• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Lokasi penelitian terletak di Kebun Percobaan Leuwikopo. Lahan yang digunakan merupakan lahan yang biasa untuk penanaman cabai, sehingga sebelum dilakukan penanaman, lahan diberakan. Penanaman di lapangan dilakukan pada akhir bulan Desember 2009, saat terjadi hujan (Gambar 8).

Pertumbuhan tanaman cabai di lapangan cukup baik sampai tanaman cabai berumur 3 minggu setelah tanam (MST). Pada umur ini belum ada serangan hama dan penyakit. Sebagian besar tanaman cabai mengalami pertumbuhan yang cepat, hal ini ditandai dengan umur berbunga tanaman cabai pada umur 18 hari setelah tanam (HST) atau kurang lebih 2 MST (Gambar 9). Menurut Hilmayanti (2006) umur berbunga tanaman cabai adalah 45 HST.

.

Gambar 8. Penanaman Cabai di Lapangan Gambar 9. Tanaman Cabai 2 MST Sudah Berbunga

Selama penelitian berlangsung, data curah hujan berada pada interval 42.9 mm sampai dengan 460.7 mm. Curah hujan tertinggi tejadi pada saat bulan Februari 2010 (460.7 mm), sedangkan curah hujan terendah terjadi pada saat bulan April 2010 (42.9 mm). Suhu tertinggi terjadi pada bulan April (27.1 oC) dan terendah pada bulan Januari (25.3 oC) (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, 2010)

(2)

Serangan penyakit tanaman antara lain antraknosa (Colletotricum capsici), layu fusarium (Fusarium oxysporum), layu bakteri (Pseudomonas solanacearum), rebah kecambah (Phytium debaryanum), daun keriting kuning (virus Geminiviridae). Tanaman yang terserang penyakit keriting 18.06 %. Penyakit ini banyak menyerang tanaman cabai IPB C2. Tanaman mati karena serangan layu bakteri 4.44 %. Buah cabai yang merah juga banyak yang terserang penyakit antraknosa.

Hama yang menyerang tanaman di lapangan adalah kutu daun persik (Myzus

persicae), belalang (Valanga nigricornis), bekicot (Achatina fulica), ulat grayak

(Spodoptera litura), lalat buah (Bactrocera dorsalis), thrips (Thrips parvispinus).

Hama yang paling banyak ditemukan adalah ulat grayak (Spodoptera litura), lalat buah (Bactrocera dorsalis). Lalat buah dikendalikan dengan cara pemasangan feromon.

Variabilitas Genetik

Crowder (1986) menyatakan besarnya variabilitas genetik suatu karakter yang timbul dalam suatu populasi tanaman yang diperbanyak melalui biji dipengaruhi oleh konstitusi gen yang mengendalikan generasi segregasi dari gen-gen tersebut. Menurut Anderson dan Bancroff (1952) dalam Lestari et al. (2006), suatu karakter dinyatakan mempunyai variabilitas genetik yang luas apabila nilai varians genetiknya lebih besar dari dua kali standar deviasi varians genetik. Suatu karakter dinyatakan mempunyai variabilitas genetik yang sempit apabila nilai varians genetiknya lebih kecil dari dua kali standar deviasi varian genetik.

Menurut Allard (1960) variabilitas genetik yang luas merupakan syarat berlangsungnya proses seleksi yang efektif karena akan memberikan keleluasaan dalam proses pemilihan suatu genotipe. Pada penelitian ini (Tabel 1) semua karakter yang diamati ada beberapa karakter yang memiliki nilai duga varians genetik luas yaitu umur berbunga, umur buah merah, umur panen, jumlah buah per tanaman, dan bobot buah per tanaman. Sebagian besar populasi F5 memiliki nilai varians fenotipe luas kecuali pada karakter diameter ujung buah.

(3)

Karakter yang memiliki variabilitas genetik yang luas akan memiliki variabilitas fenotipe yang luas. Karakter yang memiliki variabilitas genetik yang sempit belum tentu akan memiliki variabilitas fenotipe yang sempit. Hal ini karena variabilitas fenotipe dipengaruhi oleh variabilitas genetik dengan lingkungan.

Terjadinya inisiasi bunga pada tanaman cabai ditentukan oleh faktor genetik yang berinteraksi dengan lingkungan (Ganefianti et al., 2006). Faktor lingkungan yang paling berpengaruh terhadap pembungaan adalah temperatur dan intensitas radiasi matahari. Rata-rata temperatur di lapangan berkisar antara 25.3-27.1 oC, sementara tanaman cabai membutuhkan kisaran temperatur antara 18- 27 oC. Bila temperatur di bawah 16 oC dan di atas 32 oC proses pembungaan dan pembuahan akan terhambat atau gagal.

Tabel 1. Nilai Duga Varians Genetik Populasi F5 Cabai

Karakter σ2G 2σσ²G Kriteria σ2P 2σσ²P Kriteria Tinggi tanaman 0.00 35.01 sempit 248.79 0.00 Luas Tinggi dikotomus 0.71 7.75 sempit 15.03 1.68 Luas Diameter batang 0.67 5.34 sempit 7.13 1.64 Luas Umur berbunga 9.64 8.52 luas 18.16 6.21 Luas Umur buah merah 14.95 11.90 luas 35.37 7.73 Luas

Umur Panen 19.49 12.81 luas 41.01 8.83 Luas

Diameter pangkal buah 4.97 5.11 sempit 6.53 4.46 Luas Diameter tengah buah 4.61 4.79 sempit 5.73 4.29 Luas Diameter ujung buah 0.56 1.91 sempit 0.91 1.50 Sempit Panjang buah 0.00 4.11 sempit 3.46 0.00 Luas Bobot per buah 3.54 5.13 sempit 6.59 3.76 Luas Jumlah buah per tanaman 890.61 93.85 luas 2201.90 59.69 Luas Bobot buah per tanaman 28127.24 456.98 luas 52208.71 335.42 Luas

Keterangan: σ2G= varians genetik,σσ²G = standar deviasi varians genetik

σ2P= varians fenotipe,σσ²P= standar deviasi varians fenotipe

Koefisien variabilitas genetik (KVG) digunakan untuk mengukur variabilitas genetik suatu karakter tertentu dan untuk membandingkan variabilitas genetik berbagai karakter tanaman. Tingginya nilai KVG menunjukkan peluang terhadap usaha-usaha perbaikan yang efektif melalui seleksi (Bahar et al., 1998). Pada Tabel 2 nilai KVG dari semua karakter berkisar antara 0.00-73.28 %. Nilai

(4)

KVG yang tinggi berkisar antara 26.07-73.28 % yaitu terdapat pada karakter diameter batang, diameter ujung buah, bobot per buah, jumlah buah per tanaman, dan bobot buah per tanaman.

Tabel 2. Koefisien Variabilitas Genetik Populasi F5 Cabai

Karakter KVG (%) Kriteria

Tinggi tanaman 0.00 sempit

Tinggi dikotomus 4.50 sempit

Diameter batang 73.28 sangat luas

Umur berbunga 12.37 agak sempit

Umur buah merah 5.93 sempit

Umur Panen 6.35 sempit

Diameter pangkal buah 14.64 agak sempit

Diameter tengah buah 16.21 agak sempit

Diameter ujung buah 37.46 luas

Panjang buah 0.00 sempit

Bobot per buah 26.07 agak luas

Jumlah buah per tanaman 53.29 sangat luas Bobot buah per tanaman 61.31 sangat luas

Keterangan: KVG : koefisien variabilitas genetik (%)

Heritabilitas

Nilai heritabilitas berkisar antara 0 dan 1. Heritabilitas dengan nilai 0 berarti bahwa variabilitas fenotipe terutama disebabkan oleh faktor lingkungan, sedangkan variabilitas dengan nilai 1 berarti variabilitas fenotipe terutama disebabkan oleh genotipe. Makin mendekati 1 dinyatakan heritabilitasnya makin tinggi, sebaliknya makin mendekati 0 heritabilitasnya makin rendah (Poespodarsono, 1988). Karakter yang memiliki nilai heritabilitas arti luas yang tinggi adalah umur berbunga, diameter pangkal buah, diameter tengah buah, diameter ujung buah, bobot per buah, dan bobot buah per tanaman.

Nilai duga heritabilitas pada populasi F5 yang diamati (Tabel 3) berkisar antara 0.00-80.35 %. Dengan demikian, genotipe cabai F5 yang digunakan memungkinkan untuk menuju tahap seleksi selanjutnya. Nilai duga heritabilitas suatu karakter perlu diketahui untuk menduga apakah karakter tersebut banyak

(5)

dipengaruhi oleh faktor lingkungan atau genetik. Nilai heritabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa pengaruh faktor genetik lebih besar terhadap penampilan fenotipe, dibandingkan pengaruh lingkungan. Nilai heritabilitas yang tinggi berperan dalam meningkatkan efektivitas seleksi.

Tabel 3. Nilai Duga Heritabilitas Populasi F5 Cabai

Karakter Heritabilitas (%) Kriteria

Tinggi tanaman 0.00 rendah

Tinggi dikotomus 4.72 rendah

Diameter batang 9.40 rendah

Umur berbunga 53.08 tinggi

Umur buah merah 42.25 sedang

Umur Panen 47.53 sedang

Diameter pangkal buah 76.12 tinggi

Diameter tengah buah 80.35 tinggi

Diameter ujung buah 61.58 tinggi

Panjang buah 0.00 rendah

Bobot per buah 53.64 tinggi

Jumlah buah per tanaman 40.45 sedang

Bobot buah per tanaman 53.87 tinggi

Beberapa karakter memiliki nilai heritabilitas 0.00 yaitu pada karakter tinggi tanaman dan panjang buah. Hal ini karena tetua memiliki varians yang lebih tinggi dibandingkan dengan varians populasi F5. Tingginya varians suatu karakter seperti yang terjadi pada tetua antara lain karena adanya serangan penyakit. Tanaman yang terkena penyakit memiliki tinggi tanaman yang relatif lebih rendah dari pada tanaman normal.

Kemajuan Genetik

Pada penelitian ini seleksi akan efektif apabila nilai kemajuan genetik tinggi. Kemajuan genetik dapat bernilai positif atau negatif. Pendugaan kemajuan genetik akibat seleksi (KG) dihitung dari deferensial seleksi, yaitu selisih antara rata-rata populasi F5 sebelum diseleksi dengan rata-rata populasi F5 setelah diseleksi.

(6)

Berdasarkan data pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai kemajuan seleksi cukup bagus. Sebagian besar karakter komponen hasil memiliki nilai KG positif, hal ini berarti menunjukkan adanya pertambahan untuk generasi F6. Karakter komponen pertumbuhan sebagian besar juga memiliki nilai KG positif kecuali tinggi dikotomus. Karakter tinggi dikotomus pada generasi F6 diduga akan mengalami penurunan. Kondisi ini kurang bagus karena pada generasi F5 sudah cukup pendek. Hal ini dapat menyebabkan buah cabai bersentuhan dengan mulsa plastik.

Tabel 4. Nilai Duga Kemajuan Genetik Populasi F5 Cabai

Karakter Rata-rata Populasi F5 KG F6 Tinggi tanaman (cm) 76.23 0.00 76.23 Tinggi dikotomus (cm) 18.48 (0.02) 18.46 Diameter batang (mm) 11.73 0.08 11.81 Umur berbunga (HST) 24.89 (1.08) 23.81

Umur buah merah (HST) 65.09 (0.28) 64.81

Umur panen (HST) 69.28 (1.38) 67.90

Diameter pangkal buah (mm) 15.23 1.46 16.69

Diameter tengah buah (mm) 13.24 0.80 14.04

Diameter ujung buah (mm) 1.98 0.06 2.04

Panjang buah (cm) 10.36 0.00 10.36

Bobot per buah (g) 7.22 1.11 8.33

Jumlah buah per tanaman 68.90 30.03 98.93

Bobot buah per tanaman (g) 333.84 218.77 552.61

Keterangan: KG = kemajuan genetik, F6= pendugaan pada generasi selanjutnya

Nilai KG pada karakter umur berbunga, umur buah merah, dan umur panen adalah negatif. Nilai negatif pada karakter ini sangat diharapkan. Pada karakter ini menunjukkan adanya percepatan panen pada generasi F6 atau bisa dikatakan memiliki umur genjah. Walaupun tidak menunjukkan perbedaan yang besar, tetapi hal ini suatu kemajuan. Pada generasi F6 diduga buah cabai dapat dipanen 2 hari lebih cepat.

(7)

Korelasi dan Analisis Lintas

Koefisien korelasi antar karakter dapat dilihat pada Tabel 5. Karakter yang berkorelasi positif dan sangat nyata dengan bobot buah per tanaman adalah diameter pangkal buah (r= 0.49), diameter tengah buah (r= 0.36), panjang buah (r= 0.54), bobot per buah (r= 0.51), dan jumlah buah per tanaman (r= 0.89). Tanaman yang memiliki jumlah buah banyak akan menghasilkan bobot buah per tanaman yang besar. Buah yang memiliki diameter pangkal buah, diameter tengah buah, dan panjang buah yang besar akan memiliki bobot buah per tanaman yang besar juga. Bobot per buah yang besar akan menghasilkan bobot buah per tanaman total yang besar pula. Karakter diameter batang (r= 0.13) berkorelasi positif dan nyata dengan bobot buah per tanaman. Tanaman yang memiliki diameter batang yang besar akan menghasilkan bobot buah per tanaman yang besar. Menurut Ganefianti et al. (2006) bobot buah per tanaman memiliki korelasi positif dengan karakter jumlah buah dan panjang buah.

Karakter yang berkorelasi negatif dengan bobot buah per tanaman adalah umur berbunga, umur buah merah, dan umur panen. Secara fisiologi tanaman cabai tetap melakukan pertumbuhan vegetatif walaupun sudah menghasilkan buah. Semakin cepet umur berbunga, umur buah merah, dan umur panen akan menyebabkan semakin besar bobot buah per tanaman.

Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa karakter tinggi tanaman, tinggi dikotomus, dan diameter ujung buah berkorelasi tidak nyata terhadap bobot buah per tanaman. Dengan demikian ketiga karakter ini tidak dapat digunakan untuk menduga bobot buah per tanaman cabai.

Metode analisis korelasi memiliki kelemahan, karena dapat terjadi salah penafsiran terhadap interaksi antar komponen hasil. Menurut Ganefianti et al. (2006) dalam analisis korelasi diasumsikan bahwa selain kedua sifat yang dipasangkan, yang lain dianggap konstan. Analisis korelasi juga tidak dapat digunakan untuk menggambarkan besarnya sumbangan dari suatu peubah terhadap peubah lain. Masalah ini dapat diatasi dengan analisis lintas (sidik lintas) karena masing-masing sifat yang dikorelasikan dengan hasil dapat diurai menjadi pengaruh langsung dan tidak langsung.

(8)

Hasil analisis lintas berbagai karakter yang diamati pada cabai menghasilkan hubungan kausal antara karakter tersebut dengan bobot buah per tanaman sebagai karakter tidak bebas (Tabel 6). Berdasarkan analisis lintas ternyata tidak semua karakter memiliki pengaruh langsung yang besar. Tidak ada satu pun karakter yang memiliki nilai pengaruh langsung yang sama dengan pengaruh total yang ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi. Pengaruh langsung ditunjukkan oleh nilai koefisien lintas sedangkan pengaruh tidak langsung masing-masing karakter ditunjukkan oleh nilai karakter bebas.

Penentuan karakter-karakter yang dapat dijadikan sebagai kriteria seleksi yang efektif dapat dilihat dari besarnya pengaruh langsung terhadap hasil, korelasi antara karakter dengan hasil, dan selisih dengan pengaruh langsung karakter tersebut terhadap hasil nilainya kurang dari 0.05. Jika ketiga hal tersebut dipenuhi, maka karakter tersebut sangat efektif sebagai kriteria seleksi untuk menduga hasil (Budiarti et al., 2004). Menurut Wahyuni et al. (2004) jika pengaruh totalnya besar namun pengaruh langsungnya negatif atau kecil sekali (diabaikan) maka karakter-karakter yang berperan secara tidak langsung harus dipertimbangkan secara simultan dalam seleksi.

Karakter yang memiliki pengaruh total yang besar adalah panjang buah, bobot per buah, dan jumlah buah per tanaman. Karakter yang memberikan pengaruh langsung yang cukup besar adalah jumlah buah per tanaman dengan koefisien lintas 0.7834. Jumlah buah per tanaman menjadi karakter kriteria seleksi tetapi harus ada karakter lain yang mendukung yaitu pengaruh tidak langsung. Hal ini disebabkan nilai selisih dari karakter jumlah buah per tanaman lebih dari 0.05 (Tabel 6).

Selisih pengaruh total dengan pengaruh langsung merupakan nilai pengaruh tidak langsung yang dikontribusikan melalui karakter lain. Karakter panjang buah dan bobot buah memiliki pengaruh tidak langsung terhadap bobot buah per tanaman melalui jumlah buah. Penentuan karakter tidak langsung dilakukan dengan tujuan untuk menyeleksi tanaman lebih awal. Berdasarkan hasil sidik lintas didapatkan karakter yang memiliki pengaruh tidak langsung terhadap bobot buah per tanaman total adalah karakter komponen hasil. Hal ini menyatakan bahwa seleksi harus dilakukan berdasarkan karakter komponen hasil.

(9)

Tabel 5. Koefisien Korelasi Populasi F5 Cabai Karakter TD DB UB UBM UP DP DT DU PB BB JB BBT TT 0.26** 0.68** -0.18** -0.11 -0.14* -0.02 -0.09 -0.09 0.10 0.01 0.03 0.01 TD 0.14* -0.25** -0.18** -0.18** 0.09 0.07 -0.06 0.13 0.11 0.05 0.05 DB -0.27** -0.07 -0.13 -0.01 -0.08 0.00 0.06 0.01 0.12 0.13* UB 0.43** 0.41** -0.09 -0.11 -0.04 -0.13 -0.11 -0.22** -0.24** UBM 0.74** -0.17* -0.08 -0.07 -0.23** -0.20** -0.17* -0.23** UP -0.16* -0.08 -0.03 -0.27** -0.19** -0.22** -0.33** DP 0.72** 0.14* 0.72** 0.85** 0.38** 0.49** DT 0.19** 0.51** 0.64** 0.31** 0.36** DU 0.05 0.09 0.01 0.02 PB 0.78** 0.45** 0.54** BB 0.39** 0.51** JB 0.89**

Keterangan: * = berkorelasi nyata pada taraf 5 % , **= berkorelasi sangat nyata pada taraf 1 %

TT= tinggi tanaman (cm), TD= tinggi dikotomus (cm), DB= diameter batang (mm), UB= umur berbunga (HST), UBM= umur buah merah (HST), UP= umur Panen (HST), DP= diameter pangkal buah (mm), DT= diameter tengah buah (mm), DU= diameter ujung buah (mm), PB= panjang buah (cm), BB= bobot per buah (g), JB= jumlah buah per tanaman, BBT= bobot buah per tanaman (g).

(10)

Tabel 6. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Beberapa Karakter terhadap Bobot Buah per Tanaman Populasi F5 Cabai Karakter Pengaruh

Langsung

Pengaruh Tidak Langsung Pengaruh

Total Selisih DB UB UBM UP DP DT PB BB JB DB 0.0156 0.0036 -0.0044 0.0200 -0.0013 0.0046 0.0008 0.0008 0.0949 0.1345 0.1189 UB -0.0131 -0.0043 0.0269 -0.0634 -0.0088 0.0062 -0.0015 -0.0137 -0.1697 -0.2413 0.2282 UBM 0.0629 -0.0011 -0.0056 -0.1141 -0.0165 0.0045 -0.0027 -0.0256 -0.1295 -0.2278 0.2907 UP -0.1550 -0.0020 -0.0054 0.0463 -0.0155 0.0044 -0.0033 -0.0244 -0.1711 -0.3261 0.1711 DP 0.0975 -0.0002 0.0012 -0.0107 0.0247 -0.0388 0.0087 0.1102 0.2962 0.4889 0.3913 DT -0.0541 -0.0013 0.0015 -0.0052 0.0127 0.0699 0.0062 0.0836 0.2441 0.3575 0.4116 PB 0.0121 0.0010 0.0016 -0.0142 0.0423 0.0700 -0.0278 0.1013 0.3515 0.5380 0.5258 BB 0.1299 0.0001 0.0014 -0.0124 0.0292 0.0827 -0.0349 0.0095 0.3023 0.5078 0.3779 JB 0.7834 0.0019 0.0028 -0.0104 0.0339 0.0369 -0.0169 0.0054 0.0501 0.8871 0.1038

Keterangan: DB= diameter batang (mm), UB= umur berbunga (HST), UBM= umur buah merah (HST), UP= umur panen (HST), DP= diameter pangkal buah (mm), DT=diameter tengah buah (mm), PB= panjang buah (cm), BB= Bobot per buah (g), JB= jumlah buah per tanaman.

(11)

Nilai CS sebesar 0.40 (Gambar 10) artinya dengan sembilan karakter tersebut dapat menjelaskan variasi bobot buah per tanaman total sebesar 60 %. Pengaruh karakter-karakter lain sebesar 40 %. Karakter umur berbunga, umur panen, dan diameter tengah buah memiliki pengaruh langsung terhadap bobot buah per tanaman bernilai negatif.

CS = 0.40

Keterangan: BBT= bobot buah per tanaman (g), JB= jumlah buah, BB= bobot per buah, PB= panjang buah (cm), CS= nilai sisa.

Gambar 10. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung terhadap Bobot Buah per Tanaman Populasi F5 Cabai

Data penelitian harus distandarisasi terlebih dahulu untuk menentukan indeks terboboti. Standarisasi (z) adalah data pengamatan dikurangi dengan nilai tengah karakter dibagi dengan nilai standar deviasi. Nilai indeks terboboti didapat dari penjumlahan bobot buah per tanaman total, pengaruh langsung, dan pengaruh tidak langsung. Pengali bobot buah per tanaman total adalah lima, pengaruh langsung adalah tiga, pengaruh tidak langsung adalah satu. Tabel 7 menunjukkan nomor genotipe F5 yang terseleksi dari semua populasi F5 yang ditanam.

BBT JB PB BB 0.7834 0.3515 0.3023

(12)

Tabel 7. Indeks Terboboti Karakter Seleksi Populasi F5 Cabai Genotipe F5 BBT Pengaruh Langsung Pengaruh Tidak Langsung i JB BB PB IPBF5002005-4-09 2.47 2.99 1.67 3.38 26.39 IPBF5002005-3-77 2.39 2.78 1.42 1.61 23.31 IPBF5002005-3-20 1.66 3.21 1.39 2.00 21.30 IPBF5002005-3-65 2.35 1.50 1.95 1.86 20.05 IPBF5002005-4-19 2.53 1.03 2.11 1.22 19.09 IPBF5002005-1-46 1.81 2.50 0.80 0.16 17.52 IPBF5002005-3-13 1.98 0.86 2.41 1.69 16.56 IPBF5002005-2-64 1.79 2.01 1.05 0.47 16.51 IPBF5002005-2-02 1.52 1.97 1.25 1.13 15.90 IPBF5002005-3-36 2.62 0.90 -0.28 0.01 15.54 IPBF5002005-2-46 1.41 2.35 0.32 0.51 14.92 IPBF5002005-1-40 1.77 1.52 0.22 0.28 13.89 IPBF5002005-3-78 0.90 2.46 1.04 0.83 13.75 IPBF5002005-3-08 1.68 1.60 -0.47 -0.01 12.72 IPBF5002005-3-17 1.44 0.77 1.99 1.13 12.63 IPBF5002005-2-59 1.03 1.67 0.95 1.32 12.42 IPBF5002005-3-75 1.51 0.54 1.52 1.54 12.24 IPBF5002005-1-59 1.59 0.81 0.94 0.89 12.20 IPBF5002005-4-16 1.33 0.51 2.50 1.23 11.91 IPBF5002005-1-19 1.61 1.50 -0.18 -0.48 11.88 IPBF5002005-4-13 1.26 0.64 1.59 1.83 11.66

Keterangan: BBT= bobot buah per tanaman (g), JB= jumlah buah per tanaman, BB= bobot per buah, PB= panjang buah (cm), i= indeks terboboti

Tanaman yang diseleksi berdasarkan banyak karakter memiliki produktivitas antara 11.80-20.31 ton/ha (Lampiran 2). Tanaman yang diseleksi berdasarkan bobot buah per tanaman memiliki produktivitas 13.95-20.31 ton/ha (Lampiran 2). Tanaman yang diseleksi berdasarkan banyak karakter memiliki nomor genotipe yang berbeda dengan tanaman yang diseleksi berdasarkan bobot buah per tanaman. Hal ini disebabkan ada beberapa tanaman yang panen serempak diawal, padahal pengamatan karakter panjang buah, bobot per buah, dan diameter buah dilakukan setelah panen ke dua. Ada beberapa tanaman yang setelah panen serempak diawal mengalami pengurangan ukuran dan bobot per buah.

(13)

Pengamatan Karakter Kualitatif

Karakter kualitatif adalah karakter-karakter yang perkembangannya dikondisikan oleh aksi gen atau gen-gen yang memiliki sebuah efek yang kuat, yang biasa disebut gen-gen mayor atau dikendalikan oleh sedikit gen (Baihaki, 2000). Menurut Syukur et al. (2009) tingkat homozigositas untuk tanaman menyerbuk sendiri pada generasi kelima mencapai 93.74 %.

Tabel 8. Karakter Kualitatif Tetua Cabai

Karakterisasi

Genotipe

IPB C2 IPB C5

Tipe pertumbuhan tanaman intermediate Intermediate

Warna batang hijau Ungu

Warna buku batang hijau Ungu

Bentuk batang silindris Silindris

Posisi bunga pendant Pendant

Warna mahkota bunga putih Putih

Warna anther ungu Biru

Jumlah bunga/axil satu Satu

Tipe daun ovate Ovate

Tepi kelopak bergerigi agak bergerigi

Tipe pangkal buah tumpul Romping

Tipe ujung buah pointed Blunt

Warna buah matang merah Merah

Bentuk buah elongate Elongate

Permukaan buah agak kasar Licin

Tipe pertumbuhan pada populasi F5 adalah intermediate 98.08 % dan

erect 1.95 %. Tipe pertumbuhan pada tetua IPB C2 dan IPB C5 adalah

intermediate. Warna batang pada populasi F5 adalah hijau 93.29 % dan ungu

6.71 %. Warna batang pada tetua IPB C2 adalah hijau dan IPB C5 adalah ungu. Warna buku pada populasi F5 adalah ungu 96.81 % dan hijau 3.19 %. Warna buku pada tetua IPB C2 adalah hijau dan IPB C5 adalah ungu. Menurut Hariati (2007) tipe pertumbuhan IPB C2 dan IPB C5 adalah intermediate, warna batang IPB C2 dan IPB C5 adalah hijau, dan warna buku IPB C2 adalah hijau dan IPB C5 adalah ungu.

(14)

Posisi bunga pada populasi F5 adalah pendant 84.35 % dan intermediate

15.65 %. Posisi bunga pada tetua IPB C2 dan IPB C5 adalah pendant. Warna mahkota pada populasi F5 putih 100 %. Warna mahkota pada tetua IPB C2 dan IPB C5 adalah putih. Warna anther pada populasi F5 adalah ungu 54.95 %, biru 31.95 %, kuning 6.71 %, dan hijau 0.64 %. Warna anther pada tetua IPB C2 adalah ungu dan IPB C5 adalah biru. Tipe daun pada populasi F5 adalah ovate

87.22 %, lanceolate 12.46 %, dan deltoid 0.32 %. Tipe daun pada tetua IPB C2 dan IPB C5 adalah ovate. Menurut Hariati (2007) posisi bunga IPB C2

intermediate dan IPB C5 pendant, warna mahkota IPB C2 dan IPB C5 adalah

putih, warna anther IPB C2 adalah ungu dan IPB C5 adalah biru, dan tipe daun IPB C2 adalah lenceolate dan IPB C5 adalah ovate.

Tipe kelopak pada populasi F5 adalah bergerigi 70.48 % dan agak bergerigi 29.52 %. Tipe kelopak pada tetua IPB C2 adalah bergerigi dan IPB C5 adalah agak bergerigi. Tipe pangkal pada populasi F5 adalah tumpul 80 % dan romping 20 %. Tipe pangkal pada tetua IPB C2 adalah tumpul dan IPB C5 adalah romping. Tipe ujung pada populasi F5 adalah pointed 81.88 %, blunt 16.67 %,

dan sunken and pointed 1.45 %. Tipe ujung pada tetua IPB C2 adalah pointed dan

IPB C5 adalah blunt. Menurut Hariati (2007) tipe kelopak IPB C2 adalah bergerigi dan IPB C5 adalah agak bergerigi, tipe pangkal IPB C2 tumpul dan IPB C5 runcing, dan tipe ujung IPB C2 dan IPB C5 adalah pointed.

Gambar

Gambar 8. Penanaman Cabai di Lapangan  Gambar 9. Tanaman Cabai 2 MST         Sudah Berbunga
Tabel 1. Nilai Duga Varians Genetik Populasi F5 Cabai
Tabel 2. Koefisien Variabilitas Genetik Populasi F5 Cabai
Tabel 3. Nilai Duga Heritabilitas Populasi F5 Cabai
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nilai heritabilitas arti luas yang tinggi terdapat pada karakter intensitas serangan blas daun, blas leher malai, tinggi tanaman, umur berbunga dan umur panen, panjang daun

4 Nilai tengah karakter umur panen, panjang buah, diameter buah, ketebalan daging buah dan ketebalan kulit buah melon 14 5 Nilai tengah karakter bobot dan kadar gula

Karakter yang memiliki nilai heritabilitas arti luas yang tinggi adalah karakter daya tumbuh, umur anthesis , tinggi tanaman, panjang tongkol, diameter tongkol, jumlah baris

Daya hasil cabai besar di pengaruhi oleh beberapa karakter seperti tinggi tanaman, diameter batang, umur berbunga, umur panen, panjang buah, diameter buah, tebal daging, jumlah biji

Jika dikelompokkan, karakter yang memiliki heritabilitas rendah adalah umur panen, karakter dengan heritabilitas sedang adalah diameter batang, lebar kanopi tanaman, panjang

Besaran nilai duga heritabilitas yang tinggi terdapat pada umur berbunga, umur panen, tinggi tanaman, jumlah cabang dan bobot 100 butir, sedangkan untuk karakter jumlah polong

Keragaman genetik yang luas terdapat pada karakter umur panen, bobot buah, jumlah buah per tanaman, panjang buah dan diameter buah, sedangkan keragaman genetik sempit

Hasil rekapitulasi analisis ragam menunjukkan bahwa perbedaan genotipe berpengaruh nyata terhadap karakter tinggi tanaman, umur berbunga, umur panen, bobot buah bagus per tanaman, bobot