INFORMASI
DATA DASAR PUSKESMAS
DI SULAWESI SELATAN
TAHUN 2009
DATA BANGUNAN, PERALATAN, SARANA PENUNJANG,
TENAGA, DAN BIAYA DI PUSKESMAS DAN JARINGANNYA
DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN
MAKASSAR 2009
Sistem Informasi Kesehatan
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Jl. Perintis Kemerdekaan Km.11 Makassar Telp./ Fax (0411) 580502
Weblog http://datinkessulsel.wordpress.com
i
Pelindung/ Penasehat :
dr. H. Rachmat Latief, SpPD, M.Kes, FINASIM Treesje Zainal Abidin, SH, M.Si
Pengarah :
Asmah, SKM, M.Kes
Penyusun :
Sudarianto, SKM, M.Kes Ketua
Nurmiyati Anggota Agusyanti, SKM Anggota Ernawati Parura, S.Kom Anggota Lina Dassi, SKM Anggota Ismail Haruna Anggota Muhammad Nur, SKM Anggota Syahrir, S.Kom Anggota
Judul : Informasi Data Dasar Puskesmas di Sulawesi Selatan Tahun 2009
Alamat :
Jl. Perintis Kemerdekaan Km.11 Makassar 90245 Telp./ Fax (0411) 580502
Weblog http://datinkessulsel.wordpress.com e-mail ; [email protected]
Dicetak : Maret 2010
Diterbitkan oleh :
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 11 Makassar 90245 Telp. (0411) 586454, Fax (0411) 586451
ii
KATA PENGANTAR
Upaya peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas diantaranya dapat dilakukan melalui upaya peningkatan kinerja Puskesmas. Hal ini diperlukan data dasar Puskesmas mengenai sarana, prasarana, peralatan, tenaga, dan biaya.
Dalam rangka menyediakan data dasar Puskesmas yang berkualitas, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan perlu menyelenggarakan pendataan Puskesmas yang dilakukan secara sensus terhadap seluruh Puskesmas di Sulawesi Selatan dan mengupayakan updating data secara berkelanjutan. Pendataan Puskesmas dimaksudkan untuk menyediakan data dasar Puskesmas meliputi bangunan, peralatan, sarana penunjang, tenaga serta biaya di puskesmas dan jaringannya yang valid dan reliabel untuk kebutuhan daerah, pusat, dan stake holder serta pihak lain yang membutuhkan.
Informasi ini memuat data tahun 2009 yang dikumpulkan dari pengelola profil kesehatan kabupaten/kota, pengelola program pelayanan kesehatan dasar Dinas Kesehatan kabupaten/ kota di Sulawesi Selatan.
Semoga dengan terbitnya informasi data dasar puskesmas ini berguna dalam rangka peningkatan kualitas program pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas di Sulawesi Selatan.
Kami menyadari bahwa bahwa data yang tersedia serta bentuk penyajian dalam informasi data dasar puskesmas ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan masukan dari para pengguna untuk perbaikan buku ini dimasa mendatang. Semoga informasi ini dapat bermanfaat.
Makassar, Maret 2010
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan,
dr. H. Rachmat Latief, SpPD, M.Kes, Finasim Pangkat : Pembina Utama, IV/e
NIP. 19590204 198511 1 002
iii
hal.
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL vi
BAB I PENDAHULUN 1
BAB II IDENTITAS PUSKESMAS 2
A. NAMA PUSKESMAS 2
B. ALAMAT PUSKESMAS 2
C. JUMLAH DESA/KELURAHAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
2 D. JUMLAH PENDUDUK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS 2
E. LETAK ADMINISTRATIF 3
F. LETAK GEOGRAFIS 3
G LETAK STRATEGIS 4
BAB III KONDISI PUSKESMAS
A. JENIS PUSKESMAS 5
B. KONDISI BANGUNAN PUSKESMAS 5
BAB IV KETENAGAAN PUSKESMAS 7
A. TENAGA DOKTER 8
B. TENAGA KEPERAWATAN 8
C. TENAGA PERAWAT GIGI 9
D. TENAGA KEBIDANAN 9
E. TENAGA FARMASI 9
F. TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT 9
G. TENAGA SANITARIAN 9
H. TENAGA GIZI 10
I. TENAGA ANALIS KESEHATAN 10
J. TENAGA FISIOTERAPI 10
K. TENAGA NON KESEHATAN 10
BAB V KONDISI KENDARAAN DINAS DI PUSKESMAS 11
A. AMBULANCE 11
B. SEPEDA MOTOR 11
iv
A. PUSKESMAS KELILING RODA 4 12
B. PUSKESMAS KELILING PERAIRAN ( PERAHU ) 12
C. PUSKESMAS PEMBANTU ( PUSTU ) 13
BAB VII UPAYA KESEHATAN BERBASIS MASYARAKAT ( UKBM ) 14
A. POLINDES / POSKESDES 14
B. POSKESTREN 14
C. POSYANDU 14
D. POS OBAT DESA 15
E. JUMLAH POS UKK 15
BAB VIII PENGEMBANGAN PUSKESMAS DAN JARINGANNYA 16
A. PEMBANGUNAN BARU 16
B. REHABILITASI 17
C. PERLUASAN 17
D. PENINGKATAN 17
E. PENGADAAN 17
BAB IX PROGRAM UTAMA PUSKESMAS 18
A. PROGRAM POKOK 18
B. PROGRAM PENGEMBANGAN 19
BAB X ALAT PUSKESMAS 21
A. POLIKLINIK SET 21
B. MINOR SURGERY SET 22
C. BIDAN KIT 24 D. PARTUS SET 25 E. IMPLANT KIT 26 F. IUD KIT 27 G. IMUNISASI KIT 28 H. SANITASI KIT 28 I. DENTAL KIT 29 J. DENTAL UNIT 30 K. LABORATORIUM SET 31 L. NUTRION KIT 32 M. RADIOLOGI UNIT 32
N. KIE KIT ( PAKET PENYULUHAN ) 32
v
A. BIAYA PELAYANAN PUSKESMAS 34
B. RETRIBUSI 34
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Uraian
Tabel 1 IDENTITAS, ALAMAT, DAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DI KAB. SELAYAR TAHUN 2009
Tabel 2 IDENTITAS, ALAMAT, DAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DI KAB. BULUKUMBA TAHUN 2009
Tabel 3 IDENTITAS, ALAMAT, DAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DI KAB. BANTAENG TAHUN 2009
Tabel 4 IDENTITAS, ALAMAT, DAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DI KAB. JENEPONTO TAHUN 2009
Tabel 5 IDENTITAS, ALAMAT, DAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DI KAB. TAKALAR TAHUN 2009
Tabel 6 IDENTITAS, ALAMAT, DAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DI KAB. GOWA TAHUN 2009
Tabel 7 IDENTITAS, ALAMAT, DAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DI KAB. SINJAI TAHUN 2009
Tabel 8 IDENTITAS, ALAMAT, DAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DI KAB. MAROS TAHUN 2009
Tabel 9 IDENTITAS, ALAMAT, DAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DI KAB. PANGKEP TAHUN 2009
Tabel 10 IDENTITAS, ALAMAT, DAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DI KAB. BARRU TAHUN 2009
Tabel 11 IDENTITAS, ALAMAT, DAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DI KAB. BONE TAHUN 2009
Tabel 12 IDENTITAS, ALAMAT, DAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DI KAB. SOPPENG TAHUN 2009
Tabel 13 IDENTITAS, ALAMAT, DAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DI KAB. WAJO TAHUN 2009
Tabel 14 IDENTITAS, ALAMAT, DAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DI KAB. PINRANG TAHUN 2009
vii
Tabel 15 IDENTITAS, ALAMAT, DAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DI KAB. SIDRAP TAHUN 2009
Tabel 16 IDENTITAS, ALAMAT, DAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DI KAB. ENREKANG TAHUN 2009
Tabel 17 IDENTITAS, ALAMAT, DAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DI KAB. LUWU TAHUN 2009
Tabel 18 IDENTITAS, ALAMAT, DAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DI KAB. TANA TORAJA TAHUN 2009
Tabel 19 IDENTITAS, ALAMAT, DAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DI KAB. LUWU UTARA TAHUN 2009
Tabel 20 IDENTITAS, ALAMAT, DAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DI KAB. LUWU TIMUR TAHUN 2009
Tabel 21 IDENTITAS, ALAMAT, DAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DI KOTA MAKASSAR TAHUN 2009
Tabel 22 IDENTITAS, ALAMAT, DAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DI KOTA PARE - PARE TAHUN 2009
Tabel 23 IDENTITAS, ALAMAT, DAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DI KOTA PALOPO TAHUN 2009
Tabel 24 IDENTITAS, ALAMAT, DAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS DI KAB. TORAJA UTARA TAHUN 2009
Tabel 25 ALAMAT DINAS KESEHATAN DAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PER KAB./KOTA TAHUN 2009
Tabel 26 KARAKTERISTIK WILAYAH KERJA PUSKESMAS PER KAB./KOTA TAHUN 2009
Tabel 27 KONDISI PUSKESMAS PER KAB./KOTA TAHUN 2009 Tabel 28 KETENAGAAN PUSKESMAS PER KAB./KOTA TAHUN 2009 Tabel 29 KENDARAAN PUSKESMAS PER KAB./KOTA TAHUN 2009 Tabel 30 JARINGAN PUSKESMAS PER KAB./KOTA TAHUN 2009
Tabel 31 SARANA UPAYA KESEHATAN BERBASIS MASYARAKAT DI PUSKESMAS PER KAB./KOTA TAHUN 2009
viii
Tabel 32 PENGEMBANGAN PUSKESMAS DAN JARINGAN PER KAB./KOTA TAHUN 2009
Tabel 33 PENDATAAN POSKESDES TAHUN 2009
Tabel 34 PROGRAM UTAMA DAN PENUNJANG PUSKESMAS PER KAB./KOTA TAHUN 2009
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam rangka mewujudkan Visi “Memandirikan Masyarakat untuk Hidup Sehat” dan Misi “Membuat Rakyat Sehat”, Departemen Kesehatan menyelenggarakan perannya dengan menempuh empat strategi utama, yaitu: (1) mobilisasi sosial (menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat), (2) meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, (3) meningkatkan surveilans, monitoring dan sistem informasi kesehatan, dan (4) meningkatkan pendanaan kesehatan.
Upaya meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, di antaranya meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan dasar. Di sini peran Puskesmas sebagai institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan di jenjang tingkat pertama yang terlibat langsung dengan masyarakat menjadi sangat penting. Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya yaitu dengan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya agar terwujudnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Dengan demikian, akses terhadap pelayanan kesehatan terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas dapat ditingkatkan melalui peningkatan kinerja Puskesmas.
Oleh karena itu untuk meningkatkan kinerja Puskesmas diperlukan data dasar Puskesmas mengenai sarana, prasarana, peralatan, dan tenaga yang digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan. Informasi data dasar Puskesmas diharapkan menjadi penilaian terhadap pembangunan Puskesmas selama ini dan sebagai masukan dalam perencanaan untuk membangun pelayanan kesehatan yang berkualitas di masa yang akan datang.
BAB II
IDENTITAS PUSKESMAS
Yang dimaksud Puskesmas atau Pusat Kesehatan Masyarakat adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
Data atau informasi mengenai identitas Puskesmas yang mencakup rincian mengenai nama Puskesmas, alamat Puskesmas, jumlah Desa / Kelurahan di wilayah kerja Puskesmas, jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas, letak administratif, letak geografis dan letak strategis.
Yang diuraikan pada bab ini antara lain :
A. Nama Puskesmas
Seperti pada lampiran, nama-nama Puskesmas sangat jelas. Jumlah Puskesmas di Sulawesi Selatan pada tahun 2009, sebanyak 406 Puskesmas, terdapat penambahan sebanyak 11 Puskesmas jika dibandingkan dengan tahun 2008 (395 Puskesmas).
B. Alamat Puskesmas
Alamat Puskesmas seperti pada lampiran memuat keterangan mengenai
1. Nama desa/kelurahan di mana Puskesmas berlokasi
2. Nama jalan dan nomor di mana Puskesmas berlokasi
3. RT dan RW di mana Puskesmas berlokasi
4. Nomor telephone (apabila Puskesmas tersebut memiliki telephone)
5. Nomor faximili (apabila Puskesmas tersebut memiliki faximili)
6. Alamat e-mail (apabila Puskesmas tersebut memiliki alamat e-mail)
7. Nomor Kode Pos di mana Puskesmas berlokasi.
C. Jumlah Desa / Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas
Jumlah Desa/Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas adalah informasi mengenai jumlah desa/kelurahan yang berada di wilayah kerja Puskesmas yang bersangkutan. Rata-rata satu Puskesmas di Sulawesi Selatan melayani 7 desa/ kelurahan.
D. Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas
Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas adalah informasi mengenai jumlah penduduk yang tercatat di wilayah kerja Puskesmas. Rasio puskesmas terhadap 100.000 penduduk di Sulawesi Selatan sebesar 5,17, atau setiap puskesmas melayani sebanyak 19.339 orang. Jika dibandingkan dengan standar Indikator Indonesia Sehat (IIS) yaitu satu Puskesmas melayani 20.000 penduduk, berarti jumlah Puskesmas di Sulawesi Selatan sudah cukup. Jika dilihat pada gambar. 1 di bawah ini, maka hanya 18 kabupaten/ kota yang memenuhi standar, sedangkan 6
kabupaten/ kota diantaranya masih butuh Puskesmas, antara lain Bulukumba butuh 3, Gowa butuh 6, Maros butuh 1, Pinrang butuh 3, Luwu Utara butuh 3 dan Makassar butuh 24 Puskesmas.
Gambar. 1
RASIO PUSKESMAS TERHADAP 20.000 PENDUDUK PER KAB./ KOTA DI SULAWESI SELATAN TAHUN 2009
33 .47 3 26 .10 2 25 .50 0 24 .40 9 24 .35 3 21 .48 9 20 .45 1 19 .82 6 19 .72 1 19 .60 3 19 .50 1 18 .11 2 17 .29 6 16 .80 5 16 .74 9 16 .06 1 15 .46 6 15 .28 8 15 .15 0 15 .06 3 13 .50 0 11 .79 5 10 .29 4 9.8 35 19 .33 9 -5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 40.000 MA K LUTGOW BUL PIN MA R SID LIT PAR BO N JEN TAK WA J EN R BAR PANLUW PLP BAN SIN SO P TAT TUT SEL SU LSEL PER SEN T ASE
Sumber : Data dasar Puskesmas
E. Letak Administratif
Letak Administratif adalah informasi mengenai status wilayah administrasi tertinggi yang menjadi lokasi Puskesmas yang bersangkutan, apakah di kota metropolitan, ibukota provinsi, ibukota kabupaten/kota, ibukota kecamatan, atau lainnya. Pada lampiran tabel. 26, dapat dilihat letak administratif masing-masing Puskesmas, 37 Puskesmas yang terletak di ibukota provinsi, 22 Puskesmas yang terletak di ibukota kabupaten, 275 Puskesmas yang terletak di ibukota kecamatan, dan 72 Puskesmas yang terletak di ibukota desa.
F. Letak Geografis
Letak Geografis Wilayah Puskesmas adalah informasi mengenai kondisi geografis wilayah kerja Puskesmas yang bersangkutan, apakah merupakan wilayah kepulauan, pantai, rawa pantai, dataran rendah, berbukit, atau wilayah pegunungan. 13 Puskesmas terletak di kepulauan, 84 Puskesmas terletak di pantai, 98 Puskesmas terletak di pegunungan dan selebihnya terletak di dataran rendah dan bukit.
Letak Strategis Puskesmas adalah informasi mengenai kondisi strategis wilayah kerja Puskesmas yang bersangkutan, apakah merupakan terpencil, transmigrasi, perbatasan kabupaten/kota, perbatasan provinsi, dan perbatasan negara. Kondisi letak strategis Puskesmas di Sulawesi Selatan sebanyak 71 Puskesmas terletak di daerah terpencil, 18 Puskesmas terletak di daerah transmigrasi, dan selebihnya terletak di daerah biasa pada kabupaten/ kota dan provinsi.
BAB III
KONDISI PUSKESMAS
A. Jenis Puskesmas
Jenis Puskesmas adalah keterangan mengenai jenis dari Puskesmas yang bersangkutan, apakah Puskesmas Perawatan atau Puskesmas Non Perawatan. Yang dimaksud Puskesmas Perawatan adalah Puskesmas yang berdasarkan SK Bupati atau Walikota menjalankan fungsi perawatan dan untuk menjalankan fungsinya diberikan tambahan ruangan dan fasilitas rawat inap yang sekaligus merupakan pusat rujukan antara.
Kondisi Puskesmas di Sulawesi Selatan pada tahun 2009, terdiri dari 190 Puskesmas rawat inap/perawatan dan 216 Puskesmas non perawatan. Puskesmas perawatan standarnya adalah memiliki 10 TT. Maka 190 puskesmas perawatan semestinya memiliki sebanyak 1.900 TT, tetapi sesuai kenyataannya pada Puskesmas perawatan seperti pada tabel 27 hanya sebanyak 1.778 TT, itu berarti masih butuh pengadaan sebanyak 122 TT.
B. Kondisi Bangunan Puskesmas
Kondisi Bangunan Puskesmas adalah informasi mengenai kondisi fisik bangunan Puskesmas yang bersangkutan pada saat ini :
1. Baik; apabila bangunan Puskesmas yang bersangkutan dalam kondisi baik atau tidak mengalami kerusakan.
2. Rusak Ringan; apabila bangunan Puskesmas yang bersangkutan terjadi kerusakan pada komponen pintu, jendela, kaca, penggantung, pengunci, cat, dan sebagainya.
3. Rusak Berat; apabila bangunan Puskesmas yang bersangkutan terjadi kerusakan pada komponen pokok dari bangunan seperti pilar, pondasi, sloope, dan ring balk.
4. Rusak Total; apabila bangunan Puskesmas yang bersangkutan tidak dapat dipergunakan sama sekali.
Dari 406 Puskesmas yang ada di Sulawesi Selatan, hanya 283 Puskesmas dengan kategori baik, 98 Puskesmas dalam kondisi rusak ringan, 20 Puskesmas rusak berat dan 5 Puskesmas yang rusak total.
Terdapat 20 Puskesmas yang rusak berat di Sulawesi Selatan pada tahun 2009, antara lain [Puskesmas Camba, Carangki dan Tompobulu di Kab. Maros], [Puskesmas Bungoro di Kab. Pangkep], [Puskesmas Kading, Ponre, Tellulimpoe, Bengo, Tellu Siattinge, dan Amali di Kab. Bone], [Puskesmas Cangadi dan Baringeng di Kab. Soppeng], [Puskesmas Lempa di Kab. Wajo], [Puskesmas Teppo di Kab. Pinrang], [Puskesmas Kondodewata di Kab. Tator], [Puskesmas Burau dan Lampia di Kab. Luwu Timur], [Puskesmas Sudiang di Kota Makassar], dan [Puskesmas Rantepao
Sedangkan Puskesmas yang rusak total, artinya tidak dapat dipergunakan lagi terdapat lima Puskesmas, antara lain 2 Puskesmas di Kab. Bone yaitu Puskesmas Pattiromampu dan Timurung, sedangkan di Kab. Enrekang sebanyak 3 Puskesmas yaitu Puskesmas Sudu, Anggeraja dan Baroko.
Tanah lokasi Puskesmas yang terletak di 24 kabupaten/ kota di
Sulawesi Selatan seluas 687.654 m2, hanya 97 lokasi yang sudah memiliki
BAB IV
KETENAGAAN PUSKESMAS
Dalam pembangunan kesehatan diperlukan berbagai jenis tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan melaksanakan upaya kesehatan dengan paradigma sehat, yang mengutamakan upaya peningkatan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Pada bab ini diuraikan tentang data atau informasi mengenai ketenagaan di Puskesmas, yaitu setiap orang yang bekerja di puskesmas baik PNS, PTT, maupun honorer. Rincian informasi yang dikumpulkan adalah jumlah tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas yang bersangkutan berdasarkan latar belakang pendidikan kesehatan terakhir.
Saat ini, jumlah tenaga kesehatan Puskesmas di Sulawesi Selatan yang tercatat melalui data dasar Puskesmas pada tahun 2009 sebanyak 10.336 orang, 89,58% (9.260 orang) merupakan tenaga kesehatan dan 10,4% (1.076 orang) merupakan tenaga administrasi, sopir dan PTT.
Proporsi tenaga kesehatan yang terbesar adalah perawat (35,64%), bidan desa (5,69%), bidan puskesmas (11,85%), sanitarian (7,55%), Kesmas S1 dan S2 (6,51%), dokter umum (6,11%), perawat gigi (4%), gizi (3,95%), farmasi (3,53%), doker gigi (3,24%), analis (1,68%), fisioterafi (0,19%), dan dokter spesialis (0,05%).
Gambar. 2
PROPORSI TENAGA KESEHATAN PUSKESMAS DI SULAWESI SELATAN TAHUN 2009 dr.Spes dr. Umum dr. Gigi Perawat Per. Gigi Bidan pusk Bidan poskes Farmasi Kesmas S1&2 Sanitarian Gizi Analis F teraf i dr.Spes dr. Umum dr. Gigi Perawat Per. Gigi Bidan pusk Bidan poskes Farm asi Kesmas S1&2 Sanitarian Gizi Analis F terafi
Sumber : Data Dasar Puskesmas 2009
A. Tenaga Dokter
Yang tergolong ke dalam tenaga dokter antara lain dokter spesialis, dokter umum, dan dokter gigi.
Hingga tahun 2009 di Sulawesi Selatan tercatat jumlah tenaga dokter di Puskesmas sebanyak 871, yang terdiri dari dokter spesialis 5 orang, dokter umum 566 orang dan doker gigi 300 orang.
Jika tenaga kesehatan ditinjau dari jumlah puskesmas yang ada di
Sulawesi Selatan yaitu 406 Puskesmas, maka terdapat 160 puskesmas di Sulsel yang semestinya memiliki 2 tenaga dokter umum, sedangkan 246 puskesmas lainnya memiliki satu dokter umum. Namun keberadaan dokter spesialis di Puskesmas di Sulsel hanya pada Puskesmas-puskesmas yang strategis dan memiliki status dan pasien lebih tinggi dari Puskesmas lainya, yaitu terdapat di Kota Makassar dan Parepare.
Sedangkan jumlah dokter gigi dibandingkan dengan jumlah
Puskesmas yang ada di Sulsel, masih terdapat 106 Puskesmas yang belum mendapat jatah dokter gigi.
B. Tenaga Keperawatan
Yang tergolong ke dalam tenaga keperawatan adalah tenaga kesehatan yang memiliki latar belakang pendidikan terakhir perawat yang bekerja di Puskesmas. Yang termasuk perawat adalah SPK, D III Keperawatan, dan S1 Keperawatan.
Jumlah tenaga keperawatan yang tercatat di puskesmas sebnyak 3.417 orang. Kalau dirata-ratakan per puskesmas di Sulawesi Selatan maka setiap puskesmas memiliki tenaga perawat sebanyak 8 orang, hanya kemungkinan distribusi yang tidak merata sehingga masih ada puskesmas yang masih merasa kekurangan tenaga perawat. Distribusi tenaga keperawatan puskesmas di Sulawesi Selatan seperti berikut.
Gambar. 3
PERSEBARAN TENAGA KEPERAWATAN PUSKESMAS PER KAB./ KOTA DI SULAWESI SELATAN TAHUN 2009
27 9 .. 23 9.. 22 8.. 22 0.. 18 9 .. 16 6.. 16 6.. 15 0.. 14 9 .. 14 0.. 13 8.. 13 3.. 12 7 .. 12 1.. 11 7.. 11 6.. 11 6 .. 11 4.. 11 4.. 10 8.. 94 .. 86 .. 59 .. 48 .. -50.. 100.. 150.. 200.. 250.. 300.. MA K LU W PA N WA J LIT GO W BO N BU L BA R LU T SO P MA R EN R PL P PA R SID PIN TA K SIN JE N SE L TA T TU R BA N PE R S E N T A S E
C. Tenaga Perawat Gigi
Tenaga perawat gigi yang dimaksud adalah tenaga kesehatan
yang memiliki latar belakang pendidikan terakhir perawat gigi yang bekerja di Puskesmas. Yang termasuk perawat gigi adalah SPRG, D III Kesehatan Gigi dan DIV Kesehatan Gigi.
Jumlah tenaga perawat gigi yang tercatat pada data dasar puskesmas Prov. Sulawesi Selata tahun 2009 sebanyak 370 orang. Jika dilihat berdasarkan jumlah puskesmas, maka di Sulawesi Selatan pada tahun 2009, masih ada 36 puskesmas yang belum memiliki tenaga perawat gigi.
D. Tenaga Kebidanan
Tenaga kebidanan yang dimaksud di sini yaitu tenaga kesehatan yang memiliki latar belakang pendidikan terakhir bidan yang bekerja di Puskesmas, pustu maupun di desa. Yang termasuk bidan adalah Bidan, Perawat Bidan, D III Kebidanan, D IV Kebidanan dan juga bidan di desa.
Jumlah bidan yang bertugas di puskesmas maupun di desa sebanyak 2.596 orang, 1.143 orang (44,03%) bidan puskesmas, 1.453 orang (55,97%) bidan di desa.
Jika ditinjau dari jumlah desa/ kelurahan yang dilaporkan, maka masih ada 1.450 desa di Sulawesi Selatan yang belum memiliki bidan desa.
E. Tenaga Farmasi
Tenaga farmasi yaitu terdiri dari apoteker, S1 Farmasi, DIII Farmasi, SAA dn SMF. Untuk tenaga kefarmasian di puskesmas, saat ini telah berjumlah 336 orang dengan rincian: Apoteker 101 orang, 175 orang selaku asisten apoteker dan 60 orang sebagai analis farmasi.
Jika jumlah tenaga farmasi yang ada ini dibandingkan dengan jumlah puskesmas di Sulawesi Selatan, maka masih ada 70 puskesmas yang belum memiliki tenaga farmasi.
F. Tenaga Kesehatan Masyarakat
Tenaga kesehatan masyarakat adalah tenaga kesehatan yang memiliki latar belakang pendidikan terakhir sarjana kesehatan masyarakat yang bekerja di Puskesmas. Yang termasuk sarjana kesehatan masyarakat adalah S1 dan S2 Kesehatan Masyarakat seluruh peminatan.
Jumlah tenaga kesehatan masyarakat yang bekerja di puskesmas samapai dengan tahun 2009 di Sulawesi Selatan sebanyak 607 orang, 556 orang dengan strata satu dan 51 orang dengan strata dua.
G. Tenaga Sanitarian
Tenaga sanitaian adalah tenaga kesehatan yang memiliki latar belakang pendidikan terakhir bidang kesehatan lingkungan atau
Jumlah tenaga sanitarian yang bertugas di Puskesmas sebanyak 706 orang. Jika dilihat berdasarkan dengan jumlah puskesmas, maka terdapat 306 puskesmas di Sulawesi Selatan yang memiliki tenaga sanitarian 2 orang dan 100 puskesmas diantaranya hanya memiliki satu orang tenaga sanitarian.
H. Tenaga Gizi
Tenaga gizi adalah tenaga kesehatan yang memiliki latar belakang pendidikan terakhir bidang gizi yang bekerja di Puskesmas. Yang termasuk tenaga gizi adalah SPAG, D III Gizi, S1 Gizi dan S2 Gizi.
Jumlah tenaga gizi hingga tahun 2009 di Sulsel sebanyak 373 orang, artinya masih ada 33 puskesmas yang belum memiliki tenaga gizi. Jenis tenaga ini harus mendapt perhatian karena terbukti masih rendahnya asupan gizi masyarakat sehingga masih ditemukan balita gizi buruk.
I. Tenaga Analis Kesehatan
Tenaga analis kesehatan adalah tenaga kesehatan yang memiliki latar belakang pendidikan terakhir bidang analis kesehatan yang bekerja di Puskesmas. Yang termasuk tenaga analis kesehatan adalah SMAK, dan D III Analis Kesehatan.
Jumlah tenaga analis kesehatan hingga tahun 2009 di Sulsel sebanyak 165 orang. Jika ditinjau berdasarkan dengan jumlah puskesmas, maka masih ada 241 puskesmas yang belum memiliki tenaga analis kesehatan.
J. Tenaga Fisioterafi
Tenaga fisioterafi adalah tenaga kesehatan yang memiliki latar belakang pendidikan terakhir bidang keterapian fisik yang bekerja di Puskesmas. Yang termasuk tenaga keterapian fisik adalah D III Fisioterapi, D III Okupasi Terapi, D III Terapi Wicara, dan D III Akupuntur.
Jumlah tenaga fisioterafi hingga tahun 2009 di Sulsel sebanyak 22 orang. Tetapi sampai dengan saat ini di Sulawesi Selatan belum terlalu mendesak kebutuhan tenaga ini di desa.
K. Tenaga non Kesehatan
Tenaga non kesehatan adalah tenaga di luar bidang kesehatan lainnya yang bekerja di Puskesmas. Jumlah tenaga non kesehatan yang bekerja di puskesmas sebanyak 1.076 orang, berarti rata-rata 2 orang tenaga non kesehatan pada satu puskesmas di Sulawesi Selatan.
BAB V
KONDISI KENDARAAN DINAS DI PUSKESMAS
Kendaraan dinas Puskesmas yang dibahas pada bab ini yaitu ambulance dan sepeda motor.
A. Ambulance
Jumlah ambulans menurut kondisi adalah informasi mengenai jumlah ambulans yang dimiliki Puskesmas yang bersangkutan. Rincian kondisi fisik ambulace tersebut adalah:
1. Baik; apabila ambulance dalam kondisi baik dan dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya.
2. Rusak Ringan; apabila ambulance dalam kondisi baik namun tidak dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya.
3. Rusak Berat; apabila ambulance dalam kondisi tidak baik namun masih bisa dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya.
4. Rusak Total; apabila ambulance dalam kondisi tidak baik dan tidak dapat difungsikan atau tidak dapat dimanfaatkan.
Ambulans Puskesmas yang ada di Sulawesi Selatan pada tahun 2009 hanya terdapat di Kota Makassar sebanyak empat, yaitu di Puskesmas Bara-baraya (1 unit), Jumpandang Baru (1 unit), Kassi-kassi sebanyak (2 unit), sedang yang satunya terdapat di Kota Parepare yaitu di Puskesmas Madising na Mario.
B. Sepeda Motor
Jumlah sepeda motor menurut kondisi adalah kondisi fisik dari sepeda motor yang dimiliki Puskesmas di Sulawesi Selatan yang dirinci menurut kondisi fisik. Rincian kondisi fisik sepeda motor tersebut adalah:
1. Baik; apabila sepeda motor dalam kondisi baik dan dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya.
2. Rusak Ringan ; apabila sepeda motor dalam kondisi baik namun tidak dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya.
3. Rusak Berat; apabila sepeda motor dalam kondisi tidak baik namun masih bisa dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya.
4. Rusak Total; apabila sepeda motor dalam kondisi tidak baik dan tidak dapat difungsikan atau tidak dapat dimanfaatkan.
Sepeda motor menurut kondisi yang ada di Puskesmas sebanyak 3.576 unit, 2.551 (71,3%) yang kondisi baik, 368 (10,3%) dalam kondisi rusak ringan, 264 (7,4%) dalam kondisi rusak berat dan 393 (10,9%) dalam kondisi yang tidak dapat dipakai lagi.
Kondisi sepeda motor yang rusak total jika dilihat per Kab./Kota, maka 45,03% sepeda motor rusak total tersebut berlokasi di Kab. Sinjai, 32,06% berlokasi di Kab. Gowa dan 22,9% lainnya tersebar di beberapa
BAB VI
JARINGAN PUSKESMAS
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Berdasarkan fungsinya, Puskesmas memiliki jaringan antara lain puskesmas keliling roda 4, puskesmas keliling perahu, dan puskesmas pembantu.
Pada saat ini puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok tanah air. Untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, puskesmas diperkuat dengan puskesmas pembantu dan puskesmas keliling. Kecuali itu untuk daerah yang jauh dari sarana pelayanan rujukan, puskesmas dilengkapi dengan fasilitas rawat inap.
Tercatat pada tahun 2008 jumlah puskesmas di Sulawesi Selatan sebanyak 395 unit, kemudian meningkat menjadi 406 unit pada tahun 2009. Sedangkan puskesmas yang telah dilengkapi dengan fasilitas rawat inap tercatat sebanyak 190 unit, sisanya sebanyak 216 unit tidak dilengkapi dengan fasilitas rawat inap.
A. Puskesmas Keliling Roda 4
Puskesmas Keliling Roda-4 yang dimaksud adalah informasi mengenai jumlah Puskesmas Keliling Roda-4 yang dimiliki Puskesmas di Sulawesi Selatan yang dirinci menurut kondisi fisik. Kondisi fisik Puskesmas Keliling Roda-4 tersebut dikategorikan sebagai berikut:
1. Baik; apabila Puskesmas Keliling Roda-4 tersebut dalam kondisi baik
dan dapat dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya.
2. Rusak Ringan; apabila Puskesmas Keliling Roda-4 tersebut dalam
kondisi tidak baik namun masih bisa dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya.
3. Rusak Berat; apabila Puskesmas Keliling Roda-4 tersebut dalam kondisi
rusak dan masih dapat difungsikan jika ada beberapa komponennya diganti/diperbaiki.
4. Rusak Total; apabila Puskesmas Keliling Roda-4 tersebut dalam kondisi
tidak baik dan tidak dapat difungsikan atau tidak dapat dimanfaatkan.
Jumlah puskesmas keliling roda 4 di Sulawesi Selatan pada tahun 2009 sebanyak 390 unit, 319 unit (81,8%) dalam kondisi baik, 51 unit (13,07%) dalam kondisi rusak ringan, 19 unit (4,87%) dalam kondisi rusk berat, dan 1 unit (0,25%) dalam kondisi rusak total atau tidak dapat digunakan lagi yaitu pusling yang berada di Puskesmas Lowa Kab. Selayar.
B. Puskesmas Keliling Perairan (Perahu)
Puskesmas Keliling Perairan (perahu) adalah informasi mengenai jumlah Puskesmas Keliling Perairan yang dimiliki Puskesmas di Sulawesi
Selatan pada tahun 2009 menurut kondisi fisik. Kondisi fisik Puskesmas Keliling Perairan tersebut terdiri dari kategori sbb :
1. Baik; apabila Puskesmas Keliling Perairan tersebut dalam kondisi baik dan dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya.
2. Rusak Ringan; apabila Puskesmas Keliling Perairan tersebut dalam kondisi baik namun tidak dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya. 3. Rusak Berat; apabila Puskesmas Keliling Perairan tersebut dalam kondisi
tidak baik namun masih bisa dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya.
4. Rusak Total; apabila Puskesmas Keliling Perairan tersebut dalam kondisi tidak baik dan tidak dapat difungsikan atau tidak dapat dimanfaatkan.
Jumlah puskesmas keliling perairan di Sulawesi Selatan sebanyak 39 unit, 32 unit diantaranya masih kondisi baik, 4 unit kondisi rusak ringan, 2 unit kondisi rusak berat dan 1 unit dalam kondisi rusak total yaitu yang berlokasi di Puskesmas Liukang Kalmas Kab. Pangkep.
C. Puskesmas Pembantu (Pustu)
Puskesmas Pembantu (Pustu) adalah unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu memperluas jangkauan Puskesmas dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan Puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil serta jenis dan kompetensi pelayanan yang disesuaikan dengan kemampuan tenaga dan sarana yang tersedia.
Kondisi fisik Pustu memiliki kategori sebagai berikut :
1. Baik; apabila bangunan Pustu yang bersangkutan dalam kondisi baik atau tidak mengalami kerusakan.
2. Rusak Ringan; apabila bangunan Pustu yang bersangkutan terjadi kerusakan pada komponen pintu, jendela, kaca, penggantung, pengunci, cat, dan sebagainya.
3. Rusak Berat; apabila bangunan Pustu yang bersangkutan terjadi kerusakan pada komponen pokok dari bangunan seperti pilar, pondasi, sloope, ring balk.
4. Rusak Total; apabila bangunan Pustu yang bersangkutan sudah tidak dapat digunakan/dimanfaatkan lagi.
Puskesmas Pembantu (Pustu) menurut kondisi adalah informasi mengenai jumlah Puskesmas Pembantu (Pustu) yang dimiliki oleh Puskesmas di Sulawesi Selatan menurut kondisi fisik bangunannya.
Jumlah Pustu di Sulawesi Selatan pada tahun 2009 sebanyak 1.300 unit, 933 unit (71,8%) masih dalam kondisi baik, 270 unit (20,76%) dalam kondisi rusak ringan, 84 unit (6,46%) dalam kondisi rusak berat, dan ada 13 unit yang rusak total yaitu 2 unit di Kab. Maros, 8 unit di Kab. Bone, Pinrang, Luwu Utara dan Luwu Timur masing-masing 1 unit.
BAB VII
UPAYA KESEHATAN BERBASIS MASYARAKAT (UKBM)
A. Polindes/Poskesdes
Polindes adalah bangunan yang dibangun dengan bantuan dana pemerintah dan partisipasi masyarakat desa untuk tempat pertolongan persalinan dan pemondokan ibu bersalin, sekaligus tempat tinggal Bidan di desa. Di samping pertolongan persalinan juga dilakukan pelayanan antenatal dan pelayanan kesehatan lain sesuai kebutuhan masyarakat dan kompetensi teknis bidan tersebut.
Pos Kesehatan Desa adalah wujud upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang dibentuk oleh, untuk dan bersama masyarakat setempat atas dasar musyawarah, dengan bantuan dari tenaga profesional kesehatan dan dukungan sektor terkait termasuk swasta dalam kerangka desa siaga demi terwujudnya desa sehat. Kesehatan yang dilaksanakan adalah pelayanan kesehatan dasar, mulai dari upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dipadukan dengan upaya kesehatan lain yang berwawasan kesehatan dan berbasis masyarakat setempat. Kegiatan tersebut dalam pelaksanaannya didukung oleh unsur-unsur tenaga, sarana, prasarana
dan biaya yang dihimpun dari masyarakat, swasta, pemerintah.
Jumlah Polindes/Poskesdes yaitu informasi mengenai jumlah Polindes atau Poskesdes yang menjadi binaan Puskesmas di Sulawesi Selatan pada tahun 2009 sebanyak 1.019 unit. Jika ditinjau dari jumlah desa yang ada di Sulawesi Selatan sebanyak 2.903 desa/kelurahan, maka masih ada 1.884 desa yang belum memiliki polindes/ poskesdes.
B. Poskestren
Poskestren adalah salah satu wujud upaya kesehatan bersumber daya masyarakat di lingkungan pondok pesantren dengan prinsip dari, oleh, dan untuk warga pondok pesantren, yang mengutamakan pelayanan promotif (peningkatan kesehatan) dan preventif (pencegahan) tanpa mengabaikan aspek kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan) dengan binaan puskesmas setempat.
Jumlah Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) di Sulawesi Selatan pada tahun 2009 sebanyak 87 pos, terbanyak di Kab. Luwu Utara dan Pinrang.
C. Posyandu
Posyandu adalah salah satu wadah peran serta masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan dasar dan memantau pertumbuhan balita dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara dini.
Informasi mengenai jumlah pos pelayanan terpadu (Posyandu) yang menjadi binaan Puskesmas yang dirinci berdasarkan tingkatannya (Pratama, Madya, Purnama, dan Mandiri) di Sulawesi Selatan pada tahun
2009 sebanyak 8.836 pos, 2.210 pos (25,01%) posyandu pratama, 3.325 pos (37,63%) merupakan posyandu madya, 2.767 pos (31,32%) posyandu purnama, dan 534 pos (6,04%) posyandu mandiri. Secara jelas dapa dilihat pada gambar berikut.
Gambar. 4
25%
38% 31%
6%
PROPORSI PUSYANDU MENURUT STRATA DI SULAWESI SELATAN
TAHUN 2009
pratama madya purnama mandiri
Sumber : Data Dasar Puskesmas Tahun 2009
D. Pos Obat Desa
Pos Obat Desa adalah wujud peran serta masyarakat dalam hal pengobatan sederhana terutama bagi pengobatan sederhana, terutama bagi penyakit yang sering terjadi pada masyarakat setempat.
Jumlah Pos Obat Desa yang dilaporkan pada data dasar puskesmas di Sulawesi Selatan tahun 2009 sebanyak 72 pos. Hal ini menunjukkan rendahnya peran serta masyarakat dalam hal pengobatan sederhana karena dari 2.903 desa/ kelurahan yang dilaporkan, berarti 2.831 desa tidak memiliki POD.
E. Jumlah Pos UKK
Pos UKK adalah wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan pekerja yang terencana, teratur, dan berkesinambungan yang diselenggarakan oleh masyarakat pekerja atau kelompok pekerja yang memiliki jenis kegiatan usaha yang sama.
Informasi mengenai jumlah pos usaha kesehatan kerja (UKK) yang menjadi binaan Puskesmas yang dilaporkan pada data dasar puskesmas di Sulawesi Selatan tahun 2009 sebanyak 184 pos. Kab./Kota yang tidak memiliki pos UKK binaan yaitu Kab. Gowa, Bone, Pinrang, Luwu, Luwu Utara dan Toraja Utara.
BAB VIII
PENGEMBANGAN PUSKESMAS DAN JARINGANNYA
A. Pembangunan Baru
Pembangunan baru yang dimaksud adalah pembangunan/ penambahan besaran atau volume dari kegiatan-kegiatan pengembangan Puskesmas dan jaringannya yang dinyatakan dalam satuan unit. Kegiatan pembangunan yang dimaksud adalah puskesmas, Pustu polindes/ poskesdes.
Jumlah pembangunan baru di Sulawesi Selatan padatahun 2009, antara lain :
1. Puskesmas
Pembangunan baru Puskesmas sebanyak 11 unit, yang dilaksanakan di Kab. Gowa (1 unit), Sidrap (1 unit), Tator (2 unit), dan Toraja Utara (7 unit).
2. Puskesmas Pembantu
Pembangunan baru puskesmas pembantu sebanyak 34 unit yang dilaksanakan di Kab. Gowa (4 unit), Sinjai (23 unit), Pangkep (3 unit), Soppeng (2 unit), dan Makassar (2 unit). Khusus pembangunan Pustu di Kab. Sinjai sebanyak 23 unit perlu pendataan ulang karena angkanya sangat menonjol (betu/salah).
3. Polindes/poskesdes
Pembangunan baru polindes/ poskesdes di Sulawesi Selatan pada tahun 2009 sebanyak 279 unit, terlaksana hampir merata di setiap Kab./ Kota, secara jelas dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar. 5
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
PERSEBARAN PEMBANGUNAN BARU POLINDES/ POSKESDES PER KAB./ KOTA DI SULAWESI SELATAN TAHUN 2009
B. Rehabilitasi
Pelaksanaan rehabilitasi puskesmas dan jaringannya di Sulsel pada tahun 2009, yaitu :
1. Rehabilitasi Puskesmas sebanyak 61 unit, tiga terbanyak Kab./kota
yang melaksanakan rehabilitasi puskesmas antara lain Kab. Sinjai (8 unit), Makassar (7 unit), dan Pangkep (6 unit).
2. Rehabilitasi Pustu sebanyak 9 unit.
3. Rehabilitasi Polindes/ Poskesdes sebanyak 41 unit.
4. Rehabilitasi pusling roda 4 sebanyak 9 unit.
5. Rehabilitasi pusling air sebanyak 41 unit.
C. Perluasan
Perluasan puskesmas dan jaringannya yang dimaksud di sini yaitu peaksanaan pengembangan gedung, antara lain perluasan puskesmas sebanyak 18 unit, perluasan gedung pustu sebanyak 17 unit, dan perluasan polindes/poskesdes sebanyak 14 unit.
D. Peningkatan
Peningkatan puskesmas dan jaringannya dimaksud di sini yaitu peningkatan status dari lebih rendah ke yan lebih tinggi. Peningkatan dari Pustu menjadi Puskesmas sebanyak 14 unit, tertinggi di Kab. Luwu yaitu sebanyak 8 unit. Sedangkan peningkatan dai status puskesmas biasa mejadi puskesmas RRI sebanyak 46 unit dan yang terbanyak juga di Kab. Luwu.
E. Pengadaan
Pengadaan puskesmas dan jaringannya dimaksud di sini yaitu kegiatan yang dilangsungkan sebelumnya tidak ada kemudian menjadi ada. Pengadaan yang terkait dengan pskesmas di Sulsel pada tahun 2009, antara lain puskesmas keliling (pusling) roda 4 sebanyak 57 unit, pusling air sebanyak 14 unit, sepeda motor sebanyak 686 unit dan alat kesehatan sebanyak 5.275 unit.
Pengembangan puskesmas dan jaringannya secara rinci dapat dilihat pada lampiran tabel 32.
BAB IX
PROGRAM UTAMA PUSKESMAS
Bab ini membahas data atau informasi mengenai program Puskesmas yang mencakup informasi mengenai penyelenggaraan program pokok dan program pengembangan.
A. Program Pokok
Data atau informasi yang dikumpulkan pada subbab ini adalah data atau informasi mengenai penyelenggaraan program pokok, yaitu upaya kesehatan wajib yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional, dan global, serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan yang wajib diselenggarakan oleh Puskesmas adalah promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana, perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, dan pengobatan dasar. Rincian informasi yang dikumpulkan adalah apakah masing-masing upaya kesehatan wajib tersebut diselenggarakan atau tidak.
1. Upaya Promosi Kesehatan
Dari 406 puskesmas yang tercatat, dua puskesmas diantaranya yang belum melaksanakan rogram promosi kesehatan secara optimal, yaitu Puskesmas Kota di Kab. Enrekang dan Puskesmas Kertoharjo di Kab. Luwu Timur.
2. Upaya Kesehatan Lingkungan
Berdasarkan pendataan pada tahun 2009, masih ada tiga puskesmas yang belum melaksanakan program kesehatan lingkungan, yaitu Puskesmas Kabere dan Malua di Kab. Enrekang, Puskesmas Kertoharjo di Kab. Luwu Timur.
3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
Pada tahun 2009, ada satu puskesmas di Kab. Luwu Timur yaitu Puskesmas Kertoharjo yang tidak melaksanakan program KIA/KB. Data ini berdsarkan data dasar dari Kab./Kota.
4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
Terdapat dua puskesmas yang tidak menelenggarakan program gizi dengan optimal, yaitu Puskesmas Kabere di Kab Enrekang dan Puskesmas Kertoharjo di Kab. Luwu Timur.
5. Upaya P2M
Masih ada 6 Puskesmas di Sulsel sampai dengan tahun 2009 tercatat yang tidak melaksanakan program P2M secara maksimal, yaitu 3 puskesmas di Kab. Bantaeng dan satu di Kab. Sidrapserta dua di Kab. Luwu Timur.
6. Upaya Pengobatan
Pada dasarnya sebanyak 406 Puskesmas di Sulsel sampai dengan tahun 2009 semuanya melaksanakan pengobatan dasar.
Informasi yang rinci tentang program pokok puskesmas di Sulsel pada tahun 2009 dapat dilihat pada tabel. 34.
B. Program Pengembangan
Selain pembahasan penyelenggaraan progra pokok puskesmas, juga akan membahas informasi mengenai penyelenggaraan program pengembangan, yaitu upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas. Program pengembangan yang diselenggarakan Puskesmas di antaranya perawatan kesehatan masyarakat (PHN), usaha kesehatan sekolah, usaha kesehatan usila, usaha kesehatan kerja, usaha kesehatan gigi dan mulut masyarakat desa (UKGMD), usaha kesehatan jiwa, usaha kesehatan mata, imunisasi, usaha kesehatan tradisional, laboratorium kesesehatan sederhana, dan pencatatan dan pelaporan. Rincian informasi yang dikumpulkan adalah apakah masing-masing program pengembangan tersebut diselenggarakan atau tidak.
1. Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)
Sebanyak 17 Puskesmas di Sulsel pada tahun 2009 yang tidak melaksanakan program UKS, antara lain 10 puskesmas di Kab. Gowa, dua di Kab. Pangkep, 2 di Kab. Sidrap, 2 di Kab. Enrekang dan satu di Kab. Luwu Timur.
2. Upaya Kesehatan Olahraga
Hanya 146 puskesmas (35,9%) puskesmas yang melaksanakan program ini, artinya 64,% puskesmas yang tidak melaksanakan program kesehata olahraga.
3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
Pada pendataan data dasar di Sulsel sampi degan tahun 2009, tercatat 21 puskesmas yang tidak melaksanakan program upaya perawatan kesehatan, yaitu 4 puskesmas di Gowa, satu puskesmas di Maros, dua puskesmas di Pangkep, masing-masing satu di Soppeng dan Pinrang, 4 puskesmas di Enrekang, 6 puskesmas di Luwu Timur dan 2 puskesmas di Kab. Toraja Utara.
4. Upaya Kesehatan Kerja (UKK)
Tercatat sebanyak 38,2% puskesmas di Sulsel yang tidak melaksanakan program UKK.
Masih ada 33 puskesmas (8,1%) yang belum melaksanakan program UKGM, empat terbesar diantaranya aitu Gowa (8 ut), Toraja Utara (6 ut), Soppeng (4 ut), dan Sidrap (4 ut).
6. Upaya Kesehatan Jiwa
Sebanyak 74 puskesmas (18,2%) ang tidak melaksanakan program kesehatan jiwa, empat terbesar diantaranya yaitu Kab. Gowa (18 unit), Bone (16 unit), Selayar (7 unit), dan Makassar (9unit).
7. Upaya Kesehatan Mata
Masih ada 30,3% puskesmas di Sulsel pada tahun 2009 yang belum melaksanakan program upaya kesehatan mata, empat Kab./Kota terbesar yang tidak melaksanakan program ini antara lain Kab. Bone (29 unit), Gowa (15 unit), Makassar (11unit), dan Soppeng (9 unit).
8. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
Hanya 2,5% puskesmas di Sulsel pada tahun 2009 yang tdak melaksanakan program upaya kesehatan usia lanjut. Kab./Kota yang tidak melaksanakan program ini antara lain Kab. Gowa (3 unit), Sidrap (2 unit), serta masing-masing satu unit di Kab. Bantaeng, Pinrang, Luwu Timur, Makassar dan Toraja Utara.
9. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
Puskesmas di Sulsel yang melaksanakan program pembinaan pengobatan tradisional sampai dengan tahun 2009 sudah mencapai 44,23%.
Data rinci tentang program pengembangan puskesmas dapat diihat pada tabel 34.
BAB X
ALAT PUSKESMAS
Bab ini membahas tentang data atau informasi mengenai peralatan Puskesmas, yaitu peralatan medis dan non medis yang dimiliki Puskesmas untuk melaksanakan kegiatan program Puskesmas, yang mencakup rincian informasi mengenai poliklinik set, minor surgery set, peralatan KIA (bidan kit, partus set, implant kit, IUD kit), imunisasi kit, sanitasi kit, dental kit, dental unit, laboratorium set, nutrition kit, radiologi unit, KIE kit, dan emergency kit.
A. Poliklinik Set
Yang dimaksud poliklinik set adalah sejumlah alat medis yang dipergunakan untuk melaksanakan pelayanan kesehatan di poliklinik.
Polikliik set dikatakan berfungsi, bila poliklinik set yang dimiliki digunakan untuk pelayanan kesehatan di poliklinik Puskesmas yang bersangkutan sedankan tidak Berfungsi, bila poliklinik set yang dimiliki tidak dapat digunakan untuk pelayanan kesehatan di poliklinik Puskesmas.
Tercatat sebanyak 540 poliklinik set yang terdata di Puskesmas se Sulsel pada tahun 2009, hanya 281 set (52,03%) yang masih lengkap. Enam besar Kab./Kota yang tidak lengkap yaitu 16 set di Kab. Bulukumba, 78 unit di Kab. Sinjai, 15 set di Kab. Pangkep, 23 set di Kab. Bone, 14 set di Kab. Wajo dan 24 set di Kota Makassar.
Diantara poliklinik set yang ada, sebanyak 519 set yang berfungsi, dan sebanyak 15 set yang tidak berfungsi lagi, antara lain satu set di Kb. Gowa dan Barru, dua set di Kab. Pangkep dan Toraja Utara, 6 set di Kab. Bone serta 3 set di Kab. Pinrang.
Alat poliklinik set tersebut antara lain :
Bingkai kaca mata
Diagnostik set
EKG
Kaca kepala
Kaca pembesar
Kartu tes penglihatan dekat
Lensa pemeriksaan visus
Manset anak dengan velecro
Manset anak dengan pengait
Meteran
Palu pengukur refleks
Stop watch
Snellen
Spekulum mata (weis)
Stetoskop
Sudip lidah
Tempat tidur periksa
Tes buta warna
Timbangan dewasa
Tonometer
Gelas ukur (16 OZ/500 ml)
Alat melebarkan punctum
lakrimalis
Alat untuk mengeluarkan benda
asing
Benang cut gut (15 m)
Benang sutera (100 m)
Gunting bedah standar,
lengkung, ujung tajam/tajam
Gunting bedah standar,
lengkung, ujung tajam/tumpul
Gunting bedah standar,
lengkung, ujung tumpul/tumpul
Gunting bedah standar, lurus, ujung tajam/tumpul
Gunting bedah standar, lurus,
ujung tumpul/tumpul
Gunting mayo untuk mata,
lurus/lengkung
Gunting pembalut (lister)
Jarum jahit, lengkung, ½
lingkaran, penampang bulat
Jarum jahit, lengkung, ½
lingkaran, penampang segitiga
Jarum jahit, lengkung, 3/8
lingkaran, penampang bulat
Jarum jahit, lengkung, 3/8
lingkaran, penampang segitiga
Jarum suntik, hipodermis (No. 02)
Jarum suntik, hipodermis (No. 12)
Jarum suntik, hipodermis (No. 14)
Jarum suntik, hipodermis (No. 18)
Jarum suntik, hipodermis (No. 20)
Kateter, karet No. 10 (Nelaton)
Kateter, karet No. 12 (Nelaton)
Kateter, karet No. 14 (Nelaton)
Kateter, logam untuk wanita No.
12
Klem grave, 14 mm (isi 100)
Klem, lurus (Kelly)
Klem/pemegang jarum jahit, 18
cm (Mayo-Hegar)
Klem/pemegang jarum jahit
dengan kunci (Baraquer)
Klem/pemegang jarum jahit
(Mathieu Standar)
Korentang, penjepit sponge
(Forster)
Kuret utk membersihkan
hordeolum (Meyerhoofer) Pinset anatomis, 14,5 cm Pinset anatomis, 18 cm Pinset bedah, 14,5 cm Pinset bedah, 18 cm Pinset epilasi
Pinset untuk insisi hordeolum/
chalazion (Desmares)
Retraktor, 13 cm (Desmares)
Selang karet untuk anus
Semprit, gliserin
Semprit, hipodermik, tipe record
1cc
Semprit, hipodermik, tiperecord
10cc
Semprit, hipodermik, tipe record
2cc
Semprit,hipodermik, tipe record
5cc
Semprit karet untuk telinga
Sikat tangan
Skalpel, mata pisau bedah (No.
10)
Skalpel, tangai pisau operasi
Sonde pengukur dalam luka
Sterilisator (pemanas alkohol)
Celemek plastik (panjang 52
inchi)
Duk bolong, sedang
Sarung tangan, No. 6½
Sarung tangan, No. 7
Sarung tangan, No. 7½
Bak logam tempat alat steril
Lampu senter
Lemari peralatan
Mangkok larutan
Meja instrumen/alat
Silinder korentang steril
Standar waskom, tunggal
Toples kapas/kasa steril
Torniket karet
Tromol kasa/kain steril
(25x120mm)
Waskom bengkok
Waskom cekung
Waskom cuci
B. Minor Surgery Set
Yang dimaksud Minor Surgery Set adalah sejumlah alat medis yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan bedah di poliklinik atau IGD. Minor surgery set dikatakan berfungsi, bila Minor Surgery set yang dimiliki digunakan untuk kegiatan bedah di poliklinik atau IGD Puskesmas dan dikatakan tidak Berfungsi, bila Minor Surgery set yang dimiliki tidak dapat digunakan untuk kegiatan bedah di poliklinik atau IGD Puskesmas.
Jumlah minor surgery set tercatat sebanyak 328 set, hanya 92 set(28,04%) yang lengkap. Alat tersebut sebayak 310 set (95,38%) yang berfungsi atau sebanyak 12 set yang tidak berfungsi.
Beberapa alat Minor Surgery Set tersebut antara lain :
Kaca pembesar
Manset anak dengan velecro
Spekulum mata (Weis)
Benang cut gut (15 m) rol/kaset
Gunting iris
Gunting konjungtiva
Gunting kornea, lengkung
Gunting lengkung, ujung tajam
Gunting lengkung, ujung tumpul
Gunting lurus, ujung tajam
Gunting lurus, ujung tumpul
Gunting mayo lurus/lengkung
Irisifek, dasboor (Bell)
Jarum irigasi
Jarum jahit, lengkung, ½
lingkaran, penampang bulat
Jarum jahit, lengkung, ½
lingkaran, penampang segitiga
Jarum jahit, lengkung, 3/8
lingkaran, penampang bulat
Jarum jahit, lengkung, 3/8
lingkaran, penampang segitiga
Jarum suntik, hipodermis (No. 14)
Jarum suntik, hipodermis (No. 20)
Kait iris, tajam (Tyrel)
Kait iris, tumpul (Graefee)
Kait otot mata (Grafe)
Kauter
Klem agrave, 14 mm (isi 100)
Klem arteri, 12 cm, lengkung dg
gigi 1x2 (Halstead-mosquito)
Klem arteri, 12 cm, lengkung
tanpa gigi (Halstead-mosquito)
Klem arteri, 12 cm, lurus dg gigi
1x2 (Halstead-mosquito)
Klem arteri, 12 cm, lurus tanpa
gigi (Halstead-mosquito)
Klem arteri, lurus (kelly)
Klem/pemegang jarum jahit
dengan kunci (Baraquer)
Klem/pemegang jarum jahit
(Mathieu Standar)
Klem/pemegang silet (Barraquer)
Korentang, lengkung, penjepit
alat steril, 23 cm (Cheattle)
Kriofake
Lampu operasi
Lumbal pungsi, set (Yamada
sata)
Meja operasi sederhana
Pinset alat, bengkok (Remky)
Pinset anatomis 14,5 cm
Pinset anatomis 18 cm
Pinset anatomis *untuk specimen)
Pinset bedah 14,5 cm
Pinset bedah 18 cm
Pinset iris (Bishop-Harmon)
Pinset kapsul (Arruga)
Pinset konjungtiva (Dreager)
Pinset kornea (Thorpe)
Pinset penjahit 0,25 mm (Colibri)
Pisau silet
Retraktor, pengait utk anak-anak
16x6 (Langenbeck-Green)
Semprit,hipodermik,tiperecord
10cc
Semprit,hipodermik, tipe record
2cc
Semprit,hipodermik, tipe record
5cc
Semprit disposable 1 ml
Semprit disposable 2 ml
Semprit disposable 5 ml
Sendok lensa mata
Sikat tangan
Mata pisau bedah (No. 10)
Skalpel, tangkai pisau operasi
Sonde dengan mata 14,5 cm
Sonde pengukur dalam mata
Spatula, alat utk reposisi, SS
(wecker)
Tang pemasang & pencabut
angrave (Michel)
Duk biasa, besar (274x183 cm)
Duk biasa, kecil (91x98 cm)
Duk bolong, sedang
Handuk kecil
Jas operasi
Kain penutup meja mayo
Masker utk operasi
Pakaian kamar operasi
Sarung tangan No. 6½
Sarung tangan No. 7
Sarung tangan No. 7½
Topi operasi
Bak instrumen bertutup 30x30 cm
Lampu spiritus isi 120 cc
Lemari es minyak tanah (tipe
absorbsi)
Lampu senter
Lemari peralatan
Mangkok & busa utk cuci
Mangkok utk spiritus
Meja instrumen, mayo berstandar
Meja instrumen/alat
Spalk
Standar waskom, ganda
Torniket karet
Tromol kasa / kain steril (125x120
mm)
Tromol kasa / kain steril (150x150
mm)
Sterilisator dg tekanan
(autoclave)
Sterilisator rebus
Tempat sampah organik bertutup
Tempat sampah kering bertutup
Wing needle
Resusisator for infant
Inkubator
C. Bidan Kit
Yang dimaksud Bidan Kit adalah sejumlah alat medis yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan pelayanan KIA di lapangan. Bidan kit dikatakan berfungsi, bila Bidan Kit yang dimiliki digunakan untuk kegiatan pelayanan KIA di lapangan. Sedangkan dikatakan tidak berfungsi, bila Bidan Kit yang dimiliki tidak dapat digunakan untuk kegiatan pelayanan KIA di lapangan.
Jumlah bidan kit yang tercatat di Sulsel pada tahun 2009 sebanyak 1.004 kit, 754 kit (75,09%) diantaranya masih lengkap, dan sebanyak 11 kit (1,09%)bidan kIt yang tidak berfungsi lagi.
Berikut adalah alat dari Bidan Kit :
Kocher haemostatic Forceps
Straight, 16 cm SS
Umbilical Cord Scissors, 14 cm, SS
Episiotomy Scissors, 14 SS
Scissors Operating Straight 14 cm
Sharp/Blunt,SS
Mayo Hegar Needle Holder, 14
cm
Stethoscope Duplex Tye
Sphygmomanometer (Model
Calibration : 300 mm, Complet
Fetal Stethoscope Pinnard
Monoaural, Alluminium
Forceps Dressing Straight 14 cm,
SS
Catheter Urethal Female metal,
12 Fr, SS
Basin Kidney, 360 ml (20 cm) SS
Instrument Tray With Cover Round
Corner Uk.21x13x4,5 cm SS Ketebalan 0,6 cm
Bowl Metal Diameter 12 cm, SS
Forceps for tissue Serrated type 18
cm, SS
Macous Suction for Infant
Surgical Sutere, Needle 1/2 Circle,
No. B-12 Spring Eye @ 12 piece
Surgical Sutere, Needle 3/8 Circle,
No. G-12 Spring Eye @ 12 Piece
Catgut, Surgical Plain, Non Boillble
1.5 m Exp Date Min 2 tahun
Sheet (ploastic)
Surgeon Gloves ( No. 6 1/2, 7, 7
1/2 ) @ 3 Pair
Spiritus Lamp Stanless Steel
Diposible Spoit 2,5 ml
Apron (plastic) tebal 0,6 cm
HB Talquist Book, Paper for
Hemoglobin Examination Each for 250 Person
Baby Weighing Scale :
Measuring Type 150 cm
Surgical Hand Brus terbuat dari
Nylon
Flash Light ( 3 x 1.5 V ) + Batteries
Thermometer Badan\Klinis
Acute Respirotory Infection timer
(Unicef Standar)
Infus set for Adult
Vena Catherter for Adult
Infus Set for new born
Canulla/Wing Needle No. 23/25
Nasogastric Tube
Tas dengan bahan terpal warna
hitam cukup untuk menampung semua peralatan
D. Partus Set
Yang dimaksud Partus Set adalah sejumlah alat medis yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan kebidanan di puskesmas.
Partus set Berfungsi, bila Partus Set yang dimiliki digunakan untuk kegiatan kebidanan di Puskesmas. Sedangkan dikatakan tidak Berfungsi, bila Partus Set yang dimiliki tidak/tidak dapat digunakan untuk kegiatan kebidanan di Puskesmas.
Sebanyak 533 partus set yang tercatat pada data dasar puskesmas se Sulsel tahun 2009, tetapi sebnyak 213 set (39,9%) yang sudah tidak lengkap lagi. Sedangkan partus set yang tidak berfungsi sebanyak 19 set. Berikut ini adalah alat Partus Set :
Manset anak dg pengait
Meja ginekologi
Spekulum vagina (cocor bebek)
besar
Spekulum vagina (cocor bebek)
kecil
Spekulum vagina (cocor bebek)
sedang
Benang cut gut (1,5 m)
Benang sutera (100 m)
Dilatator, komplet (Hegar)
Gunting episiotomi (Barun-Stadler)
(14,5 cm)
Gunting tali pusar (13,5 cm)
Gunting uterus (siebold)
Gunting uterus (Sims)
Jarum jahit, ginekologi, 7/16
lingkaran, penampang segitiga
Jarum jahit uterus (Martin)
Kateter, selang penghisap lendir
bayi
Kateter, karet No. 10 (Nelaton)
Kateter, karet No. 12 (Nelaton)
Kateter, karet No. 14 (Nelaton)
Kateter, logam utk wanita No.12
Klem arteri 14 cm (Kocher)
Klem/pemegang jarum jahit, 18
cm (Mayo-Hegar)
Klem/penjeit porsio, 25 cm
(Schroder)
Korentang, penjepit sponge
(Foerster)
Kranioklas, 42 cm (Braun)
Kuret utk abostus & jaringan
plasenta (Bumm)
Kuret utk uterus (Bumm)
Kuret utk uterus (Sims)
Pengait utk dekapitasi (Braum)
Perforator (Naegele) Pinset anatomis 14,5 cm Pinset anatomis 18 cm Pinset bedah 14,5 cm Pinset bedah 18 cm Sonde uterus/penduga
Tang jaringan placenta/abortus,
32 cm (Kelly)
Tang kepala dari Nagele
Vakum ekstraktor
Meja instrumen/alat
Standar waskom, tunggal
Waskom cekung
Jarum suntik, disposable (No.12)
Jarum suntik, disposable (No.14)
Jarum suntik, disposable (No.20)
Disposable syringe 1 cc
Disposable syringe 10 cc
Disposable syringe 3 cc
Disposable syringe 5 cc
Silinder tabung/tempat korintang
Sperei Sarung tangan Selimut Sarung bantal Handuk Waslap Formulir askep/kebidanan Alat tulis
Tromol utk alat steril
Sterilisator uap
Sterilisator rebus
Tempat sampah basah & kering,
bertutup
Lampu senter
Urinometer
Peralatan imunisasi
Hemoglobinometer set (Sahli)
Termometer for infant/adult
Resusitator for infant
Tabung/sungkup resusitator
Klem tali pusat
Lampu sorot
Penghisap lendir
Standar infus
Celemek
Pompa payudara
Timbangan bayi dan dewasa
Pengukur panjang bayi
Logam utk alat steril
Pengukur LILA
E. Implant Kit
Yang dimaksud Implant Kit adalah sejumlah alat medis yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan pelayanan kontrasepsi implant.
Implan kit dikatakan berfungsi, bila Implant Kit yang dimiliki digunakan untuk kegiatan pelayanan kontrasepsi implant dan tidak berfungsi, bila Implant Kit yang dimiliki tidak/tidak dapat digunakan untuk kegiatan pelayanan kontrasepsi implant.
Hanya 363 implant kit yang tercatat di Sulsel pada tahun 2009. Jika berdasarkan jumlah puskesmas, berarti masih ada 43 puskesmas di Sulsel yang beum memiliki implant kit. Dari jumlah yang tercatat, sebanyak 172 kit (47,38%) yang tidak lengkap lagi. Sedangkan implant kit yang tidak berfungsi sebanyak 5 kit.
Alat Implant Kit tersebut antara lain :
Meja ginekologi
Stetoskop
Tensimeter air raksa
Timbangan dewasa
Lampu kepala (head lamp)
Pinset anatomis 14,5 cm
Pinset anatomis 18 cm
Pinset bedah 14,5 cm
Pinset bedah 18 cm
Skalpel, mata pisau bedah No.10
& 11
Skalpel, tangkai pisau operasi
Klem arteri, 12 cm, lengkung dg
gigi (Mosquito)
Klem arteri, 12 cm, lengkung
tanpa gigi (Mosquito)
Klem arteri, 12 cm, lurus dg gigi
(Mosquito)
Klem arteri, 12 cm, lurus tanpa
gigi (Mosquito)
Klem utk pemegang implan
(modifikasi klem utk vasektomi tanpa pisau)
Korentang (Foester) / penjepit
sponge
Disposable, 5cc dg jarum No.
22/23g steril
Gunting bedah standar, lurus ujung tumpul
Alat pemasang implan, trokard
dan mandarin (norplant)
Sarung tangan No. 6½
Sarung tangan No. 7
Sarung tangan No. 7½
Baki instrumen tertutup
Baki logam tempat alat steril
Jas operasi
Masker operasi
Topi operasi
Lemari peralatan kecil
Silinder korentang steril
Mangkok larutan
Kain steril
Standar waskom, tunggal
Waskom bengkok
Tromol kasa/kain steril
Sterilisator tekanan tinggi,
autoklaf
Tempat sampah khusus
Penyekat ruangan
F. IUD Kit
Yang dimaksud IUD kit adalah sejumlah alat medis yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan pelayanan kontrasepsi IUD. Dikatakan berfungsi, bila IUD Kit yang dimiliki digunakan untuk kegiatan pelayanan kontrasepsi IUD. Dan tidak berfungsi, bila IUD Kit yang dimiliki tidak dapat digunakan untuk kegiatan pelayanan kontrasepsi IUD.
Sebanyak 439 IUD kit puskesmas yang terdaftar pada data dasar puskesmas di Sulsel pada tahun 2009, sebanyak 44,41% yang tidak lengkap lagi dan sebnyak 5 IUD kit yang tidak berfungsi. IUD yang tdak berfungsi tersebut antara ain 2 kit di Pangkep, dan masing-masing satu kit di Kab. Barru, Soppeng dan Makassar.
Berikut ini adalah alat IUD Kit antara lain :
Meja ginekologi
Stetoskop
Tensimeter air raksa
Timbangan dewasa (head lamp)
Lampu kepala
Spekulum vagina (cocor bebek)
besar
Spekulum vagina (cocor bebek)
kecil
Spekulum vagina (cocor bebek)
sedang
Spekulum vagina (Sims)
Forcep penjepit uterus / klem
portio, tenakulum (Schroder)
Forcep / penjepit sponge,
korentang (Foester)
Klem tampon uterus (Bozemann)
Sonde uterus
Gunting bedah standar, lurus
ujung tumpul
Alat pemasang IUD
Alat pengait IUD
Kateter, karet No. 10 (Nelaton)
Kateter, karet No. 12 (Nelaton)
Kateter, karet No. 14 (Nelaton)
Kateter, karet No. 16F
Sarung tangan No. 6½
Sarung tangan No. 7
Sarung tangan No. 7½
Baki instrumen tertutup
Baki logam tempat alat steril
Kain steril
Standar waskom, tunggal
Tromol kasa/kain steril
Waskom bengkok
Sterilisator tekanan tinggi,
Autoklaf
Tempat sampah khusus
G. Imunisasi Kit
Yang dimaksud Imunisasi Kit adalah sejumlah alat medis yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan Imunisasi. Dikatakan berfungsi, bila Imunisasi Kit yang dimiliki digunakan untuk melaksanakan kegiatan Imunisasi. Dan dikatkan tidak berfungsi, bila Imunisasi Kit yang dimiliki tidak dapat digunakan untuk melaksanakan kegiatan Imunisasi.
Imunisasi kit puskesmas yang terdata di Sulsel tahun 2009 sebanyak 345 kit. Jika dilihat berdasarkan jumlah puskesmas, maka masih ada 61 puskesmas yang tidak memiliki imunisasi kit. Dari imunisasi kit yang ada, sebanyak 126 (36,5%) yang sudah tidak lengkap, sedang yang tidak berfungsi sebanyak 20 kit.
Berikut ini adalah alat Imunisasi Kit :
ADS 5 ml ADS 0,05 ml ADS 0,5 ml Safety box DPT HB uniject TT BCG DT Campak Polio Freezer Refrigerator Vaccine carrier
Termos vaksin (putih)
Cold pack / cool pack
Freeze taq
Freeze wacth
Thermometer muller
Register Bayi
Register WUS
Buku rekapitulasi Puskesmas
Buku stock vaksin
Grafik pencatat suhu
H. Sanitasi Kit
Yang dimaksud Sanitasi Kit adalah peralatan yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan sanitasi. Sanitasi kit dikatakan berfungsi, bila Sanitasi Kit yang dimiliki digunakan untuk melaksanakan kegiatan Sanitasi. Dan dikatakan tidak berfungsi bila Sanitasi Kit yang dimiliki tidak dapat digunakan untuk melaksanakan kegiatan Sanitasi.
Sanitasi kit pada puskesmas di Sulsel pada tahun 2009 yang terdata hanya sebanyak 127 kit, jika dilihat berdasarkan jumlah puskesmas, maka masih ada 279 puskesmas yang belum memiliki sanitasi kit. Dari jumlah sanitasi kit yang ada, sebanyak 60 kit yang sudah tidak lengkap dan sebanyak 29 kit yang sudah tidak berfungsi lagi. Berikut ini adalah alat-alat yang termasuk dalam Sanitasi Kit :
Meteran
Komparator (Chlor meter)
Pengukur cahaya (Lux meter)
Pengukur kelembaban
(Hygrometer)
Pipet tetes
Tabung pengukur kekeruhan
Termometer
Selang pipa plastik diameter 0,25
inchi
Boks pendingin, tahan dingin 7
hari (cool boks)
Botol sampel air bermulut lebar
Botol sampel air berpemberat
Kompor minyak tanah (portable)
Lampu spiritus isi 120cc
Lampu senter
Sendok tahan karat
Tas lapangan
Pengukur kecepatan udara
(Anemometer)
Alat pengukur kontaminasi
makanan & minuman (Food sanitation kit)
Pengukur kebisingan (sound level meter)
Water test kit
Pengukur cholinesterasel
(Cholisterase kit)
Cakram (kekeruhan kolam
renang)
Soil test kit (pengukur jumlah
cacing dalam tanah, dll)
Penangkap nyamuk dan larva
(surveilance vektor kit)
PH meter
Derigen (wadah sampel)
I. Dental Kit
Yang dimaksud Dental Kit adalah sejumlah alat medis yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan gigi di dalam maupun di luar gedung puskesmas. Dental kit dikategorikan berfungsi bila Dental Kit yang dimiliki digunakan untuk kegiatan pelayanan kesehatan gigi di dalam maupun di luar gedung Puskesmas. Sedangkan dikategorikan tidak berfungsi bila Dental Kit yang dimiliki tidak dapat digunakan untuk kegiatan pelayanan kesehatan gigi di dalam maupun di luar gedung Puskesmas.
Dental kit yang terdata di Sulsel tahun 2009 sebanyak 245 kit, 106 kit diantaranya sudah tidak lengkap dan 5 kit yang tidak berfungsi, yaitu masing-masing satu kit di Kab. Pangkep, Barru, Soppeng, Wajo, dan Luwu Timur.
Jika dilihat berdasarkan jumlah puskesmas, maka masih ada 161
puskesmas yang belum memiliki dental kit. Alat-alat yang termasukDental
Kit seperti berikut
Bein lurus besar
Bein lurus kecil
Bor intan utk kecepatan tinggi
Bor intan utk kecepatan rendah
Burniser besar
Burniser kecil
Ekskavator berujung dua (besar)
Ekskavator berujung dua (kecil)
Gunting operasi gusi
12cm(Wagner)
Jarum semprit air
Kaca mulut datar No.4 tanpa
tangkai
Lempeng kaca pengaduk semen
10x7,5x1 cm
Pelindung jari
Pemegang matriks (Matrix Holder)
Penahan lidah
Pengaduk amalgam
Penghembus angin
Pengungkit akar gigi kanan
mesial (Cryer Mesial)
Pengungkit akar gigi kiri mesial
Penumpat amalgam berujung
dua (kecil)
Penumpat plastis
Penumpat semen berujung dua
Pinset gigi
Pita matrik (matrix band) 5mm x
100mm
Seluloid kotak/strip
Skeler, black kiri & kanan (type
Hoe)
Skeler standar, bentuk bulan sabit
(type Sickle)
Skeler standar, bentuk cangkul
kanan (type Chisel/Mesial)
Skeler standar, bentuk cangkul kiri
(type Chisel/Distal)
Skeler standar, bentuk tombak
(type Hook)
Sonde lengkung
Sonde lurus
Spatula pengaduk semen
Spatula pengaduk silikat /
Tang pencabut akar gigi atas bentuk bayonet
Tang pencabut akar gigi bawah
utk anak
Tang pencabut akar gigi depan
atas
Tang pencabut gigi geraham
atas anak
Tang pencabut gigi geraham
atas kanan
Tang pencabut gigi geraham
atas kiri
Tang pencabut gigi geraham
bawah anak
Tang pencabut gigi geraham
besar bawah
Tang pencabut gigi geraham
kecil atas
Tang pencabut gigi geraham
kecil & taring bawah
Tang pencabut gigi geraham
terakhir atas
Tang pencabut gigi geraham
terakhir bawah
Tang pencabut gigi seri & sisa
akar bawah
Tang pencabut gigi seri & taring
atas anak
Tang pencabut gigi seri & taring
atas
Tang pencabut gigi seri & taring
bawah anak
Tangkai utk kaca mulut
Tempat alat gigi (tas peralatan)
Tempat alkohol (dappen glass)
Jarum jahit, lengkung (No. 13)
Jarum jahit, lengkung (No. 16)
Jarum disposable No. 23
Disposible syringe 3 cc
Klem/pemegang jarum jahit
(Mathieu standar)
Korentang, penjepit sponge
(Foerster)
Semprit, hipodermik,tipe record
2cc
Semprit, air
Skalpel, mata pisau bedah
(besar)
Skalpel, mata pisau bedah (kecil)
Skalpel, tangkai pisau operasi
Sterilisator (pemanas alkohol)
Sterilisator (pemanas listrik)
Baki logam untuk alat steril
Generator listrik 2000 watt
Lampu spiritus isi 120 cc
Silinder korantang steril
Toples kapas logam dg pegas &
tutup (50x75mm)
Toples pembuangan kapas
(50x175 t.IM)
Waskom bengkok (Neirbeken)
Mikromotor dg straight & contra
angle hand piece (low speed micromotor)
Art set (pinset dental, sonde half
moon, kaca mulut datar no.5, hatchet, spoon excavator, double ended applier and
carver, spatula plastik, batu asah)
J. Dental Unit
Yang dimaksud Dental unit adalah sejumlah alat medis yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan gigi di dalam gedung (statis/alat yang tidak bergerak).
Dental unit dikategorikan berfungsi, bila Dental Unit yang dimiliki digunakan untuk kegiatan pelayanan kesehatan gigi di dalam gedung (statis/alat yang tidak bergerak). Sedagkan tidak berfungsi, bila Dental Unit yang dimiliki tidak dapat digunakan untuk kegiatan pelayanan kesehatan gigi di dalam gedung (statis/alat yang tidak bergerak).
Dental unit yang tercatat di Sulsel pada tahun 2009 sebanyak 280 unit, 119 unit dintaranya sudah tidak lengkap lagi dan 32 unit yang tidak berfungsi. Alat-alat yang termasuk Dental Unit seperti berikut :
• Kursi gigi, model tidur, naik turun, dipompa injakan kaki