
Ekstrakurikuler Rohis adalah sekumpulan orang-orang atau kelompok orang atau wadah tertentu dan untuk mencapai tujuan atau cita-cita yang sama dalam badan kerohanian, sehingga manusia yang tergabung di dalamnya dapat mengembangkan diri berdasarkan konsep nilai-nilai keislaman dan mendapatkan siraman kerohanian (Rowiyah, 2011).
Jadi, Rohis merupakan kegiatan keagamaan keislaman yang dibentuk
dalam suatu ekstrakurikuler di sekolah yang bertujuan untuk membentuk karakter
siswa berdasarkan nilai-nilai keislaman.
Ade Yuni Ratnasari, 2014
Pembinaan Karakter Kewarganegaraan Melalui Ekstrakurikuler Rohis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Struktur organisasi dalam penelitian ini berisi rincian urutan penulisan dari
setiap bab dan bagian bab, dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. BAB I Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang
masalah, Identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi
operasional, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
2. BAB II Tinjauan pustaka. Pada bab ini diuraikan dokumen- dokumen atau
data-data yang berkaitan dengan fokus penelitian serta teori-teori yang
mendukung penelitian peneliti.
3. BAB III Metodologi penelitian. Pada bab ini peneliti menjelaskan metodologi
penelitian, teknik pengumpulan data, serta tahapan penelitian yang digunakan
dalam penelitian yang peneliti teliti.
4. BAB IV Analisis hasil penelitian. Dalam bab ini peneliti menganalisis data
yang didapatkan tentang Pengembangan Karakter Kewarganegaraan Siswa
melalui Ekstrakurikuler Rohis.
5. BAB V Kesimpulan dan saran. Dalam bab ini peneliti berusaha mencoba
memberikan kesimpulan dan saran sebagai penutup dari hasil penelitian dan