• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengatur Pola Makan Saat Berpuasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mengatur Pola Makan Saat Berpuasa"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Mengatur Pola Makan Saat

Berpuasa

UNAIR NEWS – Datangnya bulan suci Ramadan bukanlah alasan bagi

tiap orang untuk mengurangi asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh. Kondisi tubuh perlu dijaga agar tetap fit selama berpuasa dengan memperhatikan pola gizi seimbang.

Setiap orang hendaknya mengatur pola makan sesuai kebutuhan gizi dalam tubuh. Pada tubuh dengan kondisi normal, takaran sayur dan buah-buahan dibutuhkan lebih banyak dari karbohidrat, lemak, dan protein. Secara rata-rata, orang Indonesia mengonsumsi sebanyak 2.000 kilo kalori (kkal) per hari.

Menurut Triska Susila Nindya, MPH, pengajar pada Departemen Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, tubuh tetap memerlukan asupan gizi yang sama baik pada saat berpuasa maupun tidak berpuasa.

Triska mengatakan, cara tepat untuk mengatur pola konsumsi adalah sesuai dengan proporsi sahur (800 kkal), berbuka puasa (800 kkal), dan mencicipi kudapan usai tarawih (400 kkal).

Sahur

Menjelang puasa, tubuh memerlukan makanan yang mengandung karbohidrat, vitamin dan mineral, lemak, dan protein. Masing-masing zat memiliki peranannya dalam tubuh. Karbohidrat dibutuhkan oleh tubuh sebagai sumber tenaga. Protein dibutuhkan oleh tubuh sebagai zat pembangun dan regenerasi sel-sel. Begitu pula dengan porsi sayuran dan buah-buahan.

“Dengan mengonsumsi makanan dengan unsur lengkap, kita tidak perlu khawatir mengalami kekurangan gizi saat berpuasa,” tutur Triska.

(2)

Porsi sayuran dan buah-buahan diutamakan lebih banyak ketika sahur. Selain mengandung vitamin dan mineral, buah dan sayur mengandung unsur karbohidrat kompleks sehingga rasa kenyang akan bertahan lebih lama.

Tetapi, apabila seseorang mengonsumsi lebih banyak lemak dan minuman manis, maka tubuh akan merasa cepat haus. Meminum kopi saat sahur juga sebaiknya dihindari karena bersifat deuretik sehingga akan menghasilkan eksresi air seni yang lebih banyak. Padahal, tubuh memerlukan cadangan cairan.

Setelah sahur, umumnya orang akan tidur sebentar sebelum memulai aktivitas rutin. Padahal, tidur akan memperlambat metabolisme tubuh. “Proses pencernaan makanan dan zat gizi tidak berjalan sempurna. Akibatnya, karbohidrat yang seharusnya dibakar dan menjadi sumber tenaga, akan tersimpan menjadi lemak. Begitu pula dengan zat lainnya. Beri dulu kesempatan tubuh paling tidak dua jam untuk mencerna makanan secara sempurna,” tutur Triska.

Nggak mau dong kamu merasa lemas saat berpuasa?

Berbuka

Setelah sahur, tubuh tidak menerima asupan gizi sama sekali baik dari makanan maupun minuman. Dalam rentang waktu tersebut, tubuh tidak memproduksi enzim sama sekali. Pada saat berbuka, seseorang hendaknya membatalkan puasa dengan makanan ringan, seperti kurma, buah-buahan lainnya, maupun teh manis. Prinsipnya, makanan tersebut bisa meningkatkan glukosa darah dalam waktu cepat dan juga menstimulus enzim pencernaan.

“Ibaratnya saja mesin fotokopi yang baru dinyalakan tapi langsung digunakan untuk memfotokopi sebanyak 500 lembar. Sama seperti tubuh, itu akan memperberat kerja pencernaan karena enzim dihasilkan secara bertahap,” tutur Triska.

Pada saat berbuka, tubuh memerlukan makanan dengan unsur lengkap, seperti nasi (karbohidrat), tahu dan tempe atau ikan

(3)

(protein), dan sayur-sayuran (vitamin). Sama seperti sebelumnya, porsi sayuran harus lebih banyak dari karbohidrat.

Asupan air

Secara umum, tubuh memerlukan 1,5 – 2 liter air per hari. Tinggal bagaimana mengatur asupan air pada saat berpuasa sesuai aktivitas yang dijalani. “Tubuh kita cenderung mengalami dehidrasi saat berpuasa karena tidak bisa minum. Kebutuhan cairan harus tetap terpenuhi, apalagi kalau kita beraktivitas di tempat yang terik dan banyak mengeluarkan keringat,” tutur Triska.

Bagaimana dengan anak kos? Biasanya, mereka cenderung sahur ataupun berbuka dengan nasi, mi instan, telor, dan makanan berlemak. Menanggapi hal itu, Triska mengatakan, anak kos harus bisa memilih makanan. Apabila kondisi tersebut diteruskan, maka tubuh akan kekurangan mikronutrien, terutama vitamin dan mineral.

“Sebaiknya, pilih makanan yang tidak terlalu banyak mengandung gorengan. Semakin banyak mengonsumsi gorengan, lemak akan semakin menumpuk dalam tubuh,” imbuh Triska.

Penulis: Defrina Sukma S. Editor: Nuri Hermawan

Tumbuhkan Jiwa Kreativitas

lewat Bazar Kewirausahaan

UNAIR NEWS – Mahasiswa program studi S-1 Ilmu Gizi, Fakultas

Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga juga punya jiwa kewirausahaan. Buktinya, mereka berhasil melaksanakan kegiatan

(4)

bazaar di selasar Aula Soemarto, Rabu (1/6). Kegiatan ini merupakan praktik mata kuliah kewirausahaan dan gizi.

Bazar yang dimulai sejak pukul sembilan pagi itu, ramai dikunjungi mahasiswa dan dosen. Sepuluh stan yang dipersiapkan oleh mahasiswa peserta mata kuliah kewirausahaan dan gizi berisi stan makanan yang unik dan memiliki nilai gizi. Sebagian besar peserta menawarkan makanan dengan tidak lupa memperhatikan keamanan pangan dengan nilai gizi yang terukur bagi konsumen.

Penanggung jawab mata kuliah Siti Rahayu Nadhiroh, S.KM, M.Kes, menjelaskan, bazar yang diselenggarakan pertama kalinya ini adalah pengganti program ujian akhir semester mata kuliah yang diampunya. Kegiatan bazaar mahasiswa ini merupakan implementasi teori-teori yang selama ini diajarkan di kelas. Nadhiroh merasa senang karena kegiatan bazar itu disambut antusias oleh mahasiswa dan berjalan sesuai harapan.

“Untuk kali pertama, hasilnya sudah sangat baik. Anak-anak dapat menciptakan banyak inovasi usaha yang juga memperhatikan nilai gizi dan berbasis keamanan pangan. Meskipun beberapa masih butuh banyak belajar. Ini bisa dikarenakan masih pertama kali bagi mereka. Saya berharap agar kegiatan ini dapat menjadi pemantik bagi kreativitas mahasiswa dalam bidang kewirausahaan dan gizi,” ujar Nadhiroh sambil memperlihatkan beberapa produk buatan mahasiswa.

Karena antusiasme pengunjung, beberapa stan telah menjual habis produknya dalam waktu kurang dari tiga jam. Dari pelaksanaan kegiatan ini, mahasiswa juga bisa belajar tentang inovasi produk berbasis gizi, proses promosi dan pemasaran, hingga desain produk.

Novi dan Della, kedua mahasiswa peserta bazar, menjelaskan bahwa mereka senang dengan kegiatan ini. Bagi keduanya, kegiatan ini berhasil memunculkan ide kreativitas pada mereka. (*)

(5)

Penulis: Okky Putri Rahayu Editor: Defrina Sukma S.

FKM UNAIR Beri Edukasi Bahaya

Narkoba kepada Pelajar SMA

UNAIR NEWS – Sampai tahun 2015, sesuai dengan yang dilansir

oleh Badan Narkotika Nasional (BNN), sekitar 5,9 juta orang Indonesia menjadi pengguna narkoba. Pada tahun 2016, angka tersebut merangkak naik. Hal ini mendorong sivitas Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (PKIP FKM UNAIR) untuk bekerjasama dengan Badan Narkotika Nasional Kota Surabaya, mengadakan seminar bertajuk “Indonesia Darurat Narkoba” pada Sabtu (4/6). Seminar ini merupakan bentuk dukungan terhadap upaya pembebasan narkoba.

Bertempat di Aula Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 10 Surabaya, acara itu diikuti oleh sekitar 200 pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) se-Surabaya, dan 50 mahasiswa. Tema yang dibahas pada acara ini adalah ‘Generasi Muda Terpelajar dan Berprestasi Menuju Indonesia Bebas Narkoba 2016’.

Perwakilan BNN bagian rehabilitasi, Udin, memberikan edukasi kepada peserta tentang penyebab kasus narkoba, motif penggunaan narkoba, hingga proses rehabilitasi yang harus dijalani para pengguna narkoba. Materi ini begitu menarik, karena kebanyakan hal ini diabaikan dan belum diketahui orang awam. Ketidaktahuan inilah yang kerap kali membawa generasi muda terjebak dalam kasus narkoba.

Selain pemaparan, BNN juga mengajak duta anti narkoba tahun 2016. Mereka adalah Aristanto Pramudi, Faruq Al Azmi, Cindy

(6)

Arta Purbasari dan Sri Indra Kurnia. Pemenang Duta Anti Narkoba, Aristanto dan Cindy, ikut menyampaikan materi dalam sosialisasinya. Duta anti narkoba bisa menjadi contoh bagi generasi muda untuk terus mengukir prestasi dan bebas narkoba. Seminar itu juga dihadiri oleh Yayasan Plato Surabaya. Yayasan tersebut beranggotakan mantan pengguna narkoba. Komunitas ini dibentuk sebagai ruang berbagi para mantan pengguna. Salah satu perwakilan Plato menyatakan penyesalan terhadap dirinya yang pernah menggunakan narkoba. “Jangan sampai penyesalan ini terjadi pada generasi muda ke depan. Narkoba pada akhirnya hanya merusak masa muda dan tidak memiliki manfaat sama sekali,” tutur perwakilan Plato.

Acara seminar turut diramaikan pula dengan beragam hiburan diantaranya drama musikal dari Yayasan Plato Surabaya dengan judul “Dunia dalam Berita”, penampilan musisi Soundcloud Surabaya, dan pameran media promosi kesehatan oleh mahasiswa FKM.

“Kami sebagai panitia berharap, bahwa generasi muda yang dalam hal ini sswa-siswi SMA dapat memilah pergaulannya agar tidak terjerumus dalam narkoba. Dimana mereka yang masih dalam upaya pencarian jati diri tidak semata-mata ikut terpengaruh dalam memakai narkoba. Maka besar harapan saya acara ini menjadi sangat bermanfaat bagi peserta,” pungkas Intan Arimurti, mahasiswa FKM tahun angkatan 2013. (*)

Penulis: Okky Putri Rahayu Editor: Defrina Sukma S.

(7)

Peduli Lingkungan Madura,

Mahasiswa UNAIR Canangkan

Program Bank Sampah

UNAIR NEWS – Desa Dharma Tanjung, Sampang Madura, seringkali

dikenal dengan ciri khasnya sebagai penghasil petis yang merupakan hasil daur ulang dari limbah pengasapan ikan

dendeng. Namun disisi lain, desa tersebut juga kental dengan

penumpukan sampah yang dibuang sembarangan. Padahal dari segi ekonomi, sampah-sampah tersebut masih dapat dikelola dengan baik dengan metode bank sampah, sehingga berpeluang menjadi lahan usaha bagi warga desa.

Dari latar belakang itulah lima mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UNAIR mengangkat sebuah Program Karya Mahasiswa (PKM) dengan judul “The Sanitation And Hygene, Sebagai Upaya Meningkatkan Kepedulian Lingkungan Warga Desa Dharma Tanjung Kecamatan Camplong”. Kelima mahasiswa tersebut yaitu Lailatul Fitriya, Nensi Kristin Ningsih, Mayam Tami, Himaya, dan Khusnatul Mar’atik. Program mereka telah disetujui dan diberikan pendanaan oleh Dikti.

Mereka memilih Dusun Idaman sebagai lokasi penerapan program. Maya –sapaan akrab Himaya- mengungkapkan, salah satu kendala terkait lokasi adalah letaknya yang jauh dari Kota Surabaya. “Kita harus sabar dan butuh perjuangan untuk menuju lokasi tersebut. Untuk naik bus kita butuh waktu selama tiga jam,” ungkap Maya.

Selain kendala lokasi, Maya juga menceritakan mengenai kesulitan yang dihadapi oleh kelompoknya terkait bahasa percakapan yang digunakan sehari-hari. Pasalnya, sebagian besar anggota kelompok PKM yang diketuai oleh Lailatul Fitriya tersebut bukan merupakan warga asli Madura, sedangkan penduduk sekitar Dusun Idaman kental dengan penggunaan bahasa khas

(8)

Madura dalam percakapan sehari-harinya.

“Awalnya sempet plonga-plongo (bingung, red) dengan apa yang m e r e k a k a t a k a n , s a m p a i - s a m p a i s e r i n g t e r j a d i

misscommunication,” kenang Maya.

Walaupun demikian, halangan tersebut tidak menyurutkan semangat kelompok tersebut untuk Dusun Idaman yang peduli lingkungan. “Akan tetapi, dengan seiringnya waktu kita mulai akrab dengan mereka. Masyarakat Dusun Idaman juga sangat ramah dan bersemangat untuk diperdayakan,” imbuhnya.

Dalam pengaplikasian programnya, beragam kegiatan telah dijalankan oleh kelompok tersebut, meliputi pemilihan kader lingkungan, pengadaan sosialisasi terkait bank sampah, daur ulang sampah non-organik, dan pembuatan pupuk kompos.

“Selain itu, kita juga mengadakan lomba kreatif yang melibatkan anak SD di dusun tersebut sebagai peningkatan kreatif dalam membuat kerajinan dari sampah non-organik,” terang Maya.

Kelompok PKM ini berharap, dengan adanya program yang mereka canangkan, masyarakat di Dusun Idaman memiliki kepedulian lebih terhadap lingkungan, khususnya dalam pengelolaan sampah. “Selain itu, kita juga berharap Dusun Idaman dapat menjadi percontohan untuk dusun-dusun yang lainnya,” pungkas Maya.

Editor : Dilan Salsabila

(9)

Sayuran Cukup dengan Sampah

Popok Bayi

UNAIR NEWS – Berawal dari keprihatinan terhadap kondisi

pencemaran sungai yang terjadi di Kota Surabaya, empat mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR) menggagas metode baru dalam mencegah pencemaran pada salah satu sungai di kawasan Gunung Anyar Tengah, Surabaya. Metode baru yang dimaksud adalah membeli sayur memakai popok bayi (diaper) yang disingkat LISA KEPO. Keempat mahasiswa FKM UNAIR penggagas ide tersebut adalah Anca Laika (FKM/2015), Musyayadah (FKM/2015), Elsya Vira Putri (FKM/2014), dan Ahmad Habibullah (FKM/2014). Ide tersebut kemudian mereka tuangkan dalam proposal Program Kreativitas Mahasiswa – Pengabdian Masyarakat (PKM-M) dan berhasil lolos seleksi pendanaan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) tahun 2016.

Mengapa menggunakan popok bayi? “Metode ini berawal dari keprihatinan kami terhadap kondisi Sungai Kali Mas Surabaya yang tercemar akibat melimpahnya limbah popok bayi. Sedangkan di wilayah Gunung Anyar Tengah terletak di lokasi yang diapit dua sungai, sehingga berpotensi untuk dicemari oleh limbah yang berasal dari popok bayi bekas,” ungkap Anca Laika, Ketua Tim PKM-M ini.

Sesuai dengan ilmu kesehatan lingkungan yang mereka dapatkan di bangku kuliah, popok bayi itu mengandung zat bernama Gel

Sodium Polyacrylate, sehingga dapat dimanfaatkan menjadi media

tanam sayuran, atau sering disebut sebagai METAPOK (MEdia TAnam POpok). Bahkan gagasan mereka ini mendapat apresiasi dari Dinas Pertanian Pemerintah Kota Surabaya dengan membantu memberi bibit sayuran agar bisa ditanam menggunakan METAPOK tersebut.

(10)

Dalam proses implementasi gagasan, tim PKM-M LISA KEPO memberdayakan para ibu anggota Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) setempat. Tim PKM mengajak para ibu PKK untuk membuat bank sampah yang cukup besar, tujuannya untuk menampung popok bayi bekas.

Setiap warga yang menyetorkan sampah popok bayi juga dianjurkan untuk membawa buku tabungan popoknya. Di buku itu kemudian dicatatkan jumlah popok yang di kumpulka setiap hari ke pengurus bank sampah. Semakin banyak sampah popok bekas yang dikumpulkan di bank sampah, semakin banyak pula sayuran hasil tanam yang dihasilkan. Metode inilah yang diberi nama LISA KEPO (beLI SAyur paKEk POpok).

Anca dan kawan-kawan berharap, dengan adanya penemuan ini maka intensitas pembuangan popok bayi bekas bisa berkurang, kemudian gagasan ini juga bisa menyebar ke daerah lain. Sebetulnya tujuan dari ide ini hanya ingin agar masyarakat tidak membuang sampah diaper ke sungai, sebab dampak dari pembuangan popok bayi bekas ini, menurut penelitian ecoton pimpinan Prigi Arisandi, membuat 85% ikan di Kali Surabaya berkelamin betina.

“Kondisi ini bisa menyebabkan kepunahan ikan yang hidup di Sungai-sungai di Surabaya,” tutur Anca Laika, ketua pelaksanaan dalam program PKM ini.

Disinyalir, pembuangan sampah popok bayi di sungai yang dilakukan masyarakat Surabaya ini merupakan perkembangan budaya bahwa popok bayi tidak boleh dibakar. Ada kepercayaan di masyarakat jika membuang popok bayi ke tempat sampah, mereka meyakini nantinya sampah popok itu akan dibakar ketika di TPA (Tempat Pembuangan Akhir sampah), dan itu dipercaya dapat membuat bayi mereka terserang ”Suleten” (iritasi kulit pada area sekitar kelamin). (*)

(11)

Belajar Ilmu Sosial sambil

Bermain Monopoli Nusantara

UNAIR NEWS – Ada banyak cara menyenangkan untuk menambah ilmu

pengetahuan. Salah satunya adalah belajar sambil bermain secara kelompok. Selain agar tidak membosankan, materi pelajaran bisa lebih mudah dicerna sehingga bisa meningkatkan kemampuan kognitif dan afektif seseorang.

Hal inilah yang coba diterapkan oleh lima mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga. Mereka menawarkan cara belajar sambil bermain yang baru dalam mempelajari materi studi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Metode baru itu mereka tuangkan dalam proposal program kreativitas mahasiswa bidang pengabdian masyarakat berjudul “MONTARA (Monopoli Nusantara): Permainan Edukatif Mengenal Kebudayaan Indonesia pada Siswa Kelas III di SDN Mulyorejo I Surabaya”. Proposal tersebut berhasil lolos pendanaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi tahun 2016.

Kelima mahasiswa yang tergabung dalam tim Montara adalah Faiza Dina Sari (FKM/2014), Febriana Dewi Safitri (FKM/2014), Rachmawati Maulidhina (FKM/2014), Rina Dwi Novita (FKM/2014), dan Nafijah Muliah (FKM/2013).

“Kami ingin memberikan inovasi baru kepada guru-guru dalam memberikan pengetahuan dan pelajaran mengenai wawasan Nusantara dengan cara yang berbeda, menarik, kreatif, serta inovatif. Di samping itu, kebudayaan Indonesia saat ini semakin tenggelam karena masuknya kebudayaan Barat yang lebih diterima dan dijadikan panutan oleh masyarakat,” tutur Faiza selaku ketua tim Montara.

(12)

Montara adalah sejenis mainan monopoli. Bedanya, kain alas Montara terbentang cukup besar dengan ukuran 2,5 m x 2,5 m. Montara memuat gambaran peta pulau-pulau di Indonesia lengkap dengan perairan yang mengelilingi. Selain itu, Montara juga, memberikan pengetahuan tentang keanekaragaman budaya, hasil alam, kondisi geografis 34 provinsi yang didukung dengan media audiovisual.

Montara dimainkan oleh enam kelompok, masing-masing terdiri dari enam anggota. Peralatan yang dibutuhkan untuk bermain Montara diantaranya bidak, dadu bersisi enam, kartu provinsi lengkap dengan harga beli, sewa, dan informasi tentang provinsi tersebut, uang-uangan, dan kartu ‘kesempatan’ dan ‘dana umum’.

Setiap pemain dibekali uang sejumlah 5.000 poin. Permainan dimulai dari petak nomor urut satu. Pemain mengocok dadu secara bergiliran, dan yang memperoleh angka terbanyak diberi kesempatan untuk main terlebih dahulu. Pemain juga boleh membeli petak provinsi tergantung kemampuan uang. Bila suatu petak provinsi sudah ada yang memiliki, dan petak tersebut dihinggapi pemain lain, maka pemilik berhak memberikan pertanyaan seputar kekhasan provinsi tersebut. Apabila, pemain tak bisa menjawab, maka pemain akan mendapatkan denda sesuai aturan.

Untuk memonitor efek permainan Montara, maka tim Montara UNAIR mengadakan kegiatan cerdas cermat Montara (CEMON). Dengan adanya CEMON, maka siswa menjadi terpicu untuk lebih giat belajar tentang pengetahuan umum dan wawasan Indonesia.

Kehadiran tim Montara menuai respon positif dari wali kelas SDN Mulyorejo I Surabaya. “Kehadiran MONTARA sangat membantu para siswa kelas III di SDN Mulyorejo I Surabaya. Pengetahuan anak-anak mengenai wawasan Nusantara semakin bertambah. MONTARA juga telah menanamkan rasa cinta Tanah Air terutama cinta pada budaya indonesia. Saya senang sekali atas peningkatan yang terjadi pada anak didik saya. Terima kasih

(13)

MONTARA,” tutur Astuti, Wali Kelas III A, SDN Mulyorejo I Surabaya.

Erni, Wali Kelas III B pada sekolah yang sama, juga memberikan respon positif terhadap Montara. Menurut Erni, media pembelajaran Montara cukup inovatif, kreatif, dan menyenangkan. “Selain saya yang senang, siswa siswi di sini juga senang atas kehadiran MONTARA. Semoga MONTARA sukses dalam mencerdaskan bangsa,” tutur Erni.

Rencana selanjutnya, tim MONTARA akan melakukan pemantauan terhadap penggunaan media monopoli kepada SDN Mulyorejo I Surabaya. Faiza menambahkan, pihaknya juga berinisiatif untuk menjual produk Montara dalam bentuk mini. (*)

Penulis: Defrina Sukma S

Ciptakan Lingkungan Sehat

dengan Mengonsumsi Tanaman

Herbal

UNAIR NEWS – Lima mahasiswa prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat,

Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga berhasil mengedukasi masyarakat di Kelurahan Banjarsari, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi untuk berperilaku sehat. Dengan kegiatan bertajuk “HEART” (House of Herbal Tea) diciptakanlah lingkungan sehat dengan membudayakan mengonsumsi tanaman herbal yang sangat potensial di daerah tersebut.

”Rasanya eman (sayang) sekali kalau kekayaan potensi seperti ini tidak bisa dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang kesehatan masyarakat,” kata Siti Mufaidah, ketua kelompok

(14)

Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-M) ini. Selain dia keempat temannya adalah Inriza Yuliandari, Ferium Trah Ismaya, Tuhu Uboyo Wicaksono, dan Nilam Yusika Sari.

Bagi mahasiswa FKM UNAIR ini, untuk mewujudkan lingkungan tempat hunian yang sehat harus menciptakan kondisi yang bersih, nyaman, aman, dan sehat untuk dihuni. Sedang lingkungan sehat selalu beriringan dengan kondisi masyarakat yang mandiri, yang salah satu indikatornya dapat dilihat dari ketersediaan sumber daya alam (SDA), sumber daya manusianya (SDM), dan sarana prasarana pendukung kebutuhan masyarakat yang memadai. Selain itu potensi daerah juga harus dimunculkan.

Berdasarkan hasil pengamatan mereka, tanaman herbal di Kelurahan Banjarsari memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi produk yang lebih praktis dan sehat untuk dikonsumsi guna menunjang derajat kesehatan masyarakat. Sedangkan selama ini banyaknya jenis tanaman herbal di kelurahan ini belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat.

“Melihat potensi seperti itu kami bergerak untuk memberdayakan masyarakat agar SDA yang ada lebih berdayaguna untuk kesehatan masyarakat,” tambah Siti Mufaidah.

Mereka kemudian membuat proposal pengabdian ini dengan judul “HEART (House of Herbal Tea) sebagai Upaya Pemberdayaan Ibu PKK Menuju Desa Sehat dan Mandiri 2016 di Kelurahan Banjarsari Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi.” Dengan salah satu tujuannya agar kegiatan “HEART” (House of Herbal

Tea) ini dapat menjadi sarana promosi kesehatan dengan

pentingnya mengonsumsi bahan herbal untuk mengurangi penggunaan obat kimia, proposal ini mendapat dukungan dana dari Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemenristek Dikti untuk Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2016.

(15)

dengan beberapa tahapan pembinaan, mulai dari pra-pengiriman proposal hingga tahap pelaksanaan. Melalui kegiatan ini akan muncul berbagai tujuan yang nanti akan bermanfaat bagi masyarakat. Luaran yang dihasilkan antara lain: terbentuk serta berdayanya ibu-ibu PKK di kelurahan Banjarsari, terbentuknya kelompok diskusi tanaman herbal, terbentuknya duta mother “HEART”, terbentuknya pekarangan toga di setiap rumah, terbentuknya peluang usaha “house of herbal tea”, dan lain-lain.

”Tetapi tujuan khusus kegiatan ini adalah untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya meminum teh setiap hari dan menciptakan rumah produksi yang bernama HEART (House

of Herbal Tea),” tambahnya.

Dengan berdasarkan tahapan yang telah dirancang tersebut, diharapkan tidak hanya masyarakat Kelurahan Banjarsari, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi yang tertarik untuk ikut serta dalam menyukseskan kegiatan seperti ini demi mencapai derajat kesehatan yang tinggi. (*)

Penulis : Bambang Edy S.

Mahasiswa FKM Ajak Warga

Arisan Sampah Plastik

UNAIR NEWS – Masalah besar akan selalu diawali oleh hal-hal

yang seringkali disepelekan. Salah satu contohnya adalah menumpuknya sampah dan terjadinya banjir dibeberapa kota saat memasuki musim hujan. Hal tersebut merupakan akibat dari sikap acuh tak acuh masyarakat yang membuang sampah tidak pada tempatnya, khususnya sampah plastik yang dihasilkan dari sampah konsumsi masyarakat sehari-hari.

(16)

Keprihatinan itulah yang membuat lima mahasiswa UNAIR dari Fakultas Kesehatan Mayarakat (FKM) bergerak untuk melakukan suatu perubahan, kelima mahasiswa tersebut yakni Muafa Mahdi Ramadhan (2015), Muhammad Faris Rasyid (2015), Fenti Nur Aini Amallia (2015), Annisa Dwinda Shafira (2013) dan Miftahol Hudhah (2013). Salah satu perubahan yang mereka wujudkan untuk menanggulangi sampah plastik ialah membuat sebuah terobosan baru yang dinamakan Arisan Sampah Plastik (ASPAL). Inovasi dari kelompok yang tergabung dalam PKM-M tersebut telah disetujui dan akan di danai oleh Dikti.

“Sama kaya arisan pada umumnya, hanya saja ada inovasi lain, kalau biasanya arisan itu ngumpulin uang, kita ngumpulinnya pakai sampah,” ujar Muafa.

Kelima mahasiswa tersebut memilih Kawasan Sidotopo sebagai tempat pengaplikasian inovasi ASPAL, karena di kawasan tersebut terdapat gunungan sampah yang menumpuk dan juga sungai yang tergenang oleh sampah yang sebagian besar merupakan sampah plastik.

Untuk mekanisme pelaksanaan program ASPAL, kelompok PKM tersebut menganjurkan para warga sekitar untuk mengumpulkan sampah plastik di sekitar kawasan tersebut, kemudian Muafa dan timnya akan datang untuk mengumpulkan setoran sampah plastik warga setiap dua minggu sekali.

Di akhir bulan setelah sampah plastik terkumpul, Muafa dan kawan-kawan menjual sampah plastik yang terkumpul kepada pengepul, lalu hasil jual per orang dari sampah plastik tersebut akan disisihkan 3000 rupiah setiap bulannya untuk iuran arisan. Oleh karena itu, Muafa dan kelompok mengharuskan warga agar setiap bulannya bisa mengumpulkan sampah plastik yang nilai jualnya 3000 rupiah atau setara dengan 1,5 kilogram sampah plastik. Dengan demikian, selain bisa mendapatkan hasil jual sampah plastik, warga juga mendapatkan jatah uang dari arisan bulanan.

(17)

Launching kegiatan ASPAL dengan Ketua RW setempat. (Foto: Istimewa)

Inovasi tersebut mendapat respon positif dari warga sekitar, terbukti dengan banyaknya warga yang bepartisipasi dalam kegiatan program ASPAL ini. Bahkan antusias warga sekitar terlihat dari beragam saran yang diterima oleh kelompok PKM dari UNAIR tersebut, salah satunya adalah usulan agar sampah kardus maupun besi yang tak terpakai juga ikut dikategorikan dalam sampah kegiatan ASPAL.

“Awalnya kita diskusikan dulu, pada akhirnya kita terima tapi tetep memprioritaskan sampah plastik,” tegas Muafa.

Mereka berharap dengan adanya kegiatan ASPAL ini, kesadaran warga terhadap pemanfaatan sampah plastik meningkat dan dapat memberi pandangan kepada warga tentang sampah plastik yang dapat dijadikan kegiatan bernilai ekonomi.

“Kami juga berharap, kegiatan ini tetap berlanjut karena program ini baik untuk masyarakat sendiri, juga untuk mengurangi sampah lingkungan, dan yang kedua, kegiatan ini bisa jadi contoh di kawasan lain dan sebagai percontohan dalam pengelolaan sampah plastik,” pungkas Muafa saat diwawancarai

(18)

di Radio UNAIR. (*) Penulis : Faridah Hari Editor : Dilan Salsabila

Lewat GELIAT UNAIR, Pupuk

Kepedulian Terhadap Kematian

Ibu Hamil dan Bayi

UNAIR NEWS – Banyaknya angka kematian dari ibu hamil dan bayi

di Surabaya patut untuk diberi perhatian lebih. Hal inilah yang kemudian menuntun Dr. drg. Nyoman Anita Damayanti, MS., untuk menggagas program GELIAT UNAIR (Gerakan Peduli Ibu dan Anak Sehat Universitas Airlangga). GELIAT UNAIR adalah program kerjasama antara UNAIR dan United Nations Children’s Fund (UNICEF) sebagai bentuk kepedulian terhadap tingginya kasus kematian para ibu hamil.

“Siapa lagi yang mampu membantu warga kita kalau bukan dari kita sendiri. UNAIR itu sudah punya semuanya, mahasiswa juga ribuan, satu saja mau mendampingi ibu hamil untuk terhindar dari kematian itu sudah bagus,” ujarnya dalam sebuah acara

talkshow di Exhibition Hall Grand City Surabaya, Kamis (12/5).

Menurut Nyoman Anita, yang melatarbelakangi penggagasan GELIAT UNAIR ini adalah tingginya angka kematian ibu hamil dan anak di Kota Surabaya. Pasalnya, Kota Surabaya merupakan penyumbang tertinggi kematian ibu hamil dan bayi di Jawa Timur.

“Sebanyak 5793 bayi meninggal dalam setahun di Surabaya, ini merupakan kasus tertinggi di Jawa Timur,” imbuhnya.

(19)

ibu hamil adalah lambatnya ibu hamil untuk mengenali adanya gejala atau masalah dalam kehamilannya. Hal tersebut karena didasari atas kurangnya informasi tentang kehamilan kepada ibu hamil.

“Memang hamil didalam keluarga itu merupakan hal yang biasa, tapi pasti ada penyakit yang mengiringi kehamilan itu. Karena banyak ibu-ibu hamil yang mungkin kurang tau mengenai kehamilan, maka akan terlambat untuk mengenali gejala atau masalah kehamilan, dan inilah yang menjadi penyebab kematian,” jelasnya.

Staf pengajar di FKM UNAIR tersebut menyayangkan kurangnya kepedulian terhadap kematian ibu hamil tersebut. Ia mengungkapkan bahwa masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa kematian ibu hamil merupakan bagian dari takdir.

“Kepedulian kita pada kematian ibu itu belum terlalu kuat, dianggap bahwa kematian itu dianggap memang sudah takdir. Tidak itu salah besar, karena ada penyakit yang mengiringi, maka harus ditindak secara medis,” kata Nyoman Anita.

“Orang yang jatuh karena kecelakaan pesawat akan ramai diperbincangkan, tapi ribuan ibu hamil meninggal tak banyak yang peduli,” imbuhnya memberi keluhan

Melalui Program GELIAT UNAIR yang sebagian besar relawannya merupakan mahasiswa dan dosen UNAIR tersebut, Nyoman Anita berharap dapat menurunkan kematian ibu hamil di Kota Surabaya. Memang menjadi sebuah kenyataan bahwa kematian ibu hamil akan selalu terjadi, namun baginya akan selalu ada kesempatan untuk mencegah kematian.

“Mimpi saya itu, kita semua sebagai kalangan akademisi mau peduli, UNAIR sudah punya semuanya, kita punya dokter, kita punya spesialis, kita punya bidan, tapi yang penting adalah bagaimana kita mau merangkul masyarakat.” pungkasnya. (*)

(20)

Editor : Nuri Hermawan

Akademisi Dituntut Memberikan

Masukan

kepada

Pihak

Legislatif

UNAIR NEWS – Banyak masyarakat yang belum mengetahui tugas

utama dan fungsi dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Pernyataan tersebut dilontarkan oleh Sally Atyasasmi, S.KM., M.KM., dalam kuliah tamu yang bertajuk “Penganggaran Daerah di Bidang Kesehatan”, Rabu (11/5).

“Legislatif itu turun langsung ke bawah dan menampung aspirasi masyarakat kemudian didiskusikan dan dibacakan di sidang paripurna, jadi tupoksi kita itu adalah mengusulkan aspirasi di ranah kebijakan,” Ujar Sally yang juga merupakan Alumni FKM UNAIR tersebut.

Pada acara yang dilaksanakan di Aula Sumarto Danusughondo Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UNAIR, Sally yang merupakan Anggota Komisi C DPRD Bojonegoro mengungkapkan tentang betapa pentingnya bagi mahasiswa untuk mengenal perwakilan legislatif yang telah dipilih oleh rakyat di masing-masing daerah. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi insan akademisi agar bisa memberikan masukan kepada pihak legislatif. Pasalnya, tidak semua wakil rakyat ahli dalam bidang tertentu, sehingga tetap membutuhkan masukan-masukan yang dapat membantu.

“Para wakil dari masyarakat itu kan memiliki latar belakang tertentu, misalnya saja ekonomi, maka dia bukan seorang ahli di bidang kesehatan, maka dari itu kita sebagai akademisi

(21)

harus memberikan masukan yang dapat membantu para wakil kita, terutama dibidang kesehatan,” imbuhnya dihadapan para mahasiswa FKM yang mengikuti kuliah tamu.

Lulusan FKM UNAIR tahun 2011 tersebut juga menyayangkan kepada para pemegang kebijakan yang lebih banyak mengartikan perkembangan dan pembangunan hanya dari bukti fisik, misalnya sebuah gedung.

“Kita ini juga butuh pembangunan SDM, salah satunya ya di bidang kesehatan,” ujar perempuan asli Bojonegoro tersebut. Menurut Sally, banyak sekali hambatan dalam pembiayaan kesehatan seperti kurangnya SDM, kurangnya dana yang tersedia, penyebaran dana yang tidak sesuai, pemanfaatan yang tidak tepat, dan biaya kesehatan yang makin meningkat. Menurutnya, hal tersebut dikarenakan ketidakadaannya konsistensi dari program pemerintah.

“Setiap kali pemilihan wakil, mereka punya program yang berbeda jadi tidak bisa konsisten, padahal konsistensi ini penting supaya kita bisa maju ke langkah berikutnya,” terang Sally.

Di akhir acara, Sally berharap bahwa mahasiswa sebagai kalangan akademisi ikut serta dalam pembangunan Indonesia. “Kita harus turut serta dalam pembangunan. Karena besar perannya dari teman-teman akademisi,” pungkasnya. (*)

Penulis : Dilan Salsabila Editor : Nuri Hermawan

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Rangkuti (2000) pada prinsipnya strategi dapat dikelompokkan berdasarkan 3 (tiga) tipe strategi yaitu, strategi manajemen, strategi investasi dan strategi bisnis. 1) Strategi

 Membantu membelikan layanan bagi pelanggan melalui dashboard agen  Minta pelanggan memasukkan kode promosi agen yang diberikan kepada ybs  Membimbing downline agar

Ορισμένοι από τους αναγνώστες ίσως αναρωτηθούν: "Γιατί αφού οι περισσότεροι άνθρωποι έχουν ακού­ σει, έχουν διαβάσει και σε τελευταία ανάλυση

Berdasarkan penelitian yang sudah pernah diteliti sebelumnya yang telah dipaparkan dalam latar belakang penelitian, maka peneliti terdorong untuk menggabungkan faktor-faktor

Sistem penyaluran dana zakat tidak hanya secara langsung tetapi juga tidak langsung melalui kegiatan sosial yang dilakukan Bazma seperti khitanan massal,

Erwinia sp yang menyebabkan penyakit busuk rebah pada tanaman lidah buaya (Aloe barbadensis Mill) dan disarankan penggunaan media lain yang dapat lebih

Keberadaan para ODHA dihargai penting sebagai seorang saudara, oleh karena itu setiap kehadiran dan pelayanan mereka dalam Gereja tidak boleh ditolak/ direndahkan atas dasar

Dengan demikian hipotesis 4 yang menya- takan “Ada pengaruh yang signifikan ke- puasan konsumen terhadap loyalitas pe- langgan yang dimediasi oleh kualitas pro- duk