• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM

PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN MUSTIKA PT SAJANG

HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN

Oleh

CINDY CHAIRUNISA A 34104022

PROGRAM STUDI AGRONOMI

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM

PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN MUSTIKA PT SAJANG

HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh

CINDY CHAIRUNISA A34104022

PROGRAM STUDI AGRONOMI

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) bukanlah tanaman asli Indonesia dan baru ditanam secara komersil pada tahun 1911 (Lubis, 1992). Komoditi ini merupakan komoditi penting bagi Indonesia, karena kelapa sawit memiliki peluang bisnis yang besar dan dapat menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat serta sebagai sumber devisa negara. Komoditi ini merupakan tanaman penghasil minyak nabati yang dapat diandalkan karena kadar kolesterolnya rendah. Minyak nabati yang dihasilkan dari pengolahan buah kelapa sawit merupakan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) yang berwarna dan minyak sawit inti atau palm kernel oil (PKO) yang tidak berwarna. CPO dan PKO banyak digunakan pada industri baja (bahan pelumas), industri tekstil, dan kosmetik (Sunarko, 2007).

Indonesia memiliki potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia untuk mengembangkan perkebunan dan industri kelapa sawit. Saat ini Indonesia memiliki 6 600 000 hektar (ha) kebun kelapa sawit dengan produksi CPO sebesar 17.37 juta ton dan produktivitas kelapa sawit nasional sebesar 2.63 ton CPO per hektar (Dirjenbun, 2007)

Perkebunan kelapa sawit telah menyebar ke berbagai wilayah Indonesia dengan perbandingan 85.55 % Sumatera, 11.45 % Kalimantan, 2 %, Sulawesi, dan 1% wilayah lainnya. Produktivitas perkebunan kelapa sawit di Sumatera relatif lebih tinggi dibandingkan dengan di Kalimantan dan Sulawesi (Goenadi et al, 2005).

Berdasarkan data pada tahun 2006 Indonesia telah menjadi negara penghasil CPO terbesar di dunia dengan total produksi sekitar 16 juta ton. Sementara Malaysia yang selama ini berada pada posisi pertama, saat ini berada pada posisi kedua dengan total produksi sebesar 15.8 juta ton. Dari data ini dapat dilihat bahwa Indonesia mampu menjadi negara penghasil CPO nomor 1 di dunia 4 tahun lebih cepat dari prediksi sebelumnya, dimana Indonesia diperkirakan baru akan menjadi produsen CPO terbesar di dunia pada tahun 2010 (Udrekh, 2007).

(4)

2 Perkebunan rakyat (PR) memberi andil produksi CPO sebesar 3.645 juta ton (37.12 %), perkebunan besar negara (PBN) sebesar 1.543 juta ton (15.7 %), dan perkebunan besar swasta (PBS) sebesar 4.627 juta ton (47.13 %). Produksi CPO juga menyebar dengan perbandingan 85.55 % Sumatera, 11.45 % Kalimantan, 2 %, Sulawesi, dan 1 % wilayah lainnya. Produksi tersebut dicapai pada tingkat produktivitas perkebunan rakyat sekitar 2.73 ton CPO/ha, perkebunan negara 3.14 ton CPO/ha, dan perkebunan swasta 2.58 ton CPO/ha (Goenadi et al, 2005). Ekspor CPO menghasilkan devisa (volume ekspor tahun 1998 sebesar 1.6 juta ton senilai US$ 800 ribu dolar meningkat menjadi 57 juta ton senilai US$ 2.1 juta dolar pada tahun 2003) dan; menyediakan kesempatan kerja bagi lebih dari 2 juta tenaga kerja di berbagai sub system (Goenadi et al, 2005).

Panen adalah pekerjaan penting di perkebunan kelapa sawit karena langsung menjadi sumber pemasukan uang ke perusahaan melalui penjualan minyak kelapa sawit (MKS) dan inti kelapa sawit (IKS) (Pramudji et al, 2004). Persiapan panen yang baik akan memperlancar pelaksanaan panen. Persiapan ini meliputi kebutuhan tenaga kerja, peralatan, pengangkutan, dan pengetahuan tentang kerapatan panen dan sarana panen (Fadli et al, 2006). Minyak sawit dapat mengalami penurunan mutu pada saat panen, pengangkutan, pengolahan, penimbunan, dan pengapalan (Setyamidjaja, 1991). Oleh karena itu pengelolaan panen dan pengangkutan perlu mendapatkan perhatian.

Menurut Lubis (1992) ada beberapa faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kelapa sawit yang berkaitan dengan peningkatan produksi, yaitu kesesuaian lahan, pembangunan kebun dan komponen produksi yang meliputi bobot tandan dan jumlah tandan per pohon. Berkaitan dengan hal ini sumber daya pekerja yang meliputi kemauan, pengetahuan dan kemampuan juga tidak dapat dikesampingkan. Hal ini terkait dengan sumber daya pekerja pada proses pemanenan yang merupakan tahap akhir dari seluruh rangkaian kegiatan teknis budidaya.

(5)

3 Tujuan Magang

Tujuan umum kegiatan magang adalah

1. Membandingkan keterkaitan antara pengetahuan yang di terima selama perkuliahan dengan keadaan di lapangan; dan

2. Meningkatkan pengetahuan tentang pengelolaan kelapa sawit di lapangan dan pengalaman manajerial pada berbagai level manajemen.

Tujuan Khusus dari kegiatan magang adalah

1. Memahami teknik dan masalah budidaya kelapa sawit khususnya pengelolaan tenaga kerja panen dan sistem pengangkutan TBS.

2. Menganalisis pengelolaan tenaga kerja panen dan pengangkutan hasil panen di perusahaan perkebunan kelapa sawit.

(6)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit

Kelapa sawit memiliki 36 khromosom. Elaeis berasal dari Elaion berarti minyak dalam bahasa Yunani. Guineensis berasal dari Guinea (pantai barat Afrika). Jacq berasal dari nama Botanist Amerika Jacquin. (Lubis, 1992).

Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (latin) ini dikembangkan oleh Carolus Linnaeus (Pahan, 2006).

Taksonomi dari tanaman kelapa sawit adalah : Divisi : Embryophyta Siphonagama

Sub Divisi : Pteropsida Kelas : Angiospermaeae Ordo : Monocotyledoneae Famili : Arecaceae

Sub Famili : Cocoideae Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq.

Akar

Akar terutama sekali berfungsi untuk menunjang struktur batang di atas tanah, menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah serta sebagai salah satu alat respirasi. Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut, terdiri atas akar primer, sekunder, tersier dan kuartener (Pahan, 2006). Lubis (1992) menambahkan, akar pertama yang muncul dari biji yang telah berkecambah adalah radikula yang panjangnya mencapai 15 cm.

Batang

Batang kelapa sawit terdiri atas pembuluh – pembuluh yang terikat secara diskrit dalam jaringan parenkim. Batang diselimuti oleh pangkal pelepah daun tua sampai kira-kira umur 11-15 tahun. Batang mempunyai 3 fungsi utama, yaitu sebagai struktur yang mendukung daun, bunga dan buah ; sebagai sistem

(7)

5 pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar ke atas serta hasil fotosintesis dari daun ke bawah ; serta berfungsi sebagai organ penimbunan zat makanan (Pahan, 2006).

Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus (phototropi) dibungkus oleh pangkal pelepah daun (frond base). Batang berbentuk silinder berdiameter 0.5 m pada tanaman dewasa dengan bagian bawah lebih besar disebut bowl (Lubis, 1992).

Daun

Daun kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian, yaitu kumpulan anak daun (leaflets) yang mempunyai helaian (lamina) dan tulang anak daun (midrib), Rachis yang merupakan tempat anak daun melekat, tangkai daun dan seludang daun (sheath) yang berfungsi sebagai perlindungan dari kuncup dan memberi kekuatan pada batang. (Pahan, 2006).

Daun kelapa sawit memiliki rumus daun 1/8 lingkaran atau spiral. Spiralnya ada yang berputar kiri dan kanan tetapi kebanyakan putar kanan (Lubis, 1992). Pahan (2006) menambahkan susunan spiral daun kelapa sawit mengikuti deret Fibonacci, yaitu 1:1:2:3:5:8:13:21 dan seterusnya. Artinya setiap angka dalam susunan spiral daun kelapa sawit, merupakan penjumlahan dari dua angka sebelumnya.

Bunga

Kelapa sawit merupakan tanaman monoecious (berumah satu). Artinya, bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon, tetapi tidak pada tandan yang sama. Bunga muncul di ketiak daun, dan bunga kelapa sawit merupakan bunga majemuk yang terdiri dari kumpulan spikelet dan tersusun dalam infloresen yang berbentuk spiral (Pahan, 2006).

Ekologi Kelapa sawit

Tanaman kelapa sawit membutuhkan intensitas cahaya matahari yang cukup tinggi untuk melakukan fotosintesis kecuali pada kondisi juvenile di pre nursery (Pahan, 2006). Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah

(8)

6 seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, regosol, andosol, organosol dan aluvial dengan jumlah curah hujan yang baik adalah 2000-2500 mm/tahun, tidak memiliki defisit air, serta agak merata sepanjang tahun (Lubis, 1992).

Temperatur yang optimal untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 24 o C-28 oC, terendah 18 oC dan tertinggi 32 oC. Kelembaban 80 % dan kecepatan angin 5-6 km/jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan (Lubis, 1992).

Pemanenan Kelapa Sawit

Menurut Pramudji et al. (2004) panen adalah pekerjaan penting di perkebunan kelapa sawit karena langsung menjadi sumber pemasukan uang ke perusahaan melalui penjualan minyak kelapa sawit (MKS) dan inti kelapa sawit (IKS).

Sasaran utama pekerjaan potong buah yaitu mencapai produksi/ton TBS per hektar yang tinggi, biaya per kg yang rendah dan mutu produksi yang baik berupa Asam Lemak Bebas (ALB) atau Free Fatty Acid (FFA) yang rendah (Pahan, 2006). Berkaitan dengan hal tersebut, Lubis (1992) menyatakan bahwa keberhasilan panen dan produksi sangat tergantung pada bahan tanaman yang dipergunakan, manusia (pemanen) dengan kapasitas kerjanya, peralatan yang dipergunakan untuk panen, kelancaran transportasi serta faktor pendukung lainnya seperti organisasi panen yang baik, keadaan areal, insentif yang disediakan dan lain-lain.

Pengangkutan Tandan Buah Segar Kelapa Sawit

Pengangkutan TBS dan berondolan adalah kegiatan pengangkutan dari TPH ke PKS pada setiap hari panen. Pengangkutan TBS memiliki tujuan mengirim TBS dan berondolan ke pabrik dalam keadaan baik melalui penanganan secara hati-hati dan menjaga jadwal pengiriman TBS dan buah secara tepat, sehingga pabrik kelapa sawit dapat bekerja secara optimal (Rankine dan Fairhust, 2000).

Menurut Pramudji et al (2004) prinsip dasar dari pengangkutan adalah melakukan evakuasi TBS dari lapangan ke PKS secepat-cepatnya (maksimal 24 jam), sesegar-segarnya dan sebersih-bersihnya.

(9)

7 Transport buah merupakan mata rantai dari tiga faktor yaitu panen, pengolahan dan pengangkutan. Ketiga faktor ini merupakan faktor terpenting dan saling mempengaruhi. Pengelolaan transport buah memiliki 6 sasaran yang harus dicapai. Keenam sasaran tersebut yaitu, meningkatkan kualitas TBS, meningkatkan produktivitas kendaraan, menjaga agar asam lemak bebas (ALB) produksi harian 2-3 %, kapasitas dan kelancaran pengolahan di pabrik, keamanan TBS dilapang serta cost (Rp/kg TBS) transport yang minimal(Pramudji et al, 2004).

(10)

METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Kegiatan magang ini dilaksanakan pada tanggal 11 Febuari 2008 hingga 11 Juni 2008, bertempat di Kebun Mustika PT. Sajang Heulang Minamas Plantation, Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan penulis selama magang adalah melakukan kegiatan teknis budidaya dan manajemen kebun, mengumpulkan data primer dan data sekunder, menganalisis data yang diperoleh dan melakukan studi literatur. Pelaksanaan magang dilakukan berdasarkan pekerjaan yang ada di kebun dimana penulis bekerja sebagai karyawan harian lepas selama 2 bulan, pendamping mandor selama 1 bulan, dan pendamping asisten selama 1 bulan. Jurnal harian penulis selama kegiatan magang berlangsung, disajikan dalam Tabel Lampiran 1, Tabel Lampiran 2, dan Tabel Lampiran 3.

Data sekunder yang dikumpulkan meliputi lokasi dan letak geografis kebun, keadaan tanah dan iklim, luas areal dan tata guna lahan, norma kerja di lapangan, serta organisasi dan manajemen kebun. Data primer didapatkan di lapang melalui pengamatan lapang terhadap kegiatan yang berlangsung di perkebunan. Pengamatan lapang yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1.Pengamatan angka kerapatan panen. Pengamatan dilakukan dengan cara

mengambil pohon contoh di tiap blok. Contoh pohon yang diambil 10 % dari total pohon yang ada di tiap blok. Dalam 1 blok, sampel diambil pada 3 hancak panen, yaitu hancak panen ke 1, 5 dan 9. lalu pada tiap-tiap hancak, diambil 3 baris sampel, yaitu baris ke 1, 5 dan 9. selanjutnya tiap-tiap baris sampel tersebut diamati. Buah dinyatakan layak panen apabila terdapat > 5 berondolan di piringan. Pengamatan dilakukan pada 3 blok, yaitu blok C23, C25 dan blok D23.

2.Pengamatan derajat kematangan buah. Pengamatan dilakukan terhadap 20

pemanen di 2 kemandoran panen divisi II. Masing-masing pemanen diambil sampel sebanyak 2 TPH. Apabila berondolan yang terlepas dari tandan 10

(11)

9 butir, buah dinyatakan matang, berondolan 5-9 dinyatakan kurang matang, dan berondolan 1-4 buah dinyatakan mentah.

3.Pengamatan TBS bergagang panjang, dilakukan terhadap 20 pemanen dari 2

kemandoran. Masing-masing pemanen diambil sampel sebanyak 60 janjang dari 2 TPH.

Pengamatan tenaga kerja panen yang dilakukan berupa pengamatan terhadap kualitas kerja pemanen. Pengamatan dilakukan berdasarkan jumlah berondolan yang tertinggal di piringan, pohon, gawangan mati dan pasar rintis,

ada tidaknya tandan matang yang tidak dipanen, pelepah sengkleh, dan over

prunning. Pengamatan dilakukan terhadap 20 orang pemanen cutter (pemetik

buah) dan 20 pemanen picker (pengutip berondolan) dari 2 kemandoran

Pengamatan pengangkutan TBS meliputi pengamatan tenaga kerja muat (kenek) dan kendaraan angkut buah. Pengamatan dilakukan dengan melihat muatan per angkutan, waktu muat, dan kualitas kerja kenek. Pengamatan kualitas kerja kenek dilakukan berdasarkan berondolan yang tertinggal di TPH. Pengamatan dilakukan terhadap semua angkutan panen yang terdapat di Kebun Mustika (Hino, PS 120, PS 135, dan Traktor Ford) dan tim muat divisi II Kebun Mustika.

(12)

KONDISI UMUM KEBUN

Letak Administratif

Kebun Mustika PT. Sajang Heulang secara administratif terletak di Desa Mustika Sebamban VI, Kecamatan Kuranji, Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan. Kebun Mustika dapat dicapai dengan jalan darat dari kota Banjar Baru ke arah Batulicin hingga sampai di pertigaan Betung dengan jarak 250 km. Kebun Mustika teletak 25 km dari Betung.

Letak Geografis

Secara geografis Kebun Mustika PT. Sajang Heulang terletak pada koordinat 3o46’7’’ LS – 3o56’1’’ LS dan 115o65’0’’ BT – 115o77’5’’ BT. Lokasi

Kebun Mustika sebelah utara berbatasan dengan Desa Tibarau Panjang, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Karang Intan, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Binawara, dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kuranji. Peta Kebun Mustika dapat dilihat pada Gambar Lampiran 1

Keadaan Topografi, Tanah dan Iklim

Kebun Mustika memiliki karakteristik lahan yang beragam. Selain iklim, jenis tanah dan topografi merupakan karakteristik lahan yang berkaitan erat dengan pengelolaan perkebunan kelapa sawit. Berdasarkan survei tanah semi detil yang dilakukan oleh Minamas Research Center pada tahun 2006, jenis tanah di kebun Mustika dikelompokkan menjadi 4 Ordo, yaitu : Ultisol, Alfisol, Oxisol dan Inceptisol (Tabel 1). Areal kebun Mustika merupakan kawasan yang sebagian besar arealnya berada pada land form tektonik atau struktural dengan sub – land form dataran tektonik dengan bahan induk sendimen.

Berdasarkan data curah hujan tahun 1998 – 2007, menunjukkan bahwa Kebun Mustika memiliki bulan kering (curah hujan < 60 mm) sebanyak 1 – 5 bulan, yang umumnya terjadi pada bulan Juni – Oktober. Sedangkan bulan basah (curah hujan > 100 mm) umumnya terjadi pada bulan November – Maret dengan rata-rata curah hujan tahunan sebesar 2 303 mm, rata-rata curah hujan bulanan

(13)

11 191 mm dan jumlah hari hujan dalam satu bulan sebanyak 12 hari. (Tabel Lampiran 4).

Tabel 1. Daftar Jenis Tanah Kebun Mustika

Luas Satuan Peta

Tanah Jenis tanah Seri tanah ha %

1 Ultisol MM – 02 1 532 29 2 Alfisol MM – 09 798 15 3 Oxisol MM – 19 187 4 4 Inceptisol MM – 20 2 320 44 5 Oxisol MM – 23 134 3 Tambang emas 190 4 Okupasi 55 1

Sumber : Kantor Besar Mustika, 2008

Berdasarkan tipe iklim menurut Schmidt dan Fergusson, Kebun Mustika termasuk dalam tipe iklim B (basah) dengan nilai Q = 22.22 %. Temperatur rata-rata tahunan dikawasan Kebun Mustika berkisar antara 28-32 oC.

Tata Guna Lahan dan Kondisi Pertanaman

Luas kebun Mustika secara keseluruhan adalah 5 079 ha, terdiri atas 4 Divisi, yaitu Divisi I seluas 1 243 ha, Divisi II 652 Ha, Divisi III seluas 940 ha dan Divisi IV seluas 1 217 ha. Kelapa sawit yang ditanam di Kebun Mustika merupakan kelapa sawit jenis Marihat, dan tanaman tersebut sudah memasuki tahapan tanaman menghasilkan (TM) 7, TM 9, TM, 10, TM 11, TM 12 dan TM 13. Luas areal TM Kebun Mustika adalah 2 835 ha, tanaman belum menghasilkan (TBM) seluas 1 217 ha, tanaman baru seluas 1.4 ha, areal yang baru dibuka seluas 142 ha, prasarana seluas 343 ha, areal okupasi 120 ha dan areal yang tidak dapat diusahakan seluas 421 ha (Tabel 2).

Produksi dan Produktivitas

Produksi Kebun Mustika dalam kurun waktu 10 tahun terakhir adalah 263 016 ton. Produksi Kebun Mustika mengalami peningkatan setiap tahunnya seiring bertambahnya umur tanaman. Produksi Mustika tahun 1998 sebesar 229 ton, tahun 1999 sebesar 3 756 ton, tahun 2000 sebesar 13 122 ton dan seterusnya. Produksi Kebun Mustika pada tahun 2007 mengalami penurunan sebesar 6 % dari total produksi tahun 2006 yaitu sebesar 3 034 ton (Tabel Lampiran 5).

(14)

12 Produktivitas Kebun Mustika pada tahun 2007 mencapai 16.80 ton/ha (Tabel Lampiran 6). Produktivitas ini tergolong rendah, karena standard produktivitas Marihat menurut umur dan kelas lahan Kebun Mustika (lahan kelas III) adalah 23 ton/ha untuk tahun tanam 1995-1996 dan 25 ton/ha untuk tahun tanam 1997-2001. Tabel 2. Tata Guna Lahan Kebun Mustika

Luas areal per Region (Ha)

Uraian Divisi I Divisi II Divisi III Divisi IV Total I. Areal yang diusahakan

1. Tanaman Menghasilkan (TM) TT. 1995 155 63 304 - 522 TT. 1996 948 250 93 - 1 291 TT. 1997 140 60 184 - 384 TT. 1998 - 107 168 - 275 TT. 1999 - 140 160 - 300 TT. 2001 - 32 31 - 63 Sub total TM 1 243 652 940 - 2 835

2. Tanaman belum menghasilkan (TBM)

TT. 2004 - - - 696 696

TT. 2005 - - - 306 306

TT. 2006 - - - 215 215

Sub total TBM - - - 1 217 1 217

A. Tanaman Baru (TB) 1

B. Pembukaan lahan (Land Clearing) 142

C. Pembibitan -

D. Areal prasarana

Emplasemen/pondok 94

Jalan, jembatan 189

Pabrik 60

Total Areal Prasarana 343

Total I 4 538

II. Areal yang mungkin bisa diusahakan (extension)

E. Cadangan -

F. Okupasi 120

Total II 120

III. Areal yang tidak dapat di Usahakan

G. Tanah Desa -

H. Bukit, Sungai, Lembah, Rawa, Tanah

Tandus 421

Total III 421

Luas seluruh areal 5 079

(15)

ORGANISASI DAN MANAGEMEN KEBUN

Organisasi dan Ketenagakerjaan

Pada level manajemen kebun, Kebun Mustika dipimpin oleh seorang manager. manager membawahi seorang senior asisten dan seorang kepala administrasi (kasie). senior asisten membawahi asisten divisi, kepala keamanan, kepala poliklinik, kepala bengkel, kepala gudang dan kerani traksi. asisten divisi membawahi, mandor dan kerani divisi (Gambar Lampiran 2).

Tenaga kerja di Kebun Mustika terdiri atas karyawan staf dan non staf. karyawan staf terdiri atas manager, senior asisten, asisten divisi, dan kepala administrasi. karyawan non staf terdiri atas karyawan serikat karyawan utama-bulanan (SKU-B), serikat karyawan utama-harian (SKU-H), dan karyawan harian lepas (KHL). Karyawan staf berjumlah 5 orang, karyawan non staf berjumlah 624 orang dengan perincian karyawan SKU-B sejumlah 73 orang, SKU-H 394 orang dan KHL sejumlah 157 orang . Total karyawan di Kebun Mustika adalah 629 orang (Tabel 3).

Tabel 3. Karyawan Staf dan Non Staf di Kebun Mustika

Uraian Jumlah (orang)

Karyawan Staf

1. Estate Manager 1

2. Senior Asisten 1

3. Asisten Divisi 2

5. Kasie 1

Karyawan non Staf 1. SKU-B SKU-B Kantor 14 SKU-B Traksi 20 SKU-B Divisi 39 2. SKU-H 394 3. KHL 157 Total 624

(16)

14 Pelaksanaan Pengelolaan Kebun Tingkat Staf

Pengelolaan kebun tingkat staf di Kebun Mustika dilaksanakan oleh manager yang dibantu oleh seorang senior asisten dan dua orang asisten divisi untuk tugas operasional lapang serta oleh seorang kepala administrasi untuk urusan keuangan dan administrasi kebun.

manager memiliki tugas dan tanggung jawab melaksanakan pengelolaan kebun secara menyeluruh sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan manajemen perusahaan, baik tugas administrasi maupun tugas operasional. manager juga bertugas untuk mengevaluasi hasil pekerjaan senior asisten dan asisten divisi.

senior asisten bertugas mengelola traksi dan divisi yang letaknya dekat dengan traksi, mengkoordinasikan pekerjaan asisten divisi, mengatur penggunaan unit angkutan dan alat berat antar divisi, serta membantu manager dalam pengawasan operasional lapang.

asisten divisi memiliki tugas dan tanggung jawab memberikan arahan dan perintah kepada mandor I, mandor, dan kerani, melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap karyawan di lapang, menyusun rencana kerja bulanan (RKB), memeriksa dan mengevaluasi laporan mandor dalam buku kerja mandor (BKM).

Pelaksanaan Pengelolaan Kebun Tingkat Non Staf

Pengelolaan kebun tingkat non staf dilakukan oleh mandor I, mandor, dan kerani divisi. mandor I memiliki tugas dan tanggung jawab untuk membuat rencana kerja harian (RKH), memeriksa laporan mandor, melakukan koordinasi antar mandoran, melakukan pemeriksaan atas kemungkinan adanya buah restan pada blok-blok yang telah dipanen satu hari yang lalu, serta berkoordinasi dengan traksi untuk mempercepat proses pengangkutan buah ke pabrik. Contoh lembar rencana kerja harian, disajikan dalam Tabel Lampiran 7.

Mandor panen bertugas memeriksa peralatan dan perlengkapan kerja pemanen, mengatur dan mengawasi karyawan, memastikan bahwa seluruh hancak pada hari tersebut selesai, menjaga pusingan panen 9 hari, melakukan cek mutu hancak dan taksasi harian panen. Contoh lembar cek mutu hancak, ditampilkan pada Tabel Lampiran 8.

(17)

15 Mandor Pupuk bertugas memeriksa takaran alat tabur yang digunakan, bertanggung jawab mengumpulkan goni bekas pupuk, serta mengawasi pelaksanaan langsir dan tabur pupuk. Mandor semprot bertugas mengawasi pelaksanaan kegiatan penyemprotan, menakar dosis bahan atau obat yang digunakan, mempertanggung jawabkan penggunaan bahan atau obat yang digunakan, menjaga rotasi semprot, menjaga dan merawat alat kerja serta mengalihkan pekerjaan semprot kepekerjaan sekunder apabila hari hujan. mandor perawatan memiliki tanggung jawab untuk memastikan semua alat yang dipakai telah sesuai, menjaga dan merawat alat kerja dan memeriksa hancak pekerjaan dongkel. Target yang harus dicapai oleh mandor perawatan yaitu blok bebas dari anak kayu dan kentosan (sawit yang tumbuh dari berondolan yang tidak terkutip). Hasil kerja mandor dalam satu hari dilaporkan dalam BKM. Di dalam BKM tercantum nama karyawan, jumlah karyawan yang bekerja, nama blok dan tahun tanam areal yang dikerjakan, jumlah hasil kerja dan output pekerja serta pemakaian bahan (untuk pekerjaan pupuk dan semprot).

kerani transport bertugas mengatur kegiatan transport buah, menghancakkan unit angkutan ke blok – blok yang akan dimuat, mengawasi kegiatan muat buah, memastikan seluruh buah telah termuat (tidak ada restan), memastikan pemuatan buah FIFO (buah restan didahulukan untuk di muat), mencatat jumlah janjang yang diangkut serta membuat surat pengantar buah (SPB). Contoh lembar SPB ditampilkan dalam Tabel Lampiran 9.

Tugas kerani panen adalah mengisi notes potong buah, laporan kutip berondolan dan laporan penerimaan buah setiap harinya, memeriksa dan menyeleksi buah yang telah disusun di TPH, menghitung jumlah janjang dan berondolan yang telah disusun di TPH. Hasil tersebut kemudian direkap di kantor divisi ke dalam laporan potong buah (LPB). Contoh lembar LPB ditampilkan dalam Tabel Lampiran 10.

(18)

16 Pelaksanaan Pengelolaan Tenaga Kerja Lapang

Kegiatan koordinasi pekerjaan untuk satu hari dilakukan oleh asisten divisi saat apel pagi pada pukul 05.30 WITA. Asisten akan memberikan koreksi terhadap pekerjaan hari sebelumnya dan memberikan arahan kepada tiap-tiap mandor mengenai pekerjaan yang akan dilakukan hari ini.

Pengaturan dan pembagian tugas kepada karyawan dilaksanakan saat antrian pagi pukul 06.00 sampai 06.30 WITA. Antrian pagi di pimpin oleh mandor I. Pengaturan dan pembagian tugas biasanya dilakukan oleh masing-masing mandor. Pada saat antrian pagi, mandor sekaligus mengabsen karyawan. karyawan yang tidak ada saat diabsen, di anggap mangkir. Setelah itu karyawan harus sampai di hancaknya masing-masing pada pukul 07.00 WITA. Karyawan bekerja selama 7 jam, mulai pukul 07.00 – 14.00 WITA setiap harinya, kecuali pada hari Jum’at, karyawan bekerja hanya 5 jam, yaitu pada pukul 07.00 – 12.00 WITA.

(19)

PELAKSANAAN MAGANG

Aspek Teknis Pembibitan

Pembibitan PT Sajang Heulang (PT SHE) dikelola oleh kebun KKPA 3. Pembibitan PT SHE berlokasi di Divisi VI Kebun Mustika. Pembibitan ini memiliki luas 35 ha dengan luas areal untuk pre nursery adalah 0.75 ha. Bibit yang ada di pembibitan adalah varietas Guthrie. Kegiatan yang dilakukan selama di pembibitan antara lain, pemindahan bibit dari pre nursery ke main nursery, pemupukan, penyiraman, serta pengendalian hama dan penyakit,

Penanaman Bibit di Main Nursery. Penanaman atau pemindahan bibit

dari pre nursery ke main nursery (transplanting) dilakukan saat bibit berumur 3 bulan atau bibit telah memiliki 4-5 helai daun. Tata cara pelaksanaan transplanting adalah pertama tanah dimasukkan ke dalam large bag sebanyak ± 20 kg atau hingga setinggi 1 cm dari bibir large bag. Ukuran large bag yang digunakan adalah 40 x 50 cm dengan tebal 0.2 mm. Tanah yang digunakan adalah tanah top soil dengan tekstur lempung berliat yang tidak berbatu dan berkerikil. Setelah large bag diisi dengan tanah, tanah dilubangi dengan pipa yang diameternya sama dengan diameter baby bag. Tanah dilubangi tepat pada bagian tengah large bag, dan setelah tanah dilubangi, bibit dikeluarkan dari baby bag lalu dimasukkan ke dalam lubang. Lalu tanah di sekeliling bibit di padatkan. Setelah selesai large bag diberi nomor sesuai rekomendasi Departement Riset Minamas dan bila large bag telah selesai diberi nomor, large bag diletakkan di dalam bedengan.

Pemupukan. Pemupukan yang dilakukan di pembibitan adalah

pemupukan Urea + MOP. Tahapan kegiatan pemupukan, pertama pupuk Urea dicampur dengan pupuk MOP dengan perbandingan 1:1, lalu pupuk dimasukkan ke dalam ember dan dibagikan kepada tenaga kerja. Setelah itu tenaga kerja memupuk bibit dengan menggunakan sendok kecil dan pupuk diaplikasikan

(20)

18 melingkar di pinggiran polybag. Dosis pupuk yang digunakan adalah 5 g urea + 5 g MOP per bibit.

Permasalahan-permasalahan yang ditemui adalah supervisi yang tidak berjalan, Mandor yang tidak menguasai materi serta tidak adanya takaran yang pasti dalam memupuk. Pemupuk hanya mengira-ngira saja. Tidak ada norma kerja dalam kegiatan ini dan prestasi penulis adalah penulis memupuk 328 bibit.

Penyiraman. Kebutuhan air setiap bibit berbeda-beda. Untuk bibit umur

3-6 bulan kebutuhan airnya 2 l/bibit per hari dan bibit umur 6-9 bulan 3 l/bibit per hari. Kegiatan penyiraman ini dilakukan sehari dua kali, yaitu pagi dan sore apabila hujan turun < 10 mm atau tidak turun hujan sama sekali. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan selang tanpa gembor dengan panjang selang 50 m/rol. Di areal pembibitan terdapat 4 selang untuk menyiram 6000 bibit. Selang ini terhubung dengan pipa terminal dan pipa terminal ini terhubung dengan pipa lateral dengan diameter pipa adalah 4 inchi yang terletak di luar areal main nursery. Pipa lateral ini mengalirkan air yang berasal dari tangki air. Pembibitan memiliki 9 tangki air ukuran besar yang diletakkan di atas menara, dan pengisian tangki dilakukan dengan menggunakan air yang berasal dari waduk. Prestasi pekerja untuk kegiatan ini adalah 1500 bibit/hk dan prestasi penulis adalah 854 bibit.

Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman (HPT). Hama dan

penyakit yang banyak terdapat di areal pembibitan KKPA 3 PT SHE adalah hama Apogonia sp dan Thosea asigna serta penyakit Antraknosa dan bercak Curvularia. Untuk mengendalikan hama dan penyakit tersebut, pihak pembibitan menggunakan Dithane M 45 untuk mengendalikan penyakit dan Decis 2.5 EC untuk mengendalikan hama.

Pengendalian HPT ini dilakukan 5 kali seminggu dengan konsentrasi yang digunakan adalah Dithane 2 g/l dan Decis 2 cc/l. Kegiatan pengendalian hama dan penyakit yang di lakukan adalah penyemprotan dengan menggunakan Dithane M 45, dan alat – alat yang digunakan adalah drum besar, sendok pengaduk, ember serta knapsack jenis Solo 425 dengan nozzle berwarna biru. Teknis

(21)

19 penyemprotannya adalah pertama Dithane dimasukkan ke dalam drum, lalu drum diisi air sebanyak 240 liter. Larutan kemudian diaduk setelah itu larutan dimasukkan kedalam knapsack dan pekerja memulai kegiatan penyemprotan. Pekerja menyemprot bibit dimulai dari ujung bedengan hingga bahan habis dan bahan disemprotkan merata keseluruh bagian daun. Untuk kegiatan ini penulis hanya membantu pekerja saja. Penulis menyemprot bibit sebanyak 750 bibit, sementara standard prestasi karyawan adalah 6000 bibit.

Penanaman Kelapa Sawit

Kegiatan penanaman ini penulis lakukan bersama-sama dengan siswa SMK Negeri 1 Sei Loban yang sedang praktek lapang di Divisi IV Kebun Mustika, dan penanaman dilakukan pada areal seluas ± 1 ha. Tahapan kegiatan yang dilakukan adalah memancang, membuat lubang tanam dan menanam.

Pemancangan. Tujuan mamancang adalah memberikan tanda-tanda untuk

pembuatan lubang tanam sesuai populasi yang dicanangkan serta sebagai pedoman untuk membuat sarana (jalan), parit, teras kontur dan menanam kacangan. Jarak tanam yang digunakan dalam kegiatan ini adalah 9 m x 9 m x 9 m. Tahapan pemancangan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Pertama kali yang dilakukan adalah menentukan satu titik utama. Titik tersebut harus sejajar utara-selatan-barat-timur nya dengan pokok pada blok yang telah ditanam. Setelah titiknya didapat, pada titik tersebut ditancapkan ajir utama, lalu dibuat segitiga siku-siku. Setelah itu dari ajir utama dibentangkan tali sepanjang 100 m ke depan dan ke samping lalu pada titik tersebut dibuat siku-siku. Setelah selesai dan dapat 4 titik utama, dibentangkan tali yang telah diberi tanda searah collection road (T-B) lalu ditancapkan ajir sejajar tali pada tempat yang telah diberi tanda. Selanjutnya tali dibentangkan searah main road (U-S), pada tali tersebut diberi 2 tanda dengan rafia (warna merah dan biru). Selanjutnya ajir di tancapkan pada masing-masing tanda sesuai intruksi. Misalnya, untuk baris pertama diintruksikan menanam pada titik merah, sehingga ajir ditancapkan hanya pada titik merah. Untuk baris kedua diintruksikan menanam pada titik biru, maka ajir ditancapkan pada titik biru, baris ketiga pada titik merah lagi, baris keempat

(22)

20 biru dan seterusnya hingga semua areal telah ditancapkan ajir. Norma untuk pekerjaan ini adalah 0.8 – 1 ha/hk

Pembuatan Lubang Tanam. Tujuan membuat lubang tanam adalah

memberikan media tumbuh yang baik bagi akar tanaman pada saat awal penanaman dan mempermudah peresapan pupuk kedalam tanah sehingga mempercepat tanaman mengabsorbsi pupuk. Lubang tanam yang penulis buat adalah lubang tanam berukuran 50 cm x 50 cm x 40 cm dan lubang ini dibuat tiga hari sebelum tanam.

Teknis pembuatan lubang tanam adalah sebagai berikut. Pertama pada permukaan tanah yang akan dilubang digambar pola lubang, lalu pancang atau ajir diangkat. Selanjutnya tanah digali dengan menggunakan cangkul dan tanah hasil galian dipisahkan antara top soil dan sub soil. Top soil diletakkan di sebelah selatan lubang, dan sub soil diletakkan di sebelah utara lubang. Setelah lubang tanam selesai dibuat, pancang dikembalikan ke posisi semula.

Penanaman. Tahapan-tahapan menanam kelapa sawit yang dilakukan

adalah pertama, pancang dicabut dari lubang tanam, lalu diberi pupuk Rock Phospate sebanyak 500 g. Setelah diberi pupuk RP, selanjutnya dimasukkan sedikit tanah top soil dan tanah diratakan. Lalu bagian bawah polybag dibuka dengan menggunakan parang, dan bagian pinggir polybag dibuka sebagian.

Tahap selanjutnya, lubang diisi dengan top soil hingga setinggi 25 cm, setelah itu bibit dimasukkan ke dalam lubang, dan polybag dibuka seluruhnya. Setelah itu bagian umbut sawit di bungkus dengan plastik polybag. Hal ini dilakukan sebagai pencegahan dari serangan tikus. Lalu lubang di timbun dengan tanah hingga terisi setengah lubang, lalu tanah dipijak kuat-kuat agar tanah mengeras. Setelah itu lubang ditimbun lagi dengan top soil yang diambil dari sekeliling lubang. Saat lubang ditimbun dengan tanah, sekaligus membuat piringan. Setelah itu tanah ditimbun agak banyak di sekitar bibit. Setelah selesai bagian bawah polybag tadi digantungkan di bagian atas bibit, sebagai tanda bahwa bibit telah ditanam dan polybag dibuka saat bibit ditanam. Norma kerja untuk

(23)

21 kegiatan melubang dan menanam adalah 25 lubang/hk. Tahapan kegiatan menanam kelapa sawit, dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 2. Menanam Kelapa Sawit

Tanaman Belum Menghasilkan

Sensus Daun atau Kesatuan Contoh Daun. Sensus daun bertujuan untuk

menganalisa kandungan unsur hara pada tanaman sehingga nantinya departemen riset dapat memberikan rekomendasi untuk kegiatan pemupukan selanjutnya. Teknis pelaksanaannya adalah untuk tiap-tiap blok diambil sampel sebanyak 30 titik. Titik awal sampel adalah pokok ke 3 pada baris ke 3 dari ujung blok. Pengambilan sampel selanjutnya sesuai ketentuan yang telah dibuat, dimana untuk masing-masing blok ketentuan untuk menetapkan sampel berbeda-beda bergantung pada luasan blok tersebut. Misalnya, ketentuan untuk pengambilan sampel adalah 9 x 10 maka setiap 9 baris diambil 1 baris sampel dan pada baris tersebut, pohon sampel yang diambil adalah pohon sampel yang ke sepuluh. Pada pohon sampel yang telah ditentukan, dilihat keadaan daunnya apakah kekurangan unsur B, N, P, K, Ca, Mg lalu diambil daunnya untuk dianalisis oleh riset (Gambar 2).

Daun yang diambil adalah daun pada pelepah ke 17, karena daun pada pelepah ke 17 paling peka dan menunjukan perbedaan yang paling jelas dalam tingkat hara N, P, dan K. Cara mencari daun ke 17 adalah dilihat dari daun yang baru membuka. Pada daun yang baru membuka tersebut, dilihat spiralnya. Lalu diambil spiral ke 3 yang kearah kanan. Setelah daun ke 17 didapat, pada daun tersebut dicari ekor kodoknya.

(24)

22

Gambar 2. Sensus Daun di TBM

Ekor kodok adalah pertemuan antara tulang pelepah yang tebal dan tulang pelepah yang tipis. Setelah ekor kodok ketemu, diambil 2 helai daun yang berada di atas ekor kodok dan 2 helai yang berada di bawah ekor kodok, kiri dan kanan. Lalu lidinya di buang dan daun digunting sepanjang 10 cm untuk bagian atas dan 15 cm untuk bagian bawah. Daun lalu dipisahkan menjadi 2, daun yang bagian kanan dimasukkan ke dalam plastik putih dan daun yang kiri dipotong kecil-kecil lalu dimasukkan ke dalam plastik hitam. Daun yang di dalam plastik hitam untuk dikirim ke Departemen Riset dan daun yang di dalam plastik putih disimpan sebagai cadangan. Kegiatan sensus ini penulis lakukan selama 2 hari bersama-sama dengan rekan magang penulis.

Pengendalian Gulma. Pengendalian gulma pada areal TBM dilakukan

dengan dua cara, yaitu pengendalian gulma secara manual dan pengendalian gulma secara kimiawi. Kegiatan pengendalian gulma yang penulis lakukan adalah pengendalian gulma secara kimiawi.

Pengendalian gulma secara kimiawi di areal TBM Kebun Mustika dilakukan dengan tujuan membuka pasar rintis dan piringan. Gulma yang dikendalikan adalah semua jenis gulma yang terdapat di piringan dan kacangan penutup tanah. Herbisida yang digunakan adalah Basta 15. konsentrasi yang digunakan adalah 80 ml bahan untuk 12 liter air. Knapsack yang digunakan adalah knapsack jenis Solo dengan kapasitas tangki 12 liter.

Tata cara penyemprotannya adalah 1 jalur dibuka oleh 3 orang. Penyemprotan dilakukan secara zigzag, orang pertama membuka jalur mulai dari jalan pengumpul, lalu orang kedua masuk dan menyemprot piringan pada pohon pertama disebelah kanan jalur dan orang ketiga masuk lalu menyemprot piringan

(25)

23 pada pohon pertama di sebelah kiri jalur. Selanjutnya orang pertama menyemprot piringan pada pohon kedua di sebelah kanan jalur, orang kedua menyemprot pohon kedua di sebelah kiri jalur dan orang ketiga menyemprot piringan pada pohon ketiga di sebelah kanan jalur dan seterusnya. Norma kerja kegiatan ini adalah 2 ha/hk dan prestasi karyawan adalah 9 – 10 knapsack per hk. Prestasi penulis saat kegiatan berlangsung adalah 3 knapsack.

Tanaman Menghasilkan

Pemupukan. Pemupukan di Kebun Mustika dilakukan dengan cara

Block Manuring System (BMS). BMS adalah sistem pemupukan yang terkonsentrasi dalam 1 – 2 hancak pemupukan per kebun, dikerjakan blok per blok dengan sasaran mutu pemupukan yang lebih baik. Kegiatan pemupukan yang dilakukan adalah until pupuk dan tabur pupuk Dolomit

a. Penguntilan pupuk

Penguntilan atau until pupuk adalah kegiatan menakar pupuk dari karung besar (50 kg) menjadi beberapa karung kecil (Gambar 3). Tujuan penguntilan adalah untuk memudahkan penabur dalam aplikasi pupuk di lapang. Satu karung until berisi 16.5 kg pupuk dolomit. Peralatan yang digunakan dalam kegiatan penguntilan adalah karung until, penakar pupuk, dan angkong. Kegiatan penguntilan dilakukan secara berkelompok, dan satu kelompok beranggotakan tiga orang.

Pelaksanaan kegiatan penguntilan adalah, pertama pupuk dilangsir dari gudang pupuk ke tempat until dengan menggunakan angkong. Setibanya pupuk di tempat until, karung pupuk di buka dan pupuk ditakar dan selanjutnya pupuk dimasukkan karung until. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penakaran adalah tidak adanya alat penakar until yang pasti. Alat takar until yang digunakan karyawan berbeda-beda, dan pupuk yang telah diuntil tidak ditimbang lagi beratnya. Norma pekerjaan until pupuk kebun Mustika adalah 1.5 ton /hk. dan prestasi penulis adalah 1.125 ton/hk.

(26)

24

Gambar 3. Kegiatan Penguntilan Pupuk Dolomit

b. Penaburan pupuk

Setelah pupuk selesai diuntil, keesokan harinya pupuk diecer ke lapang untuk kemudian diaplikasikan di lapangan. Pengeceran pupuk dilakukan dengan menggunakan traktor ford, dengan kapasitas traktor ford adalah 7.5 ton pupuk until. Dosis pupuk Dolomit yang digunakan adalah 1.39 kg/ pokok. Apabila pupuk yang digunakan adalah Kiserite, dosis yang digunakan adalah 1.25 kg/ pokok. Karung-karung until diecer ke setiap pasar rintis. Satu pasar rintis mendapat 3 karung until, untuk memupuk hingga pasar tengah.

Pelaksanaannya, pupuk dimasukkan ke dalam wadah dan dibawa dengan cara digendong samping. Lalu pemupuk menabur pupuk dengan menggunakan mangkok takar yang telah distandarisasi perusahaan. Pupuk ditaburkan di atas pelepah atau gawangan mati dan tiap-tiap pokok mendapat 2 mangkok pupuk tujuan pupuk ditaburkan diatas pelepah adalah untuk meningkatkan serapan hara dan mengurangi terjadinya run off atau pencucian. Norma kegiatan tabur pupuk Kebun Mustika adalah 400 – 500 kg/hk. Tidak ada prestasi penulis dalam kegiatan ini, karena kegiatan tabur pupuk bersifat mengejar target. Penulis hanya mengikuti jalannya kegiatan pemupukan dan tidak melakukan karena dikhawatirkan akan mengganggu kinerja tim pupuk.

Aplikasi Janjangan Kosong. Janjangan kosong (JJK) adalah limbah atau

sampah dari tandan buah kelapa sawit yang telah diolah di pabrik kelapa sawit. JJK dilangsir ke blok-blok yang akan diaplikasikan JJK dengan menggunakan kendaraan angkut buah yang baru kembali dari PKS dan akan melakukan kegiatan pemuatan. satu tumpukan JJK yang dibawa oleh unit kebun berkisar 5 – 6 ton. Dosis aplikasi JJK per pokok adalah 200 kg/pokok.

(27)

25 Tata cara pengaplikasian JJK, pertama JJK dilangsir ke pokok dengan menggunakan angkong. Setiap pokok mendapat JJK sekitar 200 kg. Setibanya JJK di pokok, JJK disusun diantara 2 pokok dalam baris dengan menggunakan gancu. JJK disusun berbentuk persegi dengan ukuran 2 m x 2 m dan JJK hanya disusun satu lapis. Tujuan JJK hanya disusun satu lapis adalah untuk menghindari perkembangbiakan hama Oryctes rhynoceros yang menyukai tumpukan bahan organik yang lembab. Kegiatan aplikasi JJK ini dilakukan secara tim. Saat kegiatan berlangsung, aplikasi JJK dilakukan oleh 15 orang dan JJK di aplikasikan di 120 titik. Prestasi pekerja untuk kegiatan ini adalah 8 titik/hk dan prestasi penulis sama dengan prestasi pekerja.

Rawat Jalan. Jalan memiliki peranan penting untuk pengangkutan TBS.

Kegiatan yang dilakukan oleh kemandoran rawat jalan adalah perbaikan jalan dan jembatan baik itu collection road, main road, pasar rintis maupun titi panen, serta perbaikan TPH.

Kegiatan perbaikan jalan dilakukan secara manual dan mekanik. Perbaikan jalan dengan cara manual, yaitu dengan membuang air yang tergenang di jalan ke parit drainase terdekat dengan menggunakan ember dan cangkul serta menimbun lubang dengan batu-batu dan tanah. Perbaikan jalan secara mekanik dilakukan dengan menggunakan grader dan boomax. Norma kerja rawat jalan manual bervariasi tergantung kondisi jalan. Pada saat pelaksanaan, prestasi tenaga kerja rawat jalan adalah 500 m/hk dan prestasi penulis adalah 200 m/hk.

Bongkar Tanaman Pengganggu (BTP). Kemandoran bongkar tanaman

penggangu (BTP) Kebun Mustika lebih dikhususkan untuk mengendalikan tanaman berkayu dan kentosan (gawangan manual) serta menanam Turnera subulata. Kentosan adalah tanaman sawit yang tumbuh dari berondolan-berondolan yang tidak terkutip pada pusingan yang lalu dan membusuk. Alat yang digunakan pada kegiatan ini adalah cados (cangkul dodos) atau dongkel dan parang panjang. Pelaksanaan pekerjaan BTP yaitu, pekerja masuk ke rintis yang telah ditetapkan, lalu menebas dan mendongkel semua tanaman berkayu dan kentosan yang ditemui. Pada saat kegiatan berlangsung, karyawan mencuri-curi

(28)

26 waktu kerja untuk beristirahat dan tanaman berkayu yang seharusnya didongkel, tidak didongkel tetapi ditebas. Prestasi kerja karyawan saat mengikuti kegiatan ini adalah 4 rintis atau jalur dan prestasi penulis sama dengan karyawan.

Pengendalian Gulma. Pengendalian gulma pada areal TM adalah

pengendalian gulma secara kimiawi. Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan oleh dua tim, yaitu tim block spraying system (BSS) dan team micron herby spray (MHS).

a. Block spraying system (BSS)

Tim semprot BSS lebih dikhususkan untuk pemeliharaan gawangan. Tujuan pengendalian gulma di gawangan antara lain untuk mengurangi kompetisi hara, air dan sinar matahari, mempermudah kontrol pekerjaan dari satu gawangan ke gawangan lain, serta menekan populasi hama. Herbisida yang digunakan dalam kegiatan ini adalah Gramoxone dan Ally dengan dosis untuk Gramoxone 225 ml/ha dan Ally 18.75 g/ha. Alat yang digunakan adalah knapsack jenis RB dengan kapasitas tangki semprot adalah 15 liter.

Norma pekerjaan semprot gawangan adalah 1.2 ha/hk dan prestasi pekerja adalah 2.5 ha/hk. Tidak ada prestasi penulis untuk kegiatan ini, karena saat kegiatan berlangsung penulis sedang praktek sebagai mandor.

b. Micron herby spray (MHS)

Tim semprot MHS lebih difokuskan untuk pemeliharaan piringan. Herbisida yang digunakan adalah Eagle IPA 480 AS dan Starane 200 EC. Eagle merupakan herbisida berbahan aktif iso propil amina glifosat 480 g/l yang setara dengan asam glifosat 356 g/l.dan starane merupakan herbisida berbahan aktif fluroksipir 200 g/l.

Alat semprot yang digunakan tim MHS berbeda dengan tim BSS. Alat yang digunakan adalah mikron herbi konvensional. Secara garis besar, alat ini terdiri atas tiga bagian, yaitu : bagian kepala yang terdiri atas atomizer yang berbentuk seperti cakram, motor penggerak (6 Volt atau 12 Volt) dan nozel, tangkai (pegangan), serta tangki larutan. Kapasitas tampung tangki larutannya adalah 6 liter.

(29)

27 Penggunaan Eagle dan Starane dicampur jadi satu pada ember pengaduk dengan perbandingan Eagle : Starane adalah 4 : 1. Dosis Eagle dan Starane yang digunakan adalah 0.2 l/ha dan 0.05 l/ha dengan penggunaan bahan per liter air yaitu Eagle 30 cc/l air dan Starane 7.5 cc/l air.

Gulma yang dikendalikan adalah semua jenis gulma yang ada di piringan dan pasar rintis. Norma kebun untuk pekerjaan ini adalah 4 – 5 ha/hk dan prestasi pekerja saat kegiatan berlangsung adalah 4.8 ha/hk

c. Pengendalian alang-alang

Selain pemeliharaan gawangan dan piringan, tim semprot BSS dan MHS juga melakukan pengendalian alang-alang. Tujuan pengendalian alang-alang adalah untuk menghentikan perkembangbiakannya. Kunci sukses pengendalian alang-alang adalah rotasi yang konsisten, segmentasi areal (prioritas pengendalian dimulai dari kondisi lalang paling ringan menuju kondisi paling berat), ketepatan jenis herbisida dan dosis aplikasi serta penyemprotan dilakukan pada masa pertumbuhan vegetatif aktif.

Pengendalian alang – alang dikebun mustika dilakukan dengan cara wiping dan spot spraying. Kegiatan pengendalian alang-alang yang di ikuti penulis adalah pengendalian dengan cara spot spraying karena alang–alang yang dikendalikan penyebarannya relatif banyak dan terpencar-pencar. Herbisida yang digunakan adalah Eagle IPA 480 AS. Penggunaan bahan per knapsack adalah 80 cc bahan dan dicampur dengan 7 liter air, sehingga konsentrasi semprot yang digunakan adalah 1.14 %. Dosis pengendalian lalang dengan racun berbahan aktif Glyphosate IPA adalah 3.5-4.5 l/ha, sementara dosis yang digunakan kebun Mustika adalah 1 l/ha.

Panen. Panen adalah pemotongan tandan buah segar dari pohon hingga

pengangkutan ke pabrik. Panen adalah pekerjaan penting di perkebunan kelapa sawit karena langsung menjadi sumber pemasukan uang ke perusahaan melalui penjualan minyak kelapa sawit (MKS) dan inti kelapa sawit (IKS). Keberhasilan panen akan menunjang pencapaian produktivitas tanaman, dan keberhasilan panen didukung oleh pengetahuan pemanen tentang persiapan panen, kriteria matang panen, rotasi panen, sistem panen dan sarana panen.

(30)

28

a. Persiapan panen

Persiapan panen adalah kegiatan pra panen yang akan menunjang keberhasilan panen. Persiapan panen di kebun Mustika meliputi pembuatan TPH, pembukaan piringan dan pasar rintis, pengerasan jalan, serta pemasangan titi panen untuk areal TBM, sementara untuk areal TM, kegiatan yang dilakukan adalah perbaikan jalan dan titi panen.

b. Kriteria matang panen

Penentuan kriteria matang panen sangat penting untuk dilakukan agar tenaga kerja panen memotong tandan buah yang benar. Kriteria matang panen Kebun Mustika yaitu, apabila terdapat 5 berondolan di piringan, maka buah telah layak untuk dipanen. Tandan dikatakan masak apabila terdapat > 10 berondolan di piringan saat buah telah diturunkan. Berondolan hanya 1-4 butir, buah dinyatakan mentah dan berondolan 5 – 9 butir buah dinyatakan kurang matang. Data pengamatan derajat kematangan buah kebun Mustika disajikan dalam Tabel 4 dan Tabel 5.

Tabel 4. Hasil Pengamatan Derajat Kematangan Buah

Kemandoran I (Tandan) Kemandoran II (Tandan) Pemanen Mentah Kurang

Matang Matang Busuk Mentah Kurang Matang Matang Busuk

5 2 36 2 1 - 34 1 - - 47 - 1 1 36 1 1 - 28 - - - 29 1 - - 36 1 - - 28 2 - 2 33 - - - 32 2 - - 21 1 1 - 28 1 - 1 32 - 1 - 34 - - - 38 - - - 21 6 - - 35 - - - 31 - - - 39 1 - - 35 1 Sub Total 6 5 345 5 4 1 308 15 Total 361 328

Sumber : Hasil Pengamatan, 2008

c. Sistem panen

Sistem panen yang digunakan Kebun Mustika adalah block harvesting system (BHS). BHS adalah sistem panen yang kegiatan panennya setiap hari kerja terkonsentrasi pada satu seksi panen tetap berdasarkan interval yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaannya, BHS dikelompokan menjadi tiga, yaitu BHS

(31)

29 non DOL (division of labour), BHS by DOL 2, dan BHS by DOL 3. Perbedaan ketiga sistem BHS ini yaitu, dalam BHS non DOL kegiatan panen yang meliputi potong buah, kutip berondolan dan angkut janjang dan berondolan ke TPH dilakukan oleh satu orang atau satu hancak panen diselesaikan oleh satu orang tenaga kerja panen.

BHS by DOL 2, merupakan kegiatan panen dimana satu hancak panen diselesaikan oleh dua orang tenaga kerja yaitu pemotong buah (cutter) dan pengutip berondolan (picker). Pemanen cutter bertanggung jawab dalam hal kegiatan potong buah dan mengangkut TBS ke TPH dan pemanen picker bertanggung jawab untuk mengambil seluruh berondolan. Sementara BHS by DOL 3, merupakan kegiatan pemanenan dimana satu hancak panen diselesaikan oleh tiga orang tenaga kerja, yang terdiri atas cutter, picker dan carrier (pengangkut janjang panen ke TPH) dan sistem BHS yang di terapkan di Kebun Mustika adalah BHS by DOL 2.

Tabel 5. Hasil Pengamatan Persentase Derajat Kematangan Buah Tandan Buah Sampel Persentase (%)

Kemandoran Total Mentah Kurang

Matang Matang Busuk Mentah Kurang Matang Matang Busuk

1 361 6 5 345 5 1.66 1.38 95.56 1.38

2 328 4 1 308 15 1.22 0.30 93.90 3.96

Rata-rata

Total 345 5 3 327 10 1.44 0.84 94.73 2.67

Sumber : Hasil Pengamatan, 2008

d. Rotasi dan Seksi panen

Rotasi panen adalah selang waktu panen (hari) yang dilakukan pada satu ancak panen. Rotasi panen atau interval panen merupakan faktor pembatas dalam menentukan produksi TBS, kualitas/mutu buah, mutu transport, pengolahan TBS di PKS serta biaya eksploitasi. Rotasi panen kebun mustika adalah 6/7 artinya dalam 1 minggu terdapat 6 hari panen sehingga dalam 1 divisi terdapat 6 seksi panen.

Seksi panen adalah luasan areal yang harus diselesaikan oleh pemanen di satu divisi dalam satu hari panen. Kebun Mustika memiliki 6 Seksi Panen, yaitu seksi A – seksi F. Penetapan seksi panen ini searah jarum jam.

(32)

30 Seksi panen disusun sedemikian sehingga satu seksi dipanen dalam satu hari, mempermudah pindah hancak dari satu blok ke blok lain, mempermudah kontrol supervisi, transport buah lebih efisien, serta out put pemanen lebih tinggi.

Penetapan seksi panen harus mempertimbangkan rotasi panen/ tahun dan umur pusingan normal yang dikehendaki, luas areal TM unit kebun dan divisi, kondisi topografi, luas blok, potensi ton/ha blok, posisi blok terhadap blok lain, jumlah dan sebaran pokok produktif, dan jam kerja dalam 1 minggu sesuai ketentuan pemerintah.

e. Angka kerapatan panen dan taksasi harian

AKP ditentukan dengan menghitung jumlah tandan buah yang akan dipanen keesokan harinya. AKP dihitung dengan menggunakan pohon sampel. Sampel yang diambil sebanyak 10 % dari total populasi pada blok yang akan di panen. AKP dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

AKP = Jumlah tandan matang x 100 % Jumlah pohon sampel

AKP digunakan untuk menghitung taksasi harian panen. Taksasi adalah perkiraan atau ramalan produksi kebun. Taksasi digunakan untuk memperkirakan kebutuhan tenaga kerja panen dan kebutuhan truk pengangkut TBS. Taksasi dilakukan oleh mandor panen di setiap kemandoran panen. Taksasi panen dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Taksasi = AKP x populasi blok x berat janjang rata-rata (BJR) tiap blok. data pengamatan AKP dan taksasi harian (sampel divisi II) disajikan dalam Tabel 6 dan Tabel 7.

Tabel 6. Hasil Pengamatan Angka Kerapatan Panen

Penulis Mandor

Blok Pokok

sample Janjang sampel AKP (%) AKP (%)

C 23 148 44 30 28

C 25 327 67 21 28

D 23 373 78 21 24

Sumber : Hasil Pengamatan, 2008

f. Peralatan dan perlengkapan panen

Peralatan dan perlengkapan panen merupakan sarana penunjang keberhasilan panen. Peralatan dan perlengkapan panen harus dibawa setiap hari.

(33)

31 Peralatan dan perlengkapan panen yang digunakan di kebun Mustika adalah dodos dengan pipa besi (untuk tanaman TM berumur kurang dari 7 tahun) dan egrek dengan pipa aluminium (untuk tanaman TM berumur lebih dari 7 tahun) untuk memotong tandan buah.

Tabel 7. Taksasi Harian Potong Buah Taksasi

Penulis Mandor

Blok Populasi BJR AKP

(%) Tandan Panen Produksi (ton) AKP (%) Tandan Panen Produksi (ton)

Aktual PKS (ton) C 23 1 480 18.6 30 444 8 258 28 414 7 700 6 210 C 25 3 270 17.9 21 687 12 297 28 916 16 396 13 650 D 23 3 731 11.8 21 784 9 251 24 895 10 561 9 530 Sumber : Hasil Pengamatan, 2008

Gancu untuk mengangkat buah dan menyusun buah di TPH, ankong untuk mengangkut TBS dan berondolan ke TPH, bambu sogrokan untuk mengutip berondolan di ketiak pelepah, ember sebagai tempat penampung berondolan sementara dan menakar jumlah berondolan yang didapat di TPH (1 ember setara dengan 6 kg berondolan), karung sebagai alas berondolan di TPH dan kapak untuk memotong gagang TBS.

g. Tenaga kerja panen

Tenaga kerja panen Kebun Mustika (Gambar 4) terdiri atas dua, yaitu tenaga kerja pemotong buah (cutter) dan tenaga kerja pengutip berondolan (picker). Cutter merupakan karyawan SKU kebun yang memiliki basis tugas yang harus dicapai, sementara picker merupakan karyawan lepas kebun, yang hasil pekerjaannya dihitung borongan dengan harga Rp 80/kg berondolan yang dikutip.

(34)

32 Pengorganisasian tenaga kerja panen penting untuk dilakukan agar kegiatan panen berjalan dengan lancar. Perencanaan pemanen cutter kebun Mustika PT SHE dilakukan berdasarkan luas areal untuk masing-masingpemanen yang telah ditetapkan oleh pihak kebun, yaitu 4 ha untuk kondisi panen puncak dan buah banyak, 5 ha untuk kondisi buah normal, 5.5 untuk kondisi buah sedikit dan luas areal rata-rata pemanen kebun Mustika adalah 4.83 ha. Kebutuhan pemanen dihitung berdasarkan luasan seksi panen yang akan dipanen dan luas areal rata-rata pemanen, kebutuhan pemanen Kebun Mustika (Tabel 8) dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Pemanen = luas seksi panen Luas areal rata-rata pemanen

Tabel 8. Kebutuhan Tenaga Kerja dan Kemandoran Panen Kebun Mustika Luas Areal Panen (ha) Tenaga Kerja (Cutter) Kemandoran Panen Divisi Total Per Hari Perhitungan Realisasi Perhitungan Realisasi

I 1 243 207 43 42 4 3

II 652 109 22 21 2 2

III 940 157 32 29 3 3

Total 2 835 473 97 92 9 8

Sumber : Kantor Besar Kebun Mustika, 2008

Pengontrolan tenaga kerja panen perlu dilakukan untuk mengetahui apakah hasil kerja pemanen baik secara kualitas maupun kuantitasnya telah sesuai dengan Standard Operational Procedure (SOP) panen dan standard kerja kebun, serta agar produksi yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Pengontrolan tenaga kerja panen dilakukan dengan mengamati kualitas dan kuantitas kerja pemanen. Data pengamatan kualitas kerja pemanen cutter dan picker Kebun Mustika disajikan dalam Tabel 9 dan 10.

Tabel 9. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Kualitas Cutter Kemandoran Total

Janjang Panen

Matang

Tidak Panen Sengkleh Pelepah Prunning Over

1 2 038 9 78 24

2 1 923 1 58 34

Total 3 961 10 136 58

Rata-rata/TKP 198 0.50 7 3

Persentase (%) 0.25

(35)

33 Pengamatan kualitas kerja panen yang dilakukan meliputi pengamatan pelepah sengkleh, persentase buah matang tidak dipanen, dan over pruning untuk pemanen cutter. Pengamatan pemanen picker dilakukan berdasarkan berondolan tinggal, baik berondolan tinggal di piringan, pasar rintis, pokok dan gawangan mati.

Tabel 10. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Kualitas Picker

Berondolan Tinggal % Tinggal Total Janjang

panen sample

Pokok panen

sampel Piringan Pohon Pasar Rintis Gawangan Mati Total Janjang Per Pohon Per

389 347 498 268 113 82 961 2.47 2.770

409 358 395 281 81 38 795 1.94 2.220

Total rata-rata 447 275 97 60 878 2.20 2.495 Sumber : Hasil Pengamatan, 2008

Panjang Gagang TBS merupakan salah satu parameter pengamatan kualitas kerja pemanen cutter yang penulis amati (Tabel 11). Gagang TBS harus dipotong karena gagang TBS hanya menambah biaya bagi PKS dan kebun sebab gagang hanya menambah berat semu TBS dan gagang bukan bagian dari TBS yang menghasilkan minyak, melainkan penyerap minyak saat pengolahan sehingga mengurangi perolehan minyak.

Tabel 11. Persentase Gagang Panjang di Kebun Mustika

% gagang Panjang TKP TPH ke.. Jumlah

sampel Jumlah gagang

panjang Per TPH pemanen Per

1 30 0 0 1 2 30 0 0 0 1 30 0 0 2 2 30 1 3.33 1.66 1 30 9 30.00 3 2 30 0 0 30.00 1 30 1 3.33 4 2 30 1 3.33 3.33 1 30 0 0 K em an do ra n 1 5 2 30 1 3.33 1.66 1 30 1 3.33 1 2 30 1 3.33 3.33 1 30 1 3.33 2 2 30 1 3.33 3.33 1 30 4 13.33 3 2 30 1 3.33 8.33 1 30 4 13.33 4 2 30 2 6.66 10.00 1 30 1 3.33 K em an do ra n 2 5 2 30 0 0 1.66 Total rata-rata 4.833

(36)

34 Departement QA Minamas Plantation membuat kriteria batasan gagang, yaitu panjang gagang tidak boleh lebih dari 5 cm atau memotong gagang semepet mungkin dengan pangkal tandan. TBS bergagang panjang harus di potong berbentuk huruf V atau dikalangan pemanen populer dikenal istilah “cangkem Kodok”.

Kuantitas kerja pemanen Mustika dinilai berdasarkan persentase siap borong (Tabel 12) serta prestasi pemanen (ton/ hk atau ha/hk) (Tabel 13). Persentase siap borong Kebun Mustika dihitung dengan rumus sebagai berikut : persentase siap borong = Jumlah pemanen siap borong x 100 %

Jumlah pemanen

h. Pengangkutan tandan buah segar

Kegiatan pengangkutan TBS dan berondolan terdiri atas dua tahap, yaitu pengangkutan dari hancak ke TPH, dan pengangkutan dari TPH ke PKS (Gambar 5). Pengangkutan TBS memiliki tujuan mengirim TBS dan berondolan ke pabrik dalam keadaan baik melalui penanganan secara hati-hati dan menjaga jadwal pengiriman TBS dan buah secara tepat, sehingga pabrik kelapa sawit dapat bekerja secara optimal.

Tabel 12. Rekapitulasi Persentase Siap Borong di Kebun Mustika 2008

Jumlah pemanen Siap borong

Tahun Tanam Jumlah

Pemanen Pemanen % 1995 2 971 1 950 66 1996 6 974 3 830 55 1997 1 887 1 012 54 1998 1 400 1 108 79 1999 1 272 774 61 2001 288 198 69 Total 14 792 8 872 60

Sumber : Kantor Besar Kebun Mustika, 2008

Kegiatan transport buah merupakan mata rantai dari tiga faktor yaitu panen, pengolahan dan pengangkutan. Ketiga faktor ini merupakan faktor terpenting dan saling mempengaruhi. Pengelolaan transport buah memiliki 6 sasaran yang harus dicapai. Keenam sasaran tersebut yaitu, meningkatkan kualitas TBS,

(37)

35 meningkatkan produktivitas kendaraan, menjaga agar asam lemak bebas (ALB) produksi harian 2-3 %, kapasitas dan kelancaran pengolahan di pabrik, keamanan TBS di lapang serta cost (Rp/kg TBS) transport yang minimal. Efisiensi pengangkutan TBS akan tercapai apabila unit angkutan memuat TBS secara maksimal dengan waktu seefisien mungkin. Data pengamatan muatan dan waktu muat Mustika estate di sajikan dalam Tabel 14.

Tabel 13. Prestasi Tenaga Kerja Panen di Kebun Mustika 2008

Parameter Satuan Januari Febuari Maret April Mei Rata-rata ha Panen

aktual ha 6 348.000 8 899.000 6 191.000 9 153.000 6 766.000 7 471.400 Produktivitas

Panen ton/hk 1.860 1.217 1.472 1.179 1.194 1.384 ha cutter ha/hk 3.280 4.650 3.990 4.740 3.500 4.032

Sumber : Kantor Besar Kebun Mustika, 2008

Kegiatan pengangkutan harus terorganisasi dengan baik agar dapat berjalan dengan lancar. kendaraan angkut buah Kebun Mustika dikelola oleh traksi kebun. Pengaturan unit untuk tiap divisi Kebun Mustika dilakukan oleh seorang senior asisten yang dibantu oleh kerani transport traksi. Setibanya kendaraan di divisi, pengaturan unit dilakukan oleh kerani transport divisi. Secara garis besar pelaksanaan kegiatan pengangkutan adalah sebagai berikut :

Gambar 9. Pengangkutan TBS ke PKS

Kerani transport traksi menempatkan truk-truk ke setiap divisi. Setibanya di divisi, supir melapor ke kantor divisi dan selanjutnya truk diarahkan oleh kerani transport divisi ke blok yang akan dimuat. Setelah tiba di blok yang akan dimuat,

(38)

36 pengangkutan dilakukan dengan cara mendatangi TPH-TPH, dimulai dari ujung blok hingga semua TPH selesai dimuat.

Tabel 14. Hasil Pengamatan Kegiatan Pengangkutan di Kebun Mustika Total Muatan Waktu Muat

Jenis

Kendaraan Janjang Berondolan

(kg) PKS (ton) Aktual Total Efektif

Jumlah

kenek Waktu Muat PS 135 501 1 626 10 960 3 jam 2 jam 10 mnt 2 Pagi PS 135 410 972 9 500 2 jam 15 mnt 1 jam 28 mnt 4 Pagi PS 120 452 1 002 7 660 2 jam 10 mnt 1 jam 30 mnt 4 Siang PS 120 295 600 5 800 2 jam 10 mnt 1 jam 15 mnt 2 Siang Hino 495 642 10 410 3 jam 42 mnt 2 jam 9 mnt 2 Siang Hino 487 1 104 10 550 2 jam 23 mnt 1 jam 35 mnt 2 Pagi Traktor Ford 542 1 944 8 720 4 jam 05 mnt 2 jam 11 mnt 2 Pagi

Rata – Rata 2 jam 42 mnt 1 jam 46 mnt Sumber : Hasil Pengamatan, 2008

Apabila truk telah penuh dan masih ada TPH yang belum termuat, maka unit angkutan selanjutnya akan masuk ke blok tersebut dan memuat TPH-TPH yang belum termuat. TPH yang dimuat adalah TPH yang TBS dan berondolannya telah tersusun rapi, dicek dan dicatat oleh kerani panen. TBS dan berondolan tersebut kemudian dimuat ke dalam truk oleh kenek dengan menggunakan tojok besi dan gancu serta karung untuk memuat berondolan ke atas truk. Setelah selesai, truk kembali ke kantor Divisi untuk mengambil surat pengantar buah (SPB). Setelah selesai mengantar buah ke PKS, truk kembali lagi ke kantor Divisi untuk menyerahkan surat hasil timbang dan melakukan kegiatan muat kembali apabila buah masih banyak di lapangan.

Tabel 15. Hasil Pengamatan Kualitas Kerja Kenek Rata-rata Tinggal (butir) Rata-rata Muat (kg) Persentase Tinggal (%) Jumlah

Kenek Jenis Truk Jumlah TPH Berondolan Tinggal (butir) Berondolan Muat (kg) Tandan Muat TPH Jjg TPH Jjg TPH Jjg Brndln muat 2 PS 135 42 641 1 626 501 16 1 38.70 3.30 0.55 0.40 0.53 4 PS 135 29 124 972 410 5 1 33.50 2.40 0.20 0.55 0.17 4 PS 120 24 168 1 002 452 7 1 41.75 2.20 0.22 0.60 0.22 2 PS 120 35 185 600 295 6 1 17.10 2.10 0.47 0.66 0.41 2 Hino 31 247 642 495 8 1 20.70 1.30 0.52 1.03 0.50 2 Hino 38 356 1 104 487 10 1 29.10 2.30 0.46 0.59 0.43 2 Ford 27 1 249 1 944 542 47 3 72.00 3.60 0.87 1.11 0.86 Total 226 2 970 7 890 3 182 13 1 34.90 2.50 0.49 0.53 0.50 1 ember berondolan = 6 kilogram = 449 butir

1 kg berondolan = 75 butir Sumber : Hasil Pengamatan, 2008

(39)

37 Kebutuhan kendaraan angkut buah harus diperhitungkan dengan baik dan benar agar seluruh hasil panen dapat terangkut ke PKS. Kebutuhan kendaraan Kebun Mustika dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Jumlah kendaraan = ( produksi hari ini x waktu per trip ) : waktu muat 1hk

kapasitas kendaraan

Kebutuhan unit kebun Mustika untuk setiap Divisi disajikan dalam Tabel 16. Tabel 16. Kebutuhan Kendaraan Angkut Buah di Kebun Mustika

Kebutuhan Unit Angkutan Divisi

Produksi Harian

Rata-Rata (ton) Perhitungan Realisasi

I 93 4 unit Hino 4 unit Hino

II 44 3 unit PS 120 3 unit PS 120

III 62 2 unit Hino dan 1 unit PS 120 2 unit Hino dan 1 unit PS 120 Sumber : Hasil Pengamatan, 2008

Pengontrolan kegiatan angkut buah perlu dilakukan agar kegiatan pengangkutan berjalan dengan lancar. Mengamati produktivitas kendaraan angkut buah merupakan salah satu parameter untuk menyatakan apakah kegiatan pengangkutan telah berjalan dengan baik. Produktivitas kendaraan angkut adalah banyaknya muatan yang mampu diangkut oleh kendaraan angkut dalam satu hari kerja. Produktivitas kendaraan angkut buah Kebun Mustika disajikan dalam Tabel 17.

Tabel 17. Produktivitas Angkutan Kebun Mustika 2008 Unit Produktivitas

Total (ton)

Produktivitas rata- rata per bulan (ton) Produktivitas rata – rata per hk (ton) Rata – rata total per hk (ton) 02 1 313 329 13.16 03 917 229 9.16 04 1 327 332 13.28 05 2 015 504 20.16 06 926 232 9.28 H IN O 07 2 685 671 26.84 15.300 08 827 207 8.28 09 1 041 260 10.40 10 1 237 309 12.36 PS 1 20 11 1 468 367 14.68 11.430

Total rata – rata 13.365

(40)

38

i. Administrasi panen

Administrasi panen wajib dilakukan secara up to date dan akurat, dengan tujuan tersajinya data hasil kerja pada hari tersebut, sebagai salah satu alat bantu dalam proses supervisi, sebagai salah satu data pendukung dalam pembuatan daftar pembayaran karyawan (upah dan premi) serta sebagai alat ukur tingkat efisiensi dan efektifitas pengelolaan organisasi panen.

Administrasi panen dilakukan oleh mandor panen, mandor 1, kerani panen, kerani transport, serta kerani divisi. Administrasi panen Kebun Mustika ada 14 macam, yaitu : buku kegiatan mandor (BKM), pusingan potong buah, pemeriksaan mutu buah dan mutu hancak, rekapitulasi pemeriksaan mutu buah dan mutu hancak, buku penerimaan buah dan berondolan, notes potong buah, surat pengantar buah (SPB), taksasi produksi, croop book, laporan potong buah (LPB), laporan kutip berondolan, laporan produksi dan biaya, laporan rekapitulasi produksi harian, dan deklarasi TBS

j. Basis dan premi panen

Kebun Mustika menetapkan dua jenis basis untuk pemanen cutter, yaitu basis borong dan basis lebih borong. Basis borong adalah jumlah janjang yang harus diselesaikan dalam satu hari panen oleh setiap pemanen dan basis lebih borong adalah jumlah janjang yang didapat melebihi basis tugas. Basis borong pemanen cutter terbagi atas tiga tahapan, yaitu P0, P1,P2, dan pemanen cutter dinyatakan mendapat basis lebih borong apabila jumlah janjang yang didapat melebihi basis borong P2. Basis borong hari Jumat berbeda dengan basis borong hari biasa, hal ini disebabkan jam kerja hari Jumat hanya 5 jam.

Basis yang ditetapkan kebun Mustika untuk pemanen picker adalah basis borong, yaitu jumlah kg berondolan yang didapat dihitung sebagai borongan dan tidak mendapat premi.

Premi panen adalah memberikan penghargaan berupa uang atas kelebihan prestasi kerjanya, dalam bentuk TBS per kg dari TBS kelebihan basis borong. Pemberian premi bertujuan untuk memotivasi pemanen agar memperoleh hasil yang optimal. Premi diberikan tidak hanya kepada pemanen, tetapi juga kepada supervisi, baik itu mandor panen, kerani panen, kerani transport dan mandor I.

Gambar

Tabel 1. Daftar Jenis Tanah Kebun Mustika
Tabel 3. Karyawan Staf dan Non Staf di Kebun Mustika
Gambar 2. Menanam Kelapa Sawit
Gambar 2. Sensus Daun di TBM
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada dasarnya pembelajaran IPS berupaya mengembangkan kesadaran siswa dalam berhubungan dengan orang lain disekitarnya. Siswa diharapkan mampu memahami kondisi sosial

)ang dimiliki oleh setiap wila)ah mudah didapat. ;al ini juga dipengaruhi letak  topogra3i suatu wila)ah di Pro4insi Bengkulu )ang meliputi dataran tinggi, dataran rendah,

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa metode kecerdasan kinestetis dalam upaya perbaikan teknik pernapasan dan

Dalam penelitian ini Personal Relationship yang mendapat kepuasan tertinggi berarti, Majalah SCG dapat digunakan untuk mencari topik untuk berdiskusi, serta

Sumber Data, Identifikasi Variabel, Metode Analisis, Langkah Analisis Gambaran Umum Perum BULOG, Metode ARIMA, Metode Double Exponential Smoothing.. Peramalan harga beras

bersamaan. Sebagai contoh : anda dapat menunjukkan bahwa sesuatu adalah sejenis dengan mengumpulkan mereka bersama di bawah judul, menampilkan mereka dengan gaya

[r]

Dalam penulisan hukum ini, penulis menyampaikan 1 (satu) buah kasus tindak pidana narkotika yang terdakwanya divonis pidana mati oleh Pengadilan Negeri Sleman