• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan keterampilan berdiskusi dengan penerapan model pembelajaran think pair and share pada siswa kelas VIII A SMP Bopkri 3 Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peningkatan keterampilan berdiskusi dengan penerapan model pembelajaran think pair and share pada siswa kelas VIII A SMP Bopkri 3 Yogyakarta"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. PENINGKATAN KETERAMPILAN BERDISKUSI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHAREPADA SISWA KELAS VIII A SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. Oleh Arum Kristanti 111224048 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015. i.

(2) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. ii.

(3) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. iii.

(4) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. HALAMAN PERSEMBAHAN. Karya ini saya persembahkan untuk: Tuhan Yesus Kristus, karena atas Cinta dan Kasih-Nya yang begitu besar dalam melindungii dan memberikan kesehatan dalam hidupku. Papa dan Mama yang selalu menyayangi, memberi motivasi, semangat, kesabaran dan doa. Buat kakak Anik Sulistiyo Rini Irjayanti yang selalu mendukung dan memotivasi.. iv.

(5) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. MOTO Dengarlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkaumenjadi bijak di masa depan. Amsal 19 : 20 Harapan yang tertunda menyedihkan hati, tetapi keinginan yang terpenuhi adalah pohon kehidupan. Amsal 13 : 12 Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang harapan kita, sebab ia, yang menjanjikannya setia. Ibrani 10 : 23 Jangan putus asa, harapan masih tetap ada. Penulis. v.

(6) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. vi.

(7) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. vii.

(8) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. ABSTRAK Kristanti, Arum. 2015. Peningkatan Keterampilan Berdiskusi dengan PenerapanModel Pembelajaran Think Pair And Share pada Siswa Kelas VIII SMP Bopkri 3 Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan proses keterampilan berdiskusi dengan penerapan model pembelajaran Think Pair and Share pada siswa kelas VIII SMP Bopkri 3 Yogyakarta dan mengetahui perbedaan keterampilan berdiskusi siswa kelas VIII SMP Bopkri 3 Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas (classroom action research). Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa VIII SMP Bopkri 3 Yogyakarta terdiri dari 4 kelas dan setiap kelas terdiri dari 30 siswa. Objek penelitian ini adalah kemampuan berdiskusi dengan penerapan model pembelajaran Think Pair and Share. Analisis deskriptif ini digunakan untuk mengetahui bagaimana kemampuan berbicara dengan model pembelajaran Think Pair andShare pada siswa kelas VIII SMP Bopkri 3 Yogyakarta yang didapat dari tes lisan siklus I dan siklus II. Hasil analisis menunjukkan bahwa kebanyakan responden (96,8%) dengan keterampilan berdiskusi siswa kelas VIII SMP Bopkri 3 Yogyakarta cukup pada siklus I dan diketahui kebanyakan responden (61,3%) dengan keterampilan berdiskusi siswa kelas VIII SMP Bopkri 3 Yogyakarta baik pada siklus II. Dengan demikian, penerapan model pembelajaran Think Pair and Share telah meningkatkan keterampilan berdiskusi siswa kelas VIII SMP Bopkri 3 Yogyakarta. Hasil analisis menunjukkan bahwa didapatkan nilai t-hitung sebesar 6,820 dan nilai signifikansi = 0,000 <Level of Significant = 0,05. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikanan keterampilan berdiskusi dengan penerapan model pembelajaran Think Pair and Share. Hasil analisis ini dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Think Pair and Share telah meningkatkan keterampilan berdiskusi siswa kelas VIII SMP Bopkri 3 Yogyakarta. Kata kunci : Keterampilan Berdiskusi, Think Pair and Share.. viii.

(9) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. ABSTRAC Kristanti, Arum. 2015. Discussing the Implementation Skills Improvement Learning Model Think Pair And Share in Class VIII SMP Bopkri 3 Yogyakarta. Thesis Yogyakarta: Major of Laguage education and indonesia Literature, faculty education and Education sciense, Sanata Dharma University Yogyakarta. Research goal is to improve the process of discussing with the application of skills learning model Think Pair and Share in class VIII SMP Bopkri 3 Yogyakarta and knowing the difference discussion skills class VIII SMP Bopkri 3 Yogyakarta. This study uses a model of action research (classroom action research). Samples taken in this research is the students of SMP Bopkri 3 Yogyakarta consists of four classes and each class consists of 30 students. The object of this research is the ability to discuss the application of the learning model Think Pair and Share. Descriptive analysis was used to determine how the ability to speak with a learning model Think Pair and Share in class VIII SMP Bopkri 3 Yogyakarta obtained from oral test cycle I and cycle II. The analysis showed that most respondents (96.8%) with class VIII student discussion skills SMP Bopkri 3 Yogyakarta enough in the first cycle and known to most respondents (61.3%) with class VIII student discussion skills SMP Bopkri 3 Yogyakarta better on the second cycle , Thus, the application of the learning model Think Pair and Share discussions have improved skills class VIII SMP Bopkri 3 Yogyakarta. The analysis showed that the obtained value of -6.820 t-test and significance value = 0,000 <Level of Significant = 0.05. This means there is signifikanan discuss the application skills learning model Think Pair and Share. Results of this analysis can be concluded that the application of the learning model Think Pair and Share discussions have improved skills class VIII SMP Bopkri 3 Yogyakarta.. Keywords: Skills Discussion, Think Pair and Share.. ix.

(10) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan yang maha Kuasa atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan penulisan. skripsi. yang. berjudul:. Peningkatan. Keterampilan. BerdiskusidenganPenerapan Model Pembelajaran Think Pair And Share pada Siswa Kelas VIII A SMP Bopkri 3 Yogyakarta. Penulisan Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bimbingan dan bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat : 1. Tuhan Yang Maha Esa yang selalu melimpahkan kasih karuniaNya untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Dr. B. Widharyanto, M.Pd. dan Drs. J. Prapta Diharja, S,J., M.Hum,selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran, ketelitian, dan memberikan nasihat-nasihat dalam membimbing dan mendampingi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PBSI yang selalu memberikan semangat dan motivasi untuk penulis agar cepat selesai. 4. Kedua orangtuaku Papa Paulus Suharyono dan Mama Fransiska Suharni yang selalu memberikan dukungan penuh kepada penulis selama menempuh sudi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 5. Kakak Anik Sulistiyo Rini Irjayanti yang selalu mendukung dan memberikan motivasi bagi penulis. 6. Atun Pratiwi, M.Pd.K., selaku Kepala SMP BOPKRI 3 Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada peneliti. 7. Ibu Lucia Sri Handari, S.Pd., selaku guru Bahasa Indonesia kelas VIII A SMP BOPKRI 3 Yogyakarta atas bantuan dan semangatnya. 8. Siswa-siswi SMP BOPKRI 3 Yogyakarta atas banyuan dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Keluarga M.J yang selalu memberikan dukungan dan doa bagi penulis.. x.

(11) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam tulisan ini, mereka adalah orang-orang yang secara langsung maupun tidak langsung telah mengantar penulis dalam meraih cita-cita.. xi.

(12) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iiiHA LAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv M OT O . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................................... vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........ vii ABSTRAK................................................................................................... viii ABSTRAC .................................................................................................... ix KATA PENGANTAR ................................................................................. x DAFTAR ISI ............................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv DAFTAR BAGAN ...................................................................................... xvi DAFTAR TABEL ....................................................................................... xvii DAFTAR GRAFIK ..................................................................................... xviii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah............................................................................. 5 C. Batasaan Masalah ................................................................................ 5 D. Rumusan Masalah................................................................................ 6 E. Tujuan Peneliti .................................................................................... 6 F. Manfaat Peneliti................................................................................... 6 G. Batasan Istilah ..................................................................................... 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................................... 8 A. Pembelajaran Bahasa Indonesia ........................................................... 8 B. Keterampilan Berbicara ....................................................................... 12 xii.

(13) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 1. Hakikat BerbicaraKeaktifan ............................................................ 12 2. Tujuan Berbicara ............................................................................. 12 3. Keterampilan Berdiskusi ................................................................. 13 C. Model Pembelajaran Think Pair and Share .......................................... 17 1. Dasar Teori Model Think Pair and Share ........................................ 17 2. Pengertian Think Pair and Share ..................................................... 19 3. Karakteristik dan Prosedur Think Pair and Share ............................ 20 4. Bagian-bagian Kooperatif Think Pair and Share ............................. 23 5. Pengamatan dan PrinsipThink Pair and Share ................................. 26 6. Kelebihan dan KeterbatasanThink Pair and Share ........................... 27 D. Penelitian Relevan ............................................................................... 31 E. Kerangka Pikir ..................................................................................... 32 F. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 35 A. Jenis Penelitian .................................................................................... 35 B. Tempat Penelitian ................................................................................ 36 C. Subjek dan Objek Penelitian ................................................................ 36 D. Prosedur Penelitian .............................................................................. 36 1. Rencana Siklus I ............................................................................ 37 a. Perencanaan ...................................................................... 37 b. Pelaksanaan Tindakan ........................................................ 37 c. Pengamatan ........................................................................ 39 d. Refleksi .............................................................................. 39 2. Siklus II ........................................................................................... 39 a. Perencanaan ...................................................................... 39 b. Pelaksanaan Tindakan ....................................................... 40 c. Pengamatan ....................................................................... 41 d. Refleksi ............................................................................. 41 E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 41 F. Instrumen Penelitian ............................................................................ 42. xiii.

(14) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. G. Valliditas dan Reliabilitas Data ............................................................ 47 H. Teknik Analisis Data ........................................................................... 49 I. Indikator Keberhasilan ......................................................................... 50. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................. 51 A. Deskripsi Hasil Pengamatan Diskusi ................................................... 51 B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ............................................................ 57 1. Deskripsi Data Siklus I .................................................................... 57 2. Deskripsi Data Siklus II .................................................................. 59 C. Uji Asumsi .......................................................................................... 60 1. Uji Normalitas................................................................................. 60 2. Uji Homogenitas Variansi ............................................................... 61 D. Pengujian Secara Statistik ................................................................... 62 E. Pembahasan ......................................................................................... 62 BAB V PENUTUP ...................................................................................... 66 A. Kesimpulan ........................................................................................ 66 B. Saran .................................................................................................. 67 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 68 BIODATA ................................................................................................... 70 LAMPIRAN-LAMPIRAN. xiv.

(15) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Izin .................................................................................. 73 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .......................................... 77 Lampiran 3. Angket ...................................................................................... 94 Lampiran 4. Instrumen Observasi ................................................................. 102 Lampiran 5. Hasil Belajar ............................................................................. 106 Lampiran 6. Dokumentasi ............................................................................. 117. xv.

(16) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR BAGAN Bagan 1. Model Visualisasi ........................................................................... 35. xvi.

(17) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR TABEL Tabel 1. Pedoman Penilaian Keterampilan Berdiskusi : ................................. 45 Tabel 2.Indikator Keberhasilan : ................................................................... 50 Tabel 4.1. Hasil Penilaian Siklus I : .............................................................. 52 Tabel 4.2.Rata-rata Nilai Siklus I : ................................................................ 54 Tabel 4.3. Hasil Penilaian Siklus II : ............................................................. 54 Tabel 4.4. Rata-rata Nilai Siklus II: ............................................................... 56. xvii.

(18) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR GRAFIK Grafik 4.1. Grafik Distribusi Frekuensi Siklus I ............................................ 58 Grafik 4.2 Grafik Distribusi Frekuensi Siklus I: ........................................... 60. xviii.

(19) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbicara merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, dengan keterampilan berbicara manusia dapat saling berkomunikasi efektif dalam mengungkapkan ide serta gagasannya dan saling bertukar informasi. Akan tetapi, sering terjadi pula kesalahpahaman antar komunikan yang disebabkan oleh beberapa faktor. Tidak semua orang dapat menyampaikan pesan atau informasi dengan baik, sehingga lawan bicaranya merasa sulit untuk menangkap informasi yang disampaikan oleh pembicara. Agar menjadi seorang pembicara yang handal serta untuk dapat menyampaikan segala informasi kepada lawan bicara dengan jelas agar tidak terjadi kesalahpahaman antar komunikan, maka dibutuhkan suatu keterampilan atau kemampuan yang cukup memadai. Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Lucia Sri Handari, S.Pd. Guru kelas VIII SMP Bopkri 3 Yogyakarta diketahui bahwa KKM keterampilan berbicara salah satunya berdiskusi siswa kelas VIII SMP Bopkri 3 Yogyakarta masih 60,0% siswa belum mencapai KKM 75,0%, sehingga guru mengadakan ulangan remidi. Faktor penyebab belum tercapainya KKM yaitu dari siswa sendiri kurang perhatian/fokus pada pembelajaran. Selain itu, permasalahan yang terjadi pada siswa kelas VIII SMP Bopkri 3 Yogyakarta, yaitu sebagian siswa saat berbicara atau berdiskusi tersendat-sendat, bunyi-bunyi artikulasi kata yang salah, gerak tangan dan mimik yang tidak fokus, gerakan mata yang tidak berani 1.

(20) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 2. menatap lawan bicara, gerakan tubuh tidak tenang dan kaku, serta berkeringat dingin bila disuruh berbicara atau berdiskusi di dalam kelas. Kurang percaya diri, jika diminta untuk berbicara atau berdiskusi mengungkapkan ide atau gagasan dengan lawan bicaranya di mana saat akan berbicara atau berdiskusi banyak siswa yang masih mengalami kesulitan. Penyebab rendahnya tingkat kemampuan siswa dalam berbicara salah satunya berdiskusi adalah pengaruh penggunaan Bahasa Indonesia di lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam sehari-hari banyak keluarga yang menggunakan bahasa ibu atau bahasa daerah sebagai bahasa percakapan di lingkungan keluarga, rata-rata menggunakan bahasa ibu sebagai sarana komunikasi. Masyarakat yang menggunakan Bahasa Indonesia pada umumnya belum memperhatikan kaidahkaidah berbahasa salah satunya berdiskusi secara baik dan benar. Akibatnya saat di sekolah, siswa tidak terbiasa untuk berbahasa (berdiskusi) Indonesia yang sesuai dengan konteks dan situasi tutur. Oleh karena itu, model pembelajaran Think Pair and Share ini diharapkan mampu mengatasi segala permasalahan siswa kelas VIII SMP Bopkri 3 Yogyakarta dalam hal berbicara salah satunya berdiskusi (Indrawati, 2005:5). Dari permasalahan diatas, diperlukan model pembelajaran yang tepat untuk model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan keterampilan yang mendalam mengenai materi yang akan disampaikan dan menggunakan model pembelajaran yang sesuai. Situasi dan kondisi di kelas harus diperhatikan sehingga pada proses pembelajaran tidak mengalami hambatan. Oleh sebab itu guru di tutut untuk dapat memilih dan menerapkan model pembelajaran di kelas.

(21) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 3. agar materi pembelajaran berjalan dengan baik. Selain itu, guru harus mampu menyesuaikan model pembelajaran degan kondisi siswa di kelas selama proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan keterampilan berbicara dalam pembelajaran diskusi. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan guru Bahasa Indonesia kelas VIII SMP Bopkri 3 Yogyakarta, secara umum ditemukan beberapa kendala yang dihadapi pada saat pelaksanaan pembelajaran diskusi di kelas, seperti: siswa kurang mengetahui tentang diskusi yang baik, siswa cenderung pasif dan sulit untuk berbicara, siswa kurang berani dan kurang aktif dalam mengutarakan gagasan atau pikirannya pada saat kegiatan berdiskusi. Pembelajaran diskusi di kelas VIII SMP Bopkri 3 Yogyakarta belum menggunakan model pembelajaran yang sesuai, sehingga pada pelaksanaannya belum berhasil secara optimal. Hal inilah yang menjadi permasalahan dalam pembelajaran diskusi. Oleh karena itu, peneliti mencoba menerapkan model Pembelajaran Think Pair and Share dalam pembelajaran diskusi. Model pembelajaran Think Pair and Share adalah model pembelajaran yang tepat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berbicara salah satunya berdiskusi dengan Kompetensi Dasar menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi disertai dengan bukti atau alasan. Model pembelajaran Think Pair and Share yaitu model pembelajaran tersebut mengarah pada upaya pemecahan masalah siswa yang berkaitan dengan upaya pencapaian siswa untuk mampu berbicara (berdiskusi) dengan baik dan benar. Model pembelajaran Think Pair and Share merupakan suatu model pembelajaran.

(22) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 4. kooperatif sederhana. Teknik ini memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain (Lie, 2004:57). Seorang siswa menjadi lebih mudah menguasai pelajaran ketika ia diberi kesempatan berbahasa dengan melakukan suatu kegiatan berbahasa bersama-sama (kooperatif). Prinsip tersebut sama halnya dengan prinsip pada proses pembelajaran Think Pair and Share yaitu adanya suatu kebebasan yang tidak lepas dari rasa tanggung jawab dalam mengekspresikan apa yang mereka rasakan. Dalam hal itu guru memang bertindak dalam peranan sebagai seorang guru. Pembelajaran Think Pair and Share dimana guru banyak menjelaskan konsep atau ketrampilan kepada sejumlah kelompok siswa dan menguji ketrampilan siswa melalui latihan-latihan di bawah bimbingan dan arahan guru. Dengan demikian, tujuan pembelajaran distrukturkan oleh guru. Pendekatan dalam model pembelajaran ini berpusat pada guru di mana guru menyampaikan isi akademik dalam format yang sangat terstruktur, mengarahkan kegiatan para siswa, dan mempertahankan fokus pencapaian akademik. Selain itu, guru juga dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk mengeluarkan pendapat yaitu memberikan opini atau komentar mengenai suatu permasalahan secara bebas akan tetapi tidak terlepas dari rasa tanggung jawab. Akan tetapi, hal tersebut tetap saja tidak mudah dilakukan oleh siswa terlebih siswa yang malu, pasif, dan malas untuk berbicara dalam hal ini berdiskusi. Pembelajaran diskusi menggunakan model Think Pair and Share diharapkan mampu menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dan menarik serta menyenangkan bagi siswa. Selain itu, guru juga dapat lebih mudah dalam.

(23) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 5. membimbing siswa. Penerapan model ini diharapkan dapat menjadi alternatif bagi guru dalam pembelajaran diskusi agar semakin meningkat. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai penerapan model pembelajaran Think Pair and Share pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam rangka membantu meningkatkan kemampuan diskusi siswa kelas VIII SMP Bopkri 3 Yogyakarta. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut. 1.. Kurangnya model pembelajaran yang lebih efektif dalam pengajaran keterampilan berbicara Bahasa Indonesia yang baik dan benar.. 2.. Kurangnya keberanian siswa (malu dan kurang percaya diri) dalam berbicara Bahasa Indonesia yang baik dan benar mengungkapkan ide atau gagasannya.. 3.. Rendahnya tingkat kemampuan (bunyi-bunyi artikulasi kata yang salah-salah) siswa dalam berbicara Bahasa Indonesia yang baik dan benar di muka atau di depan kelas.. C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada peningkatan kemampuan berbicara Bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan penerapan model pembelajaran Think Pair and Share pada siswa kelas VIII A SMP Bopkri 3 Yogyakarta. Penelitian ini berfokus pada upaya peningkatan kemampuan keterampilan berdiskusi..

(24) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 6. D. Rumusan Masalah Dari batasan masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat ditarik suatu rumusan masalah yaitu, apakah penerapan model pembelajaran Think Pair and Share dapat meningkatkan keterampilan berdiskusi siswa kelas VIII A SMP Bopkri 3 Yogyakarta? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan proses keterampilan berdiskusi dengan penerapan model pembelajaran Think Pair and Share pada siswa kelas VIII A SMP Bopkri 3 Yogyakarta. F. Manfaat Penelitian 1.. Bagi Siswa Hasil penelitian ini diharapkan bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan berdiskusi mengungkapkan ide, gagasan, serta pendapatnya dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair and Share.. 2.. Bagi Guru Guru Bahasa dan Sastra Indonesia dapat memperoleh tambahan pengetahuan dan wawasan tentang penerapan model pembelajaran Think Pair and Share untuk meningkatkan keterampilan berdiskusi siswa.. 3.. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti. Selain itu, peneliti dapat mengaplikasikan teori yang telah diperoleh selama ini..

(25) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 7. G. Batasan Istilah Agar diperoleh pemahaman yang sama antara penyusun dan pembaca tentang istilah pada judul skripsi ini, perlu adanya pembatasan istilah. 1.. Keterampilan berdiskusi ialah kemampuan untuk mengungkapkan pendapat, ide, serta gagasannya secara lisan dengan baik dan benar.. 2.. Model pembelajaran Think Pair and Share adalah suatu metode pembelajaran yang menekankan pada upaya guru banyak menjelaskan konsep atau ketrampilan kepada sejumlah kelompok siswa dan menguji ketrampilan siswa melalui latihan-latihan di bawah bimbingan dan arahan guru atau dengan adanya suatu kondisi yang bersifat menggurui..

(26) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas VIII SMP Bopkri 3 Yogyakarta Pembelajaran Bahasa Indonesia adalah salah satu materi yang di ajarkan di bangku sekolah. Adapun tujuan pembelajaran ini dapat kita tinjau dari dua sudut pandang, untuk para siswa ditujukan agar para siswa mampu menghayati bahasa dan juga sastra Indonesia serta mempunyai kemampuan yang baik dan benar dalam berbahasa. Sementara tujuan bagi para guru yaitu untuk mengembangkan potensi para siswa dalam berbahasa Indonesia, serta agar lebih mandiri dalam menyiapkan dan menentukan bahan ajar sesuai dengan kemampuan siswa dan kondisi lingkungan. Pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan dapat membantu peserta didik mengenal dirinya sendiri, budaya sendiri dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut dan menemukan serta menggunakan analis dan imajinatif yang ada dalam dirinya.. Pembelajaran. bahasa. Indonesia. diartikan. untuk. meningkatkan. kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar baik secara lisan, maupun tertulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesusastraan masyarakat Indonesia Selain itu, yang menjadi tujuan umum dari pembelajaran suatu Bahasa yakni peran pentingnya di dalam perkembangan intelektual dan emosional siswa serta. sebagai. penunjang keberhasilan. 8. dalam. mempelajari. semua. mata.

(27) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 9. pelajaran. Di samping itu pembelajaran Bahasa Indonesia juga dapat memungkinkan manusia untuk bisa saling berkomunikasi dan berbagi pengalaman serta saling belajar satu sama lain untuk meningkatkan kemampuan intelektual. Adapun pembelajaran Bahasa Indonesia di bangku sekolah diharapkan bisa membantu para siswa untuk mengenal dirinya sendiri, budayanya, budaya orang lain, belajar untuk menyampaikan gagasan, serta mampu menggunakan kemampuan imajinatif dan analitis yang terdapat pada diri masing-masing siswa. Menurut. Badan. Standar. Nasional. Pendidikan. (Depdiknas,. 2006). pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik lisan maupun tulisan. 2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara. 3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakan dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. 4. Menggunakan. bahasa Indonesia. untuk meningkatkan kemampuan. intelektual serta kematangan sosial dan emosional. 5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, budi pekerti serta peningkatan kemampuan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. 6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia..

(28) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10. Menurut Karyati (2006:4-5), pembelajaran bahasa Indonesia dilaksanakan dengan mengacu pada wawasan pembelajaran yang dilandasi prinsip humanism dan progresivisme. Prinsip humanism mempunyai makna sebagai berikut. 1. Manusia secara fitrah memiliki bekal yang sama dalam upaya memahami sesuatu. Implikasi wawasan ini terhadap kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia ialah (a) guru bukan merupakan satu-satunya sumber informasi, (b) siswa disikapi sebagai subjek belajar yang secara kreatif mampu menemukan pemahaman sendiri, (c) dalam proses belajar mengajar guru lebih banyak bertindak sebagai model, teman pendamping, pemotivasi, fasilitator, dan aktor yang juga bertindak sebagai pebelajar. 2. Perilaku manusia dilandasi motif dan minat tertentu. Implikasi dari wawasan tersebut dalam kegiatan pengajaran bahasa Indonesia adalah (a) isi pembelajaran yang harus dimiliki kegunaan bagi pebelajar secara aktual, (b) dalam kegiatan belajarnya siswa harus menyadari manfaat penguasaan isi pembelajaran bagi kehidupan, (c) isi pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan, pengalaman, dan pengetahuan pebelajar. 3. Manusia selain memiliki kesamaan juga memiliki keikhlasan. Implikasi wawasan tersebut dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia adalah (a) layanan pembelajaran selain bersifat klasikal dan kelompok juga individual, (b) pebelajar selain ada yang menguasai materi pembelajaran secara cepat juga ada yang menguasi isi pembelajaran secara lambat, (c) belajar perlu disikapi sebagai subyek yang unik, baik menyangkut proses.

(29) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11. merasa, berpikir, dan karakteristik individual sebagai hasil bentuk lingkungan keluarga, teman bermain, maupun lingkungan kehidupan bagi sosial masyarakatnya. 4. Pembelajaran Bahasa Indonesia Proses kegiatan belajar mengajar merupakan proses terpenting dalam pembelajaran formal di sekolah. Agar kegaiatan belajar mengajar bisa berhasil sesuai tujuan atau keinginan yang dicapai, maka guru harus pintar memilih berbagai kegiatan dalam belajar Bahasa Indonesia menggunakan metode dan media pembelajaran. Menurut Mulyasa (2006), proses pembelajaran menurut KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Proses pendidikan pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis. Kurikulum. Tingkat. Satuan. Pendidikan. (KTSP). merupakan. kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan. pendidikan.. berdasarkan. standart. Disusun. dengan. kompetensi. dengan. serta. memperhatikan. kompotensi. dasar. dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). dan yang.

(30) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12. B. Keterampilan Berbicara 1. Hakikat Berbicara Berbicara merupakan salah satu aspek yang terdapat dalam keterampilan berbahasa Indonesia. Menurut Nurgiyantoro (1995:274), berbicara adalah aktivitas berbahasa yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:148) “berbicara adalah suatu kegiatan berkata, berbahasa, melahirkan pendapat dengan perkataan atau tulisan dan sebagainya”, sedangkan menurut Tarigan (2008:15) berbicara adalah kemampuan. mengucapkan. bunyi-bunyi. artikulasi. atau. kata-kata. untuk. mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, atau perasaan. Sementara menurut Arsjad (1988:17) “kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan”. Berdasar uraian di atas berbicara merupakan suatu kegiatan berbahasa dengan cara melafalkan kata-kata untuk melakukan suatu komunikasi dengan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi, gestur, dan mimik yang tepat. 2. Tujuan Berbicara Menurut Tarigan (2008:15), tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Menurut Tarigan (2008:16), berbicara mempunyai tiga maksud umum, yaitu (a) memberitahukan, melaporkan (to inform); (b) menjamu, menghibur (to entertain); dan (c) membujuk, mengajak, mendesak, meyakinkan (to persuade). Dapat disimpulkan bahwa tujuan orang berbicara tidak hanya.

(31) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13. untuk berkomunikasi saja, akan tetapi juga dapat digunakan untuk memberikan informasi, menghibur, membujukm mengajak, mendesak, atau meyakinkan lawan bicaranya. 3. Keterampilan Berdiskusi Diskusi berasal dari bahasa latin yaitu discuties atau discution yang artinya bertukar pikiran. Diskusi pada dasarnya suatu bentuk tukar pikiran yang teratur dan terarah, baik dalam kelompok kecil maupun dalam kelompok besar, dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah (Tarigan, 1997:7-13). Metode diskusi merupakan interaksi antara siswa dan siswa atau siswa dengan guru untuk menganalisis, memecahkan masalah, menggaji atau memperdebatkan topik atau permasalahan tertenru (Yamin, 2006). Diskusi adalah suatu percakapan yang terarah yang terbentuk pertukaran pikiran antara dua orang atau lebih secara lisan untuk mendapatkan kesepakatan atau kecocokan dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi (Semi, 1992: 10). Wiyanto (2000:1) menyatakan bahwa “kata diskusi berasal dari bahasa latin discussion, discussi, atau discussum yang berarti memeriksa, memperbincangkan, membahas. Dalam bahasa Inggris dipakai kata discussion yang berarti: perundingan atau pembicaraan. Dalam bahasa Indonesia, sebagai istilah, diskusi adalah proses bertukar pikiran antara dua orang atau lebih tentang suatu masalah untuk mencapai tujuan tertentu. Istilah diskusi mencangkup tiga unsur pokok yaitu : dilakukan oleh dua orang atau lebih (kelompok), ada masalah yang menjadi pokok pembicaraan, ada tujuan yang hendak dicapai”. Kegiatan.

(32) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14. berdiskusi baru bisa terwujud bila dilakukan oleh sekelompok orang. Suatu kelompok merupakan keseluruhan (keutuhan) yang sifatnya berbeda dengan sifat masing-masing anggotanya. Kegiatan diskusi selalu diwarnai tanya jawab antara peserta diskusi. Hal ini memberi kesempatan seluas-luasnya kepada peserta untuk menyampaikan pendapat, menambahkan bukti dan alasan, menolak suatu gagasan, memberi tanggapat dan saran, dan partisipasi aktif lainnya. Di pihak lain, peserta juga dapat memperoleh informasi lengkap dan terperinci mengenai masalah yang sedang didiskusikan. Dengan demikian, kalau kegiatan diskusi itu menghasilkan kesimpulan atau kesepakatan itu merupakan hasil pemikiran bersama (Tarigan, 2008:40). Diskusi adalah salah satu metode belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Di dalam diskusi ini proses interaksi antar dua atau lebih individu yang terlibat saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah dapat terjadi juga. Semuanya aktif tidak ada yang pasif atau sebagai pendengar saja (Roestiyah, 1991:5). Pelaksanaan kegiatan diskusi tidak selalu sama. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa jumlah peserta, siapa saja peserta itu, dan pelaksanaannya tidak sama. Demikian pula keluasaan masalah yang didiskusikan dan sasaran yang ingin dicapai juga tidak sama. “Ada beberapa jenis diskusi, antara lain diskusi kelompok, diskusi kelompok-kelompok, diskusi panel, lokakarya/workshop, rapat kerja, seminar, konferensi, kongres, simposium, kolokium, sara sehan, fishbowl, dan debat” (Wiyanto, 2000:37). Diskusi menjadikan pendengar/ pemirsa memiliki pandangan/ pengetahuan yang lebih jelas mengenai masalah yang didiskusikan. Oleh sebab itu, diskusi mempunyai.

(33) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15. hubungan yang erat dengan proses pembentukan pikiran/ pendapat Hendrikius (1991:96). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berdiskusi adalah sebuah interaksi komunikasi antara dua orang atau lebih mengenai suatu topik tertentu dan dari topik inilah diskusi berkembang dan diperbincangkan pada akhirnya akan menghasilkan suatu pemahaman dari topik tersebut. Di dalam berdiskusi keadaan yang terjadi adalah keadaan yang cukup menyenangkan, karena berdiskusi ini para peserta bebas mengutarakan pendapatnya masing-masing mengenai satu topik tertentu, selain itu juga berdiskusi bisa memberikan atau tukar menukar informasi, pendapat, gagasan, dan unsur-unsur pengalaman dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas. Keterangan Aspek Keterampilan Berdiskusi: 1. Aspek pemilihan kata dengan tepat (diksi) a) Skor 4 untuk siswa yang memperhatikan lafal atau ucapan, susunan kalimat, dan pilihan kata b) Skor 3 untuk siswa yang cukup memperhatikan lafal atau ucapan, susunan kalimat, dan pilihan kata c) Skor 2 untuk siswa yang kurang memperhatikan lafal atau ucapan, susunan kalimat, dan pilihan kata d) Skor 1 untuk siswa yang tidak memperhatikan lafal atau ucapan, susunan kalimat, dan pilihan kata..

(34) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16. 2. Aspek sikap wajar, tenang, dan tidak kaku a) Skor 4 untuk siswa yang berbicara wajar tanpa malu, tenang, dan tidak kaku b) Skor 3 untuk siswa yang berbicara wajar namun terkadang masih terlihat gugup atau tidak tenang c) Skor 2 untuk siswa yang berbicara kurang wajar (masih sering malu, gugup atau tidak tenang, dan kaku) d) Skor 1 untuk siswa yang wajar berbicara 3. Aspek gerak-gerik, mimik yang tepat, ekspresi dan pandangan a) Skor 4 untuk siswa yang pandangannya tertuju ke lawan bicara dan mimik yang tepat, ekspresi yang wajar. b) Skor 3 untuk siswa yang pandangan matanya cukup terarah namun kadang-kadang tidak terarah dan mimik yang cukup tepat, ekspresi yang cukup wajar c) Skor 2 untuk siswa yang pandangan matanya kurang terarah dan mimik yang kurang tepat, ekspresi yang kurang wajar d) Skor 1 untuk siswa yang tidak mengarahkan pandangan matanya ke lawan bicara dan mimik yang tidak tepat, ekspresi yang tidak wajar 4. Aspek kelancaran dalam berbicara a) Skor 4 untuk siswa yang berbicara dari awal sampai akhir lancar b) Skor 3 untuk siswa yang cukup lancar berbicara (terkadang masih tersendat-sendat atau terputus-putus).

(35) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17. c) Skor 2 untuk siswa yang cukup lancar berbicara (sering tersendatsendat atau terputus-putus) d) Skor 1 untuk siswa yang tidak lancar berbicara 5. Aspek penguasaan topik dan argumen pendukung gagasan a) Skor 4 untuk siswa yang menguasai topik b) Skor 3 untuk siswa yang cukup menguasai topik (terkadang masih tersendat-sendat dan masih membaca) c) Skor 2 untuk siswa yang cukup menguasai topik (masih sering tersendat-sendat) d) Skor 1 untuk siswa yang tidak menguasai topik C. Model Pembelajaran Think Pair and Share 1. Dasar Teori Model Pembelajaran TPS Model pembelajaran Think-Pair-Share dikembangkan oleh Frank Lyman dkk dari Universitas Maryland pada tahun 1985. Model pembelajaran Think-PairShare merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif sederhana. ThinkPair-Share) sebagai struktur kegiatan pembelajaran gotong royong. Model ini memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Think-Pair-Share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Model Think-Pair-Share sebagai ganti dari tanya jawab seluruh kelas. Teknik ini memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Model Pembelajaran Think Pair and Share menggunakan metode diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno..

(36) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi/tujuan pembelajaran. Think Pair Share (TPS) merupakan suatu teknik sederhana dengan keuntungan besar. Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi dan seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas. Selain itu, Think Pair Share (TPS) juga dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas. Think Pair Share (TPS) sebagai salah satu metode pembelajaran kooperatif yang terdiri dari 3 tahapan, yaitu thinking, pairing, dan sharing. Guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber pembelajaran (teacher oriented), tetapi justru siswa dituntut untuk dapat menemukan dan memahami konsep-konsep baru (student oriented). Think Pair and Share menggunakan langkah-langkah pembelajaran, antara lain: a) Guru menyampaikan inti materi b) Siswa berdiskusi dengan teman sebelahnya tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru c) Guru memimpin pleno dan tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya d) Atas dasar hasil diskusi, guru mengarahkan pembicaraan pada materi/permasalahan yang belum diungkap siswa e) Kesimpulan.

(37) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19. 2. Pengertian Model Pembelajaran Think Pair and Share Menurut Lie (2002:57), bahwa Think-Pair-Share adalah pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain. Model pembelajaran Think-Pair-Share diharapkan siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil. Dalam hal ini, guru sangat berperan penting untuk membimbing siswa melakukan diskusi, sehingga terciptanya suasana belajar yang lebih hidup, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dengan demikian jelas bahwa melalui model pembelajaran Think-Pair-Share, siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Model pembelajaran Think-Pair-Share merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif sederhana yang memiliki prosedur secara eksplisit sehingga model pembelajaran Think-Pair-Share dapat disosialisasikan dan digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran sejarah di sekolah. Keunggulan lain dari pembelajaran ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, tipe Think-Pair-Share ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain (Lie, 2004:57)..

(38) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20. 3. Karakteristik dan Prosedur Model Pembelajaran Think Pair and Share Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran Think-Pair-Share adalah: (1) guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua kelompok, (2) setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri, (3) siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya, (4) kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat (Lie, 2004: 58). Think-Pair-Share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain (Nurhadi dkk, 2003:66). Sebagai contoh, guru baru saja menyajikan suatu topik atau siswa baru saja selesai membaca suatu tugas, selanjutnya guru meminta siswa untuk memikirkan permasalahan yang ada dalam topik/bacaan tersebut. Langkah-langkah dalam pembelajaran Think-Pair-Share sederhana, namun penting trutama dalam menghindari kesalahan-kesalahan kerja kelompok. Dalam model ini, guru meminta siswa untuk memikirkan suatu topik, berpasangan dengan siswa lain dan mendiskusikannya, kemudian berbagi ide dengan seluruh kelas. Tahap utama dalam pembelajaran Think-Pair-Share menurut Muslimin (2000: 26-27) adalah sebagai berikut: Tahap 1 : Thingking (berpikir).

(39) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21. Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu secara mandiri untuk beberapa saat. Tahap 2 : Pairing Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Dalam tahap ini, setiap anggota pada kelompok membandingkan jawaban atau hasil pemikiran mereka dengan mendefinisikan jawaban yang dianggap paling benar, paling meyakinkan, atau paling unik. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan. Tahap 3 : Sharing (berbagi) Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Keterampilan berbagi dalam seluruh kelas dapat dilakukan dengan menunjuk pasangan yang secara sukarela bersedia melaporkan hasil kerja kelompoknya atau bergiliran pasangan demi pasangan hingga sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan. Langkah-langkah atau alur pembelajaran dalam model Think-Pair-Share adalah: Langkah ke 1 : Guru menyampaikan pertanyaan Aktifitas. :. Guru. melakukan. apersepsi,. menjelaskan. tujuan. pembelajaran, dan menyampaikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan..

(40) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22. Langkah ke 2 : Siswa berpikir secara individual Aktifitas : Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban dari permasalahan yang disampaikan guru. Langkah ini dapat dikembangkan dengan meminta siswa untuk menuliskan hasil pemikiranyya masing-masing. Langkah ke 3: Setiap siswa mendiskusikan hasil pemikiran masing-masing dengan pasangan Aktifitas : Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban yang menurut mereka paling benar atau paling meyakinkan. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam kerja kelompoknya. Pelaksanaan model ini dapat dilengkapi dengan LKS, sehingga kumpulan soal latihan atau pertanyaan yang dikerjakan secara kelompok. Langkah ke 4 : Siswa berbagi jawaban dengan seluruh kelas Aktifitas : Siswa mempresentasikan jawaban atau pemecahan masalah secara individual atau kelompok didepan kelas. Langkah ke 5 : Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah. Aktifitas : Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap hasil pemecahan masalah ang telah mereka diskusikan..

(41) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23. 4. Bagian-bagian Kooperatif Model Pembelajaran Think Pair and Share Beberapa variasi dalam model cooperative learning Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat beberapa variasi dari model tersebut. Terdapat empat pendekatan yang seharusnya merupakan bagian dari kumpulan strategi gru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif yaitu STAD, JIGSAW, Investigasi Kelompok (TGT), Numbered Head Together (NHT) dan Pendekatan Struktural yang meliputi Think Pair Share (TPS). 1. Student Teams Achievement Division (STAD) Merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. 2. Jigsaw Siswa dibagi atas beberapa kelompok 5-6 orang, materi pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi menjadi beberapa sub bab, setiap kelompok membaca subbab yang ditugaskan untuuk mempelajarinya, kemudian setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas mengajarkan temantemannya. 3. Investigasi Kelompok (Group Investigasi) Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan.. Dalam. implementasi tipe investigasi kelompok guru membagi kelas menjadi.

(42) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24. kelompok anggota 5-6 siswa yang heterogen. Kelompok di sini dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. 4. Numbered Head Together (NHT) Numbered Head Together (NHT) merupakan jenis pembelajarann kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. 5.Teams Games Tournament (TGT) Model Pembelajaran Kooperatif tipe (TGT) pada model ini siswa memainkan. permainan. dengan. anggota-anggota. tim. la in. untuk. memperolleh tambahan poin untuk skor tim mereka. 6. Think Pair Share (TPS) Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share merupakan model pembelajaran kooperatif yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi. Prosedur yang digunakan dalam model think pair share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, merespon dan saling membantu (Trianto, 2010). Menurut Joyce dkk., (2009) latihan bekerja sama bisa dilakukan dengan pengelompokan sederhana, yakni dengan dua siswa dalam satu kelompok yang ditugaskan untuk menyelesaikan tugas kognitif. Teknik ini merupakan cara paling sederhana dalam organisasi sosial. Dengan demikian model pembelajaran think-pair-share sangat ideal untuk guru dan siswa yang baru belajar kolaboratif. Teknik pembelajaran think pair share memberi siswa.

(43) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25. kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Teknik ini memberi kesempatan lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. Dalam berdiskusi diperlukan beberapa keterampilan berpikir, antara lain: mengenal masalah; menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-masalah tersebut; mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan; memahami dan menggunakan bahasa yang tepat. dan. jelas;. menganalisis. data;. da n. menarik. kesimpulan.. Keterampilan-keterampilan berpikir ini merupakan landasan untuk berpikir kritis. Sedangkan pada tahap share, siswa akan berbagi dengan seluruh kelas. Pada tahap ini diperlukan kemampuan untuk mengatakan sesuatu dengan penuh percaya diri. Dengan demikian setiap tahap yang terdapat dalam model pembelajaran think pair share merupakan keterampilan berpikir, landasan berpikir kritis, dan definisi keterampilan berpikir kritis. Agar tahap-tahap dalam model pembelajaran think pair share berjalan dengan baik, maka keterampilan berpikir kritis siswa sangat diperlukan. Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang terorganisasi (Johnson, 2007)..

(44) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26. 5. Pengamatan dan Prinsip Model Pembelajaran Think Pair and Share Menurut Arends (2008) model pembelajaran TPS pada prinsipnya mengaktifkan seluruh siswa selama proses pembelajaran dan memberikan kesempatan untuk bekerja sama antar siswa yang mempunyai kemampuan heterogen. Model ini efektif untuk diskusi kelas karena prosedur yang digunakan dapat memberi siswa lebih banyak waktu untuk berpikir, merespon, dan saling membantu. Menurut Sanjaya (2009) adanya kolaborasi akan memberikan beberapa keunggulan bagi siswa, antara lain: 1) dapat belajar secara mandiri dan tidak terlalu menggantungkan pada guru, 2) dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan, 3) membantu anak untuk merespon orang lain, 4) memberdayakan siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar, 5) meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial. Model TPS dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa, hal ini didasarkan pada tahapan pembelajaran yang dimiliki oleh model ini. Menurut Arends (2008) tahapan dalam pengamatan dalam model TPS antara lain. Pengamatan pada saat thinking, pada tahap ini yang diamati adalah saat guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran dan meminta siswa untuk berpikir sendiri tentang jawaban atas permasalahan tersebut. Siswa harus aktif untuk berpikir tentang jawaban dari permasalahan yang diberikan, dengan demikian tahapan ini memberikan waktu lebih banyak untuk berpikir. Ketika siswa melakukan kegiatan pembelajaran, siswa akan berpikir tentang materi pelajaran. Kegiatan berpikir akan terjadi apabila siswa menyadari bahwa materi tersebut tidaklah sederhana. Jika siswa terbiasa menerima dari guru,.

(45) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27. dan jarang diajak untuk berpikir tentang suatu materi, maka mereka tidak akan terbiasa untuk melakukan kegiatan berpikir. Bisa jadi siswa belum terbiasa untuk melakukan kegiatan berpikir, sehingga dalam model pembelajaran TPS, yakni dalam tahap thinking, siswa belum sepenuhnya melakukan kegiatan berpikir Pengamatan pada saat pairing, pada tahap ini guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka pikirkan. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan. Pada tahap ini yang diamati adalah dimana siswa juga belajar saling merespon sehingga meningkatkan kemampuan sosialnya. Anak yang mempunyai kemampuan berbeda akan saling membantu sehingga siswa bisa belajar lebih mandiri dan tidak terlalu tergantung kepada guru. Pengamatan pada saat sharing, pada tahap ini yang diamati adalah siswa akan belajar untuk berbagi dengan seluruh kelas sehingga mereka dapat mengembangkan keterampilan berkomunikasi. Siswa harus menggunakan keterampilan berpikir kritis yang dimilikinya yakni kemampuan untuk mengatakan sesuatu dengan penuh percaya diri, maupun kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang terorganisasi. 6. Kelebihan dan Keterbatasan Model Pembelajaran Think Pair and Share a. Kelebihan Kelebihan model TPS yaitu guru yang sangat berperan penting untuk membimbing siswa melakukan diskusi, sehingga terciptanya suasana belajar yang lebih hidup, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dengan demikian jelas.

(46) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28. bahwa melalui model pembelajaran Think-Pair-Share, siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Model pembelajaran Think-Pair-Share merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif sederhana yang memiliki prosedur secara eksplisit sehingga model pembelajaran Think-Pair-Share dapat disosialisasikan dan digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran sejarah di sekolah. Keunggulan lain dari pembelajaran ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, tipe Think-Pair-Share ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain (Lie, 2004:57). Menurut Kagan (dalam Maesuri, 2002:37) manfaat Think-Pair-Share adalah: (1) para siswa menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya dan untuk mendengarkan satu sama lain ketika mereka terlibat dalam kegiatan Think-Pair-Share lebih banyak siswa yang mengangkat tangan mereka untuk menjawab setelah berlatih dalam pasangannya. Para siswa mungkin mengingat secara lebih seiring penambahan waktu tunggu dan kualitas jawaban mungkin menjadi lebih baik, dan (2) para guru juga mungkin mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berpikir ketika menggunakan Think-Pair-Share. Mereka.

(47) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29. dapat berkonsentrasi mendengarkan jawaban siswa, mengamati reaksi siswa, dan mengajukan pertanyaaan tingkat tinggi. b. Keterbatasan Menurut Muslimin (2000:27), hambatan yang ditemukan selama proses pembelajaran antara lain berasal dari segi siswa, yakni: siswa-siswa yang pasif, dengan metode ini mereka akan ramai dan mengganggu teman-temannnya. Tahap pair siswa yang seharusnya menyelesaikan soal dengan berdiskusi bersama pasangan satu bangku dengannya, tetapi masih suka memanfaatkan kegiatan ini untuk berbicara di luar materi pelajaran, menggantungkan pada pasangan dan kurang berperan aktif dalam menemukan penyelesaian serta menanyakan jawaban dari soal tersebut pada pasangan yang lain. Jumlah siswa di kelas juga berpengaruh terhadap pelaksanaan metode Think Pair Share ini. Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok. Akibatnya terdapat kelompok yang beranggotakan lebih dari 2 (dua) siswa. Hal ini akan memperlambat proses diskusi pada tahap pair, karena pasangan lain telah menyelesaikan sementara satu siswa tidak mempunyai pasangan. Hambatan lain yang ditemukan yaitu dari segi waktu. Masalah lain yang sering terjadi pada tahap think adalah ketidaksesuaian antara waktu yang direncanakan dengan pelaksanaannya. Hal ini dikarenakan siswa yang suka mengulur-ulur waktu dengan alasan pekerjaan belum diselesaikan. Hal ini berdampak pada hasil belajar ranah kognitif, yaitu siswa kurang menunjukkan kemampuan yang sesungguhnya. Metode ini membutuhkan banyak waktu karena terdiri dari 3 (tiga) langkah yang harus dilaksanakan oleh.

(48) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30. seluruh siswa yang meliputi tahap think, pair, share. Untuk mengatasi hambatan dalam penerapan metode kooperatif think pair share yaitu guru akan berkeliling kelas dengan mengingatkan kembali tahap-tahap yang harus siswa lalui. Hal tersebut dilakukan agar siswa tertib dalam melalui setiap tahapnya dalam proses pembelajaran ini. Guru akan memberikan point pada siswa, jika siswa tersebut mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan atau memberikan sanggahan pada tahap share. Model pembelajaran Think-Pair-Share juga mempunyai kelemahan. Kelemahannya adalah: (1) metode pembelajaran Think-Pair-Share belum banyak diterapkan di sekolah, (2) sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru, waktu pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal, (3) menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang sesuai dengan taraf berfikir anak dan, (4) mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berfikir memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa (Lie, 2004:29). Meskipun terdapat berbagai kelemahan, akan tetapi kelemahan ini karena model ini belum banyak diterapkan. Hal ini dikarenakan memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru dan mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berfikir memecahkan masalah secara kelompok. Akan tetapi kelemahan ini dapat menjadi kelebihan, karena model Think Pair and Share ini lebih efektif dalam melatih kemampuan berbicara siswa..

(49) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31. D. Penelitian yang Relevan Penelitian tentang berbicara telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian Rudiyanto, dkk., (2013) berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) terhadap Aktivitas Belajar dan Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMA N 6 Kota Malang Tahun Pelajaran 2012-2013 pada Materi Reaksi Redoks”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatkan kemampuan berbicara siswa Kelas XI SMA N 1 Muntilan dengan penggunaan media karikatur. Tujuan penelitian adalah mengetahui: keterlaksanaan penerapan model TPS; adanya perbedaan pengaruh model TPS pada prestasi dan aktivitas belajar siswa; dan hubungan antara aktivitas belajar dengan hasil belajar siswa. Data dikumpulkan dengan menggunakan tes, observasi, dan dianalisis secara statistik dan deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan keterlaksanaan model TPS berlangsung baik; ada perbedaan aktivitas belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol; tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol; dan ada hubungan antara aktivitas belajar dengan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen. Penelitian Surayya, dkk., (2013) berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share terhadap Hasil Belajar IPA Ditinjau dari Keterampilan Berpikir Kritis Siswa”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh model pembelajaran Think Pair Share (TPS) terhadap hasil belajar IPA ditinjau dari keterampilan berpikir kritis (KBK). Penelitian ini merupakan quasi eksperimen dengan rancangan posttes-only control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs Negeri Patas tahun pelajaran 2013/2014..

(50) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32. Sampel penelitian terdiri dari dua kelas eksperimen dan dua kelas kontrol yang berjumlah 117 siswa yang ditentukan dengan cara merandom kelas-kelas yang setara. Data yang diperoleh dianalisis dengan statistik ANAVA dua jalur dengan taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang mengikuti model pembelajaran TPS dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional (MPK) (F=187,110; p<0,05); (2) tidak terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran TPS dan KBK terhadap hasil belajar (F=3,238; p>0,05). Berdasarkan hasil penelitian ini dapat direkomendasikan bahwa model pembelajaran TPS dapat digunakan sebagai alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPA. Berbeda halnya dengan penelitian ini yang fokus membahas peningkatan kemampuan berbicara dengan model pembelajaran Think Pair and Share. Di dalam penelitian ini pada dasarnya terfokus pada peningkatan berbicara untuk berdiskusi itu sendiri. Terdapat aspek berbicara yang penting yaitu berbicara untuk menyampaikan ide ataupun gagasannya dengan melakukan suatu komunikasi berdiskusi dengan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi, gestur, dan mimik yang tepat. E. Kerangka Pikir Keterampilan berbicara merupakan salah satu bagian dari keterampilan berbahasa pada pembelajaran Bahasa Indonesia. Rendahnya minat berbicara siswa disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah ketidaktepatan metode dan model pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Kurangnya kemampuan siswa dalam berbicara khususnya dalam kegiatan berdiskusi, mengungkapkan ide serta.

(51) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33. gagasannya menjadi suatu permasalahan yang perlu segera dipecahkan. Pembelajaran keterampilan berbicara yang dilakukan secara konvensional menjadi penyebab kurangnya kemampuan dan minat siswa dalam mengungkapkan ide, gagasan, serta perasaannya. Hal tersebut menjadikan siswa merasa kurang percaya diri, bosan dan tidak tertarik dalam mengikuti pembelajaran. Komponen terpenting untuk pencapaian keberhasilan proses belajar mengajar salah satunya adalah model pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Tidak dapat dipungkiri bahwa komponen lain juga memiliki peran penting. Untuk itu pengajar harus memiliki metode agar siswa dapat belajar efektif dan efisien. Oleh karena itu, guru harus menguasai metode dan model pembelajaran serta pandai dalam memilih dan menerapkan sesuai dengan kondisi dan tujuan yang ingin dicapai. Permasalahan dalam pembelajaran yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya kemampuan berbicara siswa. Kurang berhasilnya siswa dalam berbicara tersebut disebabkan oleh pembelajaran yang berpusat pada guru. Pembelajaran tersebut diawali dengan pemberian teori yang banyak tetapi tanpa memberikan waktu untuk mengaplikasi secara memadai guna penguasaan kompetansi tersebut. Hal itu dikarenakan kurangnya metode atau model pembelajaran di kelas. Untuk mengatasi masalah tersebut, pengajar dapat menggunakan model pembelajaran sebagai salah satu cara mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yaitu model pembelajaran Think Pair and Share. Alat ukur yang digunakan dalam model pembelajaran Think Pair and Share untuk mengetahui seberapa besar efektifitas model pembelajaran Think Pair and Share bagi keterampilan berbicara siswa mencakup 5 aspek penskoran, yaitu: (1).

(52) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34. pemilihan kata dengan tepat (diksi), (2) sikap wajar, tenang, dan tidak kaku, (3) gerak-gerik, mimik yang tepat, ekspresi dan pandangan, (4) kelancaran dalam berbicara, dan (5) penguasaan topik dan argumen pendukung gagasan (Arsjad dan Mukti, 1988:17). Salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran keterampilan berbicara siswa yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair and Share. Model pembelajaran tersebut diharapkan dapat efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran keterampilan berbicara di kelas. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian untuk menguji sejauh mana efektifitas model pembelajaran Think Pair and Share dalam pembelajaran keterampilan berbicara mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas. F. Hipotesis Penelitian Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir yang telah diuraikan di atas, hipotesis penelitian ini adalah jika siswa dalam proses pembelajaran berbicara khususnya untuk berdiskusi dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair and Share, maka kemampuan berbicara khususnya berdiskusi akan meningkat atau dengan kata lain bahwa telah terjadi peningkatan kemampuan berbicara dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair and Share. Berikut ini bukti hipotesis dalam penelitian penerapan model pembelajaran Think Pair and Share dapat meningkatkan keterampilan berdiskusi siswa kelas VIII A SMP Bopkri 3 Yogyakarta..

(53) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru ke kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajaran (Arikunto, 2006: 96). Model penelitian yang digunakan adalah model yang dikemukakan oleh Kemmis & Mc Taggart. Siklus dalam penelitian tindakan kelas terdiri dari perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi (reflecting) dan perencanaan kembali (Madya, 1994:25). Secara jelas siklus penelitian yang akan dilaksanakan dijelaskan dalam bentuk gambar berikut ini: Keterangan: 0 = perenungan 1 = perencanaan 2 = tindakan dan oservasi I 3 = refleksi I 4 = refleksi terevisi II 5 = tindakan dan observasi II 6 = refleksi II. Gambar 1: Model Visualisasi Bagan Menurut Kemmis & Mc Taggart. Penelitian ini berfungsi sebagai alat pengenalan model tambahan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berbicara khususnya berbicara. 35.

(54) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 36. untuk berdiskusi pada siswa kelas VIII A SMP Bopkri 3 Yogyakarta. Dalam penelitian ini model tambahan pembelajaran yang akan digunakan adalah model pembelajaran Think Pair and Share. Selain itu penelitian ini juga berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran pembelajaran berbicara khususnya berbicara untuk berdiskusi pada siswa kelas VIII A SMP Bopkri 3 Yogyakarta. B. Tempat Penelitian Seting penelitian adalah lokasi atau tempat penelitian dilakukan. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Bopkri 3 Yogyakarta bulan Maret 2015 sampai dengan bulan Juni 2015. C. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian yang akan dikenai tindakan kelas adalah siswa kelas VIII A SMP Bopkri 3 Yogyakarta. Perlu diketahui bahwa kelas VIII SMP Bopkri 3 Yogyakarta terdiri dari 4 kelas dan setiap kelas terdiri dari 32 siswa. Objek penelitian. ini adalah kemampuan. berdiskusi. dengan. penerapan model. pembelajaran Think Pair and Share. D. Prosedur Penelitian Konsep pokok penelitian tindakan kelas model Kemmis & Mc Taggart terdiri dari empat komponen, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, tindakan, dan refleksi. Prosedur pelaksanaan tindakan dan implementasi dilokasi penelitian masalah sebagai berikut..

(55) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 37. 1. Siklus I a. Perencanaan Pada tahap perencanaan tindakan kelas ini, peneliti bersama dengan kolaborator menetapkan alternatif yang akan dilakukan dalam upaya peningkatan keterampilan subjek yang diinginkan melalui: 1) Peneliti bersama kolabolator menyamakan persepsi dan berdiskusi untuk mengidentifikasi. permasalahan. yang. muncul. berkaitan. dengan. pembelajaran berbicara dan solusi pemecahan masalahnya. 2) Merancang. pelaksanaan. pembelajaran. berbicara. dengan. strategi. pembelajaran Think Pair and Share. 3) Menyiapkan skenario pelaksanaan tindakan kelas siklus I. 4) Menyusun tes awal, tes akhir siklus I. 5) Melaksanakan tes awal. 6) Menyiapkan instrumen penelitian berupa lembar pengamatan, dan alat untuk mendokumentasikan kegiatan. b. Pelaksanaan Tindakan Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: 1) Pertemuan pertama siklus I, guru menjelaskan tentang prinsip model pembelajaran Think Pair and Share dan materi tentang berbicara khususnya berbicara untuk berdiskusi. 2) Guru membagi kelas ke dalam kelompok-kelompok kecil, masing-masing kelompok terdiri dari 5-6 orang siswa..

(56) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 38. 3) Guru membuat forum tanya jawab mengenai kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi para siswa dalam mengikuti pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya pada keterampilan berbicara. 4) Setelah itu siswa dalam masing-masing kelompoknya berdiskusi untuk berdiskusi beberapa pertanyaan pancingan yang diberikan oleh guru mengenai masalah yang dibicarakan. Kemudian salah satu kelompok melaporkan hasil diskusi yang dilakukan dalam kelompok kecil. Lalu disusul oleh kelompok berikutnya. 5) Kelompok kecil lain menyimak laporan hasil diskusi, kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar kelompok agar semua siswa dapat mengetahui solusi dan dapat merefleksikan serta berupaya membuatnya menjadi lebih baik dan efektif. 6) Pada pertemuan kedua siklus I ini adalah melanjutkan kegiatan pada pertemuan pertama dan memberikan bantuan kepada siswa yang merasa belum paham terhadap materi. Untuk kesalahan-kesalahan yang bersifat umum, artinya dilakukan hampir seluruh siswa, guru menjelaskan kembali secara klasikal. Sementara kesalahan yang bersifat individu atau kelompok, guru langsung memberikan penjelasan pada individu atau kelompok itu. 7) Peneliti bersama kolaborator mengamati perilaku siswa, reaksi, metode, dan suasana pembelajaran, serta peran guru dalam menerapkan model pembelajaran Think Pair and Share. 8) Peneliti dan kolaborator mendiskusikan hasil pembelajaran..

(57) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 39. c. Pengamatan Pengamatan pada prinsipnya merupakan kegiatan untuk mengenali dan mengevaluasi perkembangan yang terjadi dengan adanya tindakan. Hasil yang diperoleh dalam implementasi tindakan merupakan dampak proses pembelajaran (keberhasilan proses) dan dampak tindakan terhadap hasil pembelajaran (keberhasilan produk). Keberhasilan proses dilihat dari perkembangan proses pembelajaran yaitu adanya perubahan sikap positif dengan adanya model pembelajaran Think Pair and Share dan keberhasilan produk didasarkan pada keberhasilan dalam keterampilan berbicara khususnya keterampilan berbicara untuk berdiskusi. d. Refleksi Penelitian bersama kolaborator yaitu guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia melakukan analisis dan memaknai hasil perlakuan tindakan siklus I. kemudian dari hasil refleksi tersebut, jika siklus I terdapat aspek yang belum berhasil, maka akan diperbaiki pada siklus II. Siklus II ini akan dilaksanakan setelah siklus I berakhir dan perencanaannya setelag refleksi siklus I. 2. Siklus II a. Perencanaan Pada tahap ini, peneliti dan kolaborator merencanakan kembali tindakan yang akan dilakukan pada siklus II untuk memperbaiki aspek-aspek yang diskor masih belum optimal..

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis data dengan taraf signifikansi 5% diperoleh: (1) terdapat perbedaan yang signifikan antara penerapan strategi Teams Games Tournaments dan Numbered Heads

Kegiatan usaha penunjang angkutan udara tersebut dapat berupa kegiatan yang secara langsung berhubungan dengan kegiatan angkutan udara niaga antara lain sistem reservasi

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul “ Analisis Keberhasilan Petani Tambak Kawasan Pesisir di Kecamatan Ujung Pangkah. Kabupaten Gresik ”

Prinsip-prinsip dasar GCG ini berkaitan langsung dengan permasalahan yang dihadapi dunia usaha pada.. umumnya, yakni masalah korupsi dan ketidakjujuran, tanggung jawab

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

[r]

Pengaruh Kualitas Pelayanan Purna Jual Terhadap Citra Merek dan Loyalitas Konsumen pada PT.. Astra

Penelitian sifat pemesinan kayu kelapa sawit terkompregnasi menunjukkan bahwa jenis cacat yang muncul pada masing-masing proses pemesinan adalah serat patah.. (torn