• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KERJA PRAKTEK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KERJA PRAKTEK"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KERJA PRAKTEK

TEKNOLOGI DAN IMPLEMENTASI FTTX GPON PT. TELKOM INDONESIA

Disusun Oleh :

AHMAD NADZARUDIN N H

1110117421416

PROGRAM STUDI

TEKNIK ELEKTRONIKA TELEKOMUNIKASI

POLITEKNIK CALTEX RIAU

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PT.TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk

Menerangkan Bahwa Mahasiswa Di Bawah Ini :

Ahmad Nadzarudin N H

(1110117421416)

Telah Menyelesaikan Kerja Praktek Di PT.Telekomunikasi Indonesia Divisi Risti ,Tbk Bandung

Pada Tanggal 03 Maret 2014 – 28 Maret 2014 Dengan judul laporan

Teknologi dan Implementasi FTTx GPON

PT. Telkom Indonesia

Disetujui Oleh :

Pembimbing Kerja Praktek

Retno Wulansari

NIP. 810097

(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan kegiatan Kerja Praktek (KP) serta menyusun Laporan Kerja Praktek di PT. Telkom Indonesia Divisi Risti, Bandung dengan baik. Shalawat dan salam bagi Rasulullah SAW yang merupakan sosok tauladan umat manusia di dunia.

Laporan Kerja Praktek ini disusun berdasarkan pelaksanaan Kerja Praktek yang penulis lakukan di bagian Fiber Optik PT. Telkom Indonesia Divisi Risti, Bandung pada tanggal 3 Maret 2014 s.d. 28 Maret 2014. Dalam Kerja Praktek ini penulis menyusun Laporan dengan judul “Teknologi dan Implementasi FTTx GPON PT. Telkom Indonesia” yang dilaksanakan di PT. Telkom Indonesia Divisi Risti, Bandung. Dengan adanya Kerja Praktek ini, penulis diharapkan dapat mengaktualisasikan ilmu yang diperoleh di bangku perkuliahan ke dalam dunia kerja nyata khususnya maupun kehidupan masyarakat pada umumnya.

Laporan Kerja Praktek ini merupakan sebuah laporan penelitian mengenai pengimplementasian teknologi FTTx GPON yang digunakan oleh PT. Telkom Indonesia. Laporan ini disusun berdasarkan analisis penulis yang dibandingkan dengan data dan rujukan yang ada.

PT. Telkom Indonesia sebagai perusahaan swasta yang menyelenggarakan jasa-jasa Pos dan Telekomunikasi terbaik di Indonesia menjadi pilihan penulis untuk melaksanakan Kerja Praktek. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada PT. Telkom Indonesia yang telah bersedia menerima dan memberi fasilitas kepada penulis untuk menambah pengalaman, pengetahuan, wawasan dan pelajaran yang berharga.

Dalam pengerjaan kerja praktek ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Baik dari segi materil, tenaga, pikiran, maupun motivasi. Sehingga dengan bantuan tersebut dapat mempermudah penulis dalam penyelesaian Kerja Praktek ini. Maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

(6)

1. Allah SWT

2. Nabi Muhammad SAW

3. Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan berupa materiil maupun non materiil selama penulis melaksanakan Kerja Praktek. 4. Dosen Politeknik Caltex Riau dan Ibu Siska Novita Posma selaku

Koordinator Kerja Praktek Prodi Teknik Elektronika Telekomunikasi Politeknik Caltex Riau.

5. Bapak Dadang Syarif SS., S.Si., M.Sc selaku Direktur Politeknik Caltex Riau.

6. Ibu Yohanna Dewi Lulu, MT selaku Asisten Direktur I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Politeknik Caltex Riau

7. Ibu Siska Novita Posma, S.T., M.T. selaku Kepala Program Studi Teknik Elektronika Telekomunikasi.

8. Ibu Wahyuni Khabzli S.S.T selaku Pembimbing Kerja Praktek penulis. 9. Ibu Retno Wulansari selaku pembimbing Kerja Praktek yang membimbing

dan mengajarkan penulis tentang segala sesuatunya yang terkait dengan materi yang dibutuhkan selama kelangsungan Kerja Praktek.

10. Teman-teman yang berada di Bandung yaitu Rizki Andriana, Kukuh Setiawan, Imam Al Mahdi, Firi Hamdani, Fikri Abror, dan Mudzakir salam yang selalu mensupport penulis.

11. Keluarga penulis yang berada di Bandung yang senantiasa memberi dukungan moral, motivasi, dan doanya kepada penulis.

12. Teristimewa kepada teman seperjuangan yang sama-sama melakukan Kerja Praktek dengan penulis yaitu Gemilang Putra Pratama yang sama-sama merasakan suka dan duka selama Kerja Praktek.

13. Buat semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih banyak atas bantuannya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Kerja Praktek ini masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan yang disebabkan keterbatasan

(7)

kemampuan penulis terhadap materi yang dibahas dan dianalisa. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi perbaikan laporan penulis di masa akan datang. Semoga laporan Kerja Praktek ini bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Bandung, 28 Maret 2014 Penulis

Ahmad Nadzarudin N H

(8)

KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI ... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Tujuan Kerja Praktek... 2

1.3 Batasan Masalah... 3

1.4 Manfaat Kerja Praktek... 3

1.5 Metodelogi Kerja Praktek

3

1.6 Tempat dan Pelaksanaan Kerja Praktek... 4

1.7 Sistematika Penulisan... 4

BAB II PROFIL PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA

2.1 Profil PT.Telekomunikasi Indonesia

6

2.2 Visi ,Misi, dan Budaya Korporasi Telkom... 10

(9)

2.3 Struktur Organisasi Perusahaan... 11

2.4 Produk dan Layanan... 13

BAB III FIBER OPTIK DAN GPON

3.1 Fiber Optik14

3.1.1 Pengertian Fiber Optik... 14

3.1.2 Struktur Fiber Optik... 15

3.2 GPON (Gigabit Passive Optical Network) ... 16

3.3 Fiber To The X (FTTX)... 17

3.3.1 Arsitektur jaringan serat Optik... 17 3.3.2 Access Network... 19 3.3.3 FTTX Services... 20 3.3.4 Gangguan Pada FTTx... 21 3.3.5 Penyebaran FTTH di Indonesia... 22 BAB IV FTTX GPON

4.1 Perangkat Aktif (GPON OLT) Type B+... 23

4.2 Segmen FTTH/B... 24

(10)

4.2.2 Segmen B... 31 4.2.3 Segmen C... 34 4.2.4 Segmen D... 35 4.3 CPE Customer... 38

4.3.1 ONU & ONT... 38 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan... 40 5.2 Saran ... 41 DAFTAR PUSTAKA... 42

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 PT Telekomunikasi

Indonesia………...6 Gambar 3.1 Serat

Optik………...……..14 Gambar 3.2 Bagian Fiber Optik………..

………...15

Gambar 3.3 Struktur jaringan GPON.

……….…..17 Gambar 3.4 Jaringan FTTX………...………. ………...18

Gambar 3.5 Active Optical Network dan Passive Optical Network ………..……….19 Gambar 4.1 OLT ………... ………23 Gambar 4.2 Jaringan FTTH/B ………..24 Gambar 4.3 ODF……….. ……….25

Gambar 4.4 Fiber Termination Box

………..26

Gambar 4.5 Splitter ………... ………...26

Gambar 4.6 Micro Duct

(12)

Gambar 4.8 Ribbon Slotted SSW ……….. ………...32

Gambar 4.9 ODP ……….

……….33

Gambar 4.10 Optical Indoor Outlet ( Roset ) ……….... ………...36

Gambar 4.11 Pigtail

………36

Gambar 4.12 Patch-cord ………... ……….37

Gambar 4.13 Konektor UPC/APC

………..……38

Gambar 4.14 ONU/ONT ………...……..………. ………39

Gambar 4.15 Triple Play Services………... ……….39

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Struktur Organisasi Telkom ………... ……...12

(13)
(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan semakin pesat perkembangan teknologi terutama pada bidang telekomunikasi, saat ini banyak perusahaan di bidang telekomunikasi yang mulai menggunakan teknologi serat optik guna memberikan layanan yang terbaik, mudah dan cepat untuk masyarakat. Dengan teknologi serat optik maka bentuk layanan kepada masyarakat semakin bervariasi mulai dari komunikasi suara, data, bahkan sampai konferensi video secara real time tanpa buffer.

Dengan perkembangan teknologi dalam bidang telekomunikasi memungkinkan penyediaan sarana telekomunikasi dalam biaya yang relatif lebih rendah, mutu pelayanan yang tinggi, cepat, aman, serta ditunjang oleh kapasitas yang besar dalam pengiriman informasi. Dalam prosedur transmisi sinyal informasi terdapat dua aspek mendasar yang harus dipenuhi, yaitu ketepatan waktu penerimaan (time transperacy) dan penerimaan informasi dengan benar (information transparency), dan dengan menggunakan Sistem Komunikasi Serat Optik (SKSO) syarat mendasar dari transmisi dapat terpenuhi. Karakteristik dari media transmisi serat optik tersebut adalah mempunyai lebar bidang frekuensi (bandwith) yang besar, redaman rendah, ukuran lebih kecil dan lebih ringan, biaya murah, tahan terhadap noise dan minim terhadap percakapan silang (cross talk).

Dewasa ini, perkembangan suatu jaringan lokal sudah sampai ke terminal pelanggan dengan media fiber. Sistem transmisi serat optik yang digunakan pada jaringan lokal tersebut dinamakan Jaringan lokal Akses Fiber (Jarlokaf). Jarlokaf merupakan sebuah solusi strategis bagi jaringan akses pelanggan. Dan teknologi FTTx merupakan salah satu contoh instalasi Jarlokaf dengan beberapa keunggulan diantaranya adalah stabilitas bandwidth untuk menjangkau daerah yang jauh serta tersedianya bandwith kumulatif sampai dengan 1 Gbps, Kondisi ini menjamin konvergensi layanan bisa dikirimkan ke pelanggan dengan kualitas yang baik.

(15)

Oleh sebab itu, sebagai mahasiswa teknik mempunyai tanggung jawab yang besar untuk menjadi bagian dalam perkembangan teknologi tersebut dengan menguasai teori maupun praktek yang sesuai dengan bidang yang kami tekuni. Sebagai salah satu wujud dan tanggung jawab tersebut, disamping belajar di bangku perkuliahan penulis juga melaksanakan kerja praktek yang di laksanakan di PT. TELKOM INDONESIA.

Kerja praktek ini merupakan salah satu syarat yang harus di tempuh sebelum mengerjakan Tugas Akhir (TA). Tak terkecuali pula di Politeknik Caltex Riau jurusan Teknik Elektronika Telekomunikasi.

1.2 Tujuan Kerja Praktek

Tujuan kerja praktek yang dilaksanakan di PT Telkom Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh di bangku perkuliahan dengan praktek langsung di lapangan secara nyata.

2. Mahasiswa dapat menyerap setiap ilmu praktis yang belum diterima selama di bangku perkuliahan.

3. Mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan dalam bidang ketrampilan dan keahlian terutama di bidang telekomunikasi.

4. Agar mahasiswa dapat menyesuaikan (menyiapkan) diri dalam menghadapi lingkungan kerja setelah mereka menyelesaikan studi. 5. Mahasiswa dapat menggunakan hasil atau data-data kerja praktek

untuk dikembangkan menjadi tugas akhir.

6. Memenuhi agenda wajib Polteknik Caltex Riau bagi mahasiswa jurusan Elektronika Telekomunikasi.

1.3 Batasan Masalah

Adapun hal yang akan dibahas dalam kerja praktek kali ini adalah tentang TEKNOLOGI DAN IMPLEMENTASI FTTX GPON PT TELKOM INDONESIA.

(16)

1.4 Manfaat Kerja Praktek

Adapun manfaat yang diperoleh dari kerja praktek ini adalah sebagai berikut :

1. Membantu kampus Politeknik Caltex Riau dalam memberikan soft skill

(kemampuan dasar berinteraksi dalam dunia kerja) yang baik bagi mahasiswa

2. Terjalin kerjasama antara Politeknik Caltex Riau dengan instansi tempat Kerja Praktek yaitu PT Telkom Indonesia

3. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan diluar lingkungan kampus khususnya tentang telekomunikasi

4. Menambah pengalaman sebelum terjun langsung ke masyarakat ataupun dunia kerja bagi mahasiswa Kerja Praktek (KP)

5. Membantu mahasiswa dalam menentukan judul Tugas Akhir.

1.5 Metodologi Kerja Praktek

1. Observasi

Metode pengumpulan data dengan mengamati langsung terhadap kegiatan yang berlangsung pada perusahaan.

2. Interview

Merupakan metode pengumpulan data dengan cara mengadakan konsultasi kepada pembimbing Kerja Praktek lapangan, dan pihak – pihak yang lebih memahami bidang yang dipelajari.

3. Studi Literatur

Melakukan pencarian informasi melalui buku-buku bacaan, produk manual dan website lainnya, serta modul yang diberikan oleh pembimbing lapangan dan staff Telkom Indonesia.

1.6 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek

Kerja Praktek dilaksanakan di PT. Telkom Indonesia gedung OASIS Jl. Geger Kalong Hilir, Bandung. Terhitung sejak tanggal 3 maret sampai dengan 28 maret 2014.

(17)

1.7 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Menjelaskan mengenai latar belakang, ruang lingkup kajian, tujuan penulisan, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan laporan kerja praktek.

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

Berisi tentang profil dan sejarah singkat PT. Telkom Indonesia,visi dan misi perusahaan serta wilayah dan cakupan bisnis.

BAB III DASAR TEORI

Berisi informasi dasar mengenai fiber optik, GPON (Gigabit Passive Optical Network), dan FTTX.

BAB IV PEMBAHASAN

Membahas tentang implementasi dan teknologi FTTX pada GPON.

BAB V PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan dan saran bagi PT. Telkom Indonesia tentang ”Teknologi dan Implementasi FTTX pada GPON” berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis selama dalam masa kerja praktek di PT. Telkom Indonesia.

(18)

BAB II

PROFIL PT.TELEKOMUNIKASI INDONESIA

2.1 Profil PT.Telkom Indonesia

PT. Telekomunikasi Indonesia(TELKOM) merupakan salah satu badan usaha milik Negara(BUMN) yang sebelumnya bernama Pos Ten Telegraafients. Sebuah perusahaan swasta yang menyelenggarakan jasa-jasa Pos dan Telekomunikasi, didirikan dengan staatsblad No.52/1884.kemudian diambil alih oleh pemerintah Hindia Belanda dengan staatsblad No.395/1906. Sejak itu

(19)

berdirilah Post Telefoondients atau disebut PTT Dinets. Tahun 1927 diterapkan sebagai perusahaan Negara pemerintah Hindia Belanda.

Jawatan PTT berlangsung sampai dikeluarkannya peraturan pemerintah pengganti undang-undang (Perpu) No.10/1960 yang menetapkan jawatan PTT untuk tetap menjadi perusahaan negara.

Gambar 2.1 PT Telekomunikasi Indonesia

Kemudiann berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia No.240 tahun 1961, perusahaan jawatan PTT berubah menjadi perusahaan negara(PN) Pos dan Telekomunikasi. Dalam perkembangan selanjutnya pemerintah memandang perlu untuk membagi PN Pos dan Telekomunikasi menjadi 2(dua) perusahaan negara yang berdiri sendiri-sendiri. Berdasarkan peraturan pemerintah No.29/1965 dibentuk PN Pos dan Giro dan berdasrkan peraturan pemerintah No.30/1965didirikan PN Telekomunikasi.

Kemajuan teknologi dan jasa Telekomunikasi mendorong pemerintah untuk mengubah bentuk perasaan PN telekomunikasi menjadi Perusahaan Umum(Perum).maka berdasarkan peraturan Pemerintah No.36/1967 resmi berdiri Perusahaan Umum Telekomunikasi yang populer dengan sebutan PERUMTEL.

Dinyatakan sebagai penyelenggara Telekomunikasi untuk umum, baik hubungan Telekomunikasi dalam maupn luar negeri. Pada saat itu hubungan Telekomunikasi luar negeri juga diselenggarakan oleh PT. Indonesia Satelit Corporation(INDOSAT) yang saat itu berstatus sebagai perusahaan asing bagian dari America Cabel dan Radio Corporation(sebuah perusahaan di Negara bagian

(20)

Memasuki Repelita V pemerintah merasakan perlunya percepatan pembangunan Telekomunikasi. Untuk itu berdasarkan peraturan Pemerintah No.25/1991 maka bentuk Perusahaan Umum dialihkan menjadi perusahaan persero (Persero), sebagaimana dimaksud dengan undang No.9/1969 . Sehingga secara makro penyelenggaraan jasa Telekomunikasi yang semua di monopoli oleh pemerintah, secara berangsur-angsur menjadi duopoli TELKOM menjadi sebuah perusahaan perseroan.

Perusahaan besar-besaran yang terjadi pada tahun 1995 yaitu: a. Restrukturisasi internal

b. Kerja sama Operasi

c. Internal public offering(IPO)

Restrukturisasi internal dimaksud untuk menjadikan pengolahan perusahaan menjadi efisien dan efektif, karena terjadi pemisahan antara bidang usaha utama,bidang usaha terkait dan bidang usaha penunjang.Bidang usaha utama, TELKOM adalah penyelenggara jasa telepon lokal dan jarak jauh dalam negeri. Bidang usaha terkait adalah penyelenggaraan jasa yang masih terkait dengan jasa Telekomunikasi seperti jasa telepon seluler(STBS), sirkit langganan, teleks, penyewaan transponder satelit, Veri Small Averture terminal(VSAT),internet dan jasa nilai tambahan lainnya.bidang yang berkait ini ada diselenggarakan dengan membentuk perusahaan patungan .

Pada era ini dibentuk divisi-divisi:

Adapun ruang lingkup dari masing-masing divisi di TELKOM dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Divisi Regional

Merupakan pengganti struktur Wilayah Usaha Telekomunikasi (WITEL) yang memiliki daerah teritorial tertentu, namun hanya menyelenggarakan jasa telepon local dan mendapat bagian dari jasa telepon Sambungan Langsung Jarak Jauh (SLJJ), Sambungan Langsung Internasional (SLI) melalui perhitungan interkoneksi.

(21)

2. Divisi Long Distance (DLD)

Merupakan divisi yang menyelenggarakan jasa telekomunikasi jarak jauh dalam negeri melalui pengoperasian jaringan transmisi jalur utama nasional. Pelanggan divisi network utamanya adalah untuk kepentingan internal TELKOM, namun bila memungkinkan dapat melayani eksternal TELKOM.

3. Divisi Multimedia

Merupakan divisi TELKOM yang mengelola jasa Multimedia dan Network Provider untuk melayani masyarakat, langganan dan internal TELKOM, Internet Provider, Corporate Customer. Divisi ini bertanggung jawab untuk menyiapkan bisnis masa depan yang ditandai dengan adanya konvergensi telepon, televisi kabel (video communication), dan internet (computer communication).

4. Telkom IS Center

Merupakan unit bisnis yang menyediakan system informasi, baik untuk kepentingan TELKOM maupun pihak lain. Produk-produk layanan yang dihasilkan : Software, Management Information System, Customer Information System (SISKA), Billing, Corporate Database, Interkoneksi Billing dan Proses Telepon Selular.

5. Telkom R & D

Merupakan unit bisnis yang melaksanakan Riset dan Pengembangan Teknologi Telekomunikasi dan Informasi untuk kepentingan internal TELKOM, baik riset pengembangan produk baru, standarisasi perangkat, grand scenario technology, dan uji kaji laboratorium.

6. Asset Management Unit (AMU)

Merupakan unit bisnis yang mengelola properties (tanah, gedung dan sarana lain) milik TELKOM yang tidak berkaitan dengan alat produksi.

(22)

Pengelolaan properties ini utamanya untuk kepentingan TELKOM, namun bila memungkinkan dapat melayani pihak lainnya.

7. Telkom Maintenance Service Center (MSC)

Merupakan unit bisnis yang berfungsi sebagai Repair Centre (Pusat Perbengkelan) bagi kepentingan TELKOM, meliputi : Pengetesan dan Modul Repair, menyediakan suku cadang perangkat dan konsultasi teknis.

8. Telkom Corporate University (CORPU)

Merupakan unit bisnis yang menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi pegawai TELKOM untuk menunjang terwujudnya Sumber Daya Manusia yang berkualitas, profesional dan berintegritas.

9. Divisi Acces (Anak Perusahaan PT.Telkom)

Merupakan unit bisnis yang melaksanakan pembangunan, konstruksi jaringan, konsultasi pembangunan, desain proyek, dan pengadaan untuk kepentingan TELKOM. Divisi Pembangunan ini tidak menangani pembangunan yang menjadi tanggung ke PT.Telkom.[1]

2.2 Visi, Misi, dan Budaya Korporasi Telkom

1. Visi

Menjadi perusahaan yang unggul dalam penyelenggaraan Telecommunication, Information, Media, Edutainment dan Service (TIMES) di kawasan regional.

(23)

 Menyediakan layanan TIMES yang berkualitas tinggi dengan harga yang kompetitif.

 Menjadi model pengelolaan korporasi terbaik di Indonesia. 3. Inisiatif Strategi

1. Mengoptimalkan layanan POTS dan memperkuat infrastruktur broadband.

2. Mengkonsolidasikan dan mengembangkan bisnis sambungan telepon nirkabel tidak bergerak/Fixed Wireless Access (“FWA”) serta

mengelola portofolio nirkabel.

3. Mengintegrasikan Solusi Ekosistem Telkom Group.

4. Berinvestasi di layanan Teknologi Informasi (TI).

5. Berinvestasi di bisnis media dan edutainment.

6. Berinvestasi pada peluang bisnis wholesale dan internasional yang strategis.

7. Berinvestasi pada peluang domestik yang strategis dengan mengoptimalkan penggunaan aset yang dimiliki.

8. Mengintegrasikan Next Generation Network (“NGN”) dan Operational support system, Business support system, Customer support system and Enterprise relations management (“OBCE”). 9. Menyelaraskan struktur bisnis dengan pengelolaan portofolio.

(24)

Sebagai bagian dari implementasi transformasi bisnis Perusahaan menjadi penyelenggara layanan TIME, Telkom telah melakukan penataan organisasi untuk memastikan sustainable competitive growth.

Pada “tahun 2011”, Telkom telah melakukan penyesuaian tugas dan fungsi pada beberapa unit strategis yaitu:

a. Mengubah nama Direktorat IT, Solution & Supply menjadi Direktorat IT, Solution & Strategic Portfolio menyusul penambahan fungsi Strategic Investment & Corporate Planning yang merupakan implikasi dari diintegrasikannya unit Strategic Investment & Corporate Planning ke dalam direktorat tersebut untuk mengkondisikan penyelarasan proses corporate planning & strategic investment. Kemudian agar lebih fokus pada pengelolaan IT, Service serta Strategic Planning & Strategic Portfolio, terdapat pengalihan beberapa fungsi dari direktorat ini kepada direktorat lain, yaitu pengalihan fungsi supply management yang terdiri dari supply planning & control serta supply center kepada Direktorat Compliance & Risk Management. Pengalihan fungsi ini membantu Direktorat IT, Solution & Strategic Portfolio untuk fokus pada pelaksanaan fungsinya.

b. Penambahan fungsi supply management pada Direktorat Compliance & Risk Management dilakukan dengan tujuan untuk menyelaraskan proses supply management dengan proses compliance dan perimbangan beban kerja direktorat.

c. Perubahan struktur organisasi Internal Audit yang diselaraskan dengan kebutuhan proses audit secara komprehensif (end to end).

d. Penggabungan Departemen Corporate Communication dan Departemen Corporate Affair untuk memastikan proses kerja yang lebih efektif dan efisien.

Berikut ini adalah struktur organisasi Telkom yang berlaku selama tahun 2011:

(25)

Nama Direktorat

Fungsi dan Wewenang

Direktorat Keuangan

Fokus pada pengelolaan keuangan Perusahaan serta mengendalikan operasi keuangan secara terpusat melalui unit Finance, Billing & Collection Center.

Direktorat Human Capital & General Affair

Fokus pada manajemen SDM Perusahaan serta penyelenggaraan operasional SDM secara terpusat melalui unit Human Resources Center, serta pengendalian operasi unit: Learning Center, HR

Assessment Center, Management Consulting Center dan Community Development Center.

Direktorat Network & Solution

Fokus pada pengelolaan Infrastructure Planning & Development, Network Operation Policy, dan

pengendalian operasional infrastruktur melalui Divisi Infrastruktur Telekomunikasi, Divisi Access, dan Maintenance Service Center.

Direktorat Konsumer

Fokus dalam pengelolaan bisnis segmen konsumer serta pengendalian operasi Divisi Consumer Services Barat dan Divisi Consumer Services Timur serta Divisi Telkom Flexi.

Direktorat Enterprise & Wholesale

Fokus pada pengelolaan bisnis segmen Enterprise & Wholesale serta pengelolaan Divisi Enterprise Service, Divisi Business Service dan Divisi Carrier &

Interconnection Service.

Direktorat Compliance & Risk Management

Fokus pada pengelolaan fungsi Risk Management, Legal dan Compliance, Business Effectiveness, Security & Safety, dan Supply Planning & Control, serta pengendalian operasi unit Supply Center.

Direktorat IT, Solution &

Strategic Portfolio (IT, SSP)

Fokus pada pengelolaan IT Strategy & Policy, Service Strategy & Tariff, dan pengelolaan fungsi Strategic Investment & Corporate Planning, serta pengendalian operasi unit-unit: Divisi Multimedia, Information System Center serta R&D Center.

(26)

a. Telepon ( Fixed Line )

Merupakan layanan komunikasi jarak jauh antar pelanggan yang masih dalam satu wilayah negara. Pada umumnya, pelanggan-pelanggan tersebut berada dalam wilayah kode area yang berbeda.

b. Telepon Flexi HP dan Flexi Rumah ( Fixed Wireless )

1. Flexi Classy

Flexi Classy adalah layanan Flexi dengan sistem pascabayar. 2. Flexi Trendy

Flexi Trendy adalah layanan Flexi dengan sistem prabayar berbasis kartu/simcard yang dapat diisi ulang.

3. Flexi Home

Flexi Home adalah layanan flexi untuk perumahan atau kantor dilayani menggunakan terminal fixed berbasis nomor esn, tarif aktivasi, abonemen dan biaya pemakaian/usage sama dengan tarif telepon rumah/pstn.Selain untuk berbicara bisa juga digunakan untuk akses data dan internet (suara & gambar) yang disebut Telkomsel@flexi, dial #777 dan disambungkan ke computer ataupun laptop dengan memakai kabel data.

c. Produk TELKOMSEL

 Kartu Simpati(Prabayar),No awalan 0812 dan 0813

 Kartu As(Prabayar),No awalan 0852, 0853, 0823

 Kartu Halo(Pascabayar), No awalan 0811,0812,dan 0813

(27)

FIBER OPTIK DAN GPON

3.1 Fiber Optik

3.1.1 Pengertian Fiber Optik

Serat optik merupakan sejenis kabel yang terbuat dari kaca atau plastik yang sangat halus dan lebih kecil dari sehelai rambut, dan digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Sumber cahaya yang digunakan biasanya adalah laser atau LED. Kabel ini berdiameter kurang lebih 120 mikrometer. Cahaya yang ada di dalam serat optik tidak keluar karena indeks bias dari kaca lebih besar daripada indeks bias dari udara, karena laser mempunyai spektrum yang sangat sempit. Kecepatan transmisi serat optik sangat tinggi sehingga sangat bagus digunakan sebagai saluran komunikasi.

Perkembangan teknologi serat optik saat ini, telah dapat menghasilkan pelemahan (attenuation) kurang dari 20 decibels (dB)/km. Dengan lebar jalur (bandwidth) yang besar sehingga kemampuan dalam mentransmisikan data menjadi lebih banyak dan cepat dibandingan dengan penggunaan kabel konvensional. Dengan demikian serat optik sangat cocok digunakan terutama dalam aplikasi sistem telekomunikasi. Pada prinsipnya serat optik memantulkan dan membiaskan sejumlah cahaya yang merambat didalamnya.

Gambar 3.1 Serat Optik 3.1.2 Struktur Fiber Optik

(28)

1. Bagian yang paling utama dinamakan bagian inti (core), dimana gelombang cahaya yang dikirimkan akan merambat dan mempunyai indeks bias lebih besar dari lapisan kedua. Terbuat dari kaca (glass) yang berdiameter antara 2 ~125 mm, dalam hal ini tergantung dari jenis serat optiknya.

2. Bagian yang kedua dinamakan lapisan selimut (Cladding), bagian ini mengelilingi bagian inti dan mempunyai indeks bias lebih kecil dibandingkan dengan bagian inti. Terbuat dari kaca yang berdiameter antara 5 ~ 250 mm, juga tergantung dari jenis serat optiknya.

Walaupun cahaya merambat sepanjang inti serat tanpa lapisan material kulit, namun kulit memiliki beberapa fungsi :

a. Mengurangi cahaya yang loss dari inti ke udara sekitar. b. Mengurangi loss hamburan pada permukaan inti.

c. Melindungi serat dari kontaminasi penyerapan permukaan. d. Menambah kekuatan mekanis.

3. Bagian yang ketiga dinamakan lapisan jaket (Coating), bagian ini merupakan pelindung lapisan inti dan selimut yang terbuat dari bahan plastik yang elastis.ada tiga jenis coating yang digunakan,yaitu:primer,sekunder,dan pembungkus pelindung.

Gambar 3.2 Bagian Fiber Optik

3.2 GPON (Gigabit Passive Optical Network)

GPON adalah suatu teknologi akses yang dikategorikan sebagai Broadband Access berbasis kabel serat optik evolusi dari BPON. GPON

(29)

merupakan salah satu teknologi yang dikembangkan oleh ITU-T via G.984 dan hingga kini bersaing dengan GEPON (Gigabit Ethernet PON), yaitu PON versi IEEE yang berbasiskan teknologi ethernet. GPON mempunyai dominansi market yang lebih tinggi dan roll out lebih cepat dibanding penetrasi GEPON. Standar G.984 mendukung bit rate yang lebih tinggi, perbaikan keamanan, dan pilihan protokol layer 2 (ATM, GEM, atau Ethernet). Baik GPON ataupun GEPON, menggunakan serat optik sebagai medium transmisi. Satu perangkat akan diletakkan pada sentral, kemudian akan mendistribusikan traffic Triple Play (Suara/VoIP, Multi Media/Digital Pay TV dan Data/Internet) hanya melalui media 1 core kabel optik disisi subscriber atau pelanggan. Yang menjadi ciri khas dari teknologi ini dibanding teknologi optik lainnya semacam SDH adalah teknik distribusi traffic nya dilakukan secara pasif. Dari sentral hingga ke arah subscriber akan didistribusikan menggunakan pasif splitter (1:2, 1:4, 1:8, 1:16, 1:32, 1:64). GPON menggunakan TDMA sebagai teknik multiple access upstream dengan data rate sebesar 1.2 Gbps dan menggunakan broadcast kearah downstream dengan data rate sebesar 2.5 Gbps. Model paketisasi data menggunakan GEM (GPON Encapsulation Methode) atau ATM cell untuk membawa layanan TDM dan packet based. GPON jadi memiliki efisiensi bandwidth yang lebih baik dari BPON (70 %), yaitu 93 %.

Prinsip kerja dari GPON itu sendiri ketika data atau sinyal dikirimkan dari OLT, maka ada bagian yang bernama splitter yang berfungsi untuk memungkinkan fiber optik tunggal dapat mengirim ke berbagai ONU, untuk ONU sendiri akan memberikan data-data dan sinyal yang diinginkan user. Pada prinsinya, PON adalah sistem point to multipoint, dari fiber ke arsitektur premise network dimana unpowered optical splitter (spitter fiber) fiber optik tunggal.

Arsitektur sistem GPON berdasarkan pada TDM (Time Division Multiplexing) sehingga mendukung layanan T1, E1 dan DS3. Tidak seperti sistem multiplekser lainnya, GPON mempunyai layer PMD (Physical Media Dependent) yang dilengkapi dengan FEC (Forward Error Corection). ONU mempunyai

(30)

mentransmisikan pada kisaran daya output yang normal. Pada mode 2 dan 3 ONT akan mentransmisikan 3-6 dB lebih rendah daripada mode 1 yang mengizinkan OLT untuk memerintahkan ONT menurunkan daya apabila OLT mendeteksi sinyal dari ONT terlalu kuat atau sebaliknya, OLT akan member perintah ONT untuk menaikkan daya jika terdeteksi sinyal dari ONT terlalu rendah.

Gambar 3.3 Struktur Jaringan GPON 3.3 Fiber To The X (FTTX)

3.3.1 Arsitektur Jaringan Serat Optik

Sistem JARLOKAF setidaknya memiliki 2 buah perangkat opto elektronik, yaitu satu perangkat opto elektronik di sisi sentral dan satu perangkat opto elektronik di sisi pelanggan. Lokasi perangkat opto elektronik di sisi pelanggan selanjutnya disebut Titik Konversi Optik (TKO). Secara praktis TKO berarti batas terakhir kabel optik ke arah pelanggan yang berfungsi sebagai lokasi konversi sinyal optik ke sinyal elektronik.

 Fiber To The Building (FTTB)

TKO terletak di dalam gedung dan biasanya terletak pada ruang telekomunikasi basement. Terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga indoor.

(31)

TKO terletak di suatu tempat di luar bangunan, baik di dalam kabinet maupun manhole. Terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga hingga beberapa kilometer.

 Fiber To The Curb (FTTC)

TKO terletak di suatu tempat di luar bangunan, baik di dalam kabinet, di atas tiang maupun manhole. Terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga hingga beberapa ratus meter.

 Fiber To The Home (FTTH)

TKO terletak di rumah pelanggan. Dari gambar dibawah ini keberadaan kabel tembaga dapat dihilangkan sama sekali, sehingga keterbatasan kemampuan dalam menyediakan bandwidth yang lebar dan interferensi tidak akan terjadi.

Gambar 3.4 Jaringan FTTX

Koneksi internet yang selalu terhubung “Always On” dipasangkan dengan penyebaran aplikasi seperti IPTV, VOIP, dan lain-lain, membawa kepada peningkatan bandwidth transmisi access network dengan percepatan perpindahan dari kabel metal yang conventional ke FTTH. Menurut data ITU-T pada juni 2008 terjadi peningkatan jumlah pelanggan FTTH/B di seluruh dunia. Ini menandai peningkatan kebutuhan broadband access dari tahun ke tahun. Pekerjaannya saat ini, adalah meningkatkan skala nasional untuk menggunakan serat optik melalui yang disebut “last mile” ke pelanggan rumahan.

(32)

3.3.2 Access Network

Access Network adalah bagian dari suatu jaringan telekomunikasi yang menghubungkan pelanggan penyedia layanan langsung mereka. Hal ini kontras dengan jaringan inti, (Misalnya Jaringan Switching Subsystem dalam GSM) yang menghubungkan penyedia lokal satu sama lain. Jaringan akses dibagi lagi antara feeder plant atau distribution network dan drop plant atau edge network. Pada Jaringan optik yang akan dibahas adalah distribution network yang terbagi menjadi 2, yaitu AON dan PON.

 Active Optical Network (AON) system merupakan rangkaian titik ke banyak titik (Point to Multi Point, P2MP), penggunaan teknologi ini terbatas karena biayanya sangat tinggi. Peralatan-peralatan aktif yang digunakan dalam jaringan AON termasuk optical switch, memerlukan tenaga listrik.

 Passive Optical Network (PON) system adalah metode yang paling efisien untuk menyediakan Broadband transmission melalui akses network. Dalam metode ini, sebuah Optical Line Terminal (OLT) pada Central Office (CO) dan sebuah Optical Network Unit (ONU) dalam rumah pelanggan menyediakan cost effective FTTH dengan membolehkan penggunaan Optical coupler untuk membagi 1 fiber menjadi N koneksi.

(33)

Konstruksi trunk cable yaitu koneksi serat dari central office (CO) sampai ke tiang atau optical splitter, telah mengcover dari jaringan saat ini. Sisanya untuk menggelar serat optik dari splitter (coupler) terakhir ke pelanggan rumahan ketika service diminta, membuat koneksi langsung FTTH antara Central Office dan pelanggan rumahan menggunakan optical fiber. Serat optik digelar dari tiang atau optical spliter ke pelanggan rumahan disebut drop cable atau drop optical fiber dan panjangnya dapat mencapai 1.6 km. Di perumahan metropolitan, drop cable biasanya kurang dari 500 m panjangnya. Instalasi dari drop cable pertama membutuhkan konfirmasi dari optical level pada pelanggan rumahan diikuti oleh pengukuran throughput pada ONU.

3.3.3 FTTX Services

FTTx solution membantu operator menyediakan bandwidth yang lebih lebar dan service yang lebih kepada pelanggan. Tripe play adalah service yang bisa dilayani yang diintergrasikan dari beberapa jaringan yang berbeda, yang memungkinkan pelanggan mendapatkan layanan IPTV, akses internet, dan voice service. Berikut adalah service yang dapat didukung oleh teknologi FTTx :

 High speed internet service berdasarkan LAN sampai 100M.

 High speed internet service berdasarkan ADSL/VDSL sampai 100M

 Voice service berdasarkan PSTN dan softswitch

 TDM service

 IPTV service

 CATV service

 Mobile Backhaul service

3.3.4 Gangguan Pada FTTx

Fiber Optic digelar di bawah tanah (under ground) sampai ke tiang telepon, dipisahkan oleh coupler dan akhirnya diterminasikan pada masing-masing ONU dalam pelanggan rumahan. Secara relative lebih banyak gangguan (fiber putus dan loss yang besar) terjadi pada bagian antara coupler dan ONU (drop cable) dari pada trunk fiber. Ada 3 penyebab utama dari gangguan ini

(34)

1. Natural Disaster

Fiber dibentangkan pada tiang, persoalannya adalah stress yang berulang dari angin topan, hujan yang deras dan lain-lain, sama seperti perubahan karena umur, yang menyebabkan rusak dan loss.

2. Animal Damage

Diserang oleh binatang, seperti bajing/tupai, tikus, burung gagak dan lain-lain, menyebabkan kerusakan dan fiber putus. Di sebelah barat Jepang, telah banyak laporan kerusakan disebabkan oleh jangkrik bertelur di kabel.

3. Terlalu banyak fiber menekuk/bending di perumahan pelanggan

Terkadang, orang-orang menata ulang furniture mereka dan memindahkan ONU dapat membekokkan fiber terlalu banyak, menyebabkan patah dan loss yang tinggi. Yang paling penting dari isu ini seberapa cepat dan efektif service engineer menangani gangguan drop cable yang disebabkan oleh beberapa type gangguan.

3.3.5 Penyebaran FTTH di Indonesia

Penyebaran teknologi serat optik di Indonesia tergolong lambat dibandingkan dengan negara-negara lain. Contohnya di Jepang yang sudah mengaplikasikan FTTH pada jaringan mereka sejak beberapa tahun lalu dan Malaysia yang sudah mengaplikasikan FTTH pada jaringan mereka.

Hal ini mungkin dikarenakan biaya cukup tinggi yang harus dikeluarkan untuk mendeploy teknologi serat optik di Indonesia. Terlebih lagi penetrasi mobile network di Indonesia yang cukup tinggi. Seharusnya menjadi tantangan pemerintah dan industri telekomunikasi dalam negeri, misalnya dengan cara menumbuhkan industri dalam negeri untuk penggunaan perangkat dan infrastuktur lokal. Dengan cara tersebut diharapkan dapat meminimalisir biaya yang harus dikeluarkan bagi operator untuk mendeploy jaringan serat optik dalam negeri. Dengan keunggulan-keunggulan yang dimiliki serat optik seharusnya ini bisa jadi solusi untuk meningkatkan akses broadband di Indonesia, karena semakin hari permintaan akan koneksi broadband yang murah dan cepat terus meningkat.

(35)

BAB IV

FTTX GPON

4.1 Perangkat Aktif (GPON OLT) Type B+

Optical Line Terminal (OLT) adalah perangkat yang berfungsi sebagai titik akhir penyedia layanan jaringan optik, dan merupakan perangkat aktif ( Opto-Elektik ) yang berfungsi :

1. Mengubah sinyal Elektrik menjadi Sinyal Optik 2. Sebagai alat multiplex.

OLT biasa ditempatkan pada pusat penyedia layanan provider (CO) untuk menghantarkan isyarat layanan kepada setiap pengguna dalam jaringan rangkaian sistem, dan OLT juga merupakan titik aggregasi suara dari PSTN, data dari penghala dan video melalui berbagai bentuk sebagai medium penghantaran

(36)

Gambar 4.1 OLT

Gambar 4.2 Jaringan FTTH/B

Secara umum jaringan FTTH/B dapat dibagi menjadi 4 Segmen catuan kabel selain perangkap Aktif seperti OLT dan ONU/ONT, yaitu sebagai berikut:

1. Segmen A : Catuan kabel Feeder

2. Segmen B : Catuan kabel Distribusi

(37)

4. Segmen D : Catuan kabel Rumah/ Gedung

4.2 SEGMEN FTTH/B 4.2.1 SEGMEN A

1. FTM (ODF + FMS)

FTM (Fiber Termination management) adalah suatu perangkat yang digunakan untuk terminasi, interkoneksi dan cross connect fisik kabel optik baik dari outside plant (OSP), maupun dari perangkat aktif, serta merupakan tempat melakukan fungsi monitoring dan pengukuran serat optik. ( sesuai STEL L- 055-2011 ) versi 1 ODF FMS ( Optical Distribution Frame dan Fiber Management System ) Adalah bagian daripada FTM, yaitu perangkat yang berupa suatu frame tertutup dengan struktur mekanik berupa rack atau shelf atau struktur lain yang mempunyai fungsi utama sebagai tempat pegangan kabel (fiber) dan passive spliter (elemen pasif lainnya), dilengkapi fiber organizer serta mampu melindungi elemen-elemen di dalamnya yang digunakan untuk tempat terminasi kabel serat optik yang berasal dari OSP dan perangkat aktif.

Gambar 4.3 ODF a. Fiber Termination Box (FTB)

(38)

1. Desain konstruksi FTB atau dapat juga disebut Panel berbentuk modular dan atau tersusun dari beberapa sub panel yang berisi susunan konektor adaptor SC/UPC. Sub panel tersebut harus terpasang secara Swing atau Slidding pada modul FTB yang di-mounting pada struktur rak 19”. 2. FTB/Panel harus dirancang sedemikian rupa sehingga pemasangan, penggantian dan pemeliharaan fiber dapat dilakukan dengan mudah dan tidak mengganggu fiber (live fiber) yang lain.

3. Setiap Panel FTB atau Sub- Panel harus dilengkapi dengan pigtail dan cassette tempat penyimpanan slack pigtail dan protection sleeve.

4. Masing-masing Panel/Sub Panel harus dilengkapi dengan kabel/pathcord guide.dengan sempurna.

Gambar 4.4 Fiber Termination Box b. Splice Room

Splice room harus dilengkapi splice tray yang berfungsi untuk mengamankan dan melindungi sambungan fiber/protection sleeve. Splice room dapat ditempatkan di Cassette pada Panel atau sub modul/sub panel FTB.

c. Splitter

Dalam hal ODF FTM dilengkapi dengan splitter, maka persyaratan splitter harus sesuai dengan Spesifikasi Telekomunikasi Splitter ( STEL L- 050 -2008 Versi 1); dan splitter harus diterminasi di ruang khusus berupa panel 19” setara dengan FTB/Panel (FTB Splitter). Dalam hal ODF FTM tidak dilengkapi dengan splitter, maka harus terdapat Splitter room yang setara dengan FTB/Panel dan di- mounting pada rak 19”.

(39)

Gambar 4.5 Splitter

d. Pentanahan

ODF FTM harus memiliki terminal pentanahan yang berfungsi untuk terminasi pentanahan. Setiap bagian ODF FTM yang terbuat dari logam harus diterminasikan secara terintegrasi. Terminasi pentanahan harus sedemikian rupa sehingga kabel pentanahan dapat terpasang dengan sempurna.

2. Feeder FO

Feeder FO mempunyai fungsi untuk menyalurkan informasi yang berupa sinyal optik hasil konversi perangkat opto-elektik ( OLT ), biasanya menggunakan kabel serat optik Single Mode tipe G652D Loose tube dan jenis kabel yang digunakan sesuai dengan instalasinya, ditinjau dari jenis instalasinya maka jenis kabel feeder terdiri dari beberapa macam yaitu :

a. Kabel serat optik tanam langsung ( jarang diimplementasikan )

b. Kabel serat optik duct, jenis ini ada 2 macam yaitu :

 Dengan sistim duct konvensional ( instalasinya dengan cara penarikan ). dengan pelindung Duct dan pipa HDPE (merefer STEL K-015-2008 )

(40)

 Dengan sistem Micro Duct (MD) dimana cara instalasinya dengan dorongan tekanan udara ( Air Blown System ). Di indonesia belum digunakan sebagai Feeder FO baru untuk Ring Inner City

c. Kabel serat optik udara ( aerial ), Jenis ini juga ada 2 macam

 Dengan sistim konvensional ( instalasinya dengan cara penarikan ). Dengan penggantung (merefer STEL K-017-2009 Versi : 2.1 )

 Dengan sistem Micro duct (MD) dimana cara instalasinya dengan dorongan tekanan udara ( Air Blown System ). Di indonesia belum digunakan sebagai Feeder FO

Gambar 4.6 Micro Duct

Untuk penggunaan jangka panjang PT Telkom menggunakan duct sedangkan serat optik udara biasa digunakan untuk daerah-daerah yang sulit dijangkau. Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam instalasi kabel duct :

Peralatan pendukung Micro Duct (MD)

a. Alat sambung MD Digunakan untuk menyambungkan Microduct yang putus/patah dengan mekanisme tertentu.

b. Konektor Adalah klip di dalam konektor saluran, digunakan untuk menggabungkan dua microducts.

(41)

c. End cap Digunakan untuk mengencangkan ujung tube utama untuk menghindari air dan debu yang masuk ke dalam saluran juga digunakan dalam kombinasi dengan katup connector akhir selama instalasi microduct ke saluran kabel yang ada.

d. Round cutter Merupakan pemotong yang tahan lama dengan harga terjangkau dirancang untuk memotong kawat padat dan kawat yang beruntai sampai 8 AWG, multi konduktor dan kabel koaksial sebesar ½diameter. Dengan fitur melengkung, pemotongan pisau presisi dengan tanah sehingga tidak akan merusak konduktor atau bahan dielektrik yang anda potong. Terbuat dari baja dengan karbon tinggi dan tahan panas untuk jangka waktu yang lama. Berfungsi untuk:

 Memotong kawat padat dan kawat yang beruntai sampai 8 AWG.

 Memotong kabel multi- konduktor untuk 1/2 "diameter.

 Memotong kabel koaksial tanpa defor masi dielektrik.

e. Tube Cutter Merupakan pemotong serat optik apabila serat optik kotor, serat tersebut dibersihkan dengan alkohol, kemudian serat di potong dengan tube cutter lalu serat di masukkan ke alat fusion. Diameter pemotongan maksimum adalah 12,7 mm.

f. Cutter Ratchet Merupakan pemotong tembaga, kuningan dan alumunium atau saluran yang berdinding tipis. Pada FO digunakan untuk memotong kulit pelindung serat optik agar serat tidak mengalami kerusakan.

g. Slitter Alatini mengupas jaket polyethylene bagian luar dan mantel dalam satu gerakan dapat dilakukan dengan menjempit jaket dan berputar (dering) untuk stripper akhir. Pisau berputar 90 ° sehingga mengaktifkan tuas pisau dan mengupas kulit jaket tanpa merusak bagian dalam, hal ini memungkinkan persiapan yang mudah, cocok untuk dipakai dilapangan.

(42)

Keperluan kabel untuk diinstalasi dilapangan beraneka ragam, sedangkan panjang kabel yang ada dalam 1 haspel terbatas berkisar antara 3 Km ( kap ≤ 96 core) dan 2 Km ( kap 144 & 264 core ), jika diperlukan instalasi kabel yang diperlukan lebih dari 3 Km maka diperlukan perangkat untuk menyambung dan pelindung dari sambungan tersebut, hal tersebut dimaksudkan untuk menjaga kualitas dari pada kabel, alat sambung yang digunakan bisanya universal closure spesifikasi merefer STEL L-037-2001 Ver.2, seperti pada gambar dibawah ini:

Ukuran sarana sambung kabel tipe closure yang ada di pabrikan sbb : 1.Sampai dengan 64 core

2.Sampai dengan 96 core. 3.Sampai dengan 144 core. 4.Sampai dengan 264 core

4. ODC (Optical Distribution Cabinet)

ODC adalah suatu perangkat pasif yang diinstalasi diluar STO bisa di lapangan ( Outdoor ) dan juga bisa didalam ruangan / di MDF Gedung HRB ( Indoor ), yang mempunyai fungsi sebagai berikut :

 Sebagai titik terminasi ujung kabel feeder dan pangkal kabel distribusi

 Sebagai titik distribusi kabel dari kapasitas besar ( feeder ) menjadi beberapa kabel yang kapasitasnya lebih kecil lagi ( distribusi ) untuk flesibilitas.

 Tempat Spliter.

(43)

Gambar 4.7 ODC 5. Splitter

Splitter adalah suatu perangkat pasif yang berfungsi untuk membagi informasi sinyal optik ( gelombang cahaya ), kapasitas distribusi dari spliter bermacam – macam yaitu 1:2, 1:4, 1:8, 1:16, 1:32, dan 1:64, spesifikasi teknis merefer ( STEL-L -047- 2008 Ver1). dan ada juga yang inputnya 2 seperti 2:16 dan 2:32 Direkomendasikan digunakan di Telkom sampai 1:32 secara total ( System ) Aplikasinya :

1. 1.One stage → 1:32

2. 2.Two Stage → 1:2 dan 1:16 atau 1:4 dan 1:8, sehingga yang dipasang di ODC hanya 1:2 dan 1:4 saja.

4.2.2 SEGMEN B

1. Distribusi FO

Kabel serat optik distribusi ini sama hal seperti kabel serat optik feeder yang mempunyai fungsi untuk meneruskan informasi yang berupa sinyal optik dari mulai ODC sampai dengan ODP, tetap menggunakan kabel fiber optic Single Mode tipe G652D dan jenis instalasinya sama dengan feeder, apakah Tanam Langsung, Dalam Polongan Duct, HDPE, Micro Duct dan Aerial. Kapasitasnya

(44)

kabel serat optik untuk distribusi hanya lebih kecil berkisar 6 core sampai 48 core tergantung jenis kabel yang digunakan seperti :

a) Kabel Duct konvensional dan HDPE mulai dari 12 s/d 24 dengan 6 tube dan 24 s/d 48 dengan 12 tube (merefer STEL K-015-2008 ) b) Kabel dengan Micro duct mulai dari 2 s/d 24 core.

c) Kabel udara mulai dari 12 s/d 24 dengan 6 tube dan 24 s/d 48 dengan 12 tube

d) Kabel Aerial dan Duct dengan per tube 1 core ( 12 core )

e) Dengan menggunakan type kabel yang sudah diimplementasi di Jepang

o Ribbon Slotted SSW ( utk kap 48 core dan bisa sampai 300 core ) Aerial dan Ribbon Slotted ( utk kap 48 dan bisa sampai 1.000 core ) untuk Duct

o C Slotted SSW untuk Aerial ( Maks 48 ) dan untuk Duct ( Maks 48).

o Single Fiber type SSW ( Self Supporting Window ) kapasitas sampai dengan 8 core.

Gambar 4.8 Ribbon Slotted SSW 2. ODP ( Optical Distribution Point )

ODP juga merupakan suatu perangkat pasif yang diinstalasi diluar STO bisa di lapangan ( Outdoor ) dan juga bisa didalam ruangan ( Indoor ) didalam gedung HRB, yang mempunyai fungsi sebagai berikut :

(45)

a. Sebagai titik terminasi ujung kabel distribusi dan titik tambat awal /pangkal kabel drop/ penanggal.

b. Sebagai titik distribusi kabel distribusi menjadi beberapa saluran penanggal ( kabel drop).

c. Tempat Spliter

d. Tempat penyambungan

Gambar 4.9 ODP

Sehingga ODP ini harus dilengkapi dengan space untuk splicing, space untuk spliter dan sistem pentanahan. Kapasitas ODP bermacam – macam sesuai dengan kebutuhan, yang ada dipabrikan secara standar yaitu :

a. Kapasitas 8 port. b. Kapasitas 12 port. c. Kapasitas 16 port. d. Kapasitas 24 port. e. Kapasitas 48 port.

Ditinjau dari lokasi atau tempat pemasangannya ODP dapat di bagi menjadi 3 jenis, yaitu:

1. ODP tipe Wall/ On Pole, ODP jenis ini dipasang di dinding atau juga bisa dipasang diatas tiang yang tentunya pada instalasi kabel drop atas tanah ( aerial ).

2. ODP tipe Pedestal, jenis ODP ini diinstalasi diatas permukaan tanah, dan ODP ini digunakan untuk instalasi kabel drop bawah tanah

(46)

3. ODP tipe Closure, jenis ODP ini sangat fleksibel bisa dipasang dibawah tanah, diatas tiang bahkan bisa juga dipasang diantara dua tiang ( pada kabel distribusi aerial ).

3. Splitter

Seperti halnya pada segmen feeder diatas, namun pada segmen distribusi biasanya splitter yang dipasang adalah : 1.Spliter 1:8 2.Spliter 1:16.

4. Micro Duct

Seperti halnya pada segmen feeder diatas, namun pada segmen distribusi ini besar polongannya lebih kecil lagi dan untuk ukuran 5/3.5 mm sampai 24 Way.

4.2.3 SEGMEN C

Kabel drop berfungsi meneruskan sinyal optic dari ODP ke rumah – rumah pelanggan, tipe kabel drop yang digunakan adalah tipe G 657 hal ini dimaksudkan untuk menanggulangi lokasi instalasinya yang banyak belokan – belokan sehingga harus menggunakan optik yang bending insensitive, kapasitas kabel ini drop pada umumnya 1, 2, dan 4 core. Untuk letak lokasi instalasinya kabel drop ada 3 macam yaitu:

1. Kabel drop untuk instalasi dengan pelindung pipa HH/ Pit ( sesuai STEL K- 034-2010 Versi : 1.0)

2. Kabel Drop ABF ( Air Blown Fiber ) dengan Micro Duct.

3. Kabel drop dengan penggantung ( aerial ) sesuai STEL K-033-2009 Versi : 1.0

(47)

OTP juga merupakan perangkat pasif yang dipasang dirumah pelanggan, yang mempunyai fungsi sebagai berikut :

1.Titik terminasi atau titik tambat akhir dari kabel drop.

2.Tempat sambungan core optik / peralihan dari kabel outdoor dengan Indoor. Kapasitas OTP biasanya 1, 2 dan 4 port.

4.2.4 SEGMEN D (In Building network dan In Home network)

1). Kabel FO Indoor

Kabel indoor juga mempunyai fungsi sama dengan kabel – kabel serat optik lainnya yang dibahas diatas yaitu meneruskan arus informasi yang berupa gelombang cahaya, kabel indoor ini juga menggunakan tipe G 657 A/B seperti pada kabel drop dikarenakan banyak sekali melewati tikungan ataupun lekukan didalam rumah/ gedung, banyaknya core yang digunakan biasanya 1 atau 2 core saja, instalasi kabel indoor juga bermacam – macam cara seperti :

a. Di klam didinding bagian sudut antara plafond an dinding. b. Diatas Plafond yang dilindungi dengan pipa PVC ukuran 20

mm.

c. Didalam pipa counduit yang sudah disediakan saat pembangunan rumah/ gedung.

d. Menggunakan micro duct untuk kabel Air Blown Fiber ( ABF ).

e. Diatas kabel tray yang dilindungi dengan pipa PVC ukuran 20 mm atau dengan micro duct khusus untuk building / HRB.

Untuk poin a dan b biasanya untuk rumah atau gedung yang sudah jadi, sedangkan yang poin c untuk rumah atau gedung yang masih tahap pembangunan serta poin d dan e bisa untuk yang sudah jadi maupun yang masih dalam tahap pembangunan rumah/ gedung.

(48)

2). Optical Indoor Outlet ( Roset )

Roset merupakan perangkat pasif yang diletakan didalam rumah pelanggan, yang menjadi titik terminasi akhir dari pada kabel fiber optic, kapasitas roset biasanya 1 atau 2 port.

Gambar 4.10 Optical Indoor Outlet ( Roset ) Accessories Lainnya

Pigtail : Seutas serat optik yang pendek untuk menghubungkan dua komponen optis, dilengkapi satu konektor pada salah satu ujungnya

Gambar 4.11 Pigtail

 Patch-cord : Utas penyambung; kabel interkoneksi; biasanya dengan konektor yang sudah terpasang di kedua ujungnya, digunakan untuk menghubungkan dua perangkat

(49)

Gambar 4.12 Patch-cord

 Konektor : Konektor SC/ UPC atau SC/ APC yang dipasang di ujung dari core optik, baik pada kabel feeder, distribusi, drop maupun indoor. Spesifikasi teknis merefer pada STEL L-043-2002 Versi 1. Dalam kategori ini dikenal ada 4 jenis yaitu PC (Phsical Contact), UPC (Ultra Physical Contact), APC (Angled Physical Contact). Namun dari jenis PC ini ada turunannya yaitu SPC (Super Physical Contact) dan secara detail digambarkan sebagai berikut: Dari ke 4 jenis konektor tersebut dan yang paling banyak digunakan dalam jaringan FTTH disini adalah Konektor jenis UPC dan APC, dibawah ini:

o Adaptor Adaptor adalah tempat untuk koneksi serat optik yang terpasang pada konektor

o Klam C & S Klam C untuk tambat kabel drop ditiang dan Klam S untuk tambat di dinding,

o Tiang Besi & Beton Tiang digunakan untuk menyangga kabel udara Feeder, Distribusi, Drop serta untuk penempatan ODP, yang digunakan tiang beton / tiang besi dengan tinggi 7 dan 9 meter

(50)

Gambar 4.13 Konektor UPC/APC 4.3 CPE Customer

CPE (Costumer Premises Equipment) adalah peralatan telekomunikasi yang dimilik oleh suatu organisasi dan terletak di tempat tersebut, peralatan yg termasuk CPE yaitu: PBxs(Private Branch Exchange), telepon, key system, produk faksimili, modem, voice-processing equipment, dan voice communication equipment.

Sebelumnya untuk 1996, operator tidak diizinkan untuk terlibat dalam pembuatan pemasaran dan penjualan alat ini, tetapi untuk meningkatkan kompetisi, kongres membuka pasar telekomunikasi. Sekarang perusahaan seperti AT&T dapat memberikan satu sumber solusi untuk jaringan luas dengan menyediakan peralatan dengan di tempat pelanggan dan layanan jarak jauh.

4.3.1 ONU & ONT

Optical Network Unit ( ONU ) dan Optical Network Terminal adalah suatu perangkat aktif ( Opto-Elektik ) yang dipasang disisi pelanggan, dimana ONU / ONT tersebut mempunyai fungsi sebagai berikut :

1.Mengubah sinyal Optik menjadi Sinyal Elektrik. 2.Sebagai alat demultiplex

(51)

Keluaran dari ONU/ ONT adalah layanan yang disebut Triple Play Services, yaitu :

1.Telephoni ( Voice ) 2.Data dan Internet. 3.CATV/ IPTV

Gambar 4.15 Triple Play Services

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan kerja praktek, maka dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai FTTx sebagai berikut:

(52)

( Opto-Elektik ) yang berfungsi untuk mengubah sinyal elektrik menjadi sinyal optic dan sebagai alat multiplex.

2. FTM (Fiber Termination management) adalah suatu perangkat yang digunakan untuk terminasi, interkoneksi dan cross connect fisik kabel optik baik dari outside plant (OSP).

3. ODP (Optical distribution Point) merupakan suatu perangkat pasif yang berfungsi sebagai tempat distribusi dan memiliki kapasitas yang berbeda-beda sesuai kebutuhan.

4. Micro Duct adalah suatu cara instalasi FO dengan dorongan tekanan udara ( Air Blown System ), yang mana di Indonesia belum digunakan sebagai Feeder FO

5. ONU/ONT adalah suatu perangkat aktif ( Opto-Elektik ) yang dipasang disisi pelanggan dan berfungsi sebagai penyedia layanan Triple Play Services.

6. FTTx adalah teknologi yang praktis, banyak bandwith yang tersedia sehingga bisa dengan mudah mengakses berbagai layanan komunikasi.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :

1. Diharapkan perkembangan teknologi FTTx pada GPON sudah bisa diimplemantasikan ke daerah-daerah selain kota-kota besar supaya teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia lebih maju.

2. Mahasiswa Kerja Praktek (KP) sebaiknya dilibatkan langsung di lapangan, seperti konfigurasi ataupun perencanaan FTTx GPON.

3. Pengenalan komponen ataupun alat-alat sebaiknya lebih diperdalam agar Mahasiswa lebih paham mengenai fungsi dari masing-masing alat tersebut.

(53)

DAFTAR PUSTAKA

[1]http://id.wikipedia.org/wiki/Telkom_Indonesia [2]http://www.telkom.co.id/infomedia/tentang-infomedia/sejarah/ [3] http://www.scribd.com/doc/86846048/10/Struktur-Organisasi-PT-TELKOM-INDONESIA-Tbk [4]http//:wikipedia.org/wiki/Fiber_to_the_Home#Pencerai_optik_pasif [5] http://www.exfiber.com/product/Fiber-Optic-Splicing-Component/Optical-Distribution- [6]http://lenteraagung.com/item/sieges-odcoptic-distribution-cabinet.html [7]http://en.wikipedia.org/wiki/Fiber-optic_communication

(54)

Gambar

Gambar 2.1 PT Telekomunikasi Indonesia
Gambar 3.1 Serat Optik
Gambar 3.2 Bagian Fiber Optik
Gambar 3.3  Struktur Jaringan GPON
+7

Referensi

Dokumen terkait

karunia serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Uji Kemampuan Larutan Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) dalam Menurunkan

yaitu klaster 14 dan 15 yang tidak memenuhi syarat untuk jalur sepeda karena topografi pada ruas – ruas jalur jalan tersebut lebih dari 4%, tapi jika ditinjau

13 Pemidanaan bersyarat itu dapat disebut pula “pemidanaan dengan perjanjian” atau “pemidanaan secara janggelan” dan artinya adalah menjatuhkan pidana kepada

Keterbatasan produksi minyak dalam negeri dari tahun ke tahun menyebabkan pemerintah melakukan impor minyak mentah dan memberikan subsidi terhadap harga jual BBM jenis premium

(3) Diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan atau pidana kurungan paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak Rp 9.000,-,

Ekosistem ini dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu estrogen dan laktobasilus (bakteri baik), jika keseimbangan ini terganggu, bakteri laktobasilus akan mati dan bakteri phatogen

Data yang telah diperoleh, dianalisis secara statistik dengan menggunakan analisis ragam Uji t untuk mengetahui dan membandingkan antara dua perlakuan (Yitnosumarto,

Selan- jutnya dengan menggunakan paired smple t-test dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan rata- rata abnormal return sebelum dan setelah peristiwa