• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SISTIM LELANG TERHADAP HARGA IKAN TUNA DI PARIAMAN SUMATERA BARAT Junaidi Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH SISTIM LELANG TERHADAP HARGA IKAN TUNA DI PARIAMAN SUMATERA BARAT Junaidi Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

83

PENGARUH SISTIM LELANG TERHADAP HARGA IKAN TUNA DI PARIAMAN SUMATERA BARAT

Junaidi

Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta

Abstract

Sitim lelang merupakan sistim penjualan ikan dengan cara menjual dengan harga tertinggi yang diumumkan pada semua pembeli di pusat pendaratan ikan. Terbatasnya jumlah pembeli dengan jumlah produksi yang di lelang menyebabkan harga tidak stabil. Hal ini disebabkan pembeli di pusat lelang hanya dilakukan oleh beberapa orang agen saja (2 – 5 orang). Agen merupakan perpanjangan tangan dari para pemilik kapal. Namun karena tidak adanya transparansi di dalam transaksi dan adanya ketidak jujuran dari para agen dalam membayar harga yang telah di tetapkan, maka hal ini menyebabkan kerugian dari pihak nelayan dan pemilik kapal. Penelitian ini bertujuan melihat hubungan jangka panjang antara harga ditingkat agen, sub-agen, dan pengecer ditingkat pasar wilayah yang memperoleh kiriman ikan dari pusat lelang Pariaman Kabupaten Padang Pariaman Provinsi Sumatera Barat. Metodologi yang digunakan adalah Cointegrasi Johansen dan Juselius (1990) dan Error Corection Model Granger (1986), Engle and Granger (1987). Jumlah data runtun waktu yang digunakan adalah sebanyak 1825 (kg/Rp) dari tahun 1996 – 2000. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan jangka panjang harga di tingkat agen, sub-agen, dan pengecer di empat pasar wilayah (Psar Raya Padang, Padang Panjang, Bukittinggi, dan Payakumbuh). Namun dalam jangka pendek yang memimpin harga tetap dipegang oleh agen, dan sub-agen sipemilik kapal hanya penerima harga.Oleh karena itu kemiskinan nelayan sulit untuk dikurangkan dan pembangunan perikanan berjalan lambat.

Keyword: Price Cointegration, Error Corection Model, Regional Market, Auction Market, agen, sub-agen, and retailer

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sistem lelang merupakan sistim penjualan ikan dengan cara menjual dengan harga tertinggi yang di umumkan kepada semua pembeli di pusat pendaratan ikan. Harga dengan penawaran tetinggi akan dimenangkan oleh pembeli, jika tidak ada orang lain yang sanggub membayarnya. Sistim lelang yang diberlakukan di Indonesia pada umumnya sistim Inggris, melelang dengan harga terendah hingga harga tertinggi. Sitem lelang merupakan sistim yang dirancang pemerintah untuk membantu nelayan memperoleh harga yang layak untuk hasil tangkapan mereka. Kebijakan ini sangat tepat dalam rangka mendukung kebijakan pemerintah dalam peningkatan konsumsi ikan di Indonesia yang saat ini masih rendah 19,20 kg/kapita/tahun (Junaidi, 2005).

Berbagai kendala yang dihadapi pemerintah dalam meningkatkan konsumsi ikan ini seperti harga ikan yang tinggi di tingkat konsumen. Sebagai contoh di beberapa tempat di Indonesia konsumsi ikan masih rendah seperti di Jawa (11,1 kg/kapita), Sumatera (15,91 kg/kapita), Kalimatan (13,21 kg/kapita), Sulawesi (13,61 kg/kapita), dibawah standar yang tetapkan WHO 23 kg/kapita/tahun. Berbagai kendala yang dihadapi dalam pelelangan ini sebagai mana beberapa peneliti mengemukakan bahwa masih terbatasnya sarana dan prasarana di pelelangan, terbatasnya jumlah pedagang, adanya kolusi, harga dikuasai oleh agen, dan sub-agen di beberapa pasar wilayah ( Junaidi, (1991, dan 2005), Hermanto, (1997), Novita, (1994), Fatimah dan Kusairi (1992), Fatimah dan Gibbon (1986), Fatimah et al, (1990).

Oleh karena harga yang diterima nelayan tidak sesuai dengan harga yang berlaku di tingkat pasar, hal ini menambah kemiskinan mereka dari waktu ke waktu. Walaupun berbagai program telah

(2)

84

diluncurkan oleh pemerintah untuk membantu kehidupan mereka tapi kemiskinan belum beranjak dari kehidupan mereka umumnya. Berbagai issu telah dilontarkan oleh masyarakat kenapa harga ikan tidak pernah stabil di pasar layaknya di beberapa Negara tetangga seperti Malaysia, Singapore, Thailand harga ikan telah memiliki standard harga. Sehingga para pedagang atau pengecer selalu menetapkan harga sebagai mana yang telah di atur oleh kementerian perdagangan. dan disetiap penjualan di buatkan lebel harganya, sehingga konsumen dapat memilih harga yang sesuai untuk mereka. Pasar-pasar yang dibangun telah memiliki standar kesehatan dan hegynitas yang baik, tidak seperti hal di Negara kita Indonesia. Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian bagaimanakah pengaruh sistem lelang terhadap harga ikan tuna di tingkat agen, sub-agen, dan pengecer di empat pasar wilayah di Sumatera Barat.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah harga ikan yang tinggi di tingkat konsumen disebabkan oleh tidak wujudnya informasi harga antara agen, sub-agen, dan pengecer, serta apakah harga ikan di setiap pasar wilayah yang dikirimkan dari Pariaman berintegrasi dalam jangka panjang dan jangka pendek. Pasar manakah yang memimpin harga terhadap pasar yang lainnya. Untuk menjawab pertanyaan tersebut metodologi yang digunakan adalah metodologi kointegrasi Johansen (1990), dan Koreksi kesalahan Granger (1986), dan Engle dan Granger (1987).

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Pelaksanaan penelitian berlangsung dari bulan Januari sampai Desember 1996 – 2000 di Pusat lelang Pariaman dan beberapa pasar wilayah di Sumatera Barat.

Bahan

Bahan berupa data harga ikan tuna yang diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan

Propinsi Sumatera Barat dan Kabupaten berupa data runtun waktu dari tahun 1996 –

2000. Informasi jumlah agen, sub-agen, dan pengecer yang terlibat di semua pasar yang

ada, diperoleh melalui observasi langsung kelapangan. Data informasi lainnya diperoleh

dari instansi-instansi terkait. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Program

Eview.

Metodologi dan Prosedur Penelitian

Uji Akar Unit (Unit Root Test)

Uji akar unit merupakan uji yang dilakukan untuk melihat apakah data time series (runtun waktu) yang digunakan stationer atau tidak sehingga uji kointegrasi dapat dilanjutkan. Oleh karena itu konsep penting dalam teori ekonometrik adalah asumsi stationaritas (stationarity). Asumsi ini mempunyai konsekwensi yang penting dalam menterjemahkan data dan model ekonomi. Uji akar unit pada prinsipnya bahwa untuk mengamati apakah koefisien tertentu dari model autoregressi yang diamati mempunyai nilai satu atau tidak. Oleh sebab itu banyak para ahli ekonomi

(3)

85

mengembangkan uji akar unit dalam hal ini uji akar unit yang digunakan adalah uji akar unit Augmented Dickey Fuller dan Phillips Perron (Granger, 1986, Engle dan Granger, 1987).

Sebelum uji kointegrasi dilakukan uji stationaritas terhadap data runtun waktu harga disetiap pasar wilayah dengan uji Augmented Dickey Fuller (ADF) dan Phillips-Perron (PP) dimana perubahan harga Y pada waktu t dipengaruhi oleh perubahan harga sebelumnya dan perubahan harga gabungan sebelumnya dari i = 1 hingga k = ditambah dengan faktor pengganggu εt (persamaan 1). Perubahan harga X pada waktu t dipengaruhi oleh harga sebelumnya ditambah dengan faktor pengganggu μt (persamaan 2) seperti persamaan berikut.

∆Yt = α0 + δΥ t-1 +

k

i 1

βίΔΥ t-ί + ε t……….(1) ΔΧ t = α0 + α1Χ t-1 + μt……… (2)

Metodologi yang digunakan untuk melihat hubungan jangka panjang antara harga pasar Lelang Pariaman dengan harga di empat pasar wilayah Padang, Padang Panjang, Bukittinggi, dan Payakumbuh digunakan model kointegrasi Johansen dan Juselius (1990). Model yang digunakan seperti terlihat pada persamaan 3 berikut: dimana harga di pasar Y (lelang Pariaman) sama dengan penggabungan harga di pasar wilayah (agen, sub-agen, dan pengecer) dengan harga sebelumnya j = 2 hingga ke n dan μt adalah faktor pengganggu.

Υt1 =βο+

M

j 2

βj Υ tj + μt………(3)

Model perbaikan kesalahan (ECM) Granger (1986) serta Engle dan Granger (1987) digunakan untuk melihat hubungan jangka pendek dan pasar wilayah manakah yang memimpin harga ditunjukkan dalam persamaan berikut:

ΔΧt = γt Ζ t-1 + n i 1 δ1tΔΧ t-1+ m j 1 Θ1j ΔΧ t-j + έ 1t………(4)

Dimana perubahan harga di pasar lelang Pariaman X pada waktu t sama dengan Ζ t-1 adalah koreksi kesalahan sebelumnya dari persamaan kointegrasi pasar agen, sub-agen, dan pengecer, γ1, δ1, Θ1, adalah koefisien, έ 1t adalah factor pengganggu.

Data yang digunakan adalah data harian yang diperoleh dari pusat pelelangan ikan, Dinas Kelautan dan Perikanan di Kota Pariaman, harga ikan di Kota Padang, Kota Padang Panjang, Kota Bukittinggi, dan Kota Payakumbuh dengan jumlah data runtun waktu dari tahun 1996 – 2000, sebanyak 1825 (Rupiah/kg).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Kointegrasi Harga Lelang Pariaman dengan Harga ditahap Agen, Sub-agen, dan Pengecer di Empat Pasar Wilayah

(4)

86

Uji Akar Unit

Uji akar unit harga ikan tuna lelang Pariaman terhadap harga pada tahap agen, Sub-agen, dan Pengecer pada empat pasar wilayah yaitu Pasar Raya Padang, Padang Panjang, Bukittinggi, dan Payakumbuh tahun 1996 – 2000. Uji stationer dilakukan dengan menggunakan uji Augmented Dickey – Fuller (ADF) dan Phillips-Perron (PP) ditunjukkan dalam Tabel 1.

Kointegrasi Lelang Pariaman dengan Harga Agen, Sub-agen, dan Pengecer pada Empat Pasar Wilayah

Uji kointegrasi merupakan kelanjutan daripada kedua uji tersebut di atas yaitu, ADF dan PP. Oleh karena itu untuk boleh melakukan uji kointegrasi harus diyakini bahwa terlebih dahulu kedua variabel terkait dalam pendekatan ini mempunyai derjat integrasi yang sama. Oleh karena itu dari hasil uji ADF dan PP telah diperolehi derjat integrasi yang sama yaitu integrasi nol, stationer pada arah aliran yaitu I(0), uji kointegrasi boleh dilakukan. Kointegrasi harga lelang Pariaman dengan harga agen, sub-agen, dan pengecer di empat pasar wilayah yaitu Pasar Raya Padang, Padang Panjang, Bukittinggi, dan Payakumbuh ditunjukkan dalam Tabel 1.

Tabel .1: Hasil Uji Stationer Harga Pasar Lelang Pariaman

dengan Harga di Tingkat Agen, Sub-agen dan Pengecer di Empat Pasar Wilayah dengan Menggunakan Uji Augmented Dickey-Fuller dan

Phillips-Perron Tingkat log (Yt)

ADF PP

tat (lag) at (lag) tat (lag) at (lag)

LPR-PRP 0.0884 (2) -5.1824 (2) -0.0950 (2) -6.6330 (2) Agen 0.2786 (2) -4.5624 (2) 0.0909 (2) -5.7884 (2) Sub-agen 0.3004 (2) -4.4530 (2) 0.0893 (2) -5.7884 (2) Pengecer -0.2356 (2) -6.1457 (2) -0.4769 (2) -8.5824 (2) LPR-PP 0.0884 (2) -5.1824 (2) -0.1040 (2) -6.7098 (2) Agen 0.1594 (2) -4.3346 (2) 0.0910 (2) -5.7464 (2) Sub-agen 0.5534 (2) -3.5505 (2) 0.1176 (2) -5.5093 (2) Pengecer 0.2638 (2) -4.2314 (2) -0.1179 (2) -6.5030 (2) LPR-BT 0.0932 (2) -5.1585 (2) -0.0885 (2) -6.5740 (2) Agen 0.3516 (2) -4.4393 (2) 0.1651 (2) -5.5852 (2) Sub-agen 0.6125 (2) -3.8264 (2) 0.4010 (2) -4.7677 (2) Pengecer 0.2770 (2) -4.8074 (2) 0.0665 (2) -6.4034 (2) LPR-PYK 0.0890 (2) -5.1786 (2) -0.0936 (2) -6.6181 (2) Agen 0.3523 (2) -4.2773 (2) 0.0714 (2) -5.5733 (2) Sub-agen 0.6046 (2) -3.4637 (2) 0.2981 (2) -4.5199 (2) Pengecer 0.2433 (2) -4.2150 (2) -0.0817 (2) -5.8784 (2)

Note: tar = tidak ada tren; at = ada tren

Note 1 : Nilai kritikal MacKinnon tidak ada tren –2.5669 (1%), -1.9395 (5%), -1.6157 (10%)

Note 2 : Nilai kritikal MacKinnon ada tren dan perbedaan pertama –3.9684 (1%), -3.4148 (5%), -3.1292 (10%) Note 3 : LPR = Lelang Pariaman; PRP = Pasar Raya Padang; PP = Padang Panjang; BT= Bukittinggi; PYK =

Payakumbuh

Tabel 1. Hasil penetapan hubungan jangka panjang model kointegrasi Johansen pasar lelang Pariaman dengan harga agen, Sub-agen, dan Pengecer di empat pasar wilayah, yaitu Pasar Raya Padang, Padang Panjang, Bukittinggi, dan Payakumbuh menunjukkan bahwa nilai ADF dan PP lebih besar daripada nilai Tabel pada tingkat kepercayaan 5%. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel-variabel yang diukur tersebut berkointegrasi.

(5)

87

Hasil uji hubungan jangka panjang kointegrasi Johansen pasar lelang Pariaman-Pasar Raya Padang menunjukkan bahwa koefisien agen dan Pengecer memiliki arah yang positif. Ini berarti bahwa kenaikan harga agen dan pengecer 1%, harga lelang Pariaman akan naik masing-masing sebesar 2% dan 0.3%. Sementara hubungan jangka panjang harga Sub-agen menunjukkan koefisien arah yang negatif. Ini bermakna bahwa kenaikan harga Sub-agen 1%, maka harga lelang Pariaman-Pasar Raya Padang akan turun sebesar 1.4%. Hal ini terjadi disebabkan ketidak transparansinya para agen dalam melakukan pembayaran kepada pemilik kapal. Secara riel di pasar wilayah sebenarnya harga stabil, namun alasan agen harga ikan turun. Oleh karena itu agen tidak membayar harga sesuai dengan yang telah ditetapkan berdasarkan harga lelang. Hasil penelitian sejalan dengan hasil penelitian Fatimah dan Kusairi (1992) yang mengemukakan bahwa wujud asimetri antara aliran kenaikan harga oleh agen dan sub-agen berbanding dengan penurunan harga. Dalam kata lain bila terjadi peningkatan harga , sub-agen akan meningkatkan harga kepada pelanggan (pengecer) dengan jumlah yang lebih besar berbanding dengan apabila harga turun. Dengan kata lain agen dan sub-agen didapati enggan menurunkan harga dengan kadar yang sama apabila harga meningkat.

Manakala hasil uji hubungan jangka panjang model kointegrasi Johansen Pasar lelang Pariaman-Padang Panjang menunjukkan bahwa koefisien harga agen menunjukkan arah yang positif. Ini bermakna bahwa apabila harga di peringkat agen naik 1%, maka harga di peringkat lelang Pariaman akan naik 1.6%. Manakala hubungan jangka panjang harga di peringkat Sub-agen dan Pengecer menunjukkan arah yang negatif. Ini berarti bahwa bila harga Sub-agen dan Pengecer naik 1%, harga di peringkat lelang Pariaman akan turun masing-masing sebesar 0.6% dan 0.0%.

Tabel 2: Uji Kointegrasi Johansen Pasar Lelang Pariaman dengan Harga di Tingkat Agen, Sub-agen, dan Pengecer di Empat Pasar Wilayah

Variabel Koefisien Standard Error t-statistik

Konstanta 0.0031 0.0017 -4.7655 Log (Agen) 2.0247 0.0188 0.0344 Log (Sub-agen) -1.3522 0.0326 0.0596 Log (Pengecer) 0.3258 0.0138 0.0253 R2 = 0.9994 CRDW= 1.4306 ADF(Ag)= -4.5624 ADF(Br)= -4.4530 ADF(Rc)= -6.1457 PP(Ag)= -5.7884 PP(Br)= -5.7884 PP(Rc)= -8.5824 Konstanta -0.0058 0.0026 -1.2658 Log (Agen) 1.6295 0.0097 0.0100 Log (Sub-agen) -0.6235 0.0143 0.0152 Log (Pengecer) -0.0033 0.0078 0.0085 R2 = 0.9982 CRDW= 2.0934 ADF(Ag)=-4.3346 ADF(Br)= -3.5505 ADF(Rc)=-4.2314 PP(Ag)= -5.7464 PP(Br)= -5.5093 PP(Rc)= -6.5030 Konstanta -0.0005 0.0013 -6.1150 Log (Agen) 2.0055 0.0284 0.0522 Log (Sub-agen) -1.3343 0.0522 0.0958 Log (Pengecer) 0.3293 0.0239 0.0437 R2 = 0.9995 CRDW= 1.7063 ADF(Ag)= -4.4393 ADF(Br)= -3.8264 ADF(Rc)= - 4.8074 PP(Ag)= -5.5852 PP(Br)= -4.7677 PP(Rc)= -6.4034 Konstanta -0.0015 0.0015 -3.6168 Log (Agen) 1.8616 0.0165 0.0204 Log (Sub-agen) -1.0654 0.0293 0.0369 Log (Pengecer) 0.2040 0.0133 0.0169 R2 = 0.9990 CRDW= 1.6099 ADF(Ag)= -4.2773 ADF(Br)= -3.4637 ADF(Rc)= -4.2150 PP(Ag)= -5.5733 PP(Br)= -4.5199 PP(Rc)= -5.8784 Nota: Ag = Agen; Br = Sub-agen; Rc = Pengecer

(6)

88

Hasil uji hubungan jangka panjang model kointegrasi Johansen pasar lelang Pariaman-Bukittinggi menunjukkan bahwa koefisien agen dan Pengecer menunjukkan arah yang positif. Ini bermakna bahwa apabila harga agen dan Pengecer naik 1%, maka harga di peringkat lelang akan naik masing-masing sebesar 2% dan 0.3%. Manakala hubungan jangka panjang harga di tingkat Sub-agen menunjukkan koefisien arah yang negatif. Ini berarti bahwa bila harga Sub-Sub-agen naik 1%, maka harga di peringkat lelang Pariaman-Bukittinggi turun sebesar 1.3%.

Hasil uji hubungan jangka panjang model kointegrasi Johansen lelang Pariaman-Payakumbuh menunjukkan bahwa koefisien agen dan Pengecer memiliki arah yang positif. Ini berarti bahwa kenaikan harga agen dan Pengecer 1%, maka harga lelang Pariaman-Payakumbuh akan naik masing-masing sebesar 1.9% dan 0.2%. Manakala hubungan jangka panjang harga Sub-agen koefisien menunjukkan arah yang negatif. Ini bermakna bahwa kenaikan harga Sub-agen 1%, maka harga lelang Pariaman-Payakumbuh turun 1.1%.

Hasil uji hubungan jangka panjang lelang Pariaman dengan harga agen, Sub-agen, dan Pengecer di empat pasar wilayah yaitu Pasar Raya Padang, Padang Panjang, Bukittinggi, dan Payakumbuh dengan kaedah kointegrasi Johansen menunjukkan bahwa nilai t koefisien regresi variabel agen, Sub-agen, Pengecer lebih kecil daripada nilai t-Tabel pada tingkat kepercayaan 5%. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan koefisien regresi agen, Sub-agen dan Pengecer sama dengan hipotesis nul dapat diterima. Ini berarti bahwa harga agen, Sub-agen, dan Pengecer ke atas harga pasar lelang Pariaman dengan empat pasar wilayah (Pasar Raya Padang, Padang Panjang, Bukittinggi, dan Payakumbuh) tidak berpengaruh secara berarti.

Nilai koefisien determinasi lelang Pariaman dengan harga agen, Sub-agen, dan Pengecer di empat pasar wilayah yaitu Pasar Raya Padang, Padang Panjang, Bukittinggi, dan Payakumbuh adalah tinggi, yaitu 0.9994, 0.9982, 0.9995, dan 0.9990. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel bebas dalam model ini mampu menjelaskan variabel bersandar sebesar 99.94%, 99.82%, 99.95%, dan 99.90%. Manakala 0.16%, 0.18%, 0.05%, dan 0.10% dijelaskan oleh variabel bebas yang dianggap tidak berubah (ceteris paribus).

Uji selanjutnya dilakukan ke atas vektor pembaikan kesalahan pasar lelang Padang dengan harga agen, Sub-agen, dan Pengecer di empat pasar wilayah yaitu Pasar Raya Padang, Padang Panjang, Bukittinggi, dan Payakumbuh. Setelah uji ini dilanjutkan dengan uji Term Pembaikan Kesalahan (ECT) untuk mengetahui hubungan jangka pendek harga agen, Sub-agen, dan Pengecer di empat pasar wilayah yaitu Pasar Raya Padang, Padang Panjang, Bukittinggi, dan Payakumbuh terhadap harga pasar lelang Pariaman serta harga peringkat manakah yang memimpin harga dalam jangka pendek. Hasil uji model pembaikan kesalahan ditunjukkan dalam Tabel 3.

Tabel 3 hasil uji Model Pembaikan Kesalahan (ECM) pasar lelang Pariaman dengan harga agen, Sub-agen, dan Pengecer di empat pasar wilayah Pasar Raya Padang, Padang Panjang, Bukittinggi, dan Payakumbuh menunjukkan bahwa nilai t koefisien regresi variabel (ECT3), (ECT1), (ECT2), dan (ECT2) lebih besar dari t-Tabel pada tingkat kepercayaan 5%. Hasil ini menunjukkan bahwa spesifikasi model dapat diterima dan menyokong hasil asumsi regresi kointegrasi.

Hasil uji jangka pendek lelang Pariaman-Pasar Raya Padang menunjukkan bahwa harga lelang Pariaman hari ini dipengaruhi oleh perubahan harga lelang Pariaman dua hari yang lalu. Manakala harga lelang Pariaman hari ini dipengaruhi oleh perubahan harga agen dua dan tiga hari yang lalu. Perkara yang sama juga berlaku terhadap harga pasar lelang Pariaman saat ini dipengaruhi oleh perubahan harga Sub-agen satu dan tiga hari yang lalu.

(7)

89

Dalam jangka pendek harga agen dan Sub-agen berpengaruh secara berarti terhadap harga lelang Pariaman-Pasar Raya Padang. Hasil ini ditunjukkan oleh nilai t lebih besar daripada nilai t-Tabel pada tingkat kepercayaan 5%. Hasil ini bermakna bahwa koefisien jangka pendek harga agen dan Sub-agen pasar Pasar Raya Padang mampu menjelaskan variabel pasar lelang Pariaman. Hasil ini juga menunjukkan bahwa harga peringkat agen dan Sub-agen memimpin harga lelang Pariaman. Hasil ini menunjukkan bahwa kuasa agen dan sub-agen sangat menentukan harga lelang. Hasil yang sama juga ditemukan Fatimah (1987, 1990, dan 2002), Hermanto (1997), Novita (1991), Fatimah dan Kusairi (1992) yang mendapati bahwa wujud kuasa agen dan sub-agen dalam menentukan harga diperingkat lelang dan pengecer di pasar wilayah.

Hasil uji Model Pembaikan Kesalahan (ECM) untuk melihat hubungan jangka pendek harga lelang Pariaman-Padang Panjang saat ini dipengaruhi oleh perubahan harga di peringkat lelang Pariaman dua hari yang lalu. Manakala perubahan harga lelang Pariaman saat ini dipengaruhi oleh perubahan harga di peringkat agen dan Pengecer empat dan dua hari yang lalu.

Berbagai tanggapan tentang kebijakan sistim lelang ini muncul dari berbagai peneliti seperti Adi (1995), Sukmadinata (1995), Junaidi (1991), dan Marzuki (1992) yang mengemukakan bahwa tempat pelelangan ikan hanya sebagai tempat untuk memungut retribusi kepada nelayan yang jumlahnya 5% dari hasil tangkapan. Terlepas dari itu semua realiti menunjukkan bahwa telah berlaku kolusi diantara para agen yang disebabkan jumlah agen yang terbatas, dan sub-agen di setiap pasar wilayah yang menyebabkan terjadinya perbedaan harga (marketing margin yang tinggi) keatas konsumen sebagai pengguna akhir dari komoditi perikanan hal ini telah dikaji oleh Hermanto (1997), Fatimah dan Kusairi (1992), Fatimah dan Gibbons (1986), Fatimah et al., (1990), dan Kusairi (2000).

Dalam jangka pendek harga agen dan Pengecer berpengaruh secara berarti terhadap harga lelang Pariaman-Padang Panjang. Hasil ini ditunjukkan oleh nilai t lebih besar daripada t-Tabel pada tingkat kepercayaan 5%. Ini bermakna bahwa koefisien jangka pendek harga agen dan Pengecer pasar Padang Panjang mampu menjelaskan variabel lelang Pariaman. Hasil ini juga menunjukkan bahwa harga agen dan Pengecer yang memimpin harga lelang Pariaman. Manakala harga Sub-agen dalam jangka pendek tidak memimpin harga lelang Pariaman. Manakala harga Sub-Sub-agen dalam jangka pendek tidak berpengaruh secara berarti ditunjukkan oleh nilai t lebih kecil daripada t-Tabel pada tingkat kepercayaan 5%.

Uji Model Pembaikan kesalahan (ECM) untuk melihat hubungan dalam jangka pendek harga lelang Pariaman-Bukittinggi menunjukkan bahwa harga lelang Pariaman-Bukittinggi saat ini dipengaruhi oleh perubahan harga diperingkat agen, Sub-agen, dan Pengecer empat dan dua hari yang lalu.

Dalam jangka pendek harga agen, Sub-agen, dan Pengecer berpengaruh secara berarti terhadap lelang Pariaman-Bukittinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai t lebih besar daripada t Tabel pada tingkat kepercayaan 5%. Ini berarti bahwa koefisien jangka pendek harga agen, Sub-agen, dan Pengecer Bukittinggi mampu menjelaskan variabel harga lelang Pariaman. Hasil ini menunjukkan bahwa harga pasar lelang Pariaman dipimpin oleh harga diperingkat agen, Sub-agen, dan Pengecer.

(8)

90

Tabel 3: Uji Model Pembaikan Kesalahan (ECM) Pasar Lelang Pariaman dengan Harga Agen, Sub-agen, dan Pengecer di Empat Pasar Wilayah

Variabel Koefisien Kesalahan piawai t-statistik

Pemalar -0.0005 0.0018 -0.2796 log(LPR)t-2 -0.3551 0.1292 -2.7471 log(Agen)t-2 0.7232 0.2749 2.6309 log(Agen)t-3 -0.3350 0.1235 -2.7136 log(Sub-agen)t-1 0.9952 0.3223 3.0879 log(Sub-agen)t-3 0.7914 0.3965 1.9959 (ECT3)t-1 -0.6803 0.2840 -2.3950 R2 = 0.1142 DW = 2.0076 F = 22.3309 Pemalar 0.0008 0.0017 0.5038 log(LPR)t-2 -0.0622 0.0287 -2.1673 log(Agen)t-4 -0.0973 0.0427 -2.2777 log(Pengecer)t-2 0.0626 0.0307 2.0407 (ECT1)t-1 -0.5052 0.0786 -6.4260 R2 = 0.1176 DW = 2.0121 F = 23.0348 Pemalar 0.0003 0.0017 0.1579 log(Agen)t-4 -0.0574 0.0288 -1.9918 log(Sub-agen)t-2 -0.7584 0.2978 -2.5465 log(Pengecer)t-2 0.3446 0.1288 2.5745 (ECT2)t-1 -0.4714 0.2282 -2.0655 R2 = 0.1080 DW = 2.0087 F = 21.0268 Pemalar 0.0004 0.0016 0.2713 log(Agen)t-4 -0.0543 0.0286 -1.9009 log(Sub-agen)t-1 0.4072 0.2065 1.9714 (ECT2)t-1 -0.7141 0.2736 -2.6102 R2 = 0.1135 DW = 2.0078 F = 22.1685

Hasil hubungan jangka pendek harga lelang Pariaman-Payakumbuh menunjukkan bahwa harga lelang Pariaman-Payakumbuh saat ini dipengaruhi oleh perubahan harga agen dan Sub-agen empat dan satu hari yang lalu.

Dalam jangka pendek harga agen dan Sub-agen berpengaruh secara berarti terhadap harga lelang Pariaman-Payakumbuh. Hasil ini ditunjukkan oleh nilai t lebih besar daripada nilai t-Tabel pada tingkat kepercayaan 5%. Ini bermakna bahwa koefisien jangka pendek harga agen dan Sub-agen pasar wilayah Payakumbuh mampu menjelaskan variabel pasar lelang Pariaman. Hasil ini juga menunjukkan bahwa harga diperingkat agen dan Sub-agen memimpin harga di peringkat lelang Pariaman-Payakumbuh. Manakala harga di peringkat Pengecer tidak memiliki pengaruh yang berarti nilai t lebih kecil daripada t-Tabel pada tingkat kepercayaan 5%. Hasil ini menunjukkan bahwa dalam jangka pendek harga Pengecer tidak mampu mempengaruhi harga di pasar lelang Pariaman-Payakumbuh.

(9)

91

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil uji Model Perbaikan Kesalahan (ECM) antara harga diperingkat lelang Pariaman dengan harga diperingkat agen, sub-agen, dan pengecer di pasar wilayah Pasar Raya Padang menunjukkan dalam jangka pendek harga diperingkat agen dan sub-agen memimpin ke atas harga pasar lelang Pariaman -Pasar Raya Padang. Manakala dalam jangka panjang antara harga diperingkat lelang Pariaman dengan harga diperingkat agen, sub-agen, dan pengecer di pasar wilayah Pasar Raya Padang menunjukkan koefisien agen dan pengecer bertanda positif yaitu 2.0 dan 0.3. Manakala koefisien jangka panjang harga diperingkat sub-agen adalah –1.4.

Hasil uji Model Perbaikan Kesalahan (ECM) antara harga pasar lelang Pariaman dengan harga diperingkat agen, sub-agen, dan pengecer di pasar wilayah Padang Panjang menunjukkan bahwa dalam jangka pendek pasar harga agen dan pengecer memimpin harga diperingkat pasar lelang Pariaman-Padang Panjang. Dalam jangka panjang antara harga pasar lelang Pariaman dengan harga diperingkat agen, sub-agen, dan pengecer di pasar wilayah Padang Panjang menunjukkan bahwa koefisien harga sub-agen dan pengecer memiliki arah yang negatif yaitu -0.6 dan -0.0. Manakala harga diperingkat agen memiliki arah yang positif, yaitu 1.6.

Hasil uji Model Perbaikan Kesalahan (ECM) antara harga pasar lelang Pariaman dengan harga diperingkat agen, sub-agen, dan pengecer di pasar wilayah Bukittinggi dalam jangka pendek menunjukkan bahwa harga agen, sub-agen, dan pengecer memimpin harga lelang Pariaman dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang antara harga pasar lelang Pariaman dengan harga diperingkat agen, sub-agen, dan pengecer di pasar wilayah Bukittinggi menunjukkan bahwa koefisien jangka panjang harga sub-agen -1.3. Manakala harga diperingkat agen dan pengecer memiliki koefisien arah yang positif masing-masing adalah 2.0 dan 0.3.

Hasil uji Model Perbaikan Kesalahan (ECM) antara harga pasar lelang Pariaman dengan harga diperingkat agen, sub-agen, dan pengecer dalam jangka pendek dipasar wilayah Payakumbuh menunjukkan bahwa dalam jangka pendek harga diperingkat agen dan sub-agen memimpin harga pasar lelang Pariaman. Dalam jangka panjang antara harga pasar lelang Pariaman dengan harga diperingkat agen, sub-agen, dan pengecer di pasar Paykumbuh menunjukkan bahwa koefisien jangka panjang -1.07. Manakala harga diperingkat agen dan pengecer dalam jangka panjang menunjukkan arah yang positif masing-masing sebesar 1.9 dan 0.2

Saran

1. Untuk mengatasi perbedaan harga yang tinggi antara produsen dan konsumen perlu adanya standar harga oleh pemerintah terhadap jenis ikan. Sehingga pengaruh musim dan tidak musim dapat di atasi dan konsumsi ikan dapat meningkat di masyarakat.

2. Harus ada regulasi dan penerapan sanksi yang jelas terhadap pelanggaran berapa besarnya pihak lembaga tataniaga mengambil keuntungan agar harga tidak terlalu tinggi di tingkat konsumen.

3. Lembaga penjaminan mutu hasil perikanan harus dapat mengevaluasi dan mengontrol terhadap penggunaan bahan berbahaya terhadap ikan yang diperjual belikan di pasaran. 4. Peningkatan infrastruktur pasar perlu dilakukan agar konsumen dalam berbelanja dapat

dengan mudah dan nyaman berbelanja ke pasar-pasar ikan yang ada (pasar Hygenis).

5. Pusat-pusat lelang ikan harus melengkapi sarana dan prasarana yang ada agar proses lelang dan penanganan hasil ikan yang di lelang dapat dipertahankan mutunya, serta kemanan transaksi ikan perlu ditingkatkan kemanannya.

(10)

92

DAFTAR PUSTAKA

Adi, I.S.S (1995). Fungsi Tempat Pelelangan Ikan Dalam Tataniaga Ikan di Daerah Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi. Tesis Program Pasca Sarjana IPB. Bogor. p.116.

Engle, R.F and Granger, C.W.J (1987) Co-integration and Error Correction: Representation, Estimation and Testing, Econometrica 55,251 – 276.

Fatimah M.A: and Gibbons, G.T (1986) Wholesaling and Retailing of Fish in Malaysia, Paper Presented at The Fish Marketing Workshop Organized by The Asian Fisheries Social Science Research Network and Universiti Putra Malaysia. Johor Baharu 14 – 18 October.

Fatimah M.A: et al., (1990). Evaluation of Fish Auction System. Faculty of Economics and Management. University of Putra Malaysia, Serdang Selangor.

Fatimah M.A: (2002) Analisis Pemasaran Pertanian di Malaysia: Keperluan Agenda Pembaharuan. Syarahan Inaugural Universiti Putra Malaysia 26 Januari 2002.

Fatimah M.A dan Kusairi M.N: (1992) Perilaku Harga Pengecer Ikan Terhadap Harga Sub-agen Ikan : Simetri atau Tidak. Staff Paper 4/92. Departement of Natural Resources Economics, FESP, UPM. Goodwin, B.K and Schroeder, T.C (1990) Testing Perfect Spatial Market Integration: An Application to

Regional U.S. Cattle Markets. N. Cent. J. Agr. Econ. Vol. 12: p 173 – 186.

Granger, C.W.J (1986) Development in the Study of Co-integration Economic Variables, Oxford Bulletin

of Economics and Statistic, 48, 213 – 228.

Hermanto (1997) Dampak Usaha Perikanan Laut Terhadap Perekonomian Wilayah Bungus Kodya Padang. Tesis Pasca Sarjana Universitas Andalas Padang. 120 halaman.

Johansen, S and Juselius, K (1990) Maximum Likelihood Estimation and Inference on Cointegration, With Application to Demand for Money. Oxford Bulletin of Economic and Statistics. Vol. 52. pp 169 –

200.

Junaidi (1991) Masalah Pembangunan dan Startegi pemasaran ikan Melalui Tempat Pelelangan Ikan di Kotamadya Padang.

………. (2005) Integrasi Harga Ikan Tuna di Propinsi Sumatera Barat. Disertasi University Putra Malaysia.

Kusairi Mohd Noh (2000) Asimetri Harga Ikan: Pasar Kuala Lumpur. The Malaysian Journal of

Agricultural Economics. 13 p 1 – 13.

Marzuki (1992) Sikap Nelayan Terhadap Pelelangan Ikan. Tesis Program Pasca Sarjana IPB. Bogor. 118 halaman.

Novita, I. (1991). Marketing System of Marine Fish and Effect to Regional Development in Padang Manucipality in West Sumatra Province.119 pages.

Sukmadinata, T (1995) Kajian Kelembagaan Transaksi Dalam Pemasaran Hasil Usaha Penangkapan Ikan di Jawa timur. Tesis Program Pasca Sarjana. IPB Bogor. 192 halaman.

Gambar

Tabel .1: Hasil Uji Stationer Harga Pasar Lelang Pariaman
Tabel 2: Uji Kointegrasi Johansen Pasar Lelang Pariaman dengan Harga di Tingkat Agen, Sub-agen, dan  Pengecer di Empat Pasar Wilayah
Tabel 3: Uji Model Pembaikan Kesalahan (ECM) Pasar Lelang Pariaman dengan Harga Agen, Sub-agen,  dan Pengecer di Empat Pasar Wilayah

Referensi

Dokumen terkait

Penurunan indeks penyakit akar gada dan peningkatan produksi kubis pada perlakuan tanah pembibitan dengan pupuk kandang ayam (Tabel 2) juga berkaitan dengan

Jika ada pintu rumah yang tidak dikunci rapat maka ada anggota keluarga yang tidak pergi.. Jika semua pintu rumah ditutup rapat maka semua anggota

Berdasarkan pada Berita Acara Pembuktian Kualifikasi Nomor : 675/ULP-Pokja-I-JK /2016 tanggal 24 Mei 2016, pekerjaan Penyusunan Rencana Pembangunan Industri

Hasil penelitian ini menunjunkkan bahwa variabel pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kunjungan ke Kolam Renang Boja,

Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar

Perbaikan kualitas citra merupakan satu proses awal dalam pengolahan citra yang bertujuan untuk melakukan pemrosesan terhadap citra agar memiliki hasil dengan kualitas

Pengaruh Penambahan Serbuk Kaca Pada Batako Sebagai Bahan Pembuat Dinding, Tugas Akhir Program Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.. Medan: Universitas

Sementara para peneliti mengakui studi ini tidak serta merta membuktikan bahwa obat itu dapat berfungsi sebagai pengobatan, mereka hanya mengatakan ini adalah cukup menjanjikan