• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT KEBERHASILAN PENETASAN TELUR PENYU SISIK (Eretmochelys imbricata) PULAU DURAI KEPULAUAN ANAMBAS DI LAGOI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINGKAT KEBERHASILAN PENETASAN TELUR PENYU SISIK (Eretmochelys imbricata) PULAU DURAI KEPULAUAN ANAMBAS DI LAGOI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT KEBERHASILAN PENETASAN TELUR PENYU SISIK (Eretmochelys imbricata) PULAU DURAI KEPULAUAN ANAMBAS DI LAGOI

Muslim

Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, muslim1989.ibrahim@gmail.com

Henky Irawan

Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, henkyirawan.umrah@gmail.com

Arief Pratomo

Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, Sea-a-reef@hotmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Tingkat Keberhasilan Penetasan Telur Penyu Sisik Pulau Durai Kepulauan Anambas di Lagoi”. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Juni 2015 di lokasi Pulau Durai dan Banyan Tree Konservasi Laboratorium (Lagoi). Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yaitu menetaskan telur penyu dari Pulau Durai yang dilakukan diluar habitat aslinya. Analisis data akan diuji dengan statistik One-Way ANOVA untuk mengetahui tingkat keberhasilan penetasan telur penyu sisik dari Pulau Durai yang ditetaskan di Lagoi. Jumlah telur yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 200 telur di Pulau Durai, sisanya di Lagoi. 200 telur dibagi menjadi 4 bagian yang ditempatkan di sarang semi-alami, menjadi 50 telur untuk setiap sarang. Keberhasilan penetasan di Pulau Durai sebesar 92% dankeberhasilan penetasan di Lagoi sebesar 68,5%. Hasil uji One-Way ANOVA menunjukan ada “perbedaan yang nyata” antara penetasan di Pulau Durai dan Lagoi. Periode inkubasi telur penyu sisik selama 48 hari. Keberhasilan penetasan telur penyu semi alami di Pulau Durai dan Lagoi dipengaruhi oleh beberapa faktor: suhu sarang, usia telur, kedalaman sarang dan jumlah telur dalam sarang.

Kata kunci: Tingkat Penetasan, Eritmochelys imbricata, Pulau Durai dan Lagoi

(2)

Success Rate Hatching Eggs Hawksbill (Eritmochely imbricata) Durai island Anambas On Lagoi

Muslim

Programme Study of Marine Science, FIKP UMRAH,

muslim1989.ibrahim@gmail.com

Henky Irawan

Programme Study of Marine Science, FIKP UMRAH,

henkyirawan.umrah@gmail.com

Arief Pratomo

Programme Study of Marine Science, FIKP UMRAH, Sea-a-reef@hotmail.com

ABSTRACT

This study aims to determine "Success Rate Hatching Eggs of (Eritmochely imbricata) of Durai island Anambas On Lagoi". This study was conducted on April until June 2015 in the Durai Island and Banyan Tree Conservation Laboratory (Lagoi). This study used an experimental method that was committed outside its natural habitat. The latest results will be tested with One-Way ANOVA statistics to assess the success of hatchery of (Eritmochely imbricata) of Durai island hatched in Lagoi. The number of eggs used in the study site weth 200 eggs on the island Durai, and Lagoi. 200 eggs were divided into 4 sections which are placed in a nest of semi-natural, 50 eggs per nest. On the Durai island hatching success is 92% and 68.5% in Lagoi. Results One-Way ANOVA test showed is “significant differences” between the hatch on the Durai island and Lagoi. The incubation period of the eggs is 48 days. Turtle egg hatching success semi-natural island Lagoi Durai and is influenced by several factors: the temperature of the nest, the egg ages, the depth of the nest and the number of eggs in the nest.

(3)

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di Indonesia terdapat 6 jenis penyu, yaitu Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Belimbing (Dermochelys coreaceae), Penyu Tempayan (Caretta caretta), Penyu Sisik (Erelmochelys imbricata), Penyu Pipih (Natator depressa) dan Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea). Semua jenis penyu diatas dianggap langka dan telah dilindungi. Dalam Red Data Book IUCN (International Union for Conservation Nature and Natural Resources) telah dicatat dalam kategori Endangered, actively threatened with extinction, yang artinya hewan ini berada dalam ambang bahaya karena sudah terancam punah (Nuitja, 1992).

Penyu Sisik (Erelmochelys imbricata) adalah penyu yang memiliki ciri khas moncong berbentuk paruh, rahang atasnya melengkung ke bawah dan relatif tajam seperti burung kakak tua sehingga sering disebut “Hawksbill turtle” (Iskandar, 2000 dalam Setyawatiningsih, 2011). Sebagian besar penyu sisik ditemukan di Kepulauan Riau hingga Belitung, Lampung, Kepulauan Seribu, Karimun Jawa, Laut

Sulawesi (Berau), Sulawesi Selatan (Takabonerate) hingga Sulawesi Tenggara (Wakatobi), Maluku dan

Papua (Ka, 2000 dalam

Setyawatiningsih, 2011). Penyu sisik lebih sering di jumpai di pantai yang memiliki dominasi diameter pasirnya lebih besar dibandingkan penyu hijau. Sedangkan komposisi pasir yang disukai Penyu Sisik (Eritmochelys imbricate) didominasi oleh kalsit pecahan karang dan cangkang kerang (Nugroho, 2003 dalam Rudiana, 2005). Penyu sisik (Eritmochelys imbricate) adalah reptil laut yang selama hidupnya berada di laut. Hanya penyu betina yang naik kedarat untuk bertelur di atas pasir kemudian di tinggalakan begitu saja.

Keberadaan Penyu Sisik tidak luput dari beberapa ancaman yang dapat menurunkan jumlah populasi dan dapat mengarah pada kepunahan. Banyak

faktor ancaman yang dapat

menimbulkan kepunahan populasi penyu. Ancaman tersebut baik secara alamiah berupa predator penyu yang hidup di sekitar habitat sarang penyu maupun dari tekanan gangguan manusia berupa pengambilan telur dan penangkapan penyu di habitat alaminya. Penyu mengalami siklus bertelur yang

(4)

beragam, dari dua hingga delapan tahun. Tidak banyak regenerasi yang dihasilkan seekor penyu. Dari ratusan butir telur yang dikeluarkan oleh seekor penyu betina, paling banyak hanya belasan yang berhasil sampai ke laut kembali dan tumbuh dewasa. Tingkat keberhasilan penyu dapat bertahan hidup di laut kira- kira 1 % tanpa adanya gangguan manusia.

Penyelamatan dan pelestarian penyu antara lain dapat melalui Penetasan Semi Alami, Perlindungan Translokasi Habitat (konservasi in-situ), Penegakan Hukum, dan Pemberdayaan Masyarakat sekitar. Penetasan telur penyu pada jarak tempuh yang jauh dan waktuk tempuh yang lama sudah berhasil dilakukan pada penetasan telur penyu Hijau (Chelonia mydas) (Mardiana 2013), akan tetapi pada penyu sisik belum pernah dilakukan. Oleh karena itu Peneliti tertarik melakukan hal yang sama pada penyu sisik (Eritmochelys imbricate).

III. METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan mulai dari 17 April 2015 hingga 3 Juni 2015 di lokasi penangkaran penyu

Pulau Durai dan Laboratorium Lagoi. Lebih jelas dapat di lihat pada peta lokasi penelitian gambar 01.

Gambar 01. Peta Lokasi P. Durai dan Lagoi.

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan sebagai berikut :

Tabel 01. Alat

Tabe 02. Bahan

Metode Pengumpulan Data

Menggunakan 400 telur penyu sisik yang diambil dari Pulau Durai kemudian dibagi menjadi dua bagian, 200 direlokasi ke Lagoi dengan jarak tempuh ± 36 jam, sedangkan sisinya tetap di Pulau Durai.

(5)

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data menggunakan rumus Nuitja (1992) sebagai berikut :

Jumlah telur yang menetas

HS = X 100%

Jumlah total telur dalam sarang T1

HS = X 100% 50

Ket :

HS = Hatching Success

T1 = Jumlah telur yang menetas 50 = Jumlah total telur dalam sarang

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapangan akan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil perhitungan dan tabulasi data tingkat penetasan telur penyu Sisik untuk tiap perlakuan akan dianalisis dengan Statistik One-Way ANOVA menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Telur Penyu Sisik (Eritmochelys imbricate) yang berasal dari Pulau Durai (Kepulauan Anambas) yang dipindahkan dari sarang almi ke sarang semi alami pada tanggal 17 April 2015. Pemindahan telur dari sarang alami ke sarang semi alami dilakukan pada pukul 24.20 WIB dan selesai pukul 04.30 WIB.

Pemindahan telur dari sarang alami ke sarang semi alami dilakukan setelah 1 jam telur berada didalam lubang. Jumlah telur dalam sarang yang dipindahkan sebanyak 4 sarang yang berasal dari 4 induk penyu Sisik yang berbeda di waktu yang tidak bersamaan.

Penetasan Telur Penyu Sisik

Penetasan telur Penyu Sisik dilakukan pada 4 sarang dengan jumlah masing – masing sarang sebanyak 50 butir. Namun tidak semua telur yang ditetaskan akan menetas sempurna sehingga juga akan ada calon benih yang tidak jadi. Tingkat kondisi tukik penyu dibedakan atas T1 (jumlah tukik yang menetas), T2 (jumlah tukik mati), T3 (jumlah embrio gagal berkembang), serta T4 (jumlah telur dengan kondisi embrio tidak jadi). Berikut ini adalah hasil penetasan telur penyu Sisik Pulau Durai lagoi dapat dilihat dan di jelaskan pada tabel 03 tabel 04.

Tabel 03. Hasil Penetasan Telur Penyu di P. Durai.

Sumber : Data Hasil Penelitian (2015)

Sarang Ke Pulau Durai Kepulauan Anambas

T 1 T 2 T 3 T 4 1. 47 1 2 0 2. 48 0 1 1 3. 50 0 0 0 4. 39 0 1 10 Total 184 1 4 11 Persentase 92,0 0,5 2,0 5,5

(6)

Tabel 04. Hasil Penetasan Telur Penyu di Lagoi

Sumber : Data Hasil Penelitian (2015) Hasil Analisis tingkat keberhasilan penetasan Penyu Sisik dilakukan dengan menggunakan Uji one-Way ANOVA secara lengkap dapat dilihat pada tabel 05 berikut.

Tabel 05. Hasil Uji Statistik Data

Source of

Variation SS Df MS F.hit P-value F.tab

Between

Groups 276,125 1 276,125 8,171 0,028 5,987 Within

Groups 202,75 6 33,791 Total 478,875 7

Sumber : Data Hasil Penelitian SPSS (2015)

Berdasarkan hasil analisis data dengan pengujian statistik menggunakan uji one-Way ANOVA, diketahui bahwa nilai p-value sebesar 0,028 < 0,05 (significant Level). Dengan demikian, dari data peneluran Penyu Sisik (Eritmochelys imbricata) dapat menjelaskan tingkat keberhasilan penetasan telur yang dilakukan pada dua

lokasi yaitu Pulau Durai

(KepulauanAnambas) dan Banyan Tree (Lagoi). Hasil yang didapat dari analisis data diatas, nilai F-Hitung sebesar 8,17 dan F-Tabel sebesar 5,98 dengan

demikian tingkat keberhasilan penetasan telur penyu Sisik di Pulau Durai ( Kepulauan Anambas) dan Banyan Tree (Lagoi) didapatkan bahwa ada perbedaan yang nyata.

Dari hasil penelitian menunjukkan kondisi suhu pada permukaan sarang P. Durai salama masa peneluran penyu Sisik berkisar antara 27,00 0C – 35,25 0C dengan rata – rata suhu yaitu sebesar 30,46 0C. Kisaran suhu didalam sarang penyu Sisik di Pulau Durai (Kepulauan Anambas) berkisar antara 29,00 0C hingga 32,13 0C dengan rata – rata suhu yaitu 30,55 0C.

Hasil penelitian didapatkan rata – rata suhu permukaan pada kisaran 26,75

0

C – 31,50 0C dengan rata – rata kondisi suhu pada nilai 28,00 0C. Hasil pengukuran suhu dalam sarang di Lagoi menunjukkan kisaran suhu berada pada nilai 26,50 0C -29,00 0C, dengan rata – rata suhu didalam sarang 27,43 0C. Pada suhu tersebut masih tergolong normal untuk penetasan telur penyu. Hal ini diperkuat oleh pendapat Yusuf (2000) dalam Mardiana (2013), suhu yang diperlukan agar pertumbuhan embrio dapat berjalan dengan baik adalah 24ºC - 33ºC.

Sarang Ke Banyan Tree (Lagoi)

T 1 T 2 T 3 T 4 1. 28 0 21 2 2. 29 0 20 1 3. 40 0 9 0 4. 40 0 10 0 Total 137 0 60 3 Persentase 68,5 0,0 30,0 1,5

(7)

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan selama ± dua bulan mulai Pertengahan Juni hingga akhir Mei 2015 di Pulau Durai (Kepulauan Anambas) dan dan Laboratorium Konservasi Banyan Tree (Lagoi) bahwa tingkat keberhasilan penetasan telur penyu Sisik (Eritmochelys imbricata) sebagi berikut:

1. Persentase keberhasilan penetasan telur Penyu Sisik (Eritmochelys imbricata) di habitat asli Pulau Durai (Kepulauan Anambas) lebih tinggi dibandingkan dengan persentase tingkat keberhasilan peneluran penyu di Laboratorium Konservasi Banyan Tree (Lagoi).

2. Berdasarkan hasil uji ANOVA didapatkan kesimpulan bahwa adanya perbedaan yang nyata antara keberhasilan penetasan telur penyu di habitat asli Pulau Durai (Kepulauan Anambas) dengan penetasan penyu di Laboratorium Konservasi Banyan Tree (Lagoi).

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui perbedaan karakteristik sarang semi buatan dilokasi tempat

peneluran penyu dikedua lokasi tersebut.

2. Perlu dilakukan penelitian mengenai media pengangkutan pada relokasi telur penyu Sisik (Eritmocelys imbricata) dari habitat asli Pulau Durai.

3. Perlu dilakukan penelitian tingkat penetasan telur penyu sisik berdasarkan jarak tepuh yang berbeda.

Rekomendasi

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan penetasan telur penyu sisik (Eritmochelys imbricata) secara semi alami di habitat asli pulau durai tergolong tinggi, sehingga diperlukan pengelolaan kawasan konservasi penyu yang lebih Intensif. Diperlukan peranserta instansi terkait atau pemeritah setempat, Lembaga sewadaya Masyarakat (LSM), serta masyarakat dalam pengelolaan kawasan konservasi penyu dan dilakukan evaluasi. Diharapkan kepada kalangan akademisi untuk melakuan kajian – kajian terkait dengan kawasan konsevasi penyu sisik di pulau durai (Kepaualauan Anambas).

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Z.M. 2004. Karya Ilmiah Pelestarian Penyu Hijau di Pantai Selatan Tasikmalaya. Karya Ilmiah Tentang Pelestarian Penyu Hijau. Tasikmalaya.

Indriasari, F. 2001. Pengaruh Kepadatan Telur Dan Media Pasir Terhadap Keberhasilan Penetasn Penyu Sisik (Eretmochelys Imbricata) Dalam Sarang Semi Alami Di Pulau Pramuka, Kepuluan Seribu. Skripsi. FIKP.IPB.

Mardiana, E. 2013. Tingkat Keberhasialan Penetasan Telur Penyu Hijau (Chelonia mydas) Pulau Wie Tambelan di Lagoi. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan. Universitas Maritim Raja Ali Haji. Kepulauan Riau.

Nuitja, I.N.S. 1992. Biologi dan Ekologi Pelestarian Penyu Laut. IPB Press. Bogor.

Pratomo, A. Apdillah, D. dan Soeharmoko. 2010. Aspek Biologi Penyu Di

Kabupaten Bintan. Jurnal Dinamika Maritim Vol . 2 No.1. Fakultas Ilmu

Kelautan dan Perikanan. Universitas

Maritim Raja Ali Haji.

Tanjungpinang. Kepulauan Riau.

Purwati, E. 2000. Keberhasilan Penetasn Telur Penyu Sisik, (Eretmochelys Imbricata L) Dalam Sarang Semi Alami Di Pulau Pramuka, Taman Nasional Laut, Kepuluan Seribu, Jakarta. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan. Institut Pertanian Bogor.

Ridla, D.A. 2007. Analisis Keberhasilaan Penetasan Telur Penyu Hijau (Chelonia mydas) Dalam Sarang Semi-Alami di Pantai Pangumbuhan, Kabupaten Sukabumi. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rudiana, E. 2004. Tingkat Keberhasilan Penetasn Dan Masa Inkubasi Penyu Hijau, Chelonia Mydas L Pada Perbedaan Waktu Pemindahan.Jurnal Ilmu Kelautan, Vol. 9 (4) : 202 – 205. Universitas Dipenogoro, Semarang, Indonesia.

Sani, A. A. 2000. Karakteristik Biofisik Habitatt Peneluran Dan Hubungannya Dengan Sarang Di Peneluran Penyu Hijau (Chelonia Mydas L.) Di Pantai Siding Kereta, Cipatujah, Tasikmalaya, Jawa Baat. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Setyawatiningsih, S.C. 2011. Karakteristik Biofisik Tempat Peneluran Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Anak Iieuh Kecil, Kepulauan Riau. Jurnal TEKNOLOGI, II (1) 2011:17– 22.

Gambar

Gambar 01. Peta Lokasi P. Durai dan  Lagoi.

Referensi

Dokumen terkait

DISTRIBUSI INFEKSI PENYAKIT WHITE SYNDROMES DAN KARANG MEMUTIH (CORAL BLEACHING) PADA KOMUNITAS KARANG KERAS DIPULAU PETONDAN TIMUR, KEPULAUAN SERIBU.. [Distribution of Infection

Selanjutnya mengenai pelaksanaan praktek wakalah pada jual beli tanah yang terjadi di Gampong Lhok Igeuh akan dijelaskan oleh bapak Ilham bahwa praktek wakalah

Akad Musyârakah Antara Pemilik Kapal Dan Nelayan (Studi di Desa Sumberanyar, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo). Skripsi, Jurusan Hukum Bisnis Syari ’ ah,

Pada algoritma genetika secara umum untuk semua kasus adalah mendefinisikan individu dan nilai fitness, menentukan proses pembangkitan populasi awal, proses

Dan untuk alasan perceraian karena salah satu pihak pindah agama (murtad) diatur dalam pasal 116 huruf (h) KHI yaitu apabila terjadi peralihan agama atau murtad yang

“Bimbingan yang saya lakukan pada santri di pondok pesantren An–Najiyah 2 putra ini lebih menekankan untuk bersikap yang rendah hati terhadap siapapun, kepada

Penelitian ini bertujuan untuk membuat zonasi potensi pencemaran BBM terhadap airtanah bebas berdasarkan 5 faktor fisik alami lingkungan di lokasi penelitian, yakni: kedalaman

5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil implementasi dari Aplikasi Kuesioner Kepuasan Pelanggan Berbasis Website Studi Kasus Balai Riset dan Standardisasi Industri Baristand Surabaya