PENERAPAN MODEL INKUIRI ABDUKTIF DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN LITERASI SAINS SISWA SMA PADA MATERI
FLUIDA STATIS
Nurria Latifatul Ulum NIM.1100902
Pembimbing I : Drs. Taufik Ramlan Ramalis, M.Si. Pembimbing II : Drs. Iyon Suyana, M.Si. Departemen Pendidikan Fisika FPMIPA UPI
ABSTRAK
Literasi sains merupakan kemampuan siswa menggunakan pengetahuan sains untuk dapat menghargai dan memaknai alam. Literasi sains yang dimiliki siswa bergantung pada penguasaan konsep siswa. Upaya untuk meningkatkan penguasaan konsep dan literasi sains siswa diantaranya dengan menerapkan model inkuri abduktif. Penelitian bertujuan untuk mengetahui penerapan model inkuiri abduktif dalam meningkatkan penguasaan konsep dan literasi sains siswa SMA pada materi fluida statis. Metode penelitian ini adalah Quasy experiment dengan design penelitian Pretest-Postetst Control Grop Design. Model ini diterapkan pada dua kelas siswa kelas X di salah satu SMA Negeri di Kota Cimahi dengan jumlah sampel 39 dan 37 orang siswa. Tes penguasaan konsep berupa soal pilihan ganda sesuai dengan sistem kognitif Marzano sedangkan literasi sains berupa tes pilihan ganda mengadaptasi TOSLS.Skor N-Gain penguasaan konsep yang lebih besar pada kelas eksperimen yaitu 0,69. Kelas kontrol, perolehan skor N-gain penguasaan konsep sebesar 0,50. Skor N-Gain literasi sains 0,86 yang lebih besar pada kelas eksperimen yaitu 0,69. Kelas kontrol, perolehan skor N-gain penguasaan konsep sebesar 0,56. Selanjutnya dilakukan uji Mann Whitney dengan perolehan skor z hitung 0,00 sehingga skor z > 0,05 artinya pembelajaran menggunakan model inkuiri abduktif lebih baik dalam meningkatkan penguasaan konsep dan literasi sains dibandingkan pembelajaran pada kelas kontrol.
IN STATIC FLUID
Nurria Latifatul Ulum NIM.1100902
Promotor : Drs. Taufik Ramlan Ramalis, M.Si. Co Promotor : Drs. Iyon Suyana, M.Si. Department Education Of Physics FPMIPA UPI
ABSTRACT
Students' scientific literacy is the ability to use scientific knowledge to be able to appreciate and interpret nature. Scientific literacy of the students rely on student mastery of concepts. Efforts to improve the mastery of concepts and scientific literacy among students by implementing abductive inquiry models. The study aims to determine the application of abductive inquiry model to improve the mastery of concepts and scientific literacy of high school students on a static fluid material. This research method is Quasy experiment with research design pretest-Post tetst Control Group Design. The model is applied to two classes of first grade in one of the seniorhigh schools in Cimahi with sample number 39 and 37 students. Tests mastery of concepts in the form of multiple choice questions in accordance with the cognitive system Marzano whereas scientific literacy in the form of a multiple choice test adapts TOSLS. Scores N-Gain greater mastery of concepts in the experimental class is 0.69. Grade control, the acquisition of scores N-gain mastery of concepts of 0.50. Score N-Gain scientific literacy of 0.86 greater the experimental class is 0.69. Grade control, the acquisition of scores N-gain mastery of concepts of 0.56. Mann Whitney test is then performed with the acquisition of 0.00 to calculate the z score z score> 0.05 means learning using abductive inquiry model is better in improving mastery of concepts and scientific literacy learning than the control class.
Nurria Latifatul Ulum
DAFTAR ISI
ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii v vii viii x
BAB I PENDAHULUAN... A.Latar Belakang...
B. Rumusan Masalah...
C.Tujuan Penelitian...
D.Batasan Masalah...
E. Manfaat Penelitian...
F. Variabel Penelitian...
G.Struktur Organisasi Proposal... 1 1 6 7 7 8 8 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA... A.Abduktif...
B. Model Inkuiri Abduktif...
C.Model Inkuiri...
D.Penguasaan Konsep...
E. Literasi sains...
F. Hubungan Model Pembelajaran Inkuiri Abduktif dengan Penguasaan
Konsep dan Literasi Sains...
G.Penelitian yang Relevan...
H.Hipotesis Penelitian... 10 10 13 17 18 24 27 31 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... A.Metode dan Desain Penelitian...
33
D.Prosedur Penelitian...
E. Instrumen Penelitian...
F. Uji Coba Instrumen...
G.Hasil Uji Coba Instrumen...
H.Teknik Pengumpulan Data...
I. Teknik Pengolahan Data... 36
38
40
44
49
49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... A.Pemaparan Hasil Pretest...
B. Keterlaksanaan Model Inkuiri Abduktif...
C.Keterlaksanaan Model Inkuiri...
D.Peningkatan Penguasaan Konsep...
E. Peningkatan Literasi Sains...
F. Sebaran Penguasaan Konsep dan Literasi Sains...
G.Pemaparan Hasil Posttest... 55
55
56
60
63
72
82
85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... A.Kesimpulan...
B. Saran... 87
87
88
DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN-LAMPIRAN...
89
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pola Penalaran
Abduktif...
Tabel 2.2 Hubungan Tahapan dalam Model Inkuiri Abduktif dengan
Tahapan 5M...
Tabel 2.3 Tahapan Model Inkuiri Abduktif dalam Melatihkan Penguasaan
Pengetahuan...
Tabel 2.4 Tahapan Model Inkuiri Abduktif dalam Melatihkan Literasi
Sains...
Tabel 3.1 Pretest-Posttest Control Group Desain...
Tabel 3.2 Interpretasi Validitas...
Tabel 3.3 Interpretasi Reliabilitas...
Tabel 3.4 Interpretasi Tingkat Kesukaran...
Tabel 3.5 Interpretasi Daya Pembeda...
Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen Penguasaan Konsep...
Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen Literasi Sains...
Tabel 3.8 Interpretasi Skor Gain Ternormalisasi...
Tabel 3.9 Interpretasi Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran...
Tabel 4.1 Hubungan Tahapan dalam Model Inkuiri Abduktif dengan
Tahapan 5M...
Tabel 4.2 Rekapilatulasi Skor Penguasaan Konsep Keseluruhan
Kelas Eksperimen...
Tabel 4.3 Rekapitulasi Skor Penguasaan Konsep Tiap Aspek Kelas
Eksperimen...
Tabel 4.4 Rekapilatulasi Skor Penguasaan Konsep Keseluruhan Kelas
Kontrol...
Tabel 4.5 Rekapitulasi Skor Penguasaan Konsep Tiap Aspek Kelas
Kontrol
Tabel 4.6 Rekapilatulasi Skor Literasi Sains Keseluruhan Kelas
Eksperimen
Tabel 4.9 Rekapitulasi Skor Literasi sains Tiap Aspek Kelas
Eksperimen...
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pola Abduksi...
Gambar 2.2 Tahapan Model Inkuiri Abduktif...
Gambar 2.3 Taksomoni Baru Yang Memetakan
Pengetahuan...
Gambar 3.1 Desain Penelitian...
Gambar 3.2 Tahapan Penelitian...
Gambar 3.3 Sebaran Validitas Point Biserial dan Tingkat Kesukaran
Instrumen Penguasaan Konsep...
Gambar 3.4 Sebaran Validitas Point Biserial dan Tingkat Kesukaran
Instrumen Literasi Sains...
Gambar 4.1 Keterlaksanaan Model Inkuiri Abduktif...
Gambar 4.2 Keterlaksanaan Model Inkuiri Abduktif berdasarkan Kegiatan
Guru...
Gambar 4.3 Keterlaksanaan Model Inkuiri Abduktif berdasarkan Kegiatan
Siswa...
Gambar 4.4 Keterlaksanaan Model Inkuiri...
Gambar 4.5 Grafik Peningkatan Penguasaan Konsep Tiap Aspek Kelas
Eksperimen...
Gambar 4.6 Grafik Peningkatan Penguasaan Konsep Tiap Aspek Kelas
Kontrol...
Gambar 4.7 Grafik Peningkatan N-gain Penguasaan Konsep antara Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol...
Gambar 4.8 Grafik Peningkatan N-gain Penguasaan Konsep Tiap Aspek
antara Kelas Eksperimen dan Kelas
11
16
21
34
38
46
48
56
57
57
60
63
66
67
68
Gambar 4.9 Grafik Peningkatan Literasi sains Tiap Aspek Kelas
Eksperimen
Gambar 4.10 Grafik Peningkatan Literasi sains Tiap Aspek Kelas
Kontrol...
Gambar 4.11 Grafik Peningkatan N-gain Literasi sains antara Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol...
Gambar 4.12 Grafik Peningkatan N-gain Literasi sains Tiap Aspek antara
Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol...
Gambar 4.13 Sebaran Skor Penguasaan Konsep dan Literasi Sains pada
Nilai Pretest Kelas Eksperimen...
Gambar 4.14 Sebaran Skor Penguasaan Konsep dan Literasi Sains pada
Nilai Posttest Kelas Eksperimen...
Gambar 4.15 Sebaran Skor Penguasaan Konsep dan Literasi Sains pada
Nilai Pretest Kelas Kontrol...
Gambar 4.16 Sebaran Skor Penguasaan Konsep dan Literasi Sains pada
Nilai Posttest Kelas Kontrol... 77
78
81
82
83
Lampiran A Studi Pendahuluan... Lampiran A. 1 Hasil Wawancara Dengan Guru Fisika...
Lampiran A. 2 Hasil Angket Respon Siswa Terhadap Mata Pelajaran
Fisika...
93
93
99
Lampiran B. Perangkat Pembelajaran... Lampiran B. 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan I Kelas
Eksperimen...
Lampiran B. 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan II Kelas
Eksperimen...
Lampiran B. 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan III Kelas
Eksperimen...
Lampiran B. 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan I Kelas
Kontrol...
Lampiran B. 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan II Kelas
Kontrol...
Lampiran B. 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan III Kelas
Kontrol...
101
101
112
124
137
148
160
Lampiran C. Instrumen Penelitian………..
Lampiran C. 1 Lembar Judgement Tes Penguasaan
Konsep………....
Lampiran C. 2 Lembar Judgement Tes Literasi Sains………... 173
173
201
Lampiran C. 3 Rekapitulasi Uji Coba Instrumen………. 226
Lampiran D. Analisis Hasil Penelitian……….
Lampiran D. 1. a Hasil Observasi Keterlaksaan Model Pembelajaran
Inkuri Abduktif………...
Lampiran D. 1. b Hasil Observasi Keterlaksaan Model Pembelajaran
Inkuri...
Lampiran D. 2. a Rekapitulasi Skor Pretest dan Posttest Penguasaan 228
228
Lampiran D. 2. b Rekapilatulasi Skor Pretest dan Posttest Setiap Aspek
Penguasaan Konsep……….
Lampiran D. 3 Uji Normalitas dan Uji Mann Whitney Pretest Penguasaan
Konsep………
Lampiran D. 4. a Rekapitulasi Skor Pretest dan Posttest Literasi
Sains…...
Lampiran D. 4. b Rekapilatulasi Skor Pretest dan Posttest Setiap Aspek
Literasi Sains………...
Lampiran D. 5 Uji Normalitas, dan Uji Mann Whitney Posttest Literasi
Sains…... 232
238
241
243
246
Lampiran E. Administrasi Penelitian………..
Lampiran E. 1 SK Pembimbing………..
Lampiran E. 2 Surat Penelitian……….
Lampiran E. 3 Lembar Kesediaan Judgement………
249
249
251
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah quasy experiment. Alasan
penggunaan metode ini karena sulit dilakukan pengontrolan variabel sehingga
sulit dilakukan eksperimen murni (Sukmadinata, 2009, hlm. 207).
Desain penelitian yang digunakan adalah Pretest-Posttest Control Group
Design. Kelompok eksperimen dan kontrol memiliki karakteristik yang sama
karena diambil atau dibentuk dari populasi yang homogen pula (Sukmadinata,
2009, hlm. 204). Penelitian dilakukan di dalam dua kelas, dengan adanya lima
kali pertemuan. Pada pertemuan pertama siswa diberikan pretest mengenai
materi fluida statis, pertemuan kedua, ketiga dan keempat siswa diberi model
pembelajaran inkuiri abduktif pada materi fluida statis, kemudian pada
pertemuan kelima siswa diberi posttest berbasis penguasaan konsep dan literasi
sains pada materi fluida statis.
Tabel 3.1
Pretest-Posttest Control Group Design
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen O1 X1 O2
Kontrol O1 X2 O2
Sumber : Sukmadinata (2009, hlm. 204)
Keterangan: O1 adalah tes sebelum pembelajaran dan O2 adalah tes setelah
pembelajaran. X1 adalah perlakuan yang berupa model
pembelajaran inkuiri abduktif. X2 adalah perlakuan yang berupa
model pembelajaran inkuiri pada kelas kotrol.
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian yang dilakukan secara
34
Gambar 3. 1 Desain Penelitian
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini akan mengambil populasi, yaitu kelas X di salah satu SMA
Negeri di Kota Cimahi. Sampel penelitian adalah siswa kelas X dengan jumlah
39 orang dan 37 orang. Sampel ditentukan dengan teknik simple nonsampling
dengan anggapan bahwa seluruh individu yang menjadi anggota populasi
memiliki peluang yang sama dan bebas dipilih sebagai anggota sampel
(Sukmadinata, 2012, hlm. 255).
C. Definisi Operasional 1. Model Inkuiri Abduktif
Model inkuiri abduktif merupakan model pembelajaran yang terdiri dari
empat elemen (Oh, 2013): exploration (eksplorasi), examination
(pemeriksaan), selection (seleksi), dan explanation (penjelasan). Dalam
setiap tahapan pembelajaran inkuiri abduktif siswa dituntun untuk
membuat hipotesis berdasarkan fenomena yang diberikan hingga
diperoleh penjelasan terbaik berdasarkan fenomena yang diberikan.
Model inkuiri abduktif diobservasi keterlaksanaannya menggunakan
lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran yang diisi oleh observer
yang berlatar belakang pendidikan minimal mahasiswa jurusan Potensi
Masalah
Studi Literatur
Pembuatan Instrumen
Judgement Instrumen
Pre Test Penguasaan Konsep
dan Literasi Sains Uji Coba Instrumen
Model Pembelajaran Inkuiri Abduktif Post Test Penguasaan Konsep
dan Literasi Sains
kependidikan. Lembar observasi keterlaksanaan tersebut, dapat diukur
keterlaksanaan setiap tahapan dalam model inkuiri abduktif.
2. Peningkatan Penguasaan Konsep
Penguasaan konsep merupakan kemampuan siswa menguasai materi
pelajaran yang diberikan. Penguasaan konsep merupakan dasar dari
penguasaan prinsip-prinsip teori artinya untuk dapat menguasai prinsip
dan teori harus dikuasai terlebih dahulu konsep-konsep yang menyusun
prinsip dan teori yang bersangkutan. Penguasaan konsep pada penelitian
ini mencakup 4 aspek sistwm kognitif menurut Marzano dan Kendall (2008,
hlm. 16), meliputi penarikan kembali, pemahaman, analisis dan
penggunaan pengetahuan. Peningkatan penguasaan konsep siswa
dianalisis berdasarkan tes pilihan ganda yang diberikan sebelum dan
setelah dilakukan pembelajaran pada materi fluida statis. Kemudian
membandingkan skor N-gain yang ternormalisasi dari dua kelas yang
diberikan pembelajaran menggunakan model pembelajaran yang berbeda.
3. PeningkatanLiterasi Sains
Literasi Sains adalah kapasitas seseorang untuk menggunakan
pengetahuan sains untuk mengidentifikasi pertanyaan dan untuk
menggambarkan fakta untuk menghasilkan suatu kesimpulan sehingga
dapat mengerti serta dapat membantu dalam membuat keputusan tentang
kehidupan kita di alam dan merubah itu untuk peningkatan aktifitas
manusia (Programme for International Student Assesment (PISA),
Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD)
dalam Gormally 2012, hlm. 364). Gormally (2012, hlm. 367) mengukur
literasi sains siswa berdasarkan tes pilihan ganda. Pada penelitian ini, tes
pilihan ganda diujikan sebelum dan setelah dilakukan pembelajaran pada
materi fluida statis. Kemudian membandingkan skor N-gain yang
ternormalisasi dari dua kelas yang diberikan pembelajaran menggunakan
36
D. Prosedur Penelitian
Penelitian dilakukan dengan prosedur yang terdiri dari 3 tahap utama,
yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pelaporan.
1. Tahap Persiapan
a. Memperoleh permasalahan yang berkaitan dengan dunia pendidikan,
meliputi, model pembelajaran, penguasaan konsep siswa dan literasi
sains siswa.
b. Menyusun proposal penelitian.
c. Melaksanakan seminar penelitian.
d. Mengurus surat izin penelitian dan menghubungi pihak sekolah untuk
dapat melakukan penelitian di salah satu sekolah menengah atas di
Kota Cimahi.
e. Melakukan studi pendahuluan, meliputi hasil belajar siswa berupa
nilai, soal ulangan harian, observasi keterlaksanaan pembelajaran,
wawancara dengan siswa dan guru Mata Pelajaran Fisika.
f. Merumuskan masalah penelitian berdasarkan kondisi yang terjadi di
lapangan, berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilaksanakan.
g. Studi literatur terhadap jurnal, buku, artikel, dan laporan penelitian
mengenai abduktif, model inkuiri abduktif, penguasaan konsep dan
literasi sains.
h. Menelaah kurikulum Fisika SMA mengenai pokok bahasan yang
akan dijadikan fokus dalam penelitian, meliputi cakupan materi,
waktu pemberian materi, dan banyaknya jam tatap muka dengan
siswa.
i. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan
model inkuiri abduktif.
j. Menyusun instrumen penelitian berupa soal penguasaan konsep dan
soal literasi sains sesuai dengan materi yang telah ditentukan
sebelumnya.
k. Melakukan judgement instrumen (tes) kepada dua orang dosen untuk
l. Memperbaiki instrumen setelah dikoreksi oleh judgement tes.
m. Melakukan uji coba instrumen kepada siswa yang telah memperoleh
pembelajaran mengenai materi yang telah ditentukan.
n. Menganalisis secara statistik hasil uji coba instrumen yang meliputi
validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas sehingga
dapat diketahui kelayakan instrumen tersebut.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melaksanakan pretest penguasaan konsep dan literasi sains pada
materi fluida statis pada kedua kelas.
b. Melaksanakan pembelajaran menggunakan model inkuiri abduktif
pada kelas eksperimen dan pembelajaran menggunakan model inkuiri
pada kelas kontrol.
c. Melaksanakan posttest penguasaan konsep dan literasi sains pada
materi fluida statis pada kedua kelas.
d. Mengolah data hasil pretest dan posttest, kemudian membandingkan
skor pretest dan posttest sehingga diperoleh gambaran peningkatan
kemampuan penguasaan konsep dan literasi sains siswa pada materi
fluida statis berupa skor N-gain.
e. Menganalisis perolehan skor N-Gain antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol berdasarkan teori yang relevan.
3. Tahap Pelaporan
a. Menarik kesimpulan berdasarkan data dan analisis yang dilakukan.
b. Menyusun laporan penelitian.
38
Gambar 3. 2 Tahapan Penelitian
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan antara lain adalah lembar
observasi keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model inkuri abduktif
dan model inkuiri, tes penguasaan konsep dan tes literasi sains. Tes
penguasaan konsep dan literasi sains disusun dalam bentuk pilihan ganda.
Penguasaan Konsep diukur berdasarkan 4 aspek menurut Marzano. Literasi
sains diukur menggunakan adaptasi dari Test Of Scientific Literacy Skills
(TOSLS) menurut Gormally. Berikut merupakan rincian instrumen yang
digunakan dalam penelitian.
1. Lembar Observasi
Lembar observasi merupakan lembar yang digunakan peneliti untuk
dapat menilai aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran yang
berlangsung. Lembar observasi ini menunjukkan persentase keterlaksanaan Tahap Persiapan •Memperoleh permasalahan •Penyusunan proposal penelitian •Studi Pendahuluan •Merumuskan
permasalahan penelitian
•Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) •Menyusun Instrumen •Melakukan Judgement Instrumen
•Uji Coba Instrumen •Analisis Butir Soal
Tahap Pelaksanaan
•Pretest Penguasaan Konsep dan Literasi Sains pada Materi Fluida Statis •Melakukan
pembelajaran menggunakan model inkuiri abduktif pada kelas eksperimen dan pembelajaran menggunakan model inkuiri pda kelas kontrol •Posttest Penguasaan
Konsep dan Literasi Sains pada Materi Fluida Statis •Pengolahan Data
Hasil Pretest dan Posttest
•Analisis data
Tahap Pelaporan
•Penarikan Kesimpulan •Menyusun laporan
tahapan kegiatan guru dan siswa yang berlangsung sesuai dengan
penyusunan RPP yang dilakukan sebelumnya sehingga keterlaksanaan
tahapan pembelajaran menggunakan model inkuiri abduktif dan model
inkuiri dapat digambarkan.
Bentuk lembar observasi merupakan lembaran isian ceklis sehingga
observer hanya membubuhkan tanda ceklis (v) untuk setiap pernyataan pada
format observasi yang diberikan berkaitan dengan kegiatan guru dan
kegiatan siswa pada setiap tahapan pembelajaran model inkuiri abduktif dan
model inkuiri.
2. Tes Pengetahuan Konsep
Tes Penguasaan Konsep merupakan test yang disusun berdasarkan 4
aspek penguasaan konsep menurut Marzano yang meliputi penarikan
kembali, pemahaman, analisis dan penggunaan pengetahuan. Tes
penguasaan konsep diberikan dalam bentuk tes pilihan ganda.
Tes diberikan dua kali berupa pretest dan posttest. Soal-soal yang
digunakan pada pretest dan posttest adalah soal yang sama, agar tidak
memberikan pengaruh yang signifikan yang diakibatkan perbedaan kualitas
instrumen terhadap perubahan penguasaan konsep yang terjadi. Dengan soal
yang sama pula dapat memudahkan analisis peningkatan kemampuan
penguasaan konsep siswa.
Penentuan skor tes literasi sains menggunakan Right Skor Only artinya
jika benar diberi nilai 1 dan jika salah diberi nilai 0.
3. Test Literasi Sains
Test Of Scientific Literacy Skills (TOSLS) merupakan tes pilihan
ganda untuk dapat mengukur literasi sains siswa yang disusun oleh
Gormally. Tes literasi sains pada penelitian ini mengadopsi TOSLS menurut
Gormally (2012, hlm. 367) dengan mengukur literasi sains sebagai berikut.
(1) Identifikasi argumen ilmiah yang valid, (2) Evaluasi validitas sumber,
40
temuan/kesimpulan, (5) Membuat representasi grafik dari data, (6)
Membaca dan menafsirkan data yang disajikan dalam bentuk grafik, (7)
Menyelesaikan masalah menggunakan keterampilan kuantitatif, termasuk
statistik dan probabilitas, (8) Memahami dan menginterpretasikan dasar
statistik, dan (9) Membenarkan inferensi, prediksi, dan kesimpulan
berdasarkan data kuantitatif.
Tes diberikan dua kali berupa pretest dan posttest. Soal-soal yang
digunakan pada pretest dan posttest adalah soal yang sama, agar tidak
memberikan pengaruh yang signifikan yang diakibatkan perbedaan kualitas
instrumen terhadap perubahan skor yang terjadi. Dengan soal yang sama
pula dapat memudahkan analisis peningkatan literasi sains siswa.
Penentuan skor tes literasi sains menggunakan Right Skor Only artinya
jika benar diberi nilai 1 dan jika salah diberi nilai 0.
F. Uji Coba Instrumen
Sebelum diujikan pada siswa, soal tes melewati proses judgement,
setelah melalui proses judgement soal diuji cobakan pada siswa yang telah
memperoleh pembelajaran mengenai fluida statis. Uji coba instrumen
dilakukan pada siswa yang memiliki karakteristik yang sama dengan siswa
yang akan dijadikan sampel penelitian. Data hasil uji coba instrumen dianalisis
secara statistik yang meliputi uji validitas butir soal, uji reliabilitas tes, uji daya
pembeda butir soal, dan uji tingkat kesulitan butir soal.
1. Validitas Butir Soal
Validitas adalah nilai yang menunjukkan tingkat valid atau sahih dari
instrumen, mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 2012, hlm. 80). Jika
suatu instrumen dapat mengukur objek yang ingin diukur serta dapat
mengungkapkan data sesuai dengan kebutuhan penelitian maka intrumen
tersebut dikatakan valid. Nilai validitas instrumen menunjukkan menyimpang
atau tidaknya data yang telah terkumpul sebagai gambaran dari tingkat
validitas instrument.
Nilai validitas ditentukan dengan mencari nilai point biserial dalam
= ̅ − ̅ √ … .
Sumber: Wikipedia
Keterangan:
= koefisien korelasi point biserial
̅ = skor tiap butir soal untuk setiap siswa uji coba
̅ = skor total tiap siswa uji coba p = jawaban benar
q = jawaban salah
Sn = standar deviasi.
Nilai yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan
validitas butir soal dengan menggunakan kriteria pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Interpretasi Validitas
Koefisien Korelasi Kriteria Validitas
, < , Sangat Tinggi
, < , Tinggi
, < , Cukup
, < , Rendah
, < , Sangat Rendah
Sumber: Arikunto (2012, hlm.89)
2. Reliabilitas Tes
Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan tes dengan kata lain tingkat
konsistensi tes, artinya tingkatan yang menunjukkan tes dapat dipercaya untuk
menghasilkan skor yang ajeg/konsisten (tidak berubah-ubah) ketika dilakukan
42
20, instrumen yang digunakan berupa soal pilihan ganda. Persamaan K – R 20
tersebut pada Persamaan 3.2.
= − � −∑� ...(3.2)
Sumber: Arikunto (2012, hlm.115)
Keterangan :
= realibilitas instrumen
p = proporsi siswa yang menjawab item dengan benar
q = proporsi siswa yang menjawab item dengan salah
S = standar deviasi dari tes
n = banyaknya item
Nilai yang diperoleh diinterpretasikan dalam menentukan reliabilitas
instrumen dengan kriteria apabila > rtabel maka instrumen tersebut reliabel ,
kriteria terdapat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3
Interpretasi Reliabilitas
Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas
, < , Sangat Tinggi
, < , Tinggi
, < , Cukup
, < , Rendah
, < , Sangat Rendah
Sumber: Arikunto (2009, hlm.75)
3. Tingkat Kesukaran Butir Soal
Tingkat kesukaran butir soal merupakan nilai yang diperoleh dari
perbandingan keseluruhan siswa yang menjawab benar pada butir soal dalam
instrumen. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak
untuk mempertinggi usaha agar dapat memecahkan persoalan yang ada.
Sebaliknya soal yang terlalu sukar menyebabkan siswa menjadi putus asa
sehingga berkurang semangat untuk mencoba memecahkan persoalan yang
berada di luar jangkauan (Arikunto, 2012, hlm. 222). Nilai yang menunjukkan
tingkat kesukaran dari suatu soal disebut indeks kesukaran. Indeks kesukaran
berada di dalam rentang nilai antara 0,00 hingga 1,00. Besarnya indeks
kesukaran dapat di peroleh dengan menggunakan Persamaan 3.3.
=��.... (3.3)
Sumber: Arikunto (2012, hlm.223)
Keterangan:
P = Indeks kesukaran
B = Banyak siswa menjawab betul
JS = Jumlah siswa.
Nilai P yang diperoleh diinterpretasikan dalam menentukan tingkat
kesukaran butir soal dengan kriteria Tabel 3.4.
Tabel 3.4
Interpretasi Tingkat Kesukaran
Indeks Tingkat Kesukaran
0,00-0,30 Sukar
0,30-0,70 Sedang
0,70-1,00 Mudah
Sumber: Arikunto (2012, hlm.225)
4. Daya Pembeda Butir Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh
(berkemampuan rendah) (Arikunto, 2012, hlm. 226). Persamaan yang
44
� = � −� = − … . . .
Sumber: Arikunto (2012, hlm.228)
Keterangan:
J = jumlah peserta tes
= banyaknya peserta kelompok atas
= banyaknya peserta kelompok bawah
� = jumlah kelompok atas yang menjawab benar
� = jumlah kelompok bawah yang menjawab benar
Nilai D yang diperoleh diinterpretasikan dalam menentukan daya
pembeda butir soal dengan kriteria Tabel 3.5.
Tabel 3.5
Interpretasi Daya Pembeda
Indeks Tingkat Daya Pembeda
0,00-0,20 Negatif
0,20-0,40 Cukup
0,40-0,70 Baik
0,70-1,00 Baik Sekali
Negatif Semuanya tidak baik
Sumber: Arikunto (2012, hlm.226)
G. Hasil Uji Coba
Setelah dilakukan judgement tes oleh ahli, Soal Penguasaan Konsep dan
Literasi Sains diujikan kepada siswa kelas XI pada salah satu SMA Negeri di
Kota Cimahi yang telah mendapatkan pembelajaran materi fluida statis. Soal
Penguasaan Konsep yang disusun terdiri dari 18 soal yang meliputi 2 soal aspek
penarikan pengetahuan, 8 soal aspek pemahaman, 3 soal aspek analisis 5 soal
menurut Marzano dan Kendall (2008, hlm. 16). Kemudian dilakukan uji validitas,
reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda seperti pada Tabel 3.6.
Tabel. 3.6 Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen Penguasaan Konsep
No.
Soal
Validitas Konstruks Reliabilitas Daya Pembeda Tingkat
Kesukaran Ket
Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori
1 0,46 Cukup
0,55 Cukup
0,58 Baik 0,56 Sedang Digunakan
2 0,55 Cukup 0,58 Baik 0,58 Sedang Digunakan
3 0,65 Tinggi 0,58 Baik 0,19 Sukar Digunakan
4 0,62 Tinggi 0,67 Baik 0,33 Sedang Digunakan
5 0,49 Cukup 0,25 Cukup 0,14 Sukar Tidak
Digunakan
6 0,57 Cukup 0,50 Baik 0,28 Sukar Digunakan
7 0,60 Cukup 0,50 Baik 0,28 Sukar Digunakan
8 0,62 Tinggi 0,50 Baik 0,22 Sukar Digunakan
9 0,42 Cukup 0,58 Baik 0,58 Sedang Digunakan
10 0,61 Tinggi 0,33 Cukup 0,11 Sukar Digunakan
11 0,43 Cukup 0,33 Cukup 0,17 Sukar Digunakan
12 0,54 Cukup 0,33 Cukup 0,25 Sukar Digunakan
13 0,43 Cukup 0,50 Baik 0,67 Sedang Tidak
Digunakan
14 0,42 Cukup 0,42 Baik 0,44 Sedang Digunakan
15 0,33 Rendah 0,58 Baik 0,44 Sedang Digunakan
16 0,19 Sangat
Rendah 0,33 Cukup 0,31 Sedang
Tidak
Digunakan
17 0,75 Tinggi 0,42 Baik 0,17 Sukar Digunakan
18 0,50 Cukup 0,42 Baik 0,50 Sedang Digunakan
Berdasarkan Tabel 3.6, dari 18 butir soal penguasaan konsep yang telah
melalui proses judgement dan uji coba, terdapat tiga butir soal yang tidak
digunakan karena indikator tersebut masih terwakili oleh nomor soal lainnya.
Sehingga butir soal penguasaan konsep yang akan diujikan sebanyak 15 butir
46
Sukar Sedang
Gambar 3. 3 Sebaran Validitas Point Biserial dan Tingkat Kesukaran Instrumen Penguasaan Konsep
Berdasarkan Gambar 3.3, sebaran validitas dan tingkat kesukaran
diperoleh nilai uji validitas item butir soal sebesar 5,56% berkategori sangat
rendah, 5,56% berkategori rendah, 73,33% berkategori cukup, dan 27,78%
berkategori tinggi. Uji reliabilitas yang bernilai 0,55 berkategori sedang. Uji
tingkat kesukaran butir soal sebesar 50,00% berkategori sedang dan 50,00%
berkategori sukar.
Soal penguasaan konsep yang digunakan untuk penelitian sebanyak 15
soal dengan membuang nomor 5, 13 dan 16 karena indikator soal sudah
terwakili oleh soal yang lain. Kemudian ada satu soal yang validitasnya rendah
yaitu soal nomor 15 masih digunakan karena berdasarkan analisis statistik
validitas konstruk empirik yang berdasarkan uji coba tes dan
mempertimbangkan hasil validitas isi yang dilakukan oleh judgment tes, soal
tersebut dapat mewakili penguasaan konsep siswa karena tidak ada indikator
soal lain yang dapat mewakili soal tersebut sehingga soal tersebut digunakan
dalam penelitian.
Soal Literasi Sains yang disusun terdiri dari 13 soal. Soal tersebut
disusun berdasarkan indikator literasi sains menurut Gormally (2012 , hlm.
367) pada penelitian ini digunakan 8 indikator penelitian diantaranya sebagai 0
0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7
Valid
itas
Tingkat Kesukaran
Tinggi
Cukup
Rendah
berikut: 1) Mengetahui suatu informasi dan analisis menggunakan metode
inkuiri sehingga dapat membangun pengetahuan sainstifik, meliputi a)
mengidentifikasi kebenaran dari suatu argumen sains sebanyak 2 soal, b)
mengevaluasi kebenaran sumber sebanyak 2 soal, c) mengevaluasi penggunaan
sebanyak 2 soal ; 2) Mengorganisasi, menganalisis, dan menginterpretasi data
kuantitatif dan informasi sains, meliputi a) membuat grafik yang dapat
merepresentasikan data sebanyak 2 soal, b) membaca dan menginterpretasikan
data sebanyak 1 soal, c) menyelesaikan masalah menggunakan kemampuan
kuantitatif termasuk probabilitas dan statistik sebanyak 1 soal, d) mengerti dan
menginterpretasikan dasar statistik sebanyak 2 soal, e) menganalisis
interferensi, prediksi dan kesimpulan berdasarkan data kuantitatif sebanyak 1
soal. Kemudian dilakukan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya
pembeda seperti pada Tabel 3.7.
Tabel. 3.7 Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen Literasi Sains
No.
Soal
Validitas Konstruks Reliabilitas Daya Pembeda Tingkat
Kesukaran Ket
Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori
19 0,62 Tinggi
0,59 Cukup
0,67 Baik 0,47 Sedang Digunakan
20 0,57 Cukup 0,58 Baik 0,72 Mudah Digunakan
21 0,65 Tinggi 0,58 Baik 0,50 Sedang Digunakan
22 0,40 Rendah 0,50 Baik 0,39 Sedang Tidak
Digunakan
23 0,61 Tinggi 0,58 Baik 0,25 Sukar Digunakan
24 0,44 Cukup 0,67 Baik 0,47 Sedang Tidak
Digunakan
25 0,57 Cukup 0,50 Baik 0,33 Sedang Digunakan
26 0,69 Tinggi 0,83 Baik 0,42 Sedang Digunakan
27 0,26 Rendah 0,17 Rendah 0,14 Sukar Digunakan
28 0,42 Cukup 0,42 Baik 0,22 Sukar Digunakan
29 0,52 Cukup 0,58 Baik 0,30 Sukar Digunakan
30 0,54 Cukup 0,67 Baik 0,39 Sukar Tidak
48
Berdasarkan Tabel 3.7, dari 13 butir soal literasi sains yang telah melalui
proses judgement dan uji coba, terdapat tiga butir soal yang tidak digunakan
karena indikator tersebut masih terwakili oleh nomor soal lainnya. Sehingga
butir soal literasi sains yang akan diujikan sebanyak 10 butir soal. Kemudian
dianalisis sebaran instrumen literasi sains dilihat dari validitas point biserial
dan tingkat kesukaran pada Gambar 3.4.
Sukar Sedang Mudah
Gambar 3. 4 Sebaran Validitas Point Biserial dan Tingkat Kesukaran Instrumen Literasi Sains
Berdasarkan Gambar 3.4, sebaran validitas dan tingkat kesukaran
diperoleh nilai uji validitas item butir soal sebesar 15,38% berkategori rendah,
53,84% berkategori cukup, dan 30,76% berkategori tinggi. Uji reliabilitas yang
bernilai 0,59 berkategori sedang. Uji tingkat kesukaran butir soal sebesar
7,69% berkategori mudah, 53,84% berkategori sedang dan 38,46% berkategori
sukar. Berdasarkan tabel dan sebaran tersebut, maka soal literasi sains yang
digunakan untuk penelitian sebanyak 10 soal dengan membuang soal nomor
22, 24 dan 30 karena indikator soal sudah terwakili oleh soal yang lain.
Kemudian ada satu soal yang validitasnya rendah yaitu soal nomor 27 masih
digunakan karena berdasarkan analisis statistik validitas konstruk empirik yang 0
0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8
Valid
itas
Tingkat Kesukaran
Tinggi
Cukup
Rendah
berdasarkan uji coba tes dan mempertimbangkan hasil validitas isi yang
dilakukan oleh judgment tes, soal tersebut dapat mewakili literasi sains siswa
karena tidak ada indikator soal lain yang dapat mewakili soal tersebut sehingga
soal tersebut digunakan dalam penelitian.
H. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperoleh terdiri dari dua jenis data yaitu data kuantitatif dan
data kualitatif.
1. Data Kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh melalui pretest dan posttest adalah nilai
penguasaan konsep dan literasi sains yang sebelum dan setelah dilakukan
pembelajaran menggunakan model inkuiri abduktif, sehingga dapat
menggambarkan peningkatan penguasaan konsep dan literasi sains siswa
dengan adanya skor N-gain. Bentuk tes yang digunakan yaitu tes pilihan
ganda pada materi fluida statis.
2. Data Kualitatif
Data kualitatif dalam penelitian diperoleh format observasi. Format
observasi diperlukan untuk mengetahui keterlaksanaan dari tahapan
pembelajaran. Data diperoleh berdasarkan observasi menggunakan alat
pengumpul data berupa lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran
inkuiri abduktif. Observasi dilakukan oleh observer yang berlatar belakang
pendidikan minimal mahasiswa jurusan kependidikan.
I. Teknik Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah berupa data kuantitatif dan
data kualitatif. Prosedur analisis dari tiap data sebagai berikut.
1. Pengolahan Data Kuantitatif
a. Pemberian skor untuk pretest dan posttest.
Penskoran yang dilakukan adalah penskoran Rights Only, yaitu
pemberian skor 1 untuk jawaban benar dan pemberian skor 0 untuk jawaban
50
b. Menghitung skor gain ternormalisasi (N-gain)
Skor N-gain merupakan skor yang digunakan untuk mengetahui
peningkatan penguasaan konsep dan literasi sains siswa berdasarkan skor
pretest dan posttest yang diperolehnya. Sehingga pengaruh penggunaan
perlakuan dapat diketahui. Skor gain ternormalisasi diperoleh menggunakan
persaman 3.6.
= � −� �
� −� �....(3.6)
Keterangan :
Spost = skor tes akhir
Spre = skor tes awal
Smaks = skor maksimum
Nilai yang diperoleh diinterpretasikan dalam menentukan skor
gain ternormalisasi dengan kriteria seperti pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8
Interpretasi Skor Gain Ternormalisasi
� Kriteria
0,70 Tinggi
0,30 <0,70 Sedang
< 0,30 Rendah
Sumber: Hake (1999, hlm. 1)
c. Uji normalitas.
Uji normalitas merupakan pengujian terhadap data yang sehingga
diketahui normalitas distribusi data yang diperoleh berdasarkan penelitian.
normalitas diperoleh menggunakan Persamaan 3.7 (Sudjana, 2005, hlm.
273).
ᵡ = ∑ − ℎ
ℎ . . . . .
Persamaan diatas merupakan distribusi χ² (chi-kuadrat) dengan derajat
kebebasan (k-1). Adapun langkah-langkah untuk melakukan uji normalitas
sebagai berikut.
1) Menghitung nilai rata-rata (Mean = M)
2) Menghitung nilai standardeviasi (sd)/membuat frekuensi observasi (Fo)
dan Frekuensi harapan (Fh) dengan menentukan:
a) Rentang skor: r = skor tertinggi - skor terendah
b) Banyak kelas: k = 1 + 3,3 log n
c) Panjang kelas: p = r/k
d) Tabel distribusi
Kelas
(k)
Frekuensi
(Oi)
Batas Kelas
(bk)
z-score l1-l2 L (l2-l1) Ei χ²
Dengan = −�
e) Menentukan derajat kebebasan: υ=k-1
f) Menentukan nilai χ² pada tabel chi kuadrat
g) Penentuan normalitas
Sumber : Pangabean (2001)
Berdasarkan tabel chi-kuadrat dengan � = 0,05 dan derajat kebebasan
(k-1), akan diperoleh nilai χ²total tertentu. Selanjutnya dengan menggunakan
52
Jika data berdistribusi normal, maka pengolahan data dilanjutkan dengan
uji homogenitas. Tetapi, jika salah satu dari data tersebut tidak berdistribusi
normal pengolahan dilanjutkan kepada uji hipotesis, yaitu Uji Mann Whitney.
d. Uji homogenitas.
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui homogen atau tidaknya
data yang diperoleh. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji
homogenitas varians data N-gain dua kelompok dengan Persamaan 3.8
(Sudjana, 2005, hlm. 219).
� =� �
� � � ....(3.8)
Jika � � � � ,� nilai diperoleh dari daftar distribusi F dengan peluang
1/2� dan derajat kebebasan v1 dan v2 masing-masing sesuai dengan dk
pembilang dan penyebut dalam persamaan tersebut maka tolak H0 dan terima
H1.
e. Uji hipotesis.
Uji hipotesis digunakan agar untuk menentukan hipotesis tersebut dapat
diterima atau ditolak (Sudjana, 2005, hlm. 219). Hipotesis penelitian ini yaitu
penerapan model Inkuiri Abduktif lebih baik dalam meningkatkan penguasaan
konsep dan literasi sains siswa dibandingkan kelas kontrol. Pengujian hipotesis
tersebut dengan Uji Mann Whitney. Uji hipotesis bertujuan untuk memperoleh
perbedaan yang signifikan antara peningkatan N-gain pada kelompok kontrol
dengan kelompok eksperimen jika zhitung berada di daerah penolakan H0.
Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan Persamaan 3.9.
Z = �− .
√ . . + + ....(3.9)
Keterangan :
= Statistik Uji U1
= Statistik Uji U2
= jumlah rank sampel 1
= jumlah rank sampel 2
� = banyaknya anggota sampel 2
2. Pengolahan Data Kualitatif
Data hasil observasi diperoleh dari lembar observasi keterlaksanaan
pembelajaran. Lembar observasi ini bertujuan untuk mengetahui
keterlaksanakan dari fase-fase pembelajaran yang digunakan. Dalam lembar
observasi ini disediakan kolom kritik dan saran berupa keterangan. Hal ini
dilakukan agar kekurangan serta kelemahan yang terjadi selama pembelajaran
dapat diketahui sehingga diharapkan pembelajaran selanjutnya bisa lebih baik.
Adapun presentase data lembar observasi tersebut dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan 3.10.
% = ∑ �� �� �� ∑ �� �� � ���× % … .
Setelah data dari lembar observasi tersebut diolah, kemudian
diinterpretasikan dengan mengadopsi kriteria presentase angket seperti Tabel
[image:30.595.145.493.555.733.2]3.9.
Tabel 3.9
Interpretasi Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran
KT (%) Kriteria
= Tak satu pun kegiatan terlaksana
< Sebagian kecil bagian terlaksana
< < Hampir setengah kegiatan terlaksana
= Setengah kegiatan terlaksana
< Sebagian besar kegiatan terlaksana
< < Hampir seluruh kegiatan terlaksana
54
Keterangan:
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian mengenai penerapan
model inkuiri abduktif dalam meningkatkan penguasaan konsep dan literasi sains
siswa SMA pada materi fluida statis, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1. Peningkatan Penguasaan Konsep Siswa SMA
Setelah penerapan model pembelajaran inkuiri abduktif terjadi peningkatan
penguasaan konsep pada kelas eksperimen. Kelas eksperimen memperoleh skor
N-gain penguasaan konsep yang lebih besar yaitu 0,69. Sedangkan pada kelas kontrol
yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki skor N-gain
penguasaan konsep sebesar 0,50. Berdasarkan skor N-Gain tersebut, maka kelas
yang menggunakan model inkuiri abduktif dalam pembelajaran memiliki
peningkatan penguasaan konsep yang lebih baik dibandingkan kelas kontrol yang
menggunakan model inkuiri.
2. Peningkatan Literasi Sains Siswa SMA
Setelah penerapan model pembelajaran inkuiri abduktif terjadi peningkatan
literasi sains pada kelas eksperimen. Kelas eksperimen menggunakan model inkuri
abduktif, memperoleh skor N-gain literasi sains yang lebih besar yaitu 0,86. Pada
kelas kontrol, memperolehan skor N-gain literasi sains sebesar 0,56. Berdasarkan
skor N-Gain tersebut, maka kelas yang menggunakan model inkuiri abduktif dalam
pembelajaran memiliki peningkatan literasi sains yang lebih baik dibandingkan
kelas kontrol yang menggunakan model inkuiri.
3. Sebaran Penguasaan Konsep dan Literas Sains Siswa SMA
Sebaran skor Penguasaan Konsep dan skor Literasi Sains dapat
87
B. Rekomendasi
Rekomendasi untuk pengembangan penelitian selanjutnya diantaranya sebagai
berikut.
1. Model inkuiri abduktif diterapkan pada materi lain yang sesuai dengan
kurikulum.
2. Perlu dilakukan analisis lebih lanjut mengenai peningkatan penguasaan konsep
REFERENSI
Aliseda, A. (2006). Abductive reasoning. Dordrecht: Springer.
Anderson, L.W., Krathwohl, D.R., et al. (2010). Kerangka Landasan untuk
Pembelajaran, Pengajaran, dan Assesment (Edisi Terjemahan, Cetakan
1). Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Anita. 2007. Model Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS)
pada Topik Larutan Penyangga untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep
dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa. Tesis Magister PPs UPI
Bandung: tidak diterbitkan.
Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: (Bumi
Aksara.
Arikunto, Suharsimi. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta:
Bumi Aksara.
Brickman, P., et al. (2009). “ Effect of Inquiry-based learning on Students’
Science Literacy Skills and Con fidence.” International Journal for the
Scholarship of Teaching and Learning. Vol 3 (2),1-22. [Online]. Tersedia:
http://academics.georgiasouthern.edu/ijsotl/v3n2/articles/PDFs/Article_Bri
ckman.pdf [16 Maret 2015]
Carin and Sund. 1990. Teaching Science Through Discovery. New York: Merrill
Publishing Company.
Chisholm, R. M. (1966). Theory of knowledge. Englewood Cliffs, NJ: Prentice
Hall [3rd ed. 1988].
Dahar, Ratna Wilis. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Dahar, Ratna Wilis. (1988). Teori-teori Belajar. Jakarta: Departemen P dan K
Direktorat Jendral Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan
Tanaga Kependidikan.
Dahlan, MD. (1984). Model-model Mengajar. Bandung: CV Diponegoro.
Depdiknas. (2003).
89
Ekohariadi. (2009).Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Literasi Sains Siswa
Indonesia berusia 15 tahun. Jurnal Pendidikan Dasar. Vol 10 No 1, Maret
2009. 28-41.
Fumerton, R. A. (1980). Induction and reasoning to the best explanation.
Philosophy of Science, 47, 589–600.
Gormally et al. (2012). Developing a Test of Scientific Literacy Skills (TOSLS): Measuring Undergraduates’ Evaluation of Scientific Information and Arguments. DOI: 10.1187/cbe.12-03-0026.
Gulo, W. (2002). Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Grasindo.
Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Score. Tersedia:
www.list.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855 [20 April
2015].
Hardiansyah, Deni. (2010). Penerapan Model Pembelajaran LEARNING CYCLE
7E Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Penguasaan
Konsep Siswa SMA. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung : tidak
diterbitkan.
Hintikka, J. (1998). What is abduction? The fundamental problem of
contemporary epistemology. Transactions of the Charles Sanders Peirce
Society, 34, 503–533.
Holbrook Jack. (2009). “ The Meaning of Scientific Literacy”. International
Journal of Environmental & Science Educational, 4 (3), 144-150
______. (2012). Point Biserial Correlation Coefficient. Diakses melalui:
http://en.wikipedia.org/wiki/Point-biserial-correlation-coefficient.
Josephson, John R and Josephson, Susan G., 1996, Abductive inference
computation, phylosophy, technology, chapther 1 conceptual analysis of
abduction. Cambridge University Press.
Magnani, L. (2001). Abduction, reason, and science. Dordrecht: Kluwer.
Marzano, R. J. (2000). Designing a new taxonomy of educational objectives.
Thousand Oaks, CA: Corwin Press.
Marzano, Robert J. & Kendall, John S. (2008). Designing and Assesing
Mulyani, Dessy. (2013). Penggunaan Strategi Predict-Observe-Explain untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa SMP pada Materi Tekanan.
Skripsi: Pendidikan Fisika UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.
Munaf, S. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Jurusan Pendidikan
Fisika FPMIPA Bandung.
Nugroho, Yohanes. (2011). It’s Easy Olah Data Dengan SPSS. Yogyakarta:
Skripta Media Creative.
Nurjanah. (2005). Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMP pada Pembelajaran Fisika.
Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.
OECD. (2006). Assessing Scientific literacy, reading and mathematical literacy:
A framework for PISA 2006.
Oh, Phil Seok. (2010). “How Can Teachers Help Students Formulate Scientific Hypotheses? Some Strategies Found in Abductive Inquiry Activities of
Earth Science.” International Journal of Science Education. Vol. 32, No.
4, pp.541-560. DOI: 10.1080/09500690903104457
Panggabean, P.L. (2001). Statistika Dasar. Bandung : Jurusan Pendidikan Fisika
FPMIPA UPI.
Peirce, C. S. (1878). Deduction, induction, and hypothesis. In Peirce (CP) 2.619–
2.644.
Peirce, C. S. (1903). Lectures on pragmatism. In Peirce (CP) 5.14–5.212.
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN KEBUDAYAAN STANDAR
PROSES 2013 Nomor 65 Tahun 2013
Program For International Student Assesment. (2003). The PISA 2003 assessment
framework. Organisation for economic Co Operation And Development
Purwadaminta. 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Rustaman, et al. (2008). Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah Dalam Pendidikan
Sains Dan Assesmentnya. [Online].
Tersedia://http:www.scrib.com/doc/9291549/Kemampuan-penalaran- [21
April 2015].
91
Saepuzaman, Duden. (2008). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Dalam Pembelajaran Materi Rangkaian Listrik Arus Searah Untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa SMA. Skripsi UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Sagala. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses. Jakarta:
Kencana Pradana.
Schurz, G. (2008). Patterns of abduction. Dordrecht: Springer, 164:201–234.
Silberman, M. (2009). Active Learning: 101 Startegi Pembelajaran Aktif.
Yogyakarka: Pustaka Insan Madani.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT
Asdi Mahasatya.
Subhan. (2009). Penggunaan Multimedia Interaktif Berbasis Literasi Sains dan
Teknologi Pada Pembelajaran IPA Terpadu Dengan Tema Pengaruh Zat
Adiktif dan Psikotropika. Tesis Universitas Pendidikan Indonesai: Tidak
diterbitkan.
Subhan. (2009). Penggunaan Multimedia Interaktif Berbasis Literasi Sains dan Teknologi Pada Pembelajaran IPA Terpadu Dengan Tema Pengaruh Zat Adiktif dan Psikotropika. Tesis Universitas Pendidikan Indonesai: Tidak diterbitkan
Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kulitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukmadinata. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.
Sukmadinata. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.
Toharudin, U, et al. (2011). Membangun literasi sains peserta didik. Bandung:
Humaniora
Oh, Jung Young. (2013). Understanding Natural Science Based on Abductive