• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh : : X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh : : X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR ROLL DEPAN

DENGAN MODIFIKASI ALAT BANTU PEMBELAJARAN

PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 KUTABANJAR

KECAMATAN BANJARNEGARA

KABUPATEN BANJARNEGARA

Oleh :

Nama

: DJAENURI

NIM

: X4711038

Kelas

: A

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id MODIFIKASI ALAT BANTU PADA SISWA KELAS III

SD NEGERI 1 SAWAL BANJARNEGARA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh: S U G I Y O N O

X4709160

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Pro gram Studi Pen didikan Ja s mani, K es eha tan d an Rek reasi

Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011

(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta, Juni 2011 Pembimbing I Drs. Sunardi, M.Kes NIP. 19581121 199003 1 004 Pembimbing II Waluyo, S.Pd., M.Or NIP. 19720617 199802 1 001

(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Jumat

Tanggal : 17 Juni 2011

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Mulyono, MM _____________

Sekretaris : Febriani Fajar E., S.Pd, M.Or _____________

Anggota I : Drs. Sunardi, M.Kes _____________

Anggota II : Waluyo, S.Pd, M.Or _____________

Disahkan oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP 19600727 198702 1 001

(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRAK

Sugiyono. PENINGKATAN KEMAMPUAN ROLL DEPAN MELALUI MODIFIKASI ALAT BANTU PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 1 SAWAL BANJARNEGARA TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan modifikasi alat bantu dalam meningkatkan kemampuan dan hasil belajar roll depan pada siswa kelas III SD Negeri 1 Sawal Banjarnegara tahun pelajaran 2010/2011.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Subjek

dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri 1 Sawal Banjarnegara tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 16 siswa terdiri dari 8 siswa putra dan 8 siswa putri. Data hasil belajar roll depan diperoleh melalui tes unjuk kerja, lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data kegiatan siswa di dalam mengikuti proses pembelajaran roll depan melalui penerapan modifikasi alat bantu.

Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan pada kemampuan dan hasil belajar

siswa dalam pembelajaran roll depan meningkat dari 44% pada kondisi awal (pra siklus) menjadi 69% pada akhir siklus I dan meningkat menjadi 94% pada akhir

siklus II. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa penerapan modifikasi alat bantu dapat meningkatkan kemampuan dan hasil belajar roll depan pada siswa kelas III SD Negeri 1 Sawal Banjarnegara tahun pelajaran 2010/2011.

(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

v “Bersaing dengan diri sendiri untuk melakukan pekerjaan dengan cara terbaik. Jangan bersaing dengan orang lain”.

(Anonim)

v “Perubahan tak akan terjadi jika kita menunggu orang lain atau menunggu waktu lain. Kita adalah orang yang kita tunggu. Kita adalah perubahan yang kita cari”.

(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

§ Sekolah Dasar Negeri 1 Kutabanjarnegara

§ Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Banjarnegara.

§ Kepala UPT Dindikpora Kecamatan Sigaluh.

§ Orang tua yang selalu mendoakanku.

§ Istri tercinta, yang selalu mendukung dan memberi semangat.

§ Anak-anakku tersayang, sumber inspirasi dan motivasiku.

§ Keluarga besar, sahabat, dan teman-teman sejawat.

(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Terucap kata syukur kepada Allah SWT, atas limpahan rahmat dan pertolongan-Nya, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Harapan yang tertuang dalam skripsi ini adalah hasil yang penulis lakukan.

Terselesaikannya penulisan skripsi ini tak luput dari bantuan berbagai pihak baik berupa materiil maupun spirituil. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta;

2. Drs. Agus Margono, M.Kes., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta; 3. Drs. Sunardi, M. Kes., Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan

Rekreasi Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyusun skripsi;

4. Waluyo, S.Pd, M.Or, selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyusun skripsi;

5. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi yang secara tulus memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis;

6. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Banjarnegara;

7. Kepala UPT Dindikpora Kecamatan Sigaluh Kabupaten Banjarnegara;

8. Kepala Sekolah Dasar Negeri 1 Sawal Kecamatan Sigaluh Kabupaten Banjarnegara yang telah memberikan izin dan tempat penelitian sekaligus sebagai guru pamong dalam pelaksanaan penelitian;

9. Siswa kelas III SDN 1 Sawal Kecamatan Sigaluh Kabupaten Banjarnegara yang telah bersedia menjadi subjek penelitian;

10. Rekan-rekan guru SDN 1 Sawal dan teman sejawat sebagai kolaborator yang telah memberikan kontribusi dan membantu dalam melakukan penelitian;

11. Rekan-rekan program PPKHB S.1 Penjaskesrek angkatan 2010 yang telah membantu dalam penelitian dan penulisan skripsi ini;

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 12. Orang tua, istri dan anak-anak yang selalu mendukung, memberi motivasi dalam

menyelesaikan skripsi ini;

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu terlaksananya penelitian dan penulisan skripsi ini.

Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan penulis, sehingga hasilnya kurang sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak.

Akhirnya penulis berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat bermanfaat dan menambah khasanah pengetahuan bagi pembacanya.

Surakarta, Juni 2011 Penulis

(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Halaman JUDUL ... i PENGAJUAN ... ii PERSETUJUAN ... iii PENGESAHAN ... iv ABSTRAK ... v MOTTO ... vi PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. Tinjauan Pustaka ... 7 1. Senam ... 7 a. Pengertian Senam ... 7 b. Sejarah Senam ... 8 c. Pembelajaran Senam di SD ... 9 2. Senam Lantai ... 11 a. Pengertian Lantai ... 11

b. Macam-Macam Bentuk Senam Lantai ... 12

(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Pengertian Roll Depan ... 13

b. Teknik Roll Depan ... 14

c. Kesalahan yang Sering Dilakukan Saat Roll Depan ... 17

d. Cara Memberi Bantuan Roll Depan ... 17

4. Pembelajaran ... 18

a. Pengertian Pembelajaran ... 18

b. Prinsip Pembelajaran ... 18

c. Desain Pembelajaran ... 19

d. Pembelajaran Inovatif ... 22

e. Penggunaan Alat Bantu dalam Pembelajaran ... 23

5. Pembelajaran Senam Roll Depan Melalui Modifikasi Alat Bantu ... 25

B. Kerangka Pikir ... 26

C. Perumusan Hipotesis ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

A. Setting Penelitian ... 27

1. Tempat Penelitian ... 27

2. Waktu Penelitian ... 27

B. Subjek Penelitian ... 27

C. Sumber Data ... 27

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 28

E. Analisis Data ... 28

F. Prosedur Penelitian ... 28

1. Tahap Perencanaan Tindakan ... 30

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan ... 30

a. Rancangan Pelaksanaan Siklus I ... 30

b. Rancangan Pelaksanaan Siklus II ... 31

3. Tahap Pengamatan ... 31

4. Tahap Refleksi ... 32

(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

A. Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus) ... 33

B. Hasil Penelitian ... 34

1. Hasil Penelitian Siklus I ... 34

2. Hasil Penelitian Siklus II ... 41

C. Pembahasan ... 47

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 49

A. Simpulan ... 49

B. Implikasi ... 49

C. Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50

(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1. Data Nilai Siswa pada Kondisi Awal (Pra Siklus) ... 33 4.2. Hasil Belajar Roll Depan pada Siklus I ... 39 4.3. Hasil Belajar Roll Depan pada Siklus II ... 45 4.4. Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa dari Studi Pra Siklus, Siklus I, dan

(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar Halaman

2.1. Gerakan Roll Depan dengan Posisi Awal Jongkok ... 15

2.2. Gerakan Roll Depan dengan Posisi Awal Berdiri ... 15

3.1. Diagram Daur Penelitian Tindakan Kelas ... 29

3.2. Bagan Alur Proses Perbaikan Pembelajaran ... 29

4.1. Grafik Ketuntasan Belajar pada Pra Siklus ... 34

4.2. Grafik Ketuntasan Belajar pada Siklus I ... 40

4.3. Grafik Ketuntasan Belajar pada Siklus II ... 46

4.4. Grafik Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa dari Studi Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ... 48

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I Pertemuan 1 ... 51

2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I Pertemuan 2 ... 56

3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II Pertemuan 1 ... 62

4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II Pertemuan 2 ... 68

5 Data Prestasi Siswa pada Siklus I ... 74

6 Data Prestasi Siswa pada Siklus II ... 75

7 Data Hasil Observasi Pembelajaran Siklus I Pertemuan 1 ... 76

8 Data Hasil Observasi Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2 ... 78

9 Data Hasil Observasi Pembelajaran Siklus II Pertemuan 1 ... 80

10 Data Hasil Observasi Pembelajaran Siklus II Pertemuan 2 ... 82

11 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ... 84

(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Pada kenyataannya, pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian

yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, pendidikan jasmani berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya, yakni hubungan dari perkembangan

tubuh atau fisik dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia.

Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan

sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan olahraga. Pendidikan Jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan

keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), dan pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang

seimbang. Dengan pendidikan jasmani siswa akan memperoleh berbagai ungkapan yang erat kaitannya dengan kesan pribadi yang menyenangkan serta

berbagai ungkapan yang kreatif, inovatif, terampil, memiliki kebugaran jasmani,

kebiasaan hidup sehat dan memiliki pengetahuan serta pemahaman terhadap gerak manusia.

Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani guru diharapkan mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan dan

(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2

olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportifitas, jujur, kerjasama, dan lain-lain) serta pembiasaan pola hidup sehat. Pelaksanaannya bukan melalui pengajaran konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik, mental, intelektual, emosi dan sosial. Aktivitas yang diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan sentuhan didaktik-metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran. Tidak ada pendidikan yang tidak mempunyai sasaran paedagogis, dan tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa adanya pendidikan jasmani, karena gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alamiah berkembang searah dengan perkembangan zaman. Ruang lingkup pendidikan jasmani di sekolah adalah meliputi permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, aktivitas senam, aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas air), dan pendidikan luar kelas (outdoor education).

Senam merupakan salah satu dari pembelajaran pendidikan jasmani yang diajarkan di sekolah dasar. Senam adalah aktivitas fisik yang dapat membantu mengoptimalkan perkembangan anak. Gerakan-gerakan senam sangat sesuai untuk mendapat penekanan di dalam program pendidikan jasmani, terutama karena tuntutan fisik yang dipersyaratkannya, seperti kekuatan dan daya tahan otot dari seluruh bagian tubuh. Di samping itu, senam juga menyumbang besar pada perkembangan gerak dasar fundamental yang penting bagi aktivitas fisik cabang olahraga lain, terutama dalam hal bagaimana mengatur tubuh secara efektif dan efisien. Ada beberapa macam senam, yakni: senam artistik, senam ritmik sportif, senam akrobatik, senam aerobik, senam trampolin, dan senam umum. Salah satu jenis senam artistik adalah senam lantai.

Senam lantai (flour exercise) merupakan gerakan-gerakan senam yang

dilakukan di atas lantai yang beralaskan matras. Unsur-unsur gerakannya terdiri dari mengguling, melompat berputar di udara, menumpu dengan dua tangan atau kaki untuk mempertahankan sikap seimbang pada waktu melompat ke depan atau ke belakang. Bentuk gerakannya merupakan gerakan dasar senam

perkakas, bentuk latihannya pada putra maupun putri pada dasarnya adalah sama, hanya untuk putri dimasukkan unsur-unsur gerakan balet. Dari unsur-

(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

unsur tersebut, ada beberapa macam senam lantai antara lain: roll (guling)

depan, roll (guling) belakang, gerakan lenting, sikap kayang, dan sikap lilin. Roll (guling) depan ialah gerakan badan berguling ke arah depan melalui bagian

belakang badan (tengkuk), pinggul, pinggang, dan panggul bagian belakang. Berguling bagi seorang anak merupakan bentuk gerakan lokomotor paling awal yang dilakukannya.

Gerakan roll depan sudah diberikan pada siswa sekolah dasar (SD), termasuk di kelas III SD Negeri 1 Sawal, namun sebagian besar siswa belum memiliki kemampuan yang baik dalam melakukan gerakan roll depan, bahkan

banyak siswa putri yang takut melakukannya. Hal ini menuntut usaha guru untuk memecahkan masalah rendahnya kemampuan siswa dalam pembelajaran roll

depan.

Dari pengalaman di lapangan, siswa lebih senang melakukan olahraga

permainan bola besar, seperti sepak bola yang merupakan olahraga paling digemari oleh siswa maupun masyarakat umumnya. Siswa kurang antusias terhadap pembelajaran senam, apalagi pada materi senam lantai yang termasuk di dalamnya pembelajaran roll depan, sehingga siswa kurang mengetahui teknik

melakukan roll depan dengan baik. Kondisi seperti ini disebabkan karena beberapa faktor dalam pembelajaran. Maka peneliti berdiskusi dengan teman sejawat dan berkonsultasi dengan kepala sekolah. Dari hasil diskusi awal ditemukan beberapa kendala yang menghambat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran senam lantai pada nomor roll depan. Beberapa permasalahan tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1) siswa takut dan canggung dalam melakukan roll depan, 2) kurangnya latihan menyebabkan siswa masih kaku dalam melakukan gerakan roll depan, 3) siswa masih belum memiliki keterampilan teknik dasar roll depan yang baik dan benar.

Beberapa kendala yang teridentifikasi tersebut disebabkan karena

pembelajaran yang kurang menarik perhatian siswa, guru dalam memberikan materi tidak menyenangkan, dan masih menggunakan metode konvensional, belum menggunakan metode atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, kurangnya sarana dan prasarana pembelajaran, guru belum menggunakan modifikasi

(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4

alat bantu, dan guru juga kurang memberikan motivasi kepada siswa dalam pembelajaran.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu adanya pemikiran dan

tindakan segera dalam memberikan materi pembelajaran roll depan kepada siswa agar siswa memiliki perhatian yang tinggi, semangat, dan mampu melakukan

roll depan dengan baik. Maka guru harus mampu mengembangkan metode atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, dan salah satunya melalui pendekatan modifikasi alat bantu. Untuk dapat mencapai tujuan siswa mampu

mengembangkan keterampilan gerak dan keterampilan teknik dalam proses pembelajaran roll depan, guru harus mampu menggunakan media dan alat-alat pembelajaran yang tersedia, maupun menciptakan atau memodifikasi bentuk- bentuk alat bantu pembelajaran yang dapat membangkitkan minat dan memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Dengan melakukan modifikasi sarana maupun prasarana atau media pembelajaran, tidak akan mengurangi aktivitas siswa dalam melaksanakan

pembelajaran roll depan. Bahkan sebaliknya, karena siswa bisa difasilitasi untuk lebih banyak bergerak dalam suasana yang nyaman dan menyenangkan

melalui modifikasi alat bantu yang aman. Diharapkan dari pembelajaran melalui

modifikasi alat bantu siswa tidak lagi merasa canggung dan takut melakukan roll depan, tetapi akan menunjukkan semangat dan antusiasme dalam mengikutinya, karena merasa nyaman dengan adanya modifikasi alat bantu yang digunakan.

Dari permasalahan di atas, maka peneliti menentukan judul penelitian melalui penelitian tindakan kelas (PTK) ini sebagai berikut: “Peningkatan

Kemampuan Roll Depan Melalui Modifikasi Alat Bantu pada Siswa Kelas III SD Negeri 1 Kutabanjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id “Apakah penerapan modifikasi alat bantu dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan dan hasil belajar roll depan pada siswa kelas III SD Negeri 1 Sawal Banjarnegara tahun pelajaran 2011/2012?”

C. Tujuan Penelitian

Bertitik tolak pada perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui peningkatan kemampuan dan hasil belajar roll depan melalui penerapan pendekatan modifikasi alat bantu pembelajaran pada siswa kelas III SD Negeri 1 Sawal Banjarnegara tahun pelajaran 2010/2011.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak yang terkait dalam upaya peningkatan kemampuan dan hasil belajar roll depan, antara lain:

1. Bagi Siswa

a. Siswa lebih termotivasi dan aktif dalam proses pembelajaran roll depan. b. Siswa memiliki keberanian dalam melakukan roll depan dengan perasaan

yang aman dan senang.

c. Kemampuan dan prestasi siswa akan meningkat.

2. Bagi Guru

a. Untuk menambah pengalaman dalam inovasi pembelajaran roll depan

menjadi lebih efektif dan berhasil.

b. Menjadi pedoman bagi guru dalam memodifikasi alat bantu dalam

pembelajaran roll depan.

c. Meningkatkan profesionalisme guru dalam mengembangkan pendekatan

pembelajaran yang inovatif. 3. Bagi Sekolah

Adanya peningkatan kualitas pembelajaran dan pengajaran yang berakibat terhadap kualitas siswa dan guru, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas sekolah secara menyeluruh.

(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Senam a. Pengertian Senam

Istilah senam yang dikenal selama ini muncul dari kata gymnastic yang berakar kata dari bahasa Yunani yaitu gymnos. Gymnos diartikan sebagai telanjang dan gymnazien diartikan sebagai berlatih tanpa busana. Senam atau gymnastic merupakan suatu sistem latihan yang dilakukan untuk meningkatkan pengembangan fisik melalui latihan tubuh (Sayuti Sahara, 2001:1.4).

Pengertian senam dalam (http://pojokpenjas.blogspot.com/2008/08/ senam.html), adalah latihan jasmani/olahraga yang bentuk-bentuk gerakannya dipilih dan disusun secara sistematis berdasarkan prinsip-prinsip tertentu sesuai dengan kebutuhan atau tujuan si penyusun. Dari pengertian di atas, maka dapat dikatakan bahwa ciri dan kaidah senam ialah sebagai berikut:

1) Bahwa gerakan latihannya selalu dapat direncanakan, dipilih dan diciptakan oleh guru, pelatih bahkan pelaku sendiri.

2) Bahwa gerakan latihan terpilih itu harus disusun secara sistematis (merupakan suatu kebulatan latihan).

3) Penyusunan pemilihan gerakan itu harus sesuai dengan prinsip-prinsip tertentu sesuai dengan tujuan atau kebutuhan si pelaku.

Senam adalah aktivitas fisik yang dilakukan baik sebagai cabang olahraga tersendiri maupun sebagai latihan untuk cabang olahraga lainnya. Itulah pula sebabnya senam disebut sebagai olahraga dasar. Pertandingan-pertandingan dilakukan mulai dari tingkat anak-anak sekolah sampai pertandingan internasional baik bagi pria maupun wanita. Berlainan dengan cabang olahraga lain umumnya yang mengukur hasil aktivitasnya pada obyek tertentu, senam mengacu pada bentuk gerak yang dikerjakan dengan kombinasi terpadu dan menjelma dari setiap bagian anggota tubuh dari komponen-komponen kemampuan motorik seperti: kekuatan, kecepatan, keseimbangan, kelentukan,

(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id agilitas dan ketepatan. Dengan koordinasi yang sesuai dan tata urutan gerak yang selaras akan terbentuk rangkaian gerak artistik yang menarik.

Tujuan dari kegiatan senam adalah untuk mendapatkan kekuatan dan keindahan jasmani. Karl Gaulhofer merupakan tokoh pendidikan jasmani yang melahirkan suatu sistem dalam pengajaran senam. Ia menyusun sistematika dalam empat tingkat, yaitu: normalisasi, pembentukan, prestasi, dan seni gerak. Dari sistematika tersebut melahirkan bentuk atau satuan pengajaran senam berdasarkan tiga komponen utama, yaitu: pemanasan atau pendahuluan, latihan inti, dan pendinginan atau penutup (Sayuti Sahara, 2001:1.11).

Tugas pokok senam dibagi dalam tiga tugas utama, yaitu: 1) senam dasar, mengarah kepada gerakan alamiah, 2) senam khusus, mengarah kepada latihan persiapan untuk elemen teknik tertentu, 3) senam prestasi, senam sebagai cabang olahraga. Senam dasar merupakan pembentukan dasar yang lebih bersifat umum seperti berjalan, berlari, mengayun dan lain-lain, yang dilatih secara berulang-ulang dengan gerakan yang sama, kalau mungkin sampai dapat dilakukan secara otomatis. Senam khusus, merupakan alat bantu latihan khusus, seperti persiapan khusus dan memiliki sifat pembentukan elemen teknik sesuai dengan cabang olahraga tertentu. Sedangkan senam untuk tujuan prestasi artinya senam sebagai cabang olahraga yang menekankan aspek prestasi.

b. Sejarah Senam

Senam pertama kali muncul pada masyarakat Sklavia (para budak) dan dianggap sebagai kegiatan yang diperuntukkan untuk laki-laki, oleh karena itu kegiatan ini bersifat kemiliteran terutama bagi remaja. Dalam jaman keemasan Yunani, senam meliputi semua bidang kegiatan yang dikenal saat itu seperti latihan tubuh, dan juga tari, menunggang kuda serta latihan tubuh untuk tujuan

militer. Tempat latihannya disebut dengan gymnasium. Pada abad ke-15

pengertian tentang senam menjadi kumpulan sejumlah pengetahuan. Namun dengan kejatuhan masyarakat Sklavia, maka senam telah kehilangan pengertian dasar seperti tersebut di atas.

(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 8

Gymnastik modern diawali dari Jerman yakni Johann Basedow (1723-1790) sebagai seorang guru yang pertama kali mengenalkan senam secara terorganisir. Pemikirannya bahwa senam memiliki sumbangan yang sangat berarti dalam pendidikan anak seutuhnya. Sedangkan Frederich Ludwig Jahn (1778-1852) yang merupakan Bapak Senam atau “Father of Gymnastic” pernah mengganti nama gimnastik menjadi Turnen. Arti turnen dalam bahasa Latin adalah berputar, berpindah dari semua bagian tubuh seperti berlari, melompat, memanjat, berenang, serta bentuk latihan pada alat yang dibuat seperti palang tunggal, palang sejajar, dan alat untuk memanjat.

c. Pembelajaran Senam di SD

Senam merupakan alat pendidikan yang bertujuan memperkaya pengalaman gerak sebanyak-banyaknya serta meningkatkan kesegaran jasmani para peserta didik. Pembelajaran senam di sekolah dasar melalui pola gerak dominan serta pengembangannya dengan tugas gerak yang disesuaikan dengan dunia anak-anak, yaitu dunia yang penuh dengan fantasi, imajinasi, keinginan bergerak dan juga bermain yang mereka lakukan sesering mungkin.

Bagi anak sekolah dasar kelas bawah (kelas I, II, dan III), pembelajaran senam diarahkan kepada pola gerak dominan dalam senam yang meliputi: statik, mendarat, meloncat/melompat, gerak berpindah, berputar dan mengayun. Melalui pola gerak dominan, guru Penjasorkes akan lebih mudah melakukan perbaikan-perbaikan gerak dengan melihat sumber kesalahan gerak dan sekaligus mengadakan perbaikan gerak yang salah, demikian juga secara bertahap keterampilan fisik dan intelektual anak mulai dibentuk.

Belajar senam bagi anak sekolah dasar merupakan alat untuk mencapai perkembangan menyeluruh, meliputi: fisik, mental, sosial, emosional, dan moral.

Senam merupakan elemen penting dalam kurikulum pendidikan jasmani di sekolah dasar, karena membentuk bagian besar dari program dasar. Aip Syarifuddin (1992:99), menyatakan bahwa penekanan pelaksanaan

pendidikan jasmani di sekolah dasar adalah senam, sedang di sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah lanjutan tingkat atas adalah atletik.

(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Senam di sekolah dasar prinsipnya yaitu membelajarkan pola gerak dominan dalam senam, serta pengembangannya yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan kemampuan siswa. Di samping itu peralatan yang digunakan cukup sederhana, guru dapat membuat sendiri dengan modifikasi yang disesuaikan dengan materi.

Belajar senam bagi anak sekolah dasar, terutama bagi mereka yang sama sekali belum pernah melakukan senam sesungguhnya dengan tingkat kesulitan yang cukup tinggi, haruslah didasari melalui belajar keterampilan pola gerak dominan terlebih dahulu. Rusli Lutan (2004:7), menyatakan bahwa pengembangan kemampuan berolahraga pada usia sekolah dasar lebih banyak ditekankan kepada mengembangkan unsur kemampuan fisik secara menyeluruh (multilateral), dan keterampilan teknik dasar yang dominan yang merupakan dasar bagi keterampilan gerak teknik berolahraga.

Menurut Agus Mahendra (2001:15), bahwa pembelajaran senam dengan pola gerak dominan mempunyai beberapa keuntungan, antara lain:

1) Guru akan berkonsentrasi pada pola gerak kunci tentang kegiatan atau keterampilan yang harus dikuasai murid. Variasi dan tingkat kesulitan akan ditambahkan setelah landasan bangunan keterampilan dari setiap pola gerak dominan dikuasai.

2) Pembelajaran pola gerak dominan dapat lebih disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga anak akan merasa kalau tugas geraknya tidak terlalu sulit, tetapi tetap menantang dan menyenangkan.

3) Pembelajaran pola gerak dominan menekankan keterkaitan

antarberbagai keterampilan. Keterkaitan tersebut akan memudahkan guru untuk menentukan bagian-bagian penting yang diamati dalam pembelajaran yang bisa dipergunakan untuk banyak keterampilan. 4) Untuk setiap pola gerak dominan yang dilakukan, selalu terdapat

persyaratan kemampuan fisik yang perlu dimiliki. Pembelajaran pola gerak dominan dengan menekankan urutan dari yang sederhana ke yang lebih sulit akan memungkinkan guru untuk memperhatikan persyaratan kemampuan fisik anak untuk setiap kegiatan.

5) Kerangka pembelajaran pola gerak dominan memungkinkan guru

untuk merencanakan program yang seimbang. Guru dapat memilih kegiatan-kegiatan yang tepat dari setiap pola gerak dominan, atau membaginya menurut kebutuhan. Misalnya dua atau tiga pola gerak dominan dalam satu pembelajaran, dan sisanya pada pembelajaran berikutnya.

(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 10

Sesuai dengan karakteristik anak usia sekolah dasar, maka pembelajaran senam melalui pola gerak dominan ini sangat cocok diberikan kepada anak sekolah dasar kelas bawah yaitu kelas I sampai kelas III sebagai dasar atau pondasi, sedangkan untuk kelas IV sampai kelas VI sudah bisa dibelajarkan pengembangan dari pola gerak dominan. Suhantoro (1986:12), mengemukakan bahwa secara fisiologis sistema dalam badan anak-anak belum berkembang, sehingga belum dapat diberikan aktivitas jasmani yang berat seperti pada anak yang telah mengalami pubertas.

Senam bagi anak sekolah dasar dapat diberikan dalam bentuk modifikasi. Beberapa bentuk gerak modifikasi dalam senam erat hubungannya dengan pola gerak dominan dalam senam, yaitu:

1) Statik (static), ialah semua posisi tubuh yang dibuat dalam keadaan bertahan atau diam. Terdiri dari: bertumpu, menggantung, keseimbangan.

2) Mendarat (landings), yakni penghentian gerak yang terkontrol dari tubuh yang melayang pada saat turun. Terdiri dari: mendarat dengan kaki, mendarat dengan tangan, mendarat dengan diiringi putaran, mendarat dengan punggung.

3) Meloncat/melompat, merupakan gerakan yang dapat memindahkan tubuh

dengan cepat.

4) Gerak berpindah (locomotion), merupakan gerakan yang berulang-ulang memindahkan tubuh, anggota tubuh, atau gerak tubuh yang menyebabkan tubuh berpindah tempat.

5) Berputar (rotation), ialah pola gerak dominan yang dilakukan melalui putaran.

6) Mengayun (swings). Ada dua macam ayunan, yakni: mengayun dari sikap menggantung, dan mengayun dari sikap bertumpu.

2. Senam Lantai a. Pengertian Senam Lantai

Senam lantai (bahasa Inggris: floor exercise) adalah salah satu bagian dari rumpun senam. Sesuai dengan istilahnya, maka gerakan-gerakan senam

(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dilakukan di atas lantai yang beralaskan matras atau permadani. Senam lantai sering juga disebut dengan senam bebas, sebab pada waktu

melakukan gerakan tidak membawa alat atau menggunakan alat

(http://id.wikipedia.org/wiki/Senam_lantai).

Senam lantai sangat populer terutama bagi penyelenggaraan secara massal yang dapat diikuti oleh ribuan peserta bersama-sama. Gerakan-gerakannya dapat dikerjakan secara seragam dan membentuk formasi-formasi yang menarik dan mengesankan. Senam lantai menggunakan area yang

berukuran 12 x 12 m dan dapat ditambahkan matras di sekeliling area selebar 1 meter untuk menjaga keamanan pesenam yang baru melakukan latihan atau

rangkaian gerakan. Unsur-unsur gerakannya terdiri mengguling, melompat, berputar di udara, menumpu dengan dua tangan atau kaki untuk mempertahankan

sikap seimbang pada waktu melompat ke depan atau ke belakang. Bentuk gerakannya merupakan gerakan dasar senam perkakas, bentuk latihannya

pada putra maupun putri pada dasarnya adalah sama, hanya untuk putri dimasukkan unsur-unsur gerakan balet.

Pada tingkat sekolah atau yunior pertandingan dapat dibatasi pada nomor-nomor tertentu, biasanya senam lantai dan kuda-kuda lompat. Pertandingan tingkat nasional dan internasional bagi pria terdiri dari 6 (enam) nomor yakni: senam lantai, kuda-kuda lompat, kuda-kuda pelana, palang sejajar, palang tunggal, dan gelang-gelang. Sedang bagi wanita ada 4 (empat) nomor yakni: senam lantai, kuda-kuda lompat, balok keseimbangan, dan palang bertingkat. b. Macam-Macam Bentuk Senam Lantai

Ada beberapa bentuk senam lantai, antara lain: roll (guling) depan, roll (guling) belakang, gerakan lenting, sikap kayang, sikap lilin, headstand, dan

handstand.

1) Guling Depan (Roll Depan)

Guling depan adalah guling yang dilakukan ke depan. Gerakan badan berguling ke arah depan melalui bagian belakang badan (tengkuk), pinggul, pinggang, dan panggul bagian belakang

(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 12

2) Guling Belakang (Roll Belakang)

Yang dimaksud dengan berguling ke belakang ialah gerakan badan berguling ke arah belakang melalui bagian belakang badan mulai dari pinggul bagian belakang, pinggang, punggung, dan tengkuk.

3) Kayang

Kayang adalah suatu bentuk atau sikap badan telentang yang membusur bertumpu pada kedua tangan dan kedua kaki dengan lutut.

4) Sikap Lilin

Sikap lilin adalah sikap yang dibuat dari sikap semula tidur telentang kemudian mengangkat kedua kaki (rapat) lurus ke atas dengan kedua tangan menopang pinggang.

5) Guling Lenting (Neckspring)

Guling lenting adalah suatu gerakan melenting badan ke atas depan yang disebabkan oleh lemparan kedua kaki dan tolakan kedua tangan. Tolakan tersebut dimulai dari sikap setengah guling ke belakang atau setengah guling ke depan dengan kedua kaki merapat dan lutut lurus.

6) Berdiri dengan Kepala (Headstand)

Berdiri dengan kepala adalah sikap tegak dengan bertumpu pada kepala dan ditopang oleh kedua tangan.

7) Berdiri Atas Tangan (Handstand)

Handstand adalah keterampilan mempertahankan posisi tubuh dengan bertumpu pada kedua lengan. Gerakan ini diawali dengan melangkahkan salah satu kaki ke depan dan melemparkan kaki yang lain ke belakang sambil menjulurkan kedua lengan ke lantai untuk bertumpu.

3. Roll Depan a. Pengertian Roll Depan

Roll depan ialah gerakan badan berguling ke arah depan melalui bagian belakang badan (tengkuk), pinggul, pinggang, dan panggul bagian belakang. Latihan berguling berguna untuk melatih ketangkasan dan kelenturan tubuh. Gerakan berguling harus dilakukan di atas lantai yang empuk supaya dalam

(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id melakukannya tidak sakit. Latihan berguling biasanya menggunakan alat yang disebut matras.

Dalam melakukan roll depan harus memperhatikan posisi awal melakukan, posisi saat menumpu, posisi kepala, posisi kaki saat gerakan, posisi punggung dan posisi akhir. Secara umum langkah-langkah untuk melakukan guling ke depan adalah berdiri tegak, kedua tangan lurus di samping badan, angkat kedua tangan ke depan, bungkukkan badan, letakkan kedua telapak tangan di atas matras, siku ke samping, masukkan kepala di antara dua tangan, sentuhkan bahu ke matras, kemudian bergulinglah ke depan, lipat kedua lutut, tarik dagu dan lutut ke dada dengan posisi tangan merangkul lutut, dan sikap akhir guling depan adalah jongkok kemudian berdiri tegak.

b. Teknik Roll Depan

Ada beberapa teknik melakukan roll depan, yakni roll depan dengan permulaan jongkok, berdiri dan duduk.

1) Roll Depan dengan Permulaan Jongkok

a) Sikap Permulaan

Jongkok kedua kaki dibuka, kedua tumit diangkat, kedua telapak tangan sejajar dengan bahu dan diletakkan pada matras di depan badan, dengan jarak 30 cm dari ujung kaki pandangan ke depan.

b) Gerakan

Angkat pinggang ke atas sehingga ke dua kaki lurus dorong badan pelan-pelan ke depan, kedua siku dibengkokkan ke samping. Masukkan kepala di antara dua tangan sehingga pundak menyentuh matras. Segera badan didorong ke depan, lutut dilipat dari kedua tangan memeluk lutut. Dengan demikian badan akan berguling ke depan secara bulat.

c) Sikap Akhir

Jongkok kedua kaki rapat, kedua tumit diangkat, kedua tangan lurus ke depan serong ke atas sejajar bahu.

Di bawah ini disajikan ilustrasi gerakan roll depan dengan permulaan jongkok.

(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 14

Gambar 2.1. Gerakan Roll Depan dengan Posisi Awal Jongkok

2) Roll Depan dengan Permulaan Berdiri a) Sikap Permulaan

Berdiri tegak, kedua kaki rapat, kedua tangan di samping badan, dan pandangan lurus ke depan.

b) Gerakan

Sama seperti gerakan berguling ke depan dari sikap permulaan jongkok, tetapi pada waktu badan berguling ke depan kedua tangkai tetap lurus. Pada saat kedua tumit menyentuh matras secepat mungkin badan didorong ke depan sehingga berat badan terbawa ke depan, kedua telapak tangan ditolakkan pada matras untuk membantu mendorong badan ke atas sehingga badan berdiri tegak.

c) Sikap Akhir

Berdiri tegak kedua kaki rapat, kedua tangan lurus ke atas agak serong ke belakang dan badan agak melenting ke belakang, pandangan lurus ke depan.

Di bawah ini disajikan ilustrasi gerakan roll depan dengan permulaan berdiri.

(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3) Roll Depan dengan Permulaan Duduk

a) Sikap Permulaan

Duduk kedua kaki rapat dan lutut ditekuk. b) Gerakan

Diawali sikap duduk, kemudian jongkok dengan meletakkan kedua telapak tangan di matras sejajar dengan bahu, bersamaan dengan memasukkan kepala di antara dua lengan dorong pinggul ke depan hingga pundak mengenai matras, dilanjutkan dengan berguling pada waktu seluruh punggung rapat pada matras, lengan diangkat, kedua kaki di atas, kemudian kembali ke sikap duduk.

c) Sikap Akhir

Duduk kedua kaki rapat, kedua tangan memegang lutut, punggung agak membungkuk, pandangan ke depan.

Selain itu ada juga teknik roll depan dengan tungkai bengkok dan roll depan dengan tungkai lurus, yaitu sebagai berikut:

1) Roll Depan Tungkai Bengkok

Cara melakukan roll depan tungkai bengkok yaitu:

a) Sikap permulaan jongkok, pantat agak tinggi, dan kedua lengan lurus ke depan.

b) Luruskan tungkai, badan condong ke depan, tangan menumpu pada matras selebar bahu, tarik dagu ke dada, kemudian tengkuk pada matras. c) Mengguling ke depan mulai dari tengkuk, punggung, dan kaki.

d) Saat punggung mengenai matras, bengkokkan tungkai, tarik paha ke dada, tangan menolak, gerakan mengguling diteruskan hingga terakhir pada sikap jongkok, tangan melekat pada tulang kering dan pandangan lurus ke depan.

2) Roll Depan Tungkai Lurus

Cara melakukan roll depan tungkai lurus adalah:

a) Sama dengan cara melakukan guling ke depan tungkai ditekuk, tetapi saat punggung mengenai matras tangan menolak, tungkai lurus dan paha dekat dengan dada.

(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 16

b) Kemudian lemparkan tungkai ke depan diikuti tolakan tangan, tumpuan tangan di samping paha dekat pantat, badan condong ke depan, dagu dekat dada berakhir pada sikap berdiri badan bungkuk.

c. Kesalahan yang Sering Dilakukan Saat Roll Depan

Dalam melakukan gerakan roll depan, bagi siswa yang belum dapat melakukan dengan baik dan benar, seringkali terjadi kesalahan-kesalahan yang dilakukan saat melakukan roll depan, antara lain:

1) Kedua tangan yang bertumpu tidak tepat (dibuka terlalu lebar atau terlalu sempit, terlalu jauh atau terlalu dekat).

2) Tumpuan salah satu atau kedua tangan kurang kuat, sehingga keseimbangan badan kurang sempurna dan akibatnya badan jatuh ke samping.

3) Bahu tidak diletakkan di atas matras saat tangan dibengkokkan. 4) Saat gerakan berguling ke depan kedua tangan tidak ikut menolak.

Kesalahan gerakan tersebut menyebabkan gerakan roll depan yang siswa lakukan menjadi tidak sempurna sesuai dengan teknik yang benar, di samping itu juga dapat mengakibatkan cidera saat melakukannya. Oleh karena itu guru harus memperhatikan dan membimbing siswa saat melakukan gerakan agar dapat menghindari kesalahan-kesalahan gerak tersebut.

d. Cara Memberi Bantuan Roll Depan

Agar siswa dapat melakukan gerakan roll depan dengan benar, dan terhindar dari melakukan kesalahan gerakan, maka ada beberapa cara memberikan bantuan, antara lain:

1) Pegang kepala bagian belakang (membantu menekukkan) pelaku.

2) Membantu mendorong punggung pelaku saat akan duduk.

3) Membantu mengangkat panggul dengan menempatkan tangan di sisi kedua paha.

4) Membantu menekukkan kepala pelaku dan menempatkannya di lantai antara

kedua tangan.

Pemberian bantuan untuk melakukan gerakan roll depan ini dapat dilakukan oleh guru maupun oleh teman sebaya siswa yang sudah dapat melakukan gerakan roll depan dengan benar.

(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4. Pembelajaran

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan. Proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari proses dan hasil belajar. Proses pembelajaran harus dengan sengaja diorganisasikan dengan baik agar dapat menumbuhkan proses belajar yang baik. Kegiatan pembelajaran mengacu pada penggunaan pendekatan, strategi, metode, dan teknik serta media dalam rangka membangun pengalaman belajar, antara lain membahas materi dan melakukan pengalaman belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal (Winataputra, 2008:1.40).

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Proses pembelajaran yang baik ialah yang memungkinkan terjadinya relasi antara stimulus dan respon dengan baik. Untuk itu maka stimulus harus benar-benar dapat memberi rangsangan. Pertanyaan yang singkat dan jelas akan dapat mendorong respon yang lebih baik daripada pertanyaan panjang yang berbelit-belit yang mungkin bisa menyesatkan. Oleh karena itu guru harus mampu memilih rangsangan yang baik dan mampu memberi rangsangan yang baik.

b. Prinsip Pembelajaran

Menurut Slameto (2010:26) ada empat prinsip dari proses pembelajaran yang harus dikuasai oleh guru, sebagai berikut:

1) Prinsip perhatian. Perhatian anak didik diperlukan dalam menerima bahan pelajaran dari guru. Guru akan sia-sia mengajar bila anak didik tidak memperhatikan penjelasan guru.

(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 18

2) Prinsip aktivitas. Dalam proses belajar mengajar, aktivitas anak didik yang diharapkan tidak hanya aspek fisik, melainkan juga aspek mental. Anak didik bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas, berdiskusi, menulis dan membaca.

3) Prinsip apersepsi. Prinsip mengajar yang akan membantu anak didik memproses perolehan belajar.

4) Prinsip peragaan. Dalam menyampaikan bahan pelajaran, guru harus

mewakili suatu objek yang diberikan. c. Desain Pembelajaran

Agar dapat mengajar dengan baik seorang guru memerlukan sebuah strategi yang dapat mengantarkannya kepada kesuksesan dalam membelajarkan, maka diperlukan suatu persiapan yang salah satunya dengan membuat desain pembelajaran. Dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para ahli. Adanya variasi model pembelajaran, guru dapat memilih dan menerapkan salah satu model desain pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik yang dihadapi di lapangan, selain itu guru dapat mengembangkan dan membuat model turunan dari model model yang telah ada, atau meneliti dan mengembangkan desain yang telah ada untuk dicobakan dan diperbaiki.

Komponen dasar dari desain pembelajaran adalah:

1) Pebelajar (pihak yang menjadi fokus), yang perlu diketahui meliputi: karakteristik peserta didik, kemampuan awal dan prasyarat.

2) Tujuan pembelajaran (umum dan khusus), adalah penjabaran kompetensi yang akan dikuasai oleh pebelajar.

3) Analisis pembelajaran, merupakan proses menganalisis topik atau materi yang akan dipelajari.

4) Strategi pembelajaran, dapat dilakukan secara makro (dalam kurun satu tahun) atau mikro (dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar).

5) Bahan ajar, adalah format materi yang akan diberikan kepada pebelajar. 6) Penilaian belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi yang

(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Desain pembelajaran merupakan bagian integral dari kinerja mengajar seorang guru. Untuk mendukung desain yang tepat seorang guru diharapkan mengenali sifat dan kategori keilmuan yang dibinanya. Dalam desain pembelajaran ada tahap menyusun prosedur pembelajaran. Secara umum, prosedur pembelajaran dilakukan melalui 3 tahapan yaitu: kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, serta kegiatan akhir dan tindak lanjut.

1) Kegiatan Pendahuluan

Hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan pendahuluan, yaitu: a) Menciptakan kondisi awal pembelajaran, meliputi: membina keakraban,

menciptakan kesiapan belajar peserta didik dan menciptakan suasana belajar yang demokratis. b) Apersepsi/pretest, meliputi: kegiatan mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi sebelumnya, memberikan komentar atas jawaban yang diberikan peserta didik dan membangkitkan motivasi dan perhatian peserta didik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.

Sementara itu, Depdiknas (2003) mengemukakan bahwa dalam

kegiatan pendahuluan, perlu dilakukan pemanasan dan apersepsi, di dalamnya mencakup: (a) bahwa pelajaran dimulai dengan hal-hal yang

diketahui dan dipahami peserta didik, (b) motivasi peserta didik ditumbuhkan

dengan bahan ajar yang menarik dan berguna bagi peserta didik, dan (c) peserta didik didorong agar tertarik untuk mengetahui hal-hal yang baru.

2) Kegiatan Inti

Hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan inti, yaitu: a) menyampaikan

tujuan yang ingin dicapai, baik secara lisan maupun tulisan, b) menyampaikan alternatif kegiatan belajar yang akan ditempuh, c) membahas materi.

Depdiknas (2003) membagi kegiatan inti ke dalam tiga tahap kegiatan yaitu: eksplorasi, konsolidasi pembelajaran, dan pembentukan sikap dan perilaku. Secara rinci sebagai berikut: a) Kegiatan eksplorasi merupakan usaha memperoleh atau mencari informasi baru. Yang perlu diperhatikan dalam kegiatan eksplorasi, yaitu: (1) memperkenalkan materi/keterampilan baru, (2) mengaitkan materi dengan pengetahuan yang sudah ada pada peserta

(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 20

didik, (3) mencari metodologi yang paling tepat dalam meningkatkan penerimaaan peserta didik akan materi baru tersebut. b) Konsolidasi

merupakan negosiasi dalam rangka mencapai pengetahuan baru.

Dalam kegiatan konsolidasi pembelajaran yang perlu diperhatikan adalah: (1) melibatkan peserta didik secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi ajar baru, (2) melibatkan peserta didik secara aktif dalam pemecahan masalah, (3) meletakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan antara materi pelajaran yang baru dengan berbagai aspek kegiatan dan kehidupan di dalam lingkungan, dan (4) mencari metodologi yang paling tepat sehingga materi ajar dapat terproses menjadi bagian dari pengetahuan peserta didik. c) Pembentukan sikap dan perilaku merupakan pemrosesan pengetahuan menjadi nilai, sikap dan perilaku. Yang perlu diperhatikan dalam pembentukan sikap dan perilaku, adalah: (1) peserta didik didorong untuk menerapkan konsep atau pengertian yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari, (2) peserta didik membangun sikap dan perilaku baru dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan pengertian yang dipelajari, dan (2) cari metodologi yang paling tepat agar terjadi perubahan sikap dan perilaku peserta didik.

3) Kegiatan Akhir dan Tindak Lanjut Pembelajaran

Hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan akhir dan tindak lanjut

pembelajaran, yaitu: (a) penilaian akhir, (b) analisis hasil penilaian akhir, (c) tindak lanjut, (d) mengemukakan topik yang akan dibahas pada waktu

yang akan datang, dan (e) menutup kegiatan pembelajaran.

Depdiknas (2003) mengemukakan dalam kegiatan akhir perlu

dilakukan penilaian formatif, dengan memperhatikan hal-hal berikut: (a) kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran peserta didik, (b) gunakan hasil penilaian tersebut untuk melihat kelemahan atau

kekurangan peserta didik dan masalah-masalah yang dihadapi guru, dan (c) cari metodologi yang paling tepat yang sesuai dengan tujuan yang ingin

(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id d. Pembelajaran Inovatif

Kata inovatif (innovative), merupakan kata sifat dari inovasi (innovation) yang berarti pembaharuan. Inovasi merupakan penemuan sesuatu yang benar baru, artinya hasil kreasi manusia. Benda atau hal yang ditemui itu benar-benar sebelumnya belum ada, kemudian diadakan dengan hasil kreasi baru. Misalnya penemuan teori belajar, teori pendidikan, teknik pembuatan barang dan sebagainya. Munculnya ide atau kreativitas berdasarkan hasil pengamatan, pengalaman, dari hal-hal yang sudah ada, tetapi wujud yang ditemukanya benar-benar baru.

Kebaruan pembelajaran dapat diartikan sebagai inovasi. Pembelajaran sebagai suatu sistem/proses membelajarkan siswa yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar pembelajar dapat mencapai tujuan pembelajaran secara aktif, efektif, dan inovatif. Pembelajaran inovatif juga mengandung arti pembelajaran yang dikemas oleh guru atau instruktur lainnya yang merupakan wujud gagasan atau teknik yang dipandang baru agar mampu memfasilitasi siswa untuk memperoleh kemajuan dalam proses dan hasil belajar.

Berdasarkan definisi secara harfiah pembelajaran inovatif, terkandung makna pembaharuan. Gagasan pembaharuan muncul sebagai akibat adanya anomali atau semakin kompleksnya masalah belajar. Inovasi pembelajaran muncul dari perubahan paradigma pembelajaran. Perubahan paradigma pembelajaran berawal dari hasil refleksi terhadap eksistensi paradigma lama yang mengalami anomali menuju paradigma baru yang dihipotesiskan mampu memecahkan masalah.

Terdapat beberapa macam teknologi pembelajaran Penjasorkes yang dapat dikatakan sebagai pembelajaran yang inovatif, yakni cara pembelajaran melalui pendekatan bermain, pendekatan modifikasi, pendekatan analisa gerak,

dan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL). Untuk pembelajaran roll depan di kelas rendah SD akan lebih efektif jika inovasi

pembelajaran diberikan dengan pendekatan bermain atau pendekatan modifikasi. Pendekatan bermain adalah suatu model pembelajaran aktifitas jasmani yang merupakan salah satu metode yang tepat dimana keaktifan dan keterlibatan siswa

(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 22

dalam proses pembelajaran sekalipun sambil bermain mereka sudah melaksanakan kegiatan jasmani sebagai upaya untuk menjaga kebugaran tubuh. Hal ini sangat bagus untuk melatih kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif siswa. Sedangkan pendekatan modifikasi esensinya adalah menganalisis sekaligus mengembangkan materi pelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial sehingga dapat memperlancar siswa dalam belajarnya.

e. Penggunaan Alat Bantu dalam Pembelajaran

Alat bantu pembelajaran adalah fasilitas atau sarana pembelajaran yang digunakan untuk membantu guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran. Fasilitas ialah segala sesuatu yang dapat mempermudah atau memperlancar tugas, dan memiliki sifat yang relatif permanen. Salah satu sifat yang relatif permanen tersebut, adalah susah untuk dipindah-pindahkan. Contoh: halaman sekolah, lapangan sepakbola, lapangan bola basket, lapangan bola voli, gedung serba guna (sport hall), bak lompat jauh, dan sejenisnya. Untuk kepentingan pembelajaran Penjasorkes, prasarana lain yang dapat dimanfaatkan misalnya: ruang kelas yang kosong, parit, selokan, tangga, taman dengan kelengkapannya. Sementara alat bantu pembelajaran Penjasorkes merupakan alat yang sifatnya tidak permanen, artinya dapat digunakan dalam kondisi berpindah-pindah atau mudah digunakan dengan beberapa modifikasi.

Fasilitas memiliki fungsi dan peran yang sangat strategis dalam prosedur pembelajaran Penjasorkes. Dengan media dan alat bantu yang tepat, maka proses pembelajaran akan berjalan dengan baik dan partisipasi anak dalam pembelajaran akan terwujud. Teridentifikasi dan terpenuhinya alat bantu dan media yang dibutuhkan, maka menjadikan pembelajaran dalam tingkat keberhasilannya. Hal ini dapat mempersiapkan kemandirian anak dalam melakukan aktivitas belajarnya. Pada gilirannya dapat menciptakan generasi yang sukses dalam tugasnya. Jadi peran dan fungsi media atau alat bantu pembelajaran Penjasorkes di SD adalah: (1) meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang mampu bersaing dan kerjasama di era globalisasi, (2) meningkatkan keterampilan dan kualitas fisik untuk mendukung aktivitas sehari-hari, (3) meningkatkan

(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kemandirian dalam mengikuti intrakurikuler maupun ekstrakurikuler dan belajar di rumah.

Pembelajaran Penjasorkes di SD hendaknya menyediakan berbagai fasilitas untuk menunjang berbagai program aktivitas yang akan diajarkan guru. Dengan tersedianya fasilitas pembelajaran yang memadai akan dapat mengoptimalkan kemampuan guru dalam menunjang proses pembelajaran yang efektif dan efisien dalam pembelajaran. Apalagi pembelajaran Penjasorkes sangat membutuhkan dukungan fasilitas yang memadai guna menghasilkan proses pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu fasilitas pembelajaran harus dirancang untuk keseluruhan aktivitas yang mendukung potensi anak yang didasarkan pada tujuan pendidikan secara keseluruhan.

Sebagian besar SD tidak memiliki fasilitas pembelajaran untuk kegiatan Penjasorkes yang memadai, baik mutu maupun jumlahnya. Padahal sarana, prasarana dan media pengajaran pendidikan jasmani dan olahraga merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam kegiatan pembelajaran Penjasorkes. Minimnya fasilitas pembelajaran tersebut, menuntut guru Penjasorkes lebih kreatif untuk menciptakan peralatan dan perlengkapan lapangan yang sesuai dengan kondisi siswa dan sekolahnya. Guru yang kreatif akan mampu menciptakan sesuatu yang baru, atau memodifikasi sesuatu yang sudah ada tetapi disajikan dengan cara yang lebih menarik, sehingga anak merasa senang mengikuti pelajaran.

Dengan melakukan modifikasi fasilitas pembelajaran maupun media pembelajaran Penjasorkes tidak akan mengurangi aktivitas siswa dalam melakukan pembelajaran. Tetapi sebaliknya, karena siswa akan difasilitasi untuk lebih banyak bergerak serta riang gembira dalam bentuk-bentuk kegiatan berupa pendekatan bermain. Konsep ini memaparkan kondisi dan lingkungan sekolah yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana, prasarana, media dan alat bantu pengajaran Penjasorkes di SD. Di samping itu juga dipaparkan cara membuat atau pengadaan sarana atau alat bantu sederhana yang dapat dikembangkan/ dibuat dari bahan-bahan yang ada di sekitar lingkungan siswa.

(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 24

5. Pembelajaran Senam Roll Depan Melalui Modifikasi Alat Bantu

Pendekatan modifikasi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh para guru agar proses pembelajaran dan hasil pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan harapan. Esensi modifikasi adalah menganalisis sekaligus mengembangkan materi pelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial sehingga dapat memperlancar siswa dalam belajarnya.

Lutan (1988) menyatakan modifikasi dalam mata pelajaran pendidikan jasmani diperlukan, dengan tujuan agar: a) siswa memperoleh kepuasan dalam

mengikuti pelajaran, b) meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam

berpartisipasi, c) siswa dapat melakukan pola gerak secara benar.

Pendekatan modifikasi dalam pembelajaran roll depan di sekolah dasar dapat dilakukan dengan menggunakan modifikasi alat bantu roll depan. Hal ini

dimaksudkan agar materi yang ada dalam kurikulum dapat disajikan sesuai dengan tahap-tahap perkembangan kognitif, afektif dan psikomotorik anak.

Menurut Aussie dalam

http://fantastiksport.blogspot.com/2010/02/teknologi-pembelajaran-dalam-penjas.html, pengembangan modifikasi di Australia dilakukan dengan pertimbangan: a) anak-anak belum memiliki kematangan fisik dan emosional seperti orang dewasa, b) berolahraga dengan peralatan dan peraturan yang dimodifikasi akan mengurangi cedera pada anak, c) olahraga yang dimodifikasi akan mampu mengembangkan keterampilan anak lebih cepat dibanding dengan peralatan standar untuk orang dewasa, dan d) olahraga yang dimodifikasi menumbuhkan kegembiraan dan kesenangan pada anak-anak dalam situasi kompetitif.

Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa pendekatan modifikasi alat bantu dapat digunakan sebagai suatu alternatif dalam pembelajaran Penjasorkes, oleh karenanya pendekatan ini mempertimbangkan tahap-tahap perkembangan dan karakteristik anak, sehingga anak akan mengikuti pelajaran pendidikan jasmani dengan senang dan gembira.

Dalam pembelajaran roll depan bagi siswa SD kelas III ada beberapa teknik dalam membelajarkannya melalui modifikasi alat bantu, seperti bidang miring, spon pengganjal matras, kandi, dan lain-lain. Penggunaan alat bantu tersebut dimaksudkan

(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id untuk mempermudah siswa dalam melakukan guling ke depan, mengurangi rasa takut. Spon pengganjal diletakkan di bawah matras setinggi kurang lebih 30 centimeter sehingga berbentuk bidang miring, akan lebih memudahkan siswa berguling dibandingkan dengan bidang datar.

B. Kerangka Pikir

Adanya rasa takut, terutama pada siswa putri dalam pembelajaran roll depan

yang mungkin disebabkan karena sarana dan prasarana yang kurang memadai. Di samping itu juga proses pembelajaran oleh guru Penjasorkes yang belum

menggunakan pembelajaran inovatif yang dapat menarik minat, motivasi dan perhatian siswa. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru Penjasorkes selama ini yang masih monoton yang menitikberatkan pada teknik, masih belum menciptakan suasanya yang kondusif dan menyenangkan sehingga hasil pembelajaran yang diharapkan belum tercapai secara optimal.

Dalam pembelajaran roll depan, agar siswa tidak merasa takut dan termotivasi melakukan roll depan dengan baik, perlu adanya inovasi dalam pembelajarannya. Dalam penelitian ini peneliti akan menerapkan pembelajaran inovatif melalui pendekatan modifikasi alat bantu. Alat bantu yang dimodifikasi oleh guru Penjasorkes dengan kreatif dan inovatif akan memperlancar proses pembelajaran dan memudahkan siswa dalam melakukan gerakan roll depan, serta dapat mengurangi perasaan takut melakukan roll depan.

Dengan pembelajaran melalui modifikasi alat bantu diharapkan siswa akan termotivasi, semangat melakukan roll depan dengan perasaan aman dan gembira, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan kemampuan dan prestasi siswa dalam pembelajaran senam pada nomor roll depan.

C. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini sebagai berikut: “Melalui penerapan modifikasi alat bantu pada pembelajaran roll depan dapat meningkatkan kemampuan dan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 1 Sawal Banjarnegara tahun pelajaran 2010/2011.”

(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di kelas III SD Negeri 1 Kutabanjarnegara, Kecamatan Banjarnegara, Kabupaten Banjarnegara dengan pertimbangan lebih dekat dan peneliti bertugas sehari-hari pada SD Negeri 1 Kutabanjarnegara sebagai guru Penjasorkes.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2011. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan pada bulan Maret s.d. April 2011 dalam 2 siklus yaitu siklus I dalam 2 kali pertemuan, dan siklus II juga dalam 2 kali pertemuan. Pelaksanaannya tiap minggu 1 kali pertemuan.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas III

SD Negeri 1 Kutabanjarnegara tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 16 anak, terdiri dari 8 anak laki-laki dan 8 anak perempuan.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas III dan guru Penjasorkes yang melaksanakan pembelajaran. Sedangkan teman sejawat bertugas sebagai observer untuk mengamati proses pembelajaran. Data yang diperoleh dari siswa yaitu data tentang hasil belajar siswa, yang meliputi aspek afektif (pengamatan sikap), aspek kognitif (pemahaman konsep/pengetahuan siswa tentang roll depan), dan aspek psikomotorik (unjuk kerja kemampuan siswa melakukan roll depan). Sedangkan data dari guru adalah data tentang keterampilan guru dalam melaksanakan pembelajaran melalui modifikasi alat bantu roll depan.

(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Data diperoleh/dikumpulkan melalui tes dan observasi. Tes berupa evaluasi akhir siklus meliputi penilaian sikap, pengetahuan, dan unjuk kerja roll depan. Observasi meliputi pengamatan siswa, guru, sarana prasarana dan media/alat bantu dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Setelah data terkumpul, selanjutnya data-data tersebut diolah dengan menggunakan statistik sederhana. Sedangkan alat pengumpulan data adalah lembar penilaian afektif, kognitif, dan psikomotorik (unjuk kerja), serta lembar pengamatan kegiatan pembelajaran.

Teknik pengolahan data dilakukan dari hasil evaluasi dan hasil pengamatan tersebut diperoleh nilai tertinggi, nilai terendah, nilai rata-rata, dan ketuntasan belajar sesuai dengan KKM. Kemudian dari pengolahan data tersebut dianalisis untuk mengetahui keberhasilan individu maupun keberhasilan penelitian tindakan kelas.

E. Analisis Data

Setelah pengumpulan dan pengolahan data, langkah selanjutnya adalah analisis data. Data yang telah diolah kemudian dianalisis dengan deskriptif komparatif, yaitu dengan membandingkan hasil dengan indikator kinerja dan membandingkan hasil antarsiklus.

F. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian reflektif yang dilaksanakan secara siklus (berdaur). Penelitian tindakan kelas terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus yaitu perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), melakukan pengamatan (observing), dan melakukan refleksi (reflecting). Hubungan keempat kegiatan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 28

Gambar 3.1. Diagram Daur Penelitian Tindakan Kelas

Jika terdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang, pengamatan ulang sehingga permasalahan dapat teratasi. Adapun daur untuk masing-masing siklus adalah sebagai berikut:

Gambar 3.2. Bagan Alur Proses Perbaikan Pembelajaran

Pada tahap perencanaan disusun rancangan tindakan yang menjelaskan apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan. Peneliti menentukan fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian

Perencanaan Refleksi Pelaksanaan Pengamatan Simpulan Permasalahan Perencanaan Pelaksanaan Pengamatan Refleksi SIKLUS I Perencanaan Pelaksanaan Pengamatan Refleksi SIKLUS II

(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id khusus untuk diamati, kemudian membuat instrumen pengamatan untuk merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. Dalam tahap tindakan, rancangan strategi dan skenario pembelajaran akan diterapkan. Untuk tahap pengamatan atau observasi sebenarnya berjalan simultan dengan pelaksanaan tindakan, dengan kata lain pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Kemudian berdasarkan data yang terkumpul dilakukan refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, setelah itu dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya.

1. Tahap Perencanaan

Rencana yang disusun untuk penelitian ini diawali dengan kegiatan studi awal, refleksi awal, mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang timbul, menarik kesimpulan dan mempersiapkan skenario pembelajaran dan instrumen-instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian antara lain: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar evaluasi kognitif, lembar penilaian afektif (sikap), lembar penilaian psikomotorik (unjuk kerja), dan lembar observasi siswa, guru, dan pelaksanaan pembelajaran.

Dalam tahap perencanaan ini juga peneliti berkoordinasi dengan teman sejawat yang menjadi observer dalam menentukan waktu pelaksanaan, dan menyusun skenario pembelajaran.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan a. Rancangan Siklus I

Siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dan tiap pertemuan dilakukan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Dalam tiap pertemuan pembelajaran dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu kegiatan awal berupa pendahuluan dengan menyiapkan dan mengkondisikan siswa, memberikan motivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran, selanjutnya melakukan pemanasan dalam bentuk permainan, misalnya permainan hijau-hitam, permainan menjalankan perintah, dan lain-lain yang sesuai dan berorientasi pada kegiatan roll depan.

Gambar

Tabel       Halaman
Gambar 2.2. Gerakan Roll Depan dengan Posisi Awal Berdiri
Gambar 3.2. Bagan Alur Proses Perbaikan Pembelajaran
Tabel 4.1.  Data Nilai Siswa pada Pra Siklus
+6

Referensi

Dokumen terkait

Bagian publikasi dan pendaftaran memberikan informasi lowongan kerja kepada pencari kerja seperti para alumni SMK TI Muhammadiyah Cikampek serta alumni dari

Santri sebagai sumber daya manusia adalah faktor sentral dalam lembaga pesantren. Apapun bentuk serta tujuannya, organisasi pesantren dibuat berdasarkan berbagai

diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai profesionalisme, komitmen organisasi, dan intensitas moral sebagai faktor-faktor yang memengaruhi tindakan akuntan untuk melakukan

Laporan KP adalah luaran wajib KP berupa naskah laporan yang sudah disetujui oleh Dosen Pembimbing dan Pembimbing Lapangan sebelum Seminar Hasil KP di ITK dan melaporkan

Pasal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat memiliki kedudukan penting dalam akses pemanfaatan SDG dan pengetahuan tradisional. Dijelaskan bahwa untuk mengatur pengetahuan

Pada penelitian ini masalah yang dapat dirumuskan yaitu : Bagaimana proses menerapkan metode Profile Matching pada penentuan siswa kurang mampu dan berprestasi

Hasil pemasangan PVD dengan pola segitiga dan bujur sangkar dengan jarak 1 meter mampu menaikan derajat konsolidasi sebesar 98% dalam waktu 6 minggu yang

asosiatif berdasarkan kesamaan-kesamaan tersebut. Aturan asosiatif dijadikan sebagai acuan dalam prakriaan cuaca pada penelitian ini. Penelitian ini dilakukan dengan tiga