• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TEORI DASAR. tertentu agar seluruh struktur mampu berfungsi secara keseluruhan dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TEORI DASAR. tertentu agar seluruh struktur mampu berfungsi secara keseluruhan dalam"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TEORI DASAR

II.1 Defenisi Struktur

Secara sederhana struktur bangunan dapat didefenisikan sebagai sarana untuk menyalurkan beban akibat kehadiran suatu bangunan ke dalam tanah. Struktur bangunan juga dapat didefenisikan sebagai suatu sekumpulan objek yang mempunyai karakterisitik sama yang dihubungkan satu sama lain dengan cara tertentu agar seluruh struktur mampu berfungsi secara keseluruhan dalam memikul beban, baik yang beraksi secara horizontal maupun vertikal ke dalam tanah. (Daniel L. Schodek, 1998)

II.2 Perkembangan Struktur Rangka Batang

Rangka batang merupakan salah satu komponen penting yang dimiliki oleh struktur selain pondasi, kolom, balok dan lain-lain.

Pada tahun 1518-1580, seorang arsitek bernama Andrea Palladio yang berasal dari Italia, memberikan gambaran mengenai struktur rangka batang dengan rangkaian pola segitiga yang benar dan mengetahui bagaimana cara struktur tersebut memikul beban. Setelah itu, rangka batang mulai digunakan pada konstruksi besar, misalnya gedung-gedung bangunan. Akan tetapi, hal ini tidak memberikan pengaruh apapun pada inovasi struktur. Para ahli jembatan pada abad ke sembilan belaslah yang mulai secara sistematis mempelajari dan

(2)

bereksperimen dengan potensi rangka batang, hal ini dilakukan karena meningkatnya kebutuhan transportasi pada saat itu.

Gambar II.1 Model Struktur Rangka Batang pada Jembatan

Kemudian, penggunaan rangka batang untuk gedung mulai ikut berkembang meskipun lebih lambat karena adanya perbedaan tradisi kebutuhan hingga akhirnya menjadi elemen umum dalam arsitektur modern.

Berkembangnya rangka batang sebagai bentuk struktural utama berlangsung sangat cepat dan memberikan pengaruh yang sangat cepat, dengan demikian perkembangan rangka batang dibantu oleh dasar pengetahuan teoritis yang bersifat percobaan berkembang dengan cepat. (Ir. Joni Hardi, MT)

(3)

II.2.1 Prinsip – Prinsip Umum Rangka Batang

II.2.1.1 Prinsip Dasar Pembentukan Segitiga

Prinsip utama yang mendasari penggunaan rangka batang sebagai struktur pemikul beban adalah penyusunan elemen menjadi konfigurasi segitiga yang menghasilkan bentuk stabil. Pola yang bukan segitiga menyebabkan struktur tersebut menjadi tidak stabil yang mengakibatkan terjadinya deformasi yang realtif besar. (Dian Ariestadi, 2008)

Sebagai pembantu dalam menentukan kestabilan rangka batang digunakan persamaan aljabar yang menghubungkan banyak titik hubung pada rangka batang dengan banyak batang yang diperlukan untuk kestabilan.

n = 2 j – 3 (II.1)

dimana: n = Jumlah batang

j = Jumlah node

Pada struktur stabil, sudut yang terbentuk antara dua batang tidak akan berubah apabila dibebani. Hal ini berbeda dengan mekanisme yang terjadi pada bentuk struktur yang tidak stabil, dimana sudut antara dua batangnya akan berubah sangat besar apabila dibebani.

Bila susunan segitiga dari batang-batang adalah bentuk stabil, maka sembarang susunan segitiga juga membentuk struktur stabil dan kokoh. Bentuk kaku yang lebih besar untuk sembarang geometri dapat dibuat dengan

(4)

memperbesar segitiga-segitiga itu. Pada struktur stabil, gaya eksternal menyebabkan timbulnya gaya pada batang-batang. Gaya-gaya tersebut adalah gaya tarik dan tekan. (Daniel L. Schodek, 1998)

Gambar II.2 Rangka Batang dan Prinsip-Prinsip Dasar Triangulasi (Dian Ariestadi, 2008)

(a) Bentuk umum rangka batang

(b) Konfigurasi yang stabil (c) Konfigurasi stabil (d) Gaya batang

(e) Konfigurasi segitiga (f) Pada struktur rangka, hanya gaya tarik dan tekan yang timbul dalam batang yang setiap batangnya dihubungkan secara sendi-sendi

(5)

II.2.1.2 Analisa Gaya Batang

Metode untuk menentukan gaya-gaya pada rangka batang adalah berdasarkan pada tinjauan keseimbangan titik hubung. Pada konfigurasi rangka batang sederhana, sifat gaya batang tarik atau tekan dapat ditentukan dengan

memberikan gambaran bagaimana rangka batang tersebut memikul beban, misalnya dengan memberi gambaran bentuk deformasi yang mungkin terjadi pada saat struktur tersebut diberi beban. Tetapi pada struktur rangka yang memiliki geometri yang kompleks, sifat gaya batang tidak dapat ditentukan dengan menggambarkan bentuk deformasi yang terjadi. Struktur tersebut harus dianalisis secara matematis agar diperoleh hasil yang lebih akurat. (Dian Ariestadi, 2008)

II.2.2 Desain Rangka Batang

II.2.2.1 Efisiensi

Faktor efesiensi sangat berpengaruh dalam perencanaan dan pengerjaan pada konstruksi struktur rangka. Faktor ini dapat terdiri dari dua, yaitu:

1. Efisiensi Struktural

Efisiensi struktural merupakan suatu alternatif bersifat ekonomis yang bertujuan untuk meminimumkan jumlah bahan yang digunakan tanpa mengurangi kekuatan struktur, sehingga struktur tersebut mempunyai kemampuan layan yang relatif sama dari perencanaan semula. (Dian Ariestadi, 2008)

(6)

2. Efisiensi Pelaksanaan (Konstruksi)

Efisiensi pelaksanaan (konstruksi) merupakan suatu alternatif untuk memudahkan dalam pengerjaan konstruksi struktur rangka batang, misalnya dengan membuat semua batang identik, maka perakitan elemen-elemen rangkaakan menjadi lebih mudah dibandingkan bila batang-batang yang digunakan berbeda. (Dian Ariestadi, 2008)

II.2.2.2 Konfigurasi

Stuktur rangka batang dapat mempunyai banyak bentuk. Seperti halnya

pada balok maupun kabel, penentuan konfigurasi batang merupakan tahap awal dalam mendesain struktur rangka, sebelum proses analisis gaya batang dan penentuan ukuran setiap elemen struktur pada suatu bangunan dilakukan. Hal ini bertujuan agar konfigurasi rangka batang yang akan dipakai sesuai dengan bangunan yang dirancang. Beberapa bentuk konfigurasi rangka batang yang umum digunakan dapat dilihat pada Gambar II.3.

(7)

Gambar II.3 Jenis – Jenis Umum Rangka Batang (Daniel L. Schodek, 1998)

II.2.2.3 Tinggi Rangka Batang

Volume total suatu struktur rangka sangat dipengaruhi oleh tinggi struktur rangka itu sendiri. Semakin tinggi suatu stuktur rangka batang, maka semakin besar volume struktur rangka tersebut, begitu juga sebaliknya. Sehingga,

Rangka Batang Fink Menggantung Tiang Raja

Tiang Raja Terbalik

Rangka Batang Pratt Menggantung

Rangka Batang Howe Menggantung

Tiang Ratu

Tiang Ratu Terbalik

Batang Tepi Sejajar Rangka Batang Howe

Batang Tepi Sejajar Rangka Batang Pratt

Batang Tepi Sejajar Rangka Batang Warren

Rangka Batang dengan Diagonal Silang dan Batang Tepi Sejajar

(8)

penentuan tinggi optimum rangka batang umumnya dilakukan dengan proses optimasi. (Daniel L. Schodek, 1998)

Berikut ini pedoman sederhana yang dapat dijadikan sebagai patokan awal dalam menentukan tinggi rangka batang.

Jenis Rangka Batang Tinggi

Rangka batang dengan beban relatif ringan dan berjarak dekat, misalnya: rangka batang atap

bentangan dari

20 1

Rangka batang kolektor sekunder yang memikul beban sedang

bentangan dari

10 1

Rangka batang kolektor primer yang memikul beban yang sangat besar

daribentangan 5 1 atau 4 1

Tabel II.1 Pedoman Awal dalam Menentukan Tinggi Rangka Batang (Daniel L. Schodek, 1998)

II.2.2.4 Batang Tekan

Suatu komponen yang mengalami gaya tekan, akibat beban terfaktor Nu,

menurut SNI 03-1729-2002, harus memenuhi:

n n

u N

N <φ . (II.2) Dengan : N = Beban terfaktor u

n

N = Tahanan nominal komponen struktur tekan

n

(9)

Faktor reduksi kekuatan φn untuk komponen struktur yang memikul gaya tekan aksial (SNI 03-1729-2002) sebesar 0,85.

Daya dukung nominal Nn struktur tekan dihitung sebagai berikut:

ω y g n f A N = . (II.3)

Dengan : A = Luas penampang g

y

f = Kuat leleh material

Dengan besarnya ω ditentukan oleh λc, yaitu:

Untuk λc < 0,25 maka ω = 1 (II.4.a)

Untuk 0,25 < λc < 1,2 maka ω = c λ 67 , 0 6 , 1 43 , 1 − (II.4.b)

Untuk λc > 1,2 maka ω = 1,25λc2 (II.4.c) Dimana, E fy c π λ λ = (II.5) r L k . = λ (II.6)

Dengan : λ = Kelangsingan komponen struktur k = Faktor panjang tekuk

L = Panjang komponen struktur tekan r = Jari - jari girasi komponen struktur tekan

(10)

Dalam mendesain batang tekan, bahaya tekuk sangat diperhitungkan pada komponen-komponen tekan yang langsing. Panjang tekuk tergantung dari kondisi tumpuan ujungnya. Garis putus menunjukkan posisi kolom pada saat tertekuk HargaK teoretis 0,5 0,7 1,0 1,0 2,0 2,0 K desain 0,65 0,80 1,2 1,0 2,10 2,0 Keterangan

Tabel II.2 Panjang Tekuk untuk Beberapa Kondisi Perletakan (Agus Setiawan, 2008)

Jepit

Sendi

Rol tanpa rotasi

(11)

II.2.2.4.1 Komponen Struktur Tekan Tersusun

Komponen struktur tekan dapat tersusun dari dua atau lebih profil, yang disatukan dengan menggunakan pelat kopel. Analisis kekuatannya harus dihitung terhadap sumbu bahan dan sumbu bebas bahan. (Agus Setiawan, 2008)

Kelangsingan pada arah sumbu bahan (sumbu x) dihitung dengan:

x x x r L k . = λ (II.7)

Dan pada arah sumbu bebas bahan (sumbu y) harus dihitung kelangsingan idealλiy: 2 1 2 2λ λ λiy = y +m (II.8) dimana, min 1 1 dan . r L r L k y y y = λ = λ (II.9) dimana :

Lx , Ly = Panjang komponen struktur tekan arah x dan arah y

k = Faktor panjang tekuk

rx , ry , rmin = Jari - jari girasi komponen struktur tekan

m = Konstanta yang besarnya ditentukan dalam peraturan

(12)

Gambar II.4 Nilai Batas Kelangsingan Penampang untuk Berbagai Tipe Penampang (Agus Setiawan, 2008)

y f t b/ ≤250/ y f t d/ ≤335/ y f t b/ ≤200/ h b b b t d b t h tf bf /2 tw t t y f t b/ ≤250/ y w y f f f t h f t b / 665 / / 250 2 / ≤ ≤ y w y f t h f t b / 665 / / 250 / ≤ ≤

(13)

II.2.2.5 Batang Tarik

Batang tarik sangat efektif dalam memikul beban. Batang tarik dapat terdiri dari profil tunggal ataupun profil-profil tersusun.

Menurut SNI 03-1729-2002 pasal 10.1, dinyatakan bahwa semua komponen struktur yang memikul gaya tarik aksial terfaktor sebesar Tu, maka

diperoleh:

n

u T

T <φ . (II.10)

Dengan : T = Beban terfaktor u

n

T = Tahanan nominal komponen struktur tarik

φ = Faktor reduksi yang besarnya 0,9

II.2.2.5.1 Kondisi Leleh

Bila kondisi leleh menentukan, maka tahanan nominal Tn, dari batang tarik

memenuhi persamaan:

y g

n A f

T = . (II.11)

dimana : A = Luas penampang g

y

f = Kuat leleh material

II.2.2.5.2 Kelangsingan Struktur Tarik

Untuk mengurangi masalah terkait dengan lendutan besar, maka komponen struktur tarik harus memenuhi syarat kekakuan. Syarat ini berdasarkan pada rasio kelangsingan, yaitu:

(14)

r L

=

λ (II.12)

Dengan : λ = Kelangsingan komponen struktur

L = Panjang komponen struktur

r = Jari - jari girasi

Nilai λ diambil maksimum 240 untuk batang tarik. (Agus Setiawan, 2008)

II.2.3 Analisa Rangka Batang

II.2.3.1 Stabilitas

Tahap awal pada analisis rangka batang adalah menentukan apakah rangka batang itu mempunyai konfigurasi yang stabil atau tidak. Secara umum, setiap rangka batang yang merupakan susunan bentuk dasar segitiga merupakan struktur yang stabil. Pola susunan batang yang tidak segitiga, umumnya kurang stabil yang akan runtuh apabila dibebani, karena rangka batang ini tidak mempunyai jumlah batang yang mencukupi untuk mempertahankan hubungan geometri yang tetap antara titik-titik hubungnya.

Pada suatu rangka batang, dapat digunakan batang melebihi jumlah minimum yang diperlukan untuk kestabilan. Aspek lain dalam stabilitas adalah bahwa konfigurasi batang dapat digunakan untuk menstabilkan struktur terhadap beban lateral. Salah satu cara menstabilkan struktur dengan menggunakan batang-batang kaku (bracing). (Daniel L. Schodek, 1998)

(15)

II.2.3.2 Gaya Batang

Prinsip dasar dalam menganalisis gaya batang adalah bahwa setiap struktur atau setiap bagian dari setiap struktur harus berada dalam kondisi seimbang. Gaya-gaya batang yang bekerja pada titik hubung rangka batang pada semua bagian struktur harus berada dalam keseimbangan. Prinsip ini merupakan kunci utama dari analisis rangka batang. (Dian Ariestadi, 2008)

II.2.3.3 Metode Analisis Rangka Batang

Untuk menyelesaikan perhitungan konstruksi rangka batang, umumnya dapat diselesaikan dengan beberapa metode sebagai berikut:

a. Cara Grafis

• Metode cremona

Metode cremona adalah metode grafis dimana dalam penyelesaiannya menggunakan alat tulis dan penggaris siku (segitiga). Luigi Cremona (Italia) adalah orang yang pertama menguraikan diagram cremona tersebut. Pada metode ini, skala gambar sangat berpengaruh terhadap besarnya kekuatan batang karena kalau gambarnya terlalu kecil akan sulit pengamatannya.

b. Cara Analitis

• Metode keseimbangan titik buhul

(16)

batang dianggap sebagai gabungan batang dan titik hubung. Gaya batang diperoleh dengan meninjau keseimbangan titik-titik hubung.

Setiap titik hubung harus berada dalam keseimbangan, sehingga untuk menghitung gaya-gaya yang belum diketahui digunakan Σ H = 0 dan

Σ V = 0.

• Metode keseimbangan potongan (ritter)

Metode keseimbangan potongan (ritter) adalah metode yang mencari gaya batang dengan potongan atau irisan analitis. Metode ini umumnya hanya memotong tiga batang mengingat hanya ada tiga persamaan statika saja, yaitu: Σ M = 0, Σ H = 0 , dan Σ V = 0. Perbedaan metode ritter dengan metode keseimbangan titik buhul adalah dalam peninjauan keseimbangan rotasionalnya. Metode keseimbangan titik buhul, biasanya digunakan apabila ingin mengetahui semua gaya batang. Sedangkan metode potongan biasanya digunakan apabila ingin mengetahui hanya sejumlah terbatas gaya batang. (Dian Ariestadi, 2008)

Akan tetapi, metode elemen hingga mulai sering digunakan dalam analisa perhitungan struktur rangka batang, karena metode ini memeiliki ketelitian yang tinggi.

(17)

II.3 Defenisi Metode Elemen Hingga (Finite Element Method)

Metode elemen hingga (finite element method) merupakan suatu metode numerik yang digunakan untuk menghitung gaya dalam pada suatu struktur. Metode elemen hingga (finite element method) juga dapat dipakai untuk perhitungan nonstruktur, seperti fluida, perpindahan panas, mekanika nuklir, transportasi massa, mekanika kedokteran, dan lain-lain. Keuntungan dari metode elemen hingga adalah bahwa apa yang tidak dapat diselesaikan dengan penyelesaian analitis dapat dipecahkan dengan metode ini, sebagai contoh konstruksi yang mempunyai geometris yang kompleks dan beban yang kompleks. (Prof. Dr. Ir. Irwan Katili, DEA, 2008)

II.4 Perkembangan Metode Elemen Hingga (Finite Element Method)

Perkembangan metode elemen hingga sampai sekarang sangat pesat. Berikut sejarah singkat mengenai perkembangan metode elemen hingga:

• Tahun 1941 : Hernikoff menggunakan metode ini dalam bidang ilmu teknik struktur.

• Tahun 1943 : Mc Henry menggunakan metode ini pada perhitungan tegangan untuk struktur yang berdimensi satu (one

dimensional).

• Tahun 1943 : Courant mengembangkan defenisi tegangan dalam bentuk fungsi. Sebagai awal penggunaan fungsi bentuk (shape

function) yang diterapkan dalam elemen segitiga (elemen

(18)

• Tahun 1947 : Levy mengunakan metode fleksibilitas (flexibility method) atau metode gaya (force method).

• Tahun 1953 : Levy mengembangkan metode deformasi (displacement

method) atau metode kekakuan (stiffness method). Pada

masa itu, usulan Levy susah diterima oleh umum karena memerlukan banyak perhitungan sehingga diperlukan komputer sebagai sarana pendukung.

• Tahun 1956 : Turner, Clough, Martin, dan Topp, mereka memperkenalkan matriks kekakuan pada elemen rangka (truss element) dan balok (beam element).

• Tahun 1960 : Clough memperkenalkan elemen segiempat dan elemen segitiga.

• Tahun 1961 : Melos menyajikan matriks kekakuan untuk elemen segi empat.

• Tahun 1964 : Argirys memperkenalkan elemen dengan tiga dimensional.

Setelah tahun 1976 perkembangan metode elemen hingga (finite element

method) sangat pesat, ditambah mulai digunakan komputer untuk memudahkan

menyelesaikan perhitungan strukturnya. (Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan)

II.5 Metode Elemen Hingga dalam Struktur

Dalam perhitungan mekanika ada dua cara yakni sebagai berikut:

(19)

2. Metode perpindahan (displacement method)

Dalam perkembangan software, dasarnya adalah metode kekakuan atau metode elemen hingga. Beda metode kekakuan dengan metode elemen hingga adalah dalam mengerjakan matriks kekakuannya. Pada metode kekakuan hanya dapat dilakukan pada elemen yang berdimensi satu (one dimensional), sedangkan metode elemen hingga dapat diterapkan pada elemen yang berdimensi satu (one

dimensional), berdimensi dua (two dimensional), maupun berdimensi tiga (three dimensional). (Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan)

II.6 Jenis – Jenis Struktur dalam Elemen Hingga (Finite Element Method)

II.6.1 Rangka (truss)

Rangka adalah struktur kerangka yang dibuat dengan menyambungkan elemen struktur yang lurus dengan sambungan sendi di kedua ujungnya. Struktur rangka tersusun dari batang-batang tarik dan batang-batang tekan saja.

a. Rangka bidang (plane truss element), yaitu rangka yang memiliki 2 buah DOF, yaitu perpindahan d1 dan d2.

(20)

b. Rangka ruang (space truss element) memiliki 6 buah DOF, dimana di setiap nodalnya menahan perpindahan arah x yaitu d1, arah y yaitu d2, dan arah z

yaitu d3. (Prof. Dr. Ir. Irwan Katili, DEA, 2008)

Gambar II.6 Space Truss Element

II.6.2 Spring

Spring element mirip dengan truss element, umumnya dapat menahan gaya

aksial saja. Spring element memiliki 2 buah DOF.

(21)

II.6.3 Balok (beam)

Balok adalah batang lurus ditumpu di dua atau lebih perletakan yang mendapatkan pembebanan tunggal maupun merata. Elemen balok memiliki 4 buah DOF, dimana di setiap nodalnya menahan peralihan arah y yaitu v dan rotasi i

sudut arah sumbu z yaitu θi. (Prof. Dr. Ir. Irwan Katili, DEA, 2008)

Gambar II.8 Beam Element

II.6.4 Balok Silang (grid)

Balok silang merupakan kombinasi dari elemen balok dengan tambahan torsi. Balok silang memiliki 6 buah DOF, dimana di setiap nodal menahan peralihan vertikan v , rotasi i θyiterhadap sumbu y akibat momen lentur, dan rotasi

xi

θ terhadap sumbu elemen akibat torsi. (Prof. Dr. Ir. Irwan Katili, DEA, 2008)

(22)

II.6.5 Portal (frame)

a. Portal bidang (plane frame element), yaitu portal yang dapat menahan beban pada arah sumbu x dan sumbu y. Portal bidang memiliki 6 buah DOF, dimana di setiap nodal menahan peralihan terhadap sumbu x yaitu d dan terhadap i

sumbu y yaitu v , serta rotasi akibat momen yaitu i θi. (Prof. Dr. Ir. Irwan Katili, DEA, 2008)

Gambar II.10 Plane Frame Element

c. Portal ruang (space frame element), yaitu portal yang dapat menahan beban pada semua arah (sumbu x, y, dan z).

(23)

Gambar II.11 Space Frame Element

II.7 Konsep Dasar Metode Elemen Hingga (Finite Element Method)

Konsep dasar yang melandasi metode elemen hingga adalah prinsip deskritisasi yaitu membagi suatu benda menjadi elemen-elemen yang berukuran lebih kecil supaya lebih mudah pengelolaannya. Misalnya suatu bidang yang tidak beraturan (kontinum) dideskritisasi menjadi elemen-elemen yang lebih kecil

(elemen hingga) yang bentuknya lebih teratur dari bentuk semula. (William Weaver, Jr. dan Paul R. Johnston, 1989)

(24)

II.8 Langkah-Langkah Umum dalam Metode Elemen Hingga (Finite Element

Method)

1. Deskritisasi dan pemilihan tipe elemen, misalnya: • Simple line element (truss, beam, grid)

• Simple two dimensional element

• Simple three dimensional element

2. Pemilihan fungsi perpindahan.

3. Tetapkan matriks kekakuan.

4. Tetapkan persamaan konstruksi secara global dengan syarat batas yang berlaku (boundary condition).

5. Selesaikan derajat kebebasan (dof) yang tidak diketahui.

6. Selesaikan gaya dan tegangan pada setiap elemen.

Dalam analisis struktrurnya, metode elemen hingga dapat dibantu dengan bantuan bahasa pemrograman, salah satunya adalah Matlab. (Ir. Yerri Susatio, M.T., 2004)

(25)

II.9 Defenisi Matlab

Matlab merupakan singkatan dari Matrix Laboratory. Matlab adalah bahasa pemrograman yang berfungsi mengintregasikan perhitungan, visualisasi, dan pemrograman dalam suatu lingkungan yang mudah digunakan dimana permasalahan dan solusi dinyatakan dalam notasi secara matematis yang dikenal umum. Seperti dalam sebuah kalkulator yang dapat diprogram, matlab dapat menciptakan, mengeksekusi, dan menyimpan urutan perintah sehingga memungkinkan komputasi dilakukan secara otomatis. Matlab juga memungkinkan untuk memvisualisasi data dalam bentuk matriks. (Kasiman Peranginangin, 2004)

(26)

II.10 Matlab sebagai Kalkulator

Matlab dapat digunakan sebagai sebuah kalkulator, misalnya:

>> (2*7)/8

ans =

1.7500

Terdapat enam operasi aritmatika dasar pada matlab, seperti ditujukan pada tabel II.3.

Operator Keterangan

+ Penjumlahan

- Pengurangan

* Perkalian

/ Pembagian dengan pembagi adalah sebelah kanan

\ Pembagian dengan pembagi adalah sebelah kiri

^ Pangkat

Tabel II.3 Operator Aritmatika (Kasiman Peranginangin, 2004)

II.11 Fungsi Dasar

Selain penambahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan pemangkatan, sering dibutuhkan rumus aritmatika yang lain. Matlab juga dapat menyajikan fungsi trigonometri, logaritma, dan fungsi analisis data juga di dalam melakukan suatu perhitungan.

(27)

II.11.1 Fungsi Matematika Dasar

Fungsi matematika dasar adalah fungsi yang digunakan untuk melakukan sejumlah perhitungan umum antara lain seperti yang ditunjukkan pada tabel II.4.

Fungsi Keterangan

abs Menghitung nilai absolut

sqrt Menghitung akar pangkat dua dari suatu bilangan

round Membulatkan bilangan ke bilangan bulat terdekat

fix Membulatkan bilangan ke bilangan bulat terdekat menuju nol

ceil Membulatkan bilangan ke bilangan bulat terdekat menuju plus tak

berhingga

floor Membulatkan bilangan ke bilangan bulat terdekat menuju minus

tak berhingga

exp Memperoleh nilai dari ex, dimana nilai e = 2,718282

log Menghitung logaritma natural (ln) suatu bilangan

log10 Menghitung logaritma umum suatu bilangan untuk dasar 10

Tabel II.4 Fungsi Matematika Dasar (Delores M. Etter, dkk, 2003)

II.11.2 Fungsi Trigonometri

Fungsi trigonometri banyak digunakan terkait dengan sudut yang dapat disajikan dalam satuan radian ataupun derajat.. Adapun fungsi trigonometri yang disediakan Matlab, antara lain seperti ditujukan pada tabel II.5.

(28)

Fungsi Keterangan

cos Menghitung cosinus suatu bilangan, dimana bilangan dalam radian

sin Menghitung sinus suatu bilangan, dimana bilangan dalam radian

tan Menghitung tangen suatu bilangan, dimana bilangan dalam radian

cosd Menghitung cosinus suatu bilangan, dimana bilangan dalam

derajat

sind Menghitung sinus suatu bilangan, dimana bilangan dalam

derajat

tand Menghitung tangen suatu bilangan, dimana bilangan dalam

derajat

acos Menghitung arccosinus suatu bilangan yang menghasilkan

sudut dalam radian (invers cosinus)

asin Menghitung arcsinus suatu bilangan yang menghasilkan sudut

dalam radian (invers sinus)

atan Menghitung arctangen suatu bilangan yang menghasilkan

sudut dalam radian (invers tangen)

Tabel II.5 Fungsi Trigonometri (Kasiman Peranginangin, 2004)

II.11.3 Fungsi Analisis Data

Matlab menyediakan sejumlah fungsi penting untuk digunakan dalam menganalisi data, antara lain seperti ditunjukkan pada tabel II.6.

(29)

Fungsi Keterangan

max Memberikan nilai terbesar dari suatu vektor atau matriks

min Memberikan nilai terkecil dari suatu vektor atau matriks

mean Memberikan nilai mean

median Memberikan nilai median

std Menghitung nilai standar deviasi

sort Mengurutkan data

Tabel II.6 Fungsi Analisis Data (Delores M. Etter, dkk, 2003)

II.12 Matriks

Elemen dasar dari Matlab adalah matriks atau array. Suatu matriks n x k adalah suatu array segi empat bilangan yang mempunyai n baris dan k kolom. Dalam menyatakan matriks dalam Matlab dengan menggunakan simbol “[ ]”, misalnya: >> A = [1 0 1; 3 2 3; 2 1 2] A = 1 0 1 3 2 3 2 1 2

(30)

II.13 Script M-file

M-file adalah deretan perintah Matlab yang disimpan dalam bentuk file. M-file dapat diakses melalui fasilitas editor dimana command yang dibuat dapat disimpan atau dieksekusi dalam bentuk script file dengan ekstensi *.m. M-file sangat bermanfaat ketika jumlah perintah bertambah atau ketika user menginginkan untuk mengubah beberapa nilai dari beberapa variabel dan tentu saja mengevaluasinya pun akan menjadi lebih mudah.

(Kasiman Peranginangin, 2004)

II. 14 SAP (Structure Analysis Programme)

SAP2000 merupakan program versi terakhir yang paling lengkap dari seri-seri program analisis struktur SAP, baik SAP80 maupun SAP90. Keunggulan program SAP antara lain adanya fasilitas desain baja dengan mengoptimalkan penampang profil, sehingga pengguna tidak perlu menentukan profil untuk maasing-masing elemen, tetapi cukup memberikan data profil secukupnya, dan program akan memilih sendiri profil yang paling optimal dan ekonomis.

Gambar

Gambar II.1 Model Struktur Rangka Batang pada Jembatan
Gambar II.2 Rangka Batang dan Prinsip-Prinsip Dasar Triangulasi                   (Dian Ariestadi, 2008)
Gambar II.3 Jenis – Jenis Umum Rangka Batang (Daniel L. Schodek, 1998)
Tabel II.1 Pedoman Awal dalam Menentukan Tinggi Rangka Batang                              (Daniel L
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mistar ukur adalah sebuah pita ukur yang ditopang vertikal dan digunakan untuk mengukur jarak vertikal antara garis bidik dan sebuah titik tertentu yang berada di

Tujuan menganalisa struktur rangka adalah untuk menghitung gaya yang terjadi dalam batang akibat suatu gaya luar yang bekerja pada rangka batang tersebut. Karena

Untuk menghitung curah hujan rencana dengan metode distribusi Gumbel Tipe I digunakan persamaan distribusi frekuensi empiris (persamaan 2.10)... Metode Log

Apabila nilai CD pada persamaan 3 sama dengan yang diasumsikan, maka nilai C D tersebut yang akan digunakan dalam perhitungan selanjutnya.. Jika nilai CD pada

Garis dasar lurus adalah garis lurus yang menghubungkan dua titik dasar yang terdekat dan berjarak tidak boleh lebih dari 12 mil laut yang berada di sepanjang garis

Metode tinggi-rendah adalah suatu metode untuk menentukan persamaan suatu garis lurus dengan terlebih dahulu memilih dua titik (titik tinggi dan rendah) yang akan

Syarat agar suatu rangka batang bersifat statis tertentu adalah bahwa jumlah gaya yang tidak diketahui sekurang-kurangnya tiga dan jumlah batang di dalam rangka batang tersebut

Simbol penghubung/alur merupakan simbol flowchart yang digunakan untuk menghubungkan antara simbol satu dengan simbol yang lain atau menyatakan transisi atau