• Tidak ada hasil yang ditemukan

RELEVANSI KUALITAS MEDIA VISUAL DAN LITERASI VISUAL SISWA SMA PADA KONSEP SISTEM PENCERNAAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RELEVANSI KUALITAS MEDIA VISUAL DAN LITERASI VISUAL SISWA SMA PADA KONSEP SISTEM PENCERNAAN."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

INDRI ANNISA 1000035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

RELEVANSI KUALITAS MEDIA VISUAL DAN LITERASI VISUAL SISWA SMA PADA KONSEP SISTEM PENCERNAAN

Oleh: Indri Annisa

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Indri Annisa 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

2014

\

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

SISWA SMA PADA KONSEP SISTEM PENCERNAAN DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING:

PEMBIMBING I

Dr. Mimin Nurjhani Kusumastuti, M.Pd. NIP. 196509291991012001

PEMBIMBING II

Dra. Ammi Syulasmi, MS. NIP. 195408281986122

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

ABSTRAK

RELEVANSI KUALITAS MEDIA VISUAL DAN LITERASI VISUAL SISWA SMA PADA KONSEP SISTEM PENCERNAAN

Penelitian ini mengungkap kualitas media visual, literasi visual dan hubungan di antara kedua variabel tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah korelasional. Teknik pengumpulan data kualitas media visual diperoleh dengan menggunakan rubrik kualitas media visual dan kuisioner, di mana rubrik kualitas media visual diisi oleh dosen media dan kuisioner diisi oleh tiap siswa. Data literasi visual dijaring dengan menggunakan instrumen literasi visual dan diisi oleh tiap siswa setelah mereka menginterpretasi gambar yang ditampilkan. Subjek penelitian ini adalah 1 kelas IPA di SMA yang terdiri dari 39 siswa dan pemilihan kelas tersebut dianggap bahwa karakternya homogen. Hasil penelitian menunjukan bahwa kualitas media visual yang digunakan berkualitas tinggi menurut dosen dan berkualitas sedang menurut penilaian siswa. Literasi visual memiliki rata-rata 53, tapi belum dapat ditentukan kategorinya. Setelah dianalisis menggunakan teknik analisis korelasi dan regresi, hasilnya menunjukkan kedua variabel tersebut memiliki korelasi pada kategori cukup (0,45) dan searah. Artinya, ketika kualitas media visualnya tinggi, literasi visualnya pun akan tinggi pula. Selain itu, koefisien determinasi dan persamaan regresinya adalah 20% dan Y = 0,1 + 0,78x. Oleh karena itu, pemilihan dan penggunaan media visual perlu diperhatikan agar literasi visual dikuasai oleh siswa dalam pembelajaran Biologi.

(5)

Indri Annisa, 2014

Relevansi Kualitas Media Visual dan Literasi Visual Siswa SMA pada Konsep Sistem Pencernaan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Relevance between Quality of Visual Media and Visual Literacy in Senior High School on Digestive System Concept

This study aimed to investigate quality of visual media, visual literacy and correlation both of them. The research method was correlational. Data of quality of visual media were obtained with rubric and questionnaire, which the rubric of visual media quality was assign to lecturer, but the questionnaire was filled by each student. Data of visual literacy was explored through visual literacy instrument and filled by each student after they interpreted the picture that was shown. The subjects of this research were 39 students at senior high school which was considered have homogen characteristic. The result showed that according to lecturer, visual media that was used in high

quality category, but in medium quality according student’s

assesment. Scores of visual literacy was 53, however the category

can’t be determined yet. After two of data group were analyzed through correlation and regression technique, both of two variables had medium correlation and in the same direction. It’s mean that when quality of visual media was high, visual literacy would be high too. Meanwhile, determination coefficient and regression equation were 20% and Y = 0,1 + 0,78x. Therefore, selection and using visual media should be attended in order to visual literacy was be able by student in Biology learning.

(6)

Indri Annisa, 2014

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………... i

UCAPAN TERIMA KASIH ………...……….. ii

ABSTRAK ……….. iii

DAFTAR ISI ……….. iv

DAFTAR TABEL ………. vi

DAFTAR GAMBAR ….……… viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ………. x

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 3

1.3.Batasan Masalah ... 3

1.4.Tujuan penelitian ... 4

1.5.Manfaat Penelitian ... 5

BAB II Relevansi Kualitas Media Visual dan Literasi Visual Konsep Sistem Pencernaan A.Media Visual ... 6

1. Peran media pembelajaran... 6

a. Penggunaan media visual ... 7

b. Prinsip penggunaan media visual ... 9

c. Kriteria media visual ... 10

2. Evaluasi media visual ... 13

B.Literasi Visual ... 14

1. Sejarah literasi visual ... 14

2. Apakah literasi visual itu? ... 15

3. Mengapa literasi visual?... 16

4. Literat ... 17

5. Kompetensi Literasi visual ... 18

6. Prosedur pengembangan literasi visual ... 20

7. Relevansi kualitas media visual dan literasi visual ... 21

C.Sistem Pencernaan ... 21

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis penelitian ... 25

B.Subjek Penelitian ... 25

(7)

Indri Annisa, 2014

Relevansi Kualitas Media Visual dan Literasi Visual Siswa SMA pada Konsep Sistem Pencernaan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D.Definisi Operasional ... 25

1. Kualitas media visual ... 25

2. Literasi visual ... 26

3. Relevansi kualitas media visual dan literasi visual ... 26

E. Instrumen Penelitian ... 27

1. Rubrik penilaian kualitas media visual ... 28

2. Kuisioner ... 28

3. Instrumen literasi visual ... 30

F. Prosedur penelitian ... 35

G.Pengumpulan Data ... 36

H.Analisis Data ... 36

I. Alur Penelitian ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 43

1. Penilaian kualitas media visual ... 43

2. Penilaian literasi visual ... 49

3. Relevansi antara kualitas media visual dan literasi visual ... 54

B.Pembahasan ... 56

1. Penilaian kualitas media visual ... 56

2. Penilaian literasi visual ... 67

3. Relevansi antara kualitas media visual dan literasi visual ... 78

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 81

B.Saran ... 82

(8)

Indri Annisa, 2014

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Biologi merupakan ilmu tentang makhluk hidup, yaitu hewan, tumbuhan,

dan manusia (Campbell et al., 2003). Beberapa aspek yang dipelajari pada ketiga

makhluk hidup tersebut mencakup anatomi, morfologi dan fisiologi. Fisiologi

sifatnya lebih luas karena belajar fisiologi diperlukan pemahaman tentang anatomi

juga morfologi (Soewolo, et al., 1999). Dari pengertiannya, fisiologi merupakan

ilmu yang memelajari fungsi-fungsi tubuh manusia, yaitu memelajari bagaimana

tubuh bekerja. Oleh karena itu untuk merunut proses yang bekerja dalam tubuh,

khususnya dalam sel harus dilakukan suatu cara dan itu sangat sulit dilakukan.

Pembedahan merupakan cara yang sering dilakukan karena melalui pembedahan

dapat diketahui ribuan hal secara detail (Offner, 1993). Contohnya, melalui

pembedahan akan tampak pembuluh darah yang menuju dan meninggalkan usus

kecil sehingga pembuluh darah ini disimpulkan berfungsi mengalirkan makanan

yang sudah tercerna menuju hati.

Akan tetapi, pembuktian dengan cara pembedahan seperti di atas tidak

dapat dilakukan pada manusia karena terkait hukum agama dan negara yang

melarang dilakukan pembunuhan, sedangkan pembelajaran faktual berdasarkan

taksonomi Bloom (Anderson, 2001 dalam Rustaman 2005) tetap diperlukan dalam

pembelajaran Biologi. Oleh karena itu, diperlukan media pembelajaran yang

bersifat konkrit, berupa media visual. Gambar merupakan salah satu bentuk media

visual. Gambar akan diingat lebih mudah daripada kata-kata (Gunter, 1987,

Shephard, 1967 dalam Abraham 2009), dan gambar diingat lebih lama daripada

informasi verbal (Nickerson, 1965; Gunter, 1987 dalam Abraham 2009). Akan

tetapi, gambar tersebut harus diinterpretasikan karena menurut Morarity (1994

(9)

Indri Annisa, 2014

Relevansi Kualitas Media Visual dan Literasi Visual Siswa SMA pada Konsep Sistem Pencernaan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Musfiqon 2012). Ketika berbicara mengenai interpretasi gambar, maka akan

(10)

kemampuan untuk menginterpretasikan pesan dari gambar serta untuk

mengkomunikasikan ide dan konsep (Bleed, 2005). Oleh karena itu berdasarkan

pengertian tersebut, dalam implementasinya literasi visual dapat diungkap

melalui beberapa aktivitas pembelajaran dengan menggunakan media gambar.

Pengungkapan literasi visual ini menjadi penting karena berdasarkan penelitian

Michael Cook pada tahun 2008 yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan

siswa dalam mengenali, memahami dan menginterpretasi gambar, telah

menunjukkan bahwa 86 siswa SMA yang belajar meiosis melalui gambar di buku

teks menyatakan bahwa mereka belum mampu mengkomunikasikan

pemahamannya mengenai tujuan meiosis. Berdasarkan penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa interpretasi gambar siswa masih kurang dan kemungkinan

penyebabnya berasal dari gambar itu sendiri.

Oleh karena itu, di tengah kemajuan teknologi bidang visual saat ini,

pengungkapan literasi visual siswa di Indonesia pun perlu dilakukan. Akan tetapi

masalahnya, kualitas gambar yang tertera dalam buku ajar Biologi Indonesia

masih kurang. Hal ini mungkin disebabkan pemilihan media gambar kurang

memerhatikan prinsip efektifitas dan efisiensi, prinsip relevansi dan prinsip

produktivitas (Musfiqon, 2012). Pemilihan media yang berkualitas sangat penting

karena kualitas media akan memengaruhi tingkat ketersampaian pesan atau materi

pembelajaran (Arsyad, 2006). Hal di atas didukung oleh beberapa penelitian yang

menyatakan bahwa jenis ilustrasi yang cocok/efektif akan menentukan seberapa

kuatnya ilustrasi tersebut dalam membantu pembelajaran, begitu pun sebaliknya

(Duchastel, 1978; Mayer, 1993 dalam Cook, 2008). Van Gogh menyatakan “A

good picture is equivalent to a good deed”.

Berdasarkan alasan-alasan di atas, media gambar yang berkualitas juga

perlu diterapkan dalam menjelaskan konsep sistem pencernaan. Hal ini terkait

dengan pembelajaran proses-proses pencernaan yang tidak dapat diamati secara

langsung. Sistem pencernaan merupakan salah satu bagian dari sistem tubuh

manusia dan merupakan topik sains yang menarik dan menyenangkan bagi siswa.

Pengetahuan dari topik ini juga akan bermanfaat bagi siswa yang memiliki ambisi

kuat terhadap sains di masa depannya. Bagi siswa yang tertarik pada sains, topik

(11)

Indri Annisa, 2014

Relevansi Kualitas Media Visual dan Literasi Visual Siswa SMA pada Konsep Sistem Pencernaan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tinggi. Di sisi lain, bagi siswa yang tidak berencana untuk berkecimpung dalam

bidang sains, topik ini tetap penting untuk memahami tubuh mereka agar tetap

sehat dan berfungsi baik ketika beranjak tua (Hyerle, 2000 dalam Antoine 2013).

Dari pernyataan-pernyataan di atas peneliti berasumsi bahwa semakin

berkualitas suatu media gambar maka semakin tinggi pula literasi visual siswa.

Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui keterkaitan antara kualitasmedia visual

dengan literasi visual siswa pada konsep pencernaan.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalahnya adalah sebagai

berikut : “Bagaimanakah relevansi antara kualitas media visual dengan literasi visual siswa pada konsep sistem pencernaan?”

Rumusan masalah tersebut dijabarkan dalam berbagai pertanyaan penelitian

sebagai berikut :

1. Apakah media visual yang diteliti ini memenuhi kriteria penilaian kualitas

media visual?

2. Bagaimanakah gambaran literasi visual siswa berdasarkan deskripsi siswa

tentang konsep-konsep pencernaan yang terkandung dalam gambar?

3. Bagaimanakah relevansi antara kualitas media visual menurut siswa dengan

literasi visual siswa?

C. BATASAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, agar penelitian

ini lebih terarah pada ruang lingkup yang diteliti, maka batasan masalahnya

adalah sebagai berikut:

1. Media visual yang digunakan dalam penelitian ini yaitu gambar dua

dimensi, di mana gambar-gambar yang dijadikan perangkat penelitian

dikutip dari buku Nature of Biology third edition (Kinnear and Martin,

2006). Bagian gambar yang disajikan hanya mengenai proses pencernaan.

2. Pengertian literasi visual banyak dikemukakan para ahli dan terdapat

beberapa perbedaan dalam penggunaan kata kerja. Oleh karena itu, peneliti

(12)

dipahami, yaitu kemampuan membaca visual (decode) dan menulis visual

(encode). Dari dua kemampuan tersebut, penilaian literasi visual hanya

berdasarkan kemampuan membaca visual (decoding) karena kemampuan

menulis visual merupakan kompetensi ahli tertentu. Kemampuan membaca

visual dianalisis dari deskripsi siswa terhadap simbol dan konsep/peristiwa

yang terkandung pada gambar.

D. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Mengevaluasi media visual yang digunakan untuk menjelaskan konsep

sistem pencernaan. Dengan dilakukan evaluasi terhadap media visual,

dapat diketahui pula kualitas media visual yang diterapkan dalam

penelitian ini.

2. Mengungkap literasi visual siswa pada konsep sistem pencernaan melalui

media visual yang menarik. Literasi visual ini dapat diketahui dari

deskripsi siswa tentang konsep/peristiwa yang terkandung dalam gambar

karena jika siswa mampu mendeskripsikan “apa yang terjadi” pada gambar

tersebut dalam bentuk tulisan, maka hal itu mengindikasikan bahwa

mereka sudah mampu menginterpretasi/memaknai gambar.

Menginterpretasi dan mendeskripsikan merupakan komponen dari literasi

visual, yaitu kemampuan membaca visual/decoding.

3. Mengetahui hubungan antara kualitas media visual dan literasi visual

siswa pada konsep pencernaan. Oleh karena itu dapat diketahui, apakah

semakin tinggi kualitas media visual akan menunjukkan literasi visual

siswa yang tinggi pula, atau sebaliknya.

E. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat bagi guru

a. Media visual yang digunakan dalam penelitian ini dapat menjadi contoh

atau referensi bagi guru-guru untuk menerapkan gambar tersebut dalam

(13)

Indri Annisa, 2014

Relevansi Kualitas Media Visual dan Literasi Visual Siswa SMA pada Konsep Sistem Pencernaan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Ketika hubungan antara kualitas media visual dan literasi visual

berbanding lurus, guru dapat selektif dalam memilih dan menggunakan

gambar-gambar yang berkualitas dan dapat memvisualisasikan konsep

yang abstrak secara jelas.

2. Manfaat bagi siswa

Manfaat yang didapatkan siswa yaitu memeroleh pengalaman visual yang

secara tidak langsung bermanfaat bagi dirinya. Selain itu, melalui

penelitian ini secara tidak langsung akan melatih kemampuan interpretasi

siswa yang termasuk ke dalam KPS (Keterampilan Proses Sains).

3. Manfaat bagi peneliti lain

Ketika hubungan antara kualitas media visual dan literasi visual siswa

berbanding lurus, maka penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

rujukan untuk meneliti masalah yang berkaitan dengan literasi visual, baik

di bidang biologi dengan konsep lain ataupun bidang selain biologi, karena

literasi visual ini cakupannya sangat luas. Akan tetapi, ketika hubungan

antara kualitas media visual dan literasi visual siswa berbanding terbalik,

maka dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penyebab hal

tersebut. Pengembangan penelitian ini dapat dilakukan dengan menguji

(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

korelasional kuantitatif. Penelitian korelasional dalam pendidikan artinya mencari

korelasi pada karakter, kemampuan atau kondisi yang saling berhubungan

(Charles and Mertler, 2008: 248) dan menemukan hubungan di antara dua atau

lebih variabel. Analisis kuantitatif menjelaskan data numerik dan sering

membutuhkan aplikasi dari uji statistik (Charles and Mertler, 2008).

B. Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah kelas XI IPA di SMA Negeri 4 kota Bandung

tahun ajaran 2013/2014, yaitu dengan memilih 1 kelas penelitian dari 8 kelas yang

ada. Kelas yang terpilih adalah XI IPA 6 yang berjumlah 39 siswa, di mana

pemilihan 1 kelas ini dianggap bahwa siswa-siswa di dalamnya memiliki karakter

yang homogen. Aturan sampel pada penelitian korelasional tidak boleh kurang

dari 30 (Charles and Mertler, 2008: 128).

C. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Negeri 4 Bandung tahun ajaran 2013/2014

yang berlokasi di Jalan Gardujati 20, Bandung. Penelitian ini dilaksanakan pada

tanggal 11 Maret 2014.

D. Definisi Operasional

Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda, maka beberapa istilah

yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :

1. Kualitas media visual

Ketersampaian pesan dipengaruhi oleh kualitas media visual, salah

(15)

Indri Annisa, 2014

Relevansi Kualitas Media Visual dan Literasi Visual Siswa SMA pada Konsep Sistem Pencernaan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

elemen visual yang dapat dimaknai sebagai informasi. Kualitas media visual

ini diungkap melalui rubrik dan kuesioner.

2. Literasi visual

Penilaian literasi visual pada penelitian ini hanya dilihat dari kemampuan

membaca visual (decoding), yang terdiri dari 4 indikator yaitu kebenaran

konsep, penjelasan makna simbol, kesistematisan dan kemampuan dalam

menerjemahkan objek statis dan dinamis. Literasi visual ini diungkap

melalui instrumen literasi visual berupa pertanyaan pengarah.

3. Relevansi kualitas media visual dan literasi visual

Relevansi yang dimaksud adalah untuk mengetahui hubungan di antara

kualitas media visual siswa dengan literasi visual siswa melalui teknik

analisis korelasional dan regresi.

E.Instrumen penelitian

Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah non-tes dan tes, yaitu

kuesioner, rubrik penilaian kualitas visual dan instrumen literasi visual.

Kuesioner dan rubrik digunakan untuk menilai kualitas gambar yang

digunakan, sedangkan instrumen literasi visual merupakan instrumen untuk

mengungkap literasi visual siswa.

Instrumen non tes cenderung digunakan untuk mengukur kompetensi di luar

ranah kognitif dan sifat jawabannya adalah variatif atau tidak ada kemutlakan

untuk benar dan salahnya. Jadi, nontes lebih cenderung bersifat subyektif

dalam penilaian (Bathesta dan Wahyuni, 2010).

1. Rubrik penilaian kualitas media visual

` Rubrik penilaian kualitas visual ini merupakan instrumen untuk menilai

kualitas media visual, apakah kualitasnya tinggi, sedang atau rendah.

Rubrik penilaian kualitas media visual ini dikutip dari buku Instructional

Media and Technologies for Learning 8th edition (Smaldino et al.,

2002:257-258). Di dalam rubrik aslinya terdapat 12 kriteria (Tabel 3.1),

tapi karena tidak dikaitkan dengan pembelajaran, maka hanya dipilih 6

(16)

standar kompetensi dan tujuan pembelajaran, akurat dan informasi terbaru,

bahasa sesuai dengan umur, kualitas teknik, tidak bias dan kesesuaian

penggunaan warna. Sama seperti aslinya, pada setiap item indikatornya

diklasifikasikan menjadi 3 skor, yaitu 1,2 dan 3. Skor yang dipilih lalu

diolah dan dianalisis sampai diketahui kualitas media visual tersebut,

apakah berkualitas tinggi, sedang atau rendah.

Pengisian instrumen ini ditujukan kepada dosen pengampu mata

kuliah media pembelajaran Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI,

sebelum media visualnya dimanfaatkan di dalam kelas. Setelah diputuskan

bahwa media visual ini layak digunakan, maka barulah media visual yang

sudah dinilai tersebut dapat dibagikan pada masing-masing siswa untuk

diinterpretasi.

2. Kuesioner

Kuesioner ini digunakan sebagai alat untuk mengungkap penilaian

siswa terhadap media visual yang ditampilkan sekaligus mengetahui

respon siswa mengenai hal-hal yang ditanyakan. Kuesioner ini

mengandung 13 pertanyaan yang mana pertanyaan-pertanyaannya

dikembangkan dari beberapa indikator kualitas media visual yang

tercantum dalam buku Instructional Media and Technologies for Learning

8th edition (Smaldino et al., 2002:257-258). Dari kedua belas indikator

yang tertera pada Tabel 3.1, hanya indikator 1, 6 dan 7 yang tidak

dimasukkan, yaitu indikator kesesuaian dengan standar kompetensi dan

tujuan pembelajaran, kualitas teknik, dan tidak bias.

Kuesioner ini diisi oleh tiap siswa setelah mereka selesai

melakukan decoding. Pengisian kuesioner ini hanya menuntut siswa untuk

memilih dua pilihan, yaitu ya atau tidak pada setiap pertanyaan yang

diajukan. Oleh karena itu kuesioner ini disebut dengan kuesioner tertutup.

Kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang disusun dengan menyediakan

pilihan jawaban sehingga responden hanya tinggal memberi tanda pada

(17)

Indri Annisa, 2014

Relevansi Kualitas Media Visual dan Literasi Visual Siswa SMA pada Konsep Sistem Pencernaan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kuesioner tertutup memberi konsistensi respon yang lebih besar dari

responden dan responnya juga lebih mudah ditabulasi dan dianalisis.

Selain itu, pengisiannya closes-ended ini lebih cepat dijawab dibandingkan

open-ended (Charles and Mertler, 2008).

Di bawah ini merupakan indikator-indikator dalam menilai kualitas

media visual (gambar).

Tabel 3.1. Indikator-indikator penilaian kualitas media visual

1. Kesesuaian dengan standar kompetensi dan tujuan pembelajaran 2. Akurat dan Informasi terbaru

3. Bahasa sesuai dengan umur 4. Tingkat perhatian & Keterlibatan

5. Mudah digunakan (User : guru atau siswa) 6. Kualitas teknik

7. Tidak bias

8. Keterbacaan (ukuran dan kecerahan) 9. Kesederhanaan (jelas, kesatuan desain) 10. Kesesuaian penggunaan warna

11. Komunikasi jelas dan efektif 12. Visual yang menarik

Sumber : Instructional Media and Technologies for Learning 8th edition (Smaldino et al., 2002:257-258).

3. Instrumen literasi visual

Instrumen literasi visual merupakan instrumen untuk mengungkap

kemampuan literasi visual siswa SMA. Sama seperti instrumen yang

lainnya, penyusunan instrumen ini pun harus berdasarkan indikator yang

dikemukakan oleh ahli dalam bidang literasi visual. Dari beberapa

indikator/kompetensi literasi visual, peneliti mengutip indikator yang

diusulkan oleh Maria Avgerinou (Tabel 3.3). Akan tetapi, dari semua

indikator yang disarankan perlu dipilah-pilah terlebih dahulu agar sesuai

dengan isi visual yang akan ditampilkan. Indikator yang sudah dipilih pun

(18)

Selanjutnya untuk memunculkan kemampuan yang diharapkan, disusunlah

beberapa pertanyaan yang mewakili semua indikator (Tabel3.2).

Instrumen ini diisi oleh tiap siswa dengan teknik berikut:

pertama-tama, peneliti membagikan gambar pada masing-masing siswa. Lalu,

siswa sebagai penerima pesan harus menafsirkan gambar tersebut dalam

bentuk tulisan sehingga dapat dipahami sebagai pesan yang bermanfaat

(decoding). Untuk menilai hasil penafsiran tiap siswa, dibantu dengan

kunci jawaban (terlampir) dan rubrik yang dikembangkan oleh peneliti

untuk menilai masing-masing indikator yang muncul.

Berikut merupakan pertanyaan-pertanyaan yang dikembangkan dari

setiap indikator:

Tabel 3.2. Pertanyaan-pertanyaan pada instrumen literasi visual yang

dikembangkan dari setiap indikator

No Indikator Pertanyaan

1 Penjelasan simbol Coba jelaskan maksud simbol yang digunakan pada gambar tersebut? Lalu kaitkan dengan konsep yang dijelaskan!

1. Simbol-simbol pada pencernaan karbohidrat 2. Simbol-simbol pada pencernaan protein 3. Simbol-simbol pada pencernaan lemak

4. Simbol-simbol pada proses saat dan setelah proses absorpsi

5. Tanda panah?garis penunjuk?warna?

2 Kebenaran

konsep dan kesistematisan

Ceritakan peristiwa/konsep-konsep yang terkandung dalam gambar tersebut!

1. Bagaimana proses pencernaan karbohidrat berdasarkan gambar tersebut?

2. Bagaimana proses pencernaan protein berdasarkan gambar tersebut?

3. Bagaimana proses pencernaan lemak berdasarkan gambar tersebut?

4. Mekanisme apa yang terjadi pada tahapan absorpsi?

(19)

Indri Annisa, 2014

Relevansi Kualitas Media Visual dan Literasi Visual Siswa SMA pada Konsep Sistem Pencernaan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No Indikator Pertanyaan

3 Menerjemahkan

objek statis dan dinamis

Apakah perbedaan antara gambar di kolom 1 (di sebelah kiri) dan gambar di 3 kolom selanjutnya (sebelah kanan)?Tentukan mana yang termasuk objek statis dan dinamis!

Penentuan pertanyaan-pertanyaan di atas berdasarkan pada

indikator-indikator yang disebutkan Avgerinou dalam Re-viewing Visual Literacy:

Tabel 3.3. Indikator dan penjelasan menurut Avgerinou 2001

Indikator Deskripsi

Pengetahuan kosakata gambar

Pengetahuan tentang komponen dasar bahasa visual

Pengetahuan kaidah/ketentuan gambar

Pengetahuan tentang tanda visual, simbol, dan makna yang disetujui secara sosial.

Perbedaan visual Kemampuan membedakan 2 atau lebih stimuli visual

Asosiasi visual Kemampuan menghubungkan gambar yang menampilkan kesatuan tema.

Rekonstruksi makna Kemampuan menggambarkan dan merekonstruksi makna dari pesan visual secara verbal (atau secara visual) semata-mata membuktikan informasi yang tidak komplit.

Konstruksi makna Kemampuan mengonstruksi makna dari pesan visual yang diberikan

Pandangan kritis Berpikir kritis terhadap visual

Berpikir visual Kemampuan untuk mengubah informasi dari semua bentuk menjadi dalam bentuk gambar, grafik atau bentuk lain yang membantu dalam mengkomunikasikan

informasi

Visualisasi Proses dimana visual gambar diciptakan

Pemikiran visual Berpikir logis/koheren mengenai suatu gambar

Rekonstruksi visual Kemampuan merekonstruksi pesan visual dalam bentuk aslinya

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, dari kesebelas kompetensi di atas, penulis

hanya menentukan 4 indikator dan mengembangkannya menjadi sebagai berikut:

Tabel 3.4. Indikator-indikator literasi visual yang digunakan pada penelitian ini

Literasi

(20)

Literasi

simbol-simbol visual (“Apa yang dijelaskan oleh simbol visual?”)

Asosiasi visual 2. Sistematis (kemampuan

mengurutkan struktur dan proses yang divisualisasikan)

Rekonstruksi makna 3. Kebenaran konsep, kemampuan menangkap proses/prinsip/peristiwa yang dijelaskan oleh gambar. Perbedaan visual 4. Kemampuan menerjemahkan objek

statis dan dinamis

Rubrik digunakan sebagai pedoman atau alat penilaian dan terdiri dari

daftar seperangkat kriteria. Rubrik penilaian literasi visual yang dikembangkan

peneliti terdiri dari segi kebenaran konsep, penjelasan makna simbol,

kesistematisan dan kemampuan dalam menerjemahkan objek statis dan dinamis.

Tabel 3.5 Rubrik penilaian deskripsi siswa dari segi kebenaran konsep tentang

konsep pencernaan yang terkandung dalam gambar

(21)

Indri Annisa, 2014

Relevansi Kualitas Media Visual dan Literasi Visual Siswa SMA pada Konsep Sistem Pencernaan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kriteria 4 3 2 1 Kunci jawaban

yang seharusnya

lemak konsep yang

seharusnya

Total konsep yang harus dijawab 80

Tabel 3.6 Rubrik penilaian deskripsi siswa dari segi kesistematisan tentang konsep

pencernaan yang terkandung dalam gambar

(22)

Kriteria 4 3 2 1

sistematis sistematis

Sistematis

Tabel 3.7 Rubrik penilaian deskripsi siswa dari segi penjelasan simbol tentang konsep

pencernaan yang terkandung dalam gambar

Kriteria

Tabel 3.8 Rubrik penilaian deskripsi siswa dari segi menerjemahkan objek statis dan dinamis tentang konsep pencernaan yang terkandung dalam gambar Kriteria

Prosedur penelitian yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari:

a. Sebelum media visual ini digunakan dalam pembelajaran, terlebih

(23)

Indri Annisa, 2014

Relevansi Kualitas Media Visual dan Literasi Visual Siswa SMA pada Konsep Sistem Pencernaan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penilaian “off class” sehingga diketahui apakah media visual tersebut telah memenuhi kriteria atau tidak, serta mengetahui kualitasnya. Akan

tetapi, penilaian on class tidak dilakukan.

b. Kepada setiap siswa dibagikan gambar yang sudah dicetak dan

selanjutnya mereka harus menginterpretasi gambar tersebut, yaitu

mendeskripsikan simbol, konsep-konsep yang terkandung dalam

gambar serta mampu membedakan objek statis dan dinamis secara

tertulis.

c. Setelah tahap b selesai, tiap siswa dibagikan kuesioner dan diharuskan

mengisinya dengan jujur. Tujuan pembagian kuesioner ini bertujuan

untuk mengetahui penilaian siswa terhadap kualitas media visual yang

telah diinterpretasi mereka sebelumnya.

d. Dua kelompok data yang terkumpul lalu diperiksa dan diolah satu

persatu hingga didapatkan data numerik. Kedua data numerik, yaitu

data kualitas media visual dan literasi visual lalu ditabulasi secara

sistematis.

e. Tahap yang terakhir, kedua variabel yang diuji lalu dikorelasikan

dengan bantuan komputer yaitu menggunakan program SPSS. Hasil

pengolahan data yang muncul lalu diinterpretasikan hingga menjadi

informasi yang bermakna.

G.Pengumpulan data

Data yang dibutuhkan untuk selanjutnya dianalisis yaitu kualitas media

visual dan literasi visual. Teknik pengumpulan datanya yaitu:

1. Data kualitas media visual diperoleh dari penilaian kualitas media

visual yang dilakukan oleh masing-masing siswa dan dosen. Sebelum

gambar digunakan, terlebih dahulu dilakukan penilaian oleh dosen

media secara off class yaitu dengan memilih skor 1-3 pada rubrik,

sedangkan siswa baru melakukan penilaian setelah menginterpretasi

(24)

kedua datanya diolah dan dianalis, maka dapat diketahui apakah visual

itu ke dalam kategori high quality, medium quality atau low quality.

2. Peneliti membagikan gambar pada masing-masing siswa dan instrumen

literasi visual yang berisi 3 pertanyaan pengarah. Lalu, siswa sebagai

penerima pesan harus menggali informasi dalam gambar tersebut sesuai

perintah dalam pertanyaan, hasil interpretasinya dituangkan dalam

bentuk tulisan sehingga dapat dipahami sebagai pesan yang bermanfaat

(decoding). Hasil kerja tiap siswa dikumpulkan dan diperiksa dengan

mencocokkannya dengan kunci jawaban (terlampir). Selama

pemeriksaan, dipandu dengan rubrik yang dikembangkan oleh peneliti

untuk menilai masing-masing indikator yang muncul.

H. Analisis data

Setelah data terkumpul, perlu dilakukan analisis data secara kuantitatif

sebagai berikut:

a. Rubrik penilaian kualitas media visual

Rubrik penilaian kualitas media visual yang diisi oleh dosen terdiri

dari 6 indikator dan tiap indikatornya terdiri dari 3 skala yaitu 1,2 dan 3.

Walaupun skala 1-3 mengindikasikan kategori kualitas, tapi kesimpulan

akhirnya berdasarkan akumulasi skor dari semua indikator. Pengolahan data

untuk rubrik penilaian dari dosen hanya menjumlahkan skor yang dipilih

pada masing-masing kriteria, dan skor maksimalnya yaitu 18. Skor 18 ini

disetarakan dengan nilai 100 sehingga nilai setiap skor yaitu:

x 100

Angka yang sudah diperoleh lalu diinterpretasikan (Tabel 3.9).

b. Kuesioner

Kuesioner tertutup diisi oleh masing-masing siswa. Kuesioner ini

(25)

Indri Annisa, 2014

Relevansi Kualitas Media Visual dan Literasi Visual Siswa SMA pada Konsep Sistem Pencernaan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bernilai 0. Penghitungan data untuk penilaian kualitas dari tiap siswa

dilakukan dengan menjumlahkan berapa banyak pertanyaan yang dipilih “iya”. Karena terdapat 13 pertanyaan, maka skor maksimalnya yaitu 13. Sama seperti pengolahan data penilaian kualitas dari dosen, skor 13 ini pun

diolah kembali hingga mendapat skor 100. Skor akhir yang didapatkan

tersebut lalu diinterpretasikan berdasarkan kategori di bawah ini:

Tabel 3.9. Kategori kualitas media visual (gambar)

Skor Kategori

0-33 Kualitas gambar rendah

34-66 Kualitas gambar sedang

67-100 Kualitas gambar tinggi (Smaldino, 2002)

c. Instrumen literasi visual

Instrumen literasi visual ini berupa tiga pertanyaan yang mewakili

empat indikator literasi visual. Pertanyaan-pertanyaan ini mengarahkan

siswa untuk mengemukakan secara tertulis mengenai makna simbol, konsep

pencernaan dan menerjemahkan objek statis dan dinamis yang tergambar

dari media visual yang telah dibagikan sebelumnya. Data yang terkumpul

lalu diperiksa satu persatu dengan mencocokkannya dengan kunci jawaban

(terlampir) sama seperti menilai uraian bebas umumnya. Akan tetapi,

perbedaannya penilaian ini mengacu pada 4 indikator yang sudah

ditentukan.

Setelah diketahui persentase jawaban yang benar pada masing-masing

indikator tersebut, lalu diubah ke dalam skor 1-4 berdasarkan rubrik yang

telah dikembangkan peneliti. Rubrik yang dikembangkan ini sesuai dengan

jumlah indikator yang akan diukur tersebut. Skor yang sudah ditentukan

pada tiap indikator lalu dijumlahkan dan hasil penjumlahannya diolah lagi

hingga menjadi skala 100. Di bawah ini merupakan penjelasan cara analisis

(26)

1. Kebenaran konsep

Konsep yang harus dijelaskan dibagi menjadi 5, pencernaan

karbohidrat, pencernaan protein, pencernaan lemak, proses saat absorpsi dan

setelah absorpsi. Skor maksimal dari keempat konsep tersebut adalah 80

sehingga pengolahan datanya adalah:

Setelah diketahui persentase jawaban siswa, lalu diubah ke dalam skor

1-4, di mana jika jawaban siswa 100%-nya sesuai dengan kunci jawaban

maka skornya 4.

2. Sistematis

Jawaban siswa terkait konsepnya (nomor 2) dibaca kembali, tapi yang

dilihat adalah kesistematisan siswa dalam menjelaskan. Kesistematisan yang dimaksud dinilai dari “apakah proses dari awal hingga akhir dijelaskan, atau tidak?” dan dinilai dari “apakah yang dijelaskan tersebut berurutan?”, atau adakah kaitan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya. Karena tidak

ada skor maksimal, dari setiap konsep langsung diubah ke kategori 1-4.

Skor 4 yaitu jika semua proses (awal hingga akhir) dijelaskan dan berurutan.

Setelah masing-masing konsep ditentukan skor akhir kesistematisannya (1

sampai 4), lalu skor yang didapat tersebut dirata-ratakan.

3. Penjelasan simbol

Pada gambar yang disajikan, konsep-konsep yang terkandung di

dalamnya divisualisasikan juga dalam bentuk simbol-simbol sehingga

interpretasi terhadap gambar tersebut mencakup pula penjelasan terhadap

simbol-simbolnya. Hampir sama dengan aspek kebenaran konsep, penilaian

simbol ini mencakup konsep pencernaan karbohidrat, protein, lemak dan

tahap absorpsi. Akan tetapi, perbedaannya untuk simbol ditambah dengan

penjelasan warna, tanda panah dan garis petunjuk yang ada dalam gambar.

Dari semua hal tersebut, skor maksimal yang harus dijawab siswa adalah 37

penjelasan simbol. Karena skor maksimalnya 37, maka pengolahan datanya

adalah sebagai berikut:

Nilai kebenaran konsep =

(27)

Indri Annisa, 2014

Relevansi Kualitas Media Visual dan Literasi Visual Siswa SMA pada Konsep Sistem Pencernaan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sama halnya dengan aspek kebenaran konsep, penentuan skor akhir

dilakukan dengan mengubah persentase yang telah dihitung ke dalam skor

1-4, di mana jika jawaban siswa 100%-nya sesuai dengan kunci jawaban

maka skornya 4.

4. Menerjemahkan objek statis-dinamis

Berdasarkan indikator literasi visual, disebutkan bahwa siswa mampu

menerjemahkan objek statis dan dinamis. Oleh karena itu, indikator tersebut perlu dinilai. Penilaian ini didasarkan “apakah siswa mampu membedakan objek statis dan dinamis serta menjelaskan alasannya ataukah tidak”. Jika

kedua hal tersebut dipenuhi siswa pada jawaban nomor 3, maka skor yang

didapat adalah 4. Sama halnya dengan aspek yang lain, penilaian akhirnya

yaitu dengan menentukan skor 1-4.

Karena literasi visual ini mengacu pada 4 indikator/aspek di atas, maka

penilaian literasi visual yaitu dengan menjumlahkan skor dari kelima aspek

tersebut.

Dari keempat indikator, jika dijumlahkan skor maksimalnya adalah 16.

Akan tetapi untuk mendapatkan skala 100 maka dihitung dengan rumus

berikut :

x 100

d. Analisis relevansi hasil angket dan hasil interpretasi

Dalam ilmu statistik istilah korelasi diberi pengertian sebagai “hubungan antar dua variabel atau lebih”. Hubungan antardua variabel dikenal dengan istilah: bivariate correlation. Di bawah ini merupakan

rumus korelasi :

Nilai kebenaran konsep =

X 100%

Kebenaran konsep (1-4) + kesistematisan (1-4) + objek statis-dinamis (1-4) +

(28)

r

∑ ∑ ∑

√ ∑

√ ∑

Product Moment Correlation adalah salah satu teknik untuk mencari

korelasi antardua variabel yang kerap kali digunakan. Teknik korelasi ini

dikembangkan oleh Karl Pearson yang karenanya sering dikenal dengan

istilah teknik Korelasi Pearson.Disebut Product Moment Correlation karena

koefisien korelasinya diperoleh dengan cara mencari hasil perkalian dari

momen-momen variabel yang dikorelasikan. Teknik korelasi Pearson ini

kita pergunakan apabila kita berhadapan dengan kenyataan berikut ini:

a. Korelasinya bivariat, terdiri dari 2 variabel

b. Variabel yang kita korelasikan berbentuk gejala atau data yang bersifat

interval.

c. Populasi dari data yang ditunjukkan berdistribusi normal.

d. Variabelnya memiliki hubungan yang linear (Tanner, 2012)

Ada tidaknya korelasi diinterpretasi dari koefisien korelasi dan nilai

signifikansi. Jika nilai signifikansinya < 0,05 maka terdapat korelasi yang

signifikan. Koefisien korelasi merupakan ukuran yang menyatakan ada

tidaknya hubungan di antara variabel-variabel, yang dinyatakan dengan

notasi (r). Koefisien korelasi merupakan besaran untuk menunjukkan

seberapa besar tingkat keeratan hubungan antara 2 variabel pada model

regresi. Adapun asumsi dari hubungan tersebut dinyatakan bahwa apabila nilai sesungguhnya yaitu “y” mendekati garis regresi y, maka hal tersebut dapat diartikan bahwa nilai koefisien korelasinya besar dan kesalahan

(29)

Indri Annisa, 2014

Relevansi Kualitas Media Visual dan Literasi Visual Siswa SMA pada Konsep Sistem Pencernaan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.10. Interpretasi setiap koefisien korelasi Pearson

Besarnya “r”product

moment

Interpretasi

0,00-0,20 Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi, tapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi)

0,20-0,40 Antara variabel X dan Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah

0,40-0,70 Antara variabel X dan Y terdapat korelasi yang sedang/cukup

0,70-0,90 Antara variabel X dan Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi

0,90-1,00 Antara variabel X dan Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi

Sumber: J.P Guilford, Fundamental Statistics in Psychology and Education,

edisi kedua, (New York: Mc Graw Hill Book Company, Inc., 1950), hlm 164-165

Selain itu, teknik korelasi ini pun dapat mengetahui arah hubungan.

Hubungan antarvariabel itu dibedakan menjadi 2 macam, yaitu hubungan

yang sifatnya satu arah dan hubungan yang sifatnya berlawanan arah.

Hubungan yang bersifat searah diberi nama korelasi positif sedang

hubungan yang sifatnya berlawanan arah disebut korelasi negatif. Disebut

korelasi positif jika dua variabel (atau lebih) yang berkorelasi, berjalan

paralel; artinya bahwa hubungan antardua variabel itu menunjukkan arah

yang sama. Jadi apabila variabel X mengalami kenaikan atau pertambahan,

akan diikuti pula dengan kenaikan atau pertambahan pada variabel Y,

begitupun sebaliknya.

Koefisien determinasi (R2) merupakan besaran untuk menunjukkan

(30)

Persamaan regresi linier sederhana adalah model hubungan antara

variabel tidak bebas (y) dan variabel bebas (x) dengan bentuk umum

persamaan garis regresi liniernya : Y = a + bx

Pada penelitian ini, teknik korelasi digunakan untuk menghubungkan

kualitas media visual dan literasi visual. Setelah data kedua variabel tersebut

di tabulasi, barulah dikorelasikan. Akan tetapi untuk penelitian ini dilakukan

dengan bantuan komputer yaitu program SPSS. Hasil pengolahan data dari

program SPSS selanjutnya perlu diinterpretasikan, baik ada tidaknya

(31)

Indri Annisa, 2014

Relevansi Kualitas Media Visual dan Literasi Visual Siswa SMA pada Konsep Sistem Pencernaan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu I. Alur Penelitian

Alur penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:

Tahap persiapan

Tahap Pelaksanaan

Tahap Akhir

Seleksi gambar dari buku

“Nature of Biology”, Juddith Kinnear

1. Penentuan instrumen :

a. Rubrik penilaian literasi visual b. Kuesioner penilaian kualitas media

visual 2. Kunci jawaban

Penilaian media visual “off class” oleh

dosen ahli media

Pembagian media visual kepada siswa

Siswa membacavisual / menginterpretasi gambar

(decoding)

Analisis data

Pembelajaran sistem pencernaan

Siswa mengisi kuesioner untuk menilai media visual yang telah

diinterpretasikan

(32)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kualitas media

visual dengan literasi visual. Terdapat tiga hal yang menjadi perhatian dalam

penelitian ini, yaitu:

1. Media visual (gambar) yang digunakan telah memenuhi kriteria penilaian

kualitas media visual. Kualitas media visual ini dinilai oleh dosen

pengampu mata kuliah media pembelajaran dan siswa, tapi penilaian

kualitas media visual ini terdapat perbedaan di mana menurut penilaian

dosen, kualitas media visual yang digunakan berkualitas tinggi, sedangkan

menurut siswa berkualitas sedang.

2. Literasi visual pada penelitian ini diungkap melalui empat indikator, yaitu

penjelasan simbol, kebenaran konsep, sistematis dan mampu

menerjemahkan objek statis dan dinamis. Berdasarkan empat indikator

tersebut, hasilnya menunjukkan bahwa siswa paling mudah dalam

menentukan objek statis dan dinamis serta cukup mampu menjelaskan

konsep yang terkandung dalam gambar. Akan tetapi, siswa terlihat

kesulitan dalam memaknai simbol-simbolnya dan tidak memerhatikan

kesistematisan dalam menjelaskan. Berdasarkan perhitungan skor dari tiap

siswa menghasilkan rata-rata 53. Akan tetapi, kekurangan dari penelitian

ini yaitu tidak ditemukannya indeks literasi visual sehingga tidak dapat

menentukan apakah skor 53 ini termasuk kategori literasi visual tinggi,

sedang atau rendah.

3. Selanjutnya adalah terkait korelasi antara kualitas media visual dan literasi

visual. Hasilnya menunjukkan hasilnya menunjukkan kedua variabel

tersebut memiliki korelasi pada kategori cukup (0,45) dan searah. Artinya,

ketika kualitas media visualnya tinggi, literasi visualnya pun akan tinggi

pula. Selain itu, koefisien determinasi dan persamaan regresinya adalah

(33)

Indri Annisa, 2014

Relevansi Kualitas Media Visual dan Literasi Visual Siswa SMA pada Konsep Sistem Pencernaan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Rekomendasi

Ketika pra dan pasca penelitian, tidak dapat dipungkiri bahwa banyak

ditemukan kekurangan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan di antaranya yaitu:

1. Penilaian kualitas media visual oleh siswa dijaring melalui kuisioner

tertutup sehingga masih terdapat hal-hal yang belum terungkap seperti

pertanyaan tentang pengalaman siswa dalam menginterpretasi gambar

serta terdapat pertanyaan yang memerlukan pilihan yang lebih spesifik

yaitu dalam hal kuantitas informasi dalam gambar. Alasan penggunaan

kuisioner tertutup ini karena memertimbangkan waktu yang terbatas. Oleh

karena itu, untuk mengatasi kekurangan-kekurangan tersebut selanjutnya

perlu diperbaharui dengan menambahkan teknik wawancara serta

memerbaharui kuisioner dengan skala Likert.

2. Setelah jawaban siswa untuk mengungkap literasi visual terkumpul,

peneliti cukup kesulitan dalam memeriksa jawaban siswa satu persatu

karena setiap jawaban siswa harus diperiksa 4 kali pengulangan sesuai

jumlah indikator yang akan diukur.Oleh karena itu, perlu ketelitian dan

kesabaran agar menghasilkan data yang akurat. Selain itu, tiap siswa

membuat uraian dengan cara yang beragam, maka bentuk kunci jawaban

perlu dibuat banyak alternatif.

3. Penyajian gambar yaitu dibagikan satu persatu pada masing-masing siswa.

Untuk mengatasi hal tersebut, penyajian gambarnya cukup ditayangkan

dalam bentuk slide.

4. Peneliti tidak menemukan indeks literasi visual sehingga tidak dapat

diketahui apakah skor literasi visual yang diungkap ini termasuk kategori

tinggi, sedang atau rendah. Oleh karena itu, bagi siapapun yang akan

meneliti literasi visual, indeks literasi visual perlu lebih diperhatikan.

Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini dapat menjadi rekomendasi

bagi guru, untuk memilih/menggunakan media visual yang tepat serta

berkualitas, dan melatih bahkan meningkatkan kemampuan literasi visual siswa.

Selain itu diharapkan kekurangan-kekurangan di atas dapat diantisipasi oleh

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Abraham, Linus (2009). Effectiveness of Cartoons as a Uniquely Visual Medium for Orienting Social Issues. Journalism & Communication Monographs Sage Journals. 11 (2), 117-165

Alberto, P., et al. (2007). Components of Visual Literacy: Teaching Logos. A Journal of Hammill Institute on Disabilities Sage Journals. 22(4), 234-243

Antoine, Alana Kristen. (2013). The Effect Of Graphic Organizers On Science Education: Human Body Systems. Tesis Faculty of the Louisiana State University and Agricultural and Mechanical College

Arikunto, Suharsimi. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara

Arsyad, Azhar. (2009). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Ausburn, Lynna and Ausburn, Floyd. (2006). Visual Literacy: Background, Theory and Practice. Innovations in Education & Training International. 15(4). 291-297

Baker, W.P., (2012). Chapter 3 Visual Literacy. www.iste.org. : International Society for Technology in Education.

Balnaves, Mark and Caputi, Peter. (2001). Introduction to Quantitative Research methods. London : Sage Publication

Bathesta, Yovi dan Wahyuni, D,L. ____. PDF Rubrik: Asesmen Alternatif Untuk Menilai Peserta Didik Secara Realtime Dan Komprehensif.

Bleed, Rod. (2005). Visual Literacy in Higher Education. Educause Learning Initiative.

Campbell, Reece, Mitchell. (2003). Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

Carry, D.D. (____). Visual Literacy: Using Images to Increase Comprehension. PDF www.etacuisenaire.com/drcarry.

(35)

Indri Annisa, 2014

Relevansi Kualitas Media Visual dan Literasi Visual Siswa SMA pada Konsep Sistem Pencernaan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Cook, Michael. (2008). “Students’ Comprehension of Science Concepts Depicted

in Textbook Illustrations”. Electronic Journal of Science Education. 12(1), 1-14

Dahar, W. R. (2011). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Penerbit Erlangga

Davis, J Charles and Shaw Debora. (2011). Introduction to Infromation science and technology. American Society for Infdromation science and technology. Information Today : New Jersey

De Vries, Vaicaityte and Velders. (2008). Visual literacy and Visual Communication for Global Education. doc.utwente.nl

Draper, Debbie. (2010). The art of language: Visual literacy and Descriptive writing. www.share2learn.com

Gerlach, S. V., Ely, P.D., and Melnick, R. (1980). Second edition Teaching and Media a Systematic Approach. Prentice Hall Inc, Englewood Cliffs : United States of America

Gillespie, T John and Spirt L Diana. (1973). Creating a school media program. New York and London. A Xerox Education Company

Guilford, J.P. (1950). Fundamental Statistics in Psychology and Education edisi kedua. New York: Mc Graw Hill Book Company, Inc

Hattwig, D., Bussert, K., Medaille, A., and Burgess, J. (2012).Visual Literacy Standards in Higher Education: New Opportunities for Libraries and Student Learning. portal: Libraries and the Academy. 13(1), 61-89

Jones, Mary and Jones, Geoff. (2002). International Edition for IGCSE and 0 level Biology. United Kingdom : Cambridge University Press

Kinnear, Juddith and Martin, Marjory. (2006). Nature Of Biology Third Edition Book 1. Australia : John Wiley & Sons Australia

Martens, Hans. (2010). Evaluating Media Literacy Education: Concepts, Theories and Future Directions. Journal of Media Literacy Education. 2(1), 1 – 22

McDermott, Kathleen. Visual Literacy and the Use of Images in the Secondary Language Arts Classroom . Running head Visual Literacy. St. Mary's College of Maryland

(36)

Nasution, S. 2006. Metode penelitian (Penelitian ilmiah). Jakarta : PT Bumi Aksara

Newby, J,T., , Stepich A, D., Lehman, D, J., Russell, D, J. (2011 ). Educational Technology for teaching and learning fourth edition. Pearson Prentice Hall: New Jersey USA

Ramadhayani and Athena, Yane. (2012). Tugas Makalah Prinsip-Prinsip Visual. Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pascasarjana, Universitas Negeri Padang

Resmini. (2010). Orasi dan Literasi dalam Pengajaran Bahasa. Universitas Pendidikan Indonesia

Rustaman, N., et al. (2005). Strategi Belajar dan Mengajar Biologi. Malang: UNM

Sadiman, A., Rahardjo., Haryono, A., Rahardjito. (2009). Media Pendidikan pengertian, pengembangan dan pemanfaatannya. Jakarta : Rajawali Pers

Sims, E., O’Leary, R., Cook, J., Butland, G. (2002). Visual Literacy: What Is It And Do We Need It To Use Learning Technologies Effectively?. United Kingdom: Learning Technology Support Service

Sinatra, R. (1986). Visual literacy connections to thinking, reading and writing. Springfield, IL: Charles C. Thomas

Smaldino, E.S, Russell. D.J., Heinich,R., Molenda, M. (2002). Instructional Media and Technologies for Learning 7th edition. New Jersey: Pearson Education

Smaldino, E.S, Russell. D.J., Heinich,R., Molenda, M. (2005). Instructional Media and Technologies for Learning 8th edition. New Jersey: Pearson Education

Sutjipto, B dan Kustandi, C. (2013). Media Pembelajaran manual dan digital edisi kedua. Bogor : Ghalia Indonesia

Schonborn, J. Konrad and Anderson, R. Trevor. (2006). Importance of Visual Literacy in the Education of Biochemists. Biochemistry and Molecular Biology Education. 34(2), 94-102

(37)

Indri Annisa, 2014

Relevansi Kualitas Media Visual dan Literasi Visual Siswa SMA pada Konsep Sistem Pencernaan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suryabrata, Sumadi. (2008). Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Stafford, Tim. (2011). Teaching Visual Literacy in the Primary Classroom Comic books, film, television and picture narratives. London and New York : Routledge Taylor and Francis Group

Tanner, David. (2012). Using Statistic to Make Educational Decision. USA : SAGE Publications. Inc

Tim penulis Prodi Desain Komunikasi Visual FSR ISI Yogyakarta dan Studio Diskom. (2009). Irama Visual. Yogyakarta: Jalasutra Anggota IKAPI

Trumbo, Jean. (1999). Visual Literacy and Science Communication. Science Communication. 20 (4), 409-425

Yenawine, Phillip. (1997). Thoughts on Visual Literacy. Handbook of Research on Teaching Literacy through the Communicative and Visual Arts. Visual Understanding in Education.

Zainul, Asmawi dan Mulyana, Agus. (2005). Materi Pokok : Tes dan Asesmen di SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Warsita, Bambang. (2008). Teknologi Pembelajaran Landasan dan aplikasinya. Rineka Cipta: Jakarta

Gambar

Tabel 3.1. Indikator-indikator penilaian kualitas media visual
Tabel 3.2. Pertanyaan-pertanyaan  pada instrumen literasi visual yang No dikembangkan dari setiap indikator Indikator Pertanyaan
gambar  Pengetahuan kaidah/ketentuan
gambar, Pengetahuan (Avgerinou) kaidah/ketentuan gambar
+5

Referensi

Dokumen terkait

mengadakan penelitian yang berjudul “Pener apan Model Inkuiri Abduktif untuk meningkatkan Penguasaan Konsep dan Literasi Sains Siswa SMA pada Materi.. Hukum

Berdasarkan hasil analisis transkrip diskusi siswa pada pembelajaran menggunakan media kartun konsep menunjukkan bahwa kualitas argumentasi siswa umumnya berada pada

1. Mengidentifikasi latar belakang diterapkannya program literasi media bagi siswa kelas X di SMA Muhammadiyah 1 Kota Magelang. Mendeskripsikan pelaksanaan literasi media untuk

tentang “ Perbedaan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Makromedia Flash dan Media Charta pada Materi Sistem Pencernaan Manusia di Kelas XI IPA SMA Panca Budi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar biologi pada siswa yang diajar menggunakan media animasi dan media komik pada konsep sistem

Numbered Heads Together ( NHT) Berbantuan Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sistem Pencernaan Manusia di SMP Negeri 3 Sungai Kakap2. Dibawah

Penelitian berjudul Literasi Visual Siswa Pada Gambar Isomorfisme spatial dan Konvensi dan Pemahaman Siswa Pada Materi Sistem Ekskresi Manusia, memiliki tujuan untuk

Hasil dari penelitian Pengembangan Soal-Soal Pilihan Ganda Berbasis Visual untuk Mengukur Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Kelas XI pada Konsep Sistem Indra,