PENERAPAN MODEL INKUIRI ABDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN LITERASI SAINS SISWA SMA PADA MATERI
HUKUM NEWTON SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Fisika
Oleh
SISKA SUKAESIH 1103023
DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi/tesis/disertasi dengan judul "Penerapan Model
Inkuiri Abduktif untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Literasi Sains Siswa SMA " ini
beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan
penjiplakan ataupengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang
berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung
resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan
atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Februari 2015
Yang membuat pernyataan,
PENERAPAN MODEL INKUIRI ABDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN LITERASI SAINS SISWA SMA PADA MATERI
HUKUM NEWTON
Oleh Siska Sukaesih
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Siska Sukaesih 2015 Universitas Pendidikan indonesia
Februari 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
SISKA SUKAESIH
PENERAPAN MODEL INKUIRI ABDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN LITERASI SAINS SISWA SMA PADA MATERI
HUKUM NEWTON
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :
Pembimbing I
Drs. Taufik Ramlan Ramalis, M.Si.
NIP. 195904011986011001
Pembimbing II
Dra. Heni Rusnayati, M.Si.
NIP. 196102021989012001
Mengetahui,
Ketua Departemen Pendidikan Fisika
Dr. Ida Kaniawati, M.Si.
i Siska Sukaesih, 2015
PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
PENERAPAN MODEL INKUIRI ABDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN LITERASI SAINS SISWA SMA PADA
MATERI HUKUM NEWTON
Siska Sukaesih NIM. 1103023
Pembimbing I : Drs. Taufik Ramlan Ramalis, M.Si. Pembimbing II: Dra. Heni Rusnayati, M.Si. Departemen Pendidikan Fisika, FPMIPA-UPI
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep dan literasi sains siswa setelah diterapkan Model Inkuiri Abduktif. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya penguasaan konsep siswa. Hasil studi PISA pada tahun 2009 menunjukkan bahwa masih rendahnya literasi sains siswa Indonesia. Studi PISA yang dilakukan oleh OECD (Organization for Economic
Co-operation & Development) mengukur sejauh mana kesiapan siswa dalam
menghadapi tantangan yang ada di masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuasi eksperimen. Desain penelitian yang digunakan yaitu One
Group Pretest-Posttest Design. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi
kelas X di salah satu SMA Negeri Bandung yang dipilih melalui teknik purposive
sampling. Pengambilan data dilakukan melalui pemberian tes penguasaan konsep
dan literasi sains siswa berupa soal berbentuk pilihan ganda. Selain itu juga dilakukan observasi keterlaksanaan Model Inkuiri Abduktif yang dilakukan oleh observer saat pembelajaran berlangsung. Data hasil pretest dan posttest dianalisis dengan menggunakan menggunakan skor gain ternormalisasi N-Gain. Dari hasil analisis data diperoleh adanya peningkatan penguasaan konsep dengan gain ternormalisasi sebesar 0,61 dan termasuk dalam kategori sedang. Literasi sains juga mengalami peningkatan dengan nilai gain ternormalisasi sebesar 0,56 dan termasuk kategori sedang. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Model Inkuiri Abduktif dapat meningkatkan penguasaan konsep dan literasi sains siswa SMA.
ii Siska Sukaesih, 2015
PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Applying Abductive Inquiry Model to Improve Mastery of Concept and Scientific Literacy at Newton’s Laws in Senior High School
Siska Sukaesih NIM. 1103023
Perceptor I : Drs. Taufik Ramlan Ramalis, M.Si. Perceptor II: Dra. Heni Rusnayati, M.Si.
This study aimed to determine the increase in mastery of concepts and student’s scientific literacy after of abductive Inquiry Model implemented. The background in this research is the student’s weakness for mastery of concept. PISA’s study in 2009 showed that the student’s scientific literacy still weak. PISA’s study which did by OECD (Organization for Economic Co-operation and Development) had measured the extent to which a student's readiness for the challenges that exist in society. This study used quasi-experimental method and one group pretest-posttest design. The sample in this study was10th grade students of one senior high school in Bandung which selected through purposive sampling technique. Data were collected through mastery of concept and scientific literacy test in multiple choice form. Morover there is observer who observed feasibility of abductive inquiry model when learning take place. The results of pretest and posttest scores were analyzed using the gain normalized N-Gain. Analyzing data showed the increasing mastery of concept by the normalized gain of 0.61 and it is come under in medium category. Scientific literacy showed increasing value of the normalized gain of 0.56 and it is come under in the medium category. These results can be concluded that the inquiry abductive model can be improved mastery of concept and scientific literacy of high school students.
Siska Sukaesih, 2015
PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR... ii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Batasan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8
A. Abduksi ... 8
B. Model Inkuiri Abduktif... 11
C. Penguasaan Konsep ... 15
D. Literasi Sains ... 19
E. Hubungan Sintak Model Inkuiri Abduktif dengan Penguasaan Konsep dan Literasi Sains ... 20
F. Hukum Newton ... 24
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
A. Metode dan Desain Penelitian ... 26
Siska Sukaesih, 2015
PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu v
C. Prosedur Peneltian ... 27
D. Definisi Operasional ... 29
E. Instrumen Penelitian ... 30
F. Pengujian Instrumen... 31
G. Hasil Uji Coba Instrumen ... 34
H. Teknik Pengumpulan Data ... 36
I. Teknik Pengolahan Data ... 36
J. Alur Penelitian ... 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39
A. Keterlaksanaan Model inkuiri Abduktif ... 39
B. Peningkatan Penguasaan Konsep... 42
C. Peningkatan Literasi Sains ... 45
D. Pembahasan Peningkatan Penguasaan Konsep ... 47
E. Pembahasan Peningkatan Literasi Sains ... 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 56
A. Kesimpulan ... 56
B. Saran ... 56
DAFTAR PUSTAKA ... 58 LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Lampiran A Perangkat Pembelajaran
2. Lampiran B Judgement dan Uji Coba Instrumen
3. Lampiran C Instrumen Penelitian
4. Lampiran D Analisis Hasil Penelitian
5. Lampiran E Studi Pendahuluan
Siska Sukaesih, 2015
PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pola Penalaran Abduktif... 11
Tabel 2.2 Sintaks Model Inkuiri abduktif ... 14
Tabel 2.3 Level Taksonomi pada Sistem Kognitif ... 18
Tabel 2.4 Keterampilan Literasi sains Gormally Kategori Pertama ... 20
Tabel 2.4 Keterampilan Literasi sains Gormally Kategori Kedua ... 21
Tabel 2.5 Hubungan Model Inkuiri Abduktif dengan Penguasaan Konsep dan Literasi Sains ... 23
Tabel 3.1 interpretasi Validitas... 32
Tabel 3.2 Interpretasi Reliabilitas... 33
Tabel 3.3 Interpretasi Tingkat Kesukaran... 33
Tabel 3.4 Interpretasi Gain Ternormalisasi ... 37
Tabel 4.1Rekapitulasi keterlaksanaan Model Inkuiri abduktif ... 40
Tabel 4.2 Rekapitulasi Penguasaan Konsep Keseluruhan... 43
Tabel 4.3 Rekapitulasi Penguasaan Konsep Tiap aspek ... 43
Tabel 4.4 Rekapitulasi Literasi Sains Keseluruhan ... 45
Siska Sukaesih, 2015
PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Perbandingan Deduksi,Induksi Dan Abduksi ... 9
Gambar 2.2 Tahap Model Inkuiri Abduktif ... 13
Gambar 2.3 6 Level Dimensi Pemrosesan Taksonomi Marzano... 16
Gambar 3.1 Skema One Group Pretes-Posttest Design... 26
Gambar 3.2 Sebaran Instrumen Penguasaan Konsep ... 34
Gambar 3.3sebaran Instrumen Literasi Sains ... 35
Gambar 3.4 Alur Penelitian ... 38
Gambar 4.1 Diagram Pretest-Posttest Penguasaan Konsep Tiap Aspek ... 44
Gambar 4.2 Diagram Peningkatan Literasi Sains Tiap Aspek ... 44
Gambar 4.3 Diagram Pretest-Posttest Literasi Sains Tiap Aspek ... 47
Gambar 4.4 Diagram Peningkatan Literasi Sains Tiap Aspek ... 47
Siska Sukaesih, 2015
PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata pelajaran fisika merupakan salah satu mata pelajaran sains yang
dipelajari siswa di sekolah. Melalui pembelajaran fisika di sekolah, siswa belajar
berbagai konsep fisika. Pembelajaran fisika mengajak siswa untuk mengamati
gejala fisik yang dapat diselidiki penyebabnya. Menurut Permendikbud Nomor
81A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum disebutkan bahwa,
“Di dalam pembelajaran, peserta didik didorong untuk menemukan
sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan yang sudah ada dalam ingatannya, dan melakukan pengembangan menjadi informasi atau kemampuan yang
sesuai dengan lingkungan dan jaman tempat dan waktu ia hidup.”
Berdasarkan kutipan di atas maka dalam pembelajaran fisika siswa membangun
pengetahuannya berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki oleh siswa.
Konstruksi pengetahuan beranjak dari pengetahuan awal siswa. Pengetahuan
awal tersebut kemudian dikembangkan dengan bertambahnya pengetahuan dari
konsep fisika yang sedang dipelajari siswa. Pengetahuan baru yang dimiliki oleh
siswa tersebut disesuaikan dengan lingkungan sehari-harinya.
Selama proses pembelajaran, siswa merupakan subjek yang aktif dalam
penggalian konsep fisika. Dalam Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 tentang
Standar Proses disebutkan bahwa prinsip pembelajaran yang digunakan dari
peserta didik diberi tahu berubah menjadi peserta didik yang mencari tahu. Siswa
diberikan kesempatan untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran
fisika mengajak siswa untuk mengamati fenomena fisik yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Selanjutnya muncul dalam benak siswa beberapa
pertanyaan yang berkaitan dengan fenomena tersebut. Pertanyaan tersebut dijawab
siswa melalui suatu penyelidikan ilmiah yang bertujuan untuk mengumpulkan
data percobaan. Selanjutnya siswa dapat mengasosiasikan pengetahuan yang
2
Siska Sukaesih, 2015
PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Pengalaman belajar tersebut penting untuk membentuk penguasaan konsep siswa.
Bruner (dalam Suyono dan Hariyanto, 2011) menjelaskan bahwa pengetahuan
baru yang didapat dari konstruksi pengetahuan terdahulu menciptakan makna dan
membuat siswa memahami secara mendalam dari informasi baru yang diperoleh.
Penguasaan konsep siswa dikonstruksi melalui pengalaman belajar yang
dipersiapkan oleh guru.
Berdasarkan hasil wawancara guru fisika di salah satu SMA Negeri
Bandung menyatakan bahwa pembelajaran dilakukan guru dengan cara
menjelaskan materi kepada siswa. Siswa memperhatikan penjelasan guru
kemudian mengerjakan soal-soal. Hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran
masih berpusat pada guru. Hal serupa juga ditemukan oleh Mulyani (2013) yaitu
dalam kesehariannya guru sering menyampaikan konsep fisika melalui metode
ceramah dan proses pembelajaran seringkali hanya menekankan pada pengerjaan
soal. Dari hasil observasi tersebut diketahui bahwa siswa adalah sebagai objek,
bukan sebagai subjek yang aktif mengkonstruksi sendiri pengetahuannya.
Padahal pembelajaran yang dilakukan oleh guru sangat berpengaruh terhadap
pengalaman belajar siswa untuk memahami konsep secara mendalam. Hal ini
terbukti pada studi pendahuluan yang dilaksanakan di salah satu SMA Negeri
Bandung ditemukan bahwa 68,06% siswa yang nilainya di bawah batas KKM.
Temuan yang sama juga ditemukan oleh Hardiansyah (2010) yaitu hanya 30%
siswa yang lulus dari tiap ulangan harian yang diselenggarakan padahal soal yang
digunakan hanya berkisar C1 dan C2 saja. Soal-soal tersebut hanya berkisar pada
pengetahuan dan pemahaman. Bila dibandingkan dengan penguasaan konsep,
soal-soal tersebut belum cukup memenuhi karena penguasaan konsep mencakup
ke tingkatan-tingkatan yang selanjutnya. Dari kenyataan tersebut dapat terlihat
bahwa masih rendahnya penguasaan konsep yang dimiliki oleh siswa.
Pembelajaran fisika di kelas tidak hanya sampai pada penguasaan konsep
saja. Pengetahuan yang diperoleh tersebut kemudian direfleksikan oleh siswa
sehingga siswa merasakan manfaat dari pengetahuan baru yang diperoleh. Hal ini
sesuai dengan Permendikbud No. 81A tahun 2013 tentang Implementasi
Kurikulum bahwa bahan kajian/pelajaran diharapkan bermakna bagi peserta didik
sehari-3
Siska Sukaesih, 2015
PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
hari. Hal senada juga dikemukakan oleh Suyono dan Hariyanto (2011, hlm. 17)
bahwa pengetahuan yang diberikan oleh guru dikembangkan untuk disesuaikan
dengan lingkungan, disesuaikan dengan perkembangan ilmu yang sedang terjadi
dan dipergunakan untuk menyelesaikan masalah keseharian. Siswa bukan hanya
dituntut untuk bisa mengerjakan soal fisika di kelas tetapi juga dapat
mengaplikasikan pengetahuan yang didapat untuk memecahkan masalah dalam
kehidupan hari. Pentingnya aplikasi pengetahuan dalam kehidupan
sehari-hari juga didorong oleh adanya tantangan eksternal diantaranya isu yang terkait
dengan masalah lingkungan hidup serta kemajuan teknologi dan informasi
(Permendikbud No. 69 tahun 2013 tentang Kurikukum SMA-MA). Kemampuan
siswa untuk menerapkan pengetahuan ilmiah pada situasi dunia nyata disebut
sebagai literasi sains (American Association for the Advancement of Science,
dalam Gormally dkk, 2012).
Terdapat banyak definisi literasi sains sejak Paul de Hurd menggunakan
istilah ini tahun 1958. Organization for Economic Co-operation and Development
(2003) mendefinisikan literasi sains sebagai kemampuan untuk menggunakan
pengetahuan ilmiah, untuk mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan dan menarik
kesimpulan berdasarkan bukti-bukti agar dapat memahami dan membantu
membuat keputusan tentang alam serta perubahan yang terjadi pada alam oleh
aktivitas manusia. Menurut National Research Council (dalam Gormally dkk,
2012), literasi sains sebagai penggunaan bukti dan data untuk mengevaluasi
kualitas dari informasi dan argumen sains yang diajukan oleh ilmuwan dan media.
Definisi literasi sains menurut OECD dan NRC tersebut merupakan dua dasar
definisi literasi sains menurut Gormally dkk (2012) yaitu (1) Keterampilan
mengenali dan menganalisis penggunaan metode penyelidikan yang mengarah
pada pengetahuan ilmiah, dan (2) Keterampilan yang berhubungan dengan
mengorganisir, dan menafsirkan data kuantitatif dan informasi ilmiah. Di dalam
Permendikbud No. 81 A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum disebutkan
bahwa peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara
aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan.
Ketika siswa mencari dan mengolah informasi, siswa perlu mempunyai
4
Siska Sukaesih, 2015
PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
merupakan aspek keterampilan kategori pertama dari Gormally dkk. Siswa juga
perlu mempunyai keterampilan mengorganisir dan menafsirkan data kuantitatif
dan informasi ilmiah selama mengkonstruksi pengetahuan, misalnya melalui
penyelidikan ilmiah. Hal ini menjadi dasar dari penggunaan aspek keterampilan
sains menurut Gormally dkk dalam penelitian ini.
Dari pemaparan hasil wawancara Selama pembelajaran guru dapat
melatihkan siswa keterampilan literasi sains. Keterampilan yang dilatihkan
berkaitan dengan konten pelajaran yang sedang dipelajari siswa misalnya
keterampilan siswa mencari informasi yang benar dari suatu fenomena yang
diamati. Keterampilan tersebut bukan hanya akan bermanfaat di kelas selama
pembelajaran namun keterampilan tersebut dapat dipakai oleh siswa dalam
aktivitasnya. Akan tetapi hasil wawancara menunjukkan bahwa pembelajaran
yang lebih menekankan pada penyelesaian soal. Siswa kurang mendapatkan
pengalaman belajar untuk mengaitkan konsep ke kehidupan sehari-hari. Hal
serupa juga dikemukakan oleh Trianto (2009, hlm.6) bahwa kenyataan di
lapangan siswa hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan
konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan
dengan konsep yang dimiliki. Kurangnya pengalaman belajar yang mengaitkan
konsep dengan kehidupan nyata menyebabkan rendahnya litersi sains siswa.
Berdasarkan hasil studi PISA pada tahun 2009 yang dilakukan terhadap sampel
acak anak Indonesia usia 15 tahun, diperoleh hasil bahwa rata-rata skor prestasi
literasi sains anak Indonesia adalah 383 yang menempatkan Indonesia pada 10
besar terbawah dari 65 negara yang ikut serta ( Balitbang, 2011). Hasil tersebut
menunjukkan bahwa pada umunya literasi sains anak Indonesia masih rendah.
Menurut Ekohariadi (2009) bahwa anak Indonesia masih rendah dalam
kemampuan literasi sains diantaranya mengidentifikasi masalah, menggunakan
fakta ilmiah, memahami sistem kehidupan dan memahami penggunaan peralatan
sains.
Penguasaan konsep dan literasi sains siswa yang rendah perlu ditangani
melalui suatu tindakan diantaranya dapat dimulai dengan memperbaiki proses
pembelajaran fisika di sekolah. Proses pembelajaran sains di kelas menjadi
5
Siska Sukaesih, 2015
PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
mengaitkan pengalaman pembelajarannya dengan kehidupan sehari-hari. Dalam
rangka memperbaiki literasi sains siswa, Rustaman (2000) mengemukakan bahwa,
“Pembelajaran sains hendaknya memberikan kemampuan bernalar,
merencanakan dan melakukan penyelidikan ilmiah, menggunakan pengetahuan yang sudah dipelajari untuk memahami gejala alam dan
perubahan alam yang terjadi disekitarnya.”
Pembelajaran tersebut salah satunya dapat dilakukan melalui pembelajaran
berbasis inkuiri dengan menggunakan Model Inkuiri Abduktif. Model inkuiri
abduktif menggunakan metode scientific dimana siswa dapat mengamati
fenomena untuk melakukan eksplorasi, memeriksa hipotesis-hipotesis yang
berkaitan dengan fenomena, melakukan penyelidikan ilmiah untuk menyeleksi
hipotesis, kemudian memilih hipotesis terbaik berdasarkan kegiatan penyelidikan
ilmiah untuk menjelaskan fenomena. Salah satu tahapan dari model inkuiri
abduktif yaitu tahap examination (pemeriksaan). Pada tahap ini siswa melakukan
penyelidikan ilmiah yang didalamnya terdapat kegiatan mengidentifikasi
kebenaran suatu pernyataan ilmiah, mengevaluasi validitas sumber, menafsirkan
data dalam bentuk grafis, menggunakan statistik, menggunakan keterampilan
kuantitatif, serta membuat kesimpulan berdasarkan data kuantitatif. Keterampilan
tersebut merupakan aspek keterampilan literasi sains Gormally dkk. Selain itu,
selama melakukan penyelidikan ilmiah siswa juga diajak untuk memahami
konsep fisika yang muncul dalam penyelidikan ilmiah serta menganalisis hasil
temuan. Aspek mehamami dan menganalisis merupakan aspek dari penguasaan
konsep.
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti ingin menyelidiki sejauh mana
penerapan Model Inkuiri Abduktif dengan melihat peningkatan penguasaan
konsep dan literasi sains siswa pada pembelajaran fisika. Oleh karena itu penulis
mengadakan penelitian yang berjudul “Penerapan Model Inkuiri Abduktif untuk meningkatkan Penguasaan Konsep dan Literasi Sains Siswa SMA pada Materi
6
Siska Sukaesih, 2015
PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka pertanyaan
penelitian dalam penelitian ini adalah “Bagaimana peningkatan penguasaan
konsep dan literasi sains siswa setelah diterapkan Model Inkuiri Abduktif pada
materi Hukum Newton?”. Berdasarkan pertanyaan penelitian tersebut, maka
permasalahan dalam penelitian ini dapat dijabarkan secara operasional dalam
pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimana peningkatan penguasaan konsep siswa setelah diterapkan Model
Inkuiri Abduktif pada pembelajaran di kelas?
2. Bagaimana peningkatan literasi sains siswa setelah diterapkan Model Inkuiri
Abduktif pada pembelajaran di kelas?
C. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut.
1. Peningkatan penguasaan konsep yang dimaksud yaitu peningkatan pada
sistem kognitif berdasarkan taksonomi marzano yang meliputi aspek
mengingat, pemahaman, dan analisis.
2. Peningkatan Keterampilan literasi sains yang dimaksud dibatasi pada enam
keterampilan literasi sains menurut Gormally dkk (2012) meliputi (1)
Mengidentifikasi pernyataan ilmiah yang valid, (2) Mengevaluasi validitas
sumber, (3) Membaca dan menafsirkan data dalam bentuk grafis, (4)
Menyelesaikan masalah menggunakan keterampilan kuantitatif (5)
Memahami dan menerjemahkan dasar penggunaan statistik, dan (6)
Membenarkan inferensi, prediksi, dan kesimpulan berdasarkan data
kuantitatif.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Menyelidiki peningkatan penguasaan konsep siswa setelah diterapkan
7
Siska Sukaesih, 2015
PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
2. Menyelidiki peningkatan literasi sains siswa setelah diterapkan Model
Inkuiri Abduktif pada pembelajaran fisika di kelas
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan
penguasaan konsep dan kemampuan literasi sains siswa dalam mata
pelajaran Fisika.
2. Memberikan gambaran mengenai penerapan Model Inkuiri Abduktif dan
sebagai referensi untuk dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai Inkuiri
Siska Sukaesih, 2015
PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu 26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2009, hlm.160). Dalam metode
penelitian terdapat serangkaian strategi yang digunakan peneliti untuk mencapai
tujuan dari penelitian. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu
kuasi eksperimen. Metode ini merupakan pengembangan dari true experiment
yang sulit dilaksanakan (Sugiyono, 2008, hlm.114). Eksperimen semu ini
memperkirakan kondisi eksperimen murni dalam keadaan tidak memungkinkan
untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang relevan. Metode
penelitian ini digunakan karena berbagai hal terutama berkenaan dengan
pengontrolan variabel, kemungkinan sukar sekali dapat digunakan eksperimen
murni (Sukmadinata, 2009, hlm.207).
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu One Group
Pretest-Postest Design (Sukmadinata, 2009). Desain ini digunakan karena sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai yaitu untuk menyelidiki peningkatan
penguasaan konsep dan literasi sains setalah diterapkan Model Pembelajaran
Inkuiri Abduktif. Berikut ini merupakan tabel desain penelitian One Group
Pretest-Postest Design :
Prestest Perlakuan Posttest
O1 X O2
Gambar 3.1
Skema One Group Pretest-Postest Design
Keterangan :
O1 : tes awal sebelum diberi perlakuan
X : perlakuan berupa penerapan Model Inkuiri Abduktif
27
Siska Sukaesih, 2015
PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Pada desain penelitian ini digunakan satu kelompok yang dikenakan
perlakuan. Sebelum diberi perlakuan, kelompok tersebut diberi pretest terlebih
dahulu. Untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan maka dilakukan posttest
setelah perlakuan tersebut diterapkan. Peneliti dapat mengetahui keberhasilan dari
model pembelajaran yang diterapkan dengan cara menganalisis nilai skor pretest
dan posttest. Instrumen yang digunakan pada pretest dan posttest adalah
instrumen untuk mengukur penguasaan konsep dan literasi sains yang telah di
judgement terlebih dahulu.
B. Populasi dan Sampel
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diberikan perlakukan yang
dianggap mewakili populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas X di salah satu SMA Negeri kota Bandung sedangkan yang menjadi sampel
dalam penelitian ini adalah satu kelas X. Sampel tersebut diambil dengan teknik
purposive sampling yaitu dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas
strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya suatu tujuan tertentu
(Arikunto, 2010, hlm.183). Teknik ini dilakukan karena adanya beberapa
pertimbangan yaitu selama penelitian berlangsung peneliti sedang melakukan PPL
dan tidak memungkinkan untuk mengubah kelas yang sudah ada.
C. Prosedur Peneltian
1. Studi pendahuluan, dilakukan dengan cara observasi ke sekolah. Kegiatan
yang dilakukan yaitu wawancara guru fisika dan melihat nilai ulangan harian
siswa pada mata pelajaran fisika. Selain dilakukan studi pendahuluan ke
sekolah, peneliti juga melakukan studi pendahuluan dengan mengkaji
informasi bahwa masih rendahnya keterampilan literasi sains siswa Indonesia
berdasarkan studi Internasional Programme for International student
Assesment (PISA). Temuan-temuan tersebut dapat digunakan sebagai pijakan
untuk mengembangkan Model Inkuiri Abduktif selanjutnya.
2. Studi literatur, dilakukan untuk mengkaji temuan-temuan penelitian
sebelumnya. Hasil studi literatur digunakan sebagai landasan untuk
28
Siska Sukaesih, 2015
PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
3. Merumuskan masalah yang disusun berdasarkan masalah yang ditemukan
dalam studi pendahuluan. Rumusan masalah juga dikaitkan dengan inkuiri
abduktif yang dipilih untuk meningkatkan penguasaan konsep dan literasi
sains siswa
4. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), instrumen yang terdiri
dari instrumen keterlaksanaan model inkuiri abduktif, tes penguasaan
konsep, dan tes literasi sains.
5. Melakukan judgement Instrumen untuk memeriksa kesesuaian instrumen
dengan indikator penguasaan konsep dan literasi sains. Selama proses
judgement, peneliti melakukan konsultasi kepada dosen pembimbing
mengenai perangkat pembalajaran.
6. Uji coba instrumen Tes untuk mengetahui validitas, reliabilitas, dan tingkat
kesukaran. Instrumen penelitian diujicobakan pada siswa kelas XII salah satu
SMA Negeri di Kota Bandung.
7. Menganalisis hasil uji coba instrumen dengan cara mengolah skor hasil tes
untuk diketahui validitas, reliabilitas, dan tingkat kesukaran. Setelah itu
dipilih butir soal tes yang layak digunakan untuk penelitian
8. Pemberian tes awal (Pretest), digunakan untuk mengetahui penguasaan
konsep dan listerasi sains siswa sebelum diberikan perlakuan.
9. Perlakuan, melakukan pembelajaran dengan Model Inkuiri Abduktif dalam
pembelajaran. Selama memberikan perlakuan, observer mengamati
keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan Model Inkuiri Abduktif.
10.Pemberian tes akhir (Posttest), untuk mengetahui penguasaan konsep dan
listerasi sains siswa setelah diberikan perlakuan.
11.Mengolah hasil pretest dan posttest untuk diketahui peningkatan penguasaan
konsep dan literasi sains dengan cara menghitung gain yang dinormalisasi.
12.Memberikan pembahasan terhadap temuan dari hasil pengolahan data.
13.Memberikan kesimpulan dan rekomendasi-rekomendasi terhadap aspek
penelitian yang kurang.
29
Siska Sukaesih, 2015
PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu D. Definisi Operasional
1. Model Inkuiri Abduktif
Model Inkuiri abduktif merupakan model pembelajaran berbasis
penyelidikan ilmiah dengan menggunakan pola penalaran abduksi. Model Inkuiri
abduktif terdiri dari empat tahapan (Oh, 2011) antara lain exploration (eksplorasi),
examination (pemeriksaan), selection (seleksi), dan explanation (penjelasan).
Tahapan model inkuiri abduktif dijadikan sebagai langkah pembelajaran pada
RPP. Keterlaksanaan langkah pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri
abduktif diukur dengan menggunakan lembar observasi yang diisi oleh observer.
Hasil keterlaksanaan dinyatakan dalam persentase.
2. Penguasaan Konsep
Penguasaan konsep merupakan kemampuan untuk menangkap
konsep-konsep diantaranya mampu mengungkapkan kembai konsep-konsep yang dipelajari,
mampu memberikan interpretasi, serta mampu menerapkan konsep dalam kondisi
yang berbeda. Penguasaan konsep siswa diukur dengan cara diberikan tes berupa
tes penguasaan konsep saat pretest dan posttest. Penguasaan konsep siswa
dinyatakan dengan skor penguasaan konsep. Skor pretest dan posttest digunakan
untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep dengan cara menghitung nilai
gain ternormalisasi. Nilai skor gain ternormalisasi menunjukkan kategori dari
peningkatan penguasaan konsep.
3. Literasi Sains
Literasi sains merupakan keterampilan untuk menerapkan konsep yang
dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan literasi sains diukur dengan
menggunakan instrumen berupa soal literasi sains yang diadopsi dari soal-soal
Test of Scientific Literacy Skills (TOSLS). Soal-soal tersebut diberikan pada siswa pada saat pretest dan posttest. Setelah didapat skor pretest dan posttest, dilakukan
perhitungan Skor gain ternormalisasi. Melalui perhitungan tersebut akan diketahui
30
Siska Sukaesih, 2015
PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu E. Instrumen Penelitian
1. Lembar Observasi
Lembar observasi berisi rincian aktivitas guru dan siswa yang mengacu
pada langkah pembelajaran di RPP. Lembar observasi digunakan untuk
mengukur keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri abduktif. Lembar observasi
diisi oleh observer selama pembelajaran berlangsung dengan memberi tanda
cheklict (√) pada kolom “terlaksana” atau “tidak terlaksana”. Dari lembar
observasi yang telah diisi oleh observer dapat diketahui persentase keterlaksanaan
model inkuiri abduktif.
2. Tes Penguasaan Konsep
Tes penguasaan konsep digunakan untuk mengukur penguasaan konsep
siswa yang dinyatakan dengan skor penguasaan konsep. Tes penguasaan konsep
berupa soal pilihan ganda dengan lima opsi pilihan. Tes ini disusun berdasarkan
tujuan pembelajaran yang tertuang dalam RPP. Soal tes penguasaan konsep
disusun dengan mengacu pada aspek kognitif taksonomi Marzano (2008) yaitu
meliputi aspek mengingat, pemahaman, dan analisis. Soal tes penguasaan konsep
yang telah disusun kemudian di judgement oleh dosen. Soal tes yang telah di
judgement dan disetujui oleh dosen pembimbing kemudian diujicobakan kepada
siswa kelas XII di salah satu SMA Negeri di Bandung. Hasil skor uji coba
kemudian diolah untuk dianalisis kelayakannya. Analisis yang digunakan meliputi
validitas butir soal, reliabilitas tes, dan tingkat kesukaran. Hasil dari analisis yaitu
terdapat 17 soal yang layak digunakan dari 25 soal yang diujicobakan. 17 soal
tersebut menjadi instrumen penguasaan konsep yang digunakan pada penelitian
ini.
3. Tes Literasi Sains
Tes literasi sains digunakan untuk mengukur literasi sains siswa yang
dinyatakan dengan skor literasi sains. Soal tes ini disusun dengan cara
mengadaptasi soal Test of Scientific Literacy Skills (TOSLS). Soal menggunakan
aspek keterampilan yang meliputi (1) Mengidentifikasi pernyataan ilmiah yang
valid, (2) Mengevaluasi validitas sumber, (3) Membaca dan menerjemahkan data
dalam bentuk grafis, (4) Menyelesaikan masalah menggunakan keterampilan
31
Siska Sukaesih, 2015
PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
(6) Membenarkan inferensi, prediksi, dan kesimpulan berdasarkan data
kuantitatif. Soal tersebut berupa soal pilihan ganda dengan lima opsi pilihan. Soal
literasi sains yang disusun kemudian di judgement oleh dosen. Soal tes yang telah
di judgement dan disetujui oleh dosen pembimbing kemudian diujicobakan
kepada siswa kelas XII di salah satu SMA Negeri di Bandung. Hasil skor uji coba
kemudian diolah untuk dianalisis kelayakannya. Analisis yang digunakan meliputi
validitas butir soal, reliabilitas tes, dan tingkat kesukaran. Hasil dari analisis yaitu
terdapat 16 soal yang layak digunakan dari 21 soal yang diujicobakan. 16 soal
yang layak digunakan tersebut menjadi instrumen literasi sains yang digunakan
pada penelitian ini.
F. Pengujian Instrumen
Instrumen adalah sebuah alat yang digunakan penulis dalam
mengumpulkan data penelitian ( Arikunto, 2009, hlm.10). Analisis instrumen
bertujuan untuk melihat validitas dan reliabilitas instrumen sehingga ketika
instrumen itu diberikan pada kelas eksperimen, instrumen tersebut reliabel.
1. Validitas Butir Soal
Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan butir soal
terhadap skor total. Untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor yang ada
pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Dukungan setiap
butir soal dinyatakan dalam bentuk korelasi, sehingga untuk mendapatkan
validitas butir soal digunakan rumus korelasi :
Keterangan :
rphi = koefisien korelasi point biserial
Mp = rerata skor dari siswa yang menjawab benar
Mt = rerata skor total
St = standar deviasi dari skor total
32
Siska Sukaesih, 2015
PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu q = proporsi siswa yang menjawab salah
q = 1 - p
Untuk menginterpretasikan nilai koefisien korelasi point biserial yang
diperoleh dari perhitungan diatas, digunakan kriteria validitas butir soal seperti
dibawah ini,
Interpretasi validitas :
Tabel 3.1
Interpretasi Validitas Butir Soal
Nilai r Interpretasi
0,81 – 1,00 Sangat tinggi
0,61 – 0,80 Tinggi
0,41 – 0,60 Cukup
0,21 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat Rendah
(Arikunto, 2009, hlm. 75)
2. Reliabilitas Tes
Untuk mengetahui reliabilitas tes yang dihubungkan dengan kriteria
digunakan reliabilitas belah dua dengan persamaan K – R 20
(Arikunto, 2007, hlm. 100)
Keterangan :
= reliabilitas instrumen
p = proporsi subyek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subyek yang menjawab item dengan salah
n = banyaknya item
S = standar deviasi dari tes
Nilai reliabilitas yang diperoleh kemudian diinterpretasi sesuai dengan
33
Siska Sukaesih, 2015
PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu Tabel 3.2
Interpretasi Reliabilitas
Koefisien Korelasi Interpretasi
0,80 – 1,00 Sangat tinggi
0,60 – 0,79 Tinggi
0,40 – 0,59 Cukup
0,20 – 0,39 Rendah
0,00 – 0,19 Sangat Rendah
(Arikunto, 2009, hlm. 75)
3. Tingkat kesukaran
Instrumen yang akan digunakan dianalasis terlebih dahulu tingkat
kesukaran dari masing-masing butir soal penyususn instrumen. Taraf kesukaran
butir soal merupakan proporsi dari keseluruhan siswa yang menjawab benar pada
butir soal tersebut (Munaf, 2001, hlm.62). Semakin besar siswa yang menjawab
soal maka semakin kecil tingkat kesukaran dari soal. Adapun persamaan
matematis tingkat kesukaran adalah sebagai berikut.
(Arikunto, 2009, hlm. 208)
Keterangan :
P = taraf kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS = Jumlah peserta tes
Kriteria :
Tabel 3.3
Interpretasi Tingkat Kesukaran Tingkat
Kesukaran
Kriteria
0,00-0,29 sukar
0,30-0,69 Sedang
0,70-1,00 Mudah
34
Siska Sukaesih, 2015
PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu G. Hasil Uji Coba Instrumen
Instrumen yang terdiri dari instrumen penguasaan konsep dan literasi sains
diujikan kepada siswa kelas XII di salah satu SMA Negeri Bandung. Tes
penguasaan konsep dan literasi sains diberikan pada dua kelas yang berbeda.
Setelah dilakukan pemberian skor kemudian dilakukan pengolahan skor uji
instrumen untuk menghitng nilai validitas, reliabilitas, dan tingkat kesukaran.
Nilai yang didapat kemudian diinterpretasi sesuai dengan kategori para ahli yang
digunakan. Berikut ini adalah gambar sebaran validitas terhadap tingkat kesukaran
dari tes penguasaan konsep.
Gambar 3.2
Sebaran Instrumen Penguasaan Konsep
Dari hasil pengujian validitas butir soal diperoleh hasil sebanyak 8%
termasuk dalam kategori kategori tinggi, 60% termasuk dalam kategori cukup, 8%
termasuk dalam kategori rendah, 16% termasuk dalam kategori sangat rendah, dan
8% mempunyai nilai validitas yang negatif. Dari hasil pengujian tingkat Tingkat Kesukaran (P)
Validitas (r)
Sangat Rendah Rendah
Cukup Tinggi Sangat Tinggi Mudah
35
Siska Sukaesih, 2015
PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
kesukaran butir soal diperoleh 28% termasuk dalam kategori sukar, 60% termasuk
kategori sedang, dan 12% termasuk kategori mudah. Dari hasil pengujian
reliabilitas instrumen diperoleh hasil nilai = 0,68 dan termasuk kategori tinggi.
Dari hasil pengujian instrumen maka butir soal yang digunakan berjumlah
17 soal. Soal yang tidak digunakan yaitu butir soal yang mempunyai nilai
validitas yang termasuk dalam kategori rendah (soal nomor 8) , sangat rendah
(soal nomor 4, 5, 13, dan 22) , dan mempunyai nilai validitas yang negatif (soal
nomor 2 dan 19). Selain itu, soal nomor 24 tidak digunakan karena terdapat dalam
kategori sukar (P=2,78%).
Selain pengujian instrumen penguasaan konsep, peneliti juga melakukan
hal yang sama terhadap instrumen literasi sains. Berikut ini adalah gambar
sebaran validitas terhadap tingkat kesukaran dari tes literasi sains.
Reliabilitas = 0,68
Gambar 3.3
Sebaran Instrumen Literasi Sains
Tingkat Kesukaran (P) Validitas (r)
Sangat Rendah Rendah Cukup Sangat Tinggi
Tinggi Mudah
36
Siska Sukaesih, 2015
PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Dari hasil pengujian validitas butir soal diperoleh hasil sebanyak 76%
termasuk dalam kategori kategori cukup, 19% termasuk dalam kategori sangat
rendah, dan 5% mempunyai nilai validitas yang negatif. Dari hasil pengujian
tingkat kesukaran butir soal diperoleh 19% termasuk dalam kategori sukar, 57%
termasuk kategori sedang, dan 24% termasuk kategori mudah. Dari hasil
pengujian reliabilitas instrumen diperoleh hasil nilai = 0,68 dan termasuk
kategori tinggi.
Dari hasil pengujian instrumen maka butir soal yang digunakan berjumlah
17 soal. Soal yang tidak digunakan yaitu butir soal yang mempunyai nilai
validitas sangat rendah (soal nomor 8,9,10 dan 14) dan mempunyai nilai validitas
yang negatif (soal nomor 1).
H. Teknik Pengumpulan Data
1. Pemberian tes awal (pretest) sebelum siswa diberikan perlakuan. Siswa
mengerjakan soal tes penguasaan konsep dan literasi sains. Selama melakukan tes
awal, siswa diawasi oleh guru agar hasil yang didapat benar-benar mengukur
kemampuan siswa yang bersangkutan atau untuk mencegah terjadinya
kecurangan. Hasil tes dikumpulkan kemudian diberi nilai.
2. Observasi dilakukan oleh observer saat pembelajaran untuk mengetahui
kesesuaian tahapan pembelajaran di kelas dengan yang sudah direncanakan pada
RPP. Observer mengisi lembar observasi yang telah disediakan. Observer
memberikan tanda cheklist pada kolom yang sudah disediakan serta memberikan
keterangan untuk memperjelas hasil pengamatan.
3. Pemberian tes akhir (posttest) setelah siswa diberi perlakuan. Pada saat tes
akhir, siswa mengerjakan soal tes yang sama dengan soal yang diberikan saat tes
awal. Pada saat pemberian tes akhir, siswa juga diawasi oleh guru. Hasil tes
dikumpulkan kemudian diberi nilai.
I. Teknik Pengolahan Data
37
Siska Sukaesih, 2015
PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Peningkatan penguasaan konsep dan literasi sains setelah diterapkan
Model Inkuiri Abduktif dapat diukur dengan mengolah hasil pretest dan posttest.
Untuk dapat melihat bagaimana peningkatannya maka dihitung nilai Gain yang
dinormalisasi dari data hasil pretest dan posttest. Nilai Gain ternormalisasi secara
sistematis ditulis sebagai berikut.
(Hake, 1999)
Keterangan :
=rata-rata skor posttest
< = rata-rata skor pretest
Interpretasi dari skor gain ternormalisasi dapat dilihat pada tabel 3.5 Berikut ini.
Tabel 3.4
Interpretasi nilai Gain Ternormalisasi Kriteria
0,70 1,00 Tinggi
0,30 0,70 Sedang
< Rendah
(Hake, 1999)
2. Presentase keterlaksanaan pembelajaran Model Inkuiri Abduktif dengan
menerapkan Model Inkuiri Abduktif. Lembar observasi yang diisi oleh
observer kemudian diolah dengan cara menghitung jumlah checklist dari
keterlaksanaan Model Inkuiri Abduktif. Dibawah ini adalah persamaan untuk
38
Siska Sukaesih, 2015
PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu J. Alur Penelitian
Prosedur penelitian dirangkum dalam alur penelitian sebagai berikut :
Gambar 3.4 Alur Prosedur Penelitian Penyususnan Laporan Penelitian
posttest
Analisis Data
pembahasan
kesimpulan
Penyusunan RPP dan Instrumen Penelitian
judgement, revisi
pretest
Observasi pembelajaran
Studi Literatur Telaah Kurikulum Studi Pendahuluan
Masalah
[image:30.596.137.504.140.716.2]56
Siska Sukaesih, 2015
PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan hasil pembahasan dari penelitian yang telah
dilakukan terhadap siswa kelas X di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung
diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1. Penguasaan konsep siswa secara keseluruhan mengalami peningkatan dalam
kategori sedang setelah diterapkan Model Inkuiri Abduktif. Aspek mengingat,
memahami, dan menganalisis mengalami peningkatan masing- masing dengan
kategori sedang.
2. Secara keseluruhan literasi sains siswa mengalami peningkatan dalam
kategori sedang setelah diterapkan Model Inkuiri Abduktif. Enam aspek
keterampilan literasi sains yaitu (a) mengidentifikasi pernyataan ilmiah yang
valid, (b) mengevaluasi validitas sumber, (c) membaca dan menerjemahkan
data dalam bentuk grafis, (d) menyelesaikan masalah menggunakan
keterampilan kuantitatif, (e) memahami dan menerjemahkan dasar
penggunaan statistik, dan (f) membenarkan inferensi, prediksi, dan
kesimpulan berdasarkan data kuantitatif, masing- masing mengalami
peningkatan dalam kategori sedang.
B. Saran
Berdasarkan sekesluruhan kegiatan peneltian yang telah dilakukan,
diajukan beberapa saran diantaranya :
1. Model Inkuiri Abduktif dapat dijadikan sebagai alternatif model
pembelajaran untuk meningkatkan penguasaan konsep dan literasi sains
siswa.
2. Penerapan Model Inkuiri Abduktif dalam penelitian ini meninjau penguasaan
konsep pada sistem kognitif. Oleh karena itu perlu adanya penelitian lebih
lanjut mengenai penerapan Model Inkuiri Abduktif untuk melihat hasil pada
57
Siska Sukaesih, 2015
PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
3. Penelitian ini meninjau enam aspek dari sembilan aspek literasi sains yang
dikemukakan Gormally dkk. Oleh karena itu perlu penelitian selanjutnya
dapat menerapkan Model Inkuiri Abduktif untuk melihat hasil pada sembilan
58
Siska Sukaesih, 2015
PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta :
Bumi Aksara.
Balitbang. (2011). PISA (PROGRAMME FOR INTERNATIONAL STUDENT
ASSESSMENT). [Online]. Diakses dari
http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei- internasional-pisa.
Brickman et al. (2009). Effect of Inquiry based-Learning on Students’Science
Literacy Sills and Confidence”. International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning, Vol.3, No.2.
Dewi, Ermawati.(2013). Penerapan Strategi Literasi pada Pembelajaran Bertema
Alat Ukur pada Kendaraan Bermotor untuk Meningkatkan Literasi Fisika
Siswa SMP. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.
E. Cooperstein, Susan dan Kocevar-Weidinger, Elizabeth. (2004). Beyond Active
Learning : a constructivist approach to learning. Emerald Group Publishing
Limited. 141-148.
Ekohariadi.(2009).Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Literasi Sains Siswa
Indonesia berusia 15 tahun. Jurnal Pendidikan Dasar. Vol 10 No 1, Maret
2009. 28-41.
Gormally, Cara. Brickman, Peggy. dan Lutz, Mary. (2012). Developing a Test of
Scientific Literacy Skills (TOSLS): Measuring Undergraduates’ Evaluation of
Scientific Information and Arguments. CBE life Sciens Educatin.11, 364–377.
Hake, Richard R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. Dept. Of Physics,
Indiana University.
Hardiansyah, Deni. (2010). Penerapan Model Pembelajaran LEARNING CYCLE
7E Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Penguasaan
Konsep Siswa SMA. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung : tidak
diterbitkan.
Harsanto, Radno. (2007). Pengelolaan Kelas yang Dinamis. Yogyakarta :
59
Siska Sukaesih, 2015
PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Hastia, Mega.(2012).Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk
Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI
Bandung : tidak diterbitkan.
Josephson, John R. dan Josephson, Susan G. (1996) .“Abductive Inference : Computation, Philosophy, Technology”. Springer.
Khaerunnisa, Mia. (2013).Penerapan Metode EXPERIMENTING AND
DISCUSSION (ED) untuk Mengetahui Profil Keterampilan Proses Sains dan
Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa SMA. Skripsi Sarjana pada
FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.
Marzano. (2000). Desain Proyek Efektif : Kerangka Kerja Kecakapan Berpikir
Taksonomi Baru Marzano. Intel Teach Team Assesing Project.
Marzano dan Kendall. (2008). Designing and Assesing Educational Objectives
Appliying the New Taxonomy. Corwin Press.
Mulyani, Desi.(2013). Penggunaan Strategi Predict-Observe-Explain(POE) untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa SMP pada Materi Tekanan. Skripsi
Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.
Organisation for Economic Co-operation and Development. (2003). The PISA
2003 Assessment Framework - Mathematics, Reading, Science.
Oh, Jun-Young. (2013). “Understanding Natural Science Based on Abductive
Inference: Continental Drift”. Springer.
Oh, Phil Seok. (2008).Adopting The Abductive Inquiry Model (AIM) into
undergraduate earth science laboratories. In I. V. Erikson (Ed.), Science
Education in the 21st century.
Oh, Phil Seok. (2009). How can Techers Help Students Formulate Scientific
Hypotheses? Some Strategies in Abductive Inquiry Activities of Earth
Science. International Journal of Science Education.
Pemerintah Republik Indonesia. (2013). Standar Proses. Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan No. 69
tentang Kurikulum SMA-MA. Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan No. 81 A
60
Siska Sukaesih, 2015
PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Rakhmawan, Aditya. (2012). Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri pada
submateri Pokok Sel Volta untuk meningkatkan Literasi Saisn Siswa SMA.
Tesis Jurusan Pendidikan IPA Konsentrasi Kimia UPI Bandung : tidak
Diterbitkan.
Rianto, Milan. (2006). Strategi, Strategi Dan Metode Pembelajaran. Malang.
Rokhayati,Nuri. (2010). Peningkatan Penguasaan Konsep Matematika Melalui
Model Pembelajaran Guided Discovery-Inquiry Pada Siswa Kelas Vii Smp
N 1 Sleman. Skripsi FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta : Yogyakarta.
Rustaman, N. (2000). Literasi Sains Anak Indonesia 2000 & 2003. [Online].
Diakses dari
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/19501231197
9032-NURYANI_RUSTAMAN/MAKALAH_LITSAINS_2003_sep%2C06.pdf
Schurz, G. (2007). “Patterns of abduction”. Springer. 164, 201–234.
Silverman, Howard. (2013). Creativity through abductive reasoning. [Online].
Diakses dari
http://www.solvingforpattern.org/2013/04/10/creativity-through-abductive-reasoning/
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Sunardi, & Irawan, Etsa Indra. (2007). Fisika Bilingual : Untuk SMA/MA Kelas X
Semester 1 dan 2. Bandung : Yrama Widya.
Suyono & Hariyanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Rosda.
Trianto. (2009). Mendesain Model pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta :
Kencana.