• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kasih Menggenapi Hukum Taurat (Roma 13:8-10)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kasih Menggenapi Hukum Taurat (Roma 13:8-10)"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Kasih Menggenapi Hukum

Taurat (Roma 13:8-10)

Pdt. Yakub Tri Handoko

Bagi sebagian orang judul di atas mungkin sedikit membingungkan, bahkan mengagetkan. Kasih disandingkan dengan Hukum Taurat? Yang satu sering dilekatkan dengan kebebasan, sedangkan yang lain dengan keterikatan.

Kesan seperti ini muncul karena kita sering diletakkan dalam sebuah polarisasi antara cinta yang tanpa aturan dan aturan yang tanpa cinta. Di satu sisi, dengan mengatasnamakan

(4)

cinta, semua objek cinta dianggap sah-sah saja. Para pelaku dan pendukung cinta romantisme sesama jenis adalah salah satu contohnya. Cinta dipandang tidak pernah salah. Di sisi lain, dengan mengatasnamakan aturan, para pelanggar kebenaran dijadikan objek cemoohan dan kebencian. Kelompok konservatif yang merendahkan kaum LGBTQ adalah contohnya. Orang “saleh” dianggap pasti lebih benar.

Dua kutub di atas telah melakukan kekeliruan yang fatal. Cinta tanpa aturan adalah sentimentalisme. Sebaliknya, aturan tanpa cinta adalah legalisme. Kita tidak ingin berada dalam ketegangan yang tidak diperlukan ini. Cinta berkali-kali salah. Aturan berkali-kali melukai. Hanya ketika cinta melandasi aturan, kita mendapatkan komunitas yang menyenangkan dan menggenapkan. Itulah yang ingin disampaikan oleh Paulus kepada kita hari ini.

Sebelum kita memasuki bagian inti dari khotbah hari ini, kita perlu memperjelas terlebih dahulu cakupan kasih yang dimaksud di bagian ini. Apakah perintah ini ditujukan kepada sesama orang Kristen atau semua orang? Pembacaan yang normal tampaknya mengarahkan kita pada opsi pertama. Dari semua pemunculan perintah untuk saling mengasihi di Alkitab hampir semuanya merujuk pada kasih antar sesama orang percaya. Pengutipan perintah-perintah Taurat juga mengasumsikan penerima surat

(5)

sudah memahaminya dengan cukup baik. Jika cakupan perintah ini adalah semua orang, Paulus mungkin akan mengutip nasihat-nasihat bijak dari para filosof Yunani-Romawi kuno. Lagipula, sulit dibayangkan bahwa Paulus mendorong semua orang untuk saling mengasihi. Dia tidak memiliki kapasitas yang cukup untuk menasihati semua orang.

Walaupun demikian, teks hari ini tidak meniadakan orang-orang lain di luar kekristenan. Kata “siapapun juga” di ayat 8 menyiratkan cakupan yang lebih luas. Di samping itu, apa yang disampaikan di teks ini secara prinsip dapat diterapkan pada relasi dengan semua orang. Jadi, cakupan perintah ini hanya masalah prioritas saja.

Mengapa kita harus saling mengasihi? Bukankah tidak semua orang di sekitar kita “layak” untuk dikasihi? Ada tiga alasan objektif untuk hal ini; alasan yang tidak ditentukan oleh keadaan atau sikap orang.

Karena kasih adalah hutang kepada sesama (ayat 8a)

Paulus mengawali teks hari ini dengan kalimat: “Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi” (ayat 8a). Kata sambung “tetapi” (ei mē) lebih tepat diterjemahkan “kecuali,” sebagaimana tersirat dalam mayoritas versi Inggris. Melalui kata sambung ini Paulus

(6)

mengingatkan bahwa kasih kepada sesama akan selalu menjadi hutang kita, tidak peduli seberapa banyak kita sudah membayarnya.

Ada beberapa klarifikasi penting yang perlu disebutkan berkaitan dengan ayat 8a. Teks ini tidak boleh dijadikan alasan untuk melarang semua bentuk hutang (kecuali hutang dengan motivasi dan alasan yang salah). Yang ditekankan Paulus di sini bukan “tidak boleh berhutang” (opheilō) tetapi “kalau berhutang harus segera bayar” (ayat 7 “Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar”). Bagian Alkitab lainnya mencatat tentang aturan hutang-piutang (Kel. 22:25; Ul. 15:1-2). Orang yang berbelas-kasihan kepada orang yang lemah dikatakan telah memiutangi TUHAN (Ams. 19:17). Paulus sendiri tidak membatalkan, tetapi akan membayar hutang Onesimus kepada Filemon (Flm. 18-19).

Roma 13:8a juga tidak mengajarkan bahwa hutang kita hanyalah kasih kepada sesama. Kita berhutang banyak hal kepada banyak orang. Sebagai contoh, kita berhutang “penghormatan” (ayat 7). Tidak peduli seberapa sering kita memberikan penghormatan kepada orang lain, kita tetap harus terus melakukan hal itu. Itu hutang kita. Paulus sendiri di awal surat telah menyinggung bahwa dia berhutang Injil kepada semua orang (1:14).

(7)

Jika hutang kita banyak, mengapa Paulus menggunakan kata “kecuali” di ayat 8a seolah-olah hutang kita hanya kasih kepada sesama? Jawabannya terletak pada posisi kasih sebagai fondasi bagi semua tindakan ketaatan kita. Kita memberikan penghormatan karena kasih. Kita mengabarkan Injil karena kasih. Jadi, hutang kasih kepada sesama bukan hanya sekadar sebuah hutang, tetapi hutang yang melahirkan hutang-hutang yang lain. Pendeknya, kita harus membayar semua hutang kita dengan dilandasi oleh kasih, bukan keterpaksaan.

Kita berhutang kepada sesama bukan karena mereka telah memberikan sesuatu kepada kita. Kita berhutang karena Allah telah memberikan kasih-Nya kepada kita (1Yoh. 3:16 “jadi kitapun wajib (opheilō) menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita”; 1Yoh. 4:11 “maka haruslah (opheilō) kita juga saling mengasihi”).

Apakah hal ini berarti bahwa kita berhutang kepada Allah? Tidak juga. Kasih Tuhan kepada kita bukanlah hutang kita kepada-nya. Dia tidak minta dibayar. Dia tidak butuh dibayar. Kalaupun kita diminta membayar, tidak ada satupun di antara kita yang sanggup membayarnya. Jadi, Allah memberikan semua itu sebagai pemberian cuma-cuma. Bagaimanapun, pemberian ini disertai kewajiban: mengasihi sesama.

(8)

Karena kasih adalah inti Hukum Taurat (ayat 9)

Paulus mengajarkan bahwa inti dari segala perintah dan larangan dalam Alkitab adalah kasih. Poin ini diungkapkan melalui kata “tersimpul” (anakephaleiouta), yang di surat Paulus lainnya berarti “menyatukan” (Ef. 1:10). Inti berarti apa yang menyatukan semua aturan Alkitab. Dalam ungkapan lain, apa yang menjadi esensi atau inti dari semua perintah dan larangan dalam Alkitab. Fakta bahwa Paulus hanya menyinggung tentang perintah untuk mengasihi sesama manusia sebagai inti Hukum Taurat tidak boleh dibentrokkan dengan Tuhan Yesus (bdk. Mat. 22:35-40). Paulus memang sedang membicarakan tentang relasi horizontal. Dia merasa tidak perlu menyinggung tentang relasi vertikal dengan Allah karena memang kurang relevan dengan fokus pembahasan. Itulah sebabnya dia juga hanya mengutip dari Imamat 19:18 (mengasihi sesama), tanpa menyertakan Ulangan 6:5 (mengasihi Allah).

Cara Paulus mengutip di sini juga tidak seberapa detil. Perintah ke-5 (menghormati orang tua) dan ke-9 (jangan bersaksi dusta) tidak disebutkan. Perintah ke-10 (jangan mengingini) dikutip tetapi tidak diberi objek atau keterangan apapun. Selain tidak mengutip semua perintah horizontal, dia bahkan menambahkan: “dan firman lain manapun juga” (ayat 9). Semua ini dimaksudkan untuk memberi sorotan lebih pada bagian: “sudah tersimpul dalam firman ini: kasihilah sesamamu

(9)

manusia” (ayat 9b).

Esensi ini - yaitu kasih – menegaskan bahwa kekristenan adalah agama relasional, bukan sekadar ritual dan legal. Ritual dan berbagai aturan bukanlah esensi, melainkan ekspresi; kemasan, bukan subtansi. Kasihlah yang membuat keduanya menjadi bermakna.

Kasih juga memberikan keseimbangan yang diperlukan. Tanpa dilandasi cinta, ketaatan menjadi aturan yang memberatkan & membingungkan bagi kita. Kita merasa terpaksa dalam melakukannya. Tanpa dibatasi aturan, cinta akan menjadi perasaan yang liar & membingungkan bagi setiap orang. Apa yang kita rasa belum tentu sesuai dengan fakta.

Karena kasih adalah kegenapan Hukum Taurat (ayat 8b, 10)

Kata “memenuhi” (LAI:TB, plēroō) mengandung arti “menaati dengan memadai,” bukan sekadar asal melakukan. Pemunculan kata kerja aktif peplērōken di ayat ini sangat penting. Menggenapi Taurat bukan hanya sekadar pasif (ayat 10 “kasih tidak berbuat jahat kepada kepada sesamanya”), tetapi juga aktif (ayat 8b “ia sudah memenuhi Hukum Taurat”). Tidak cukup bagi kita untuk menjauhi larangan. Kita juga harus menjalankan perintah.

Poin ini sekilas agak membingungkan. Paulus sudah menyatakan bahwa kita sudah tidak lagi

(10)

berada di bawah Hukum Taurat (6:1-7:6). Kita juga tidak mungkin menaati Hukum Taurat (7:7-25). Bagaimana mungkin dia memerintahkan orang Kristen untuk menggenapi Hukum Taurat? Untuk memahami ini, kita tidak boleh melupakan apa yang sudah disampaikan di 8:3-4. Di sana Paulus menegaskan bahwa ketidakmampuan kita dalam menaati Hukum Taurat sudah dilakukan oleh Yesus Kristus dan dikalahkan melalui pimpinan Roh Kudus. Paulus berkata: “Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging, supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh” (8:3-4). Maksudnya, ketaatan kita kepada Hukum Taurat bukan untuk keselamatan maupun pembenaran di hadapan Allah. Kehidupan Kristus yang sempurna sudah memenuhi semua tuntutan Taurat dan kematian-Nya yang sempurna sudah menanggung kutukan Taurat. Kita melakukan perintah-perintah Allah sebagai ungkapan syukur dan kasih kita pada Kristus.

Dalam proses ketaatan ini kita juga tidak mengandalkan kekuatan sendiri. Roh Kudus sudah diberikan bagi kita, bukan hanya untuk

(11)

menghangatkan hati kita dengan kasih di Golgota (5:5) tetapi sekaligus memampukan kita untuk hidup bagi kebenaran (8:10). Persandaran pada karya penebusan Kristus dan pimpinan Roh Kudus inilah yang menjadi kunci keberhasilan dalam proses ketaatan.

Tentu saja kita sudah tidak terikat oleh berbagai aturan detil Taurat. Sebagian sudah tidak relevan dengan keadaan sekarang. Sebagian sudah digenapi dalam pengurbanan Kristus. Namun, esensi dari setiap perintah masih mengikat kita, yaitu kasih. Allah lebih dahulu mengasihi kita supaya kita bisa mengasihi Dia dan sesama. Soli Deo Gloria.

(12)

Katekismus

Westminster

Pertanyaan 115:

Apa yang dituntut dalam hukum yang keempat? • Hukum yang keempat menuntut agar semua

orang menguduskan dan membaktikan kepada Allah waktu-waktu tertentu, yang telah ditetapkan-Nya dalam Firman-Nya, khususnya satu hari penuh setiap tujuh hari. Dari permulaan dunia hingga kebangkitan Kristus, hari itu ialah hari ketujuh; sesudah itu hari pertama tiap-tiap minggu; begitu pula untuk seterusnya sampai akhir dunia. Hari itulah hari Sabat Kristen, yang dalam Perjanjian baru disebut ‘Hari Tuhan’.

• a. Ula 5:12, 14; Kej 2:2-3; 1Ko 16:1-2; Kis 20:7; Mat 5:17-18; Yes 56:2, 4, 6-7. b. Wah 1:10.

(13)

Pokok Doa

Syafaat

1. Berdoa untuk pemulihan beberapa daerah di Indonesia yang terkena bencana

alam. Tuhan memberikan hikmat kepada pemerintah dalam mengatasi hal tersebut. Tuhan juga memberikan penghiburan, kekuatan dan menyembuhkan trauma para korban bencana alam. Berdoa supaya bantuan dapat diterima dengan baik oleh para korban bencana.

2. Berdoa untuk semua hamba Tuhan REC. Tuhan beri hikmat dan kekuatan untuk bisa mengembangkan talenta yang Tuhan berikan secara maksimal. Melalui pelayanan setiap hamba Tuhan jemaat bisa semakin bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan. 3. Berdoa untuk program siaran Radio REC

yang ada di Papua Barat. Kiranya program-program yang disiarkan boleh memberkati masyarakat disana.

(14)

Dusta yang Diyakini

oleh Kaum Wanita

Tentang Dosa

Lebih dari separuh wanita yang kami survei mengakui bahwa mereka telah termakan dusta yang mengatakan bahwa mereka tidak dapat hidup berkemenangan atas dosa-dosa mereka. Sungguh mudah untuk menyaksikan bagaimana Setan menggunakan dusta ini untuk membelenggu orang-orang percaya.

Apabila kita berulang kali memilih untuk taat

(15)

kepada dosa dan bukannya taat kepada Allah, maka kita sedang mengembangkan kebiasaan yang akan sulit untuk diubah – kita memilih untuk hidup sebagai budak dosa. Untuk sementara kita mungkin mendapati diri kita mencoba untuk melakukan yang benar, tetapi lalu kita gagal, mencoba dan gagal lagi, demikian berulang-ulang. Pada saat itu Iblis berusaha untuk meyakinkan kita bahwa kita tidak akan pernah berhasil, bahwa kita akan selalu diperbudak oleh kebiasaan yang buruk itu. Kita pun berpikir, apa gunanya? Saya akan gagal lagi. Saya akan selalu kalah seumur hidup saya. Jadi kita menyerah. Apa yang terjadi? Setan telah berhasil membuat kita percaya bahwa kita tidak mungkin menang atas cobaan dan dosa. Meskipun kisah-kisah berikut tidak persis sama, sebenarnya itulah yang terjadi pada “Christine” dan “Cheryl”:

Saya berjuang melawan ketertarikan saya pada wanita, padahal saya tahu bahwa itu salah. Ketika saya berjuang keras di dalam diri saya, pikiran saya semakin lama semakin buruk, Saya pikir saya tidak dapat mengendalikan pikiran saya. Saya tahu bahwa saya tidak suci di hadapan Allah, tetapi saya tidak dapat membersihkan diri saya.

Selama bertahun-tahun saya terbelenggu pada makanan. Saya berjuang melawan

(16)

kebiasaan itu setiap hari. Saya selalu merasa bahwa saya tidak kuasa mengubahnya dan bahwa saya tidak akan pernah menang. Mungkin untuk sesaat saya berhasil, namun dusta itu selalu kembali menguasai dan menghancurkan saya.

Ingatlah bahwa apa yang kita yakini menentukan cara hidup kita. Jika kita percaya bahwa kita akan terus berbuat dosa, maka itulah yang akan terjadi. Jika kita percaya bahwa kita harus hidup di dalam belenggu, maka kita akan terus hidup dalam belenggu. Jika kita percaya bahwa kita tidak dapat meraih hidup yang berkemenangan, maka kita tidak akan menang.

Namun demikian, “Cheryl” melakukan satu hal yang benar. Ia percaya bahwa “saya tidak kuasa untuk mengubahnya.” Mungkin terdengar aneh, tetapi kesadaran itu sebenarnya merupakan langkah besar agar kita dapat menang melawan dosa.

Kebenarannya adalah bahwa Anda dan saya tidak berkuasa merubah diri kita sendiri, karena “di luar Aku,” kata Yesus, “kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yohanes 15:5)

(17)

dapat terbebas dari kebiasaan kita yang berdosa? Kebenaran itulah yang membebaskan kita.

KABAR BAIK BAGI PARA PENDOSA

Seperti yang telah kita saksikan, Setan berjanji kepada Hawa bahwa jika ia makan buah terlarang itu, matanya akan terbuka, ia akan menjadi seperti Allah, tahu akan yang baik dan yang jahat.

Sebenarnya, pada saat Hawa memakan buah itu:

• Ia menjadi buta secara spiritual, tidak dapat melihat Kebenaran.

• Meskipun ia diciptakan menurut gambar Allah, namun citra itu telah pudar dan ia pun menjadi makhluk berdosa, berlawanan dengan Allah seperti kegelapan adalah lawan dari terang.

• Ia memang memperoleh pengetahuan tentang yang jahat, namun persekutuan dengan Allah telah rusak, dan ia tidak mampu berbuat yang benar.

Sama seperti Hawa, semua pria, wanita, dan anak-anak yang pernah hidup sampai hari ini lahir dalam kondisi yang sama: buta secara spiritual, terpisah dari Allah, dan tidak mampu melakukan apa yang berkenan kepada-Nya. Karena dosa,

(18)

kita semua ada di bawah penghakiman Allah yang adil.

Kabar baik – Injil – mengabarkan bahwa Yesus datang ke dunia ini dan menanggung hukuman atas dosa Hawa dan dosa kita semua, supaya akibat dosa yang membawa kehancuran itu dapat ditiadakan. Melalui kehidupan-Nya yang bersih dari dosa, kematian-Nya di atas Kalvari sebagai korban penebusan dosa, dan kebangkitan-Nya yang jaya, kita memperoleh pengampunan total atas seluruh dosa kita, hubungan kita dengan Allah dipulihkan kembali, dan kita memiliki kuasa untuk menjalani hidup yang kudus.

Kita tidak menerima pengampunan dan hak untuk berdiri di hadapan Allah yang kudus dengan cara dilahirkan dalam rumah tangga Kristen, dibesarkan di lingkungan gereja, dibaptis atau diteguhkan, melakukan perbuatan baik, maju ke depan altar untuk bersaksi, memiliki pengalaman emosional, mengadakan doa bersama, atau aktif di gereja. Kita tidak diselamatkan dari dosa dengan jalan meyakini sesuatu yang telah kita lakukan. Satu-satunya cara untuk memperoleh keselamatan abadi adalah dengan menaruh iman kita pada apa yang telah Yesus lakukan bagi kita di atas kayu salib, ketika Ia mati sebagai ganti kita.

(19)

Saya sering menerima catatan kecil dari wanita-wanita yang bergumul melawan keragu-raguan mengenai keselamatan mereka. Beberapa di antara wanita ini tahu semua “jawaban yang benar”, akan tetapi mereka masih terbelenggu dalam rasa bersalah karena “dosa” di dalam kehidupan mereka. Dalam banyak kasus, saya percaya bahwa hal dikarenakan mereka tidak benar-benar bertobat dari dosa-dosa mereka dan menaruh iman mereka kepada Kristus yang menyelamatkan mereka. Mungkin mereka religius, tetapi mereka belum pernah dibenarkan. Bagaimana dengan Anda, sobat? Lawan ingin membuat Anda tetap berada dalam belenggu rasa takut, keragu-raguan, dan rasa bersalah. Allah ingin agar Anda berjalan di dalam kebebasan, iman, dan jaminan akan keselamatan. Tidak peduli betapa pun “bagusnya” Anda, satu-satunya cara agar Anda dapat dibenarkan di hadapan Allah adalah melalui iman kepada Kristus. Dan tidak peduli betapa pun “berat” dosa Anda, kasih karunia-Nya cukup bagi Anda. Melalui kematian Kristus, Allah telah menetapkan satu-satunya tebusan yang layak bagi dosa-dosa Anda.

Jika Anda belum pernah berurusan dengan dosa dengan cara demikian, jika Anda tidak tahu bahwa Anda adalah anak Allah, saya ingin menghimbau agar Anda berhenti dan membereskannya.

(20)

Jangan biarkan lawan membutakan mata Anda atau menjadikan Anda tawanannya lagi. Nasib Anda sedang dipertaruhkan untuk selama-lamanya.

Akuilah di hadapan Allah semua yang telah Anda lakukan menentang hukum-hukum-Nya dan bahwa Anda tidak dapat menyelamatkan diri sendiri. Bersyukurlah kepada-Nya karena telah mengutus Yesus untuk menanggung beban dosa yang seharusnya Anda tanggung akibat dosa-dosa Anda. Melalui iman, percayalah bahwa Kristus datang untuk menyelamatkan Anda, dan terimalah berkat berupa hidup baru dariNya dengan cuma-cuma. Katakan kepada Allah bahwa Anda ingin berbalik dari dosa-dosa Anda dan mengizinkan Dia menjadi Tuan atas hidup Anda. Sekarang, bersyukurlah kepada-Nya karena Ia telah mengampuni dosa-dosa Anda, bersyukurlah kepadanya atas karunia Roh Kudus-Nya, yang telah tinggal di dalam Anda dan yang akan memampukan Anda untuk berjalan di dalam kemenangan atas dosa, pada saat Anda berserah kepada-Nya.

Tanpa membedakan apakah Anda baru saja menjadi anak Allah, atau Anda telah cukup lama mengenal Allah, untuk mengenang di mana Allah menemukan kita dan apa yang telah Ia lakukan bagi kita, mari kita berdoa seperti kaum Puritan

(21)

pada zaman dahulu:

Jangan biarkan aku buta akan… betapa buruknya dosa

betapa adilnya keselamatan betapa mulianya Kristus betapa indahnya kekudusan betapa ajaibnya kasih karunia.

---Cuplikan Bab 4 – bagian II

(22)

Bagaimana Cara Mengasihi

Tanpa Dimanipulasi

oleh Orang Lain?

Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M.

Orang-orang Kristen terkenal dengan kebaikan mereka. Kata “kasih” seolah-olah sudah dilekatkan kepada kekristenan. Kekristenan di kenal sebagai agama kasih, terlepas dari kegagalan sebagian orang Kristen dalam mewujudkannya.

Situasi ini kadangkala dimanfaatkan oleh orang lain. Kebaikan kita dieksploitasi sedemikin rupa untuk kepentingan mereka. Permintaan tolong

(23)

mereka seringkali menempatkan kita pada situasi dilematis: ditolak nanti menimbukan kesan bahwa orang Kristen kekurangan kasih, tetapi kalau diiyakan nanti memberi orang itu kesempatan untuk terus memanfaatkan.

Bagaimana kita sebaiknya menyikapi situasi ini? Hal pertama yang kita perlu pahami adalah kewajaran dari situasi ini. Walaupun apa yang wajar tidak identik dengan apa yang benar, tetapi itulah keadaannya. Kita tidak boleh kaget, lalu menjadi tawar hati.

Dunia kita sudah jatuh ke dalam dosa dan dihuni oleh orang-orang berdosa. Kebaikan apapun bisa disalahgunakan untuk keburukan. Tidak peduli seberapa keras kita berusaha untuk tidak dimanipulasi, selalu akan ada orang yang “berhasil” memanfaatkan kebaikan kita.

Supaya kita tidak terlalu marah dengan situasi ini, cobalah lihat diri kita sendiri dengan Allah. Kita juga sering menyalahgunakan kebaikan Allah. Kita kurang menghargai pengampunan Allah yang melimpah. Kita menganggap sepi kemurahan-Nya.

Hal berikutnya yang perlu dimengerti adalah keseimbangan dalam memberi. Pemberian tidak boleh hanya menyatakan kebaikan kita, tetapi juga kebijaksanaan, keadilan, kebenaran, dan

(24)

sebagainya. Sama seperti Allah yang melakukan semua tindakan-Nya tanpa melanggar satupun dari sifat-Nya, demikianlah kita memperlakukan orang lain. Kita juga harus benar, adil, dan berhikmat dalam memberikan bantuan.

Semua orang perlu ditolong, tetapi bentuk pertolongannya tidak selalu harus sama dengan yang dia minta. Jikalau apa yang diminta salah atau berakibat buruk bagi dia, pemberian kita justru merupakan tindakan kejahatan bagi dia. Sebagai contoh, seorang pengangguran tidak boleh terus-menerus diberi tunjangan untuk seluruh kebutuhannya. Ini melanggar perintah Alkitab (2Tes. 3:10). Ini juga kurang menghargai kehormatan orang itu sebagai gambar Allah. Setiap orang adalah gambar Allah dan diberi mandat untuk memainkan peranan di bumi (Kej. 1:26-27). Seorang pengangguran seharusnya membutuhkan pekerjaan, bukan tunjangan.

Hal berikutnya adalah pemberian kesempatan. Kita cenderung lebih mudah curiga daripada percaya. Sikap ini menjadi lebih kentara jika orang lain sudah terbukti memang kurang bisa dipercaya. Kita menutup kesempatan kedua. Jika ini yang terjadi, kita biasa lebih mengedepankan keadilan daripada belas kasihan. Kita tidak mau memberikan kesempatan.

(25)

Dalam Injil kita melihat kasih Allah yang pantang menyerah bagi kita yang sering membuat Dia marah. Seandainya Dia selalu membalaskan kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, tidak ada satupun dari kita yang masih bisa bertahan sampai sekarang. Dia selalu memberi kesempatan.

Resiko selalu ada jika jalur ini yang ditempuh. Kita bisa saja ditipu dan dikecewakan oleh orang lain. Tapi itulah harga sebuah cinta. Tidak ada cinta yang tanpa luka. Selama kita sudah menghitung dan siap dengan semua resikonya, tidak ada salahnya kita memberi kesempatan berikutnya. Apa yang kita kurbankan mungkin tidak seberapa bagi kita (karena kita sudah perkirakan sesuai kemampuan kita), tetapi akan menjadi sangat berarti bagi dia.

Hal terakhir adalah ungkapan kasih yang berbeda. Sesudah kita melakukan semua upaya untuk menolong seseorang, belum tentu orang itu akan menghargai. Sampai suatu ketika kita mungkin perlu mengatakan “tidak” untuk permintaan tolong orang tersebut. Kita tidak bisa lagi memenuhi apa yang dia minta. Dia telah menjadikan semua kebaikan kita sia-sia.

Walaupun demikian, situasi itu seharusnya bukan akhir dari relasi kita dengan dia. Masih banyak cara lain untuk menyatakan kasih dan belas kasihan

(26)

kepada dia. Mungkin sekadar menanyakan kabar. Mungkin sekadar mengirimkan bingkisan kecil untuk menyatakan perhatian dan memberikan dukungan. Yang paling penting, kita tetap bisa mendoakan orang itu. Mintalah kepada Allah untuk mengubah hatinya. Minta juga supaya kita diberi kesempatan lagi untuk berbuat baik kepadanya. Soli Deo Gloria.

(27)

Kedaulatan Allah

dalam Memerintah

Sumber : Sovereignity of God (Kedaulatan Allah) Penulis Arthur W. Pink

(Lanjutan tgl 24 Januari 2021)

“TUHAN sudah menegakkan takhta-Nya di sorga, dan kerajaan-Nya berkuasa atas segala sesuatu.” MAZMUR 103:19

PERTAMA, MARI KITA BAHAS tentang perlunya Allah mengatur dunia materi ini. Mari kita berasumsi sejenak bahwa Allah tidak

(28)

memerintah dunia. Demi argumentasi ini, mari kita bayangkan bahwa Allah menciptakan dunia ini, merancang dan menetapkan hukum-hukumnya (yang oleh manusia disebut sebagai “hukum Allah”), dan bahwa Dia kemudian menarik diri, meninggalkan dunia dan hukum-hukumnya berjalan dengan sendirinya. Bila demikian halnya, dunia kita adalah dunia yang tidak memiliki Penguasa yang berhikmat, melainkan sebuah dunia yang semata-mata di atur oleh hukum-hukum impersonal - sebuah konsep yang hanya sesuai bagi materialisme dan atheisme kosong. Namun seperti yang saya katakan tadi – mari kita membayangkan hal itu sejenak; dan berdasarkan konsep demikian, mari kita merenungkan pertanyaan berikut ini: Apa yang dapat menjamin bahwa suatu hari kelak dunia ini tidak akan mengalami kehancuran? Ungkapan “angin bertiup ke mana ia mau” menyatakan betapa manusia tidak memiliki kuasa untuk mengendalikan ataupun menghalangi penggerakan angin. Adakalanya angin bertiup sedemikian kencang, volume dan kecepatannya terus meningkat sampai kemudian menjadi angin ribut yang mengamuk ke segenap penjuru bumi. Bila hukum Allah merupakan satu-satunya yang mengatur angin tersebut, maka mungkin besok akan bertiup angin topan yang akan menyapu rata seluruh permukaan bumi ini. Apa yang dapat menjamin kita dalam menghadapi malapetaka semacam ini?

(29)

Kembali, pada tahun-tahun belakangan ini kita telah berulang kali nendengar dan membaca berita terjadinya berbagai bencana kabut dan banjir yang meliputi seluruh wilayah yang ada, menelan banyak korban harta benda dan jiwa. Manusia tak berdaya menghadapinya, sebab itu ilmu pengetahuan ternyata belum menemukan cara mengantisipasinya. Lalu, bagaimana kita dapat meyakini bahwa kabut tersebut tidak akan memenuhi segenap penjuru bumi suatu hari kelak? Siapa yang dapat menjamin bahwa bencana air bah seperti yang terjadi pada zaman Nuh tidak akan terulang kembali? Dan bagaimana pula halnya dengan bencana gempa bumi? Setiap beberapa tahun sekali, sejumlah pulau atau kota besar diluluhlantakkan oleh gempa – dan apa yang diperbuat oleh manusia? Adakah jaminan bahwa gempa besar berikutnya tidak akan menghancurkan seluruh dunia? Sekarang, Anda tentu telah menangkap permasalahan sesungguhnya: Dengan Menyangkal bahwa Allah memerintah atas segala sesuatu, dengan menyangkal bahwa Dia “menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan” (Ibr. 1:3), rasa aman pun akan sirna!

Mari kita sekarang melakukan penelusuran pemikiran, seperti yang pernah kita lakukan di atas, yang berhubungan dengan umat manusia. Apakah Allah berkuasa atas dunia kita ini? Apakah Dia mengendalikan kelangsungan hidup

(30)

bangsa-bangsa, menetapkan keberadaan kerajaan-kerajaan, menentukan jatuh bangunnya dinasti- dinasti? Apakah Dia telah menetapkan batasan bagi segala langkah orang jahat, dengan seolah-olah mengatakan “Cukup sampai di situ” kepada mereka? Mari kita sejenak membayangkan yang sebaliknya. Mari kita berasumsi bahwa Allah telah menyerahkan kontrol atas bumi ini kepada ciptaan-Nya, dan melihat ke mana asumsi ini akan membawa kita. Demi argumentasi ini, kita akan berasumsi bahwa setiap manusia lahir ke dunia dengan dibekali suatu kehendak bebas, dan bahwa mustahil untuk dapat mengontrol kehendak bebas itu tanpa menghancurkannya. Jika demikian, maka segenap umat manusia tidak memiliki jaminan untuk dapat terhindar dari kehancuran moral. Cobalah menghilangkan kontrol Allah dan memberikan kebebasan mutlak kepada manusia untuk melakukan segala yang dikehendakinya, maka segala batasan etika pun akan segera hilang bersamanya, semangat berbarisme akan terjadi di mana-mana, dan kekacauan merajalela. Bagaimana tidak? Jika satu bangsa mencopot para pemimpinnya dan menghapuskan segala hukumnya, siapa yang mencegah setiap bangsa yang lain melakukan hal serupa? Bila sekitar seabad yang lalu, jalanan kota Paris pernah dibanjiri oleh darah para pembuat kerusuhan, apakah ada jaminan bahwa sebelum abad ini berakhir kota-kota lain di dunia tidak akan menyaksikan pemandangan serupa?

(31)

Siapa yang dapat mennjadi dunia ini terluput dari ketiadaan hukum dan anarki universal?) Dengan demikian, kita telah menunjukkan perlunya suatu keniscayaan yang imperatif tentang perlunya Allah bertakhta, menyelenggarakan kekuasaan, dan mengontrol aktivitas dan kelangsungan hidup ciptaan-ciptaan-Nya.

(32)

Selain karena lelah,

mengapa Esau ingin

segera menyantap

sup kacang merah

buatan Yakub

(Kej. 25:34)?

Denny Teguh Sutandio

Setelah Esau pulang dari berburu di ladang dan Yakub sedang memasak (Kej. 25:29), maka Esau yang kelelahan ingin mencicipi masakan yang dimasak Yakub (ay. 30). Kemudian Yakub memberikan roti dan masakan kacang

(33)

merah kepada Esau setelah Esau berjanji akan memberikan hak kesulungan kepada Yakub (ay. 31-34). Selain karena lelah (ay. 30), mengapa Esau ingin segera menyantap sup kacang merah buatan Yakub?

Frase “masakan kacang merah” dalam teks Ibraninya nāzîd ‘ádāšîm. Kata nāzîd berarti “pottage” (“sup kental”) dan kata ‘ádāšîm merupakan bentuk jamak dari ‘ádāšāh yang berarti “lentil” (“kacang-kacangan”). Lentil (Lens culinaris) adalah kacang kecil – seperti tanaman tahunan dengan batang ramping dengan lima sampai enam pasang pucuk daun muda lonjong, bunga biru halus atau putih, dan menghasilkan satu buah pipih. Setiap buah kecil berisi satu atau dua biji. Lentil telah dibudidayakan di Timur Dekat sejak zaman kuno dan telah menjadi sumber makanan yang penting, karena mudah tumbuh bahkan di tanah yang buruk. Lentil ditanam di musim dingin dan matang di musim

(34)

semi. Saat direbus, lentil berubah menjadi cokelat kemerahan. Karena gizinya yang tinggi, lentil merupakan makanan pokok yang penting bagi orang-orang di zaman Alkitab, khususnya untuk orang miskin. Lentil dapat digunakan dalam sup, pasta, atau bubur/sup kental. Oleh karena itu, lentil dimasukkan sebagai bagian dari roti Yehezkiel di mana lentil dicampur dengan sereal untuk pembuatan roti (Yeh. 4:9) (Lytton John Musselman, A Dictionary of Bible Plants, 83, Michael Zohary, Plants of the Bible, 82, Fauna and Flora of the Bible, 134, dan Nahum M. Sarna, Genesis, 182). Pada waktu Yakub memasak sup kacang merah, ia menggiling kulit biji lentil yang keras/tebal agar bagian dalam lentil yang kemerah-merahan nampak dan dapat dimasak dengan cepat. Mengapa hal ini penting? Karena zaman dulu, seseorang memasak dengan menggunakan kayu bakar atau arang untuk apinya (Musselman, A Dictionary of Bible Plants, 84).

Kembali ke pertanyaan awal, mengapa Esau ingin segera menyantap masakan sup kacang merah buatan Yakub? Lentil berguna untuk memuaskan rasa lapar pasukan yang sedang maju (2Sam. 17:28; 23:11). Ketika Esau ingin menyantap masakan Yakub, ia berpikir bahwa sup kacang merah buatan Yakub dapat memuaskan rasa laparnya setelah lelah berburu di padang. Selain itu, Yakub juga memberikan roti

(35)

kepada Esau. Allah berfirman kepada Yehezkiel agar ia mengambil kacang merah kecil sebagai salah satu bahan untuk dibuat roti dan roti inilah yang membuatnya bertahan selama 390 hari (Yeh. 4:9). Kali ini kacang merah bukan sebagai salah satu bahan roti, tetapi disajikan bersama roti, maka mungkin sekali roti dan sup kacang merah buatan Yakub merupakan makanan yang memberikan kekuatan bagi Esau agar Esau dapat melakukan aktivitasnya beberapa hari ke depan (Kenneth A. Mathews, Genesis 11:27-50:26, 395).

(36)

BAB III - Apakah Dasar

yang Alkitabiah untuk

Panggilan Misi?

(Diambil dari buku “Panggilan Misi” dengan judul asli “Misionary Call: Find your Place in God’s Plan for the World, 2008, David Sills, penerbit Momentum)

(Lanjutan tgl 24 Januari 2021)

Bahkan ketika Anda melanjutkan perjalanan Anda untuk belajar mengenai panggilan misi, dan mengenali perannya dalam hidup Anda, maka Anda harus mempersiapkan diri Anda untuk menjawab dengan bijaksana, ketika Dia memanggil. Ketika Samuel dipanggil, ia dengan

(37)

bijaksana menjawab panggilannya. Saat Yunus dipanggil, ia memesan tiket kapal untuk pergi sejauh mungkin (Yunus 1:3). Yunus belajar melalui pengalaman yang pahit, bahwa ia telah memilih jawaban dengan kurang bijaksana. Bagaimana Anda akan memilih ketika Allah memanggil?

Alkitab mengajarkan bahwa ketika Allah menyelamatkan kita, Dia memberikan kepada kita karunia-karunia rohani untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan khusus yang telah Dia persiapkan terlebih dahulu (Ef 2:10). Panggilan kita kepada keselamatan kadang diikuti dengan pemahaman yang jelas akan apa yang Allah ingin kita lakukan, atau panggilan untuk melayani berdatang berdekatan dengan panggilan kepada keselamatan. Contohnya, Petrus dan Andreas, saat Dia memberitahukan mereka untuk mengikutiNya, dan mereka akan dijadikan penjala manusia (Mark 1:17). Saat orang yang disembuhkan Yesus di Gerasa, sangat berterimakasih dan rindu bergabung dengan para murid dan melayani Allah, namun Yesus memberi dia sebuah pelayanan yang berbeda, “Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat Tuhan atasmu, dan bagaimana Ia telah mengasihi engkau!” (Mark 5:19-20).

(38)

keselamatan dengan panggilan kepada pelayanan. Dalam kasus-kasus lainnya, panggilan itu bersifat spesifik dan datang cukup berjauhan dari pengalaman pertobatan. Nuh telah menjadi seorang yang takut akan Allah, ketika ia dipanggil untuk membangun bahtera. Begitu juga Daud yang sejak muda telah mengenal Allah yang benar, jauh sebelum nabi Samuel datang untuk mengurapinya menjadi raja. Paulus dan Barnabas telah menjadi para pengajar yang setia kepada jemaat Siria di Antiokhia, ketika Roh Kudus menyuruh jemaat untuk mengkhususkan mereka bagi pekerjaan misi (Kis 13:1-2). Jelas sekali, Alkitab mengajarkan kita, bahwa Tuhan memanggil beberapa orang kepada keduanya, yaitu keselamatan dan pelayanan spesifik; dan yang lainnya saat sedang berjalan dengan setia selama bertahun-tahun sebelum Dia memanggil kepada langkah berikutNya.

ALKITAB DAN PANGGILAN MISI

Sejumlah orang yang bergumul dengan panggilan misi mencari bimbingan dari Alkitab, guna memahami panggilan tersebut. Mereka melihat bahwa Tuhan berbicara secara langsung kepada banyak orang yang Dia panggil dan menyimpulkan bahwa panggilan yang sejati harus melibatkan perjumpaan adikodrati yang pribadi dan langsung dengan Tuhan. Apakah suatu suara, atau semak belukar yang menyala, seekor ikan besar, atau mungkin suatu visi,

(39)

namun sering kali mereka juga salah dalam memahami apa yang terjadi dalam ayat Alkitab. Oleh karenanya, banyak orang tidak dapat membedakan panggilan dengan pimpinan. Ini adalah 2 aspek yang berbeda tentang bagaimana Tuhan memimpin. Panggilan dan karunia Allah tidak dapat ditarik kembali, namun dapat dilihat dari ekspresi mereka yang dinamis dan terus menerus berubah. Beberapa orang yang membaca tentang penglihatan Paulus, tentang Makedonia, dan menerjemahkan hal ini sebagai sesuatu yang mewakili panggilan misi yang sah, dan ditentukan secara alkitabiah (kis 16:9-10). Tetapi ini bukanlah panggilan misi. Paulus tidak hanya telah menjadi misionaris selama beberapa tahun, dan ia sedang dalam perjalanan misinya, ketika ia dapat penglihatan itu! Penglihatan ini adalah sebuah ilustrasi yang jelas akan pimpinan Tuhan bagi mereka yang telah dipanggilNya.

(40)

TEMAN SEJATI

Senin, 1 Februari 2021

Teman yang sejati adalah anugrah dari Tuhan. Namun kadangkala, kita lebih menuntut mempunyai teman yang baik daripada menjadi teman yang baik. Seorang hamba Tuhan memaparkan beberapa jenis pertemanan yang kurang baik.

Pertemanan digital adalah berelasi lewat teknologi. Chat room dan sosial media mendominasi hubungan kita. Banyak manfaat dari pertemanan digital, namun dapat berbahaya karena kita mudah bersembunyi. Kita hanya mempresentasikan versi terbaik diri kita yang sudah kita filter agar kita disukai dan diterima.

Ada pula pertemanan transaksional dimana kita menggunakan orang lain untuk memenuhi keinginan kita. Kita berelasi hanya kalau butuh, kita baik kalau ada timbal balik, dan begitu orang lain itu membebani, maka kita akan mundur dari kehidupannya.

Lalu ada pertemanan satu dimensi dimana hanya ada satu hal yang menyatukan kita. Orang yang menikah hanya berteman dengan yang sudah

(41)

menikah. Orang kaya hanya kumpul dengan yang kaya. Para pemusik hanya bergaul dengan sesama pemusik. Relasi ini memprioritaskan kesamaan dan kecocokan, sehingga meredam segala macam konflik dan perbedaan pendapat. Pertemanan yang sesungguhnya melibatkan keterbukaan, resiko, dan ketidaknyamanan. Karena disitulah kita akan ditantang untuk mengasihi dan bertumbuh. Bagaimana kondisi pertemanan anda hari ini? Bagaimana Injil memimpinmu dalam berteman? Saya berdoa agar kasih Allah mendewasakan kita untuk menjadi teman yang sejati. (EW)

(42)

KASIH MENGGENAPI

HUKUM TAURAT

Selasa, 2 Februari 2021

Agama-agama non-Kristen identik dengan serangkaian hukum agama yang ribet. Salah satu agama itu adalah Yudaisme yang mengajarkan 613 hukum yang harus ditaati oleh semua penganutnya. Namun mereka melupakan esensi semua hukum tersebut, yaitu mengasihi Allah dan sesama (Ul. 6:5; Im. 19:18; Mat. 22:37-39). Kasih inilah yang ditekankan Paulus di Roma 13:8-10. Mulai ayat 8, Paulus berganti topik dari pemerintah (13:1-7) kepada kehidupan orang percaya. Hal yang terpenting di dalam kehidupan orang percaya adalah saling mengasihi karena ketika seseorang mengasihi sesamanya, maka ia sudah memenuhi hukum Taurat (ay. 8b). Mengapa? Karena esensi hukum Taurat adalah kasih, sehingga ketika seorang percaya mengasihi orang percaya lain, pemerintah (13:1-7) bahkan musuh (12:14, 17, 21) (James D. G. Dunn, Romans 9-16, 781), maka mereka sedang mempraktikkan esensi hukum Taurat (Thomas R. Schreiner, Romans, 693). Esensi hukum Taurat ini dijelaskan Paulus dengan mengutip beberapa perintah dalam Dasa Titah di ayat 9 dan disimpulkan dengan mengutip Imamat 19:18 tentang mengasihi

(43)

sesama manusia. Menaati hukum Allah tidak salah, yang salah adalah menaati hukum Allah tanpa kasih sebagai esensinya. Orang Kristen harus menaati Dasa Titah (khususnya 13:9), namun ketaatan orang Kristen didasarkan pada kasihnya kepada sesama manusia. Kasih kepada sesama manusia didasarkan kasihnya kepada Allah yang telah terlebih dahulu mengasihi dan menebusnya melalui karya Kristus.

Mengasihi sesama manusia ditunjukkan dengan tidak berbuat jahat kepada mereka (13:10). Mengapa Paulus berkata bahwa wujud kasih adalah tidak berbuat jahat atau membahayakan orang lain? Karena empat larangan di ayat 9 membahayakan orang lain: membunuh berarti merampok hidup seseorang, berzinah itu merampok rumah tangga dan kehormatan seseorang, mencuri itu merampok harta milik orang, dan ketamakan merampas cita-cita masyarakat akan kesederhanaan dan kepuasan (John Stott, The Message of Romans, 350). Mengapa empat larangan di ayat 9 dikatakan membahayakan orang lain? Karena inti kasih adalah “mencari dan melayani kebaikan tertinggi sesama kita” (Stott). Mengasihi sesama manusia berarti mengusahakan kebaikan tertinggi kepada mereka dengan tidak membahayakan kehidupan mereka. Artinya motivasi dan tujuan kita mengasihi sesama manusia harus tulus. Ketulusan ini ditandai ketika orang yang kita kasihi

(44)

tidak membalas perbuatan kasih kita, namun kita tetap mengasihi orang tersebut.

Allah telah mengasihi kita sebagai umat-Nya dengan mengorbankan Kristus bagi kita, maka kita harus mengasihi sesama kita dengan kasih-Nya dengan motivasi dan tujuan yang tulus. Amin. Soli Deo Gloria. (DTS)

(45)

TERUTAMA DARI

SEGALA HUKUM

Rabu, 3 Februari 2021

Ketika masih dalam bangku sekolah kita mungkin teringat tentang mencari pokok pikiran dalam sebuah bacaan. Tindakan mencari pokok pikiran dalam bacaan itu, akan terus kita lakukan tanpa sadar ketika akan membaca sebuah bacaan. Seperti contohnya, ketika kita membaca koran atau majalah kita akan mencari pokok pikiran atau maksud dari bacaan tersebut. Bahkan kita lebih sering mencari pokok pikiran bacaan tersebut tanpa harus membaca secara keseluruhan. Karena dengan mencari pokok pikiran dalam sebuah bacaan, kita menjadi lebih terfokus menangkap inti sari dari bacaan tersebut. Akibatnya, kita lebih mudah untuk paham tujuan dan maksud sebuah bacaan yang kita baca. Kisah pembacaan yang kita baca merupakan percakapan diskusi antara Yesus dengan para ahli farisi dan juga saduki. Setelah Yesus menjawab pertanyaan-pertanyaan dari orang-orang saduki, kini Yesus menjawab pertanyaan dari orang Farisi. Pertanyaan orang farisi ini memang bertujuan untuk mencobai Yesus pada saat itu. Dengan bertanya hukum mana yang

(46)

paling utama, orang farisi berharap supaya Yesus ditangkap oleh otoritas Yahudi ataupun pemerintah romawi karena mengagungkan hukum tertentu dan mengecilkan hukum yang lain. Namun jawaban Yesus saat itu mencengangkan bahwa hukum yang terutama adalah mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama. Karena (Ay.40) dalam kedua hukum itulah terkandung segala hukum taurat dan perintah para nabi. Kita melihat bahwa mengasihi Allah dan sesama merupakan inti sari dari segala hukum taurat. Segala tindakan kita harus didasari mengasihi kepada Allah dan juga mengasihi kepada sesama. Bahkan ketika kita melakukan perintah Allah itu bukan didasari karena tugas atau kewajiban akan tetapi oleh karena kasih kita kepada Allah.

Mengasihi Allah dan sesama merupakan dasar dan yang terutama dalam isi perintah Allah, sehingga masihkah kita melakukan perintah Tuhan tanpa ada kasih di dalamnya. Kita melakukan perintah Tuhan hanya karena kewajiban atau takut semata. Marilah kali ini kita kembali mengoreksi diri dan mulai melakukan segala perintah Allah didasari untuk mengasihi Dia. Dan ketika kita mengasihi Allah maka kita mampu mengasihi sesama kita dengan benar. (EG)

(47)

DI JALUR YANG TEPAT

Kamis, 4 Februari 2021

Ada sebuah kisah nyata yang melatarbelakangi lukisan “Perjamuan Terakhir” Yesus dan murid-murid. Leonardo da Vinci, membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menyelesaikan mahakaryanya itu. Bagi da Vinci, tak sulit menemukan model untuk melukis wajah para murid Akan tetapi, untuk menemukan model untuk melukis gambar diri Yesus bukan perkara mudah! Lama da Vinci mencari, akhirnya dia bertemu dengan seseorang yang bernama Pietri Bandinelli. da Vinci pun kesulitan untuk menemukan model wajah Yudas Iskariot! Sampai satu ketika dia bertemu dengan satu orang yang menurut dia cocok. Setelah proses lukisan “Perjamuan Terakhir” diselesaikan kata laki-laki yang menjadi model Yudas itupun berkata kepada da Vinci “Apakah bapak sudah tidak mengenali saya lagi? Beberapa tahun yang lalu, saya duduk di kursi ini, juga untuk menjadi model lukisan bapak”. Ternyata dia adalah orang yang sama untuk lukisan Yesus.

Bukankah orang Kristenpun kadang demikian. Terkadang kita bisa begitu mirip Kristus, tapi kadang kala kitapun begitu mirip Yudas. Yang

(48)

dibahas di sini tentu bukanlah rupanya, namun nilai dan gaya hidup. Mengapa ini terjadi? Karena kita tidak meninggalkan hidup yang lama dan tidak mengenakan manusia baru. Kita tidak bertekun di dalam firman Tuhan, tidak bertumbuh kearah Kristus. Jika kita di jalur yang tepat fenomena 2 wajah ini (kadang mirip Yesus, kadang mirip Yudas) tidak mungkin kita alami. Bagaimanakah saudara mengisi waktu-waktu yang ada? Jika saudara tidak memilih jalur ini, saudara pasti akan berada di jalur yang bersebrangan, tidak ada jalan tengah. Bersyukur untuk kesempatan yang masih Tuhan berikan, dan isilah dengan bijaksana. (NL)

(49)

KASIH SEJATI

Jumat, 5 Februari 2021

Bernard de Clairvaux mengatakan: “Apakah kasih itu? Tidak seorangpun akan memahami kasih kecuali jika mereka telah mengalami kasih itu.” Dalam hal ini kasih tidak bisa dipahami jika tidak pernah dialami jika seseorang tidak pernah menerima dan mengalami kasih itu. Seseorang bisa mengasihi dengan benar karena orang tersebut sudah pernah merasakan kasih yang benar.

Lalu bagaimana orang Kristen mengasihi? Firman Tuhan mengatakan bahwa kasih yang bersumber dari Allah dan dalam anugerah Allah. Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya. Mengapa manusia begitu sulit mengasihi? Ini berkaitan dengan natur keberdosaan. Dosa membuat manusia hanya hidup berorientasi pada diri dan hawa nafsu. Solusi bagi situasi ini dimulai dan dituntaskan oleh Allah. Kurban Kristus di kayu salib memenuhi tuntutan Taurat. Dalan hati orang percaya, Roh Kudus memimpin

(50)

kita untuk mengalahkan kedagingan.

Karya Allah tersebut disebut dengan anugerah. Anugerah Allah memenuhi segala hal dalam hidup orang percaya baik jasmani maupun rohani. Melalui topangan anugerah Ilahi tersebut orang percaya bisa mengasihi orang sesama. Jadi untuk mengasihi sesama, orang percaya harus mengalami kasih sejati dari Allah yang sudah mencipta, menebus dan memelihara hidupnya. Sudahkan kita menerima kasih sejati yang berasal dari Allah? (YDI)

(51)

HUTANG YANG TAK

PERNAH BERAKHIR

Sabtu, 6 Februari 2021

Jika kita mencoba untuk menjalani kehidupan Kristen dan kita hanya mengisinya dengan hal-hal yang “berbau” Kristen seperti: membaca buku-buku Kristen, seminar Kristen, mendengar musik rohani dan nonton film rohani, mungkin ada sesuatu yang hilang. Jika dalam hidup ini kita tidak menyisakan ruang untuk direpotkan oleh pelayanan kepada orang lain, kita telah kehilangan bagian penting dari kehidupan yang seperti Kristus. Apa yang kita lakukan, bagaimana kita hidup, dan bagaimana kita memperlakukan orang lain adalah perkara tentang kasih. Paulus dalam suratnya mengibaratkan kasih kepada orang lain seperti kita memiliki hutang yang harus dilunasi setiap hari. Setiap hari harus dikerjakan. Kasih melibatkan lebih dari sekedar tindakan yang ditunjukkan kepada orang lain. Kasih terdiri dari sikap dan pola pikir yang mendasarinya. Pola pikir inilah yang memotivasi tindakan kita terhadap orang lain. Ini bukan sikap yang hanya diperuntukkan bagi rekan seiman; harl tersebut juga untuk semua orang yang bukan bagian

(52)

dari komunitas orang percaya. Mengasihi semua orang adalah tema berkelanjutan yang terus dibicarakan oleh Paulus dalam banyak suratnya. Kejarlah kasih. Biarkan itu membimbing cara kita berpikir. Biarlah itu terbukti dalam kesabaran dan kebaikan kita. Biarkan itu menuntun kita menuju pengampunan, kejujuran, dan kesabaran. Dalam segala hal yang kita pikirkan hari ini, dan semua yang kita katakan dan lakukan hari ini, biarkan kasih menjadi motivasi. Ketika kita dipenuhi dengan kasih Tuhan, tidak ada kata “kebanyakan atau kelebihan” dalam membantu orang lain. Kita dapat membantu dan mengasihi mereka dengan limpah. Kiranya kasih Tuhan yang terlebih dahulu dicurahkan bagi kita, memampukan kita untuk mengasihi orang lain, seperti Kristus telah mengasihi kita. (HK)

(53)

Agenda Minggu Ini

Hari/Tgl Pukul Keterangan

Senin 01 Feb ‘21

05.00 Siaran rohani “Grace Alone”Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M

di Radio Bahtera Yudha , 96,4 FM

23.00 Siaran rohani “Grace Alone”Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M

di Radio Bahtera Yudha , 96,4 FM HUT: Ibu Kristine Katarina HUT: Anak Ethan Pierre Sutandio

Selasa

02 Feb ‘21 HUT: Anak Vivia Anggraini

Rabu 03 Feb ‘21

18.30 Pembinaan Jemaat modul 2 “Gereja Yang Menggerakkan Jemaat”

Oleh: Ev. Heri Kristanto (DILIBURKAN)

19.00 Latihan Musik KU 3

HUT: Bp. Stefanus Lutfi Eliazer

Kamis 04 Feb ‘21

18.30

Pembinaan Jemaat modul 2 “Gereja Yang Menggerakkan Jemaat” Oleh: Pdt. Yohanes Dodik Iswanto (DILIBURKAN)

19.00 Latihan Musik KU 1 dan KU 2

(54)

Sabtu 06 Feb‘ 21

06.30 Doa Pemuridan (DOA DIRUMAH)

18.00 Persekutuan Pemuda REC Kutisari(IBADAH DIRUMAH)

18.00 Persekutuan Pemuda REC MERR(IBADAH DIRUMAH)

22.00 Siaran rohani “Grace Alone”Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M

di Radio Mercury, 96 FM

HUT: Ibu Naomi Kusuma Wardani HUT: Ibu Tan Suani

Minggu

(55)

IB ADAH MINGGU 31 JANUARI 2021 KU 1 08.00 WIB http s:// you tu.be/ YK vsZ ytuVL Y KU 2 10.00 WIB http s:// you tu.be/Pgp9i25f8qA KU 3 17.00 WIB http s:// you tu.be/hlq9O36Kbm8 Pdt. Yakub T ri Handok o Ka sih Me ngg enapi Hukum T aur a t (R o ma 13:8-10) IB ADAH LI VE STRE AMING SELURUH CAB

ANG REFORMED EXODU

S COMMUNITY pk. 08.00 | 10.00 | 17.00 IB ADAH MINGGU 07 FEBRUARI 2021 Pdt. Yakub T ri Handok o Peduli Sampai Ma ti ( Yohane s 19:25-27) IB ADAH LI VE STRE AMING SELURUH CAB

ANG REFORMED EXODU

S

COMMUNITY

(56)

PANDUAN IBADAH BERSAMA KELUARGA Reformed Exodus Community (REC),

31 Januari 2021

(Bila ingin mengadakan ibadah langsung, bukan lewat live streaming)

1. 15 menit sebelum ibadah, kepala keluarga (pemimpin ibadah) mengajak semua ang-gota keluarga untuk bersiap-siap. Tampilkan teks Roma 13:8-10 di TV (atau dicetak/lewat HP saja) sambil memutar lagu Jesus Paid It All - Kim Walker-Smith (https://youtu.be/ Ymkl0t0FOcw)

2. 5 menit sebelum ibadah, pemimpin ibadah mengajak yang lain untuk mengambil saat teduh

3. Ibadah dimulai. Pemimpin ibadah men-gajak semua anggota keluarga berdiri. langsung diikuti dengan votum

“Ibadah ini kita mulai dengan keyakinan bah-wa satu-satunya jalan menuju takhta karunia Bapa sudah dibuka yaitu melalui pengurba-nan Yesus Kristus yang sempurna di atas kayu salib dan yang telah diterapkan ke dalam hati kita oleh Roh Kudus. Turunlah atas kita semua rahmat, berkat, dan anugerah dari Allah Tritunggal dalam ibadah ini. Amin.”

(57)

Jemaat dipersilakan duduk. KPPK 66 Besar Setia-Mu

(https://youtu.be/2eQ1oal44wU) Verse 1:

Besar setia-Mu Allah Bapaku, besarlah kasih-Mu yang melimpah. Tiada kurang dan tidak berubah, sempurna dan tetap selamanya. Reff:

Besar setia-Mu, besar setia-Mu, tiap pagi b’rikan rahmat baru, s’gala yang kuperlu Kau sediakan, besar setia-Mu, kepadaku.

Verse 2:

Musim pun berganti, musim apapun, hari pun berganti hari baru.

Alam s’mesta dan semua ciptaan-Mu, menyaksikan kasih setia-Mu.

Pengakuan Dosa Pribadi – Duduk Titus 3:5 (BIS)

Ia menyelamatkan kita, bukan karena kita sudah melakukan sesuatu yang baik, melain-kan karena Ia sendiri mengasihani kita. Ia menyelamatkan kita melalui Roh Allah, yang memberikan kita kelahiran baru dan hidup baru dengan jalan membasuh kita.

(58)

Verse 3

Pengampunan dosa, b’ri damai kekal, Kau menghibur dan Kau menuntunku. Kekuatan dan pengharapan kelak, kasih setia-Mu selamanya.

Doa Pengakuan dosa dan Pembukaan 4. Pengakuan Iman Rasuli

(jemaat dipersilahkan berdiri) Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, Khalik langit dan bumi.

Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang Tunggal, Tuhan kita.

Yang dikandung dari Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria.

Yang menderita sengsara di bawah pe-merintahan Pontius Pilatus,

disalibkan, mati dan dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut. Pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati.

Naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang Mahakuasa.

Dan dari sana Ia akan datang

untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Aku percaya kepada Roh

(59)

Ku-dus, Gereja yang kudus dan am, perseku-tuan orang kudus, pengampunan dosa, kebangkitan tubuh, dan hidup yang kekal. Amin.

(Jemaat dipersilakan duduk) 5. Petunjuk hidup baru

Roma 5:20-21 Tetapi hukum Taurat ditam-bahkan, supaya pelanggaran menjadi se-makin banyak; dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi ber-limpah-limpah, supaya, sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikian kasih karunia akan berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yang kekal, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.

Nyanyian jemaat

KPPK 316 – Rahmat Yesus Yang Indah (https://youtu.be/OqP7jDZH-9I) 1

Rahmat Yesus yang indah, hapuskan dosaku,

tak dapat kulukiskan, dengan pujianku. Dosaku ditanggung-Nya, jiwaku bebaslah, Rahmat Yesus yang indah Menylamatkanku Chorus (2x)

(60)

RahmatMu bagiku

Spanjang (Spanjang) Hidup (Hidup) Kupuji NamaMu

2

Rahmat Yesus yang indah, pada yang tersesat, siapa yang mau percaya, dapat kes’lamatan.

B’lenggu dipatahkan-Nya, dan b’ri kelepasan,

Rahmat Yesus yang indah Menylamatkanku 3

Rahmat Yesus yang indah, pada yang berdosa, bersandarkan kuasa-Nya, ‘ku jadi milik-Nya.

‘Ku dib’ri sentosa-Nya, dan berkat yang kekal,

Rahmat Yesus yang indah Menylamatkanku 6. Pujian Firman:

Sovereign Grace Music - Forgiven (https://youtu.be/9v3v1C8K0mc) VERSE 1

Lord, forgive us for our pride When our faith becomes a show Dressed in righteous deeds to hide All the stains below

(61)

We have judged Your sons and daughters For the sin that is our own

May we now forgive each other And lay down our stones

CHORUS

Forgiven, forgiven

Through the blood of Christ We are forgiven

VERSE 2

Lord, forgive us for our love Of the things we wish to own We forsake the feast above For all the crumbs below

Though You’ve made us sons and daughters We do not the world disown

May we find our greatest treasure Is in You alone

VERSE 3

Lord, forgive us for our shame When we can’t release the past When we’re quick to take the blame But forget we’re free at last

We avoid Your sons and daughters For the fear we don’t belong Give us eyes to see each other Through Your only Son

(62)

7. Khotbah

Lampiran halaman 03. 8. Persembahan.

No. Rekening BCA REC

---REC Pusat: 0882-8257-77 REC Nginden: 0882-8888-50 REC Merr: 0882-8888-09 REC Batam: 0887-8888-29 REC Kutisari: 0887-8888-61 REC Darmo: 0889-8888-75 Diakonia REC: 0889-8888-16 Misi REC: 0887-8888-96

*Semua Rekening Lokal REC atas nama: GKRI Exodus

KPPK 179 Kini ‘Ku Milik Yesus (https://youtu.be/uryXqBHV0pI) Verse 1

Kasih Tuhan Yesus tak berakhir, tiada kuasa yang memisahkanku, Ia menebusku, korban diri.

Kini ‘ku milik-Nya. Verse 2

Dulu aku sesat dalam dosa, Yesus datang bawa kes’lamatan, tiada lagi takut dan malu,

(63)

Reff

kini ‘ku milik Yesus, dan Yesus milikku, bukan hanya saat ini, namun selamanya.

Verse 3

Hati senang ‘ku dis’lamatkan-Nya, dahulu budak kini ‘ku bebas, Ia tebusku dengan darah-Nya. Kini ‘ku milik-Nya.

10. Doa syafaat Lampiran halaman 12 11. Pengumuman 12. Doxology

Puji Allah Bapa Putera Puji Allah Rohul Kudus Ketiganya Yang Esa

(64)
(65)

Referensi

Dokumen terkait

SNI ISO/ IEC 27001 yang diterbitkan pada tahun 2009 dan merupakan versi Indonesia dari ISO/ IEC 27001:2005, berisi spesifikasi atau persyaratan yang harus dipenuhi dalam

Menentukan kondisi operasi yang optimal (daya microwave , lama waktu ekstraksi, dan rasio antara bahan baku yang akan diekstrak dengan pelarut yang digunakan) dari

menjelaskan bahwa perlakuan dengan kombinasi dosis pupuk 0, 7 kg kompos ampas sagu + 35 g NPK (E) menunjukkan rata-rata jumah daun terbaik yaitu sebanyak

Sri Soetijadi, Direktur Utama PT.Perkebunan X/XXXI (Persero) atas ijin dan bmtuan yang diberikarr kepada Penulis selatna Geladikarya di Perusa-.. fiaan yang Bapak

Lukisan berjudul Women III adalah merupakan hasil karya yang dibuat oleh seniman yang menganut aliran lukisan abstrak ekspresionis willem de Kooning dan merupakan salah satu

Humbang Hasundutan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan 42 15071902710300 HONDA SIHOTANG Kab.. Humbang Hasundutan Guru

1) Pertumbuhan daerah perkotaan yang terus menerus, termasuk sejumlah CBD dan pusat daerah pinggir kota dan regional, membutuhkan pelayanan transportasi yang

Barang Inventaris adalah barang yang merupakan bagian dari kekayaan negara baik merupakan barang bergerak maupun barang tidak bergerak yang berada dalam