Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdapat di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012
Kartika Ilato
921409090
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh karakteristik perusahaan terhadap tindakan perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Mekanisme yang diuji adalah ukuran perusahaan, dan rasio financial leverage. Indeks eckel digunakan untuk menentukan praktik perataan laba.Penelitian ini menggunakan 48 perusahaan manufaktur yang terdaftar diBursa Efek Indonesia, periode 2008-2012. Pengujian hipotesis menggunakan model analisis regresi data panel untuk menguji pengaruh tetapi juga digunakan untuk membuat model prediksi dari variabel-variabel yang diamati.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap tindakan perataan laba. Profabilitas dan financial laverage berpegaruh negatif terhadap tindakan perataan laba.
Kata kunci : Ukuran perusahaan, profabilitas, financial laverage, perataan laba.
Pendahuluan
Perhatian yang besar dari investor terhadap tingkat laba yang dihasilkan perusahaan menjadi salah satu alasan yang mendorong manajemen untuk melakukan beberapa tindakan disfunctional behaviour (perilaku tidak semestinya), seperti dengan melakukan manipulasi laba atau manajemen laba. Salah satu pola dari manajemen laba adalah perataan laba (Cahan, 2008). Koch dalam Suwito dan Arleen (2005) mendefinisikan perataan laba sebagai cara yang digunakan manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik melalui metode akuntansi atau transaksi.
Tindakan manajemen untuk melakukan perataan laba umumnya didasarkan atas berbagai alasan di antaranya untuk memuaskan kepentingan pemilik perusahaan seperti menaikkan nilai perusahaan sehingga muncul anggapan bahwa perusahaan yang bersangkutan memiliki resiko ketidakpastian yang rendah (Juniarti
dan Carolina, 2005), menaikkan harga saham perusahaan (Kirschenheiter dan Melumad, 2002), dan untuk memuaskan kepentingannya sendiri, seperti mendapatkan kompensasi dan mempertahankan posisi jabatan (Juniarti dan Carolina, 2005).
Perusahaan yang berukuran kecil akan cenderung untuk melakukan praktik perataan laba dibandingkan dengan perusahaan besar, karena perusahaan besar cenderung mendapatkan perhatian yang lebih besar dari analis dan investor dibandingkan perusahaan kecil.Untuk itu perusahaan besar diperkirakan akan menghindari fluktuasi laba yang terlalu drastis, dengan kenaikan laba yang terlalu drastis bisa menyebabkan bertambahnya pajak. Sebaliknya penurunan laba yang drastis akan memberikan image yang kurangbaik (Carolina dan Juniarti, 2005).
Financial leverage menunjukkan proporsi penggunaan utang untuk membiayai investasinya.
Semakin besar utang perusahaan maka semakin besar pula risiko yang dihadapi investor sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Akibat kondisi tersebut perusahaan cenderung untuk melakukan praktik perataan laba (sartono, 2004).
Karakteristik lain yang di anggap bisa mempengaruhi tindak perataan laba adalah profabilitas perusahaan. Profabilitas perusahaan merupakan tingkat keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan dalam menjalankan operasinya.Profit yang diperoleh perusahaan merupakan tolak ukur sebagian besar investor dalam menilai kinerja manajemen dan menjadi pertimbangan bagi keputusan investasi. Perhatian investor yang besar pada tingkat profabilitas perusahaan dapat mendorong manajer melakukan perataan laba (Irsyad, 2008).
Kajian Teoritis dan Hipotesis
Menurut Anthony dan Govindarajan (2005) hubungan agensi ada ketika salah satu pihak (principal) menyewa pihak lain (agent) untuk melaksanakan suatu jasa dan, melakukan hal itu, mendelegasikan wewenang untuk membuat keputusan kepada agen tersebut. Dalam suatu korporasi, pemegang saham merupakan prinsipal dan CEO adalah agent mereka. Pemegang saham menyewa CEO agar bertindak sesuai keinginan mereka. Pola manajemen laba menurut Scott (2000: 383-384) dalam Artawaman (2011) terdiri
dari taking bath, income maximization, income minimization, dan income smoothing. Salah satu bentuk dari manajemen laba yang merupakan fenomena menarik dalam akuntansi adalah kejadian yang berkaitan dangan perataan laba (income smoothing) yang dilakukan manajer. Aktivitas ini dilakukan karena berbagai alasan. Informasi laba merupakan perhatian utama untuk menilai kinerja dan pertanggung jawaban manajemen.
Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (mediumsize) dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total asset perusahaan (Machfoedz, 1994) dalam (Suwito dan Herawaty, 2005).
Rasio Profitabilitas dimaksudkan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva atau hasil penjualan. Profitabilitas dapat digunakan sebagai pengukur kinerja perusahaan. Profitabilitas sering dijadikan patokan oleh investor dan kreditur dalam menilai sehat atau tidaknya suatu perusahaan. Profitabilitas akan mempengaruhi keputusan investasi dan pemberian kredit. Perusahaaan dengan profitabilitas rendah akan cenderung untuk melakukan perataan laba dibandingkan perusahaan dengan profitabilitas tinggi.
Perusahaan umumnya memiliki sumber pendanaan untuk membiayai usahanya dari modal (Equitas) dan hutang. Hutang memiliki karakteristik yang berbeda dari ekuitas walaupun sama-sama sebagai sumber pendanaan. Ekuitas merupakan klaim sisa dari aktiva, yaitu selisih antara nilai aktiva perusahaan dengan hutang perusahaan.
Desain Penelitian
H1 H2 H3
Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Peratan Laba
Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran
perusahaan hanya terbagi dalam tiga kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah
(medium-size), dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini berdasarkan kepada total
asset perusahaan (Machfoeds, (1994) dalam dewi (2010).
Moses (1987) dalam Suwito dan Arleen (2005) menemukan bukti bahwa perusahaan-perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar pula untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil karena perusahaan perusahaan yang lebih besar menjadi subyek pemeriksaan (pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah dan masyarakat umum/ general public).
Hasil lainnya ditemukan oleh Carolina dan Juniarti (2005) bahwa Perusahaan yang berukuran kecil akan cenderung untuk melakukan praktik perataan laba dibandingkan dengan perusahaan besar, karena perusahaan besar cenderung mendapatkan perhatian yang lebih besar dari analis dan investor dibandingkan perusahaan kecil. Maka hipotesis yang dapat disimpulkan adalah:
Ha1 :Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba.
Profabilitas Terhadap Perataan Laba
Profabilitas yang rendah atau menurun memilik kecenderungan bagi perusahaan tersebut untuk melakukan tindakan perataan laba, terlebih lagi jika perusahaan menetapkan skema kompensasi bonus didasarkan pada besarnya profit yang dihasilkan. Profitabilitas dapat dijadikan patokan oleh investor maupun kreditor dalam menilai sehat tidaknya perusahaan. Profitabilitas perusahaan juga dapat digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan mengetahui efektivitas perusahaan dalam mengelola resources yang dimiliki.
Menurut Ashari dkk (1994) menyimpulkan bahwa perusahaan yang tingkat return on asset rendah mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk meratakan labanya. Dapat diduga bahwa fluktuasi laba yang akan memberi dampak pada makin rendah atau menurunnya profitabilitas akan mendorong manajer untuk meratakan labanya. Dari penjelasan di atas hipotesis yang dapat dirumuskan adalah :
Ha2 :Profitabilitas berpengaruh terhadap praktik perataan laba.
Financial leverage menunjukan efesiensi perusahaan memanfaatkan ekuitas pemilik dalam rangka
mengantisipasi hutang jangka panjang dan jangka pendek perusahaan sehingga tidak akan mengganggu operasi perusahaan secara keseluruhan dalam jangka panjang (Andhini, 2005). Menurut Sartono (2004)
financial leverage menunjukkan proporsi penggunaan utang untuk membiayai investasinya. Semakin besar
utang perusahaan maka semakin besar pula risiko yang dihadapi investor sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Akibat kondisi tersebut perusahaan cenderung untuk melakukan praktik perataan laba. Adanya indikasi perusahaan melakukan perataan laba untuk menghindari pelanggaran perjanjian utang dapat dilihat dari kemampuan perusahaan tersebut untuk melunasi utangnya dengan menggunakan aktiva yang dimiliki. Perusahaan yang mempunyai tingkat Laverage yang tinggi diduga melakukan perataan laba karena perusahaan terancam default sehingga manajemen membuat kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan (Prabayanti dan Yasa, 2011). Dari penjelasan di atas hipotesis yang dapat dirumuskan adalah :
Ha3 :Tingkat hutang (Financial Leverage) berpengaruh terhadap praktik perataan laba. METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah ukuran perusahaan (X1), profabilitas (X2) dan
financial Laverage (X3) sebagai variabel independen dan perataan laba (income smoothing) sebagai
variabel dependen. Tindakan perataan laba diuji dengan Indeks Eckel (1981) yang diukur dengan Jika nilai indeks eckel lebih dari satu, menunjukan perusahaan tersebut tidak melakukan tindakan perataan laba. Adapun rumus Indeks perataan laba dari model Eckel:
Keterangan :
ΔI : Perubahan Laba dalam suatu periode ΔS : Perubahan penjualan dalam suatu periode
Jika nilai indeks eckel lebih dari satu, menunjukan perusahaan tersebut tidak melakukan tindakan perataan laba.
CV ΔI : Koefisien variasi untuk perubahan laba CV ΔS : Koefisien variasi untuk perubahan penjualan CV ΔI dan CV ΔS dapat dihitung sebagai berikut :
Ukuran Perusahaan
Variabel ini diukur dengan rata-rata jumlah nilai kekayaan yang dimiliki suatu perusahaan (total aktiva). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.Ukuran perusahaan dapat dirumuskan sebagai berikut:
Ukuran Perusahaan = Ln Total Aktiva Profabilitas
Profitabilitas diukur dengan rasio antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva (Masodah, 2007 dalam dewi dan zulaikah 2010).
Financial Laverage
Financial leverage diukur dengan rasio antara total utang dengan total aktiva. Financial leverage
diproksikan dengan Debt to total Assets dengan rumus:
Penentuan Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan manufaktur yg terdapat 130 perusahaan yg listing di bursa efek indonesia.
sengaja dipilih agar dapat mewakili populasinya dan dapat memenuhi tujuan penelitian. Karakteristik sampel yang diteliti adalah :
a. Perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sampai dengan 31 Desember, menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember untuk periode 2008-2012 serta mempunyai laporan keuangan lengkap sesuai dengan data yang diperlukan dalam variabel penelitian.
b. Perusahaan yang laporan keuangannya dari tahun 2008-2012 tidak berturut-turut merugi. Karena penelitian ini bertujuan untuk melihat praktik perataan laba.
c. Perusahaan yang datanya lengkap atau menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember. Metode Analisis
Metode analisis dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, selanjutnya Analisis regresi antara variabel bebas yang diamati (SIZE, ROA dan DTA) terhadap tindakan perataan laba. Karena data yang dianalisis berupa data pooled (gabungan antara data crosssection/perusahaan dengan data time series/tahun) maka analisis regresi yang digunakan adalah regresi data panel.
Regresi Berganda
Persamaan regresi berganda merupakan persamaan regresi dengan menggunakan dua atau lebih variabel independen. Bentuk umum persamaan regresi berganda ini adalah:
IS = a + SZ + PRF + LF + e
Keterangan :
IS : Perataan laba (income smoothing)
a : Konsta
SZ : Ukuran perusahaan PRF : Profitabilitas LF : Financial leverage e : Koefisien eror
financial laverage terhadap tindakan perataan laba. Model yang diuji dalam penelitian ini bisa dinyatakan dalam persamaan regresi berganda di bawah ini :
IS = a + SZ + PRF + LF + e
Analisis regresi berganda dilakukan untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara fariabel independen dengan variabel dependen. Pengujian statistik yang dilakukan adalah :
1. Uji F (Uji Serentak)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas (SZ, PFR dan LF) mempunyai pengaruh yang sama terhadap variabel terikat (Income smoothing). Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji distribusi F yaitu dengan membandingkan F table dengan F hitung yang terdapat pada
Analisys of Variance. Apabila F hitung lebih kecil dari 0,05 maka dapat di katakan semua variabel bebas
secara bersamaan berpengaruh terhadap variabel terikat. 2. Uji t (Uji individu)
Uji ini digunakan untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh antara masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat, dengan membandingkan nilai t-hitung dengan nilai t-tabel. . Apabila F hitung lebih kecil dari 0,05 maka dapat di katakan semua variabel bebas secara bersamaan berpengaruh terhadap variabel terikat.
Hasil Dan Pembahasan Deskripsi Sampel Penelitian
Berdasarkan kriteria pemilihan sampel menggunakan purposive sampling diperoleh sebanyak 48 perusahaan manufaktur sebagai sampel berdasarkan data perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dengan rincian pada tabel 1.1 sebagai berikut :
Tabel 1.1 Seleksi Sampel
Kriteria Sampel Jumlah
Jumlah sampel 130
Pengurangan sampel kriteria 1 26
Perusahaan yang listing di BEI konsisten 5 tahun dari tahun 2008-2012 dilihat dari feedbook di www.idx.co.id
Pengurangan sampel kriteria 2 45
kerugian
pengurangan sampel kriteria 3 11
tidak melibatkan perusahaan yang datanya tidak lengkap atau tidak menerbitkan laporan keuangan per 31 desember
Jumlah sampel yang terseleksi 48
Hasil Penelitian
Setelah persyaratan normalitas data dipenuhi maka selanjutnya dilakukan analisis regresi antara variabel bebas yang diamati (SIZE, ROA dan DTA) terhadap tindakan perataan laba. Karena data yang dianalisis berupa data pooled (gabungan antara data crosssection/perusahaan dengan data time series/tahun) maka analisis regresi yang digunakan adalah regresi data panel. Hasil analisis regresi data panel adalah sebagai berikut
Gambar 1.2
Hasil Analisis Regresi Data Panel
Variable Coefficient t-Statistic Prob.
C -8.685.759 -0.208491 0.8351
SIZE? 1.025.254 0.356593 0.7218
ROA? -0.048188 -3.781.440 0.0002
Output selengkapnya untuk hasil analisis regresi dapat dilihat dalam lampiran 1.3.
Interpretasi dari hasil analisis regresi diatas adalah sebagai berikut:
Rata-rata nilai Indeks Eckel dari perusahaan yang diamati jika pengaruh dari ukuran perusahaan, ROA dan DTA diabaikan adalah sebesar -8.68.
Ukuran perusahaan (SIZE) berpengaruh positif terhadap nilai Indeks Eckel. Semakin besar ukuran perusahaan (yang diukur dengan total aset) maka nilai Indeks Eckel perusahaan akan semakin tinggi pula. Dengan kata lain semakin besar ukuran perusahaan akan cenderung mengurangi tindakan perataan laba.
Nilai ROA berpengaruh negatif terhadap nilai Indeks Eckel. Semakin tinggi nilai ROA yang dimiliki oleh perusahaan maka nilai Indeks Eckel akan semakin rendah. Dengan kata lain kenaikan nilai ROA akan meningkatkan tindakan perataan laba.
Nilai DTA berpengaruh negatif terhadap nilai Indeks Eckel. Semakin tinggi nilai DTA yang dimiliki oleh perusahaan maka nilai Indeks Eckel akan semakin rendah. Dengan kata lain kenaikan nilai DTA akan meningkatkan tindakan perataan laba.
Pengujian Model Regresi
Analisis regresi selain digunakan untuk melihat pengaruh juga digunakan untuk membuat model prediksi dari variabel-variabel yang diamati. Untuk itu sebelum digunakan dalam pengambilan keputusan, model yang diperoleh terlebih dahulu harus diuji kebaikannya (goodness of fit). Tahapan pengujian kebaikan model regresi adalah sebagai berikut :
1. Penentuan Hipotesis
Ho : seluruh koefisien regresi tidak signifikan (model regresi tidak signfikan) H1 : minimal satu koefisien regresi signifikan(model regresi signfikan) 2. Penentuan tingkat signifikansi
Tingkat kepercayaan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 95% atau dengan kata lain tingkat signfikansinya (alpha) sebesar 5%
Dalam melakukan uji kebaikan model digunakan uji F yang dirumuskan sebagai berikut :
Re / 1 Re / JK gresi N k F JK sidu NT N k 4. Penentuan Kriteria uji
Penentuan kriteria uji didasarkan pada perbandingan antara nilai F-hitung yang diperoleh dengan F-tabel. Jika nilai F-hitung lebih besar dari F-tabel maka Ho ditolak, dan jika nilai F-hitung lebih kecil dari nilai F-tabel maka Ho diterima
5. Kesimpulan
Dari hasil analisis sebelumnya didapat nilai F-hitung sebesar 3,98. dengan nilai signifikansi sebesar 0.0095. Jika dibandingkan dengan nilai alpha sebesar 5% (0,05) maka nilai signifikansi yang diperoleh ini masih lebih kecil dari nilai alpha sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan variabel bebas dalam model (SIZE, ROA dan DTA) berpengaruh terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang diamati.
Pembahasan
Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba
Hasil pengujian statistik dengan menggunakan regresi data panel menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan, sehingga H0 diterima. Namun, arah koefisien regresi ukuran perusahaan memiliki nilai yang positif dan sesuai dengan yang dihipotesiskan. Arah koefisien regresi tersebut memiliki arti probabilitas perusahaan dengan tingkat total aktiva yang lebih tinggi cenderung untuk melakukan perataan laba.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Suwito dan Herawaty (2005), serta Juniarti dan Corolina (2005) yang mengemukakan secara statistik ukuran perusahaan (Size) tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Namun, tidak sejalan dengan hasil penelitian Budiasih (2009).
Profabilitas Terhadap Perataan Laba
Hasil pengujian statistik dengan menggunakan regresi data panel menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh pada praktik perataan laba sehingga H0 ditolak. Arah koefisien regresi untuk variabel
profitabilitas adalah negatif. Hal ini menandakan bahwa menunjukkan semakin besar nilai ROA suatu perusahaan, maka perusahaan tersebut cenderung melakukan tindakan perataan laba.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Budiasih (2009) yang mengemukakan profitabilitas berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Namun, tidak sesuai dengan penelitian Assih dkk. (2000), Suwito dan Herawaty (2005), serta Juniarti dan Corolina (2005).
Pengaruh Financial Laverage terhadap Perataan Laba
Hasil pengujian statistik dengan menggunakan regresi data panel menunjukkan bahwa financial
leverage berpengaruh pada praktik perataan laba. Namun, arah koefisien regresi untuk variabel financial leverage adalah negatif. semakin besar rasio utang terhadap aset yang dimiliki suatu perusahaan, maka
perusahaan tersebut akan cenderung melakukan tindakan perataan laba.
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Herawati dan Baridwan (2007) yang memberikan bukti empiris bahwa tidak ada kecenderungan perusahaan yang melanggar perjanjian utang, yang umumnya memiliki tingkat leverage tinggi melakukan manajemen laba lebih besar daripada perusahaan yang tidak melanggar perjanjian utang. Hasil penelitian ini juga konsisten dengan hasil penelitian Budiasih (2009) yang mengemukakan financial leverage tidak berpengaruh terhadap perataan laba.
Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap tindakan perataan laba. Sedangkan profabilitas dan financial laverage berpengaruh negatif signifikan terhadap tindakan perataan laba.
Keterbatasan Penelitian dan Saran
Secara metodologis hasil uji hipotesis penelitian ini hanya menemukan profitabilitas dan financial
laverage yang berpengaruh terhadap perataan laba. Hal ini mungkin dipengaruhi Model Eckel (1981) yang
kurang sensitif untuk menetukan status perataan dan bukan perataan laba. Apabila jumlah sampel memungkinkan, peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan metode yang berbeda untuk melakukan penelitian atas praktik perataan laba, di antaranya dengan metode Michelson (1995) dan tidak hanya meneliti variabel-variabel yang mempengaruhi praktik perataan laba.
metode purposive sampling, akibatnya hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasi secara umum untuk setiap perusahaan publik di Indonesia. Jadi, disarankan untuk penelitian selanjutnya agar meneliti tidak hanya perusahaan manufaktur dan dengan rentang waktu yang lebih lama.
REFERENSI
Abiprayu, Kris Brantas. 2011. “Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Financial Leverage, Kualitas
Audit, dan Dividend Payout Ratio Terhadap Perataan Laba (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2009)”.‖ Skripsi Yang Tidak
Dipublikasikan. FE UNDIP.
Anggraini, Fivi. 2005. “Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Manajerial, PangsaPasar, dan Profitabilitas
terhadap Status Pemerataan Laba”. SimposiumRiset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005.
Assih, Prihat. 2000. “Hubungan Tindakan Perataan Laba dengan Reaksi Pasar atas Pengumuman Informasi
atas Laba Perusahaan yang terdaftar di BEJ‖”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol. 3 No. 1 Januari.
Atawarman, Rita J D. 2011. “Analisis pengaruh Ukuran Perusahaan, Profabilitas, dan Kepemilikan
Manajerial Terhadap Praktik Perataan Laba Yang dilakukan Oleh Perusahaan Manufaktur pada Bursa Efek Indonesia (BEI)”. Jurnal Ilmu Ekonomi Advantage
Belkaouli, Ahmed. 1999. “Accounting Theory”. Illinois, USA : University of Illinois at Chicago.
Bleidernan, C.R. 1973. “Income Smoothing: The Role of Management. The Accounting Review”, vol. 48 (4). Hal 653-667.
Budiasih, Igan. 2009. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba‖, Jurnal Akuntansi dan Bisnis”. Vol 4. No.1. 1 – 14. Universitas Udayana.
Cahan, Steven F, Guoping Liu, & Jerry Sun. 2008. ”Investor Protection, Income Smoothing, and Earnings Informativeness”. Journal of InternationalAccounting Research, 7 (1).
Dewi, Ratih Kartika. 2011. “Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba (Income Smoothing)
pada Perusahaan Manufaktur dan Keuangan yang Terdaftar di BEI (2006-2009)”.‖ Skripsi Yang
Tidak Dipublikasikan. FE UNDIP
Dewi, Diastiti Okkarisma. 2010. “Pengaruh Jenis Usaha, Ukuran Perusahaan dan Finnancial Laverage
Terhadap Tindakan Perataan Laba Pada Perusahaan Yang Terdapat di Bursa Efek Indonesia (Studi Empiris Di Bursa Efek Indonesia)”. Skripsi Akuntansi. Universitas Dipanegoro
Ghozali, Imam. 2006. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”.Semarang: UNDIP. Ghozali, I. dan A. Chariri. 2006. “Teori Akuntansi. Semarang”: UNDIP
Herawati, Nurul dan Zaki Baridwan. 2007. “Manajemen Laba pada Perusahaan yang Melanggar Perjanjian
Utang”. Simposium Nasional Akuntansi X, Makasar.
Hepworth, S.R. 1953. “Smoothing Periodic Income”. Accounting Review. pp.32-39
Juniarti dan Corolina. 2005. “Analisa Faktor faktor yang berpengaruh pada Perataan Laba (Income
November: 148-162.
Jogiyanto, Hartono. 2011. “Metedeologi Penelitian Bisnis Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman”. Yogyakarta. BPFE Yogyakarta.
Koch, Bruce, S. 1981. “Income Smoothing: an Experiment”. The Accounting Review, July: 574-586.
Masodah. 2007. “Praktik Perataan Laba Sektor Industri Perbankan dan Lembaga Keuangan Lainnya dan
Faktor yang Mempengaruhinya”.Procceeding PESAT. Agustus.
Machfoedz, Mas’ud. 1994. “Financial Ratio Analysis and The Prediction of Earnings Changes in
Indonesia”, Yogyakarta: Gajahmada University Business Review,No.7/III.
Moses, O.D. 1987. “Income Smoothing and Incentives: Empirical Tests Using Accounting Changes”.The
Accounting Review. Vol 62 (2). Hal 358-377.
Prabayanti, dan Yasa. 2009. “Perataan Laba (Income Smoothing) dan Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”‖.
Jurnal Akuntansi. Universitas Udayana
Rahmawati, Dina. Dul Muid. 2012. “Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Praktik Perataan
Laba (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdapat di BEI Tahun 2007-2010)”. Jurnal
Akuntansi. Universitas Diponegoro.
Santoso, Edy. 2009. “Praktik Perataan Laba (Income Smothing) dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2004-2008”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
Scott, William R. 2000. “Financial Accounting Theory”. USA : Prentice-Hall.
Sihombing,Sahat Monang. 2012. “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tindakan
Perataan Laba Yang Dilakukan Oleh Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi, Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Medan.
Silviana. 2010. “Analisis Perataan Laba (Income Smoothing): Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Praktik
Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar di BEI Tahun (2005-2009)”. Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.
Suwito, Edy dan Arleen Herawaty. 2005. “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tindakan
Perataan Laba yang Dilakukan oleh Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta‖”. Simposium
Nasional Akuntansi VIII .Solo.15-16 September.
Wahyuningsih, Dwi Retno. 2007. “Hubungan Praktik Manajemen Laba Dengan Reaksi Pasar Atas
Pengunguman Informasi Laba Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”. Tesis Akuntansi.
Universitas Diponegoro.
Wulandari. 2013. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Income Smoothing Dan Pengaruhnya
Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Listed Di Bursa Efek Indonesia”.
Skripsi Akuntansi. Universitas Diponegoro.