• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MEDIA BANGUN DATAR DALAM PENINGKATAN PEMAHAMAN BILANGAN PECAHAN SISWA KELAS III SD NEGERI BANJARSARI TAHUN AJARAN 2011/2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGGUNAAN MEDIA BANGUN DATAR DALAM PENINGKATAN PEMAHAMAN BILANGAN PECAHAN SISWA KELAS III SD NEGERI BANJARSARI TAHUN AJARAN 2011/2012"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

i

DALAM PENINGKATAN PEMAHAMAN BILANGAN PECAHAN SISWA KELAS III SD NEGERI BANJARSARI

TAHUN AJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Oleh:

DEWI RISTI HANDAYANI X7210021

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA Januari 2013

commit to user

(2)

ii

(3)

iii

DALAM PENINGKATAN PEMAHAMAN BILANGAN PECAHAN SISWA KELAS III SD NEGERI BANJARSARI

TAHUN AJARAN 2011/2012

Oleh:

DEWI RISTI HANDAYANI X7210021

Skripsi

diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA Januari 2013

commit to user

(4)

iv

commit to user

(5)

v

(6)

vi ABSTRAK

Dewi Risti Handayani. PENGGUNAAN MEDIA BANGUN DATAR DALAM PENINGKATAN PEMAHAMAN BILANGAN PECAHAN SISWA KELAS III SD NEGERI BANJARSARI TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Januari 2013.

Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mendeskripsikan penggunaan media bangun datar dalam peningkatan pemahaman bilangan pecahan siswa kelas III SD Negeri Banjarsari tahun ajaran 2011/2012, (2) untuk meningkatkan pemahaman bilangan pecahan siswa kelas III melalui penggunaan media bangun datar, (3) untuk mendeskripsikan hambatan dan solusi penggunaan media bangun datar.

Penelitian ini berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Siswa yang diteliti adalah siswa kelas III SD Negeri Banjarsari yang berjumlah 24 anak. Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus. Masing masing siklus terdiri dari 3 pertemuan. Setiap siklus, terdiri dari 4 tahapan, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, (4) refleksi. Sumber data diperoleh dari siswa, peneliti, dan teman sejawat. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah lembar observasi, wawancara, dan tes tentang pemahaman bilangan pecahan. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kuantitatif dan deskriptif data kualitatif. Validitas data menggunakan teknik triangulasi. Prosedur pada penelitian ini yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penggunaan media bangun dapat meningkatkan pemahaman bilangan pecahan siswa kelas III dari siklus I ke siklus II, dan dari siklus II ke siklus III. Persentase ketuntasan pada pratindakan hanya mencapai 4%, pada siklus I naik menjadi 62,5%, pada siklus II meningkat menjadi 67%, dan pada siklus III meningkat menjadi 87,5%.

Simpulan penelitian ini adalah (1) Langkah-langkah penggunaan media bangun datar dalam pembelajaran bilangan pecahan dapat disimpulkan sebagai berikut: (a) Guru meminta siswa mempersiapkan bangun datar (persegi panjang atau lingkaran), (b) Siswa memperhatikan contoh pecahan menggunakan media bangun datar yang ditunjukkan guru, (c) Siswa mempraktikkan contoh pecahan sederhana menggunakan media bangun datar (lingkaran dan persegi panjang), (d) Siswa menyimpulkan nilai pecahan sesuai gambar pecahan yang telah dibuat, (e) Guru menanggapi jawaban siswa, yaitu kesesuaian antara nilai pecahan dan gambar yang telah dibuat, (f) Siswa bersama guru membahas hasil pekerjaan siswa tentang bilangan pecahan. (2) Penggunaan media bangun datar sudah dilaksanakan dengan tepat sehingga dapat meningkatkan pemahaman bilangan pecahan siswa kelas III. (3) Kendala yang dialami siswa secara umum adalah ketika membuat pecahan menggunakan media bangun datar, ada beberapa siswa yang membagi bagian pecahan tidak sama besar. Agar siswa dapat membagi bagian pecahannya dengan sama besar, siswa harus cermat ketika melipat bangun datar sehingga hasil lipatannya sama besar.

Kata kunci: media bangun datar, pemahaman, bilangan pecahan

commit to user

(7)

vii

Dewi Risti Handayani. THE USING FLAT SHAPE MEDIA IN IMPROVING

THE UNDERSTANDING OF FRACTIONS NUMBER 3th GRADE

STUDENTS STATE ELEMENTARY SCHOOL BANJARSARI ACADEMIC YEAR 2011/2012. Script. Faculty of Education and Teacher Training. Sebelas

Maret University of Surakarta. January, 2013.

The purpose of this study was (1) to describe the use of flat shape media in enhancing students understanding of fractions Banjarsari Elementary School 3th grade student in academic year 2011/2012, (2) to increase understanding of fractions third grade students through the use of flat shape media, (3) to describe the barriers and solutions use flat shape media in promoting understanding fractions.

This research belongs to Classroom Action Research. The subject of this research was the 3th students State Elementary School Banjarsari that were amounted of 24 students. This research was implemented in 3 cyclics. There were 3 meeting in each cyclic. There were 4 stages in each cyclic, they were (1) planning, (2) implementation, (3) observation, (4) reflection. Data source was gotten from students, researcher, and colleague. The instrument of collecting data were observation sheet, interview, and test of understanding fractions.. The techniques of data analyzing that were used were quantitative data analysis and qualitative data descriptive. The validity of data used triangulation technique. The procedure in this research was data reduction, data presentation, and concluding.

-implementation, cyclic I, cyclic II, and cyclic III, increased. Completness precentage in pre-implementation was just up to 4%, in cyclic I increased up to 62,5%, incyclic II increased up to 67% and in cyclic III increased up to 87,5%

. The conclusion this research are are (1) Measures of use flat shape media in learning fractions can be concluded as follows: (a) The teacher asks the students to prepare a flat shape media (rectangle or circle), (b) Students observe examples of fractions using a flat shape media are shown teachers, (c) students practice using a simple example of fractional flat shape media (circular and rectangular), (d) students conclude fractional value corresponding image fragments that have been made, (e) Teachers responding to students' answers , the agreement between the value of fractions and images that have been made, (f) students with the teacher to discuss the work of students on fractions. (2) Use a flat shape media are implemented appropriately so as to improve the understanding of fractions third grade students. (3) Constraints experienced by students in gereal is when creating shards using the flat shape media, there are some students can share parts with egual fractions, students should be careful when folded flat so that the pleats get up as great.

Keyword: flat shape media, understanding, fractions number

(8)

viii MOTTO

*Hilangkanlah rasa takut dengan mengucap bismillah*

*Kuatkan hati kita dengan senantiasa mengucap syukur atas nikmat yang diberikan oleh-Nya*

(9)

ix

Teriring syukur pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk:

Kasih sayang yang kalian curahkan tak terbatas, setiap doa kalian tersebut namaku, sungguh besar pengorbanan kalian untukku,

kasih sayang yang tak pernah terputus. Aku akan selalu menyayangi dan mencintai kalian.

dikk

Terima kasih atas dorongan yang kau berikan.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Alloh Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan ju PENGGUNAAN MEDIA BANGUN

DATAR DALAM PENINGKATAN PEMAHAMAN BILANGAN

PECAHAN SISWA KELAS III SD NEGERI BANJARSARI TAHUN AJARAN 2011/2012

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Ilmu Pendidikan dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terma kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan izin penulisan skripsi.

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP UNS yang telah memberikan persetujuan skripsi.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP UNS yang telah memberikan izin penulisan skripsi.

4. Koordinator Pelaksana S1 PGSD FKIP UNS Kampus VI Kebumen yang telah memberikan izin penulisan skripsi.

5. Sekretaris Pelaksana S1 PGSD FKIP UNS Kampus VI Kebumen yang telah memberikan izin penulisan skripsi.

6. Drs. Triyono, M. Pd., selaku Pembimbing I, yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Drs. Joharman, M.Pd., selaku Pembimbing II, yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

8. Kepala SD Negeri Banjarsari, yang telah memberi kesempatan dan tempat untuk pengambilan data dalam penelitian.

(11)

xi bantuan dalam penelitian.

10. Semua siswa kelas III SD Negeri Banjarsari, yang telah bersedia mengikuti kegiatan selama pelaksanaan penelitian ini.

11. Orang tua dan adikku, yang telah memberi dorongan dan semangat dalam penelitian.

12. Rekan-rekan kampus dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Surakarta, Januari 2013

Penulis

(12)

xii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN DAFTAR TAB BAB I PENDAHULUAN A. B. BAB II LANDASAN TEORI

A. ... .

B. Hasil Penelitian yang R C.

BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Peneli B. Subjek Penelitian C. D. I ii iii iv v vi viii ix x xii xiv xvi xviii 1 3 4 4 6 21 22 23 24 26 26 27

commit to user

(13)

xiii F.

G. H. Prose

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.

B. Deskripsi Hasil 1.

2.

3. Deskripsi Siklus III ... C.

D.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. B. C. 33 35 35 37 40 40 60 80 99 103 106 108 109 110 112

commit to user

(14)

xiv DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1 Media pec .. 2.2 Macam- . 2.3 2.4 2.5 Macam- ... 2.6 Pecahan setengah 2.7 4.1

4.2 Diagram Persentase Ketuntasan Tes Pemahaman Bilangan Pecahan . 4.3 Diagram Persentase Ketuntasan Tes Pemahaman Bilangan Pecahan

4.4 Diagram Persentase Ketuntasan Tes Pemahaman Bilangan Pecahan

4.5 Diagram Persentase Ketuntasan Rata-rata Tes Pemahaman Bilangan

4.6 Diagram Persentase Ketuntasan Pemahaman Bilangan Pecahan

4.7 Diagram Persentase Ketuntasan Pemahaman Bilangan Pecahan

4.8 Diagram Persentase Ketuntasan Pemahaman Bilangan Pecahan

4.9 Diagram Persentase Ketuntasan Rata-rata Tes Pemahaman Bilangan

4.10 Diagram Persentase Ketuntasan Tes Pemahaman Bilangan Pecahan Siklus III Pertemu

4.11 Diagram Persentase Ketuntasan Tes Pemahaman Bilangan Pecahan 10 10 10 11 14 20 23 39 53 55 56 58 73 74 76 78 92 94

commit to user

(15)

xv

4.13 Diagram Persentase Ketuntasan Tes Pemahaman Bilangan Pecahan Siklus III

4.14 Diagram Perbandingan Penggunaan Media Bangun Datar bagi Guru

4.15 Diagram Perbandingan Penggunaan Media Bangun Datar bagi Siswa Siklu

4.16 Diagram Perbandingan Nilai Pemahaman Bilangan Pecahan 96 98 100 101 102

commit to user

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1

3.2 Kisi-kisi instrumen te

3.3 Kisi-kisi observasi penggunaan med ...

3.4 Kisi-kisi observasi penggunaan media bangun datar bagi siswa ... 3.5 Kisi-kisi wawancara penggunaan media bangun datar bagi siswa ... 3.6

4.1 Distribusi Nilai Hasil Pratindakan (Pre Test 4.2 Hasil Observasi

4.3 Hasil 4.4

4.5 4.6

4.7 Hasil Observasi Siswa Siklus I Per 4.8 Nilai

4.9 Nilai

Rata-4.10 Hasil Tes Pemahaman Bilangan Pecahan Siklus I Pertemuan I 4.11 Hasil Tes Pemahaman Bilangan Pecahan Siklus I Pertemuan II 4.12 Hasil Tes Pemahaman Bilangan Pecahan Siklus I Pertemuan 4.13 Rata-4.14 4.15 4.16 Hasil Observasi G 4.17 4.18 4.19 4.20 Nilai 4.21 Nilai

Rata-4.22 Hasil Tes Pemahaman Bilangan Pecahan Siklus I . 25 30 32 32 33 35 38 45 46 47 48 49 50 51 51 52 54 55 57 65 66 67 68 69 69 70 71 72

commit to user

(17)

xvii

4.24 Hasil Tes Pemahaman Bilangan Pecahan Siklus II Pertemuan III ... 4.25 Rata-rata Tes Pemahaman Bilangan Pecahan Siklus II

4.26 4.27 4.28

4.29 Hasil Observasi Sis 4.30

4.31

4.32 Nilai

Rata-4.33 Nilai Rata-rata Observasi Siswa Siklus II 4.34 Hasil Tes Pemahaman Bilangan

4.35 Hasil Tes Pemahaman Bilangan Pecahan Siklus III Pertemuan 4.36 Hasil Tes Pemahaman Bilangan Pecahan Siklus III Pertemuan III ... 4.37 Rata-rata Tes Pemahaman Bilangan Pecahan Si

4.38 4.39 4.40 75 77 86 86 87 88 88 89 90 90 91 93 95 97 99 100 101

commit to user

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 112

2 Skenario Pelaksanaan Tindakan Kela 117

3 119

4 Lembar Wawancara Penggunaan Media Bangun Datar Bagi Siswa .. 120

5 121

6 Lembar Observasi Penggunaan Media Bangu 126

7 131

8 151

9 170

10 Hasil Observasi Guru Siklus I, II, dan III 189

11 190

12 Hasil Wawancara 191

13 194

14 Data Hasil Tes Pemahaman Bilangan Pecahan Siklus 195

15 196 16 197 17 198 18 199 19 200 20 201 21 202

commit to user

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsep matematika tentang bilangan, khususnya bilangan pecahan sangat abstrak bagi siswa SD, apalagi di kelas rendah, hal ini tentunya menjadi tugas dan kewajiban guru sebagai pendidik dan pengajar dalam meningkatkan pemahaman anak terhadap konsep bilangan pecahan melalui kegiatan belajar mengajar di kelas.

Kesulitan-kesulitan yang dialami siswa kelas III SD Negeri Banjarsari dalam mempelajari konsep matematika tentang bilangan pecahan adalah siswa belum memahami simbol pecahan, yaitu kekeliruan penggunaan simbol dalam menyelesaikan masalah bilangan pecahan. Beberapa siswa terbalik menuliskan lambang bilangan pecahan, yaitu yang seharusnya pembilang menjadi penyebut dan yang seharusnya penyebut menjadi pembilang. Beberapa siswa keliru dalam menggambar bentuk pecahan.

Penyajian nilai pecahan dalam bentuk gambar di papan tulis masih dirasakan abstrak bagi sebagian besar siswa , terutama cara membaca dan menulis lambang bilangan pecahan. Sebagian besar siswa masih keliru dalam menyimpulkan hasil perbandingan pecahan. Terdapat 96% siswa belum bisa mengubah soal cerita perbandingan pecahan menjadi kalimat matematika perbandingan.

Belajar akan menjadi bermakna, jika siswa mendapatkannya lewat pengalaman sendiri. Sebaliknya, belajar menjadi tidak bermakna, jika siswa mendapatkannya dari melihat/mendengar saja. Belajar tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat-ingat fakta saja yang tentunya akan mudah dilupakan dan sulit untuk dimiliki.

1

(20)

Guru SD Negeri Banjarsari hanya menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran Matematika khususnya pembelajaran bilangan pecahan sehingga kegiatan belajar mengajar hanya terfokus pada guru. Guru hanya menjelaskan materi bilangan pecahan dengan menggambar pecahan di papan tulis. Guru tidak menggunakan media pembelajaran dalam menjelaskan konsep pecahan. Hal ini membuat siswa jenuh untuk mengikuti pelajaran Matematika. Siswa hanya duduk dan mendengarkan guru menjelaskan materi pelajaran. Lama-kelamaan siswa ada yang bermain sendiri dan bersendau gurau dengan teman di sampingnya ketika mengikuti pelajaran karena merasa bosan. Sebagai akibatnya hasil belajarnya berada di bawah KKM karena siswa kurang memahami materi bilangan pecahan yang disampaikan guru. KKM kelas III di SD Negeri Banjarsari pada mata pelajaran Matematika tentang materi bilangan pecahan adalah

Dalam pembelajaran bilangan pecahan perlu adanya penggunaan alat peraga pembelajaran yang sesuai dan menarik, hal ini bertujuan agar anak lebih mudah dalam memahami konsep bilangan pecahan.

Pemilihan media sebagai salah satu strategi pembelajaran merupakan hal yang dominan dalam pemahaman konsep. Di dalam kegiatan belajar mengajar, ketidakjelasan materi yang disampaikan guru dapat dibantu dengan menggunakan media sebagai perantara. Kerumitan bahan pelajaran dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu.

Alternatif yang dapat dilakukan agar siswa dapat menguasai konsep pecahan adalah siswa dilibatkan dalam pembelajaran. Siswa tidak hanya melihat dan mendengarkan penjelasan guru, tetapi dapat praktik menunjukkan pecahan secara langsung. Pemilihan media bangun datar diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami konsep pecahan. Jika siswa praktik secara langsung membuat pecahan sendiri, maka siswa akan memperoleh pengalaman yang lebih bermakna daripada hanya mendengarkan penjelasan guru. Siswa juga diharapkan

(21)

lebih semangat dalam belajar dan tidak merasa jenuh selama proses pembelajaran berlangsung.

Kegiatan pembelajaran bilangan pecahan dengan menggunakan media bangun datar merupakan solusi yang tepat. Dengan menggunakan media bangun datar diharapkan siswa dapat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa juga diharapkan dapat praktik membuat pecahan menggunakan media bangun datar dengan tepat. Jika siswa dapat menggunakan media bangun datar dengan tepat, maka diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang bilangan pecahan.

Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul PENGGUNAAN MEDIA BANGUN DATAR DALAM PENINGKATAN PEMAHAMAN BILANGAN PECAHAN SISWA KELAS III SD NEGERI BANJARSARI TAHUN AJARAN 2011/2012 .

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengambil beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penggunaan media bangun datar dalam peningkatan pemahaman bilangan pecahan siswa kelas III SD Negeri Banjarsari tahun ajaran 2011/2012?

2. Apakah penggunaan media bangun datar dapat meningkatkan pemahaman bilangan pecahan siswa kelas III SD Negeri Banjarsari Tahun Ajaran 2011/2012?

3. Apakah hambatan dan solusi penggunaan media bangun datar dalam peningkatan pemahaman bilangan pecahan siswa kelas III SD Negeri Banjarsari tahun ajaran 2011/2012?

(22)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan penggunaan media bangun datar dalam peningkatan pemahaman bilangan pecahan siswa kelas III SD Negeri Banjarsari tahun ajaran 2011/2012.

2. Untuk meningkatkan pemahaman bilangan pecahan siswa kelas III SD Negeri Banjarsari tahun ajaran 2011/2012 melalui penggunaan media bangun datar. 3. Untuk mendeskripsikan hambatan dan solusi penggunaan media bangun datar

dalam peningkatkan pemahaman bilangan pecahan siswa kelas III SD Negeri Banjarsari tahun ajaran 2011/2012.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti

Penelitian ini memberi pengetahuan dan pengalaman mengenai penggunaan media bangun datar dalam peningkatan pemahaman bilangan pecahan siswa kelas III SD Negeri Banjarsari dan sebagai acuan dalam pemahaman konsep bagi siswa.

2. Bagi Siswa

Penelitian ini dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa dan memberikan acuan atau arahan kepada siswa dalam peningkatan pemahaman bilangan pecahan.

3. Bagi Guru

Penelitian ini memberikan informasi, gambaran, dan masukan kepada guru dalam mengadakan perbaikan pembelajaran.

(23)

4. Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat membantu sekolah dalam peningkatkan kualitas pembelajaran.

(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pemahaman Bilangan Pecahan Siswa Kelas III SD a. Karakteristik Siswa Kelas III SD

Menurut Piaget dalam Hill, siswa usia SD berada pada tahap operasional konkret yang berlangsung dari sekitar usia 7 sampai 11 tahun. Anak pada tahapan ini menunjukkan adanya peningkatan fleksibilitas yang melebihi tahapan praoperasional, yaitu anak bisa menangkap hubungan yang ada diantara hierarki-hierarki istilah, seperti bangau, burung, dan makhluk hidup. Tidak seperti anak praoperasional, ia tahu bahwa operasi-operasi bisa mengalami pembalikan urutan (reversibility), apa yang ditambah bisa dikurangi, dan materi tertentu yang telah berubah bentuknya bisa dipulihkan ke bentuk semula. Pembelajaran manipulasi simbolis bisa berguna bagi seorang anak melangkah dari tahapan praoperasional menuju tahapan operasi konkret, namun pengalaman menghadapi berbagai situasi konkret jauh lebih penting dari itu (2009).

Menurut Piaget dalam Mikarsa, Taufik, dan Prianto, pada tahap operasional konkrit (usia 7-11 atau 12 tahun), perilaku kognitif yang tampak adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dalam objek-objek yang bersifat konkrit (2008).

Zulkifli mengemukakan bahwa pada fase operasi konkrit, anak mulai berpikir logis, tetapi anak masih berpikir harfiah sesuai dengan tugas-tugas yang diberikan kepadanya (2009).

Monks, Knoers, dan Haditomo menyatakan bahwa pada tahap operasional konkrit (usia 7-11 tahun), jika anak di hadapkan dengan suatu

6

commit to user

(25)

masalah (misalnya masalah klarifikasi), yaitu tanpa adanya bahan yang konkrit, maka ia belum mampu untuk menyelesaikan masalah dengan baik. (2006).

Sumantri dan Syaodih mengemukakan bahwa pada tahap operasional konkrit (7-11 tahun), kemampuan berpikir logis mulai muncul, mereka dapat berpikir secara sistematis untuk mencapai pemecahan masalah. Pada tahap ini permasalahan yang dihadapi adalah permasalahan yang konkrit. Anak akan menemui kesulitan jika diberi tugas sekolah yang menuntunnya untuk mencari sesuatu yang tersembunyi, misalnya anak sering kali menjadi frustasi bila disuruh mencari arti tersembunyi dari suatu kata dalam tulisan tertentu (2008). Mereka lebih senang melakukan sesuatu secara langsung (Sumantri dan Syaodih, 2008). Selanjutnya Winataputra mengemukakan bahwa anak yang berada pada tahap operasional konkrit (usia 7-11 tahun) mulai melakukan operasi dan dapat berpikir rasional, tetapi kemampuan berpikir intuitifnya seperti pada masa praoperasional tidak hilang sampai anak memasuki masa remaja (2008).

Berdasarkan pendapat tentang karakteristik siswa pada kelas III, maka dapat disimpulkan bahwa siswa kelas III termasuk tahap operasional konkrit, yaitu sekitar usia 7-11 tahun. Pada tahap ini, anak mulai dapat berpikir rasional, yaitu mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika, tetapi masih terikat pada benda yang konkrit.

b. Matematika

1) Pengertian Matematika

Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya yang sudah diterima, sehingga kebenaran antarkonsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas (Wahyudi, 2008).

(26)

Ruseffendi (1992) menyatakan pengertian matematika sebagai berikut:

Matematika adalah ilmu tentang pola dan hubungan sebab dalam matematika sering dicari keseragaman seperti keterurutan, keteraturan, dan keterkaitan pola dari sekumpulan konsep-konsep tertentu atau model-model tertentu yang merupakan representasinya, sehingga dapat dibuat generalisasinya untuk dibuktikan kebenarannya secara deduktif (hlm. 46).

Johnson dan Rising (1972) dalam Ruseffendi mengatakan bahwa, atematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide (gagasan)

(1992: 28).

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Matematika adalah suatu bahan kajian, ilmu, dan bahasa yang memiliki objek abstrak, representasinya berupa bahasa simbol yang kebenarannya dibuktikan melalui penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya yang sudah diterima, sehingga kebenaran antarkonsep bersifat sangat kuat dan jelas.

2) Ruang Lingkup Matematika

Standar Kompetensi Matematika merupakan seperangkat kompetensi Matematika yang dibakukan dan harus dicapai oleh siswa pada akhir periode pembelajaran. Standar ini dikelompokkan dalam Kemahiran Matematika, Bilangan, Pengukuran dan Geometri, Aljabar, Statistika dan Peluang, Trigonometri, dan Kalkulus (Wahyudi, 2008).

Russefendi membagi Matematika menjadi empat wawasan, yaitu aritmatika, aljabar, geometri dan analisis, dengan aritmatika mencakup teori bilangan dan statistik (1992).

(27)

James dan James membagi Matematika ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri (Russefendi, 1992).

Dari berbagai pendapat mengenai ruang lingkup Matematika dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup Matematika mencakup Kemahiran Matematika, Bilangan, Pengukuran dan Geometri, Aljabar, Statistika dan Peluang, Trigonometri, Kalkulus, teori bilangan, analisis, dan statistik.

c. Bilangan Pecahan 1) Pengertian Pecahan

Pecahan adalah suatu bilangan yang dapat ditulis melalui pasangan terurut dari bilangan cacah , dimana b 0. Selanjutnya Gatot Muhsetyo (2008: 4.5) mendefinisikan pecahan sebagai suatu lambang yang memuat pasangan berurutan bilangan-bilangan bulat p dan q (q 0), ditulis dengan

, untuk menyatakan nilai x yang memenuhi hubungan p : q = x (Wahyudi, 2008).

Heruman menyatakan pecahan adalah bagian dari sesuatu yang utuh. Dalam ilustrasi gambar, bagian yang diperhatikan biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian ini dinamakan pembilang. Sedangkan bagian yang utuh adalah bagian yang dianggap sebagai satuan, dan dinamakan penyebut (2007).

Contoh:

Untuk pengenalan pecahan , siswa menyediakan kertas berbentuk persegi panjang, lalu kertas tersebut dilipat menjadi dua bagian yang sama. Kemudian, lipat lagi dengan arah yang berbeda. Berilah garis bekas lipatan tersebut dan arsir salah satu bagian lipatan dari 4 lipatan yang terbentuk.

(28)

Kertas utuh dilipat menjadi dua bagian

Salah satu bagian diarsir dilipat lagi menjadi dua bagian

Gambar 2. 1. Media pecahan perempatan

Gambar 2. 2. Macam-macam pecahan

Jadi, pecahan adalah bilangan yang menunjukkan bahwa suatu bilangan merupakan bagian dari satu bilangan utuh, yang dapat ditulis

dengan lambang , d , a

disebut pembilang dan b disebut penyebut.

2) Materi Bilangan Pecahan Kelas III

Materi bilangan pecahan kelas III semester II adalah sebagai berikut: (Fajariyah dan Triratnawati, 2008)

a) Mengenal Pecahan Sederhana

Gambar 2. 3. Contoh pecahan sederhana

Pecahan adalah bagian dari keseluruhan.

commit to user

(29)

b) Membandingkan Pecahan > > < < > >

Gambar 2. 4. Contoh perbandingan pecahan

c) Soal Cerita Perbandingan Pecahan

Ibu membeli kue. Bagian yang dimakan kak Jodi dan yang dimakan ayah. Siapa yang makan bagian kue paling banyak?

Jawab:

Bagian yang dimakan kak Jodi adalah

Bagian yang dimakan ayah adalah

Jadi, ayah makan bagian kue lebih banyak atau lebih besar daripada kak Jodi (Lebih banyak dapat berarti lebih besar daripada atau dengan

.

c. Pemahaman

1) Pengertian Pemahaman

Padmono mengemukakan bahwa pemahaman adalah jenjang kognitif kedua. Pada jenjang ini, informasi tidak sekedar

(30)

disimpan/dimemori, tetapi informasi diolah lebih lanjut menjadi sesuatu yang lebih tinggi kedudukannya. Pada tingkat pemahaman ini terdapat tiga kemampuan pokok yang merupakan indikator pemahaman terhadap informasi yang diterima, yaitu menerjemahkan, menafsirkan, dan ekstrapolasi atau perhitungan berdasar urutan tingkatannya (2008).

Tim Pengembang PGSD menyatakan bahwa memahami menyangkut proses membuat koneksi/keterkaitan, menggunakan pengetahuan secara lincah dan fleksibel sehingga terbentuk suatu wawasan yang bermakna (2001).

Tahap pemahaman sifatnya lebih kompleks daripada tahap pengetahuan. Untuk dapat mencapai tahap pemahaman terhadap suatu konsep matematika, siswa harus mempunyai pengetahuan terhadap suatu konsep tersebut (Russefendi, 1992).

Berdasarkan pendapat tentang pengertian pemahaman diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah kemampuan dalam menghubungkan dan menggunakan informasi/pengetahuan dalam memecahkan suatu permasalahan agar terbentuk wawasan yang bermakna.

2) Indikator Pemahaman

Pada tingkat pemahaman, terdapat tiga kemampuan pokok yang merupakan indikator pemahaman terhadap informasi yang diterima (Padmono, 2002), yaitu:

a) Kemampuan menerjemahkan

Kemampuan menerjemahkan adalah kemampuan pemahaman yang paling sederhana. Pada kemampuan ini, individu mampu mengubah bentuk komunikasi, mencari kata, kalimat/contoh lain yang sesuai, atau menarik kesimpulan mengenai arti pokok suatu informasi.

(31)

Kata kerja operasional sebagai indikator kemampuan menerjemahkan, antara lain: menjelaskan, menguraikan, merumuskan, merangkum, mengubah, dan memberikan contoh.

b) Kemampuan menafsirkan

Kemampuan menafsirkan merupakan kategori kedua dari pemahaman yang lebih tinggi dibanding kemampuan mengubah bentuk. Untuk dapat menafsirkan, individu memerlukan pengetahuan lain yang lebih mendalam dibandingkan waktu mereka menerjemahkan. Jadi, kegiatan menafsirkan menuntut individu mengorganisir atau memadukan beberapa pengetahuan.

Kata kerja operasional sebagai indikator kemampuan menafsirkan, antara lain: menyadur, meramalkan, menyimpulkan, dan memperkirakan, dan menerangkan.

c) Kemampuan ekstrapolasi atau perhitungan

Kemampuan ekstrapolasi atau perhitungan merupakan kemampuan menarik konsekuensi atau kecenderungan dari informasi yang ada. Kemampuan ini memberi kesempatan individu untuk membuat prediksi berdasarkan data atau fakta yang telah dikumpulkan.

Kata kerja operasional sebagai indikator kemampuan ekstrapolasi atau perhitungan, antara lain: menggantikan, menarik kesimpulan, meringkas, mengembangkan, dan membuktikan.

Russefendi merumuskan TIK yang dapat mengukur jenjang kognitif ini menggunakan KKO membedakan, mengubah, menginterpretasikan, menentukan, menyelesaikan, menggeneralisasikan, memberikan contoh, membuktikan, menyederhanakan, mensubtitusi (Russefendi, 1992).

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, macam-macam KKO pemahaman yang digunakan antara lain menjelaskan, memberikan contoh, menyimpulkan, dan mengubah.

(32)

d. Peningkatan Pemahaman Bilangan Pecahan Siswa Kelas III SD

Peningkatan menurut kamus besar bahasa Indonesia (2012) adalah proses, cara, perbuatan meningkatkan (usaha, kegiatan). Peningkatan pemahaman bilangan pecahan adalah kemampuan/usaha dalam menghubungkan dan menggunakan informasi/pengetahuan yang menunjukkan bahwa suatu bilangan merupakan bagian dari satu bilangan utuh, yang dapat ditulis dengan lambang

bilangan cacah sehingga akan terbentuk wawasan yang bermakna karena anak mulai dapat berpikir rasional, yaitu mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika, tetapi masih terikat pada benda yang konkrit.

2. Penggunaan Media Bangun Datar a. Bangun Datar

Bangun datar disebut juga bangun 2 dimensi (2 D), antara lain segitiga, persegi panjang, persegi, dan jajar genjang (Soenarjo, 2008).

Bangun datar menurut Wikipedia (2011) merupakan sebutan untuk bangun-bangun dua dimensi, jenisnya bermacam-macam, antara lain persegi, persegi panjang, segitiga, jajar genjang, trapesium, layang-layang, belah ketupat, dan lingkaran.

Muhsetyo mengemukakan berbagai contoh bangun datar, yaitu persegi, persegi panjang, jajar genjang, belah ketupat, segitiga, dan lingkaran (2008).

segitiga persegi panjang persegi jajar genjang Gambar 2. 5. Macam-macam media bangun datar

(33)

Berdasarkan berbagai pendapat tentang pengertian bangun datar, maka dapat disimpulkan bahwa bangun datar adalah bangun dua dimensi, misalnya persegi, persegi panjang, segitiga, jajar genjang, layang-layang, belah ketupat, dan lingkaran.

b. Media

1) Pengertian Media

Miarso (1989) dalam Susilana dan Riyana menyatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar (2009).

Media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan sehingga peserta didik terangsang pikiran dan emosinya sehingga timbul perhatian/minat dan memungkinkan peserta didik untuk belajar (Padmono, 2011).

Sumantri dan Permana mengemukakan bahwa media adalah alat bantu pengajaran yang memberikan pengertian kepada peserta didik (2001).

Gatot Muhsetyo mengemukakan bahwa media adalah alat bantu pembelajaran yang sengaja dan terencana disiapkan atau disediakan guru untuk mempresentasikan/menjelaskan bahan pelajaran serta digunakan siswa untuk dapat terlibat langsung dalam pembelajaran (2008).

Berdasarkan berbagai pendapat tentang pengertian media, maka dapat disimpulkan bahwa media adalah alat bantu pengajaran yang digunakan guru untuk menyampaikan materi pelajaran, memberi pengertian kepada siswa, dan merangsang pikiran, perasaan, perhatian, serta kemauan siswa untuk belajar.

(34)

2) Tujuan Penggunaan Media

Secara umum media mempunyai kegunaan (Susilana dan Riyana, 2009), yaitu:

a) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.

b) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indera. c) Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid

dengan sumber belajar.

d) Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori, dan kinestetikanya.

e) Memberi rangsangan yang sama, menyamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.

Tujuan media secara khusus (Sumantri dan Permana, 2001) adalah sebagai berikut:

a) Memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk lebih memahami konsep, prinsip, sikap, dan keterampilan tertentu. b) Memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi,

sehingga lebih merangsang minat peserta didik untuk belajar. c) Menumbuhkan sikap dan keterampilan tertentu dalam teknologi

karena peserta didik tertarik untuk menggunakan/mengoperasikan media tertentu.

d) Menciptakan situasi belajar yang tidak dapat dilupakan peserta didik.

Heinrich, Molenda, dan Russell (1982) menyatakan kegunaan media sebagai berikut (Padmono, 2011):

a) Bagi pelajar, dapat memberi latihan dan menghayati tugas-tugas yang diberikan guru.

b) Dapat membantu semangat untuk melakukan penemuan dan penelitian bagi pendekatan belajar belajar dan mengajar.

c) Dapat memberikan rangsangan bagi:

commit to user

(35)

1) Manajemen pengajaran 2) Pengajaran individual

3) Pemberian pengajaran khusus untuk hal tertentu

Jadi, tujuan penggunaan media dalam pembelajaran dapat disimpulkan sebagai berikut:

a) Memperjelas pesan yang disampaikan guru.

b) Memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk lebih memahami konsep, prinsip, sikap, dan keterampilan tertentu. c) Menimbulkan gairah belajar siswa.

d) Memungkinkan siswa belajar mandiri.

e) Menciptakan pengalaman belajar yang bermakna.

3) Jenis-jenis Media

Wiryawan dan Noorhadi (1994) dalam Sumantri dan Permana mengklasifikasikan media menjadi 4 (2001), yaitu:

1) Media visual, yaitu media yang dapat ditangkap dengan indera pengelihatan.

2) Media audio, yaitu jenis media yang didengar.

3) Media audio visual, yaitu media yang tidak hanya dapat dipandang atau diamati, tetapi juga dapat didengar.

4) Media benda asli dan orang yaitu media yang merupakan benda sebenarnya dan membantu pengalaman nyata peserta didik.

Padmono mengemukakan beberapa jenis media pembelajaran (2011), yaitu:

1) Media grafis: gambar/foto, grafik, diagram 2) Media tiga dimensi: realita, model, spesiment 3) Media Proyeksi

a) Diam: OHT, Slide, Film Strip b) Gerak: Film Gelang

(36)

4) Media Audio: radio, rekaman, piringan hitam 5) Media Audio visual: video, film, slide suara 6) Penggunaan lingkungan sebagai media

Muhsetyo mengelompokkan media pembelajaran matematika (2008) sebagai berikut:

1) Media sederhana: papan tulis dan grafik 2) Media cetak: buku, modul, dan LKS

3) Media elektronik: OHT, audio (tape, radio), audio visual (VCD, DVD).

Berdasarkan macam-macam media di atas, media bangun datar termasuk media visual. Kelebihan media visual adalah memberi informasi secara simbolis, memperjelas dan memudahkan menangkap data kuantitatif yang rumit (Sumantri dan Permana, 2001). Media visual dapat pula menumbuhkan minat dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata.

Jadi, media bangun datar yang baik dapat memberi informasi secara simbolis, memperjelas data, memudahkan menangkap data, memperkuat ingatan siswa, serta menumbuhkan minat siswa mempelajari bilangan pecahan.

4) Langkah-langkah penggunaan media bangun datar

Heruman (2008: 45-46) mengemukakan contoh langkah-langkah penggunaan media bangun datar untuk membuat pecahan yaitu siswa menyediakan kertas berbentuk persegi panjang, lalu kertas tersebut dilipat menjadi dua bagian yang sama. Kemudian, lipat lagi dengan arah yang berbeda. Berilah garis bekas lipatan tersebut dan arsir salah satu bagian lipatan dari 4 lipatan yang terbentuk.

(37)

Wahyudi (2008: 151-152) juga memberikan contoh langkah-langkah penggunaan media bangun datar untuk membuat pecahan yaitu siswa diminta menyediakan sebuah bangun berbentuk lingkaran, persegi, dan persegi panjang. Kemudian siswa diminta membuat garis yang membagi bangun-bangun tersebut menjadi dua bagian yang sama besar dalam berbagai cara. Selanjutnya siswa mengarsir satu bagian dari bangun tersebut.

Tim Bina Karya Guru memberikan contoh langkah-langkah penggunaan media bangun datar untuk membuat pecahan yaitu lingkaran dibagi menjadi 3 bagian yang sama besar lalu mengambil satu bagian untuk diwarnai. Bagian yang diwarnai berarti mengambil sepertiga dari keseluruhan (2006).

Berdasarkan 3 pendapat di atas, langkah-langkah penggunaan media bangun datar dalam pembelajaran bilangan pecahan dapat disimpulkan sebagai berikut:

a) Guru meminta siswa mempersiapkan bangun datar (persegi panjang atau lingkaran).

b) Siswa memperhatikan contoh pecahan menggunakan media bangun datar (persegi panjang dan lingkaran) yang ditunjukkan guru. c) Siswa mempraktikkan contoh pecahan sederhana menggunakan

media bangun datar (lingkaran dan persegi panjang), misalnya: Siswa akan membuat pecahan , caranya siswa mempersiapkan sebuah persegi panjang, siswa diminta membuat pecahan dengan cara melipat persegi panjang menjadi dua bagian yang sama besar kemudian salah satu bagian diarsir, selanjutnya siswa menyimpulkan nilai pecahan tersebut.

(38)

d) Siswa menyimpulkan nilai pecahan sesuai gambar pecahan yang telah dibuat.

Gambar 2. 6. Pecahan setengah

e) Guru menanggapi jawaban siswa, yaitu kesesuaian antara nilai pecahan dan gambar yang telah dibuat.

f) Siswa bersama guru membahas hasil pekerjaan siswa tentang pecahan sederhana.

c. Penggunaan Media Bangun Datar

Penggunaan menurut kamus besar bahasa Indonesia (2012) adalah proses, cara, perbuatan menggunakan sesuatu, pemakaian. Penggunaan media bangun datar adalah menggunakan alat bantu pengajaran berupa benda dua dimensi seperti lingkaran dan persegi panjang yang digunakan guru untuk menyampaikan materi pelajaran, memperjelas pesan yang disampaikan guru memberi pengertian kepada siswa, menimbulkan semangat belajar siswa, memungkinkan siswa belajar mandiri, menciptakan pengalaman belajar yang bermakna, dan merangsang perasaan serta perhatian siswa untuk belajar.

Jadi, penggunaan media bangun datar dalam peningkatan pemahaman bilangan pecahan siswa kelas III SD adalah menggunaan alat bantu pengajaran berupa benda dua dimensi seperti lingkaran dan persegi panjang yang digunakan guru untuk menyampaikan materi pelajaran, memperjelas pesan yang disampaikan guru memberi pengertian kepada siswa, menimbulkan semangat belajar siswa, memungkinkan siswa belajar mandiri, menciptakan pengalaman belajar yang bermakna, dan merangsang perasaan serta perhatian siswa untuk belajar dalam peningkatan kemampuan untuk menghubungkan dan menggunakan informasi/pengetahuan yang menunjukkan bahwa suatu bilangan merupakan bagian dari satu bilangan

(39)

utuh, yang dapat ditulis dengan lambang

bilangan cacah sehingga akan terbentuk wawasan yang bermakna karena anak mulai dapat berpikir rasional, yaitu mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika, tetapi masih terikat pada benda yang konkrit.

B. Hasil Penelitian yang relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Ganarti (2011) berjudul

Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Pecahan melalui Pemanfaatan Alat Peraga Benda Konkrit pada Siswa Kelas III SD (PTK di . Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus, ternyata hipotesis yang dirumuskan telah terbukti kebenarannya. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan persentase ketuntasan belajar matematika siswa kelas III SD Negeri VI Manyaran pada tes awal hanya 44%; dan pada tes siklus pertama 68%; kemudian pada siklus kedua menjadi 87,5%.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Puspita (2011) Penggunaan Media Benda Asli untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan dalam Pembelajaran Matematika Kelas III SD Negeri Baran I Kecamatan Nguter Kabupaten S Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan media benda asli efektif meningkatkan pemahaman konsep pecahan pada siswa kelas III SD Negeri Baran I Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo. Hal ini terbukti pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata siswa 70, 85 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 55%, siklus I nilai rata-rata kelas 74, 25 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 75% dan siklus II

(40)

nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 79, 60 dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 85%.

Persamaan penelitian Ganarti dan Puspita dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan media konkrit dalam peningkatan pemahaman bilangan pecahan pada siswa kelas rendah. Perbedaannya adalah penelitian yang dilaksanakan oleh Ganarti dan Puspita dilaksanakan dalam dua siklus, sedangkan penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus.

C. Kerangka Berpikir

Siswa usia sekolah dasar sangat tertarik dengan hal-hal yang baru dan menarik. Siswa kelas III SD Negeri Banjarsari termasuk dalam tahap operasional konkrit, yaitu belajar melalui benda-benda nyata sehingga penggunaan media yang nyata sangat membantu siswa dalam memahami konsep pelajaran, khususnya mata pelajaran matematika tentang bilangan pecahan.

Materi bilangan pecahan bersifat abstrak, sehingga pembelajaran bilangan pecahan membutuhkan alat bantu pembelajaran agar siswa dapat memahami konsep bilangan pecahan dengan baik. Media yang digunakan adalah media bangun datar. Media tersebut berasal dari kertas karton atau transparan. Media bangun datar yang dibagi menjadi bagian-bagian yang berfungsi untuk memperjelas materi bilangan pecahan, maka diharapkan dapat menimbulkan semangat belajar, memungkinkan siswa belajar mandiri, serta menciptakan pengalaman belajar yang bermakna, dan merangsang pikiran siswa.

Keberanian siswa untuk mencoba dan pengalaman langsung menggunakan media bangun datar diharapkan dapat memperjelas materi bilangan pecahan dan memotivasi siswa dalam belajar sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman yang bermakna dan cepat dalam memahami bilangan pecahan, yaitu mampu menghubungkan dan menggunakan informasi/pengetahuan yang menunjukkan bahwa suatu bilangan merupakan bagian dari satu bilangan utuh, yang dapat

(41)

ditulis dengan lambang . Hal ini dapat membuat pemahaman siswa kelas III tentang bilangan pecahan dapat meningkat.

Alur kerangka berpikir dapat terlihat pada bagan sebagai berikut:

Gambar 2.7. Alur Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan penelitian ini adalah jika penggunaan media bangun dilaksanakan dengan tepat maka dapat meningkatkan pemahaman bilangan pecahan siswa kelas III SD Negeri Banjarsari Tahun Ajaran 2011/2012.

Pembelajaran bilangan pecahan menggunakan media bangun datar

Kondisi Akhir Tindakan

Dalam pembelajaran Matematika kelas III khususnya bilangan pecahan guru menggunakan metode

ceramah, tidak menggunakan media pembelajaran, akibatnya siswa merasa jenuh dan akhirnya kurang menguasai materi bilangan pecahan.

Kondisi Awal

Dengan penggunaan media bangun datar, pelaksanaan pembelajaran bilangan pecahan meningkat 80% dan pemahaman siswa tentang bilangan pecahan juga meningkat 80% dari 75% jumlah siswa Siklus I Mengenal Pecahan Sederhana Siklus II Membandingkan Pecahan Sederhana Siklus III Memecahkan masalah yang berkaitan dengan pecahan sederhana

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Banjarsari Kecamatan Gombong Kabupaten Kebumen. Meskipun berada di desa, lokasi SD Negeri Banjarsari sangat strategis karena di pinggir jalan sehingga mudah dijangkau oleh seluruh siswa.

Secara fisik, sebagian gedung SD Negeri Banjarsari sudah bagus. SD Negeri Bonjok memiliki 6 ruang kelas, 1 ruang kantor, 2 kamar mandi siswa, 1 kamar mandi guru. Untuk ruang perpustakaan, tempat sholat, UKS dalam 1 ruang, 1 garasi sepeda untuk guru, dan 1 garasi sepeda untuk siswa. Dibandingkan dengan ruang kelas I-IV, ruang guru, ruang kelas V dan VI lebih bagus karena baru direhabilitasi Tahun 2009 menggunakan uang DAK. Lantai ruang kelas I-IV belum berkeramik, sedangkan ruang kelas V-VI dan ruang guru sudah berkeramik. Halaman sekolah sudah dipaving dan di pagar, tetapi pagarnya tidak tertutup karena gedung SD Negeri Banjarsari terpisah jadi dua oleh jalan.

Latar belakang sosial dan ekonomi siswa sebagian besar adalah anak petani dengan tingkat kesejahteraan menengah ke bawah. Buku-buku pembelajaran yang dimiliki sendiri masih terbatas.

Meskipun berlokasi di desa, namun sekolah ini tidak kalah bersaing dengan SD-SD yang berada di kota. Terbukti dengan prestasi yang ditunjukkan siswa, baik di bidang akademik maupun nonakademik.

Di bidang akademik, lulusan yang dihasilkan selalu mencapai 100%. Pada tahun 2009, lulusan SD Negeri Banjarsari memperoleh peringkat 4 di tingkat kecamatan. Sedangkan di bidang nonakademiik, pada tahun 2011, SD

24

commit to user

(43)

Negeri Banjarsari mendapat peringkat III untuk lomba khitobah putra di tingkat kecamatan dan peringkat I untuk lomba khitobah putri di tingkat kecamatan. Peringkat I khitobah putri menjadi wakil kecamatan untuk lomba khitobah di tingkat Kabupaten Kebumen. Walaupun hanya mendapatkan ranking 11 di tingkat kabupaten, prestasi itu cukup membanggakan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan November sampai bulan Mei tahun 2012. Adapun jadwal kegiatannya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian

Kegiatan penelitian

Bulan

Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan

2011 2012 2013 1. Persiapan penelitian a. Indentifikasi masalah b. Menyusun proposal penelitian c. Penyusunan Instrumen d. Seminar proposal e. Revisi f. Perizinan 2. Pelaksanaan tindakan a. Siklus I b. Siklus II c. Siklus III

3. Analisis data dan pelaporan

a. Analisis data 3 siklus b. Menyusun

laporan/skripsi c. Ujian dan revisi d. Penggandaan dan

pengumpulan laporan

(44)

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri Banjarsari Kecamatan Gombong yang berjumlah 24 anak, yaitu 13 anak laki-laki dan 11 anak perempuan.

C. Sumber Data

Sumber data dapat berasal dari subjek penelitian dan dari bukan subjek (Wahyudi, 2008). Sumber data yang diperoleh pada penelitian ini adalah berasal dari siswa, peneliti dan teman sejawat.

1. Siswa

Sumber data dari siswa diperoleh dari siswa kelas III SD Negeri Banjarsari Tahun Ajaran 2011/2012. Data yang didapatkan dari siswa adalah berupa pelaksanaan pembelajaran bilangan pecahan yang dilaksanakan dengan menerapkan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan media bangun datar. Data yang diperoleh melalui wawancara, observasi, dan tes hasil belajar siswa.

2. Peneliti

Peneliti dalam kegiatan penelitian ini juga sebagai sumber data untuk diteliti. Peneliti adalah sebagai guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Data yang diperoleh dari peneliti berupa data tentang pelaksanaan langkah-langkah penggunaan media bangun datar dalam pembelajaran bilangan pecahan. Data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara.

3. Teman Sejawat

Penelitian ini juga melibatkan guru sebagai sumber data. Sumber data yang dipilih adalah kepala sekolah, guru kelas IV, dan guru kelas VI. Data yang

(45)

didapat berupa data tentang langkah-langkah penggunaan media bangun datar dalam pembelajaran bilangan pecahan yang diperoleh melalui observasi.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan dua jenis teknik, yaitu teknik tes dan non tes, yaitu observasi, dan wawancara.

a. Tes

Padmono menyatakan bahwa tes adalah teknik evaluasi dengan menggunakan seperangkat pertanyaan, pernyataan, atau tugas yang harus dilakukan oleh testee (2002). Sanjaya

teknik penilaian yang biasa digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam pencapaian suatu (2008: 187).

Selanjutnya Padmono mengemukakan bahwa tes merupakan penyajian seperangkat tugas atau pernyataan yang harus dijawab atau direspon (2002).

Jadi, tes adalah teknik evaluasi yang menggunakan seperangkat pertanyaan, pernyataan, atau tugas yang harus dijawab atau direspon oleh testee untuk mengukur pemahaman siswa dalam peningkatan pemahaman bilangan pecahan.

b. Observasi

Hadi (1986) dalam Sugiyono mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis (2009). Sanjaya menyatakan bahwa Observasi adalah teknik penilaian dengan cara mengamati tingkah laku pada suatu situasi tertentu. (2008: 190).

Selanjutnya Padmono berpendapat bahwa observasi merupakan suatu penyelidikan yang dijalankan secara sistematik dan sengaja diadakan

(46)

dengan menggunakan alat indera, terutama mata terhadap kejadian-kejadian yang langsung ditangkap ketika kejadian-kejadian tersebut berlangsung (2002). Arikunto, Suhardjon, dan supardi juga berpendapat,

adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa

jauh efek tin

Jadi, observasi adalah kegiatan pengamatan terhadap tingkah laku dalam suatu situasi tertentu, yaitu seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Observasi dilakukan untuk mengukur langkah-langkah penggunaan media bangun datar dalam pembelajaran bilangan pecahan baik bagi siswa maupun guru, yaitu menggunakan rating scale.

c. Wawancara

Moleong mengemukakan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (2010).

Sugiyono menyataka

orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik (2009: 231).

Selanjutnya Sanjaya

komunikasi langsung antara yang mew (2008: 193).

Jadi, wawancara adalah percakapan antara pewawancara dan terwawancara untuk bertukar informasi dan ide melalui tannya jawab berkenaan dengan suatu topik tertentu. Wawancara dilakukan untuk mengukur langkah-langkah penggunaan media bangun datar dalam pembelajaran bilangan pecahan baik bagi siswa maupun guru, yaitu menggunakan pedoman wawancara.

(47)

2. Alat Pengumpulan Data

a. Instrumen Pemahaman Bilangan Pecahan 1) Definisi Konsep

Pemahaman bilangan pecahan adalah kemampuan dalam menghubungkan dan menggunakan informasi/pengetahuan yang menunjukkan bahwa suatu bilangan merupakan bagian dari satu bilangan utuh, yang dapat ditulis dengan lambang

a dan b adalah bilangan cacah sehingga akan terbentuk wawasan yang bermakna karena anak mulai dapat berpikir rasional, yaitu mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika, tetapi masih terikat pada benda yang konkrit.

2) Definisi Operasional

Definisi operasional pemahaman bilangan pecahan adalah sebagai berikut:

a) Kemampuan pemahaman bilangan pecahan: (1) Menerjemahkan

(2) Menafsirkan (3) Perhitungan

b) Indikator pemahaman bilangan pecahan: (1) Memberi contoh (2) Membuktikan (3) Menjelaskan (4) Mengubah bentuk (5) Menyimpulkan

commit to user

(48)

Tabel 3.2. Kisi-kisi instrumen tes pemahaman bilangan pecahan Standar

Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Materi

Jenjang Kognitif 3. Memahami pecahan sederhana dan penggunaan nya dalam pemecahan masalah 3.2 Memecahkan masalah yang berkaitan dengan pecahan sederhana a. Memberi contoh bentuk pecahan b. Menjelaskan pengertian pecahan c. Mengubah soal cerita bilangan pecahan menjadi kalimat matematika d. Menyimpulkan hasil perbandingan pecahan berdasarkan gambar e. Menyimpulkan nilai pecahan sesuai dengan gambar f. Menyimpulkan jawaban atas soal yang melibatkan pecahan a. Ganbar pecahan b. Pengertian Pecahan Pecahan adalah bagian dari keseluruhan. c. Soal cerita pecahan

Ina memiliki meter pita. Ina membeli lagi meter. Kalimat matematikanya adalah + d. Gambar pecahan > = e. Menyimpulkan nilai pecahan f. Soal cerita pecahan Ina memiliki meter pita. C2 C2 C2 C2 C2

commit to user

(49)

sederhana Sedangkan Ida memiliki meter. Pita siapa yang lebih panjang?

Jadi, pita Ina yang lebih panjang.

b. Instrumen Penggunaan Media Bangun Datar 1) Definisi Konsep

Penggunaan media bangun datar adalah penggunaan alat bantu pengajaran berupa benda dua dimensi seperti lingkaran dan persegi panjang yang digunakan guru untuk menyampaikan materi pelajaran, memperjelas pesan yang disampaikan guru memberi pengertian kepada siswa, menimbulkan semangat belajar siswa, memungkinkan siswa belajar mandiri, menciptakan pengalaman belajar yang bermakna, dan merangsang perasaan serta perhatian siswa untuk belajar.

2) Definisi Operasional

Definisi operasional penggunaan media bangun datar adalah sebagai berikut:

(50)

Tabel 3. 3. Kisi-kisi observasi penggunaan media bangun datar bagi guru

Variabel Indikator Nomor

Penggunaan media bangun

datar

1. Menggunakan media bangun datar sesuai dengan materi bilangan pecahan

2. Memperjelas pesan yang disampaikan guru

3. Memberi pengertian kepada siswa 4. Menimbulkan semangat belajar 5. Memungkinkan siswa belajar mandiri 6. Menciptakan pengalaman belajar yang

bermakna

7. Merangsang pikiran dan perhatian

1 2 3 4 5 6 7

Tabel 3.4. Kisi-kisi observasi penggunaan media bangun datar bagi siswa

Variabel Indikator Nomor

Penggunaan media bangun

datar

1. Menggunakan media bangun datar dalam pembelajaran bilangan pecahan 2. Memperhatikan penjelasan guru tentang

bilangan pecahan

3. Menjelaskan pengertian bilangan pecahan dengan tepat

4. Semangat dalam belajar 5. Belajar dengan mandiri

6. Memperoleh pengalaman yang bermakna

7. Tertarik dalam pembelajaran bilangan pecahan 1 2 3 4 5 6 7

commit to user

(51)

Tabel 3.5. Kisi-kisi wawancara penggunaan media bangun datar bagi siswa

Variabel Indikator Nomor

Penggunaan Media Bangun

Datar

Kejelasan penyampaian materi oleh guru Kesulitan yang dialami siswa

1, 2 3, 4

E. Validasi Data

Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti (Sugiyono, 2009). Validasi dalam penelitian ini menggunakan triangulasi data. Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

Untuk menguji data kuantitaif (tes), yang divalidasi adalah instrumennya. Kesejajaran antara hasil tes dan kriteria yang telah ditetapkan digunakan teknik korelasi.

Untuk menguji kredibilitas data kualitatif (observasi dan wawancara) tentang penggunaan media bangun datar dalam pembelajaran bilangan pecahan, maka pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh dapat dilakukan ke siswa, guru, dan teman sejawat. Data dari ketiaga sumber tersebut, tidak bisa diratakan seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi di deskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana yang spesifik dari tiga sumber data tersebut.

F. Analisis Data

Analisis data penelitian ini adalah untuk data kuantitatif (tes) menggunakan analisis deskriptif komparatif, yaitu membandingkan nilai tes

(52)

setelah siklus I, siklus II, dan siklus III, sedangkan untuk data kualitatif (observasi dan pengamatan) menggunakan analisis deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi dari tiap-tiap siklus.

Teknik analisis data kualitatif yang digunakan peneliti adalah teknik yang dikemukakan oleh Milles dan Huberman (Madya, 2009), yaitu:

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses menyeleksi, menentukan fokus,

di lapangan. Kegiatan reduksi data dilakukan untuk mengetahui hasil tindakan pengamatan penggunaaan media bangun datar dalam pembelajaran bilangan pecahan. Dalam melakukan reduksi data, peneliti berdiskusi dengan guru/teman sejawat agar dapat menyeleksi data secara cermat.

2. Beberan (display) data

Setelah direduksi, data siap dibeberkan, artinya tahap analisis sampai pada pembeberan/penyajian data. Data yang telah direduksi disajikan dengan rapi dalam bentuk narasi (data kualitatif) dan matriks, grafik, atau diagram (data kuantitatif). Pembeberan data yang sistematik dan interaktif akan memudahkan pemahaman terhadap apa yang terjadi sehingga memudahkan dalam penarikan kesimpulan atau tindakan yang akan dilakukan selanjutnya. 3. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan secara bertahap, mulai dari kesimpulan sementara, yang ditarik pada akhir siklus I, kesimpulan terevisi pada siklus II, III dan seterusnya sampai kesimpulan terakhir pada siklus terakhir. Kesimpulan yang pertama sampai dengan yang terakhir saling terkait dengan kesimpulan pertama sebagai pijakan.

(53)

G. Indikator Kinerja

Tanda-tanda yang diharapkan sebagai wujud keberhasilan dalam melakukan tindakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.6. Indikator Kinerja Penelitian Aspek yang diukur Persentase Siswa

yang Ditargetkan

Cara Mengukur

Penggunaan Media Bangun Datar

80% Diamati saat pembelajaran dan dihitung dari jumlah siswa yang dapat menggunakan media bangun datar dengan tepat.

Kemampuan siswa dalam memahami bilangan pecahan

80% Diukur dari hasil tes pemahaman bilangan pecahan dari 75% jumlah siswa yang dapat menjawab dengan benar

H. Prosedur Penelitian

Penelitian ini direncanakan melalui tiga siklus. Tahapan-tahapan dalam siklus meliputi 4 tahap (Wahyudi, 2008: 24), yaitu: planning, acting, observing, dan reflecting. Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi (2008: 74) mengemukakan empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus, yaitu (a) perencanaan, (b) tindakan, (c) pengamatan, dan (d) refleksi.

Jadi, paparan langkah-langkah pelaksanaan penelitian untuk setiap tahap dan dalam setiap siklusnya adalah (a) perencanaan tindakan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) pengamatan tindakan, dan (d) refleksi yang dijabarkan sebagai berikut:

(54)

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan, peneliti menyusun rencana tindakan penelitian, yaitu menentukan tempat dan waktu pelaksanaan penelitian, menentukan tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian, menyusun skenario pelaksanaan penelitian tindakan kelas, membuat Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi yang akan disampaikan, menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan, menyusun instrumen tes, menyusun lembar evaluasi, menghubungi rekan teman sejawat untuk menjadi observer.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan, peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan yang telah direncanakan. Untuk mengetahui pemahaman siswa tentang bilangan pecahan, peneliti menggunakan alat pengumpul data atau intrumen yang telah dibuat.

3. Tahap observasi

Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan yang dilakukan. Pengumpulan data dengan cara observasi dilakukan untuk mengumpulkan data tentang penggunaan media bangun datar dalam pembelajaran bilangan pecahan bagi siswa kelas III Semester II SD Negeri Banjarsari Tahun Ajaran 2011/2012. Observasi dilakukan oleh 3 orang, yaitu peneliti dan dua guru (teman sejawat). Masing-masing observer diberikan pedoman observasi.

4. Tahap Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan mengingat kembali tindakan yang telah dilakukan. Refleksi dilakukan untuk mengetahui situasi yang terjadi pada saat tindakan, permasalahan yang terjadi, serta penyebab timbulnya permasalahan tersebut.

(55)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pratindakan

Sekolah Dasar Negeri Banjarsari merupakan salah satu sekolah negeri dari gugus Jenderal Sudirman yang berada di kecamatan Gombong, kabupaten Kebumen. Jumlah siswanya yaitu 151 siswa dengan latar belakang yang berbeda-beda. Jumlah siswa pada masing-masing kelas rata-rata terdiri dari 25 siswa. Jumlah guru di sekolah tersebut sebanyak 9 guru, 1 tata usaha, dan 1 penjaga sekolah.

Kelas yang dijadikan objek penelitian adalah kelas III SD Negeri Banjarsari tahun ajaran 2011/2012 dengan jumlah 24 anak yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 11 anak perempuan. Mereka menempati ruang yang berukuran 7 m x 7 m, ruang kelas menghadap ke barat dengan jendela dan ventilasi yang cukup sehingga memungkinkan terciptanya suasana kelas yang kondusif bagi keberlangsungan kegiatan belajar mengajar.

Kegiatan pembelajaran sehari-hari siswa SD Negeri berjalan dengan baik meskipun lokasi sekolah dekat dengan jalan, tetapi jalannya tidak ramai kerena memang bukan jalan raya. Lokasi sekolah juga jauh dari kebisingaan. Pembelajaran yang berlangsung khususnya pada kelas III juga sudah berlangsung dengan baik. Guru mengajarkan materi sesuai dengan kurikulum. Akan tetapi, sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan pada pembelajaran Matematika. Sebagian besar siswa mendapat nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dengan KKM 70.

Sebelum melakukan tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti terlebih dahulu melakukan beberapa kegiatan, mulai dari menemukan masalah sampai memeriksa lapangan. Penelitian diawali dengan pre test tentang bilangan pecahan pada siswa kelas III SDN Banjarsari. Pre test bertujuan untuk mencari penyebab siswa kelas III belum memahami bilangan pecahan. Pada saat diadakan pre test, siswa merasa kebingungan ketika menggambar pecahan dan

37

commit to user

(56)

menyimpulkan nilai pecahan berdasarkan gambar pecahan. Berdasarkan hasil pre test siswa, hasilnya diperoleh seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.1. Distribusi Nilai Hasil Pratindakan (Pre Test)

No. Absen Nilai (x) Keterangan

1 60 2 30 3 40 4 40 5 40 Tuntas = 4% 6 40 Belum Tuntas = 96% 7 60 8 60 9 40 10 40 11 40 12 60 13 20 14 60 15 40 16 20 17 40 18 40 19 60 20 50 21 40 22 60 23 40 24 80 Rata-rata 1100 : 4 = 45,83

Berdasarkan tabel 4.1., rata-rata hasil pratindakan hanya mencapai 45,83. Ketuntasan nilai hasil pratindakan hanya mencapai 4% (1 siswa) sedangkan persentase belum mencapai ketuntasan mencapai 96% (23 siswa).

Diagram ketuntasan nilai siswa pada hasil pre test pada tabel 4.1. dapat dilihat pada gambar diagram berikut:

(57)

4% 96% Persentase Ketuntasan Persentase Belum Tuntas

Gambar 4.1. Diagram Persentase Ketuntasan Nilai Hasil Pratindakan

Dari hasil pre test akan diketahui penyebab siswa kelas III SD Negeri Banjarsari belum berhasil dalam pembelajaran Bilangan Pecahan. Setelah melaksanakan evaluasi dengan pre test pada siswa kelas III SD Negeri Banjarsari terdapat permasalahan dimana dalam pembelajaran Matematika, khususnya materi bilangan pecahan masih menggunakan metode ceramah. Kegiatan belajar mengajar hanya terfokus pada guru sehingga membuat siswa menjadi bosan dan jenuh untuk mengikuti pelajaran Matematika. Siswa hanya duduk dan mendengarkan guru menjelaskan materi pelajaran. Berdasarkan pengamatan peneliti pula, perbedaan karakteristik dan kemampuan siswa kelas III menyebabkan kurangnya minat mereka dalam pembelajaran. Posisi duduk siswa yang berkelompok menimbulkan keributan. Siswa yang berkemampuan lebih cenderung ingin selalu menyelesaikan tugas dari guru. Siswa yang pendiam hanya mendengarkan penjelasan guru saja dan tidak berani untuk bertanya atau berpendapat.

Dengan adanya permasalahan tersebut maka peneliti berusaha untuk memecahkan masalah tersebut dengan mengadakan penelitian tindakan kelas di kelas III SD Negeri Banjarsari, dengan harapan pemahaman siswa tentang bilangan pecahan dapat meningkat setelah menggunakan media bangun datar.

Gambar

Gambar 2. 1. Media pecahan perempatan
Gambar 2. 4. Contoh perbandingan pecahan
Gambar 2.7. Alur Kerangka Berpikir
Tabel 3. 3. Kisi-kisi observasi penggunaan media bangun datar    bagi guru
+7

Referensi

Dokumen terkait

Makalah dalam Seminar Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pendidikan Jarak... Jauh dalam Rangka Meningkatkan Mutu

Data yang diteliti dapat berupa sampel yang diambil dari populasi dengan.. teknik probality sampling

sekolah melalui kinerja mengajar guru dalam upaya meningkatkan

12.1 Mengungkapkan makna dalam bentuk teks tulis fungsional pendek (misalnya pengumuman, iklan, undangan dll.) resmi dan tak resmi secara akurat, lancar dan news

Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas guru adalah melalui pendidikan dan pelatihan (diklat). Pelatihan adalah prosedur formal yang difasilitasi dengan

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif Fisika dan berpikir logis siswa kelas X IPA 5 SMA Negeri 1 Ngemplak melalui penerapan model

Demikian pula sudah tersedia banyak pengalaman baik (best practices) dari kejadian-kejadian gempa yang pernah terjadi di tanah air, maupun dari pengalaman negara-negara maju

Sebelum instrument variabel X digunakan, dilakukan uji validitas konstruk melalui proses validasi yaitu perhitungan koefisien korelasi skor butir dengan skor total dan