• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH DESENTRALISASI DAN SISTEM AKUNTANSI INFORMASI MANAJEMEN DALAM PENINGKATAN KINERJA MANAJERIAL PADA PT. UNGARAN PRINTING APPAREL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH DESENTRALISASI DAN SISTEM AKUNTANSI INFORMASI MANAJEMEN DALAM PENINGKATAN KINERJA MANAJERIAL PADA PT. UNGARAN PRINTING APPAREL"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH DESENTRALISASI DAN SISTEM AKUNTANSI INFORMASI

MANAJEMEN DALAM PENINGKATAN KINERJA MANAJERIAL PADA

PT. UNGARAN PRINTING APPAREL

MUCHAMMAD WALLI ALFATAH B12.2011.01790

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi

Universitas Dian Nuswantoro Semarang Email : wallialfath@gmail.com

ABSTRACT

The business competition that very tight requires companies to be able to compete globally and wide, so that it can win the competition starts from the ability to obtain timely and accurate information. The survival and growth of a company depends on the management accounting information system. This study aims to determine the effect of decentralization and management accounting information system on Managerial Performance in PT. Ungaran Printing Apparel.

The population in this study are all mid-level managers and lower level managers in PT. Ungaran Printing Apparel. The sample used in this study is census method that is the entire mid-level managers and lower level managers in PT. Apparel Printing Ungaran. The data are analyzed using multiple linear regression analysis.

Based on the results of the hypothesis testing, it is known that the decentralization significant effect on managerial performance of PT. Ungaran Printing Apparel. The better decentralization, it will increase the performance of managerial. A management accounting information systems significant effect on managerial performance of PT. Ungaran Printing Apparel. The better the management accounting information system, it will improve the managerial performance.

Keywords: Decentralization, Management Accounting Information System, Managerial Performance

Pendahuluan

Pada era globalisasi dengan kemajuan teknologi yang berkembang saat ini persaingan bisnis yang sangat ketat menuntut perusahaan untuk bisa bersaing secara global dan luas. Agar dapat memenangkan persaingan dimulai dari kemampuannya memperoleh informasi yang tepat dan akurat. Bagi manajemen, informasi merupakan sarana yang sangat penting untuk membantu mengembangkan dan menggerakan kegiatan perusahaan. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan suatu perusahaan terg antung pada

sistem informasi akuntansi manajemen (Suryani, 2013).

Bagi perusahaan kinerja seseorang dalam suatu bidang pekerjaan banyak ditentukan oleh tingkat kompetensi, profesionalisme, dan juga komitmennya dalam melaksanakan setiap pekerjaan yang dijalaninya. Komitmen seseorang dalam perusahaan dapat menunjukkan kemampuan dari seseorang dalam keterlibatannya terhadap perusahaan tersebut. Komitmen organisasional perlu dimiliki dan ditumbuhkan kepada setiap orang dalam perusahaan, karena dengan komitmen yang tinggi tersebut dapat menimbulkan rasa ikut

(2)

memiliki terhadap organisasi dan pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja.

Juniarti dan Evelyne (2003) menyebutkan bahwa kinerja manajerial adalah ukuran seberapa efektif dan efisien manajer telah bekerja untuk mencapai tujuan organisasi. Keseluruhan pengukuran kinerja manajerial dibagi menjadi delapan sub dimensi yaitu: 1. Pemilihan staf

(staffing), 2. Perencanaan(planning), 3.

Pengawasan (supervising), 4.Perwakilan

(representing), 5. Investigasi (investigating), 6.

Koordinasi (coordinating), 7. Negoisasi

(negotiating), 8. Evaluasi (evaluating), karena

dengan meningkatnya kinerja manajerial dapat meningkat pula kinerja perusahaan secara keseluruhan.

Penilaian kinerja membawa peran penting untuk mengetahui atau mengukur keberhasilan suatu perusahaan. Namun pada kenyataannya kondisi tersebut masih kurang mendapat perhatian dari beberapa perusahaan, karena mereka masih berorientasi pada keuntungan yang didapat dan penyelesaian kinerja yang tepat waktu dengan kurang memperhatikan hasil kinerja atau hanya memperhatikan aspek ekonomi dengan mengesampingkan aspek non ekonomi. Hal tersebut tentunya sudah tidak sesuai untuk diterapkan dalam era globalisasi seperti saat ini dimana persaingan bisnis yang semakin ketat dan banyak sekali bermunculan industriatau perusahaan yang bergerak di berbagai bidang bahkan tidak menutup kemungkinan perusahaan tersebut bergerak pada bidang yang sama atau perusahaansejenis yang beroperasi di daerah yang sama. Hal tersebut secara otomatis menyebabkan semakin memperketat persaingan yang ada (Setyolaksono, 2011).

Persaingan yang sangat ketat tersebut secara tidak langsung menuntut pihak manajemen perusahaan agar lebihjeli dalam menetapkan strategi dan memanfaatkan kemampuan yang ada semaksimalmungkin agar perusahaan mampu bertahan dan unggul dalam persaingan serta mampu menghadapi segala permasalahan yang ada. Perusahaan yang gagal dalam persaingan yang sangat ketat tersebut dapat berdampak fatal bagi setiap perusahaan,

bahkan tidak sedikit perusahaan yang tutup dan gulung tikar karena tidak dapat bersaing dengan perusahaan yanglain (Setyolaksono, 2011).

Pendekatan kontijensi digunakan untuk dapat menganalisis dan mendesain sistem akuntansi manajemen untuk memberikan informasi yang dapat digunakan perusahaan untuk berbagai tujuan. Pendekatan kontijensi pada sistem akuntansi manajemen didasarkan pada premis bahwa tidak ada sistem akuntansi manajemen secara universal yang selalu bisa diterapkan dengan tepat pada semuaorganisasi dalam setiap keadaan. Penelitian tentang sistem akuntansi manajemen, pendekatan kontinjensi diperlukan untuk mengevaluasi faktor-faktor lingkungan (intensitas persaingan, strategi, dan ketidakpastian lingkungan) yang dapat menyebabkan sistem akuntansi manajemen lebih efektif (Yuristisia, 2007).

Lubis, (2010) kontijensimerupakan alat pertama dan yang paling terkenal untuk menjelaskan berbagai variasi dalam struktur organisasi. Sampai saat ini manfaat rumusan teori kontijensi yang dapat dirasakan adalah dalam mendesain suatu organisasi berdasarkan ketidakpastian lingkungan dan ukuran organisasi.

Mowen, (2009) Desentralisasi adalah praktik pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada jenjang yang lebih rendah. Perusahaan memutuskan untuk melakukan desentralisasi karena berbagai alasan, di antaranya kemudahan mengumpulkan dan menggunakan informasi lokal, memfokuskan manajemen pusat, melatih dan memotivasi para manajer sekmen, meningkatkan daya saing, serta membuka sekmen-sekmen keberbagai kekuatan pasar.

Menurut Lubis, (2010) desentralisasi adalah filosofis dan respons keperilakuan terhadap kebutuhan dari suatu lingkungan, desentralisasi yang efektif juga memerlukan pembentukan struktur organisasi sesuai yang menghasilkan suatu anggaran dasar yang menetapkan aturan-aturan operasi bagi partisipan dan yang melakukan tindak lanjut secara periodik dengan ukuran kinerja yang sesuai.

(3)

Organisasional dengan tingkat desentralisasi, dimana adanya perbedaan tingkat desentralisasi akan menyebabkan perbedaan terhadap tingkat kebutuhan informasi. Oleh sebab itu mengakibatkan proses pengambilan keputusan tidak lagi menjadi monopoli manajemen puncak. Para manajer ditingkat bawah kini memiliki wewenang dan tanggung jawab yang lebih besar untuk mengambil keputusan sesuai dengan batas wewenangnya. Karena itulah, sistem informasi yang andal memegang peranan penting sebagai sumber informasi utama yang dijadikan dasar pertimbangan pengambilan keputusan para manajer. Kebijakan desentralisasi seringkali memberikan dampak positif dalam organisasi. Dimana desentralisasi seringkali memberikan kepuasan tersendiri pada karyawan. Dimana disini karyawan diberikan kebebasan dalam pengambilan keputusan sendiri sesuai dengan kewenangan masing-masing bagian dalam organisasi.

Umumnya informasi akuntansi manajemen berwujud laporan yang frekuensi penerbitannya tergantung dari kebutuhan manajemen. Laporan rutin biasanya berisi informasi akuntansi manajemen puncak yang diterbitkan secara bulanan dan kumulatifnya, tiga bulanan, tengah tahunan, dan tahunan. Sedangkan laporan tidak rutin berisi informasi akuntansi manajemen yang dibuat secara insidentil umumnya berupa analisis dan model-model pengambil keputusan (Suryani, 2013).

Menurut Mowen, (2009) akuntansi manajemen disebut juga sebagai akuntansi internal. Akuntansi manajemen adalah proses mengidentifikasi, mengumpulkan, mengukur, mengklasifikasi, dan melaporkan informasi yang bermanfaat bagi pengguna internal dalam merencanakan, mengendalikan dan mengambil keputusan.

Menurut Solechan, (2009) sistem akuntansi manajemen merupakan prosedur dan sistem formal yang menggunakan informasi untuk mempertahankan dan menyediakan alternatif dari berbagai kegiatan perusahaan. Karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen yang bermanfaat berdasarkan

persepsi manajerial sebagai pengambil keputusan antara lain: broad scope, timeliness,

aggregation dan integration. Salah satu fungsi

karakteristik sistem akuntansi manajemen adalah sebagai sumber informasi penting untuk membantu manajer mengendalikan aktivitasnya, serta mengurangi ketidak pastian lingkungan dalam usaha mencapai tujuan organisasi yang sukses.

Berdasarkanbeberapa penelitian terdahulu mengenai pengaruh desentralisasi dan sistem akuntansi informasi manajemen dalam peningkatan kinerja manajerial, sudah banyak yang dikaji diantaranya Solechan dan Setiawati, (2009) tentang Pengaruh Karakteristik Sistem Akuntansi Manajemen dan Desentralisasi Sebagai Variable Moderating Terhadap Kinerja Manajerial (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur diKabupaten Semarang). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial (individu) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Karakteristik SAM terhadap Kinerja Manajerial; secara parsial (individu) tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Karakteristik SAM dan Desentralisasi sebagai Variable Moderating terhadap Kinerja Manajerial.

Penelitian Yuristisia (2007) Pengaruh Sistem Akuntansi Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial dengan Variable Moderasi Strategi bisnis, Perceived Environmental Uncertainty (PEU), dan Desentralisasi diambil kesimpulan dari hasil regresi sederhana hipotesis satu membuktikan bahwa sistem informasi akuntansi manajemen berpengaruh terhadap kinerja manajerial; Hasil regresi berganda membuktikan bahwa ketidakpastian lingkungan berfungsi sebagai variabel moderator dan mendukung hipotesis tiga bashwa sistem informasi akuntansi manajemen akan berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial; Hasil regresi berganda membuktikan bahwa desentralisasi berfungsi sebagai variabel moderator dan mendukung hipotesis empat bahwa sistem informasi akuntansi manajemen akan berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial.

Suryani (2013) Pengaruh Penggunaan Informasi Akuntansi Manajemen dan

(4)

Desentralisasi Terhadap Kinerja Manajerial (didealer mobil Kota Jambi) menyimpulkan bahwa Variabel Frekuensi Penerbitan Laporan tidak rutin tidak berpengaruh terhadap Kinerja Manajerial, Penggunaan informasi akuntansi manajemen yang difokuskan pada frekuensi penerbitan laporan rutin, frekuensi penerbitan laporan tidak rutin, kualitas informasi akuntansi manajemen dan desentralisasi secara simultan berpengaruh kuat terhadap kinerja manajerial.

Lempas, dkk (2014) Desentralisasi dan Sistem Akuntansi Manajemen Terhadap Kinerja Manajer pada PT. Sinar Galesong Prima Manado bahwa terdapat pengaruh Desentralisasi dan Sistem Akuntansi Manajemen secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap Kinerja Manajerial pada PT. Sinar Galesong Prima Manado. Sedangkan Desentralisasi tidak berpengaruh terhadap Kinerja manajer pada PT. Sinar Galesong Prima di manado dikarenakan manajer tingkat atas masih memegang peranan penting dalam setiap kegiatan perusahaan.

Padapenelitian ini penulis mengambil objek padaPT. Ungaran Printing Apparel. Objek tersebut dipilih karena penulis ingin mengetahui seberapa besar pengaruh desentralisasi dan sistem akuntansi informasi manajemen terhadap peningkatan kinerja manajerial di PT. Ungaran Printing Apparel. Berdasarkan wawancara dengan manajer PT. Ungaran Printing Apparel terdapat penurunan laba perusahaan selama 2 tahun berturut-turut. Hal ini dapat diindikasikan karena adanya penurunan kinerja manajerial. Kinerja manajerial dipengaruhi oleh tingkat desentralisasi yang kurang optimal dan dipengaruhi oleh sistem informasi manajemen yang kurang terkoordinir, sehingga akan mempengaruhi kinerja manajerial.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, ada masalah yang menarik untuk dijadikan penelitian khususnya dalam bidang Sistem Akuntansi Manajemen dimana pada bagian ketersediaan informasi yang komplek dan informasi antar bagian. Penelitian ini merupakan replika dari penelitian Lempas, dkk (2014), adapun persamaannya adalah pada variabelnya, sedangkan perbedaannya adalah pada obyek penelitiannya, yaitu di PT. Ungaran Printing

Apparel dan periode penelitiannya November 2015-Maret 2016.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti memilih judul “PengaruhDesentralisasi dan Sistem Akuntansi Informasi Manajemen dalam Peningkatan Kinerja Manajerial padaPT. Ungaran Printing Apparel”..

Landasan Teori dan Hipotesis Kinerja Manajerial

Mulyadi (2006) menyatakan kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pada pelaksanaan suatu kegiatan atau program atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, melakukan misi, guna mencapai visi organisasi. Kinerja atau nilai aktivitas kerja dapat diartikan sebagi prestasi yang dapat dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu dalam melaksanakan kegiatan dari program berdasarkan kebijakan guna mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan melalui misi perusahaan yang tertuang dalam rencana strategi perusahaan tersebut.

Kinerja menurut Mangkunegara (2005) adalah suatu proses kombinasi yang terus-menerus dilakukan dalam kerja sama antara seorang karyawan dan aturan langsung yang melibatkan penerapan penghargaan, serta pengertian dan fungsi kerja karyawan.

Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan sebagian besar tergantungpada kinerja manajer. Kinerja manajerial dapat diukur setelah sistem informasi akuntansi manajemen dapat dilaksanakan dan diaplikasikan di dalam sebuah organisasi. Kinerja manajerial tercapai apabila organisasi secara keseluruhan, atau para manajer unit bisnis secara bersama-sama mampu melakukan tugas-tugasnya dengan baik sehingga organisasi mampu mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.

Kinerja manajerial adalah hasil secara periodik operasional suatu manajer berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapakan sebelumnya. Selain itu kinerja manajerial merupakan keluaran (output) yang menggunakan masukan (input) selama periode

(5)

tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Juniarti dan Evelin (2003) menyatakan kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seorang kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Kinerja manajerial adalah kinerja individu anggota organisasi dalam kegiatan-kegiatan manajerial antara lain perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, pengaturan staf, negosiasi, perwakilan dan kinerja secara keseluruhan.

Rustiana (dalam Maharani, 2011) mengemukakan bahwa definisi kinerja manajerial sebagai persepsi kinerja individual para individu anggota organisasi dalam kegiatan-kegiatan manajerial, antara lain perencanaan, investigasi, koordinasi, supervisi, evaluasi, pengaturan staf, negosiasi dan representasi. Desentralisasi

Perusahaan yang memiliki pusat pertanggung jawaban biasanya memiliki salah satu dari dua pendekatan pengambilan keputusan untuk mengelola kegiatan mereka yang kompleks dan beragam yaitu sentralisasi atau desentralisasi. Pengambilan keputusan sentralisasi (centralized decesion making)

berbagai keputusan dibuat pada jenjang manajer puncak dan manajer pada jenjang yang lebih rendah bertanggung jawab pada pengimplementasian. Sedangkan pada pengambilan keputusan desentralisasi (decentralisation decesion making)

memperbolehkan manajer pada jenjang yang

lebih rendah membuat dan

mengimplementasikan keputusan yang berkaitan dengan wilayah pertanggung jawaban mereka. Usaha untuk meningkatkan efisiensi secara keseluruhan banyak perusahaan memilih cara desentralisasi.

Garrison & Narren (2000) memberikan pengertian bahwa organisasi yang terdesentralisasi yaitu organisasi yang pembuatan keputusannya tidak diserahkan kepada beberapa eksekutif puncak tetapi diserahkan diseluruh organisasi, dengan manajer di berbagai tingkatan membuat keputusan

keputusan penting yang berhubungan dengan lingkup tanggung jawab mereka. Desentralisasi hanyalah masalah tingkatan karena seluruh organisasi didesentralisasikan pada lingkup tertentu sejauh diperlukan.

Menurut Hansen & Mowen (2000) mengemukakan bahwa desentralisasi (decentralization) adalah praktek pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada jenjang yang lebih rendah. Esensi dari desentralisasi adalah kebebasan pengambilan keputusan. Suatu organisasi yang desentralisasi, manajer pada jenjang yang lebih rendah membuat dan mengimplementasikan keputusan , sedangkan dalam organisasi yang tersentralisasi, manajer pada jenjang yang lebih rendah hanya bertanggung jawab terhadap implementasi keputusan. Sedangkan menurut Handoko (2003) desentralisasi adalah konsep yang lebih luas dan berhubungan dengan seberapa jauh manajemen puncak mendelegasikan wewenang ke bawah ke divisi-divisi, cabang-cabang, atau satuan-satuan organisasi tingkat lebih bawah lainnya. Desentralisasi juga merupakan pendelegasian wewenang dalam membuat keputusan dan kebijakan kepada manajer atau orang-orang yang berada pada level bawah dalam suatu struktur organisasi dan dapat memperbaiki serta meningkatkan efektifitas dan produktifitas suatu organisasi.

Setiap organisasi mempunyai struktur yang berbeda yang memberikan dasar bagi fungsi organisasi tersebut. Desentralisasi merupakan pendelegasian wewenag dan tanggung jawab kepada manajer. Tingkat pendelegasian itu sendiri menunjukkan sejauh mana manajer yang lebih tinggi mengizinkan manajer yang lebih rendah untuk membuat kebijakan secara independen. Pendelegasian yang diberikan kepada manjer yang lebih rendah (subordinate) dalam otoritas pembuatan keputusan (decision

making) akan diikuti pula dengan tanggung

jawab atas aktivitas yang mereka lakukan, rasa tanggung jawab yang lebih besar otomatis akan muncul karena kebijakan yang dijalankan tersebut adalah inisiatif sendiri. Otoritas disini memberikan pengertian sebagai hak untuk menentukan penugasan, sedangkan tanggung

(6)

jawab adalah kewajiban untuk mencapai tugas yang telah ditetapkan.

Desentralisasi sangat diperlukan akibat adanya kondisi administratif perusahaan atau organisasi yang semakin kompleks, begitu pula dengan tugas dan tanggung jawab sehingga perlu pendistribusian otoritas kepada manajemen yang lebih rendah. Pendelegasian wewenag kepada manajemen yang lebih rendah maka beban yang ditanggung manajemen yang lebih tinggi menjadi terkurangi atau menjadi lebih ringan.

Struktur organisasi memiliki peran penting dalam mempengaruhi kinerja pada tingkat organisasi maupun sub-unit. Pengaruh itu terjadi karena dengan adanya desentralisasi, penetapan kebijakan dilakukan oleh manajer yang lebih memahami kondisi unit yang dipimpinnya sehingga diharapkan kualitas atas kebijakan-kebijakan yang telah diambil lebih berkwalitas. Sistem Akuntansi Informasi Manajemen

Syam dan Maryasih, (2006) mengemukakan Sistem Akuntansi Manajemen merupakan suatu sistem yang dapat memberikan atau menyampaikan informasi yang relevan kepada manajer untuk mengambil keputusan,perencanaan,dan pengawasan. Prasetyo, (2006) menyatakan bahwa Sistem Akuntansi Manajemen adalah suatu mekanisme pengendalian organisasi serta merupakan alat yang efektif dalam menyediakan informasi yang mudah untuk memprediksi konsekuensinya yang mungkin terjadi dari berbagai alternative aktivitas yang dapat dilakukan. Ritonga dan Zainuddin (2005) memberikan definisi tentang ketiga dimensi Sistem Akuntansi Manajemen diatas sebagai berikut: cakupan informasi yang luas meliputi informasi yang berhubungan dengan ekonomi (seperti total penjualan dan pangsa pasar) dan bukan ekonomi (seperti kemajuan teknologi, perubahan sosial, dan perkembangan demografi) kuantitatif dan bukan kuantitatif yang berkaitan dengan lingkungan internal serta eksternal organisasi dan menyediakan informasi yang berkenan dengan prediksi tentang kemungkinan terjadinya peristiwa diwaktu yang akan datang.

Kerangka Pemikiran

Berdasarkan penjelasan yang telah dilakukan di atas, maka dapat digembarkan kerangka pemikiran sebagai berikut:

Pengembangan Hipotesis

1. Pengaruh Desentralisasi terhadap Kinerja Manajerial

Garrison dan Noreen yang diterjemahkan oleh A. Totok (2000) mendefinisikan desentralisasi adalah delegasi otorisasi pembuatan keputusan organisasi dengan memberi manajer serangkaian level operasi dan otoritas untuk membuat keputusan yang berkaitan dengan daerah tanggung jawabnya. Pendekatan kontijensi dapat digunakan untuk menganalisis desain dan sistem akuntansi manajemen untuk memberikan informasi yang dapat digunakan perusahaan untuk berbagai tujuan. Pemakaian faktor kontijensi ini didasarkan pada kemungkinan adanya perbedaan strategi bisnis, dan desentralisasi yang diterapkan akan mengakibatkan perbedaan kebutuhan informasi sistem akuntansi manajemen yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja manajerial (Otley, 1980 dalam Faisal, 2006).

Desentralisasi merupakan kebijakan tiap-tiap perusahaan yang sifatnya independen, artinya bahwa setiap perusahaan dapat memberikan kebebasan kepada divisi atau bagian-bagian dalam perusahaan untuk mengatur dan melaksanakan kegiatan yang akan dilaksanakan. Ditetapkannya otorisasi kepada masing-masing divisi tersebut sering kali dapat memberikan motivasi atau dorongan kepada para karyawan untuk meningkatkan kinerjanya.

Desentralisasi Sistem Informasi Akuntansi Manajemen Kinerja Manajerial

(7)

Kondisi tersebut timbul karena dengan ditetapkannya sistem desentralisasi kegiatan-kegiatan seperti pengawasan dan penilaian dapat lebih mudah untuk dilakukan. Otoritas atau wewenang disini memberikan pengertian sebagai hak untuk menentukan penugasan, sedangkan tanggung jawab adalah kewajiban untuk mencapai penugasan yang telah ditetapkan. Semakin tinggi tingkat desentralisasi maka semakin tinggi wewenag menajer dalam mengambil keputusan secara otonom. Penelitian Lempas, dkk (2014) menemukan bukti bahwa desentralisasi mampu mempengaruhi kinerja manajerial. Berdasarkan uraian di atas hipotesis yang diajukan adalah

H1: Desentralisasi berpengaruh terhadap

kinerja manajerial

2. Pengaruh Sistem Informasi Akuntansi Manajemen terhadap Kinerja Manajerial

Informasi manajemen sebagai salah satu produk sistem akuntansi manajemen memiliki peranan dalam memprediksi konsekuensi yang mungkin terjadi atas berbagai alternatif tindakan yang dapat dilakukan pada berbagai aktifitas seperti perencanaan, pengawasan, dan pengambilan keputusan. Untuk mendukung proses pengambilan keputusan yang baik, maka dibutuhkan suatu sistem yang dapat mensuplai kebutuhan informasi baik informasi akuntansi ataupun informasi manajemen. Informasi sistem akuntansi yang baik bagi perusahaan adalah informasi yang sesuai dengan karakteristik, yaitu bersifat broadscope, timelines, aggregate dan

integrated. Informasi yang bersifat broadscope

adalah informasi yang mengandung dimensi focus, time horizon dan kuantifikasi.Informasi yang bersifat timelines adalah informasi yang tersedia ketika dibutuhkan dan sering dilaporkan secara sistematis. Informasi yang bersifat

aggregate adalah informasi yang memperhatikan

penerapan bentuk kebijakan formal. Sedangkan informasi yang integrated adalah informasi yang mencerminkan adanya koordinasi antara segmen yang satu dengan segmen yang lain.

Pendekatan kontijensi pada akuntansi manajemen didasarkan pada premis bahwa tidak

ada Sistem Akuntansi Manajemen secara universal selalu tepat untuk bisa diterapkan pada seluruh organisasi dalam setiap keadaan tetapi Sistem Informasi Akuntansi itu tergantung pada faktor-faktor situasional yang ada dalam organisasi. Faktor-faktor potensial yang dapat dijadikan sebagai dasar pemikiran untuk menghubungkan antara system akuntansi manajerial dengan kinerja manajerial adalah didasarkan pada kepercayaan bahwa para manajer memahami sifat pekerjaanya (Mulyaningtyas, 2008). Dengan kata lain dengan memahami sifat pekerjaanya, maka mereka dapat mempertimbangkan bagaimana caranya menggunakan informasi agar lebih bermanfaat bagi mereka dan melaksanakan pekerjaan dengan efektif . Diharapkan bahwa dengan menggunakan informasi yang disediakan, manajer dapat menyelesaikan pekerjaan secara efektif yang pada akirnya dapat meningkatkan kinerja manajerial.

Penelitian Yuristisia (2007); Suryani (2013) dan Lempas, dkk (2014) menemukan bukti bahwa sistem informasi akuntansi manajemen mampu mempengaruhi kinerja manajerial. Berdasarkan uraian di atas hipotesis yang diajukan adalah

H2: Sistem Informasi Akuntansi Manajemen

berpengaruh terhadap Kinerja Manajerial

Metode Penelitian Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh manajer level menengah dan manajer level bawah pada PT. Ungaran Printing Apparel. Adapun manajer yang dimaksud manajer level menengah adalah kepala unit (divisi) dan manajer level bawah adalah supervisor.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunanakan metode sensus yaitu seluruh manajer level menengah dan manajer level bawah pada PT. Ungaran Printing Apparel dijadikan sampel dalam penelitian.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

(8)

Desentralisasi merupakan pendelegasian wewenang tanggung jawab kepada para manajer lebih rendah. Tingkat pendelegasian menunjukkan seberapa jauh manajemen yang lebih tinggi mengizinkan manajemen yang lebih rendah untuk membuat kebijakan secara independen artinya pendelegasian yang diberikan kepada menajemen yang lebih rendah (Nazarudin, 1998 dalam Solechan dan Setiawati, 2009).

Variabel desentralisasi diukur dengan menggunakan instrumen yang telah dikembangkan oleh Gordon dan Narayan (1984) dalam Solechan dan Irawati, (2009), yakni diukur dengan lima item pertanyaan dalam 5 skala. Kelima pertanyaan tersebut untuk mengetahui seberapa jauh pengambilan keputusan didelegasikan pada para manajer, yaitu kebijakan dalam pengambilan produk atau jasa baru, kebijakan dalam pemutusan hubungan kerja, penentuan investasi dalam skala besar, pengalokasian anggaran dan penentuan harga jual.

2. Sistem informasi akuntansi manajemen Sistem akuntansi manajemen yaitu suatu sistem pengolahan informasi keuangan yang digunakan untuk menghasilkan informasi keuangan bagi kepentingan pemakai intern organisasi (Mulyadi, 2006 dalam Solechan dan Setiawati, 2009). Pengukurannya dengan menggunakan instrument yang dikembangkan oleh Chenhall dan Morris (1996) dalam Solechan dan Irawati, (2009), yaitu terdiri dari empat dimensi (aspek) yaitu informasi Broad

scope diukurdengandua item pertanyaan.

Timeliness diukur dengan dua item pertanyaan.

Agregasi diukur dengan dua item pertanyaan. Integrasi diukur dengan dua item pertanyaan. Masing-masing pertanyaan diukur dalam 5 skala. 3. Kinerja manajerial

Kinerja manajerial adalah kinerja manajer dalam kegiatan-kegiatan yang meliputi perencanaan, investigasi, pengoordinasian, evaluasi, pengawasan, pengaturan staf (staffing), dan perwakilan atau representatif di lingkungan organisasinya (Sastrohadiwiryo, 2002).Variabel

kinerja manajerial diukur dengan menggunakan instrument self rating yang dikembangkan oleh Mahoney (1963) dalam Solechan dan Irawati, (2009). Para responden diminta menilai kinerja mereka dibandingkan dengan rata-rata kinerja rekan mereka. Kinerja manajerial diukurdengan sembilan item pertanyaan yang diukur dengan 5 skala. Instrumen ini terdiri dari delapan dimensi kinerja personal yaitu perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, pengawasan, staff, negoisasi, perwakilan dan satu dimensi kinerja secara keseluruhan

Teknik Analisis Data

Hipotesis 1-2 dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan persamaan regresi linear berganda. Untuk itu sebelum pengujian hipotesis, dilakukan pengujian normalitas dan asumsi klasik. Hipotesis diterima apabila probabilitas signifikan kurang dari 5% (Ghozali, 2011)

Hasil Penelitian Pengujian Asumsi Klasik

Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal (Ghozali, 2011).Untuk uji normalitas data hasil tes dengan melihat normal probability plot melalui tampilan output SPSS 16.

Hasil analisis menunjukkan bahwa model regresi telah memenuhi syarat asumsi normalitas. Hal ini dapat dilihat dari data yang menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Artinya data yang digunakan dalam penelitian ini terdistribusi secara normal Multikolinearitas

Berdasarkan hasil uji multikolinieritas diketahui bahwa nilai tolerance juga menunjukkan tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0.1 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel bebas. Hasil perhitungan nilai variance inflation factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama tidak ada satu variabel bebas yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa

(9)

tidak ada multkolonieritas antar variabel bebas dalam model regresi

Heteroskedastisitas

Hasil pengujian heteroskedastisitas dengan menggunakan uji Glejser, dapat diketahui bahwa masing-masing variabel bebas memiliki nilai signifikan lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa model regresi tidak memiliki gejala adanya heteroskedastisitas. Dalam artian bahwa terdapat kesamaan varian residual dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya.

Hasil Pengujian Regresi Linear

Berdasarkan hasil analisis, maka persamaan regresi yang terbentuk adalah sebagai berikut :

Y = -0,108 + 0,578 X1 + 0,389 X2

Uji F

Nilai F sebesar 20,066 dengan probabilitas signifikan 0.000, dikarenakan probabilitas lebih kecil dari 0.05, maka, Ha diterima dan H0 ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa variabel independen secara bersama-sama atau simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Artinya bahwa desentralisasi dan sistem informasi akuntansi manajemen berpengaruh terhadap kinerja manajerial secara simultan.

Koefisien Determinasi

Pada Model dapat diketahui bahwa

adjusted R2 adalah 0,521, hal ini berarti 52,1% variasi dari kinerja manajerial dapat dijelaskan oleh variasidari ke dua variabel independent yaitu desentralisasi dan sistem informasi akuntansi manajemen, sedangkan sisanya (100% - 52,1% = 47,9%) dijelaskan oleh sebab-sebablain di luar model.

Analisis dan Pembahasan

1. Desentralisasi berpengaruh terhadap Kinerja Manajerial

Hipotesis pertama diterima yaitu desentralisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial PT. Ungaran Printing Apparel.Berdasarkan hasil pengujian diperoleh

nilai thitung untuk variabel desentralisasi sebesar 5,702 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 kurang dari 0,05 hal ini mengindisikansemakin baik desentralisasi, maka akan meningkatkan kinerja manajerial.

Penelitian ini juga dapat dilihat dari nilai rata-rata variabel desentralisasi sebesar 4,3167. Pernyataan mengenai Perusahaan selalu menentukan untuk melakukan investasi yang mampu memberikan keuntungan dalam skala besar mendapatkan nilai rata-rata tertinggi yaitu sebesar 4,47. Sedangkan pernyataan mengenai Penentuan harga jual, selalu dilakukan dengan perencanaan dan persetujuan dari divisi/bagian yang bersangkutan dalam perusahaan merupakan penilaian paling rendah dengan nilai rata-rata 4,00.

Garrison dan Noreen yang diterjemahkan oleh A. Totok (2000) mendefinisikan desentralisasi adalah delegasi otorisasi pembuatan keputusan organisasi dengan memberi manajer serangkaian level operasi dan otoritas untuk membuat keputusan yang berkaitan dengan daerah tanggung jawabnya. Pendekatan kontijensi dapat digunakan untuk menganalisis desain dan sistem akuntansi manajemen untuk memberikan informasi yang dapat digunakan perusahaan untuk berbagai tujuan. Pemakaian faktor kontijensi ini didasarkan pada kemungkinan adanya perbedaan strategi bisnis, dan desentralisasi yang diterapkan akan mengakibatkan perbedaan kebutuhan informasi sistem akuntansi manajemen yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja manajerial (Otley, 1980 dalam Faisal, 2006).

Desentralisasi merupakan kebijakan tiap-tiap perusahaan yang sifatnya independen, artinya bahwa setiap perusahaan dapat memberikan kebebasan kepada divisi atau bagian-bagian dalam perusahaan untuk mengatur dan melaksanakan kegiatan yang akan dilaksanakan. Ditetapkannya otorisasi kepada masing-masing divisi tersebut sering kali dapat memberikan motivasi atau dorongan kepada para karyawan untuk meningkatkan kinerjanya. Kondisi tersebut timbul karena dengan ditetapkannya sistem desentralisasi

(10)

kegiatan-kegiatan seperti pengawasan dan penilaian dapat lebih mudah untuk dilakukan. Otoritas atau wewenang disini memberikan pengertian sebagai hak untuk menentukan penugasan, sedangkan tanggung jawab adalah kewajiban untuk mencapai penugasan yang telah ditetapkan. Semakin tinggi tingkat desentralisasi maka semakin tinggi wewenang menajer dalam mengambil keputusan secara otonom.Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan Lempas, dkk (2014) menemukan bukti bahwa desentralisasi mampu mempengaruhi kinerja manajerial.

2. Sistem Informasi Akuntansi Manajemen berpengaruh terhadapKinerja Manajerial

Hipotesis kedua diterima yaitu sistem informasi akuntansi manajemenberpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial PT. Ungaran PrintingApparel. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai thitung untuk variable sistem informasi akuntansi manajemen sebesar 3,095 dengan nilai signifikansi sebesar 0,004 kurang dari 0,05 hal ini mengindikasikan semakin baik sistem informasi akuntansi manajemen, maka akan meningkatkan kinerja manajerial.

Penelitian ini juga dapat dilihat dari nilai rata-rata variabel sistem informasi akuntansi manajemen sebesar 4,6572. Pernyataan mengenai tingkat ketersediaan informasi akuntansi manajemen seperti anggaran, laporan penjualan, laporan persediaan, laporan biaya dan laporan keuangan yang dimiliki karakteristik broadscope, yang meliputi faktor-faktor eksternal, internal, dan kejadian yang mungkin terjadi dimasa yang akan datangyang dimiliki karakteristik broadscope, mengurangi berpengaruh terhadap pelaksanaan pekerjaan dalam perusahaan mendapatkan nilai rata-rata tertinggi yaitu sebesar 4,78. Sedangkan pernyataan mengenai tingkat ketersediaan informasi yang dimiliki karakteristik informasi

integration, yaitu mengenai kompleksitas,

kelengkapan(detail), serta infomasi antar unit/bagian dengan nilai rata-rata 4,36.

Informasi manajemen itu sendiri adalah sebagai salah satu produk sistem akuntansi

manajemen memiliki peranan dalam memprediksi konsekuensi yang mungkin terjadi atas berbagai alternatif tindakan yang dapat dilakukan pada berbagai aktifitas seperti perencanaan, pengawasan, dan pengambilan keputusan. Untuk mendukung proses pengambilan keputusan yang baik, maka dibutuhkan suatu sistem yang dapat mensuplai kebutuhan informasi baik informasi akuntansi ataupun informasi manajemen. Informasi sistem akuntansi yang baik bagi perusahaan adalah informasi yang sesuai dengan karakteristik, yaitu bersifat broadscope, timelines, aggregate dan

integrated. Informasi yang bersifat broadscope

adalah informasi yang mengandung dimensi focus, time horizon dan kuantifikasi.Informasi yang bersifat timelines adalah informasi yang tersedia ketika dibutuhkan dan sering dilaporkan secara sistematis. Informasi yang bersifat

aggregate adalah informasi yang memperhatikan

penerapan bentuk kebijakan formal. Sedangkan informasi yang integrated adalah informasi yang mencerminkan adanya koordinasi antara segmen yang satu dengan segmen yang lain.

Pendekatan kontijensi pada akuntansi manajemen didasarkan pada premis bahwa tidak ada Sistem Akuntansi Manajemen secara universal selalu tepat untuk bisa diterapkan pada seluruh organisasi dalam setiap keadaan tetapi Sistem Informasi Akuntansi itu tergantung pada faktor-faktor situasional yang ada dalam organisasi. Faktor-faktor potensial yang dapat dijadikan sebagai dasar pemikiran untuk menghubungkan antara sistem akuntansi manajerial dengan kinerja manajerial adalah didasarkan pada kepercayaan bahwa para manajer memahami sifat pekerjaanya (Mulyaningtyas, 2008).

Dengan kata lain dengan memahami sifat pekerjaanya, maka mereka dapat mempertimbangkan bagaimana caranya menggunakan informasi agar lebih bermanfaat bagi mereka dan melaksanakan pekerjaan dengan efektif. Diharapkan bahwa dengan menggunakan informasi yang disediakan, manajer dapat menyelesaikan pekerjaan secara efektif yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja manajerial.

(11)

Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan Yuristisia (2007); Suryani (2013) dan Lempas, dkk (2014) menemukan bukti bahwa sistem informasi akuntansi manajemen mampu mempengaruhi kinerja manajerial.

.

Penutup Kesimpulan

Hipotesis pertama diterima yaitu desentralisasi berpengaruh dan signifikan terhadap kinerja manajerial PT. Ungaran Printing Apparel. Semakin baik desentralisasi, maka akan meningkatkan kinerja manajerial.

Hipotesis kedua diterima yaitu sistem informasi akuntansi manajemen berpengaruh dan signifikan terhadap kinerja manajerial PT. Ungaran Printing Apparel. Semakin baik sistem informasi akuntansi manajemen, maka akan meningkatkan kinerja manajerial.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini masih mempunyai keterbatasan-keterbatasan. Adanya keterbatasan ini, diharapkan dapat dilakukan perbaikan untuk penelitian yang akan datang. Berdasarkan hasil menunjukkan bahwa kinerja manajerial PT. Ungaran Printing Apparel dipengaruhi dua variabel independen desentralisasi dan system informasi akuntansi manajemen) sebesar 52,1 persen dan sisanya sebesar 47,9 persen dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Walaupun cukup tinggi yaitu lebih dari 50 persen, tetapi masih perlu dilakukan penelitian lebih dengan penambahan variabel baru, seperti kepuasan kerja

Saran

Berdasarkan hasil penelitian bahwa variabel desentralisasi adalah variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi kinerja manajerial PT. Ungaran Printing Apparel, sehingga manajemen perlu mempertahankannya, terutama mengenai penentuan harga jual, selalu dilakukan dengan perencanaan dan persetujuan dari divisi/bagian yang bersangkutan dalam perusahaan

Manajemen perlu meningkatkan sistem informasi akuntansi manajemen, dimana sistem

informasi akuntansi manajemen merupakan variabel terendah dalam mempengaruhi kinerja manajerial PT. Ungaran Printing Apparel. Peningkatan sistem informasi akuntansi manajemen dengan memperhatikan masalah ketersediaan informasi yang dimiliki karakteristik informasi integration, yaitu mengenai kompleksitas, kelengkapan (detail), serta infomasi antar unit/bagian.

DAFTAR PUSTAKA

Faisal. 2006. Analisis Pengaruh Intensitas Persaingan Dan Variabel Kontekstual Terhadap Penggunaan Informasi Sistem Akuntansi Manajemen Dan Kinerja Unit Bisnis Dengan Pendekatan Partial Least Square. Simposium Nasional Akuntansi 9

Padang. Pp. 1 – 25

Garrison dan Noreen. 2000. Akuntansi Manajemen, Terjemahan Oleh : Totok Budi Santoso. Jakarta : Salemba Empat

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Mulitivariate dengan Program IBM SPSS 19 Edisi 5. Semarang: Universitas Diponegoro

Semarang

Handoko, Hani. 2003. Manajemen. BPFE-Yogyakarta

Hansen dan Mowen. 2000. Akuntansi Manajemen, Terjemahan Oleh : Ancella A. Hermawan, Jakarta : Erlangga

Hansen dan Mowen. 2009. Akuntansi Manajerial. Buku 1 edisi 8. Jakarta: Salemba Empat.

Indriantoro, Nurdan Bambang Supomo. 2012.

Metodologi Penelitian Bisnis Untuk

Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta:

BPFE

Juniarti dan Evelyne. 2003.” Hubungan Karakteristik Informasi Yang Dihasilkan Oleh System Akuntansi Manajemen Terhadap Kinerja Mnajerial Pada Perusahaan Manufaktur di Jawa Timur “, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Univ. Petra Surabaya Vol. 5 No

Lempas, dkk. 2014. Desentralisasi Dan Sistem Akuntansi Manajemen Terhadap Kinerja Manajer pada PT. Sinar Galesong Prima

(12)

Manado. Jurnal EMBA. Vol.2 No.1 Maret 2014, Hal. 431-440

Lubis, Arfan Ikhsan. 2010. Akuntansi Keperilakuan. Edisi 2. Jakarta: Salemba

Empat

Maharani, Atria. 2011. Pengaruh Karakteristik Informasi Akuntansi Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Ketidakpastian Lingkungan Dan Strategi Bisnis Sebagai Variabel Moderating. Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang

Mangkunegara. 2005. Akuntansi Manajemen. Salemba Empat, Jakarta

Marina, Anna. 2009. Pengaruh Sistem Akuntansi Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Ketidakpastian Lingkungan Dan Desentralisasi Sebagai Variabel Moderating. JAI Vol.5, No.2, Juli 2009 : 131-141

Mulyadi.2006.Akuntansi Manajemen. STIE YPKN. Yogyakarta.

Nazaruddin, Ietje. 1998. Pengaruh Desentralisasi dan kerakteristik Informasi akuntansi Manajemen terhadap Kinerja Manajerial, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Volume 1 Nomor 12. Pp 141-162

Prasetyo. 2006. Sistem Akuntansi Manajemen

,Sebuah Pendekatan Paraktis. Salemba

empat. Jakarta

Ritonga, Kirmizi., Zainuddin, Yusirrie. 2005. Pengaruh Ketidaktentuan Lingkungan terhadap Penerapan Sistem Akuntansi Manajemen ; Struktur Orgaisasi sebagai Faktor Moderasi. Jurnal Riset Akuntansi

Indonesia Volume 5.FEUI. Jakarta

Sastrohadiwiryo, Siswanto. 2002. Manajemen

Tenaga Kerja Indonesia : Pendekatan Administratif dan Operasional, Jakarta :

Bumi Aksara

Sekaran, U. 2006. Metode Penelitian untuk

Bisnis. Jakarta: Salemba Empat

Solechan, Achmad dan Setiawati, Ira. 2009. Pengaruh Karakteristik Sistem Akuntansi Manajemen Dan Desentralisasi Sebagai Variabel Moderating Terhadap Kinerja Manajerial (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Di Kabupaten Semarang). Fokus

Ekonomi. Vol. 4 No. 1 Juni 2009 : 64 - 74

Suryani, Indah. 2013. Pengaruh Penggunaan Informasi Akuntansi Manajemen dan Desentralisasi Terhadap Kinerja Manajerial (Survey pada Dealer Mobil Kota Jambi). e-Jurnal BINAR AKUNTANSI. Vol. 2 No. 1, Januari 2013

Syam, F., Maryasih, L. 2006. Sistem Akuntansi

Manajemen. CV.Alfabeta. Bandung

Yuristisia, Citra, 2007. Terhadap Kinerja Manajerial dengan Variabel Moderating Strategi Bisnis, PEU, dan Desentralisasi (Case Study: Perusahaan Manufaktur di Prov Jambi). Jambi : Tesis Akuntansi

Weston, J Fred dan Thomas E Copeland. 1997.

Manajemen Keuangan, Edisi

Kesembilan,Jilid Dua. Jakarta: Binarupa Aksara

Weston Copeland. 1992. Manajerial Finance, 9th Ed. The Dyden Press, Orlando Florida Wijaya, dkk. 2010. Pengaruh Keputusan

Investasi, Keputusan Pendanaan, Dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan. SNA XIII. Purwokerto 2010 Wright, P., dan S. P. Ferris. 1997. Agency

Conflict dan Corporate Strategy: The Effect of Divestment on Corporate Value.

Strategic Management Journal 18: 77- 83.

Yeniatie dan Destriana, Nicken. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang pada Perusahaan Nonkeuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal

Bisnis dan Akuntansi. Vol. 12, No.1., April

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Dari kedua percobaan menggunakan data uji naskah kuno yang memiliki masalah serat kertas yang lapuk ini, dapat disimpulkan bahwa metode usulan gagal dalam membinerisasi data yang

tumbuhan sebagai obat tradisional oleh masyarakat suku Seko di desa Tanah Harapan adalah bagian daun, dimana nilai persentase yang didapat sebanyak 43% atau hampir

PT HM Sampoerna ikut berpartisipasi dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui kegiatan kewirausahaan dengan mendirikan Pusat Pelatihan Kewirausahaan

Berdasarkan penjelasan tersebut, instrumen penelitian yang akan digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan keterampilan siswa yaitu pada kompetensi service

[r]

Hasil 3-D inversi tersebut menunjukkan struktur subsurface dome shape dengan harga tahanan jenis 20-60 ohm.m yang dibungkus oleh lapisan konduktif (<10 ohm.m), yang terletak

Perlindungan hak korban kekerasan fisik yang dilakukan seorang ayah terhadap anaknya ditinjau dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan

Berdasarkan latar belakang di atas, hubungan antara konformitas terhadap teman sebaya dengan intensi membeli iPhone pada mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik