• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.2.Trauma Murni 2 Trauma Murni adalah apabila korban didiagnosa dengan satu kecederaan pada salah satu regio atau bagian anatomis yang mayor.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1.2.Trauma Murni 2 Trauma Murni adalah apabila korban didiagnosa dengan satu kecederaan pada salah satu regio atau bagian anatomis yang mayor."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1.1.Trauma1

Pengertian trauma secara umum adalah luka atau jejas baik fisik maupun psikis. Trauma dengan kata lain disebut injury atau wound, dapat diartikan sebagai kerusakan atau luka yang biasanya disebabkan oleh tindakan-tindakan fisik dengan terputusnya kontinuitas normal suatu struktur. Trauma juga diartikan sebagai suatu kejadian tidak terduga atau suatu penyebab sakit, karena kontak yang keras dengan suatu benda.

1.2.Trauma Murni2

Trauma Murni adalah apabila korban didiagnosa dengan satu kecederaan pada salah satu regio atau bagian anatomis yang mayor.

1.3.

Trauma multipel2

Trauma multipel atau politrauma adalah apabila terdapat 2 atau lebih kecederaan secara fisikal pada regio atau organ tertentu, dimana salah satunya bisa menyebabkan kematian dan memberi impak pada fisikal, kognitif, psikologik atau kelainan psikososial dan disabilitas fungsional. Trauma kepala paling banyak dicatat pada pasien politrauma dengan kombinasi dari kondisi yang cacat seperti amputasi, kelainan pendengaran dan penglihatan, post-traumatic stress syndrome dan kondisi kelainan jiwa yang lain (Veterans Health Administration Transmittal Sheet).

1. Trauma servikal, batang otak dan tulang belakang

Trauma yang diakibatkan kecelakaan lalu lintas, jatuh dari tempat yang tinggi serta pada aktivitas olahraga yang berbahaya boleh menyebabkan cedera pada beberapa bagian ini. Antara kemungkinan kecederaan yang bisa timbul adalah seperti berikut:

 Kerusakan pada tulang servikal C1-C7; cedera pada C3 bisa menyebabkan pasien apnu. Cedera dari C4-C6 bisa menyebabkan pasien kuadriplegi, paralisis hipotonus tungkai atas dan bawah serta syok batang otak.

 Fraktur Hangman terjadi apabila terdapat fraktur hiperekstensi yang bilateral pada tapak tulang servikal C2.

 Tulang belakang torak dan lumbar bisa diakibatkan oleh cedera kompresi dan cedera dislokasi.

 Spondilosis servikal juga dapat terjadi.

 Cedera ekstensi yaitu cedera „Whiplash‟ terjadi apabila berlaku ekstensi pada tulang servikal.

2. Trauma toraks

Trauma toraks bisa terbagi kepada dua yaitu cedera dinding toraks dan cedera paru. a. Cedera dinding torak seperti berikut:

• Patah tulang rusuk.

• Cedera pada sternum atau „steering wheel‟. • Flail chest.

(2)

• Open „sucking‟ pneumothorax.

b. Cedera pada paru adalah seperti berikut: • Pneumotoraks.

• hematorak.

• Subcutaneous(SQ) dan mediastinal emphysema. • Kontusio pulmonal.

• Hematom pulmonal. • Emboli paru.

3. Trauma abdominal

Trauma abdominal terjadi apabila berlaku cedera pada bagian organ dalam dan bagian luar abdominal yaitu seperti berikut:

 Kecederaan yang bisa berlaku pada kuadran kanan abdomen adalah seperti cedera pada organ hati, pundi empedu, traktus biliar, duodenum dan ginjal kanan.

 Kecederaan yang bisa berlaku pada kuadran kiri abdomen adalah seperti cedera pada organ limpa, lambung dan ginjal kiri.

 Kecederaan pada kuadran bawah abdomen adalah cedera pada salur ureter, salur uretral anterior dan posterior, kolon dan rektum.

 Kecederaan juga bisa terjadi pada organ genital yang terbagi dua yaitu cedera penis dan skrotum.

4. Tungkai atas

Trauma tungkai atas adalah apabila berlaku benturan hingga menyebabkan cedera dan putus ekstrimitas. Cedera bisa terjadi dari tulang bahu, lengan atas, siku, lengan bawah, pergelangan tangan, jarijari tangan serta ibu jari.

5. Tungkai bawah

Kecederaan yang paling sering adalah fraktur tulang pelvik. Cedera pada bagian lain ekstrimitas bawah seperti patah tulang femur, lutut atau patella, ke arah distal lagi yaitu fraktur tibia, fraktur fibula, tumit dan telapak kaki.

Seperempat dari jumlah kematian trauma terjadi akibat cedera dada. Kematian segera terjadi jika kerusakan mengenai jantung dan pembuluh darah besar. Kematian pada fas berikutnya disebabkan karena obstruksi jalan nafas, tamponade jantung atau aspirasi. 1.4.Memindahkan korban3

Sebelum evakuasi, petugas kesehatan harus melakukan:

1) pemeriksaan kondisi dan stabilitas pasien dengan memantau tanda-tanda vital; 2) pemeriksaan peralatan yang melekat pada tubuh pasien seperti infus, pipa ventilator/oksigen, peralatan immobilisasi dan lain‐lain

(3)

Korban tidak boleh dipindahkan sebelum:

1) korban berada pada kondisi yang paling stabil;

2) korban telah disiapkan peralatan yang memadai untuk transportasi;

3) fasilitas kesehatan penerima telah diinformasikan dan siap menerima korban; 4) kendaraan yang digunakan dalam kondisi layak pakai.

1.5.ABCDE dalam trauma4

Pengelolaan trauma ganda yang berat memerlukan kejelasan dalam menetapkan prioritas. Tujuannya adalah segera mengenali cedera yang mengancam jiwa dengan Survey

Primer, seperti :

• Obstruksi jalan nafas

• Cedera dada dengan kesukaran bernafas • Perdarahan berat eksternal dan internal • Cedera abdomen

Jika ditemukan lebih dari satu orang korban maka pengelolaan dilakukan berdasar prioritas (triage) Hal ini tergantung pada pengalaman penolong dan fasilitas yang ada. Survei ABCDE(Airway, Breathing, Circulation, Disability, Exposure)ini disebut survei primer yang harus selesai dilakukan dalam 2 - 5 menit. Terapi dikerjakan serentak jika korban mengalami ancaman jiwa akibat banyak sistim yang cedera :

Airway

Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bicara dan bernafas dengan bebas ? Jika ada obstruksi maka lakukan :

• Chin lift / jaw thrust (lidah itu bertaut pada rahang bawah) • Suction / hisap (jika alat tersedia)

• Guedel airway / nasopharyngeal airway

• Intubasi trakhea dengan leher di tahan (imobilisasi) pada posisi netral Breathing

Menilai pernafasan cukup. Sementara itu nilai ulang apakah jalan nafas bebas. Jika pernafasan tidak memadai maka lakukan :

• Dekompresi rongga pleura (pneumotoraks) • Tutuplah jika ada luka robek pada dinding dada • Pernafasan buatan

Berikan oksigen jika ada Sirkulasi

Menilai sirkulasi / peredaran darah. Sementara itu nilai ulang apakah jalan nafas bebas dan pernafasan cukup. Jika sirkulasi tidak memadai maka lakukan :

(4)

• Segera pasang dua jalur infus dengan jarum besar (14 - 16 G) • Berikan infus cairan

Disability

Menilai kesadaran dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respons terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur Glasgow Coma Scale

AWAKE = A

RESPONS BICARA (verbal) = V RESPONS NYERI = P

TAK ADA RESPONS = U Cara ini cukup jelas dan cepat. Eksposure

Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cedera yang mungkin ada. Jika ada kecurigaan cedera leher atau tulang belakang, maka imobilisasi in-line harus dikerjakan.

1.6. Glasgow Coma Scale5

GCS (Glasgow Coma Scale) adalah skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan.

a. secara kualitatif

1. ComposMentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.

2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya,

sikapnya acuh tak acuh.

3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.

4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.

5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.

6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya)

(5)

1. Menilai respon membuka mata (E) (4) : spontan

(3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).

(2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari)

(1) : tidak ada respon

2. Menilai respon Verbal/respon Bicara (V) (5) : orientasi baik

(4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi tempat dan waktu.

(3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”)

(2) : suara tanpa arti (mengerang) (1) : tidak ada respon

3. Menilai respon motorik (M) (6) : mengikuti perintah

(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri)

(4) : withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri)

(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).

(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).

(1) : tidak ada respon

Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam simbol E…V…M… Selanutnya nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu E4V5M6 dan terendah adalah 3 yaitu E1V1M1

Setelah dilakukan scoring maka dapat diambil kesimpulan :

(Compos Mentis(GCS: 15-14) / Apatis (GCS: 13-12) / Somnolen(11-10) / Delirium (GCS: 9-7)/ Sporo coma (GCS: 6-4) / Coma (GCS: 3))

1.6.1. Tingkat Keparahan Trauma Kepala dengan Skor Koma Glasgow (SKG)6

Skala koma Glasgow adalah nilai (skor) yang diberikan pada pasien trauma kapitis, gangguan kesadaran dinilai secara kwantitatif pada setiap tingkat kesadaran. Bagian- bagian yang dinilai adalah;

(6)

1. Proses membuka mata (Eye Opening)

2. Reaksi gerak motorik ekstrimitas (Best Motor Response) 3. Reaksi bicara (Best Verbal Response)

Berdasarkan Skala Koma Glasgow, berat ringan trauma kapitis dibagi atas;

1. Trauma kapitis Ringan, Skor Skala Koma Glasgow 14 – 15 2. Trauma kapitis Sedang, Skor Skala Koma Glasgow 9 – 13 3. Trauma kapitis Berat, Skor Skala Koma Glasgow 3 – 8

a) Trauma Kepala Ringan

Dengan Skala Koma Glasgow >12, tidak ada kelainan dalam CTscan, tiada lesi operatif dalam 48 jam rawat inap di Rumah Sakit. Trauma kepala ringan atau cedera kepala ringan adalah hilangnya fungsi neurologi atau menurunnya kesadaran tanpa menyebabkan kerusakan lainnya. Cedera kepala ringan adalah trauma kepala dengan GCS: 15 (sadar penuh) tidak kehilangan kesadaran, mengeluh pusing dan nyeri kepala, hematoma, laserasi dan abrasi. Cedera kepala ringan adalah cedara otak karena tekanan atau terkena benda tumpul. Cedera kepala ringan adalah cedera kepala tertutup yang ditandai dengan hilangnya kesadaran sementara. Pada penelitian ini didapat kadar laktat rata-rata pada penderita cedera kepala ringan 1,59 mmol/L.

b) Trauma Kepala Sedang

Dengan Skala Koma Glasgow 9 - 12, lesi operatif dan abnormalitas dalam CT-scan dalam 48 jam rawat inap di Rumah Sakit. Pasien mungkin bingung atau somnolen namun tetap mampu untuk mengikuti perintah sederhana (SKG 9-13). Pada suatu penelitian penderita cedera kepala sedang mencatat bahwa kadar asam laktat rata-rata 3,15 mmol/L.

c) Trauma Kepala Berat

Dengan Skala Koma Glasgow < 9 dalam 48 jam rawat inap di Rumah Sakit. Hampir 100% cedera kepala berat dan 66% cedera kepala sedang menyebabkan cacat yang permanen. Pada cedera kepala berat terjadinya cedera otak primer seringkali disertai cedera otak sekunder apabila proses patofisiologi sekunder yang menyertai tidak segera dicegah dan dihentikan. Penelitian pada penderita cedera kepala secara klinis dan eksperimental menunjukkan bahwa pada cedera kepala berat dapat disertai dengan peningkatan titer asam laktat dalam jaringan otak dan cairan

(7)

serebrospinalis (CSS) ini mencerminkan kondisi asidosis otak. Penderita cedera kepala berat, penelitian menunjukkan kadar rata-rata asam laktat 3,25 mmol/L.

1.7.Klasifikasi Triage3 1. Triase di Tempat

Triase awal di tempat kejadian dan penampungan Bisa dilakukan oleh petugas non kesehatan 2. Triase medik

Ptugas kesehatan terlatih di pos kesehatan untuk menentukan tingkat prawatan lanjutan 3. Triase Evakuasi

korban yang membutuhkan perawatan lebih lanjut di RS dg sarana yang lebih lengkap atau pos medis belakang

Tempat perawatan merah;  Korban dengan trauma multipel

 Dikelola oleh ahli anestesi atau dokter ahli yang berpengalaman

 Bertempat di unit gawat darurat yang telah dilengkapi dengan peralatan yang memadai dan disiapkan untuk menerima penderita gawat darurat.

 merah, sebagai penanda korban yang membutuhkan stabilisasi segera dan korban yang mengalami:

a) syok oleh berbagai kausa; b) gangguan pernapasan;

c) trauma kepala dengan pupil anisokor; d) perdarahan eksternal masif.

Tempat perawatan kuning;  monitoring terus menerus

 pemeriksaan ulang kondisi korban dan segala usaha untuk mempertahankan

kestabilannya. Jika kemudian kondisi korban memburuk, ia harus segera dipindahkan ke tempat merah.

 Dikelola oleh seorang dokter.

 kuning, sebagai penanda korban yang memerlukan pengawasan ketat, tetapi perawatan dapat ditunda sementara. Termasuk dalam kategori ini:

a) korban dengan risiko syok (korban dengan gangguan jantung, trauma abdomen);

b) fraktur multipel; c) fraktur femur/pelvis; d)luka bakar luas;

(8)

f) korban dengan status yang tidak jelas Tempat perawatan hijau;

 Jika penatalaksanaan pra rumah sakit tidak efisien, banyak korban dengan status ini akan dipindahkan ke rumah sakit.

 Sebaiknya berada jauh dari unit perawatan utama lainnya.  Korban dapat dikirim ke puskesmas atau pos kesehatan terdekat.

 hijau, sebagai penanda kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau pemberian pengobatan dapat ditunda, mencakup korban yang mengalami:

a) fraktur minor;

b) luka minor, luka bakar minor;

c) korban dalam kategori ini, setelah pembalutan luka dan atau pemasangan bidai dapat dipindahkan pada akhir operasi lapangan;

d) Korban dengan prognosis infaust, jika masih hidup pada akhir operasi lapangan, juga akan dipindahkan ke fasilitas kesehatan.

hitam, sebagai penanda korban yang telah meninggal dunia. 1.8.Sistem Penanganan Gawat Darurat Terpadu7

Hakekat SPGDT-S adalah sistem yang didesign berdasar SISKENAS untuk memberi pertolongan yang tepat - cermat - cepat pada penderita gawat darurat untuk mencegah kematian dan kecacadan.

Komponen Utama SPGDT-S adalah: 1. SDM Terlatih.

2. Sistem Komunikasi dan Bidan di Desa sampai RS kelas A / B. 3. Sistem Transportasi (Ambulans)

4. Sistem Pendanaan : Askes, Jasa Raharja, JPKM, dll yang perlu dikembangkan. 5. Sistem kerja sama lintas sektor Masyarakat, Polri, PMK, DLLAJR, dll.

SPGDT-B adalah SPGDT-S yang dieskalasikan untuk menanggulangi bencana baik : BENCANA ALAM

BENCANA INDUSTRIAL (karena ulah mansia, misal : Bophal,Chernobyl ). BENCANA KOMPLEKS.

1.9.Klasifikasi luka8

Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit. Luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain. Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu dan menunjukkan derajat luka.

1. Berdasarkan tingkat kontaminasi

a. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan

(9)

drainase tertutup (misal; Jackson – Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.

b. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%.

c. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%.

d. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya mikroorganisme pada luka.

2. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka

a. Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.

b. Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.

c. Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya. d. Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan

tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas. 3. Berdasarkan waktu penyembuhan luka

a. Luka akut : yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati.

b. Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen.

1.9.1. Mekanisme terjadinya luka9 Abrasi

Merupakan perlukaan paling superfisial, dengan definisi tidak menembus lapisan epidrmis. Abrasi yang sesungguhnya tidak berdarah karena pembuluh darah terdapat pada dermis. Kontak gesekan yang mengangkat sel keratinisasi dan sel

(10)

dibawahnya akan menyebabkan darah tersebut oucat dan lebam oleh karena cairan eksudat jaringan.

Kontusio atau memar

Meskipun sering bersamaan dengan abrasi dan laserasi, memar murni terjadi karena kebocoran pada pembuluh darah dengan epidermis yang utuh oleh karena proses mekanis. Kontusio disebabkan oleh kerusakan vena, venule,arteri kecil. Luka gores/ laserasi

Luka robek (laceration) adalah jenis kekerasan benda tumpul (blunt force injury) yang merusak atau merobek kulit (epidermis & dermis) dan jaringan dibawahnya (lemak,folikel rambut, kelenjar keringat & kelenjar sebasea).

Luka iris / incisi

Luka yang disebabkan oleh objek yang tajam, biasanya mencakup selluruh luka akibat benda-benda seperti pisau, pedang, silet, kaca, kampak, tajam, dll. Ciri yang paling penting dari luka iris adalah adanya pemisahan yang rapih dari kulit dan jaringan dibawahnya, maka sudut bagian luar biasanya bisa dikatakan berrsih dari kerusakan apapun.

Luka potong

Adalah luka iris yang kedalaman lebih panjang. Luka potong tidak lebih berbahaya dibandingkan tikaman, sebagaimana ketidakdalaman luka tidak ada terlalu mempengaruhi organ vital, khususnya target utama nya adalah tangan dan muka.

Luka tikam dan luka yang berpenetrasi

Menikam biasanya dengan pisau, sering terjadi pada kasus pembunuhan dan pembantaian.

Luka tusuk (punctured wound)

Luka terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.

Luka Bakar (Combustio)

Luka yang disebabkan oleh trauma panas, listrik, kimiawi,radiasi atau suhu dingin yang ekstrim.

(11)

1.10. Pendarahan10

Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah akibatkerusakan (robekan) pembuluh darah. Kehilangan darah bisa disebabkan perdarahan internal dan eksternal. Perdarahan internal lebih sulit diidentifikasi.Jika pembuluh darah terluka maka akan segera terjadi kontriksi dinding pembuluh darah sehingga hilangnya darah dapat berkurang. Platelet mulaimenempel pada tepi yang kasar sampai terbentuk sumbatan. Jenis perdarahan

Berdasarkan letak keluarnya darah:

A. Perdarahan Luar Ada 3 macam perdarahan : 1.Perdarahan dari pembuluh rambut (kapiler) Tanda ± tandanya :

 Perdarahan tidak hebat

 Keluar perlahan ± lahan berupa rembesan

 Biasanya perdarahan berhenti sendiri walaupun tidak diobati

 Mudah untuk menghentikan dengan perawatan luka biasa 2.Perdarahan dari pembuluh darah balik (vena)

Tanda ± tandanya :

 Warna darah merah tua

 Pancaran darah tidak begitu hebat dibanding perdarahan arteri

 Perdarahan mudah untuk dihentikan dengan cara menekan dan meninggikananggota badan yang luka lebih tinggi dari jantung.

3.Perdarahan dari pembuluh nadi (arteri) Tanda ± tandanya :

 Warna darah merah muda

 Keluar secara memancar sesuai irama jantung

 Biasanya perdarahan sukar untuk dihentikan B. Perdarahan Dalam

Perdarahan dalam adalah perdarahan yang terjadi di dalam rongga dada,rongga tengkorak dan rongga perut. Biasanya tidak tampak darah mengalir keluar, tapi terkadang dapat juga darah keluar melalui lubang hidung,telinga, dan mulut.

Penyebab:

 Pukulan keras, terbentur hebat

 Luka tusuk

 Luka tembak

(12)

 Robeknya pembuluh darah akibat terkena ujung tulang yang patah. Gejala Tergantung jenis pembuluh darah yang terkena, tetapi pada tiap perdarahan dalam terjadi gangguan umum (shock/ pingsan)

1.Perdarahan Dalam Rongga Kepala

 Karena pecahnya pembuluh darah akibat benturan, hipertensi.

 Gejala ± gejala sama dengan gegar otak berat 2.Perdarahan Dalam Rongga Perut

 Karena pecahnya hati/ limpa/ ginjal akibat trauma

 Gejala Riwayat trauma pada bagian perut/ pinggang

 Tampak kesakitan pada bagian perut

 Banyak keringat dingin, pucat

 Suhu badan naik

 Kesadaran menurun sampai pingsan/ koma

 Perut tegang seperti papan

Pada perdarahan eksternal, jika berlebihan akan terlihat jelas pada pakaian. Jikaseseorang menggunakan pakaian yang tebal perdarahan mungkin tidak terlihat.Pemeriksaan harus cepat-cepat memeriksa tubuh pasien dengan membuka pakaian terlebih dahulu, yakinkan bagian-bagian yang terbawah sudahdiperiksa. Pakaian yang berlumuran darah dapat digunting sehingga daerahyang terluka dapat diperiksa. Kulit kepala mengandung banyak pembuluhdarah, lacerasi kecil pun dapat menyebabkan perdarahan yang hebat. Sedangkan perdarahan internal sukar diidentifikasi. Perdarahan didalam rongga(pneumothorak) bisa menghambat pernafasan dan akan mengakibatkan nyeridada. Perdarahan pada rongga perut akan menyebabkan kekakuan pada ototabdomen dan nyeri abdomen. Hemoptysis dan hematemisis menunjukkanadanya perdarahan di paru-paru atau perdarahan saluran pencernaan. Shock dapat terjadi pada perdarahan internal dan eksternal yang hebat. Korban dikajiterhadap nadi yang sangat cepat tetapi lemah, pernafasan lambat dan dangkal,kulit dingin, cemas gelisah dan haus. Pupil sama, dapat berdilatasi danresponnya terhadap cahaya sangat lambat.

1.11. Syok4

Syok‟adalah keadaan berkurangnya perfusi organ dan oksigenasi jaringan. Pada pasien trauma keadaan ini paling sering disebabkan oleh hipovolemia.

Diagnosa syok didasarkan tanda-tanda klinis : Hipotensi, takhikardia, takhipnea, hipothermi, pucat, ekstremitas dingin, melambatnya pengisian kapiler (capillary refill) dan penurunan produksi urine.

(13)

1. Syok hemoragik (hipovolemik):disebabkan kehilangan akut dari darah atau cairan tubuh. Jumlah darah yang hilang akibat trauma sulit diukur dengan tepat bahkan pada trauma tumpul sering diperkirakan terlalu rendah. Ingat bahwa :

• Sejumlah besar darah dapat terkumpul dalam rongga perut dan pleura. • Perdarahan patah tulang paha (femur shaft) dapat mencapai 2 (dua) liter. • Perdarahan patah tulang panggul (pelvis) dapat melebihi 2 liter

2. Syok kardiogenik : disebabkan berkurangnya fungsi jantung, antara lain akibat : • Kontusioo miokard

• Tamponade jantung • Pneumotoraks tension • Luka tembus jantung • Infark miokard

Penilaian tekanan vena jugularis sangat penting dan sebaiknya ECG dapat direkam. 3. Syok neurogenik : ditimbulkan oleh hilangnya tonus simpatis akibat cedera sumsum

tulang belakang (spinal cord). Gambaran klasik adalah hipotensi tanpa diserta takhikardiaa atau vasokonstriksi.

4. Syok septik : Jarang ditemukan pada fase awal dari trauma, tetapi sering menjadi penyebab kematian beberapa minggu sesudah trauma (melalui gagal organ ganda). Paling sering dijumpai pada korban luka tembus abdomen dan luka bakar

1.12. Gejala Klinis Trauma Kepala6

Gejala klinis trauma kepala adalah seperti berikut:

Tanda-tanda klinis yang dapat membantu mendiagnosa adalah:

a. Battle sign (warna biru atau ekhimosis dibelakang telinga di atas os mastoid) b. Hemotipanum (perdarahan di daerah menbran timpani telinga)

c. Periorbital ecchymosis (mata warna hitam tanpa trauma langsung) d. Rhinorrhoe (cairan serobrospinal keluar dari hidung)

e. Otorrhoe (cairan serobrospinal keluar dari telinga)

Tanda-tanda atau gejala klinis untuk yang trauma kepala ringan; a. Pasien tertidur atau kesadaran yang menurun selama beberapa saat b. kemudian sembuh.

c. Sakit kepala yang menetap atau berkepanjangan. d. Mual atau dan muntah.

e. Gangguan tidur dan nafsu makan yang menurun. f. Perubahan keperibadian diri.

(14)

Tanda-tanda atau gejala klinis untuk yang trauma kepala berat;

a. Simptom atau tanda-tanda cardinal yang menunjukkan peningkatan di otak menurun atau meningkat.

b. Perubahan ukuran pupil (anisokoria).

c. Triad Cushing (denyut jantung menurun, hipertensi, depresi pernafasan).

d. Apabila meningkatnya tekanan intrakranial, terdapat pergerakan atau posisi abnormal ekstrimitas.

1.13. Mekanisme Terjadinya Kecederaan6

Beberapa mekanisme yang timbul terjadi trauma kepala adalah seperti translasi yang terdiri dari akselerasi dan deselerasi. Akselerasi apabila kepala bergerak ke suatu arah atau tidak bergerak dengan tiba-tiba suatu gaya yang kuat searah dengan gerakan kepala, maka kepala akan mendapat percepatan (akselerasi) pada arah tersebut. Deselerasi apabila kepala bergerak dengan cepat ke suatu arah secara tiba-tiba dan dihentikan oleh suatu benda misalnya kepala menabrak tembok maka kepala tiba-tiba terhenti gerakannya. Rotasi adalah apabila tengkorak tiba-tiba mendapat gaya mendadak sehingga membentuk sudut terhadap gerak kepala. Kecederaan di bagian muka dikatakan fraktur maksilofasial.

1.14. Penyebab Trauma Kepala6

Menurut Brain Injury Association of America, penyebab utama trauma kepala adalah karena terjatuh sebanyak 28%, kecelakaan lalu lintas sebanyak 20%, karena disebabk``an kecelakaan secara umum sebanyak 19% dan kekerasan sebanyak 11% dan akibat ledakan di medan perang merupakan penyebab utama trauma kepala.Kecelakaan lalu lintas dan terjatuh merupakan penyebab rawat inap pasien trauma kepala yaitu sebanyak 32,1 dan 29,8 per100.000 populasi. Kekerasan adalah penyebab ketiga rawat inap pasien trauma kepala mencatat sebanyak 7,1 per100.000 populasi di Amerika Serikat. Penyebab utama terjadinya trauma kepala adalah seperti berikut:

a)Kecelakaan Lalu Lintas

Kecelakaan lalu lintas adalah dimana sebuah kenderan bermotor bertabrakan dengan kenderaan yang lain atau benda lain sehingga menyebabkan kerusakan atau kecederaan kepada pengguna jalan raya

b) Jatuh

Menurut KBBI, jatuh didefinisikan sebagai (terlepas) turun atau meluncur ke bawah dengan cepat karena gravitasi bumi, baik ketika masih di gerakan turun maupun sesudah sampai ke tanah.

(15)

Menurut KBBI, kekerasan didefinisikan sebagai suatu perihal atau perbuatan seseorang atau kelompok yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain, atau menyebabkan kerusakan fisik pada barang atau orang lain (secara paksaaan)

Referensi

Dokumen terkait

Empedu, suatu cairan yang dibentuk oleh hati, dialirkan melalui saluran langsung ke usus halus untuk membantu mencerna lemak atau ke kandung empedu untuk disimpan

Secara rinci kemampuan mahasiswa semester V angkatan 2007 dalam mendeskripsikan objek wisata budaya di kota Semarang ke dalam bahasa Prancis dapat dilihat per kriteria

Hasil uji beban statis untuk muka air tanah di atas dasar fondasi dengan berbagai variasi persentase campuran styrofoam pada lubang uji dengan media tanah lempung

Sembilan skripsi yaitu skripsi nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 dinilai baik dalam tujuan karena tujuan penelitian sesuai dengan permasalahan, dapat diperiksa apakah tujuan

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) MOTOR INDUKSI DAN PERBEDAAN KONTAKTOR DAN RELAY DALAM RANGKA MEMENUHI SYARAT UNTUK MENGIKUTI UJI.. KOMPETENSI DAN UJIAN NASIONAL DISUSUN

Kegiatan belajar mengajar (KBM) pada siklus 1, memiliki kendala dalam proses KBM seperti awal masuk kelas para siswa belum terlihat aktif dalam merespon

Dalam hal peralatan, masih perlu me- nyesuaikan dengan perkembangan teknologi mutakhir; sekolah tidak memiliki panduan prakerin, pembekalan hanya dilakukan se- minggu

Penelitian yang dilakukan oleh Albrecth &amp; Richardson (1990) dan Lee Choi (2002) dalam Siregar dan Utama (2005) menemukan bahwa perusahaan yang lebih besar kurang memiliki