• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL DAFTAR TABEL DAFTAR BAGAN KATA PENGANTAR RINGKASAN EKSEKUTIF LEMBAR PENGESAHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL DAFTAR TABEL DAFTAR BAGAN KATA PENGANTAR RINGKASAN EKSEKUTIF LEMBAR PENGESAHAN"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

i

DAFTAR ISI

ii

DAFTAR TABEL

iii

DAFTAR BAGAN

v

KATA PENGANTAR

vi

RINGKASAN EKSEKUTIF

viii

LEMBAR PENGESAHAN

xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Umum

1

B. Visi dan Misi

6

C. Budaya BLU

12

D. Susunan Pejabat Pengelola BLU dan Dewan Pengawas

17

BAB II KINERJA BLU TAHUN 2019 DAN RBA TAHUN 2020

A. Gambaran Kondisi Satker BLU

1. Faktor Internal

22

2. Faktor Eksternal

26

3. Asumsi Makro dan Mikro

30

B. Proses Penilaian Kinerja BLU

34

C. Pencapaian Kinerja dan Target Kinerja BLU

1. Capaian Kinerja dan Target Kinerja BLU

38

2. Target Kinerja Pelayanan Tahun 2020

43

3. Proyeksi Keuangan Tahun 2020

59

4. Ikhtisar Target Pendapatan dan Belanja BLU

63

5. Ikhtisar RBA Tahun 2020

120

D. Informasi Lainnya

120

E. Ambang Batas Belanja BLU

122

F. Prakiraan Maju Pendapatan dan Prakiraan Maju Belanja

123

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

125

B. Hal-hal yang Perlu Mendapat Perhatian Pemilik

127

(3)

Halaman

Tabel 2.1

Sumber Daya Manusia BBKPM Bandung Tahun 2019

25

Tabel 2.2

Balance Score SWOT

28

Tabel 2.3

Asumsi Makro Tahun 2019

30

Tabel 2.4

Asumsi Mikro Tahun 2019

31

Tabel 2.5

Asumsi Makro Tahun 2020

32

Tabel 2.6

Asumsi Mikro Tahun 2020

33

Tabel 2.7

Capaian Indikator Kinerja Keuangan BLU Tahun 2018 dan

Semester 1 Tahun 2019

34

Tabel 2.8

Capaian Indikator Kinerja Pelayanan BLU Tahun 2018 dan

Semester 1 Tahun 2019

36

Tabel 2.9

Rekapitulasi Capaian Indikator Kinerja Pelayanan BLU

Tahun 2018 dan Semester 1 Tahun 2019

37

Tabel 2.10

Capaian Kinerja Keuangan BLU Tahun 2019 dan Proyeksi

Tahun 2020

38

Tabel 2.11

Capaian Kinerja Pelayanan BLU Tahun 2019 Dan Proyeksi

Tahun 2020

39

Tabel 2.12

Rekapitulasi Capaian Indikator Kinerja Pelayanan BLU

Tahun 2019 dan Proyeksi Tahun 2020

41

Tabel 2.13

Capaian Indikator RSB Tahun 2019

42

Tabel 2.14

Target Kinerja Pelayanan Pasien Umum

48

Tabel 2.15

Target Kinerja Pelayanan Pasien BPJS Rawat Jalan

54

Tabel 2.16

Target Kinerja Pelayanan Pasien BPJS Rawat Inap

56

Tabel 2.17

Target Promosi Kesehatan

58

Tabel 2.18

Target Pengembangan Sumber Daya

59

Tabel 2.19

Proyeksi Neraca Tahun 2020

59

Tabel 2.20

Laporan Operasional Tahun 2020

61

Tabel 2.21

Laporan Perubahan Ekuitas Tahun 2020

62

Tabel 2.22

Proyeksi Arus Kas Tahun 2020

62

Tabel 2.23

Ikhtisar Target Pendapatan menurut Program dan Kegiatan

Tahun Anggaran 2019 dan Proyeksi Tahun 2020

64

Tabel 2.24

Rincian Pendapatan Per Unit Kerja Tahun 2019

dan Proyeksi Tahun 2020

(4)

Tahun 2020

Tabel 2.26

Rincian Belanja Per Unit Instalasi Tahun 2019 dan Rencana

Belanja Tahun 2020

73

Tabel 2.27

Rekapitulasi Pagu Belanja berdasarkan Sumber Dana Tahun

2020

112

Tabel 2.28

Pendapatan dan Belanja Agregat Tahun 2020

112

Tabel 2.29

Biaya Layanan Per Unit Kerja Tahun 2020

115

Tabel 2.30

Master Budget Tahun 2020

119

Tabel 2.31

Ikhtisar Belanja/Pembiayaan per Program dan Kegiatan

Tahun 2020

120

Tabel 2.32

Proyeksi Pendapatan Tahun 2020 Berdasarkan Realisasi

Tahun 2019

121

Tabel 2.33

Perhitungan Ambang Batas Belanja BLU

122

Tabel 2.34

Prakiraan Maju Pendapatan BLU

123

Tabel 2.35

Prakiraan Maju Belanja BLU

124

(5)

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1

Struktur Organisasi Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat

Bandung

24

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

karunia dan Hidayah-Nya, maka dokumen Rencana Bisnis dan Anggaran Balai

Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung Tahun 2020 dapat diselesaikan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 yang diubah

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum (PK-BLU), maka salah satu kewajiban BBKPM

Bandung sebagai satker PK-BLU adalah menyusun Rencana Bisnis dan Anggaran

(RBA) tahunan dengan mengacu pada dokumen Rencana Strategi Bisnis BBKPM

Bandung Tahun 2020-2024.

Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran BBKPM Bandung 2020 ini

sesuai dengan Peraturan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Nomor:

Per-20/PB/2012 tentang Pedoman teknis penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran

Satuan Kerja Badan Layanan Umum, serta Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

4 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran Badan

Layanan Umum di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan.

Rencana Bisnis dan Anggaran BBKPM Bandung Tahun 2020 mencakup

seluruh pendapatan dan belanja, proyeksi arus kas, serta jumlah dan kualitas jasa

dan atau barang yang akan dihasilkan oleh BBKPM Bandung.

Sejalan dengan tuntutan kinerja instansi PK-BLU, maka Rencana Bisnis dan

Anggaran BBKPM Bandung disusun berdasarkan basis kinerja dan perhitungan

akuntansi biaya menurut jenis layanan, kebutuhan dan kemampuan pendapatan

(7)

yang diperkirakan akan diterima dalam tahun 2020 serta Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) tahun 2020, dengan menganut pola fleksibilitas.

Kami berharap Rencana Bisnis dan Anggaran BBKPM Bandung Tahun

2020 ini dapat digunakan sebagai acuan BBKPM Bandung dalam menerapkan

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, dan kami mengucapkan terima

kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian

dokumen Rencana Bisnis dan Anggaran BBKPM Bandung Tahun 2020 ini.

Bandung, September 2019

Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung

Kepala,

drg. Maya Marinda Montain, M.Kes

NIP. 196908041994032009

(8)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Bandung telah ditetapkan

sebagai satuan kerja Badan Layanan Umum (BLU) berdasarkan Keputusan

Menteri Keuangan Nomor 58/MK.05/2011 tanggal 28 Februari 2011. Berbagai

upaya dilakukan untuk meningkatkan target kinerja yang dilandasi pergeseran

paradigma yaitu dengan lebih memperhatikan nilai-nilai kebutuhan dan kepuasan

pelanggan sesuai dengan visi, misi dan tata nilai BBKPM Bandung sebagai berikut:

Visi :

“Menjadi rujukan kesehatan paru masyarakat yang terkemuka di tingkat

Nasional”

Misi :

1. Kami adalah Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat yang menyelenggarakan

pelayanan rujukan kesehatan paru yang berorientasi kesehatan masyarakat.

2. Kami mensinergikan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya

Kesehatan Masyarakat (UKM) secara paripurna.

3. Kami mempercepat terwujudnya masyarakat sehat paru yang mandiri dan

berdaya.

4. Kami berjuang meningkatkan derajat kesehatan paru masyarakat.

Tata Nilai :

(9)

Pendapatan BBKPM Bandung diperoleh dari penyelenggaraan rawat jalan,

rawat darurat, rawat inap, tindakan medis intervensi paru, medical check-up,

pemeriksaan laboratorium, radiologi, pelayanan rehabilitasi medik, pelayanan

konseling kesehatan paru, konseling gizi, klinik berhenti merokok dan klinik VCT,

penyelenggaraan diklat dan penelitian, pelayanan ambulance serta pendapatan

lainnya seperti sewa lahan dan jasa giro.

Volume kegiatan pelayanan BBKPM Bandung cukup besar dan diharapkan

mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya walaupun secara prognosa belum

mencapai target yang telah ditetapkan. Diharapkan jumlah pendapatan yang

dihasilkan lebih besar dari pada tahun lalu dan dapat menanggulangi kebutuhan

dana yang dikeluarkan untuk pelaksanaan pelayanan.

Mengacu pada realisasi kinerja sampai bulan Juni 2019 serta prognosis

sampai bulan Desember 2019, maka disusunlah Rencana Bisnis dan Anggaran

(RBA) Tahun 2020 dengan gambaran sebagai berikut:

1. Berdasarkan analisa SWOT posisi organisasi berada pada kuadran 1

(Aggressive Strategy), posisi daya saing ini mengindikasikan bahwa arah

strategi BBKPM Bandung dalam memenuhi visi dan misi organisasi periode

tahun 2020-2024 seharusnya berfokus pada upaya arah pengembangannya di

masa mendatang untuk pertumbuhan layanan (growth), dalam arti melakukan

prioritas strategis untuk melakukan investasi pengembangan layanan sambil

terus menguatkan kemampuan internal organisasi dan personil BBKPM

Bandung.

(10)

2. Asumsi Makro yang digunakan antara lain; Tingkat Inflasi 3,1%, Tingkat

Pertumbuhan Ekonomi 5,3% Nilai tukar rupiah / kurs 1 $ Rp. 14.400,- per dollar

AS, Tingkat Bunga SPN 3 bulan 5,4%. Asumsi mikro antara lain Pelayanan

kesehatan paru masyarakat yang diselenggarakan BBKPM Bandung semakin

dipercaya masyarakat, pola jejaring dan kemitraan dengan berbagai lembaga

dan institusi semakin berkembang, peningkatan mutu pelayanan berdampak

pada peningkatan kunjungan, pengembangan layanan unggulan, peningkatan

jenis dan kualitas SDM melalui pendidikan berkelanjutan dan pelatihan,

pengembangan jenis layanan, serta pengembangan sarana dan prasarana.

3. Proyeksi pendapatan operasional BLU berdasarkan pagu DIPA Tahun 2020

sebesar Rp. 13.200.000.000,- atau turun sebesar 12,69% dibandingkan target

Tahun 2019, namun jika berdasarkan realisasi pendapatan sampai dengan

Agustus 2019 yang sudah tercapai Rp. 9.716.868.886,- dan proyeksi pendapatan

sampai dengan Desember 2019 sebesar Rp. 14.584.015.650. maka Tahun 2020

Pendapatan BBKPM Bandung dapat mencapai Rp. 17.414.200.185.

Berdasarkan proyeksi di atas maka target pendapatan Tahun 2020 akan diajukan

revisi sesuai realisasi pendapatan tahun 2020.

4. Biaya operasional yang ditetapkan dalam RBA tahun 2020 sebesar Rp.

20.108.834.000,-, menurun 32,50% dari biaya operasional yang dianggarkan

tahun 2019 (APBNP) yaitu sebesar Rp. 29.791.752.000,-.

5. Anggaran Belanja tahun 2020 direncanakan sebesar Rp. 31.526.042.000,-

terdiri dari Belanja Pegawai Rp. 8.417.208.000,- Belanja Barang Rp.

20.108.834.000,- dan Belanja Modal Rp. 3.000.000.000,-.

(11)

6. Prognosa nilai kinerja tahun 2019 sebesar 88,21 atau berada pada level AA,

dimana terdiri dari indikator kinerja keuangan sebesar 21,35 kinerja layanan

32,00 dan indikator mutu dan manfaat kepada masyarakat sebesar 34,86.

Proyeksi nilai kinerja tahun 2020 sebesar 83,10 pada level AA, berdasarkan

hasil perhitungan indikator kinerja keuangan sebesar 19,25 indikator kinerja

layanan sebesar 29,00 indikator mutu dan manfaat kepada masyarakat sebesar

34,85.

(12)

LEMBAR PENGESAHAN

BADAN LAYANAN UMUM

BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT

BANDUNG

RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN (RBA)

TAHUN 2020

Disahkan di : Bandung

Pada Tanggal : September 2019

Mengesahkan,

Kepala

drg. Maya Marinda Montain, M.Kes

NIP. 196908041994032009

(13)

LEMBAR PENGESAHAN

BADAN LAYANAN UMUM

BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT

BANDUNG

RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN (RBA)

TAHUN 2020

Disahkan di : Bandung

Pada Tanggal : September 2019

Mengesahkan,

Ketua Satuan Pemeriksa Internal

Tri Nurhayati Asih, S.KM., M.KM

NIP. 197704182006042001

(14)

LEMBAR PENGESAHAN

BADAN LAYANAN UMUM

BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT

BANDUNG

RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN (RBA)

TAHUN 2020

Disahkan di : Jakarta

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Umum

1. Landasan Hukum dan Sejarah Perkembangan BLU

BBKPM Bandung didirikan pada Bulan November Tahun 1952,

dengan nama BP5 (Balai Penyelidikan dan Pemberantasan Penyakit

Paru-Paru) dengan tujuan sebagai pusat pemberantasan penyakit tuberculosis

(TB). BP5 Bandung menempati gedung di Jl. Ir. H. Juanda 45 kemudian

pindah ke Jl. Pasir Kaliki 121. Gedung BBKPM yang saat ini menjadi lokasi

BBKPM Bandung mulai ditempati pada bulan Juli tahun 1955.

Pada tahun 1974, BP5 berubah menjadi BP4 (Balai Pengobatan

Penyakit Paru-Paru) dan mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan RI

No.144/Menkes/SK/IV/1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja

Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru yang di dalamnya mengatur tugas,

fungsi, klasifikasi dan Susunan Organisasi BP4, maka tugas pokok dan

fungsi BP4 tidak hanya mengobati tuberkulosis tetapi juga penyakit paru

lainnya.

BP4 kemudian berubah menjadi BKPM (Balai Kesehatan Paru

Masyarakat) dengan merujuk pada Keputusan Menteri PAN Nomor:

62/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis

di Lingkungan Departemen dan Lembaga Pemerintah Non Departemen,

yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor:

(16)

1352/MENKES/PER/IX/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit

Pelaksana Teknis di Bidang Kesehatan Paru Masyarakat, yang menetapkan

BP4 Bandung sebagai Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) eselon 3b.

Pada tahun 2007 Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 532/MENKES/PER/IV/2007 BKPM Bandung ditetapkan

menjadi Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) dengan Tugas

Pokok dan Fungsi melaksanakan pelayanan kesehatan rujukan paru

spesialistik dan atau subspesialistik yang berorientasi kesehatan masyarakat;

pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan paru; kemitraan dan

pengembangan sumber daya di bidang kesehatan paru masyarakat;

pendidikan dan pelatihan teknis di bidang kesehatan paru; serta penelitian

dan pengembangan kesehatan paru. Di dalam surat keputusan tersebut juga

dinyatakan bahwa wilayah kerja BBKPM Bandung meliputi 13 Provinsi

yaitu seluruh Provinsi di Pulau Sumatera, Provinsi Jawa Barat, Provinsi

Banten dan Provinsi DKI Jakarta.

Lokasi BBKPM Bandung di Jalan Cibadak No 214 Bandung

menempati bangunan seluas 6.713 m

2

yang berdiri di atas tanah seluas 3.330

m

2

. Lokasi ini sangat strategis karena sangat mudah diakses oleh masyarakat

Kota Bandung dan sekitarnya. Sebagai sarana pelayanan rujukan strata II,

BBKPM Bandung menerima rujukan dari Puskesmas dan Dokter Umum

serta Balai Pengobatan dan Klinik Swasta, utamanya dalam penegakan

diagnostik Tuberkulosis, Asma dan PPOK.

(17)

BBKPM Bandung resmi menjadi Instansi Pemerintah pada

Kementerian Kesehatan RI yang menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan

Layanan

Umum

melalui

surat

Kementerian

Keuangan

Nomor

58/MK.05/2011 tanggal 28 Februari 2011.

Karena adanya perubahan struktur organisasi di tingkat

Kementerian maka pada tanggal 22 November 2011 terjadi pengalihan dari

UPT di bawah Direktorat Binkesmas menjadi di bawah Direktorat Jenderal

Bina Upaya Kesehatan (BUK) dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 2354/MENKES/PER/XI/2011 yang menetapkan

kedudukan BBKPM Bandung sebagai Unit Pelaksana teknis di bawah dan

bertanggung jawab kepada Direktorat Bina Upaya Kesehatan (sekarang

Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan).

2. Karakteristik Bisnis BLU

Dalam menjalankan tugas pokok BBKPM Bandung memiliki

karakteristik berbeda dari Rumah Sakit maupun layanan kesehatan lain,

selain merupakan layanan rujukan spesialistik paru BBKPM Bandung juga

memiliki program Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) yang antara lain

terdiri dari promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat, pendidikan,

pelatihan dan penelitian.

Layanan unggulan BBKPM Bandung saat ini dalam hal upaya

kesehatan perorangan adayah layanan unggulan Pusat Asma-PPOK,

(18)

sedangkan dalam hal upaya kesehatan masyarakat yaitu Program Paru

Komunitas.

Pusat Asma-PPOK adalah layanan penanganan pasien penderita

Asma dan PPOK yang dilaksanakan secara terpadu mulai dari pemeriksaan

oleh dokter yang memiliki kompetensi khusus dan pemeriksaan penunjang

menggunakan alat dengan teknologi terkini, seperti Spirometer yang

memiliki parameter pemeriksaan yang lengkap serta didukung oleh layanan

pengobatan akut dan kronik menggunakan obat-obatan generasi terbaru dan

layanan Rehabilitasi Fisik yang dilaksanakan oleh Dokter ahli kedokteran

fisik dan rehabilitasi dengan program rehabilitasi yang disusun berdasarkan

kebutuhan setiap pasien antara lain Treadmill Exercise. Seluruh layanan

tersebut dilaksanakan dalam satu lingkungan serta dijalankan dengan alur

yang dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi pasien, terutama

pasien lanjut usia dalam menjalani pengobatan. Pusat Asma-PPOK ini

adalah merupakan layanan unggulan dalam fungsi Upaya Kesehatan

Perorangan (UKP).

Program Paru Komunitas merupakan program unggulan dalam

fungsi Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM), yaitu program pemberdayaan

masyarakat dalam penanggulangan penyakit paru agar penanggulangan

penyakit tidak hanya pada penderita tetapi juga bagi keluarga penderita serta

masyarakat disekitarnya. Pemberdayaan ini berupa pemberian dukungan

pada penderita dan keluarga serta peningkatan pastisipasi masyarakat dalam

(19)

penanggulangan penyakit paru di komunitasnya sesuai kemampuan

komunitas tersebut.

Disamping pengembangan program unggulan juga dikembangkan

program layanan kesehatan lainnya seperti layanan Intervensi Paru yaitu

tindakan paru yang dilakukan baik yang bersifat diagnostik maupun

terapeutik.

Pengembangan

pada

pelayanan

penunjang

kesehatan

di

laboratorium dengan adanya alat TCM dan di pelayanan radiologi dengan

alat Digital Radiografy.

Pengembangan pelayanan rehabilitasi medik di

tahun 2017-2018 bertambah dengan adanya alat-alat kesehatan baru seperti:

Alat Latih En Tree Pulley MDD plus En Tree Bencht, Alat Latih En Dinamic

Set, Ergocycle, Tread Mill Treatment, Micro Wave Diathermy.

Pengembangan layanan lainnya adalah dengan dibukanya Klinik

MDR-TB bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat dan

Global Fund sebagai subrujukan pasien TB-MDR. Layanan Medical Check

Up (MCU) untuk pemeriksaan kesehatan perusahaan maupun instansi dan

lembaga swasta. Pemeriksaan kesehatan untuk Jemaah Haji juga diharapkan

meningkatkan pendapatan, hal ini dilakukan dengan kerjasama yang baik

dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Kota dan Propinsi.

Penguatan program promosi perlu dilakukan dimana hal ini tidak

terlepas dari fungsi promotif dan preventif dan dapat diintegrasikan dengan

kegiatan promosi kesehatan dan kegiatan peningkatan SDM kesehatan yang

(20)

dilakukan melalui program sosialisasi, advokasi, penyuluhan, talkshow,

audiensi, bimbingan teknis, diseminasi, workshop dan seminar.

B. Visi dan Misi BLU

1. Visi

“Menjadi rujukan kesehatan paru masyarakat yang terkemuka di

tingkat nasional”

2. Misi

a. Kami adalah Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat yang

menyelenggarakan pelayanan rujukan kesehatan paru yang berorientasi

kesehatan masyarakat.

b. Kami mensinergikan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya

Kesehatan Masyarakat (UKM) secara paripurna.

c. Kami mempercepat terwujudnya masyarakat sehat paru yang mandiri

dan berdaya.

d. Kami berjuang meningkatkan derajat kesehatan paru masyarakat.

3. Maksud dan Tujuan BLU

Tujuan BBKPM menjadi BLU adalah untuk memberikan pelayanan

kesehatan paru yang berkualitas, melalui upaya kesehatan perorangan dan

upaya kesehatan paru masyarakat yang meliputi upaya pemberdayaan baik

tenaga kesehatan maupun masyarakat, dengan melalui kegiatan pendidikan,

(21)

pelatihan, penelitian dan pengembangan kesehatan paru, kemitraan dengan

berbagai pihak, sehingga penyakit paru tidak lagi menjadi masalah utama,

khususnya di wilayah kerja BBKPM Bandung.

Untuk dapat melaksanakan upaya-upaya tersebut maka tujuan umum

dijabarkan dalam tujuan khusus sehingga memudahkan dalam penyusunan

strategi maupun perencanaan program dan kegiatan serta dalam melakukan

pengukuran indikator pencapaian kinerja.

Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah:

a. Peningkatan mutu institusi dalam bidang kesehatan paru masyarakat.

b. Pengembangan program penanggulangan kesehatan paru masyarakat

berdasarkan peta masalah yang akan dibuat.

c. Pemberdayaan masyarakat yang mandiri dalam meningkatkan derajat

kesehatan paru.

d. Pengembangan jenis pelayanan dan penunjang kesehatan paru.

e. Pembentukan kemitraan dalam mempercepat penanggulangan masalah

kesehatan paru masyarakat.

f. Peningkatan kuantitas dan kualitas Penelitian di BBKPM Bandung.

Tujuan di atas akan tercapai melalui pengembangan dan pelaksanaan

program yang tepat dan spesifik, yang didukung oleh sumber daya manusia

yang berkualitas dengan mengembangkan koordinasi dan kemitraan yang

efektif dan efisien dengan pengelola kesehatan paru di wilayah kerja. Selain

itu, dukungan sistem penunjang yaitu administrasi kesehatan, baik

administrasi umum maupun administrasi keuangan yang baik akan sangat

(22)

mendukung tercapainya tujuan dengan memegang prinsip-prinsip

pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel.

Prinsip pengelolaan keuangan yang baik pada dasarnya mengandung

nilai

akuntabilitas,

transparansi,

kewajaran,

kemandirian

dan

responsibilitas, yang bila diterapkan dengan baik dapat menjadi tolok ukur

atau indikator pelaksanaan program dan kegiatan. Prinsip-prinsip ini dapat

dikembangkan dan dipraktekkan dalam rangka mencapai tujuan

pengelolaan BBKPM Bandung yang menerapkan Pengelolaan Keuangan

Badan Layanan Umum (PK-BLU) agar dapat melaksanakan tugas dan

fungsinya dengan efektif dan efisien.

4. Kegiatan BLU

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor : 2354/Menkes/Per/XI/2011 adalah sebagai berikut:

a. Tugas Pokok :

Melaksanakan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan

kesehatan, penunjang kesehatan, promosi kesehatan, dan kemitraan serta

pengembanagan sumber daya di bidang kesehatan paru masyarakat

b. Fungsi :

1) Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan rujukan

paru spesialistik dan atau subspesialistik yang berorientasi kesehatan

masyarakat

(23)

2) Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pemberdayaan masyarakat

dalam bidang kesehatan paru

3) Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kemitraan dan pengembangan

sumber daya di bidang kesehatan paru masyarakat

4) Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pendidikan dan pelatihan

teknis di bidang kesehatan paru

5) Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi penelitian dan pengembangan

kesehatan paru

6) Pelaksanaan urusan tata usaha

Dalam mendukung tugas pokok dan fungsinya, maka BBKPM

Bandung mempunyai kegiatan sebagai berikut:

1) Kegiatan Pelayanan dan Penunjang Kesehatan

a) Pelayanan Kesehatan

 Instalasi Rawat Jalan :

- Klinik Spesialis Paru

- Klinik DOTS

- Klinik Umum

- Klinik Anak

- Klinik Non TB

- Klinik Asma-PPOK

- Klinik MDR-TB

- Klinik PDP

(24)

 Instalasi Gawat Darurat

 Instalasi Bedah Paru

 Instalasi Rawat Inap

b) Penunjang Kesehatan

 Instalasi Laboratorium

 Instalasi Radiologi

 Instalasi Rehabilitasi Medik

 Instalasi Farmasi

 Instalasi Rekam Medik

 Instalasi Gizi

2) Kegiatan Promosi dan Pengembangan Sumber Daya

a) Kegiatan Promosi Kesehatan

 Kegiatan Promosi Kesehatan Masyarakat

- Promosi Kesehatan paru

- Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) kesehatan paru

- Pemberdayaan penderita dan keluarga penderita penyakit paru

- Pemberdayaan masyarakat dalam upaya kesehatan paru

- Advokasi kesehatan paru

- Kemitraan dalam jejaring pelayanan kesehatan paru

- Surveilans perilaku

- Screening kesehatan paru

 Pelayanan Konseling :

(25)

- Konseling Gizi

- Konseling Berhenti Merokok

- Konseling dan Testing HIV (KT-HIV)

b) Kegiatan Pengembangan Sumber Daya

 Pendidikan dan pelatihan kesehatan paru terutama dalam

penanggulangan masalah TB, Asma, PPOK dan PAL serta kesehatan

masyarakat secara umumnya.

 Penelitian dan pengembangan kesehatan paru.

c) Kegiatan Kemitraan

 Kemitraan dalam pelayanan/rujukan kesehatan paru

Rumah Sakit Paru, Rumah Sakit Umum/Swasta, Puskesmas, Balai

Laboratorium Kesehatan, Dokter praktek swasta, Lembaga Asuransi

Kesehatan, PPTI, Organisasi Profesi, dan lain – lain.

 Kemitraan dalam program kesehatan paru

Program penanggulangan TB (DOTS): Dinas Kesehatan Propinsi/

Kabupaten/ Kota, Rumah Sakit, BKPM, Puskesmas, Swasta.

 Kemitraan dalam upaya promosi kesehatan paru

Pusat Promosi Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi/ Kabupaten/ Kota,

Dinas Pendidikan, Organisasi profesi, Organisasi masyarakat, LSM,

Yayasan Asma Indonesia, Media massa, dan lain-lain.

 Kemitraan dan kerjasama dalam Diklat dan penelitian kesehatan paru:

Institusi Pendidikan, Badan Diklat dan Badan Litbangkes, dan lain –

lain.

(26)

3) Ketatausahaan

a) Umum

 Urusan Umum dan Kerumahtanggaan

 Urusan Kepegawaian

 Urusan Perencanaan, Pencatatan dan Laporan

 Urusan Perlengkapan (Logistik dan Barang Milik Negara)

 Urusan Kehumasan

 Urusan Kearsipan

b) Keuangan

 Perbendaharaan

Bendahara Penerimaan, Bendahara Pengeluaran, Pejabat Pengelolaan

Administrasi Belanja Pegawai (PPABP)

 Verifikasi dan Akuntansi

C. Budaya Badan Layanan Umum

Balai Besar Kesehatan Paru (BBKPM) Bandung telah menentukan

nilai-nilai utama dalam perusahaan yang dijadikan acuan untuk berperilaku ke depan

seperti yang diharapkan, sehingga tercipta kondisi yang kondusif dan kemajuan

bagi perusahaan.

1. Tata Nilai :

Integritas, Profesionalisme, Keteladanan, Sinergi, Komunikasi

(27)

Integritas

Definisi

Berkata jujur, bertindak independen sesuai dengan kode etik, dan selalu

mengedepankan kepentingan lembaga.

Perilaku

Berkata jujur

Bertindak independen

sesuai dengan kode etik

Selalu

mengedepankan

kepentingan

lembaga

Do’s

 Selaras antara

perkataan dan

tindakan.

 Teguh memegang

prinsip yang benar.

 Mempertimbangkan

berbagai kepentingan

stakeholder dalam

bertindak.

 Konsisten dalam

menerapkan suatu

kebijakan.

 Memperjuangkan

kepentingan

lembaga.

 Menjunjung tinggi

nama baik

lembaga.

Dont’s

 Ingkar janji, bohong,

atau berkelit untuk

menghindari

komitmen.

 Memanipulasi

informasi serta

menutupi fakta yang

sebenarnya.

 Membiarkan

kekeliruan, kesalahan,

dan pelanggaran

hukum.

 Menerima imbalan

(gratifikasi) dari

stakeholders untuk

tujuan tertentu.

 Menyalahgunakan

wewenang jabatan

di luar peraturan

dan prosedur yang

berlaku.

 Membocorkan data

dan informasi

rahasia lembaga.

Profesional

Definisi

Melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi, proaktif dan terus

mengembangkan diri.

Perilaku

Melaksanakan tugas

sesuai dengan

kompetensi

Proaktif

Terus

mengembangkan

diri

Do’s

 Kompeten dan

berkomitmen

memberi hasil

terbaik.

 Selalu Meningkatkan

keahlian dan

keterampilan yang

diperlukan dalam

menyelesaikan

pekerjaan.

 Mengontrol dan

memastikan seluruh

proses kerja maupun

 Selalu optimis serta

memiliki keyakinan

diri dalam mencapai

target maupun

menjalankan

tanggungjawab yang

diberikan.

 Senantiasa mencari

solusi dari masalah

atau tantangan yang

dihadapi hingga

masalah atau

 Meningkatkan

kemampuan diri,

sehingga ahli

dalam fungsi

tugasnya.

 Mengikuti

perkembangan

teknologi,

imformasi, kondisi

sosial ekonomi

terkini.

 Memanfaatkan

(28)

keputusan yang

sudah ditetapkan

dijalankan sesuai

target dan ketentuan.

tantangan tersebut

dapat diatasi.

 Aktif mengajukan ide

atau usulan untuk

kemajuan

perusahaan.

feedback untuk

perbaikan yang

berkesinambungan.

 Memperbaiki

kualitas layanan

pelanggan.

Dont’s

 Mengabaikan

pembuatan rencana

kerja baik itu harian,

mingguan, bulanan,

dan tahunan.

 Dalam sebuah kerja

tim membiarkan saat

orang lain tidak

menyelesaikan

tugasnya dalam

tenggat waktu yang

sudah disepakati.

 Mendelegasikan

tugas tanpa deskripsi

tugas, batas waktu,

ataupun ukuran

keberhasilan yang

jelas dan spesifik.

 Selalu mencari alasan

dan menyalahkan

orang lain saat ada

kendala atau

kegagalan.

 Selalu berargumen

dan negosiasi saat

diberikan tantangan

yang lebih.

 Menolak tugas dan

tanggung jawab yang

belum pernah

dilakukan

sebelumnya atau

belum memiliki

pengalaman di bidang

tersebut sebelumnya.

 Merasa cukup

dengan

kemampuan yang

dimiliki.

 Tidak proaktif

mendapatkan

informasi terkini

atas strategi

perusahaan, modul

training dan

kebijakan.

 Menolak

kesempatan

pelatihan untuk

meningkatkan

kemampuan.

 Menyepelekan

peningkatan

keahlian /

penguasaan tugas.

Keteladanan

Definisi

Menjadi role model bagi lingkungan kerja dalam pemikiran, perkataan dan

perilaku.

Perilaku

Tanggung jawab

Achievement

Mawas Diri

Do’s

 Melakukan

pekerjaan sesuai

prosedur dan target

kinerja.

 Berperan serta aktif

dan memberi

manfaat bagi

lingkungan kerja.

 Berusaha mendorong

percepatan

pencapaian target

kinerja.

 Keinginan

berprestasi.

 Tidak cepat berpuas

diri.

 Selalu berinovasi.

 Selalu introspeksi

diri dan melakukan

perbaikan.

 Terbuka menerima

masukan.

 Berpikiran positif.

 Mempunyai

kecerdasan

spiritual.

(29)

Dont’s

 Malas.

 Mudah menyerah.

 Pencitraan.

 Menunda pekerjaan.

 Tidak menyelesaikan

pekerjaan.

 Memandang rendah

orang lain dan

menjatuhkan

semangat.

 Tidak punya target

pribadi.

 Menyalahkan

orang lain.

 Melempar

tanggung jawab.

 Menganggap diri

benar.

 Berpikiran

sempit.

Sinergi

Definisi

Menciptakan dan meningkatkan kerjasama dengan mengedepankan

kepercayaan untuk memberikan nilai tambah yang optimum.

Perilaku

Kerjasama

Kepercayaan

Memberi nilai

tambah

Do’s

 Memelihara sinergi

dan toleransi di

antara perbedaan

yang ada.

 Mengedepankan

rasa kebersamaan

dengan saling

mendukung untuk

mencapai sasaran

yang ditetapkan.

 Proaktif dalam

bekerja.

 Berintegrasi antar

individu atau

bidang dalam

mencapai tujuan

bersama.

 Saling

berkoordinasi agar

dapat terjalin

hubungan yang

harmonis.

 Saling menghargai

satu sama lain di

dalam pendapat

yang berbeda.

 Mencipatakan

suasana yang

 Percaya pada

kemampuan orang

lain dalam.

memberikan nilai dan

kinerja terbaik.

 Menghargai pendapat

serta menerima kritik

dan saran.

 Memenuhi

harapan, bahkan

melampaui

harapan

stakeholder.

 Berusaha dalam

mencapai hasil

yang terbaik untuk

kemajuan instansi.

(30)

kondusif di

organisasi.

 Berkomunikasi

yang efektif agar

tersampainya

informasi yang

jelas.

Dont’s

 Individualistis /

bekerja sendiri.

 Fokus pada target

atau keinginan

pribadi dan

memaksakan

kehendak.

 Pasif dalam

bertindak terhadap

perubahan yang

terjadi.

 Hanya melihat satu

sisi dalam sebuah

masalah sehingga

tidak melihat sisi /

bagian lainnya.

 Bersikap

profokatif.

 Mementingkan

kepentingan

individu di atas

kepentingan

organisasi.

 Menyebarkan isu

negative.

 Bergejolak

(membuat suasana

tidak kondusif).

 Terlalu percaya diri

dan meremehkan

kemampuan orang

lain.

 Ingkar janji dan

menghindari

komitmen yang telah

dibuat.

 Merasa cepat puas

dengan kondisi

saat ini.

 Merasa sudah

lebih baik dari

yang lain

(competitor).

Komunikasi

Definisi

Suatu proses di mana interaksi antar pegawai, pegawai dengan pasien /

pengunjung, organisasi BBKPM dengan kelompok masyarakat /

stakeholder yang dapat menyampaikan, menerima, dan menggunakan

informasi / bantuan sehingga terjadi satu kesepahaman dan tercapai tujuan

yang diinginkan kedua belah pihak untuk pencapaian visi BBKPM Bandung.

(31)

Do’s

 Memiliki inisiatif

dalam memberikan

bantuan tanpa

diminta.

 Senantiasa

berperan aktif

dalam menghadapi

permasalahan yang

ada

 Peka terhadap

kebutuhan rekan

kerja, pasien dan

stakeholder lainnya.

 Saling menghargai.

 Menjadi pendengar

yang baik.

 Bersikap

kooperatif dalam

penyelesaian

masalah.

 Menciptakan

suasana kondusif

di lingkungan

kerja.

 Berkoordinasi

secara terus

menerus dengan

menggunakan

media yang

sesuai.

Dont’s

 Pamrih ketika

memberikan

bantuan.

 Enggan dalam

menanggapi

masalah yang

membutuhkan

perhatian segera.

• Bersikap acuh dalam

memberikan bantuan

kepada rekan kerja

dan stakeholder.

• Mengutamakan

kepentingan diri

tanpa mempedulikan

perasaan rekan

kerja.

 Berikap skeptis

terhadap upaya

penyelesaian

masalah.

 Bersikap apatis

dalam

melakukan

pekerjaan.

2. Motto

“Melayani dengan Kualitas dan Empati”.

D. Susunan Pejabat Pengelola dan Pejabat Pengawas BLU

1. Susunan Pejabat Pengelola BLU dan Dewan Pengawas

a. Susunan Pejabat Pengelola BLU

 Kepala

: drg. Maya Marinda Montain, M.Kes

 Kepala Bagian Tata

Usaha

: Endang Sri Mursinah, SKM, M.Kes

 Kepala Subbagian

Umum

(32)

 Kepala Subbagian

Keuangan

: Sudaryanto, SE

 Kepala Bidang

Pelayanan dan

Penunjang

Kesehatan

: dr. Dahlia Qadarsih

 Kepala Seksi

Pelayanan

Kesehatan

: dr. Ijan Aprijana, Sp. KO

 Kepala Seksi

Penunjang

Kesehatan

: Heni Handayani, S.Si, M.Kes.

 Kepala Bidang

Promosi dan

Pengembangan

Sumber Daya

: Cecep Slamet Budiono, S.KM., M.Sc.PH

 Kepala Seksi

Promosi Kesehatan

: dr. Djiwa Margono

 Kepala Seksi

Pengembangan

Sumber Daya

: Rian Surahman, SKM., M.KM

b. Susunan Pejabat Pengawas

 Pejabat

Pengawas

: Dr. dr. Agus Hadian Rahim, Sp.OT(K), M.Epid,

M.H.Kes

2. Uraian Tugas Pejabat Pengelola BLU

Pembagian tugas Pejabat Pengelola BLU mengacu pada Keputusan

Menteri Kesehatan RI Nomor: 532/Menkes/Per/IV/2007 tentang Susunan

dan Uraian Jabatan serta Tata Hubungan Kerja BBKPM. Adapun uraian

tugas masing-masing Pengelola BLU adalah sebagai berikut :

(33)

a. Kepala

Tugas Pokok : Melaksanakan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

pelayanan kesehatan, penunjang kesehatan, promosi kesehatan, dan

kemitraan serta pengembangan sumber daya di bidang kesehatan paru

masyarakat.

Uraian Tugas :

 Menyusun perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan

kesehatan rujukan paru spesialistik dan atau subspesialistik yang

berorientasi kesehatan masyarakat;

 Menyusun perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pemberdayaan

masyarakat dalam bidang kesehatan paru masyarakat;

 Menyusun perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kemitraan dan

pengembangan sumber daya di bidang kesehatan paru masyarakat;

 Menyusun perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pendidikan dan

pelatihan teknis di bidang kesehatan paru masyarakat;

 Menyusun perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi penelitian dan

pengembangan kesehatan paru masyarakat;

 Menyusun pelaksanaan urusan tata usaha.

b. Kepala Bagian Tata Usaha

Tugas Pokok : Melaksanakan penyusunan program, pengelolaan

(34)

kepegawaian,

kerumahtanggaan,

perlengkapan

dan

hubungan

masyarakat.

Uraian Tugas :

 Menyusun rencana program dan anggaran, penyajian informasi,

evaluasi dan laporan;

 Melaksanakan urusan kepegawaian, tata usaha, perlengkapan dan

rumah tangga serta hubungan masyarakat;

 Melaksanakan urusan keuangan.

c. Kepala Bidang Pelayanan dan Penunjang Kesehatan

Tugas Pokok : Melaksanakan perencanaan dan evaluasi di bidang

pemeriksaan, pengobatan, dan pelayanan rehabilitasi kesehatan paru

spesialistik dan subspesialistik yang berorientasi masyarakat serta

rujukan dengan sarana pelayanan kesehatan.

Uraian Tugas :

 Menyusun perencanaan dan evaluasi pemeriksaan dan pengobatan

kesehatan paru masyarakat;

 Menyusun perencanaan dan evaluasi pelayanan rehabilitasi

kesehatan paru masyarakat;

 Menyusun perencanaan dan evaluasi pelayanan rujukan;

 Menyusun perencanaan dan evaluasi kegiatan penunjang kesehatan;

 Menyusun perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan

(35)

d. Kepala Bidang Promosi dan Pengembangan Sumber Daya

Tugas Pokok : Melaksanakan perencanaan dan evaluasi penyuluhan

kesehatan dan konseling, pemberdayaan masyarakat, kerjasama, serta

pengembangan sumberdaya di bidang kesehatan paru masyarakat.

Uraian Tugas :

 Menyusun perencanaan dan evaluasi kegiatan penyuluhan kesehatan

dan konseling;

 Menyusun perencanaan dan evaluasi kegiatan pemberdayaan

masyarakat;

 Menyusun perencanaan dan evaluasi kegiatan kerjasama;

 Menyusun perencanaan dan evaluasi kegiatan pengembangan

(36)

BAB II

KINERJA BLU TAHUN 2019

DAN RENCANA BISNIS ANGGARAN TAHUN 2020

A. Gambaran Kondisi BLU

1. Faktor Internal

Kondisi Internal BBKPM Bandung yang langsung maupun tidak

langsung mempengaruhi capaian kinerja tahun 2019, yaitu sebagai berikut:

a. Pelayanan

BBKPM Bandung telah memiliki Sertifikat Manajemen Mutu ISO

9001:2015, sehingga menjadi modal dalam upaya memberikan pelayanan

spesialistik paru yang komprehensif (UKP & UKM) kepada masyarakat.

Upaya pelayanan kesehatan yang telah dilakukan oleh BBKPM Bandung

dalam meningkatkan kinerja dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki

adalah dengan mengembangkan jenis pelayanan dengan membuat layanan

baru sesuai dengan kebutuhan pelanggan/masyarakat serta meningkatkan

layanan yang sudah ada, salah satunya adalah layanan TB-MDR sebagai sub

rujukan, dimana BBKPM Bandung sebagai satu-satunya Fasilitas Pelayanan

Kesehatan Tingkat II yang menyelenggarakan rujukan TR-MDR di Jawa

Barat. Layanan ini sudah berjalan tiga tahun dan cukup berhasil dengan

jumlah kunjungan pasien semester 1 tahun 2019 yang ditatalaksana rata-rata

625 pasien setiap bulan. Selain itu layanan IGD 24 jam juga telah berjalan

baik dan terus meningkat serta layanan rawat inap dengan kapasitas 12

(37)

tempat tidur dengan jumlah pasien yang terus meningkat pada semester 1

tahun 2019 ini.

Namun dari beberapa factor kukuatan yang dimiliki, BBKPM

Bandung masih memiliki kelamahan internal, antara lain: Branding

BBKPM Bandung sebagai layanan kesehatan paru masih belum dikenal

masyarakat, serta masih belum meratanya standarisasi layanan kesehatan

paru di BBKPM Bandung terutama untuk UPF Garut dan UPF Cianjur.

Dalam hal layanan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM), dimana

adanya fungsi diklat, penelitian, kemitraan dan pemberdayaan masyarakat

serta penetapan wilayah kerja binaan 13 provinsi menjadi faktor kekuatan

dalam menangkap peluang dan mendukung capaian kinerja BBKPM

Bandung, walaupun dalam proses pelaksanaannya masih belum optimal dan

perlu standarisasi dalam pelaksanaan diklat.

Akses ke pelayanan BBKPM Bandung mudah terjangkau dengan

lokasi yang sangat strategis di tengah Kota Bandung yang dilalui oleh

angkutan umum, serta memiliki tarif yang cukup murah dibandingkan

fasilitas kesehatan lain di sekitarnya.

Informasi pelayanan kesehatan paru telah berbasis IT, seperti SMS

Gateway, Tempat Tidur Online, BLU Integrated Online System / BIOS,

pengembalian

rekam

medis

berbasis

IT,

Sistem

Informasi

Tuberkulosis/SITB, Sistem Informasi TB Mangkir, serta Sistem Informasi

Management Balai (SIM Balai) yang masih terus dikembangkan dan

menuju system pelayanan terintegrasi.

(38)

b. Keuangan

BBKPM Bandung telah menjadi Badan Layanan Umum serta telah

melaksanakan pengelolaan keuangan dengan baik sesuai peraturan yang

berlaku, Standar Operasional Prosedur keuangan sudah tersusun, dan telah

memiliki sistem informasi akuntansi yang mampu mendukung pelaporan

keuangan sehingga laporan keuangan yang dihasilkan lebih akurat dan tepat

waktu.

Namun demikian pendapatan PNBP masih belum bisa memenuhi

seluruh kebutuhan biaya operasional sehingga masih disubsidi oleh

pemerintah melalui anggaran Rupiah Murni (RM). Penyerapan anggaran

dirasakan belum optimal, alokasi belanja modal untuk memenuhi alat

kesehatan belum mencukupi, serta perlu adanya revisi tarif baik itu untuk

perubahan tarif yang sudah ada maupun tarif untuk layanan baru.

c. Organisasi dan Sumber Daya Manusia

Struktur organisasi BBKPM Bandung, berdasarkan Peraturan Menteri

Kesehatan RI Nomor 2354/Menkes/Per/XI/2011, sebagai berikut:

Bagan 2.1

(39)

Dukungan dan komitmen pimpinan dalam upaya pelayanan paru

secara komprehensif dimana didukung oleh Sumber Daya Manusia

sebanyak 194 orang (kondisi per 30 Juni 2019), terdiri dari 127 orang PNS,

65 orang Non PNS, dan 2 orang tenaga medis dengan perjanjian kerjasama.

Jumlah tenaga tata usaha yang berlatar belakang pendidikan akuntansi

sudah cukup memadai yaitu 5 orang berlatar pendidikan S1 Akuntansi dan

3 orang D3 Akuntansi, begitupun dengan tenaga kesehatan/medis standar

kompetensinya masih belum merata dan terpenuhi.

Adapun rincian berdasarkan kelompok ketenagaan sebagai berikut:

Tabel 2.1

Sumber Daya Manusia BBKPM Bandung Tahun 2019

Kelompok Ketenagaan

PNS

Non PNS

Jumlah

BLU

Kontrak/

Honorer

MoU

Tenaga Struktural/Manajemen

10

10

Tenaga Medis

24

1

3

2

30

Tenaga Keperawatan

31

5

36

Tenaga Gizi

4

4

Tenaga Kefarmasian

5

7

12

Tenaga Keterapian Fisik

2

2

Tenaga Teknik Biomedika

20

2

22

Tenaga Kesehatan Lingkungan

2

2

Tenaga Kesehatan Masyarakat

4

2

6

Tenaga Keteknisian Medis

4

1

5

10

Tenaga Non Kesehatan

4

31

35

Tenaga Non Kesehatan-Tata Usaha

17

3

5

25

Jumlah

127

5

60

2

194

d. Sarana dan Prasarana

Tersedianya peralatan medik dan non medik yang memadai

walaupun utilisasi pemanfaatannya masih rendah. Serta adanya program

(40)

pemeliharaan alat dan kalibrasi untuk mendukung optimalisasi penggunaan

sarpras yang handal.

Penambahan gedung pelayanan dan rawat inap yang telah selesai

pada akhir tahun 2016 dengan luas bangunan per tahun 2019 seluas 6.687

m

2

yang berdiri di atas tanah seluas 3.330 m

2

, untuk kondisi saran prasarana

di Bandung sudah cukup memadai, sedangkan sarana BBKPM Bandung di

Garut memiliki bangunan seluas 246 m

2

yang berdiri diatas tanah seluas

1.704 m

2

masih belum memadai, dimana status tanah dan bangunannya

milik Pemerintah Daerah Kabupaten Garut sehingga pengembangan

layanan pun terbatas. BBKPM Bandung di Cianjur memiliki bangunan

seluas 662 m

2

yang berdiri diatas tanah seluas 2.450 m

2

, pada tahun 2017

mendapat Hibah Bangunan (ex. Kantor BKKBN Cianjur) seluas 600 m

2

,

namun kondisi gedungnya masih perlu dilakukan renovasi/perbaikan.

Adapun rencana pengembangannya diperuntukan sebagai gedung layanan

rawat inap.

Sementara pengembangan sarana medik lainnya untuk memenuhi

kebutuhan pelayanan masih terus dikembangkan. Sistem Manajemen

informasi berbasis teknologi, baru terintegrasi sebagian sehingga penerapan

sistem informasi pelayanan kesehatan masih belum optimal.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan kondisi di luar BBKPM Bandung yang

secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi keberhasilan BLU

dalam mencapai kinerja tahun 2019 yaitu:

(41)

a) Berkembangnya industri disertai dengan kepadatan penduduk yang semakin

tinggi beresiko terhadap meningkatnya penyakit paru. Begitupun gaya

hidup masyarakat dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi di sektor

industri, konstruksi dan perdagangan yang berpotensi menimbulkan

penyakit paru terutama yang diakibatkan oleh rokok.

b) Berkembangnya persaingan dalam penyediaan layanan sejenis dari lembaga

lain baik pemerintah maupun swasta. Ditambah pula adanya AFTA 2015

bidang kesehatan menuntut pelayanan prima.

c) Pelayanan kesehatan sangat terbantu dengan adanya program Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN) yang semakin dikenal masyarakat, diikuti

dengan meningkatnya jumlah peserta BPJS. Hal ini memudahkan

masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang terjangkau dan

optimal serta pasien dapat dijamin pembayarannya melalui system paket

pembayaran INA CBG’s sehingga harus efisien dan kualitas pelayanan

secara langsung dapat terjaga.

d) Telah dikeluarkannya Revisi Keputusan Menteri Keuangan (KMK)

remunerasi, yang memberikan pengaruh terhadap semangat bekerja

pagawai.

e) Adanya indikator kinerja baik dari Kementerian Kesehatan maupun

Kementerian Keuangan.

f) Kasus penyakit TB masih menjadi program prioritas nasional dan global.

g) Terbukanya kerjasama kesehatan paru dengan berbagai organisasi baik

(42)

h) Sistem rujukan berjenjang tingkat 2 BPJS kesehatan.

Adapun faktor eksternal yang menghambat kinerja adalah:

a) Proses pembayaran klaim yang lambat dari pihak BPJS Kesehatan,

kebijakan BPJS yang sering berubah-ubah.

b) Belum adanya standarisasi balai sebagai fasilitas layanan kesehatan oleh

Kemenkes.

c) Generalisasi regulasi & kebijakan BPJS kesehatan yang tidak

mengakomodir pelayanan penyakit prioritas nasional.

d) Kebijakan lintas sektor dan lintas program terkait kesehatan paru yang

kurang selaras.

e) Kemampuan pesaing yang lebih baik dalam mengelola aset dan

mengoptimalisasi sumber daya.

f) Tingginya resiko bencana alam dan non-alam.

g) Adanya stigma negatif masyarakat terhadap penyakit paru.

h) Penataan organisasi Garut dan Cianjur belum selesai.

Berikut rangkuman hasil identifikasi faktor SWOT yang diperkirakan akan

dihadapi dalam kurun waktu RSB 2020-2024, serta perhitungan rating urgency,

seriousness, dan growth (USG) didapat posisi kuadran pada diagram kartesius.

Tabel 2.2

Balanced Score SWOT

No

Faktor -Faktor

Bobot

(b)

Rating

(r)

Score

(b x r)

Kekuatan (Strength)

1

Pelayanan spesialistik paru yang komprehensif (UKP & UKM)

17

4,75

0,81

2

Adanya penetapan pembinaan wilayah kerja.

10

3,33

0,33

3

Adanya fungsi diklat, penelitian, kemitraan dan pemberdayaan

masyarakat

7

4,17

0,29

(43)

No

Faktor -Faktor

Bobot

(b)

Rating

(r)

Score

(b x r)

5

Dukungan dan komitmen pimpinan dalam upaya pelayanan

paru secara komprehensif.

21

4,83

1,02

6

Satu satunya PKK 2 yang menyelenggarakan rujukan TM Dor

di Jawa Barat.

6

3,92

0,24

7

Mempunyai dasar hukum sebagai UPT vertikal Kemenkes.

25

4,50

1,13

Total Kekuatan (Strength)

100

4,34

Kelemahan (Weakness)

1

Belum terpenuhinya standar kompetensi SDM.

18

4,67

0,84

2

Pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi belum

optimal.

17

4,73

0,80

3

Utilisasi pemanfaatan aset dan alat masih rendah.

12

3,05

0,37

4

Tata kelola dokumen yang belum baik.

11

1,94

0,21

5

Diklat belum dilaksanakan sesuai standar.

10

3,27

0,33

6

Branding BBKPM sebagai layanan kesehatan paru belum

dikenal masyarakat.

20

4,77

0,95

7

Belum meratanya standarisasi layanan kesehatan paru di

Bandung, Garut dan Cianjur.

12

4,45

0,53

Total Kelemahan (Weakness)

100

4,04

Peluang (Opportunity)

1

Kasus penyakit TB masih menjadi program prioritas nasional

dan global.

22

4,49

0,99

2

Terbukanya kerjasama kesehatan paru dengan berbagai

organisasi baik nasional maupun internasional.

7

3,61

0,25

3

Sistem rujukan berjenjang tingkat 2 BPJS kesehatan.

14

4,36

0,61

4

Penyediaan pelayanan kesehatan paru dengan tarif terjangkau.

10

3,97

0,40

5

Pengembangan pelayanan kesehatan paru berbasis IT.

18

4,67

0,84

6

E-purchasing mengakomodir pengadaan barang dengan harga

yang kompetitif

9

3,42

0,31

7

Tingginya tuntutan masyarakat terhadap layanan kesehatan

berkualitas.

20

4,41

0,88

Total Peluang (Opportunity)

100

4,28

Ancaman (Threat)

1

Belum adanya standarisasi balai sebagai fasilitas layanan

kesehatan oleh Kemenkes.

25

4,79

1,20

2

Generalisasi regulasi & kebijakan BPJS kesehatan yang tidak

mengakomodir pelayanan penyakit prioritas Nasional.

10

4,08

0,41

3

Kebijakan lintas sektor dan lintas program terkait kesehatan

paru yang kurang selaras.

14

3,08

0,43

4

Kemampuan pesaing yang lebih baik dalam mengelola aset

dan sumber daya.

15

3,63

0,54

5

Tingginya resiko bencana alam dan non-alam.

11

4,08

0,45

6

Adanya stigma negatif masyarakat terhadap penyakit paru.

5

3,13

0,16

7

Penataan organisasi Garut dan Cianjur belum selesai.

20

4,63

0,93

(44)

Bagan 2.2

Matrix Grand Strategi

3. Asumsi Makro dan Mikro

a. Asumsi Makro 2019

Tabel 2.3

Asumsi Makro Tahun 2019

No

Parameter

Asumsi 2019

Realisasi 2019

1

Tingkat Inflasi

3,5%

3,3%

2

Tingkat Pertumbuhan

Ekonomi

5,3%

5,06%

3

Nilai tukar rupiah / kurs 1 $

Rp. 14.400,-

/per dollar AS

Rp.

14.197

,-

/per dollar AS

4

Tingkat Bunga SPN 3 bulan

5,3%

5,8%

Sumber : Salinan Pidato Presiden RI pada Penyampaian RUU APBN 2020 beserta Nota Keuangan

Dalam perkembangan global saat ini dengan laju pertumbuhan ekonomi

yang rendah, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang

mengalami penguatan diperkirakan akan berdampak terhadap kunjungan

pasien ke BBKPM. Asumsi Makro jelas akan berpengaruh pada pertumbuhan

ekonomi global baik langsung maupun tak langsung yaitu :

(45)

 Berpengaruh terhadap daya beli masyarakat, semakin rendah PDB, daya beli

masyarakat menurun sehingga kemampuan untuk memeriksakan

kesehatannya/berobat semakin rendah.

 Pertumbuhan Ekonomi : semakin rendah pertumbuhan ekonomi tingkat

kesadaran masyarakat untuk hidup sehat semakin susah dan berkurang. Hal

ini berpengaruh negatif pada pemanfaatan BBKPM sebagai sarana

pelayanan kesehatan paru.

 Tingkat Inflasi: semakin rendah inflasi berpengaruh langsung pada belanja

modal/investasi, harga obat, alat dan bahan habis pakai lainnya, sehingga

pemenuhan kebutuhan investasi, obat, alat dan bahan habis pakai lainnya

relatif mudah.

b. Asumsi Mikro 2019

Tabel 2.4

Asumsi Mikro Tahun 2019

No

Parameter

Asumsi 2019

Realisasi 2019

1

Anggaran Gaji PNS

sebesar 21,07 %

dari total anggaran

10,27%

2

Anggaran Biaya operasional

sebesar 49,27%

dari total anggaran

22,66%

3

Anggaran Biaya Investasi

sebesar 8,03%

dari total anggaran

1,04%

4

Tarip pelayanan

berdasarkan Unit

Cost 100%

100%

5

Kebutuhan Pengembangan SDM terpenuhi 80%

88,48%

6

Alat medik

berfungsi sebesar

100%

95,32%

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

 Realisasi Anggaran Gaji PNS sampai dengan semester 1 tahun 2019 sebesar

10,27% dari total Anggaran Perubahan Tahun 2019 sebesar Rp.

41.958.163.000,-

(46)

 Realisasi Anggaran Biaya Operasional semester 1 sebesar 22,66% dari total

realisai anggaran, sementara asumsi tahun 2019 sebesar 49

,27%

berarti

biaya operasional pelayanan tetap berjalan maksimal.

 Realisasi Anggaran Biaya Investasi sebesar 1,04% dari total realisasi

anggaran, asumsi awal tahun 2019 sebesar 8,03%. Digunakan secara

optimal untuk alat pengolah data, peralatan fasilitas perkantoran alat medik

dan non medik untuk menunjang peningkatan pendapatan.

 Tarip pelayanan Rumah Sakit berdasarkan Unit Cost 100%, sehingga

mampu meningkatkan pendapatan sesuai cost atau biaya yang dikeluarkan

rumah sakit.

 Pemenuhan kebutuhan pengembangan SDM 80% (persentase utilisasi

sumber daya manusia) diharapkan dapat mendukung pelayanan dan

pelaksanaan program pengembangan dan optimalisasi.

 Alat medik berfungsi sebesar 95,32% (persentase utilisasi peralatan layanan

kesehatan paru) hal ini dikarenakan masih terdapat alat kesehatan yang

kurang optimal pemanfaatannya, yaitu bronchoscopy, dikarenakan kendala

SDM Medis spesialis anestesi yang belum tersedia di BBKPM.

c. Asumsi Makro 2020

Tabel 2.5

Asumsi Makro Tahun 2020

No

Parameter

Asumsi 2020

1

Tingkat Inflasi

3,1%

2

Tingkat Pertumbuhan Ekonomi

5,3%

3

Nilai tukar rupiah / kurs 1 $

Rp. 14.400,- per dollar AS

(47)

d. Asumsi Mikro 2020

Tabel 2.6

Asumsi Mikro Tahun 2020

No

Parameter

Asumsi 2020

1

Anggaran Gaji PNS

sebesar 26,77 % dari total anggaran

2

Anggaran Biaya operasional

sebesar 63,88% dari total anggaran

3

Anggaran Biaya Investasi

sebesar 9,52% dari total anggaran

4

Tarip pelayanan

berdasarkan Unit Cost 100%

5

Kebutuhan Pengembangan SDM terpenuhi 80%

6

Alat medik

berfungsi sebesar 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

 Anggaran Gaji PNS sebesar 26,77% dari total anggaran,sesuai dengan

kebutuhan yang diusulkan dalam e-Planning sebesar Rp.8.417.208.000,-

Anggaran Biaya Operasional sebesar 63,88% dari total anggaran untuk

menutup biaya operasional agar pelayanan berjalan maksimal sesuai dengan

pengembangan layanan.

Anggaran Biaya Investasi sebesar 9,52% dari total anggaran belanja untuk

menunjang ketersediaan alat medik dan non medik sesuai pengembangan

layanan sehingga diharapkan akan meningkatkan pendapatan.

Tarif pelayanan berdasarkan Unit Cost 100%, sehingga mampu

meningkatkan pendapatan sesuai biaya yang dikeluarkan.

Pemenuhan kebutuhan SDM 80% diharapkan dapat mendukung pelayanan

dan pelaksanaan program pengembangan dan optimalisasi.

Alat medik berfungsi sebesar 100% sehingga bisa mendukung pelayanan

dan pelaksanaan program pengembangan dan optimalisasi pelayanan

kesehatan paru.

Gambar

Tabel 2.25 Rincian Realisasi Belanja Tahun 2019 dan Rencana Belanja Tahun 2020  KODE  Uraian Unit/Program/IKU  Program/Kegiatan/IKK/Output/Akun  Belanja/Detail Belanja  TA 2019  PAGU TA 2020 Volume Dana Vol Target  SD  Target  Realisasi

Referensi

Dokumen terkait

kompetensi dasar konsep pemasaran online disajikan sebagai berikut: Dalam proses pengembangan media, diawali dengan tahap pendefinisian Di tahap pendefinisian peneliti

,. Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan. )entukan pengalaman klien sebelumnya terhadap penyakit yang dideritanya.. -erikan informasi

Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul

Pengaruh Terapi Bermain Dengan Teknik Bercerita Terhadap Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah (3-5 Tahun) Di RSU Sari Mutiara Medan6. x + 39 hal + 4 tabel + 2 skema +

Apa yang ditunjukkan pada desain anoda dengan rongga anoda lurus (Gambar 3a dan Gambar 3b) menunjukkan bahwa anoda dengan ruang ionisasi yang lebih besar ternyata menghasilkan

Hasil evaluasi terhadap narasumber pelatihan menunjukkan bahwa lebih dari separuh peserta menyatakan narasumber pelatihan sangat baik, hal itu menggambarkan bahwa narasumber

Hasil percobaan menunjukan bahwa kadar garam kotor lebih besar dibandingkan dengan kadar garam bersih, yang berarti garam hasil rekristalisasi mengandung lebih