• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISSN Jurnal Pembangunan Pedesaan Vol. 6 No. 1, April - Juli 2006: 25-31

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISSN Jurnal Pembangunan Pedesaan Vol. 6 No. 1, April - Juli 2006: 25-31"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

DOMESTICATION AND CULTURE OF TINFOIL BARB (Puntius orphoides) AS AN EFFORT TOWARD FISH FARMING DIVERSIFICATION

Oleh:

Nuning Setyaningrum dan Agus Nuryanto

Fakultas Biologi Unsoed, Jl. dr. Soeparno Karangwangkal Purwokerto (Diterima: 29 Nopember 2005, Disetujui: 9 Pebruari 2006)

Aims of this research were to investigate hatching rate of Puntius orphoides eggs resulted from artificial spawning and the effect of different water inlet number with different water debit and food on growth rate and survival rate of P. orphoides fry. Experimental method with factorial pattern was used. The first factor was ponds culture without water inlet and with one water inlet (10 LPM/m³ water debit), two water inlets (20 LPM/m³ water debit), and three water inlets (30 LPM/m³ water debit). The second factor was feeding with pellet and Tubifex. Each treatment was repeated twice. Parameter measured was number of hatched egg, increasing of body weight, length and survival rate. The data was analyzed by one way anova and further analysis with Duncan test. Result showed that P. orphoides could spawn in culture ponds with hatching rate of the egg was 82%. The highest growth rate was reached in the ponds with three water inlets (30 LPM/m³ water debit), while the best survival rate was reached in culture ponds with three water inlets (30 LPM/m³ water debit). Pellet food and Tubifex gave the same effect on the fish growth.

ABSTRACT

dari pemijahan buatan. Penyediaan PENDAHULUAN

benih ikan brek masih mengandalkan Ikan brek (Puntius orphoides)

alam. Usaha pembenihan ikan brek merupakan salah satu ikan liar yang

yang dilakukan dengan pemijahan di berpotensi tinggi untuk dikembangkan

kolam diharapkan dapat menghasilkan sebagai ikan budidaya. Ikan brek dan

dan menyediakan benih untuk upaya tawes termasuk dalam genus Puntius

budidaya dan penjinakan. dengan warna tubuh putih keperakan

Ikan brek atau ikan mata merah (Soeseno, 1981), dan di daerah

memiliki bentuk tubuh mirip dengan Banyumas dikenal dengan nama

ikan tawes (P. javanicus), yang putihan. Ikan golongan Puntius

termasuk kelompok Cyprinidae. merupakan salah satu jenis ikan yang

Menurut Setijanto (1985), ikan dengan mudah dibudidayakan dan mudah

spesies berkerabat (kongenerik) berkembangbiak, serta mempunyai nilai

m e m - p u n y a i k e s a m a a n h a b i t a t , ekonomi yang dapat mendatangkan

adaptasi struktur, pengaturan fisiologis, keuntungan bila dibudidayakan.

maupun perilaku harian atau musiman. Kegiatan dalam budidaya ikan

Genus Puntius memiliki spesies meliputi pembenihan dan pembesaran.

terbanyak. Beberapa ciri khas ikan Penyediaan benih dengan kualitas dan

brek adalah adanya warna merah di kuantitas yang memadai merupakan

bagian selaput pelangi mata, sedikit salah satu syarat penentu keberhasilan

warna merah pada operculumnya, usaha perikanan. Penyediaan benih

w a r n a k e c o k l a t a n p a d a b a g i a n ikan dapat berasal dari alam maupun

(2)

p a d a u j u n g s e m u a s i r i p air pada kolam pemeliharaan dan faktor (Sumantadinata, 1981). Habitat yang (P): jenis pakan. Setiap gabungan disukai adalah perairan berarus lancar, perlakuan diulang 2 kali. Rincian terutama saat musim memijah (Steven perlakuan adalah: S P = kolam tanpa 0 p et al., 1999). Oleh karena itu, perlu saluran air dan pemberian pakan pelet, pilihan wadah budidaya yang agak mirip S P = kolam dengan 1 saluran air 1 p dengan habitat aslinya, yang diubah (debit air: 10 Liter Per Menit p e r l a h a n - l a h a n , s e h i n g g a p a d a (LPM)/m³) dan pemberian pakan a k h i r n y a i k a n t e r s e b u t d a p a t pelet, S P = kolam dengan 2 saluran 2 p d i b u d i d a y a k a n d a l a m p e r a i r a n air (debit air: 20 LPM/m³) dan menggenang seperti kolam budidaya. pemberian pakan pelet, S P = kolam 3 p Pemberian pakan tambahan yang dengan 3 saluran air (debit air: 30 sesuai dengan jenis ikannya perlu LPM/m³) dan pemberian pakan pelet, d i l a k u k a n u n t u k m e n u n j a n g S P = kolam tanpa saluran air dan o t keberhasilan budidaya ikan. Pakan pemberian pakan Tubifex, S P = 1 t merupakan salah satu faktor penting kolam dengan 1 saluran air (debit air: dalam menunjang tingkat kelangsungan 10 LPM/m³) dan pemberian pakan hidup dan pertumbuhan (Chua dan Tubifex, S P = kolam dengan 2 2 t

Teng, 1982). Menurut Sumantadinata saluran air (debit air: 20 LPM/m³) dan (1981), secara alami ikan brek adalah pemberian pakan Tubifex, S P = 3 t pemakan plankton detritus dan tanaman kolam dengan 3 saluran air (debit air: air yang berdaun lunak, sedangkan 30 LPM/m³) dan pemberian pakan hasil pene-litian Setijanto (1997) dan Tubifex. Parameter yang diukur adalah Utarini (1998), ber-dasarkan analisis pertambahan bobot, panjang, telur yang isi lambung, ikan brek me-nyukai menetas, jumlah ikan yang mati, dan bentik, serangga, cacing, dan potongan pengukuran kualitas air sebagai hewan, sehingga cenderung bersifat parameter pendukung. Data yang omnivora. diperoleh dianalisis dengan sidik ragam Di dalam rangka mempopulerkan satu arah, dan dilanjutkan uji Duncan dan mengembangkan ikan brek sebagai menggunakan program SPSS 9.0.

ikan budidaya serta penganekaragaman Cara Kerja jenis ikan, salah satu pilihan yang dapat Pemijahan

dilakukan adalah dengan usaha Induk ikan yang telah matang budidaya ikan di kolam. Oleh karena gonad diadaptasikan pada kolam fiber itu, perlu dikaji bagaimana keberhasilan ukuran 2 x 3 m selama dua hari untuk pemijahan buatan ikan brek di kolam, dipijahkan. Pemijahan dilakukan pada serta pengaruh debit air dan pakan tiga kolam fiber masing-masing kolam berbeda terhadap pertumbuhan dan berisi satu ekor induk betina dengan kelangsungan hidup benih ikan brek. bobot 300 g dan dua ekor induk jantan dengan bobot 400 g. Penyuntikan

METODE PENELITIAN hormon sebanyak 0,5 ml/kg bobot

tubuh dilakukan pada sore hari, dan Metode

pada pagi harinya ikan sudah memijah Metode penelitian ini dilakukan

dengan mengeluarkan telur. Telur s e c a r a p e r c o b a a n m e n g g u n a k a n

d i p i l i h y a n g s u d a h d i b u a h i Rancangan Acak Lengkap (RAL)

menggunakan piring plastik secara berpola faktor, yang terdiri atas 2

hati-hati, kemudian dimasukkan ke faktor. Faktor (S): saluran pemasukan

(3)

Perlakuan perlakuan kejut panas terhadap telur ikan mas dapat menetas sebanyak Kolam yang digunakan sebanyak

82,86% dan penelitian Setiadi (2000) 16 buah berukuran 1 x 2 m.

Masing-dengan perlakuan kejut panas terhadap masing kolam diberi perlakuan berupa

telur ikan nilem dapat menetas saluran air yang berbeda dengan debit

sebanyak 85,52%. Berdasarkan hasil air yang berbeda, dan diisi air dengan

penelitian ini ternyata ikan brek ketinggian 60 cm. Pengukuran debit air

memiliki daya menetas telur tinggi dengan cara menghitung waktu yang

secara alami dan kuantitas larva hidup dibutuhkan dalam menampung air

yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan sebanyak 1 liter pada satu saluran air

pemijahan berasal dari induk jantan dan masuk. Benih ikan brek dimasukkan

betina langsung dari sungai Banjaran sebanyak 60 ekor pada masing-masing

yang merupakan keturunan pertama, kolam dan dilakukan adaptasi terlebih

sehingga kelangsungan hidup larva dahulu. Pemberian pakan dilakukan dua

setelah menetas tinggi. Hal ini sesuai kali sehari. Pengambilan sampel

dengan penelitian Agnese (1995), dilakukan setiap sepuluh hari sekali

bahwa penjinakan pada pemijahan selama dua bulan waktu penelitian.

Heterobranchus longifilis keturunan pertama menghasilkan kelangsungan HASIL DAN PEMBAHASAN

hidup larva lebih tinggi daripada Induk ikan brek, yang berasal

keturunan kedua sampai keturunan d a r i s u n g a i B a n j a r a n , b e r h a s i l

keempat. d i p i j a h k a n d i k o l a m p e n e l i t i a n

Pengamatan pertumbuhan yang menggunakan teknik pemijahan buatan

dilaku-kan berupa pertambahan bobot dengan penyuntikan hormon sintetis,

benih ikan brek selama penelitian. Ikan yang memijah dalam waktu 10 jam.

brek yang digunakan memiliki bobot Persentase rerata telur ikan brek

awal berkisar antara 0,4- 0,9 g. Bobot menetas secara alami sebesar 82%

tersebut pada akhir penelitian menun-dengan waktu menetas selama 36 jam.

jukkan kisaran yang berbeda, yaitu Penelitian Azwar (1994) dengan

ikan brek dengan pakan pelet memiliki

Keterangan: Ns: berbeda tidak nyata. Huruf yang berbeda di atas nilai rerata pertambahan bobot menunjukkan perbedaan nyata (p < 0,01). S = kolam tanpa saluran air masuk, S =0 1

kolam dengan 1 saluran air masuk (debit air 10 LPM/m³), S = kolam dengan 22

saluran air masuk (debit air 20 LPM/m³), S = kolam dengan 3 saluran air masuk3

(debit air 30 LPM/m³), dan LPM = Liter Per Menit. Tabel 1. Pertambahan Bobot Rerata Benih Ikan Brek (g)

Saluran air Ulangan 1 2 Rerata 1 2 Rerata Rerata (ns) 1,57 (ns) 1,74 1,90 1,60 1,75 2,04 2,10 2,07 c 1,91 1,78 1,71 1,75 1,32 1,18 1,25 a 1,50 1,50 1,73 1,62 2,52 2,07 2,30 a 1,96 0,95 1,35 1,15 1,06 1,58 1,32 a 1,24 Pakan Pelet Tubifex Rerata S1 S2 S3 S0

(4)

Hasil analisis menunjukkan meningkatnya kecepatan arus air, dan perbedaan nyata (P < 0,01) untuk dapat meningkatkan oksigen terlarut. perlakuan saluran air dan perbedaan K e c e p a t a n a r u s a i r m a m p u tidak nyata untuk perlakuan pakan, meningkatkan bobot ikan dengan serta tidak terdapat interaksi nyata adanya aktifitas berenang yang kuat, antara kedua perlakuan terhadap sehingga dibutuhkan energi yang besar pertambahan bobot rerata. Kondisi ini dan menyebabkan meningkatnya nafsu menunjukkan bahwa dua taraf faktor, makan ikan. Hasil penelitian Tajerin et yaitu jumlah saluran air dengan debit al. (2000) dengan meningkatnya air berbeda dan jenis pakan yang penggunaan kecepatan arus air dalam dicoba, berpengaruh secara mandiri sistem budidaya yang dicobakan dalam mendukung pertumbuhan benih menyebabkan hubungan panjang ikan ikan brek. Hal ini diduga bahwa dan bobot ikan bersifat allometris pertambahan bobot lebih dipengaruhi dengan pertambahan panjang lebih oleh jumlah saluran air yang berbeda besar sehingga ikan terlihat semakin dan berhubungan dengan debit air yang langsing. Berdasarkan hasil penelitian masuk ke kolam penelitian. Sesuai Unisa (2000), bahwa dengan padat dengan habitat asli ikan brek, yaitu penebaran 60 ekor/m² memberikan lebih menyukai air deras, sehingga pertum-buhan terbaik benih lele mendorong ikan untuk melakukan (Clarias batracus) pada kolam dengan aktifitas lebih banyak. Adanya aktifitas debit air 33 LPM/m³.

yang banyak, dibutuhkan energi yang Pada sistem budidaya dengan besar untuk berenang. Penggunaan sistem mengalir, kecepatan air sangat energi oleh ikan akan meningkat secara berpengaruh terhadap proses budidaya. linier dengan aktifitas berenang yang Perubahan kecepat-an aliran air adalah makin intensif dan sekaligus akan sebagai akibat dari debit air yang memengaruhi pertumbuhan ikan masuk, yang selain dapat memenga-(Tajerin et al., 2000). ruhi kualitas air juga dapat terhadap

Hasil uji Duncan pada Tabel 1 tingkah laku dan sifat fisiologis jenis menun-jukkan bahwa terdapat beda ikan tertentu. Penumpukan pakan dan nyata, yang diperlihatkan antara feces dalam wadah pemeliharaan ikan perlakuan kolam tanpa saluran air merupakan salah satu masalah dalam dengan kolam 3 saluran air (debit air biakan air.

30 LPM/m³), sedangkan antara kolam Penumpukan bahan organik akan 1 saluran air (debit air 10 LPM/m³) m e n g o n s u m s i o k s i g e n m e l a l u i dan kolam 2 saluran air (debit air 20 pembusukan dan dapat menciptakan L P M / m ³ ) b e r b e d a t i d a k n y a t a kondisi yang baik untuk pertumbuhan terhadap pertambahan bobot benih ikan jamur dan alga yang tidak diinginkan. brek. Perlakuan kolam dengan 3 Selain itu, lingkungan yang buruk juga saluran air (debit air 30 LPM/m³) akan memberikan kondisi yang sesuai menghasilkan per-tambahan bobot untuk munculnya penyakit ikan, yang terbaik bagi benih ikan brek. Debit air akan memengaruhi pertumbuhan ikan 30 LPM/m³ menghasilkan air masuk (Unisa, 2000). Debit air pada jumlah sebanyak 30 liter per menit dalam 3 saluran air masuk memegang peranan saluran, sehingga perlakuan jumlah penting agar pembuangan kotoran saluran air akan memengaruhi debit air dapat sempurna dan tidak menyebab-y a n g a k a n m e n menyebab-y e b a b - k a n kan penumpukan bahan buangan.

(5)

pertambahan bobot yang sama pada besar debit air dengan jumlah saluran masing-masing kolam perlakuan. Hal lebih dari satu, maka kelangsungan ini sesuai pendapat Zonneveld (1991) hidup lebih tinggi.

bahwa energi hasil pembakaran pakan H a s i l a n a l i s i s k e r a g a m a n digunakan untuk aktifitas gerak, menunjukkan bahwa perlakuan yang pertumbuhan, dan reproduksi. Pada dicoba berpengaruh nyata (P < 0,05) penelitian ini, ikan masih dalam tahap terhadap tingkat kelangsung-an hidup b e n i h , s e h i n g g a p a k a n m a s i h benih ikan brek, dan kolam 3 saluran dimanfaatkan untuk aktifitas gerak dan a i r d e n g a n d e b i t 3 0 L P M / m ³ pertumbuhan. Selain itu, sifat dari ikan memberikan respon paling baik. Hal ini brek adalah menentang arus, sehingga karena banyaknya debit air yang masuk energi pakan banyak digunakan untuk mampu menciptakan sirkulasi air yang aktifitas gerak menuju ke jatuhnya air, cepat, sehingga mampu memperbaiki yang menyebabkan tubuh ikan terlihat kualitas air kolam. Sirkulasi yang baik

ramping. mampu mengangkut penumpukan bahan

Derajat kelangsungan hidup ikan organik yang dapat menimbulkan brek adalah persen jumlah yang hidup penyakit. Selain itu, dengan debit air per unit waktu. Hasil pengamatan yang besar, pema-sukan pakan alami terhadap kelangsung-an hidup benih dari perairan juga semakin banyak dan ikan uji tertera pada Tabel 2. mampu memenuhi kebutuhan pakan Berdasarkan tabel tersebut, untuk mendukung kelangsungan hidup d i t u n j u k k a n b a h w a p e r s e n t a s e ikan uji. Berdasarkan penelitian kelangsungan hidup rerata benih ikan Pearson et al. (2005), penggunaan brek tertinggi terdapat pada perlakuan kincir air sebagai pilihan untuk dengan kolam 3 saluran debit air 30 meningkatkan kecepatan arus pada LPM/m³ dengan pemberian pakan kolam pemeliharaan ikan dapat pelet dan kelangsungan hidup rerata meningkatkan oksigen terlarut dan terendah pada perla-kuan kolam tanpa menghasilkan tingkat kelangsungan s a l u r a n a i r . B e r d a s a r k a n d a t a hidup lebih tinggi.

persentase kelangsungan hidup benih Pengukuran kualitas air sebagai i k a n b r e k d a r i m a s i n g - m a s i n g data pendukung tertera pada Tabel 3. perlakuan cukup beragam. Semakin Kualitas air kolam penelitian

Keterangan: * : berpengaruh nyata.

Tabel 2. Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Brek (%) Perlakuan S P0 S P1 S P2 S P3 S T0 S T1 S T2 S T3 Ulangan 86,34 91,76 93,33 96,67 90,24 94,56 94,56 98,54 88,33 91,67 88,33 100,00 86,45 93,33 90,00 96,67 Rerata 87,33 91,67 90,83 98,34* 88,34 93,94 92,28 97,61

(6)

masuk. Kolam dengan debit air 30 sama baik. LPM/m³ mempunyai rerata oksigen

terlarut paling tinggi sebesar 10,3 ppm, A g n e s e , J . F . 1 9 9 5 . E f f e c t o f dan memiliki kelang-sungan hidup domestication on genetic variability, benih paling tinggi. Hal ini dise-babkan fertility, survival and growth rate in banyaknya air mengalir yang masuk tropical siluriform: Heterobranchus dengan membawa oksigen terlarut dan longifilis Valenciennes 1840. rendah-nya mortalitas yang tidak Journal of Aquaculture 131:197-menyebabkan adanya penimbunan 204.

bahan organik di dasar kolam. Selain Alfaro, A.C. 2005. Effect of water flow itu, nilai oksigen terlarut tersebut dapat and oxygen concentration on early settlement of the New Zealand m e m e n g a r u h i p e r t u m b u h a n d a n

green-lipped mussel, Perna kelangsungan hidup benih ikan brek.

canaliculus. Journal of Aquaculture Penelitian Alfaro (2005) menyatakan 426:285-294.

bahwa pemeliharaan Perna canaliculus,

Azwar. 1994. Pengaruh Triploidisasi s e j e n i s R e m i s , m e n g h a s i l k a n dan Hibridisasi Terhadap Karekter kelangsungan hidup rendah pada kolam Fenotip Ikan Mas (Cyprinus carpio L). Thesis. Program Pasca Sarjana dengan kecepatan arus rendah, yaitu 1

IPB, Bogor (Tidak dipublikasikan). cm/s dan kelangsungan hidup larva

Chua, T.E. and S.K. Teng. 1982. Effect yang tinggi pada kecepatan arus lebih

of food ration on growth, condition tinggi, yaitu 10 cm/s. Menurut Susanto

factor, food conversion and net (1987), kadar oksigen terlarut perairan y i e l d o f e s t u a r y g r o u p e r minimum 2 ppm untuk mendukung Ephinephelus salmoides Maxwell

culture in floating net cages. budidaya ikan air tawar.

Journal of Aquaculture 27:273-283.

KESIMPULAN

Pearson, P.R., S.E. Duke, C.D. 1. Induk ikan brek berhasil dipijahkan Minchew, R.V. Beecham, and J.M. secara buatan dengan daya tetas Kim. 2005. Evaluation of a diffused oxygen aeration system under on-telur sebesar 82%.

farm harvest condition. North 2. Pertumbuhan dan kelangsungan American Journal of Aquaqulture

hidup benih ikan brek terbaik 68:47-52.

terdapat pada kolam dengan 3 Setiadi, I. 2000. Perkembangan telur saluran air (debit air 30 LPM/m³). ikan nilem (Osteochilus hasselti 3. Pemberian pakan berupa pelet atau C . V . ) y a n g d i k e j u t p a n a s k a n sebagai upaya pengadaan ikan Tubifex pada benih ikan brek

nilem tripoid. Skripsi. Fakultas menghasilkan per-tumbuhan yang Biologi Unsoed, Purwokerto

DAFTAR PUSTAKA Tabel 3. Rerata Rengukuran Kualitas Air Kolam

Perlakuan S0 S1 S2 S3 0,1 0,6 0,9 0,6 8,5 9,9 9,6 10,3 7,0 7,3 7,3 7,3 27,5 27,5 27,5 27,5 Parameter Suhu (°C) pH O (ppm)2 CO (ppm)2

(7)

Setijanto. 1985. Beberapa aspek Sastra Hudaya, Jakarta.

ekologi komunitas ikan di sungai Susanto, H. 1987. Budidaya Ikan Di Banjaran-Kranji Purwokerto. Pekarangan. Penebar Swadaya, Tesis Fakultas Biologi Unsoed, Jakarta.

Purwokerto (Tidak

dipublikasi-kan). Tajerin, I.N.S. Rebegnator, dan B.

M u h a r r a m . 2 0 0 0 . P e n g a r u h . 1997. Struktur dan fungsi kecepatan arus air dalam kolam k o m u n i t a s i k a n s e b a g a i terhadap tekstur daging ikan mas. bioindikator degradasi lingkungan J u r n a l P e n e l i t i a n P e r i k a n a n perairan. Laporan Penelitian, Indonesia 2: 65-73.

F a k u l t a s B i o l o g i U n s o e d ,

P u r w o k e r t o . ( T i d a k Utarini, D., A.E. Pulungsari, N. dipublikasikan). Setyaningrum, dan A.S. Piranti. 1998. Komposisi dan kebiasaan Soeseno, S. 1981. Pemeliharaan Ikan makan komunitas ikan di Bendung Di Kolam Pekarangan. Kanisius, Gerak Serayu Jawa Tengah.

Jakarta. Laporan Penelitian, Fakultas

Steven, O. McAdam, N.R Liley, and Biologi Unsoed, Purwokerto S.P. Eddy. 1999. Comparison of (Tidak dipublikasikan).

r e p r o d u c t i v e i n d i c a t o r s a n d Unisa, R. 2000. Pengaruh padat analysis of the reproductive penebaran terhadap pertumbuhan seasonality of the tinfoil barb, dan kelangsungan hidup benih lele Puntius schwanenfeldii, in the ( C l a r i a s s p . ) d a l a m s i s t e m Perak River, Malaysia. Journal resirkulasi dengan debit air 33 Environmental Biology of Fishes L P M / m ³ . L a p o r a n H a s i l 55:369-380. Penelitian, Fakultas Perikanan dan S u m a n t a d i n a t a , K . 1 9 8 1 . Ilmu Kelautan IPB, Bogor (Tidak

Pengembangbiakan Ikan-ikan dipublikasikan).

Gambar

Tabel 1. Pertambahan Bobot Rerata Benih Ikan Brek (g) Saluran air Ulangan 1 2 Rerata 1 2 Rerata Rerata1,57 (ns)1,74(ns)1,901,601,752,042,102,07 c 1,911,781,711,751,321,181,25a1,501,501,731,622,522,072,30a1,960,951,351,151,061,581,32a1,24PakanPeletTubifexRe
Tabel 2. Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Brek (%) Perlakuan S P 0 S P 1 S P 2 S P 3 S T 0 S T 1 S T 2 S T 3 Ulangan 86,3491,7693,3396,6790,2494,5694,5698,5488,3391,6788,33100,0086,4593,3390,0096,67 Rerata87,3391,6790,83 98,34*88,3493,9492,2897,61

Referensi

Dokumen terkait

Bersama ini kami mengajukan permohonan kepada ibu untuk menjadi responden dalam penelitian yang berjudul “ Hubungan dukungan keluarga dan mekanisme koping terhadap

Apakah kemampuan pemecahan masalah peserta didik yang diajar dengan model Auditory Intellectually Repetition pada materi pokok luas dan keliling segi empat kelas

Contoh yang menunjukkan penerapan Hukum III Newton adalah.. Sebuah peti terletak pada bidang miring licin seperti pada gambar. Perhatikan gambar ikan dalam bejana berikut...

Hal ini kemudian dimodelkan dengan menggunakan teori analisis kompartemen dan kinetika biokimia yang mempertim- bangkan waktu transkripsi dan translasi sebagai faktor delay

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ANALISIS VALUE STOCK

Mengetahui sebab-sebab terjadinya perbedaan pendapat para imam mazhab dan Mengetahui sebab-sebab terjadinya perbedaan pendapat para imam mazhab dan   para ulama

Morotai Selatan TERMOHON dengan jelas, terang dan nyata melakukan pelanggaran yang dengan sengaja membiarkan dan memperbolehkan pemilih yang telah dimobilisasi oleh Pasangan

4 Analisis yang dilakukan untuk menentukan kandungan zat gizi maupun bioaktivitasnya ialah analisis komposisi proksimat, profil asam amino, profil asam lemak, kandungan vitamin,