• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISASI MORFOLOGI DAN AGRONOMI 13 AKSESI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) MELISA A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARAKTERISASI MORFOLOGI DAN AGRONOMI 13 AKSESI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) MELISA A"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

 

13 AKSESI JARAK PAGAR

(

Jatropha curcas

L.)

MELISA

A24061174

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

(2)

  MELISA. Karakterisasi Morfologi dan Agronomi 13 Aksesi Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). (Dibimbing oleh MEMEN SURAHMAN dan ENDANG MURNIATI).

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakter morfologi dan agronomi 13 aksesi jarak pagar, mengidentifikasi aksesi jarak pagar potensial untuk mengembangkan kultivar unggul baru, serta mengetahui tingkat kemiripan pada 13 aksesi jarak pagar. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo untuk kegiatan pembibitan dan Kebun jarak pagar PT. Indocement, Citeureup, Bogor untuk penanaman di lapangan. Penelitian berlangsung pada Oktober 2009 – April 2010.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor. Penelitian ini dilakukan terhadap 13 Aksesi jarak pagar yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia, yaitu: Bali, Banten, Biak, Bogor, Jayapura, Medan, Sukabumi dan Sulawesi. Pada penelitian ini 13 aksesi jarak pagar dijadikan sebagai perlakuan. Setiap aksesi terdiri atas 5 tanaman dan setiap tanaman dalam aksesi tersebut dijadikan sebagai ulangan, dengan demikian terdapat 65 unit percobaan.

Bahan tanam yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari setek batang. Pembibitan jarak pagar dilakukan menggunakan polibag ukuran 25 cm x 25 cm. Pada saat pembibitan, tanaman ditempatkan di bawah naungan. Tanaman dipindah ke lapangan setelah berumur 2 bulan. Penanaman di lapangan menggunakan jarak tanam 2 m x 2.5 m dan lubang tanam 50 cm x 50 cm x 50 cm.

Pengamatan dibagi menjadi dua tahap, yaitu selama fase vegetatif dan fase generatif. Karakter tanaman jarak pagar yang diamati meliputi karakter kuantitatif dan karakter kualitatif. Pengamatan pada fase vegetatif dilakukan pada saat tanaman berumur 0 MSP (pembibitan), 2 MSP, 6 MSP dan 10 MSP sedangkan pengamatan pada fase generatif dilakukan dua kali dalam seminggu. Data pengamatan kuantitatif diolah menggunakan analisis ragam (ANOVA) sedangkan untuk data karakter kualitatif dilakukan identifikasi terhadap peubahnya. Kemiripan antar aksesi jarak pagar dilakukan menggunakan analisis gerombol.

(3)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antar aksesi jarak pagar pada beberapa peubah pertumbuhan fase vegetatif dan fase generatif. Pada fase vegetatif perbedaan antar aksesi terlihat pada peubah diameter batang setek, jumlah cabang (2 MSP, 6 MSP, dan 10 MSP), tinggi cabang (0 MSP, 2 MSP, dan 6 MSP), dan panjang tangkai daun (6 MSP dan 10 MSP). Pada fase generatif perbedaan antar aksesi jarak pagar terlihat pada peubah jumlah buah per tanaman, persentase cabang produktif, keserempakan masak buah, jumlah biji per tanaman, bobot biji kering, dan waktu mekar bunga pertama. Peubah pertumbuhan lain seperti jumlah buah per malai, jumlah sepal, jumlah petal, dan jumlah cabang produktif tidak berbeda antar aksesi jarak pagar.

Seleksi terhadap 13 aksesi jarak pagar dilakukan berdasarkan lima peubah terpilih yang terdiri atas jumlah cabang, keserempakan masak buah, jumlah buah per tanaman, jumlah biji per tanaman dan bobot biji kering. Pemilihan peubah ini berdasarkan pada karakter morfologi dan agronomi serta adanya perbedaan nyata dengan uji DMRT pada taraf 5 % antar aksesi jarak pagar pada kelima peubah terpilih. Berdasarkan seleksi terhadap lima peubah terpilih didapatkan lima aksesi jarak pagar yang potensial untuk pengembangan kultivar unggul baru. Aksesi jarak pagar potensial tersebut terdiri atas aksesi Bal, Bog-4, Bog-6, Suk-3 dan Suk-5.

Analisis gerombol dilakukan terhadap 13 aksesi jarak pagar berdasarkan karakter kuantitatif. Hasil analisis gerombol menunjukkan bahwa pada tingkat kemiripan 80 % ke-13 aksesi jarak pagar mengelompok pada tiga gerombol. Gerombol 1 terdiri atas tujuh aksesi yaitu aksesi Bal, Ban-1, Ban-2, Ban-3, Med, Sul-4 dan Sul-5. Gerombol 2 terdiri atas dua aksesi yaitu Bia dan Jay. Gerombol 3 terdiri atas empat aksesi yaitu Bog-4 dan Bog-6 serta aksesi Suk-3 dan Suk-5.

Hasil identifikasi karakter kualitatif terhadap 13 aksesi jarak pagar menunjukkan bahwa terdapat kemiripan karakter pada sebagian besar peubah kualitatif dari 13 aksesi jarak pagar. Peubah tersebut terdiri atas bentuk daun, tekstur daun, warna daun muda (pucuk), warna daun tua, warna batang, jenis bunga yang pertama mekar, jenis bunga yang terbentuk dalam satu malai, warna petal, warna sepal, warna buah muda, bentuk biji, dan warna biji.

(4)

KARAKTERISASI MORFOLOGI DAN AGRONOMI

13 AKSESI JARAK PAGAR

(

Jatropha curcas

L.)

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

MELISA

A24061174

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

(5)

  13 AKSESI JARAK PAGAR (Jatropha curas L.)

Nama : MELISA NIM : A240611174

Menyetujui, Dosen Pembimbing I

Dr. Ir. Memen Surahman, MSc.Agr. NIP. 19630628 199002 1 002

Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Endang Murniati, MS. NIP. 19471006 198003 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr. NIP 19611101 198703 1 003

(6)

  Penulis dilahirkan di Rangkasbitung, Provinsi Banten pada tanggal 22 Mei 1988. Penulis merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara dari Bapak Cep Munir dan Ibu Encop Sopiati.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN MCT IV Rangkasbitung pada tahun 2000. Tahun 2003 penulis menyelesaikan pendidikan di SLTPN 2 Rangkasbitung. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN 2 Rangkasbitung pada tahun 2006 dan pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui USMI. Tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

Penulis aktif di organisasi intra kampus, diantaranya menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Agronomi dan Hortikultura (HIMAGRON) dan Forum Komunikasi Rohis Departemen (FKRD) periode 2007-2008. Penulis juga aktif menjadi pengurus di Unit Kegiatan Mahasiswa Gentra Kaheman periode 2008 - 2009. Penulis juga aktif di organisasi ektra kampus yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Faperta. Penulis pernah mengikuti beberapa kegiatan kepanitian, seperti Festival Tanaman (FESTA XXIX) tahun 2008, Masa Perkenalan Departemen (MPD) Agronomi dan Hortikultura tahun 2008, serta Seminar Nasional HMI komisariat Faperta IPB tahun 2008.

(7)

  Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penelitian yang berjudul “Karakterisasi Morfologi dan Agronomi 13 Aksesi Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)” ini dilaksanakan terdorong keinginan penulis untuk mengetahui karakteristik morfologi dari beberapa aksesi jarak pagar khususnya di wilayah Indonesia serta untuk mengidentifikasi aksesi jarak pagar yang potensial.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Ir. Memen Surahman, MSc.Agr. selaku dosen pembimbing pertama yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi

2. Dr. Ir. Endang Murniati, MS. selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi

3. Dr. Ir. Yudiwanti WE Kusumo, MS. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran kepada penulis

4. Misnen, SP.MSi. dan Mas Ali (alm), serta Teknisi kebun jarak pagar PT Indocement yang telah membantu kegiatan penelitian di lapang

5. Mamah, Bapak, Ceu Euis, A Wawan, A Jajang, Teh Dwi, Teh Nina, Afaz, dan Kakak-kakak iparku yang telah memberikan dukungannya baik secara moriil maupun materiil

6. Lely, Leni, Maika, Tami, Teh Arrin, Muteb, keluarga Aisyah dan Jasmin yang senantiasa memberikan semangat dan bantuan selama penelitian dan penulisan skripsi serta pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan.

Bogor, Mei 2011 Penulis

(8)

  Halaman

DAFTAR TABEL ... vi 

DAFTAR GAMBAR ... vii 

DAFTAR LAMPIRAN ... viii 

PENDAHULUAN ... 1 

Latar Belakang ... 1 

Tujuan ... 3 

TINJAUAN PUSTAKA ... 4 

Botani dan Ciri Morfologi Jarak Pagar ... 4 

Ekologi Jarak Pagar ... 5 

Manfaat dan Produktivitas Jarak Pagar ... 7 

Keragaman Jarak Pagar di Indonesia ... 8 

BAHAN DAN METODE ... 10 

Tempat dan Waktu ... 10 

Bahan dan Alat ... 10 

Metode Percobaan ... 10 

Pelaksanaan Penelitian ... 11 

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16 

Hasil ... 16 

Kondisi Umum ... 16 

Karakter Kualitatif 13 Aksesi Jarak Pagar ... 17 

Karakter Kuantitatif 13 Aksesi Jarak Pagar ... 24 

Analisis Kemiripan 15 Aksesi Jarak Pagar ... 38 

Seleksi 13 Aksesi Jarak Pagar ... 39 

Pembahasan ... 42 

KESIMPULAN DAN SARAN ... 56 

Kesimpulan ... 56 

Saran ... 56 

DAFTAR PUSTAKA ... 57 

(9)

  Nomor Halaman

1. Kondisi iklim selama Oktober 2009 sampai April 2010 di Kebun

Jarak Pagar PT. Indocement, Citeureup, Bogor. ... 16 

2. Rekapitulasi peubah kualitatif 13 aksesi jarak pagar pada pembibitan (0 MSP) ... 21 

3. Rekapitulasi peubah kualitatif 13 aksesi jarak pagar pada 2 MSP ... 22 

4. Rekapitulasi peubah kualitatif 13 aksesi jarak pagar pada fase generatif ... 23 

5. Rekapitulasi hasil sidik ragam 13 aksesi jarak pagar terhadap karakter pertumbuhan vegetatif dan generatif ... 24 

6. Diameter batang setek dan jumlah buku setek 13 aksesi jarak pagar di pembibitan (0 MSP) ... 26 

7. Tinggi cabang 13 aksesi jarak pagar pada 0 – 10 MSP ... 27 

8. Jumlah cabang 13 aksesi jarak pagar pada 0 – 10 MSP ... 29 

9. Diameter cabang 13 aksesi jarak pagar pada 2 – 10 MSP ... 30 

10.Panjang daun 13 aksesi jarak pagar pada 0 MSP – 10 MSP ... 31 

11.Panjang tangkai daun 13 aksesi jarak pagar pada 0 - 10 MSP ... 32 

12.Peubah jumlah cabang produktif, persentase cabang produktif, waktu mekar bunga pertama, dan keserempakan masak buah 13 aksesi jarak pagar. ... 35 

13.Jumlah buah yang dipanen, jumlah buah per malai, jumlah biji per tanaman, dan bobot biji kering 13 aksesi jarak pagar ... 37 

14.Korelasi jumlah cabang, keserempakan masak buah (hari), jumlah buah per tanaman, jumlah biji per tanaman, dan bobot biji kering (gram) ... 39 

15.Lima peubah terpilih untuk seleksi 13 aksesi jarak pagar berdasarkan peubah pada fase vegetatif dan fase generatif ... 40 

(10)

  Nomor Halaman

1. Tanaman jarak pagar yang terserang hama dan penyakit : a) terserang tungau; b) terserang embun tepung; c) terserang

bercak daun bakteri; d) terserang kutu tepung putih ... 17  2. Jumlah sudut tepi daun jarak pagar : a) jumlah sudut tepi daun

lima; b) jumlah sudut tepi daun 7; c) tepi daun bergerigi ... 18  3. Warna daun muda jarak pagar: a) coklat; b) hijau kecoklatan;

c) hijau. ... 19  4. Jenis bunga jarak pagar berdasarkan bunga yang mekar dalam

satu malai: a) bunga jantan-betina dalam satu malai; b) bunga

jantan-hermaprodit dalam satu malai. ... 20  5. Dendrogram 13 aksesi jarak pagar (Jatropha curcas L.)

berdasarkan karakter kuantitatif pertumbuhan vegetatif dan

(11)

  Nomor Halaman

1. Sidik ragam peubah kuantitatif pada fase vegetatif. ... 62  2. Sidik ragam peubah kuantitatif pada fase generatif ... 65  3. Kode 13 aksesi jarak pagar di lapangan ... 66  4. Data curah hujan, suhu hujan, suhu tanah dan udara, solar

(12)

  Latar Belakang

Krisis energi di Indonesia sebagai akibat semakin menipisnya cadangan bahan bakar minyak khususnya bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbaharui telah menuntut Indonesia untuk mencari sumber bahan bakar alternatif yang bersifat dapat diperbaharui (Sardjono, 2006). Oleh karena itu pemerintah mulai meningkatkan perhatian terhadap sumber-sumber energi terbarukan terutama dari komoditas pertanian, dengan memanfaatkan bahan bakar nabati (BBN) atau yang lebih dikenal dengan istilah biofuel. Ditjenbun dalam Arisanti (2010) menyatakan pemerintah mencanangkan program pengembangan biofuel melalui Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional dan Inpres No. 1 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati sebagai Bahan Bakar lain.

Komoditas pertanian yang banyak dibudidayakan dan potensial untuk sumber bahan bakar nabati cukup banyak, antara lain kelapa sawit, jarak pagar, tebu, sagu, dan ubi kayu (Priyanto, 2007). Tanaman jarak pagar merupakan salah satu tanaman yang potensial sebagai pengganti bahan bakar minyak (BBM). Karmawati (2008) menyatakan bahwa presiden telah menetapkan program peruntukan biodisel dari kelapa sawit dan jarak pagar melalui Inpres No.2/2006 yang menargetkan penanamannya 1.5 juta hektar pagar pada tahun 2010. Hasnam (2006) menyatakan bahwa melalui Program Pengembangan Bioenergi diproyeksikan pada tahun 2010 dapat dihasilkan 1.85 juta kilo liter bioetanol dari ubi kayu dan tetes tebu dan 1.24 juta kilo liter biodiesel dari kelapa sawit dan jarak pagar atau 10% dari kebutuhan premium dan 10% dari kebutuhan solar.

Menurut Syahbuddin (2008), jarak pagar memiliki potensi yang harus dikembangkan dalam kerangka penurunan emisi karbon dalam bingkai CDM (Clear Development Mechanism) atau yang dikenal juga dengan istilah “carbon trading”. Prastowo (2007) menyatakan bahwaperkebunan jarak pagar seluas 1 ha dapat menghasilkan 2,7 ton crude jatropha oil (CJO), dengan asumsi setelah 5 tahun jarak pagar dapat berproduksi sekitar 8-10 ton/ha dengan rendemen jarak pagar yaitu 30%.

(13)

Penelitian mengenai jarak pagar saat ini terus digalakkan, terutama untuk mengidentifikasi keragaman dan potensi hasil jarak pagar. Pada tahun 2006 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan telah melakukan eksplorasi plasma nutfah jarak pagar pada 12 provinsi. Melalui eksplorasi terkumpul 12 provenan dan tiga spesies jatropha lainnya (Karmawati, 2008). Koleksi Puslitbang Pertanian berasal dari Sumatera Barat, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Gorontalo dan Maluku (Mahmud, 2006). Hasnam (2007) menyebutkan seleksi dari hasil eksplorasi yang ditanam di tiga lokasi, yaitu: Asembagus, Muktiharjo, dan Pakuwon. menghasilkan IP-1P dan IP-2P dengan potensi hasil biji kering per hektar pada tahun pertama sebesar 1-1.2 ton pada IP-1P dan 2-2.5 ton pada IP-2P.

Pada tahun 2009, eksplorasi jarak pagar juga dilakukan di pulau Bangka dengan mengambil setek atau benih jarak pagar langsung dari kabupaten Bangka Tengah, Bangka Selatan, dan kota Pangkal Pinang dan menghasilkan satu provenan dengan produktivitas tinggi (23 buah per tandan) dan kadar minyak cukup tinggi (>35%) yang dikoleksi dari Desa Pasir Garam, Kecamatan Simpang Kates, Kabupaten Bangka Tengah (Purwati, 2010).

Kegiatan eksplorasi harus terus lakukan dalam rangka meningkatkan potensi hasil jarak pagar. Peningkatan potensi hasil tanaman jarak pagar dapat dilakukan dengan program pemuliaan tanaman, salah satunya yaitu melalui karakterisasi. Kegiatan karakterisasi diakukan untuk mengetahui sifat-sifat penting yang terkandung di dalam suatu materi genetik. Karakterisasi sangat penting dalam kegiatan pemuliaan dan membantu meciptakan varietas jarak pagar yang seperior (Surahman et al., 2009). Kemajuan perbaikan bahan tanaman sangat ditentukan oleh ketersediaan keragaman genetik pada bahan tanaman (plasma nutfah) yang dimiliki (Hasnam, 2007). Keanekaragaman genetik dalam suatu populasi tanaman jarak pagar sangat diperlukan karena merupakan kekayaan genetik yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan varietas unggul baru. Oleh karena itu penelitian tentang karakterisasi morfologi dan agronomi ini dirasa sangat penting dan diharapkan dapat membantu perkembangan penelitian jarak pagar selanjutnya.

(14)

Tujuan Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mempelajari karakteristik 13 aksesi jarak pagar berdasarkan karakter morfologi dan agronomi.

2. Mengidentifikasi aksesi jarak pagar potensial untuk dikembangkan sebagai kultivar unggul baru.

(15)

  Botani dan Ciri Morfologi Jarak Pagar

Jarak pagar termasuk ke dalam kingdom Plantae, subkingdom Tracheobionta (tumbuhan vasikular), divisi Spermatophyta, ordo Euphorbiales, famili Euphorbiaceae, dan termasuk ke dalam genus Jatropha curcas L. Jarak pagar termasuk jenis pohon perdu. Tanaman ini dapat mencapai umur 50 tahun. Tinggi tanaman pada kondisi normal adalah 1.5 – 5 meter. Percabangannya tidak teratur, dengan ranting bulat dan tebal. Kulit batang berwarna keabu-abuan, atau kemerah-merahan (Nurcholis dan Sumarsih, 2007).

Daun jarak pagar cukup besar, panjang helai daun 6 – 16 cm dan lebar 5 – 15 cm. Helaian daun berbentuk bulat telur dengan pangkal berbentuk jantung. Bunga jarak pagar muncul pada saat tanaman mulai berumur 3 – 4 bulan. Pembungaan umumnya terbentuk pada saat musim kemarau, namun pada musim hujan bunga juga dapat muncul. Bunga muncul secara terminal dari percabangan. Bunga terdiri dari bunga jantan dan bunga betina yang terletak pada setiap malai. Bunga betina bertangkai tebal dan berambut seperti sarang laba–laba dan ukurannya lebih besar dari bunga jantan (Nurcholis dan Sumarsih, 2007).

Jarak pagar (Jatropha curcas L.) termasuk tanaman berumah satu atau monoecious, artinya alat kelamin jantan dan betina berada pada satu tanaman. Berdasarkan alat kelamin pada bunga, terdapat dua tipe yaitu tanaman uni-seksual dan andromonoecious. Secara umum, kedua tipe ini memiliki morfologi organ seperti akar, batang, daun dan buah yang hampir sama. Perbedaan yang jelas terdapat pada bunganya, tanaman uniseksual menghasilkan bunga jantan dan betina sedangkan andromonoecious menghasilkan bunga jantan dan hermaprodit (Asbani, 2009). Ahmad (2008) menyatakan bahwa jumlah bunga betina dalam satu malai adalah sebesar 5 bunga betina/malai. Bunga jantan dan betina jarak pagar tidak mekar secara bersamaan melainkan bertahap dengan pola yang tidak tentu.

Daun kelopak atau sepal pada bunga jarak berwarna hijau sedangkan daun mahkota atau petal berwarna putih. Lima sepal tersusun menyirip (imbricata) mengikuti rumus 2/5 atau quincuncialis. Susunan petal adalah teruntir ke satu arah

(16)

baik ke kiri (sinistrosum contortus) maupun kanan (dextrorsum contortus). Benang sari berjumlah 10 buah yang terbagi dalam dua lingkaran yaitu lingkaran luar dan dalam, kedudukan benang sari di lingkaran luar lebih rendah dibandingkan lingkaran dalam. Kepala sari berwarna orange, ketinggian pada bunga hermaprodit sama dengan kepala putik (Asbani, 2009).

Buah jarak pagar banyak dihasilkan pada musim kering, sekitar 2–3 bulan setelah pemupukan. Buah jarak tersusun dalam tandan buah kurang lebih berjumlah 10 buah/tandan. Buah jarak yang telah matang akan pecah sesuai ruang dalam buah. Dalam setiap buah jarak terdapat 3 biji. Biji yang tua berbentuk panjang dengan ukuran 18 mm dan lebar 7–11 mm. Biji jarak memiliki cangkang biji yang tipis. Matang buah jarak ditandai dengan perubahan warna buah dari hijau menjadi kuning (Nurcholis dan Sumarsih, 2007).

Ekologi Jarak Pagar

Tanaman jarak pagar merupakan tanaman dikotil yang berasal dari Amerika Tengah dan saat ini telah tersebar di berbagai tempat di Afrika dan Asia. Tanaman ini dapat tumbuh di berbagai daerah dengan agroklimat yang beragam, dari daerah tropis yang sangat kering sampai subtropis lembab maupun daerah hutan basah. Tanaman ini memiliki nama latin Jatropha curcas L (Nurcholis dan Sumarsih, 2007).

Heller (1996) menyatakan bahwa jarak pagar diperkirakan berasal dari Meksiko.Pada daerah tersebut tanaman jarak pagar tumbuh secara alami di kawasan hutan pinggiran pantai di Afrika dan Asia, jarak pagar hanya dijadikan sebagai tanaman pagar atau pembatas lahan pertanian. Jarak pagar menyebar di Malaka setelah tahun 1700-an dan di Filipina sebelum tahun 1750.

Wahid (2006) menyatakan bahwa berdasarkan lingkungan tumbuh, tanaman jarak pagar dapat dikatakan termasuk tanaman kosmopolitan. Artinya, tanaman yang dapat tumbuh pada berbagai ekosistem mulai dari daerah yang sangat kering temperate dengan curah hujan hanya sekitar 300 – 500 mm/tahun sampai daerah yang sangat basah dengan curah hujan 4 000 – 6 000 mm/tahun. Tanaman jarak pagar dapat tumbuh di daerah dataran rendah bahkan pinggir pantai sampai ketingian di atas 1 000 m dpl.

(17)

Tanaman jarak pagar dikenal sebagai tanaman yang mudah beradaptasi dengan lingkungan. Jarak pagar dapat tumbuh baik di tempat yang memiliki ketinggian 0 – 2 000 meter di atas permukaan laut (m dpl) dengan temperatur 18 – 30oC. Tanaman ini memerlukan penyinaran matahari secara langsung sehingga tidak boleh ternaungi (Nurcholis dan Sumarsih, 2007).

Kondisi optimal untuk pertumbuhan dan produksi jarak pagar dalam rangka pengembangan jarak pagar sebagai bahan baku biofuel di Indonesia adalah daerah dengan ketinggian 0 – 600 m dpl atau dataran rendah yang memiliki suhu harian antara 22 – 35oC dengan curah hujan antara 500 – 1 500 mm dan hari hujan antara

100 – 120 hari/tahun. Menurut klasifikasi Oldeman daerah dengan tipe iklim C, D, dan E. Di luar batas dan kriteria tersebut, walaupun masih dapat tumbuh diperkirakan produksinya tidak akan optimal (Wahid, 2006).

Mahmud (2008) menjelaskan bahwa jarak pagar dapat tumbuh pada lahan-lahan marginal yang miskin hara dengan drainase dan aerasi yang baik. Pertumbuhannya cukup baik pada tanah-tanah ringan (terbaik mengandung pasir 60 - 90%), berbatu, berlereng, pada perbukitan atau sepanjang saluran air dan batas-batas kebun. Lahan-lahan yang subur, dimana air tidak tergenang juga dapat digunakan bagi pertanaman jarak pagar. Bila perakarannya sudah cukup berkembang, jarak pagar toleran tehadap kondisi tanah-tanah masam atau alkalin (terbaik pada pH tanah 5,5 – 6,5).

Peningkatan kemasaman tanah nyata menghambat pertumbuhan jarak pagar. Pertumbuhan vegetatif (tinggi tanaman, luas daun dan diameter batang), pada pH 4,4 hanya mencapai 30-50% dari nilai pertumbuhan vegetatif tersebut menunjukan hubungan yang sangat erat dengan nilai R2 yang tinggi (> 0,93). Nilai pH tanah < 5,0 berpotensi menurunkan penampilan pertumbuhan jarak pagar (Pitono et al., 2008).

Jarak pagar membutuhkan curah hujan paling sedikit 600 mm per tahun untuk tumbuh baik dan jika curah hujan kurang dari 600 mm per tahun maka tanaman jarak pagar tidak dapat tumbuh, kecuali dalam kondisi tertentu seperti di Kepulauan Cape Verde, meskipun curah hujan hanya 250 mm per tahun tetapi kelembaban udaranya sangat tinggi (Mahmud et al., 2008).

(18)

Manfaat dan Produktivitas Jarak Pagar

Jarak pagar memiliki berbagai macam manfaat dan kegunaan. Hasnam (2007) menyatakan bahwa jarak pagar dimanfaatkan untuk memulihkan lahan pertanian yang sudah mengalami degradasi kesuburan akibat pertanian berpindah, pertambangan dan kerusakan-kerusakan akibat berbagai aktivitas manusia. Di Luxor, Mesir, jarak pagar juga digunakan untuk penghutanan kembali gurun pasir dengan bantuan sedikit pengairan. Dia juga menambahkan bahwa di Afrika, jarak pagar digunakan untuk sumber bahan baku industri sabun di Eropa.

Jarak pagar juga dapat dijadikan sebagai pakan ternak dan obat. Priyanto (2007) menyatakan bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah melalui proses penghilangan racun (detoksifikasi), bungkil biji jarak dapat dimanfaaatkan untuk pakan ternak atau industri berbasis protein. Sementara itu kulit biji jarak melalui pirolisis dapat dikonversi menjadi bahan bakar cair pengganti minyak berat (residu) untuk kebutuhan industri. Hasnam (2007) menyatakan di Afrika, jarak pagar digunakan untuk sumber bahan baku industri sabun di Eropa.

Heller (1996) menyatakan jarak pagar dapat digunakan untuk pengobatan. Minyak jarak pagar dapat mengobati penyakit kulit dan meringankan rasa sakit akibat rematik. Jamu-jamuan dari daun jarak digunakan sebagai anti septic setelah proses kelahiran.

Produktivitas jarak pagar di Paraguay mencapai 3-4 ton biji kering/ha/tahun pada umur 7-9 tahun, sedangkan di Thailand mencapai 2,1 ton/ha/tahun. Pada jarak tanam 1 x 1 m dan tanpa dipupuk, produktivitas jarak pagar yaitu sebesar 638 kg/ha/tahun di Timur Laut Thailand (Hasnam, 2007).

Hasil penelitian Hasnam (2007) juga menyebutkan bahwa pada tahun pertama, potensi hasil biji kering pada IP-1P yaitu sebesar 1-1.2 ton/ha/tahun, sedangkan potensi hasil IP-2P yaitu sebesar 2-2.5 ton/ha/tahun dan masih dapat meningkat sampai IP-3P. Luntungan dalam Effendi (2010) menyatakan prediksi produktivitas jarak pagar pada tahun ke-5 yaitu IP-1P sebesar 5 ton/ha, IP-2P 6 ton/ha, dan IP-3P sebanyak 8 ton/ha

Biji jarak pagar memiliki kandungan minyak yang tinggi. Beberapa penelitian menyebutkan dalam satu daging biji terkandung sekitar 30% minyak (SJO) dan 70% sisanya berupa ampas yang bisa digunakan sebagai pupuk yang

(19)

kaya akan kandungan nitrogen. Biji jarak yang berbentuk lonjong dan berwarna kehitaman mengandung minyak dengan rendemen 25-30%. Ampas biji jarak pagar mengandung 4.44% nitrogen, 2.09 P2O5, dan 1.68 K2O (Priyanto, 2007).

Kandungan minyak biji yang diperoleh dari biji tanaman asal setek yang dipanen pada musim hujan sekitar 46.39 % - 48.47 %. Sedangkan kandungan minyak biji yang dipanen pada musim kemarau berkisar 41.15 % - 51.19 %. Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi lingkungan yang kering dapat meningkatkan kandungan minyak biji jarak pagar (Santoso et al.,2008)

Bungkil daging biji jarak pagar banyak mengandung unsur hara N, P, dan K. Kandungan kimia yang terdapat dalam bungkil daging biji jarak pagar antara lain: C organic (55.2%), N (4.1%) P (0.5%), K (1.2%), Ca (0,3%) Mg (0.4%), dan Na (0.1%) (Nurcholis dan Sumarsih, 2007).

Keragaman Jarak Pagar di Indonesia

Hasnam (2006) menyatakan bahwa jarak pagar dibawa ke Asia oleh pelaut-pelaut Portugis, jarak pagar sudah dibudidayakan di Afrika untuk sumber bahan baku industri sabun di Eropa. Dengan demikian variasi genetik di Asia jelas lebih kecil dibandingkan dengan variasi genetik di pusat asal jarak pagar di Amerika Tengah. Jadi mudah dipahami mengapa koleksi ex-situ jarak pagar berbentuk provenan (populasi sumber) dan jumlahnya sangat terbatas.

Mulyani, (2007) menyatakan bahwa di lapangan, pertumbuhan vegetatif sangat bervariasi meskipun waktu penanaman bersamaan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya sumber benih. Benih yang berbeda akan menyebabkan pertumbuhan berbeda, dan di masyarakat variasi benih cukup besar.

Hasnam (2007) menyatakan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan telah memulai kegiatan eksplorasi ke berbagai wilayah Indonesia sejak tahun 2005. Dari eksplorasi tersebut berhasil diperoleh 200.000 bahan tanaman berupa benih dan setek yang dikumpulkan dari 54 kabupaten di 11 provinsi (Sumatera Barat, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Gorontalo, dan Maluku). Hasil eksplorasi tersebut ditanam di tiga lokasi (Asembagus,

(20)

Muktiharjo, dan Pakuwon). Evaluasi awal menunjukkan adanya keragaman pada potensi hasil dan periode berbunga. Hartati (2008a) menyatakan populasi di kebun induk baik IP-1 maupun IP-2 menunjukkan adanya variasi pada karakter morfologi kualitatif maupun kuantitatif karena setiap tanaman adalah suatu genotipa yang berbeda dengan tanaman lainnya.

Hartati et al., (2009) menyebutkan koefisien keragaman yang ditentukan dari data hasil pengamatan pada karakter pertumbuhan vegetatif yang meliputi tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah cabang total dan jumlah cabang produktif menunjukkan nilai yang tinggi (17 - 45%). Namun Purwati (2010) menyatakan berdasarkan hasil analisis RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA), 55 provenan jarak pagar koleksi Balittas yang berasal dari Provinsi Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan memiliki keragaman genetik rendah.

(21)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor sebagai lokasi pembibitan dan di Kebun Jarak Pagar Indocement, Citeureup, Bogor untuk lokasi penanaman lapang. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2009 – April 2010.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bibit jarak pagar hasil setek batang yang terdiri atas 13 aksesi jarak pagar yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia, yaitu: Bali, Banten, Biak, Bogor, Jayapura, Medan Sukabumi, dan Sulawesi. Alat yang digunakan yaitu: mistar, spidol permanen, plastik, jangka sorong, timbangan digital, tali dan mika/ kertas dan label.

Metode Percobaan

Pada penelitian ini 13 aksesi jarak pagar dijadikan sebagai perlakuan. Setiap aksesi terdiri atas 5 tanaman dan setiap tanaman dalam aksesi tersebut dijadikan sebagai ulangan, dengan demikian terdapat 65 unit percobaan. Ketiga belas aksesi tersebut terdiri atas Aksesi Bali (Bal), Banten (Ban-1, Ban-2, dan Ban-3), Biak (Bia), Bogor (Bog-4 dan Bog-6), Jayapura (Jay), Medan (Med), Sukabumi (Suk-3 dan Suk-5) dan Sulawesi (Sul-2 dan Sul-3).

Rancangan percobaan yang digunakan dalam pengolahan data adalah Rangcangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan model sebagai berikut: Yij = µ + ti + εij

Dengan: i = 1,2,3,4,.. i dan j = 1,2,3.4... j Keterangan:

Yij = nilai pengamatan aksesi ke-i dan ulangan ke-j

µ = nilai tengah umum (rata-rata) ti = pengaruh aksesi ke-i

(22)

Pelaksanaan Penelitian

Perbanyakan tanaman jarak pagar dilakukan melalui setek batang. Pembibitan dilakukan di dalam polibag berukuran 25 cm x 25 cm dengan komposisi media tanam berupa tanah, sekam, dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1. Selama pembibitan, bahan tanam ditempatkan di bawah naungan. Kegiatan pembibitan dilakukan selama enam minggu.

Bahan tanam yang telah berumur enam minggu kemudian dipindahkan ke lapangan yang berlokasi di Kebun Jarak Pagar PT Indocement. Bibit jarak pagar yang dipindah ke lapang ditanam dengan jarak tanam 2 meter untuk jarak tanam dalam aksesi dan 2.5 meter untuk jarak tanam antar aksesi, sedangkan lubang tanam dibuat dengan ukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm.

Tanaman ditanam pada lahan tanpa naungan. Kegiatan pemupukan dilakukan pada saat tanaman di lapang dengan dosis pemupukan yaitu 5 kg pupuk kandang per tanaman sedangkan kegiatan penyiraman dilakukan sesuai kebutuhan.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan berdasarkan karakter morfologi dan agronomi yang terdiri atas karakter kualitatif dan karakter kuantitatif. Karakter agronomi yang diamati adalah karakter tanaman jarak pagar yang mempengaruhi daya hasil biji yang tinggi. Karakter ini meliputi jumlah cabang produktif, waktu mekar bunga pertama, jumlah buah per malai, jumlah buah per tanaman, total bobot biji jarak pagar kering, dan jumlah biji jarak pagar per tanaman. Pengamatan dilakukan saat di pembibitan (tanaman berumur enam minggu) dan setelah tanaman dipindahkan ke lapangan. Pengamatan karakter morfologi pertama di lapangan dilakukan dua minggu setelah pindah tanam (MSP) dan selanjutnya pengamatan dilakukan empat minggu sekali. Pengamatan karakter agronomi dimulai pada saat memasuki fase generatif (11 MSP) dan dilakukan sebanyak dua kali dalam seminggu.

Pengamatan karakter kualitatif selama fase vegetatif dilakukan pada 0 MSP (di pembibitan) dan 2 MSP. Data yang dikumpulkan berdasarkan pengamatan kualitatif tanaman jarak pagar meliputi:

(23)

muda, warna daun tua, dan warna tangkai daun.

¾ Bentuk daun, diamati pada daun yang terletak pada cabang terpanjang dengan pertumbuhan daun maksimum. Pengambilan data dilakukan dengan membandingkan panjang dan lebar daun. Bentuk daun menurut Tjitrosoepomo (1985) dapat dibedakan berdasarkan perbandingan panjang dan lebar daun menjadi:

o Bulat atau bundar (orbicularis), jika perbandingan panjang dan lebar yaitu 1 : 1

o Jorong (ovalis atau ellipticus), jika perbandingan panjang dan lebar yaitu 1.5-2 : 1

o Memanjang (oblogus), jika perbandingan panjang dan lebar yaitu 2.5-3 : 1

o Bangun lanset (lanceolatus), jika perbandingan panjang dan lebar yaitu 3-5 : 1

¾ Tekstur daun, daun yang diamati adalah daun yang terletak pada cabang terpanjang dengan pertumbuhan daun maksimum. Tekstur daun dibedakan menjadi dua karakter yaitu licin dan kasar.

¾ Sudut tepi daun, daun yang diamati terletak pada cabang terpanjang dengan pertumbuhan daun maksimum. Sudut tepi daun dihitung berdasarkan jumlah sudut tepi daun yang diamati.

¾ Urat tulang daun, tulang daun yang diamati adalah daun di cabang terpanjang dengan pertumbuhan daun maksimum. Urat tulang daun dibedakan menjadi dua karakter yaitu jelas dan kurang jelas.

¾ Warna daun muda dan warna daun tua yang diamati adalah daun muda dan daun tua pada cabang terpanjang. Daun tua yang diamati adalah daun yang tumbuh maksimal. Warna daun muda dibedakan menjadi hijau, coklat, dan hijau kecoklatan sedangkan warna daun tua dibedakan menjadi hijau dan hijau tua.

¾ Warna tangkai daun, tangkai daun yang diamati terletak pada cabang terpanjang dengan pertumbuhan daun maksimum. Warna tangkai daun dapat dibedakan menjadi hijau dan hijau keunguan.

(24)

2. Batang: warna batang

¾ Warna batang setek diamati di pembibitan dan setelah dipindahkan ke lapangan. Warna batang dapat dibedakan menjadi hijau dan abu-abu.

3. Bunga: jenis bunga yang terbentuk dalam satu malai (hermaprodit dan jantan atau jantan dan betina) dan jenis bunga berdasarkan bunga yang pertama mekar (betina, jantan, atau hermaprodit), warna sepal, dan warna petal.

¾ Jenis bunga diamati dua malai per tanaman sedangkan warna sepal dan warna petal diamati tiga bunga per malai. Pengamatan dilakukan dua kali dalam seminggu.

4. Buah: bentuk buah muda dan warna buah muda

¾ Bentuk buah muda dan warna buah muda diamati pada dua malai dengan mengambil sampel sebanyak tiga buah per malai pada cabang terpanjang. 5. Biji: bentuk biji dan warna biji

¾ Bentuk biji dan warna biji diamati dengan mengambil sampel sebanyak tiga buah jarak pagar yang sudah masak (berwarna kuning).

Pengamatan terhadap karakter kuantitatif selama fase vegetatif dilakukan sebanyak empat kali pengamatan, yaitu 0 MSP, 2 MSP, 6 MSP, dan 10 MSP. Pengamatan selama fase vegetatif dilakukan sampai 75 % tanaman jarak pagar di lapangan berbunga. Karakter kuantitatif selama fase generatif diamati dua kali dalam seminggu. Karakter kuantitatif yang diamati adalah:

1. Batang: diameter batang dan jumlah buku

¾ Diameter batang dan jumlah buku hanya diamati saat di pembibitan. Pengamatan diameter batang diukur 5 cm dari permukaan tanah.

2. Cabang: tinggi cabang, jumlah cabang, diameter cabang, jumlah cabang produktif, dan persentase cabang produktif

¾ Tinggi cabang diamati pada cabang tertinggi. Diameter cabang diamati pada cabang terpanjang dengan jarak dari titik percabangan adalah 5 cm. Pengamatan terhadap karakter jumlah cabang produktif dilakukan di akhir penelitian. Persentase cabang produktif dihitung dengan membandingkan jumlah cabang produktif dengan jumlah cabang dalam satu tanaman.

3. Daun: jumlah daun, panjang daun, lebar daun, dan panjang tangkai daun

(25)

yang diamati adalah daun dan tangkai daun dengan pertumbuhan maksimum pada cabang terpanjang. Jumlah daun hanya diamati pada cabang terpanjang. Panjang tangkai daun diamati setelah tanaman jarak pagar dipindahkan ke lapangan.

4. Bunga: waktu mekar bunga pertama, jumlah sepal, dan jumlah petal

¾ Pengamatan dilakukan pada waktu bunga jarak pagar pertama mekar. Waktu mekar bunga pertama dihitung setelah tanaman dipindahkan ke lapangan. Pengamatan jumlah sepal dan petal dilakukan pada tiga bunga jarak pagar dalam satu malai.

5. Buah: jumlah buah per malai, jumlah buah per tanaman (jumlah buah yang di panen dalam pada satu tanaman), dan keserempakan masak buah

¾ Pengamatan terhadap jumlah buah per malai dilakukan pada malai kedua dan malai ketiga. Pemanenan dilakukan secara bertahap karena buah jarak pagar tidak masak bersamaan. Jumlah buah yang dipanen dihitung selama pengamatan yaitu Februari – April 2010.

¾ Keserempakan masak buah jarak pagar diamati dari waktu pertama buah berwarna kuning sampai semua buah dalam satu malai berwarna kuning. Keserempakan masak buah jarak pagar diamati pada malai kedua dan malai ketiga.

6. Biji: jumlah biji per tanaman (jumlah biji yang dipanen pada satu tanaman) dan bobot biji kering

¾ Jumlah biji dan bobot biji kering diamati pada buah masak yang dipanen selama penelitian.

Analisis Data

Data hasil pengamatan kuantitatif dianalisis menggunakan analisis ragam. Jika hasil analisis ragam menunjukkan nilai yang berbeda nyata maka dilakukan uji lanjut menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT) taraf 5%. Sedangkan untuk data pengamatan kualitatif dianalisis dengan cara mengidentifikasi karakter kualitatif. Data yang dianalisis adalah data yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan seluruh peubah pertumbuhan 13 Aksesi jarak pagar. Adapun tahapan analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

(26)

1. Analisis Sidik Ragam (Uji F)

Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh perlakuan aksesi terhadap peubah yang diamati. Analisis ragam digunakan untuk menganalisis data kuantitatif.

2. Analisis Uji Lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT)

Analisis ini merupakan uji lanjut dari hasil analisis ragam terhadap perlakuan aksesi yang berpengaruh nyata terhadap peubah pertumbuhan dan untuk melihat perbandingan antara masing-masing aksesi.

3. Analisis Uji Korelasi

Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahi hubungan atau pengaruh antar lima peubah terpilih pada tahap seleksi

4. Analis Gerombol (Cluster Analysis)

Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kemiripan antara masing-masing aksesi berdasarkan kesamaan karakter yang dimiliki aksesi-aksesi tersebut. Karakter-karakter itu kemudian akan diklasifikasikan dalam satu atau bebetapa cluster (kelompok) sehingga objek yang berada pada satu cluster memiliki kemiripan satu dengan yang lainnya. Karakter yang digunakan dalam analisis ini yaitu karakter kuantitatif dari pertumbuhan vegetatif dan generatif. Peubah karakter yang digunakan yaitu jumlah daun, panjang tangkai daun, jumlah buah per tanaman, bobot biji kering per tanaman, jumlah biji per tanaman, dan persentase cabang produktif.

(27)

  Hasil

Kondisi Umum

Jarak pagar ditanam pada lahan bekas penambangan kapur. Lahan penelitian berlokasi di Kebun jarak pagar PT. Indocement, Citeureup, Bogor dan berada pada ketinggian 200 meter di atas permukaan laut (mdpl). Kondisi iklim selama penelitian cukup baik. Berdasarkan data iklim yang diperoleh dari PT Indocement,

Citeureup, Bogor, diketahui rata-rata curah hujan di lapangan yaitu 313 mm/bulan, dengan rata-rata suhu udara, radiasi sinar matahari, dan kadar air

tanah yaitu 29.8 oC, 175.50 W/m2, dan 21.14 %. Kondisi iklim selama penelitian di Kebun Jarak PT. Indocement, Citeureup, Bogor disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kondisi iklim selama Oktober 2009 sampai April 2010 di Kebun Jarak Pagar PT. Indocement, Citeureup, Bogor.

Bulan Curah hujan (mm/bulan) Suhu udara (oC) Solar radiasi (W/m2) Kadar air tanah (%)

Oktober (2009) 422 30 214.02 19 November (2009) 42 31 176.93 20 Desember (2009) - - 174.72 22 Januari (2010) - - 137.99 22 Februari (2010) 489 29 169.26 22 Maret (2010) 535 29 168.03 23 April (2010) 77 30 187.53 20

Sumber : PT Indocement, Citeureup, Bogor.

Curah hujan tertinggi pada pengamatan di lapangan terjadi pada bulan Maret 2010 sebesar 535 mm/bulan sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan November 2009 sebesar 42 mm/bulan. Temperatur udara tertinggi terjadi pada bulan November yaitu sebesar 31 oC dan temperatur udara terendah terjadi pada bulan Februari dan Maret 2010 yaitu sebesar 29 oC. Radiasi sinar tertinggi saat penelitian terjadi pada bulan Oktober 2009 yaitu sebesar 214.02 W/m2 dan kadar air tanah tertinggi pada bulan Maret 2010 sebesar 23 %.

Kondisi tanaman jarak pagar setelah pindah tanam di lapangan cukup baik. Hal ini didukung oleh kondisi curah hujan yang cukup sehingga ketersediaan air

(28)

untuk kebutuhan tanaman tercukupi. Namun pada saat tanaman mencapai fase generatif, tanaman jarak pagar mulai terserang hama penyakit yaitu pada 14 – 28 MSP. Hama yang menyerang tanaman jarak pagar di lapangan yaitu Valanga nigricornis Burmeister (belalang), Spodoptera litura (ulat grayak),Chrysochoris javanus Westw. (kepik penghisap cairan buah), Tetranychus sp. (tungau), dan Ferrisia virgata (kutu bertepung putih). Penyakit yang menyerang tanaman jarak pagar yaitu busuk Fusarium, bercak daun bakteri, witche’s broom dan penyakit embun tepung yang disebabkan oleh cendawan Oidium sp. Tanaman yang terserang tungau, embun tepung, bercak daun Cercospora dan kutu bertepung putihdapat di lihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Tanaman jarak pagar yang terserang hama dan penyakit : a) terserang tungau; b) terserang embun tepung; c) terserang bercak daun bakteri; d) terserang kutu tepung putih

Karakter Kualitatif 13 Aksesi Jarak Pagar

Pengamatan karakter kualitatif dilakukan saat di pembibitan (0 MSP), setelah dipindah ke lapangan (2 MSP) dan setelah tanaman jarak pagar mencapai fase generatif. Saat di pembibitan dan setelah tanaman dipindahkan ke lapangan pengamatan karakter kualitatif dilakukan pada daun dan batang setek jarak pagar.

(a) (b)

(29)

Peubah karakter yang diamati pada daun dan batang setek terdiri atas bentuk daun, tekstur daun, tepi daun, urat tulang daun, warna daun muda, warna daun tua, warna tangkai daun, dan warna batang setek. Pengamatan karakter kualitatif setelah tanaman mencapai fase generatif dilakukan pada bunga, buah, dan biji jarak pagar. Peubah karakter yang diamati terdiri atas jenis bunga berdasarkan bunga yang pertama mekar, jenis bunga yang terbentuk dalam satu malai, warna sepal, warna petal, bentuk buah muda, warna buah muda, bentuk biji, dan warna biji.

Hasil pengamatan terhadap karakter kualitatif daun jarak pagar menunjukkan bahwa bentuk daun 13 aksesi jarak pagar saat di pembibitan dan setelah dipindah ke lapangan yaitu bulat. Tekstur daun pada pada pembibitan yaitu licin kecuali pada aksesi Bog-4 dan Suk-5 yang bertekstur kasar sedangkan setelah tanaman dipindahkan ke lapangan 13 aksesi jarak pagar memiliki tekstur daun kasar.

Sudut tepi daun jarak pagar dihitung dari jumlah sudut yang terdapat pada tepi daun. Sudut tepi daun dari 13 aksesi jarak pagar bervariasi yaitu memiliki jumlah sudut tepi daun 5 dan 7. Sudut tepi daun saat di pembibitan maupun setelah dipindahkan ke lapangan tetap sama. Sudut tepi daun pada aksesi Ban-1, Ban-2, Ban-3, Bia, Bog-4, Jay, Med, Suk-3, Sul-2, dan Sul-3 berjumlah 5 sudut sedangkan pada aksesi Bali, Bog-6 dan Suk-5 sudut tepi daun memiliki jumlah sudut 7 (Tabel 2 dan 3). Jumlah sudut tepi daun jarak pagar disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Jumlah sudut tepi daun jarak pagar : a) jumlah sudut tepi daun lima; b) jumlah sudut tepi daun 7; c) tepi daun bergerigi

Urat tulang daun jarak pagar pada saat pembibitan dan di lapangan hampir sama yaitu sebagian besar aksesi memiliki urat tulang daun yang kurang jelas sedangkan sisanya memiliki urat tulang daun yang jelas. Pada pembibitan urat

(30)

tulang daun tampak kurang jelas terdapat pada aksesi Bal, Ban-3, Bia, Bog-4, Bog-6, Jay, Suk-3, dan Sul-3 sedangkan di lapangan urat tulang daun yang kurang jelas terdapat pada aksesi Bal, Ban-3, Bia, Bog-4, Bog-6, Jay, dan Suk-3.

Warna daun muda jarak pagar terdiri atas warna hijau, hijau kecoklatan, dan coklat (Gambar 3). Warna daun muda saat di pembibitan (0 MSP) sebagian berwarna hijau yaitu pada aksesi Ban-1, Ban-2, Bia, Bog-6, Jay, dan Sul-2 dan sisanya berwarna hijau kecoklatan (Ban-3, Bog-4, Suk-3, dan Sul-3) dan coklat (Bal, Med, Suk-5). Warna daun muda pada 13 aksesi jarak pagar setelah tanaman dipindahkan ke lapangan (2 MSP) yaitu coklat.

Warna daun tua jarak pagar terdiri atas hijau dan hijau tua. Saat di pembibitan dan setelah tanaman dipindahkan ke lapangan warna daun tua pada sebagian besar aksesi jarak pagar yaitu hijau sedangkan sisanya berwarna hijau tua. Pada saat pembibitan daun tua yang berwarna hijau tua terdapat pada aksesi Ban-1, Med, dan Sul-2 sedangkan setelah tanaman dipindahkan ke lapangan warna hijau tua terdapat pada aksesi Bog-6, Suk-3, dan Sul-2 (Tabel 2 dan 3).

Gambar 3. Warna daun muda jarak pagar: a) coklat; b) hijau kecoklatan; c) hijau.

Karakter kualitatif juga diamati pada peubah warna tangkai daun. Warna tangkai daun jarak pagar terdiri atas warna hijau dan hijau keunguan. Saat di pembibitan (0 MSP) warna tangkai daun pada aksesi Bal, Ban-2, Ban-3, Bog-4, Jay, Med, Suk-3, Suk-5, Sul-2 dan Sul-3 berwarna hijau keunguan sedangkan warna tangkai daun pada aksesi Ban-1, Bia, dan Bog-6 yaitu hijau. Setelah dipindah ke lapangan (2 MSP) tangkai daun yang berwarna hijau keunguan terdapat pada aksesi Bal, Bog-4, Jay, Suk-3, Suk-5, Sul-2, dan Sul-3 sedangkan tangkai daun yang berwarna hijau terdapat pada aksesi Ban-1, Ban-2, Ban-3, Bia, Bog-6, dan Med (Tabel 2 dan 3).

(31)

Warna batang jarak pagar saat di pembibitan untuk aksesi Bal, Ban-1, Ban-3, Bog-4, Bog-6, Jay, Suk-3, Suk-5, dan Sul-3 yaitu abu-abu dan sisanya berwarna hijau. Warna batang 13 aksesi jarak pagar setelah tanaman dipindahkan ke lapangan seluruhnya berwarna abu-abu (Tabel 2 dan 3).

Jenis bunga jarak pagar dibedakan berdasarkan bunga yang pertama mekar dan bunga yang terbentuk dalam satu malai. Jenis bunga berdasarkan bunga yang pertama mekar dibedakan menjadi bunga jantan, bunga betina dan bunga hermaprodit. Jenis bunga jantan terdapat pada aksesi Bali, Ban-1, Ban-2, Bog-6, Jay, Med, Suk-3, Sul-2, dan Sul-3. Jenis bunga betina terdapat pada aksesi Bog-4 dan Suk-5. Adapun jenis bunga hermaprodit terdapat pada aksesi Ban-3 dan Bia.

Berdasaran bunga yang terbentuk dalam satu malai, sebagian besar aksesi jarak pagar memiliki jenis bunga jantan-betina dan sisanya memiliki jenis bunga jantan-hermaprodit. Jenis bunga jantan-hermaprodit terdapat pada aksesi Ban-3, Bia, dan Sul-3. Jenis bunga jarak pagar berdasarkan bunga yang mekar dalam satu malai dapat dilihat pada Gambar 5. Ketiga belas aksesi jarak pagar memiliki petal yang berwarna hijau kekuningan dan sepal yang berwarna hijau muda (Tabel 4).

Gambar 4. Jenis bunga jarak pagar berdasarkan bunga yang mekar dalam

satu malai: a) bunga jantan-betina dalam satu malai; b) bunga jantan-hermaprodit dalam satu malai.

Karakter kualitatif buah diamati pada buah muda. Bentuk buah muda pada aksesi Bal, Ban-2, Bia, Jay, Suk-3, Sul-2, dan Sul-3 yaitu bulat sedangkan buah muda pada akfsesi lainnya yaitu Ban-1, Ban-3, Bog-4, Bog-6, Med, dan Suk-5 berbentuk lonjong. Warna buah muda pada seluruh aksesi jarak pagar yaitu hijau. Biji dari 13 aksesi jarak pagar yaitu lonjong dan berwarna hitam (Tabel 4).

a

b

Betina

Jantan

Hermaprodit

(32)

 

Tabel 2. Rekapitulasi peubah kualitatif 13 aksesi jarak pagar pada pembibitan (0 MSP)

Aksesi

Daun Batang

Bentuk Tekstur Tepi Urat Tulang

Daun

Warna Warna

Batang

Muda Tua Tangkai

Bal Bulat Licin Runcing 7 Kurang jelas Coklat Hijau Hijau ungu Abu-abu

Ban-1 Bulat Licin Runcing 5 Jelas Hijau Hijau tua Hijau Abu-abu

Ban-2 Bulat Licin Runcing 5 Jelas Hijau Hijau Hijau ungu Hijau

Ban-3 Bulat Licin Runcing 5 Kurang jelas Hijau kecoklatan Hijau Hijau ungu Abu-abu

Bia Bulat Licin Runcing 5 Kurang jelas Hijau Hijau Hijau Hijau

Bog-4 Bulat Kasar Runcing 5 Kurang jelas Hijau kecoklatan Hijau Hijau ungu Abu-abu

Bog-6 Bulat Licin Runcing 7 Kurang jelas Hijau Hijau Hijau Abu-abu

Jay Bulat Licin Runcing 5 Kurang jelas Hijau Hijau Hijau ungu Abu-abu

Med Bulat Licin Runcing 5 Jelas Coklat Hijau tua Hijau ungu Hijau

Suk-3 Bulat Licin Runcing 5 Kurang jelas Hijau kecoklatan Hijau Hijau ungu Abu-abu

Suk-5 Bulat Kasar Runcing 7 Jelas Coklat Hijau Hijau ungu Abu-abu

Sul-2 Bulat Licin Runcing 5 Jelas Hijau Hijau tua Hijau ungu Hijau

Sul-3 Bulat Licin Runcing 5 Kurang jelas Hijau kecoklatan Hijau Hijau ungu Abu-abu

(33)

Tabel 3. Rekapitulasi peubah kualitatif 13 aksesi jarak pagar pada 2 MSP

Aksesi

Daun Batang

Bentuk Tekstur Tepi Urat Tulang Daun Warna Warna Batang

Pucuk Tua Tangkai

Bal Bulat Kasar Runcing 7 Kurang jelas Coklat Hijau Hijau ungu Abu-abu

Ban-1 Bulat Kasar Runcing 5 Jelas Coklat Hijau Hijau Abu-abu

Ban-2 Bulat Kasar Runcing 5 Jelas Coklat Hijau Hijau Abu-abu

Ban-3 Bulat Kasar Runcing 5 Kurang jelas Coklat Hijau Hijau Abu-abu

Bia Bulat Kasar Runcing 5 Kurang jelas Coklat Hijau Hijau Abu-abu

Bog-4 Bulat Kasar Runcing 5 Kurang jelas Coklat Hijau Hijau ungu Abu-abu

Bog-6 Bulat Kasar Runcing 7 Kurang jelas Coklat Hijau tua Hijau Abu-abu

Jay Bulat Kasar Runcing 5 Kurang jelas Coklat Hijau Hijau ungu Abu-abu

Med Bulat Kasar Runcing 5 Jelas Coklat Hijau Hijau Abu-abu

Suk-3 Bulat Kasar Runcing 5 Kurang jelas Coklat Hijau tua Hijau ungu Abu-abu

Suk-5 Bulat Kasar Runcing 7 Jelas Coklat Hijau Hijau ungu Abu-abu

Sul-2 Bulat Kasar Runcing 5 Jelas Coklat Hijau tua Hijau ungu Abu-abu

Sul-3 Bulat Kasar Runcing 5 Jelas Coklat Hijau Hijau ungu Abu-abu

(34)

Tabel 4. Rekapitulasi peubah kualitatif 13 aksesi jarak pagar pada fase generatif

Aksesi

Bunga Buah Biji

Jenis bunga yang pertama mekar

Jenis bunga yang terbentuk dalam satu malai Warna Bentuk (buah muda) Warna (buah muda) Bentuk Warna Petal Sepal

Bal Jantan Jantan-betina Hijau kekuningan Hijau muda Bulat Hijau lonjong Hitam

Ban-1 Jantan Jantan-betina Hijau kekuningan Hijau muda Lonjong Hijau lonjong Hitam

Ban-2 Jantan Jantan-betina Hijau kekuningan Hijau muda Bulat Hijau lonjong Hitam

Ban-3 Hermaprodit Jantan-hermaprodit Hijau kekuningan Hijau muda Lonjong Hijau lonjong Hitam

Bia Hermaprodit Jantan-hermaprodit Hijau kekuningan Hijau muda Bulat Hijau lonjong Hitam

Bog-4 Betina Jantan-betina Hijau kekuningan Hijau muda Lonjong Hijau lonjong Hitam

Bog-6 Jantan Jantan-betina Hijau kekuningan Hijau muda Lonjong Hijau lonjong Hitam

Jay Jantan Jantan-betina Hijau kekuningan Hijau muda Bulat Hijau lonjong Hitam

Med Jantan Jantan-betina Hijau kekuningan Hijau muda Lonjong Hijau lonjong Hitam

Suk-3 Jantan Jantan-betina Hijau kekuningan Hijau muda Bulat Hijau lonjong Hitam

Suk-5 Betina Jantan-betina Hijau kekuningan Hijau muda Lonjong Hijau lonjong Hitam

Sul-2 Jantan Jantan-betina Hijau kekuningan Hijau muda Bulat Hijau lonjong Hitam

Sul-3 Jantan Jantan-hermaprodit Hijau kekuningan Hijau muda Bulat Hijau lonjong Hitam

(35)

Karakter Kuantitatif 13 Aksesi Jarak Pagar

Pengamatan karakter kuantitatif dari 13 aksesi jarak pagar dilakukan pada fase vegetatif dan generatif. Rekapitulasi pengaruh 13 aksesi jarak pagar terhadap karakter morfologi dan agronomi serta koefisien keragaman jarak pagar pada fase vegetatif dan fase generatif ditampilkan pada Tabel 5 sedangkan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 1 – 2.

Tabel 5. Rekapitulasi hasil sidik ragam 13 aksesi jarak pagar terhadap karakter pertumbuhan vegetatif dan generatif

Karakter Morfologi dan Agronomi Aksesi KK (%) Fase Vegetatif 0 MSP Diameter batang ** 19.54 Jumlah buku tn 22.63 Jumlah cabang tn 37.45 Tinggi cabang ** 27.38 Panjang daun * 18.98 Lebar daun tn 24.12 Jumlah daun tn 28.36 2 MSP Diameter cabang tn 24.82 Jumlah cabang * 33.87 Tinggi cabang ** 26.07 Panjang daun tn 14.56 Lebar daun tn 17.08 Jumlah daun tn 23.36

Panjang tangkai daun tn 24.27 6 MSP Diameter cabang tn 20.75 Jumlah cabang ** 25.90 Tinggi cabang * 30.26 Panjang daun tn 11.78 Lebar daun tn 12.41 Jumlah daun tn 39.35

Panjang tangkai daun ** 16.91 10 MSP

Diameter cabang ** 13.41 Jumlah cabang ** 25.09 Tinggi cabang tn 18.70

(36)

Tabel 5. Lanjutan

Karakter Morfologi dan Agronomi Aksesi KK (%)

Panjang daun tn 9.94

Lebar daun tn 10.79 Jumlah daun tn 35.49 Panjang tangkai daun ** 11.52 Fase Generatif

Jumlah cabang produktif tn 43.96 Persentase cabang produktif * 23.96b) Waktu mekar bunga pertama ** 11.16 Jumlah buah per malai tn 21.95a) Jumlah buah per tanaman ** 32.44a) Keserempakan masak buah * 26.44a) Jumlah biji per tanaman ** 36.57a) Bobot biji kering * 38.60a) Keterangan : *: berpengaruh nyata pada taraf 5 % ** : berpengaruh sangat nyata pada taraf 1 %

tn: tidak berpengaruh nyata KK: Koefisien Keragaman a : transformasi √ 0.5 MSP: Minggu Setelah Pindah b : transformasi arcsin

Aksesi berpengaruh sangat nyata terhadap diameter batang setek tetapi tidak berpengaruh terhadap jumlah buku (Tabel 5). Rata-rata diameter batang setek 13 aksesi jarak pagar yaitu 1.61 cm sedangkan rata-rata jumlah buku setek yaitu 14.4 buku. Kisaran diameter batang setek 13 aksesi jarak pagar yaitu 1.32 - 2.18 cm sedangkan kisaran jumlah buku yaitu 12.2 – 17.2 buku.

Diameter batang setek terbesar pada 13 aksesi jarak pagar terdapat pada aksesi Jay sedangkan diameter batang terkecil terdapat pada aksesi Ban-2. Jumlah buku pada aksesi Ban-1 dan Sul-2 sama banyak yaitu 17.2 buku dan merupakan jumlah buku terbanyak diantara 13 aksesi jarak pagar. Aksesi yang memiliki jumlah buku paling sedikit yaitu aksesi Bog-6. Nilai tengah dan pengaruh aksesi terhadap peubah karakter diameter batang setek dan jumlah buku disajikan pada Tabel 6.

Ukuran diameter batang antar aksesi jarak pagar berbeda. Kisaran diameter batang setek 13 aksesi jarak pagar berdasarkan masing-masing daerah asalnya yaitu: daerah Bali (Bal) sekitar 1.38 cm, Banten (Ban-1, Ban-2, dan Ban-3) berkisar 1.32 – 2.14 cm, Biak (Bia) dan Medan (Med) sekitar 1.66 cm, Bogor (Bog-4 dan Bog-6) berkisar 1.44 – 1.54 cm, Jayapura (Jay) sekitar 2.18 cm,

(37)

Sukabumi (Suk-3 dan Suk-5) berkisar 1.44 – 1.50 cm, dan Sulawesi (Sul-2 dan Sul-3) berkisar 1.46 – 1.58 cm (Tabel 6).

Berdasarkan masing-masing daerah asalnya, aksesi jarak pagar yang memiliki rentang ukuran diameter batang yang paling tinggi yaitu aksesi dari daerah Banten (1.32 – 2.14 cm). Diameter batang terkecil pada daerah Banten dimiliki oleh aksesi Ban-2 sedangkan diameter batang tertinggi pada daerah Banten dimiliki oleh aksesi Ban-3. Ukuran diameter batang dari aksesi Ban-2 (1.32 cm) merupakan diameter terkecil diantara aksesi jarak pagar lain sedangkan diameter batang dari aksesi Ban-3 (2.14 cm) merupakan diameter batang terbesar kedua setelah aksesi Jay (2.18 cm).

Kisaran jumlah buku untuk aksesi jarak pagar berdasarkan asal daerahnya yaitu: 14.0 buku untuk aksesi jarak pagar dari Bali, 12.4 – 17.2 buku untuk aksesi dari Banten, 13.0 buku untuk aksesi dari Biak, 12.2 – 16.4 buku untuk aksesi dari Bogor, 13.6 buku untuk aksesi dari Jayapura, 14.2 buku untuk aksesi dari Medan, 12.8 – 14.6 buku untuk aksesi dari Sukabumi dan 14.8 – 17.2 buku untuk aksesi dari Sulawesi (Tabel 6).

Tabel 6. Diameter batang setek dan jumlah buku setek 13 aksesi jarak pagar di pembibitan (0 MSP)

Aksesi Diameter batang setek (cm) Jumlah buku

Bal 1.38 b 14.0 Ban-1 1.62 b 17.2 Ban-2 1.32 b 15.0 Ban-3 2.14 a 12.4 Bia 1.66 b 13.0 Bog-4 1.44 b 16.4 Bog-6 1.54 b 12.2 Jay 2.18 a 13.6 Med 1.66 b 14.2 Suk-3 1.50 b 12.8 Suk-5 1.44 b 14.6 Sul-2 1.46 b 17.2 Sul-3 1.58 b 14.8

Keterangan : Nilai pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

(38)

Aksesi memberikan pengaruh sangat nyata terhadap peubah tinggi cabang pada 0 MSP dan 2 MSP serta berpengaruh nyata pada 6 MSP (Tabel 5). Tinggi cabang pada 0 MSP yaitu berkisar 2.92 – 17.24 cm dengan rata-rata tinggi cabang yaitu 10.33 cm. Kisaran tinggi cabang pada 2 MSP dan 6 MSP yaitu 3.96 – 20.60 cm dan 14.92 – 29.82 cm dengan rata-rata tinggi cabang yaitu 12.56 cm dan 24.05 cm dan pada 10 MSP tinggi cabang berkisar 33.62 – 48.28 cm dengan rata-rata tinggi cabang 43.29 cm.

Pada 0 MSP tinggi cabang tertinggi terdapat pada aksesi Ban-3 dengan tinggi cabang 17.24 cm dan tinggi cabang terendah terdapat pada aksesi Suk-3 dengan tinggi cabang 2.92 cm. Pada 10 MSP cabang tertinggi juga terdapat pada aksesi Ban-3 dengan tinggi cabang 48.28 cm sedangkan cabang terendah terdapat pada aksesi Jay dengan tinggi cabang 33.62 cm. Tinggi cabang pada aksesi Suk-3 mengalami pertumbuhan yang cukup pesat dengan selisih tinggi cabang pada 0 MSP dan 10 MSP sebesar 39.08 cm. Peningkatan pertumbuhan yang pesat ini terjadi pada 6 dan 10 MSP. Pertumbuhan tinggi cabang paling pesat ditunjukkan oleh aksesi Bog-4 dengan selisih tinggi cabang 40.68 cm. Tinggi cabang 13 aksesi jarak pagar pada 0 MSP – 10 MSP ditunjukkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Tinggi cabang 13 aksesi jarak pagar pada 0 – 10 MSP Aksesi Tinggi cabang (cm)

0 MSP 2 MSP 6 MSP 10 MSP Bal 10.26 abcd 15.50 ab 24.24 abc 45.98 Ban-1 10.14 abcd 14.62 abc 29.34 a 45.50 Ban-2 16.76 a 20.60 a 29.24 a 47.70 Ban-3 17.24 a 17.34 ab 28.86 ab 48.28 Bia 8.88 abcde 16.34 ab 21.72 abc 34.52 Bog-4 4.70 de 6.44 cd 23.84abc 45.38 Bog-6 8.40 bcde 12.36 abc 25.30abc 46.90 Jay 7.16 cde 8.30 bcd 14.92 c 33.62 Med 12.82 abc 9.44 bcd 19.30 abc 41.70 Suk-3 2.92 e 3.96 d 18.10 bc 42.00 Suk-5 7.16 bcde 7.42 cd 22.92 abc 44.60 Sul-2 13.8 ab 14.00 abc 29.82 a 46.00 Sul-3 14.06 ab 16.96 ab 26.26 ab 41.80 Keterangan : Nilai pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda

(39)

Tabel 7 menunjukkan bahwa aksesi jarak pagar yang berasal dari daerah Banten memiliki rata-rata tinggi cabang yang tertinggi diantara aksesi dari daerah lain di setiap minggu pengamatan. Rata-rata tinggi cabang untuk aksesi jarak pagar dari Banten pada tiap-tiap MSP yaitu: 14.71 cm pada 0 MSP, 17.52 cm pada 2 MSP, 29.15 cm pada 6 MSP, dan 47.16 cm pada 10 MSP. Aksesi jarak pagar yang memiliki rata-rata tinggi cabang terendah yaitu aksesi jarak pagar dari Sukabumi (pada 0 MSP dan 2 MSP), tetapi setelah mencapai 6 MSP dan 10 MSP terjadi peningkatan pertumbuhan tinggi cabang yang pesat sehingga tinggi cabang aksesi ini dapat menyamai tinggi cabang pada aksesi jarak pagar dari daerah lain.

Rata-rata tinggi cabang pada aksesi jarak pagar yang berasal dari daerah lain pada 0 MSP yaitu 10.26 cm untuk aksesi jarak pagar dari Bali, 8.88 cm untuk aksesi dari Biak, 6.55 untuk aksesi dari Bogor, 7.16 cm untuk aksesi dari Jayapura, 12.82 untuk aksesi dari Medan, dan 13.93 untuk aksesi dari Sulawesi. Rata-rata tinggi cabang pada 10 MSP untuk daerah Bali, Biak, Bogor, Medan, Sukabumi dan Sulawesi masing-masing yaitu 45.98 cm, 34.52 cm, 46.14 cm, 41.70 cm, 43.30 cm, dan 43.90 cm.

Aksesi berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang pada 2 MSP dan sangat nyata pada 6 MSP dan 10 MSP (Tabel 5). Pada 0 MSP jumlah cabang berkisar 3.5 – 6.4 cabang. Jumlah cabang tertinggi terdapat pada aksesi Ban-2 sedangkan jumlah cabang terendah terdapat pada aksesi Ban-1. Pada 10 MSP jumlah cabang bervariasi antar aksesi. Jumlah cabang pada 10 MSP berkisar 2.4 - 5.2 cabang. Jumlah cabang tertinggi terdapat pada aksesi Ban-2 sedangkan jumlah cabang terendah terdapat pada aksesi Suk-3. Jumlah cabang 13 aksesi jarak pagar pada 0 – 10 MSP dapat dilihat pada Tabel 8.

Beberapa aksesi jarak pagar di lapangan mengalami penurunan jumlah cabang yang diakibatkan karena kerontokan, terutama terjadi pada cabang-cabang kecil. Pada 10 MSP kisaran jumlah cabang tertinggi terdapat pada aksesi yang berasal dari Banten yang berkisar 3.2 – 5.2 cabang. Pada daerah ini jumlah cabang tertinggi terdapat pada aksesi Ban-2. Jumlah cabang pada aksesi Ban-2 ini merupakan jumlah cabang tertinggi diantara aksesi jarak pagar lain. Kisaran jumlah cabang untuk aksesi jarak pagar dari daerah selain Banten yaitu 4.8 cabang untuk aksesi jarak pagar dari Bali dan Biak, 3.4 cabang untuk aksesi dari Bogor,

(40)

3.6 cabang untuk aksesi dari Jayapura, 3.8 cabang untuk aksesi dari Medan, 2.5 - 4 cabang untuk askesi dari Sukabumi, dan 3.4 – 4.4 cabang untuk aksesi dari Sulawesi (Tabel 8).

Tabel 8. Jumlah cabang 13 aksesi jarak pagar pada 0 – 10 MSP Aksesi Jumlah cabang

0 MSP 2 MSP 6 MSP 10 MSP Bal 5.0 4.6 4.8 ab 4.8 ab Ban-1 3.5 2.6 3.2 cd 3.2 cd Ban-2 6.4 5.2 5.2a 5.2 a Ban-3 5.0 4.2 4.8 ab 4.8 ab Bia 4.2 3.4 4.8 ab 4.8 ab Bog-4 4.4 2.8 3.4 bcd 3.4 bcd Bog-6 4.8 2.8 3.4 bcd 3.4 bcd Jay 5.8 2.8 3.6 bcd 3.6 bcd Med 5.2 3.8 3.8 abcd 3.8 abcd Suk-3 5.8 3.8 2.4 d 2.4 d Suk-5 3.6 2.8 2.6 d 2.6 d Sul-2 3.8 3.4 3.4 bcd 3.4 bcd Sul-3 4.4 4.2 4.4 abc 4.4 abc Keterangan : Nilai pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda

nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

Aksesi berpengaruh sangat nyata terhadap diameter cabang pada 10 MSP (Tabel 5) tetapi tidak berpengaruh pada 2 MSP dan 6 MSP. Diameter cabang pada 2 MSP berkisar 0.48 – 0.70 cm sedangkan pada 6 MSP dan 10 MSP diameter cabang berkisar 0.74 – 1.14 cm dan 1.11 – 1.61 cm dengan rata-rata 0.91 cm dan 1.37 cm. Pada 10 MSP diameter cabang tertinggi terdapat pada aksesi Bog-4 dan diameter terendah terdapat pada aksesi Jay (Tabel 9).

Diameter cabang pada 10 MSP berbeda antar aksesi. Berdasarkan asal daerahnya aksesi jarak pagar yang berasal dari Bogor memiliki kisaran diameter cabang 1.46 – 1.61 cm dengan rata-rata diameter cabang sebesar 1.54 cm. Aksesi dari Bogor ini memiliki rata-rata diameter cabang tertinggi diantara daerah lain sedangkan rata-rata diameter cabang terendah terdapat pada aksesi dari Jayapura yaitu 1.11 cm. Kisaran diameter cabang untuk aksesi jarak pagar dari daerah lain yaitu 1.27 cm untuk aksesi jarak pagar dari Bali, 1.27 – 1.57 cm untuk aksesi dari Banten, 1.15 cm untuk aksesi dari Biak, 1.34 cm untuk aksesi dari Medan,

(41)

1.34 – 1.53 cm untuk aksesi dari Sukabumi dan 1.40 – 1.44 cm untuk aksesi dari Sulawesi. Rata-rata diameter cabang untuk aksesi jarak pagar dari daerah Bali, Banten, Biak, Medan, Sukabumi, dan Sulawesi masing-masing yaitu 1.27 cm, 1.41 cm, 1.15 cm, 1.34 cm, 1.44 cm, dan 1.42 cm. Diameter cabang 13 aksesi jarak pagar pada 0 – 10 MSP dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Diameter cabang 13 aksesi jarak pagar pada 2 – 10 MSP Aksesi Diameter cabang

2 MSP 6 MSP 10 MSP Bal 0.61 0.82 1.27 bcd Ban-1 0.67 1.14 1.57 a Ban-2 0.63 0.97 1.27 bcd Ban-3 0.64 0.89 1.38 abc Bia 0.60 0.74 1.15 cd Bog-4 0.67 0.95 1.61 a Bog-6 0.56 0.90 1.46 ab Jay 0.48 0.83 1.11 d Med 0.70 0.96 1.34 abcd Suk-3 0.54 0.80 1.53 ab Suk-5 0.61 0.92 1.34 abcd Sul-2 0.64 1.00 1.44 ab Sul-3 0.56 0.92 1.40 abc

Keterangan : Nilai pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

Aksesi tidak berbeda nyata terhadap peubah jumlah daun (Tabel 5). Rata-rata jumlah daun jarak pagar pada tiap-tiap MSP yaitu 8.1 helai pada 0 MSP, 9.5 helai pada 2 MSP, 27.7 helai pada 6 MSP dan 48.4 helai pada 10 MSP. Jumlah daun tertinggi pada 0 MSP terdapat pada aksesi Med (10.2 helai) sedangkan jumlah daun terendah terdapat pada aksesi Ban-3 (6.4 helai). Pada 10 MSP jumlah daun tertinggi terdapat pada aksesi Sul-3 (65.2 helai) sedangkan jumlah daun terendah terdapat pada aksesi Jay (22.2 helai).

Pada 10 MSP aksesi jarak pagar dari Bogor memiliki rata-rata jumlah daun tertinggi diantara aksesi dari daerah lain sedangkan rata-rata jumlah daun terendah terdapat pada aksesi yang berasal dari Jayapura. Rata-rata jumlah daun untuk aksesi jarak pagar dari Bali, Banten, Biak, Bogor, Jayapura, Medan, Sukabumi,

(42)

dan Sulawesi masing-masing yaitu 47.4 helai, 51.6 helai, 45.4 helai, 54.5 helai, 22.2 helai, 44.4 helai, 48.9 helai, dan 53.7 helai.

Aksesi berpengaruh nyata terhadap panjang daun jarak pagar pada 0 MSP tetapi tidak berpengaruh pada 2 MSP, 6 MSP, dan 10 MSP (Tabel 5). Panjang daun pada 0 MSP berkisar 7.54 – 10.60 cm dengan rata-rata panjang daun sebesar 9.10 cm. Panjang daun tertinggi terdapat pada aksesi Sul-2 sedangkan panjang daun terendah terdapat pada aksesi Bog-6. Pada 10 MSP panjang daun berkisar 12.56 – 15.18 cm dengan rata-rata 13.37 cm. panjang daun tertinggi pada 10 MSP terdapat pada aksesi Sul-2 sedangkan panjang daun terendah terdapat pada aksesi Jay (Tabel 10).

Tabel 10. Panjang daun 13 aksesi jarak pagar pada 0 MSP – 10 MSP Aksesi Panjang daun (cm)

0 MSP 2 MSP 6 MSP 10 MSP Bal 9.00 abc 10.5 11.48 13.42 Ban-1 9.26 abc 10.74 12.22 12.74 Ban-2 10.44 ab 10.58 11.40 12.60 Ban-3 10.50 a 9.28 11.46 13.76 Bia 7.92 bc 10.50 10.98 14.40 Bog-4 8.10 abc 8.48 11.34 13.44 Bog-6 7.54 c 9.14 11.74 13.24 Jay 8.42 abc 9.28 9.82 12.56 Med 10.52 a 9.58 11.10 12.72 Suk-3 8.10 abc 8.74 11.10 12.64 Suk-5 9.31 abc 9.74 11.94 14.28 Sul-2 10.60 a 10.88 11.52 15.18 Sul-3 8.60 abc 8.78 11.40 12.80

Keterangan : Nilai pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa berdasarkan asal daerahnya, kisaran panjang daun tertinggi terdapat pada aksesi yang berasal dari Sulawesi yaitu sekitar 8.60 cm (Sul-3) – 10.60 cm (Sul-2). Rata-rata panjang daun untuk aksesi jarak pagar yang berasal dari daerah Bali, Banten, Biak, Bogor, Jayapura, Medan, Sukabumi, dan Sulawesi yaitu 9.00 cm, 10.07 cm, 7.92 cm, 7.82 cm, 8.42 cm, 10.52 cm, 8.71 cm dan 9.60 cm.

(43)

Aksesi tidak berpengaruh terhadap lebar daun jarak pagar (Tabel 5). Kisaran lebar daun pada 0 MSP, 2 MSP, 6 MSP, dan 10 MSP yaitu 7.40 – 11.84 cm, 8.96 – 12.06 cm, 10.70 – 13.60 cm, dan 14.54 – 17.50 cm sedangkan rata-rata lebar daun pada 0 MSP, 2 MSP, 6 MSP, dan 10 MSP yaitu 9.49 cm,10.30 cm, 12.71 cm, dan 16.08 cm. Lebar daun tertinggi pada 0 MSP terdapat pada aksesi Sul-2 dan lebar daun terendah terdapat pada aksesi Bog-6. Namun pada 10 MSP lebar daun tertinggi terdapat pada aksesi Ban-1 dan lebar daun terendah terdapat pada aksesi Bia. Pada 10 MSP rata-rata lebar daun untuk aksesi jarak pagar yang berasal dari daerah Bali, Banten. Biak, Bogor, Jayapura, Medan, Sukabumi, dan Sulawesi masing-masing yaitu 17.48 cm, 16.35 cm, 14.54 cm, 16.12 cm, 15.26 cm, 16.02 cm, 15.40 cm dan 16.80 cm.

Aksesi berpengaruh sangat nyata terhadap panjang tangkai daun jarak pagar pada 6 MSP dan 10 MSP tetapi tidak berpengaruh pada 2 MSP (Tabel 5). Kisaran panjang tangkai daun pada 2 MSP, 6 MSP, dan 10 MSP yaitu 9.28 – 14.46 cm, 10.54 – 16.30 cm, dan 14.10 – 19.70 cm. Rata-rata panjang tangkai daun pada 2 MSP, 6 MSP, dan 10 MSP yaitu 12.47 cm, 13.71 cm, dan 16.99 cm. Panjang tangkai daun 13 aksesi jarak pagar ditunjukkan pada Tabel 11.

Tabel 11. Panjang tangkai daun 13 aksesi jarak pagar pada 0 - 10 MSP Aksesi Panjang tangkai daun (cm)

2 MSP 6 MSP 10 MSP Bal 14.24 16.30 a 17.08 abc Ban-1 13.96 14.70 a 16.60 bcd Ban-2 13.46 14.32 a 17.90 ab Ban-3 13.34 14.76 a 19.70 a Bia 10.36 10.94 bcd 16.64 bcd Bog-4 13.36 15.52 a 17.96 ab Bog-6 13.66 13.56 abcd 16.20 bcd Jay 10.98 10.54 d 14.98 cd Med 11.74 10.78 cd 14.10 d Suk-3 9.28 14.12 ab 17.86 ab Suk-5 12.74 13.92 abc 17.04 abc Sul-2 14.46 14.24 a 16.74 bcd Sul-3 11.36 14.48 a 18.02 ab

Keterangan: Nilai pada kolom yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5 %

(44)

Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa pada 10 MSP panjang tangkai daun tertinggi terdapat pada aksesi Ban-3 sedangkan panjang tangkai daun terendah terdapat pada aksesi Medan. Berdasarkan asal daerah dari aksesi jarak pagar, rata-rata panjang daun untuk aksesi dari Banten lebih tinggi dari daerah lain sedangkan rata-rata panjang tangkai daun terendah terdapat pada aksesi dari daerah Medan. Rata-rata panjang tangkai daun jarak pagar untuk tiap - tiap daerah pada 10 MSP yaitu 17.08 cm untuk aksesi jarak pagar dari Bali, 18.07 cm untuk aksesi dari Banten, 16.64 cm untuk aksesi dari Biak, 17.08 cm untuk aksesi dari Bogor, 14.98 cm untuk aksesi dari Jayapura, 14.10 cm untuk aksesi dari Medan, 17.45 cm untuk aksesi dari Sukabumi dan 17.38 cm untuk aksesi dari Sulawesi.

Aksesi berpengaruh terhadap beberapa peubah produksi jarak pagar yaitu persentase cabang produktif, waktu mekar bunga pertama, dan keserempakan masak buah tetapi tidak berpengaruh terhadap jumlah cabang produktif (Tabel 5). Jumlah cabang produktif 13 aksesi jarak pagar berkisar 1.8 – 4.2 cabang dengan rata-rata sebesar 2.9 cabang. Jumlah cabang produktif tertinggi terdapat pada aksesi Bia sedangkan jumlah cabang produktif terendah terdapat pada aksesi Ban-1.

Berdasarkan daerah asal dari aksesi jarak pagar, rata-rata jumlah cabang produktif tertinggi terdapat pada aksesi jarak pagar yang berasal dari Biak sedangkan jumlah cabang produktif terendah terdapat pada aksesi jarak pagar dari Banten. Rata-rata jumlah cabang produktif untuk aksesi jarak pagar dari tiap daerah yaitu 3.3 cabang untuk aksesi jarak pagar dari Bali, 2.4 cabang untuk aksesi dari Banten, 4.2 cabang untuk aksesi dari Biak, 2.8 cabang untuk aksesi dari Bogor, 3.6 cabang untuk aksesi dari Jayapura, 3.3 cabang untuk aksesi dari Medan, 2.5 cabang untuk aksesi dari Sukabumi, dan 2.8 cabang untuk aksesi dari Sulawesi (Tabel 12).

Persentase cabang produktif berbeda antar aksesi jarak pagar. Kisaran persentase cabang produktif dari 13 aksesi jarak pagar yaitu 58.75 % - 100 % dengan rata-rata persentase cabang produktif sebesar 82.98 %. Persentase cabang produktif tertinggi (100 %) terdapat pada empat aksesi yaitu aksesi Bog-4, Jay, Suk-3 dan Suk-5 sedangkan persentase cabang produksi terendah terdapat pada aksesi Ban-2. Berdasarkan daerah asal dari aksesi jarak pagar, rata-rata persentase

Gambar

Tabel 1.  Kondisi iklim selama Oktober 2009 sampai April 2010 di Kebun  Jarak Pagar PT
Gambar  1.  Tanaman  jarak  pagar  yang  terserang  hama  dan  penyakit  :            a) terserang tungau; b) terserang embun tepung; c) terserang  bercak daun bakteri; d) terserang kutu tepung putih
Gambar 2.   Jumlah sudut tepi daun jarak pagar : a) jumlah sudut tepi daun  lima; b) jumlah sudut tepi daun 7; c) tepi daun bergerigi
Gambar 3.  Warna daun muda jarak pagar:  a)  coklat;  b)  hijau  kecoklatan;
+7

Referensi

Dokumen terkait

ice I,II dan III.Dari penelitian didapat : Temperatur dengan suhu paling rendah yang sesuai dengan anjuran penyimpanan dingin bahan pangan buah 6,6 -10 ˚C dapat dicapai pada

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan karunia dan nikmat yang diberikan oleh-Nya sehingga kegiatan Seminar Nasional Pendidikan Biologi

Mutu lulusan di pengaruhi setidaknya oleh dua faktor yaitu, pendidik dan proses pembelajaran; pendidik dalam pendidikan kesetaraan dikenal dengan istilah tutor

Dari tinjauan pustaka tersebut maka penulis terinspirasi melakukan penelitian yang berjudul Aplikasi Pengelolaan Data Kearsipan Pada SMA Negeri 1 Mlonggo Jepara Berbasis

Berdasarkan uraian di atas maka untuk mendalami pengaruh dari setiap variabel, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Supportive Work Environment

Penelitian yang telah dilakukan menggunakan alat bantu Protégé, suatu alat bantu untuk menyusun model pengetahuan tanaman hias kedalam bentuk ontologi hirarki class ,

Alhamdullilahirobi l’ alamin, praise and gratitude to the most gracious and most merciful, Allah SWT for blessing the researcher in performing this research paper, under the title of