• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skala Pengukuran Dalam Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Skala Pengukuran Dalam Penelitian"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Skala Pengukuran Dalam Penelitian

Lian G. Otaya

IAIN Sultan Amai Gorontalo ABSTRAK

Skala merupakan hasil pengukuran yang terdiri atas beberapa jenis skala yang bervariasi. Pengukuran diartikan sebagai proses membedakan sesuatu (The process by which things are differentiated), sedang secara operasional, Pengukuran adalah penerapan aturan bilangan pada obyek atau fenomena tertentu, dalam suatu penelitian Kuantitatif pengukuran dikenakan pada variabel yang kita teliti. Dengan kata lain pengukuran bermakna menandai nilai-nilai suatu variabel dengan tanda bilangan tertentu secara sistematis.

Maksud dari skala pengukuran ini untuk mengklasifikasikan apa yang akan diukur, agar tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data. Jenis-jenis skala pengukuran yang umumnya sering digunakan adalah: skala likert, skala guttman, skala diferensial semantic, rating scale, dan skala thurstone. Skala-skala ini dikenal dengan skala interval dan ratio yang sering digunakan untuk mengukur gejala dalam penelitian.

Kata Kunci : Skala Pengukuran, Penelitian. A. Pengertian Skala Pengukuran

Jika kita amati suatu objek di kehidupan sehari-hari apa yang kita lihat, kita dengar, kita rasakan mengalami perubahan dari waktu ke waktu, sehingga menimbulkan perbedaan antara objek yang satu dengan objek yang lainnya, maka semua itu dapat kita sebut dengan bervariasi. Dalam istilah statistik, objek yang bervariasi disebut variabel.

Variabel adalah karakteristik yang dapat diamati dari sesuatu (objek), dan memberikan bermacam-macam nilai atau beberapa kategori.1 Contohnya: berat badan setiap orang adalah variasi, tinggi badannya juga bervariasi, sebab semua objek beratnya tidak sama dan suatu objek dapat saja berubah dari waktu ke waktu. Demikian halnya dengan usia, jenis kelamin, hasil belajar, kecepatan, kekuatan, kemampuan, dan apa saja yang merupakan ciri-ciri suatu objek (orang atau benda), dapat diamati dan berbeda dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya disebut variabel. Dan variabel ini adalah sebagai data mentah untuk statistik.

Apabila data dari suatu variabel akan dipergunakan dalam analisis statistik maka data itu harus tersusun dengan cara yang sistematis. Kita perlu mendefinisikan setiap variabel

1Suwarno, Bambang. Pengantar Aplikasi

Statistika dalam Penelitian Pendidikan.,h.1-2

secara operasional artinya harus mampu menjelaskan dengan langkah-langkah yang perlu sesuai dengan kemungkinan-kemungkinan untuk mengubah nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Contohnya:

Variabel yang diteliti adalah tingkat pemahaman guru tentang asesmen kinerja pada pembelajaran PAI di SMP Kota Gorontalo. Definisi secara operasional terkait dengan pemahaman guru PAI di SMP Kota Gorontalo tentang asesmen kinerja adalah skor yang diperoleh dari jawaban yang diberikan guru terkait dengan pengertian asesmen kinerja, manfaat, kelebihan dan kelemahan asesmen kinerja, bentuk-bentuk asesmen kinerja, teknik dan langkah-langkah asesmen kinerja.

(2)

.No Variabel Dimensi Indikator 1. Pemahaman guru tentang asesmen kinerja pada pembelajaran PAI Memahami pengertian asesmen kinerja

Menjelaskan arti dari asesmen kinerja Mengidentifikasi karakteristik asesmen kinerja

Menentukan perbedaan utama asesmen kinerja dengan asesmen yang lain Memahami manfaat, keuntungan dan kekurangan asesmen kinerja Mengidentifikasi manfaat asesmen kinerja Mengidentifikasi keuntungan asesmen kinerja Mengidentifikasi kekurangan asesmen kinerja Memahami bentuk-bentuk asesmen kinerja Mengidentifikasi bentuk kegiatan asesmen kinerja Definisi seperti itu memerlukan

gambaran yang jelas dari ciri-ciri atau sifat-sifat yang akan diamati dan memerlukan spesifikasi dari kategori yang variasinya perlu dicatat. Para ahli statistik menyebut prosedur pendefinisian variabel secara operasional disebut dengan istilah scalling dan hasilnya disebutscaleatau skala. Skala merupakan hasil pengukuran yang terdiri atas

beberapa jenis skala yang bervariasi.

Menurut Dunn, dkk bahwa “scaling consists of measuring and comparing objects in some meaningful map. although there are several ways to score or place individuals, one way is to ask a respondent to indicate which sentence best describes her or his attitude toward reading. different people might choose different answers. repondents would then be placed at different positions on the scale. although this scale is short and reading interests are rarely in just one dimension, the scale can differentiate subject with varying reading interests”.2 (Skala terdiri dari mengukur dan membandingkan benda-benda dalam beberapa konsep yang bermakna. meskipun ada beberapa cara untuk individu skor atau tempat, salah satu cara misalnya

2Dunn, Peter, dkk. Scalling Method.

(London: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.,Publishers, 2004), h.3-4

dengan meminta responden untuk

menunjukkan mana kalimat paling tepat menggambarkan dirinya atau sikapnya terhadap membaca. Orang yang berbeda mungkin memilih jawaban yang berbeda. Orang tersebut kemudian akan ditempatkan pada posisi yang berbeda pada skala. Meskipun skala ini jarang hanya dalam satu dimensi, skala dapat membedakan subjek dengan berbagai subjek lainya).

Hampir semua skala ditentukan oleh kebiasaan yang berlaku. Usia anak setahun berarti dihitung dari ulang tahunnya yang pertama setelah lahir. Dan setelah hari ulang tahunnya yang kedua, ia berusiar dua tahun dan seterusnya. Jadi untuk usia telah tersedia patokan atau ukuran baku untuk menyusun skalanya. Namun untuk mencatat skala suatu variabel bukan bagian dari variabel tetapi merupakan bagian dari definisi operasionalnya. Meskipun banyak variabel yang telah mempunyai nilai atau kategori (menurut kebiasaan) yang baku, akan tetapi dalam ilmu pendidikan yang sering dipakai misalnya untuk menunjukkan hasil belajar peserta didik diskalakan menjadi tiga kategori “tinggi-sedang-rendah”, yang terpenting adalah penentuan skala hendaknya memperhitungkan dengan matang setiap variabel, terutama mengopersionalkannya sebelum dimasukkan sebagai data mentah dalam analisis statistiknya.

(3)

Dengan demikian dalam membuat skala harus merupakan definisi operasional suatu variabel dan sangat penting sebagai cara untuk mempersiapkan data dalam suatu statistik. Perlu diingat oleh kita semua, bahwa skala data itu bermacam-macam dari skala yang terdiri dari dua kategori tak berurutan hingga skala yang sangat kompleks yang didalamnya merupakan serangkaian kelas-kelas dengan jarak atau rentang yang sama dimulai dari titik nol.

Sementara yang dimaksud dengan pengukuran diartikan sebagai proses membedakan sesuatu (The process by which things are differentiated), sedang secara operasional, Pengukuran adalah penerapan aturan bilangan pada obyek atau fenomena tertentu, dalam suatu penelitian Kuantitatif pengukuran dikenakan pada variabel yang kita teliti. Dengan kata lain pengukuran bermakna menandai nilai-nilai suatu variabel dengan tanda bilangan tertentu secara sistematis.

Tiga kata kunci yang diperlukan dalam pengukuran adalah angka, penetapan, dan aturan. Angka tidak lain dari sebuah simbol dalam bentuk 1, 2, 3, dan seterusnya, atau I, II, III, dan seterusnya, yang tidak mempunyai arti, kecuali diberikan arti kepadanya. Jika pada angka telah dikaitkan arti kuantitatif, maka angka tersebut telah berubah menjadi nomor. Selanjutnya, penetapan atau pemberian adalah memetakan (mapping) dan aturan tidak lain dari panduan atau perintah untuk melaksanakan sesuatu. Pengukuran yang baik, harus mempunyai sifat isomorphism dengan realita artinya terdapat kesamaan yang dekat antara realita sosial yang diteliti dengan ”nilai” yang diperoleh dari pengukuran. Oleh karena itu, suatu instrumen pengukur dipandang baik apabila hasilnya dapat merefleksikan secara tepat realitas dari fenomena yang hendak diukur.

Seorang guru misalnya, ingin mengukur prestasi 8 orang siswanya. Prestasi didefinisikan dalam hal ini sebagai kompetensi dalam ilmu hitung yang meliputi menambah, mengurangi, mengali, membagi, menarik akar, menggunakan pecahan, menarik logaritma, dan menggunakan desimal. Skor yang diberikan adalah dari 10 (yang terpandai) dan 1 (yang terendah). Pengukuran prestasi dari kedelapan siswa tersebut diperoleh nilai: 7, 7, 5, 4, 4, 3, 2, dan 1. Namun sebenarnya, secara realita prestasi kedelapan murid tersebut adalah: 9, 6,

3, 5, 4, 4, 2, 1. Apabila kita jajarkan prestasi yang diukur dengan prestasi realita dari kedelapan siswa tersebut, maka dapat divisualisasikan pada gambar 2.1 berikut ini.

9 8 8 7 7 6 6 5 5 4 4 3 3 2 2 1 1 0 Realita Pengukuran

Hubungan isomorfis antara realitas dan ukuran Gambar di atas, menunjukkan beberapa kenyataan, yaitu: (1) hanya 3 kasus dari 8 ukuran yang sebenarnya cocok dengan realita, (2) sebuah kasus sangat menyimpang dari realita, dan (3) menurut realita, prestasi dari kedelapan siswa tersebut bergerak dari 0 sampai 9, sedangkan dalam pengukuran, prestasi murid mempunyai jangka dari 1 sampai 8. Dalam penelitian yang sebenarnya, peneliti tidak tahu tentang realita. Namun, seorang peneliti harus selalu mempertanyakan apakah prosedur pengukuran yang dipakainya isomorphik dengan realita? Walaupun realita tidak diketahui, peneliti harus menguji, tentunya dengan teknik tertentu, apakah pengukurannya mempunyai isomorphisme dengan realita.

B. Jenis Skala Pengukuran

Statistik bekerja dengan angka-angka, sedangkan angka-angka tersebut berasal dari perhitungan kuantitas atas suatu objek maupun penilaian yang bersifat kuantitatif atas suatu objek. Dengan demikian maka data yang akan dianalisis dengan statistik harus berbentuk angka-angka. Apabila data yang ditemui belum berbentuk angka, langkah awal yang harus dilakukan adalah melakukan perubahan data angka berbentuk angka dengan menggunakan skala pengukuran. Maksud dari skala pengukuran untuk mengklasifikasikan variabel yang akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data statistik. Jenis-jenis skala pengukuran ada empat, yaitu skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala ratio yang akan dijelaskan sebagai berikut.

(4)

Skala nominal adalah skala yang paling sederhana disusun menurut jenis (kategorinya) atau fungsi bilangan. Dengan kata lain skala nominal yaitu angka yang tidak mempunyai arti hitung. Angka yang diterapkan hanya merupakan simbol/tanda dari objek yang akan dianalisis.3

Misalnya:

Seorang guru menghadapi data yang berkaitan dengan jenis kelamin (perempuan dan laki-laki). Agar guru dapat menggunakan data statistik dalam analisisnya, dituntut untuk melakukan perubahan data tersebut menjadi bentuk angka yaitu menggunakan angka 1 sebagai simbol siswa perempuan dan angka 2 sebagai simbol laki-laki, maka angka 1 dan 2 merupakan inisial dari jenis kelamin perempuan dan laki-laki.

Dari contoh di atas, guru akan selalu berhadapan dengan angka 1 dan angka 2. Dalam hal ini angka 2 tidak berarti lebih besar daripada angka 1, karena angka-angka tersebut hanya sebagai simbol atau kode saja. Sepanjang angka-angka yang digunakan oleh guru di atas hanya sebagai simbol atau kode saja, maka angka tersebut dimasukkan sebagai kelompok data yang berskala nominal. Sehingga ciri-ciri skala nominal antara lain: hasil perhitungan tidak dijumpai bilangan pecahan, angka yang tertera hanya label saja, tidak mempunyai urutan rangking, tidak mempunyai ukuran baru, dan tidak mempunyai nol mutlak.4 Analisis statistik yang digunakan adalah statistik nonparametrik.

2. Skala Ordinal

Skala ordinal adalah skala yang didasarkan pada rangking diurutkan dari jenjang yang lebih tinggi sampai jenjang terendah atau sebaliknya. Skala ordinal juga dikatakan sebagai suatu skala yang sudah mempunyai daya pembeda, tetapi perbedaan antara angka yang satu dengan angka yang lainnya tidak konsisten (tidak mempunyai interval yang tetap).5

3Irianto, Agus.Statistik Konsep Dasar dan

Aplikasinya.,h.18

4Riduwan & Akdon. Rumus dan Data

dalam Analisis Statistika.,h.12

5Irianto, Agus.Statistik Konsep Dasar dan

Aplikasinya.,h.18

Misalnya: Hasil ujian akhir mata pelajaran PAI di Kelas IX di SMP menyatakan bahwa:

1) Siswa A Sebagai Juara 1 2) Siswa B Sebagai Juara 2 3) Siswa C Sebagai Juara 3, dst..

Contoh data di atas, angka 1 mempunyai nilai lebih tinggi dari angka 2 maupun 3, tetapi sakla ini tidak bisa menunjukkan perbedaan antara siswa A, B, dan C secara pasti. Juara 1 tidak berarti mempunyai kemampuan dua kali lipat juara 2 maupun mempunyai kemampuan tiga kali lipat dari kemampuan juaran 3. Di samping itu perbedaan kemampuan antara siswa juara 1 dengan siswa juara 2, juga berkemungkinan besar tidak sama dengan perbedaan kemampuan siswa juara 2 dengan siswa juara 3. Dengan demikian rentangan kemampuan siswa untuk rentangan kemampuan masing-masing juara tidak selalu sama (tetap), walaupun angka yang dipakai sebagai pengganti mempunyai rentangan yang sama. Penggunaan angka-angka tidak selamanya berpedoman angka kecil adalah yang lebih baik, sehingga dapat menggunakan dasar bahwa angka yang lebih besar adalah yang lebih baik. Mengingat posisi angka sebagai pengganti baik buruk, besar kecilnya suatu data, maka dalam melakukan deskripsi atas hasil analisis statistik harus hati-hati. Sifat konsisten harus dijalankan mulai pemberian kode sampai deskripsi. Analisis statistik yang digunakan adalah statistik nonparametrik. 3. Skala Interval

Skala interval adalah skala yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama. Skala interval juga dikatakan sebagai suatuskala yang mempunyai rentangan konstan antara tingkat satu dengan yang aslinya, tidak mempunyai angka 0 mutlak.6 Misalnya: nilai siswa mempunyai rentangan 0 sampai dengan 10, atau 0 sampai dengan 100.

Contoh:Mengurutkan kepuasan siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran PAI

Sangat Puas 

Puas 

Cukup Puas 

Kurang Puas 

(5)

Tidak Puas 

Memperlihatkan jarak (interval)

Standar nilai mahasiswa PAI untuk mencapai IPK:

Huruf A=4; Huruf B=3; Huruf C=2; Huruf D=1; dan Huruf E=1

Nilai intervalnya:

A dengan B 4 - 3 = 1 B dengan D 3 - 1 = 2

A dengan D 4 - 1 = 3 dan seterusnya Nilai interval A dengan D, interval D dengan C adalah:

=(A-C) + (C-D)=(4-2)+((2-1)=3

Dari contoh di atas, menunjukkan skala ini dapat memberi gambaran tentang objek yang dinilai secara konsisten. Sepanjang analisis skala tersebut didasarkan pada penjumlahan skor untuk setiap item, maka skor yang terkumpul dapat dikategorikan berskala interval. Analisis statistik yang digunakan adalah statistik parametrik

4. Skala Ratio

Skala ratio adalah skala pengukuran yang mempunyai nilai nol mutlak dan mempunyai jarak yang sama. Misalnya umur seseorang dan ukuran timbangan berat badan badan seseorang keduanya tidak memiliki angka nol negatif. Artinya seseorang tidak dapat berumur di bawah nol tahun dan seseorang harus memiliki timbangan di atas nol pula. Jika berat badan seseorang adalah 0, maka orang tersebut benar-benar tidak mempunyai berat. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa angka 0 mempunyai arti tersendiri (0 adalah mutlak adanya). Siswa yang mempunyai tinggi badan 160 cm adalah ¾ tinggi badannya 120 cm. Jika ada siswa yang tingginya 0 cm, maka siswa tersebut benar-benar tidak mempunyai tinggi badan (kenyataannya tak ada orang yang mempunyai tinggi badan 0 cm). Analisis statistik yang digunakan adalah statistik parametrik.

Mengingat masing-masing skala mempunyai arti yang sangat berbeda, maka teknik analisis statistik yang dipakainya (yang sesuai dengan penggunaannya), juga berbeda-beda. Dari keempat skala nilai tersebut, skala ratio mempunyai nilai yang lebih tinggi dari nilai skala lainnya. Skala interval menduduki posisi kedua, mengingat kondisi skala interval tidak jauh berbeda dengan skala ratio, maka teknik analisis yang bisa diterapkan pada kedua

skala ini adalah sama yaitu statistik parametrik. Skala nominal mempunyai nilai yang paling lemah. Skala ordinal mempunyai nilai lebih tinggi daripada skala nominal, tetapi skala ini tidak dapat disamakan dengan skala interval. Jika data yang kita hadapi berskala nominal maupun ordinal, maka analisis statistik yang dapat digunakan adalah statistik nonparametrik. Menurunkan skala dimungkinkan, tetapi menaikkan skala tidak dapat dilakukan.

C. Skala Pengukuran dalam Penelitian Berbagai skala pengukuran yang sering digunakan dalam penelitian dan pengumpulan data statistik adalah: skala likert, skala guttman, skala diferensial semantic, rating scale, dan skala thurstone.

1. Skala Likert

Skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial maupunatau fenomena pendidikan. Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel kemudian sub variabel dijabarkan menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrument yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain:

a. Sangat baik 1) Sangat

setuju a) Selalu

b. Baik 2) Setuju b) Sering

c. Ragu-ragu 3) Ragu-ragu c) Ragu-ragu d. Tidak baik 4) Tidak

setuju d) Kadang-kadang e. Sangat

tidak baik 5) Sangattidak setuju e) Tidakpernah Instrumen penelitian yang menggunakan skala

likert dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda.

(6)

Berilah jawaban pernyataan berikut sesuai pen dapat anda, dengan memberi tanda () pada kolom yang tersedia.

Contoh : Angket Minat Siswa Terhadap Pembelajaran

Mata Pelajaran : ………

Kelas/ Semester : ………

Hari/tanggal : ………

Petunjuk :

1. Pada angket ini terdapat 5 pernyataan. Pertimbangkan baik-baik setiap pernyataan dalam kaitannya dengan materi pembelajaran yang baru selesai kamu pelajari, dan tentukan kebenaranya.

2. Berilah jawaban yang benar sesuai dengan pilihanmu.

3. Pertimbangkan setiap pernyataan secara terpisah dan tentukan kebenarannya.

Jawabanmu jangan dipengaruhi oleh jawaban terhadap pernyataan lain.

4. Catat responmu pada lembar jawaban yang tersedia, dan ikuti petunjuk-petunjuk lain yang mungkin diberikan berkaitan dengan lembar jawaban. Terima kasih.

Keterangan pilihan jawaban: 1 = Sangat Tidak Setuju 2 = Tidak Setuju 3 = Ragu-Ragu 4 = Setuju 5 = Sangat Setuju

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

1 2 3 4 5

1. Saya merasa pembelajaran ini memberikan banyak kepuasan kepada saya

2. Dalam pembelajaran ini, saya mencoba menentukan standar keberhasilan yang sempurna

3. Saya berpendapat bahwa nilai dan penghargaan lain yang saya terima adalah adil jika dibandingkan dengan yang diterima oleh siswa lain

4. Siswa di dalam pembelajaran ini tampak rasa ingin tahunya terhadap materi pelajaran

5. Saya senang aktif dalam pembelajaran ini

No Pertanyaan Jawaban

SS ST RG TS STS

1

2

Sekolah ini perlu menggunakan teknologi informasi dalam pelayanan administrasi dan akademik ...

(7)

2) Contoh bentuk pilihan ganda

Berilah salah satu jawaban terhadap pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan cara memberi tanda silang pada nomor jawaban yang tersedia.

Kurikulum 2013 perlu diterapkan di lembaga pendidikan anda?

a.Sangat tidak setuju b.Tidak setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat setuju 2. Skala Guttman

Skala ini dikembangkan oleh Louis Guttman.Skala guttman adalah skala kumulatif disebut juga sebagai skala scalogram yang sangat baik untuk meyakinkan peneliti tentang kesatuan dimensi dan sikap atau sifat yang diteliti, yang sering disebut atribut universal.Skala pengukuran dengan tipe ini akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “ya-tidak”; “benar-salah”; “pernah-“ya-tidak”; “positif-negatif” dan lain-lain.

Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikhotomi (dua alternatif). Jadi kalau pada skala Likert terdapat 3,4,5,6,7 interval, dari kata “sangat setuju” sampai “sangat tidak setuju”, maka pada skala guttman hanya ada dua interval yaitu “setuju” dan “tidak setuju”. Penelitian menggunakan skala guttman dilakukan bila ingin mmendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.

Skala guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam bentuk checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu dan terrendah nol. Misal untuk jawaban setuju diberi skor 1 dan tidak setuju diberi skor 0.

Contoh:

Bagaimana pendapat anda, kepala sekolah? a. Setuju

b. Tidak setuju

3. Skala Diferensial Semantic

Skala Semantic defferensial

dikembangkan oleh Osgood. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya

bentuknya tidak pilihan ganda

maupunchecklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban “sangat positifnya”terletak di bagian kanan garis, dan jawaban yang “sangat negatif” terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang.

Contoh:

Nilai gaya kepemimpinan Kepala Sekolah Bersahabat 5 4 3 2 1 Tidak bersahabat Tepatjanji 5 4 3 2 1 Lupa janji Bersaudara 5 4 3 2 1 Memusuhi Memberipujian 5 4 3 2 1 Mencela Mempercayai 5 4 3 2 1 Mendominasi

Responden yang memberi penilaian dengan angka 5, berarti persepsi responden terhadap Kepala Sekolah itu sangat positif, sedang bila memberi jawaban pada angka 3, berarti netral, dan memberi jawaban pada angka 1, maka persepsi responden terhadap Kepala Sekolah sangat negatif.

Berikut ini contoh lain dari format skaladiferensial semantic.

Petunjuk: Berilah tanda cek () di atas tanda (-) sesuai dengan sikap Anda terhadap Mata Kuliah Stastistika.

Pembelajaran Mata Kuliah Stastistika Di Kelas

NO Pernyataan kiri Jawaban Pernyataan kanan

1 Sulit dimengeti - - - Mudah dimengerti

2 Tegang - - - Rileks

3 Ruwet - - - Sederhana

4 Kurang contoh - - - Contoh cukup banyak 5 Contoh kurang relevan - - - Contoh cukup

relevan 6 Pemberian contoh tidak

menambah pengertian - - - Pemberian contohmenambah pengertian 7 Pekerjaan rumah terlalu

(8)

8 Evaluasi kurang objektif - - - Evaluasi cukup objektif Dengan demikian skala ini digunakan

untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawabannya sangat positifnya terletak dikanan garis, dan jawaban yang sangat negatif terletak dibagian kiri garis atau

sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval dan baisanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang.

4. Rating Scale

Data-data skala yang diperoleh melalui tiga macam skala yang dikemukakan di atas adalah data kualitatif yang dikuantitatifkan. Berbeda denganrating scale, data yang diperoleh adalah data kuantitatif (angka) yang kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Seperti halnya skala lainnya, dalamrating scaleresponden akan memilih salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan.

Rating scalelebih fleksibel, tidak saja untuk mengukur sikap tetapi dapat juga digunakan untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lingkungan, seperti skala untuk mengukur status sosial, ekonomi, pengetahuan, kemampuan, dan lain-lain. Dalamrating scale, yang paling penting adalah kemampuan menterjemahkan alternatif jawaban yang dipilih responden. Misalnya responden memilih jawaban angka 2, tetapi angka 2 oleh orang tertentu belum tentu sama dengan angka 2 bagi orang lain yang juga memiliki jawaban angka 2.

Contoh:

Seberapa baik ruang kelas di SMP Negeri 2 Gorontalo?

Berilah jawaban dengan skor: 4 Bila tata ruang itu sangat baik 3 Bila tata ruang itu cukup baik 2 Bila tata ruang itu kurang baik 1 Bila tata ruang itu sangat tidak baik

Jawablah dengan melingkari nomor jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

No.

Item Pernyataan Interval jawaban

1. Penataan meja siswa dan guru sehingga

komunikasi lancar 4 3 2 1

2. Pencahayaan alam tiap ruang 4 3 2 1

3. Kebersihan ruangan 4 3 2 1

5. Skala Thurstone

Skala ini dikembangkan oleh L.L. Thurstone tahun 1920an dari metode psikofisikal yang bertujuan untuk mengurutkan responden berdasarkan ciri, variabel atau kriteria tertentu, sehingga interval antara urutan tersebut dapat dibedakan sesuai dengan tingkatan penting/tidak penting. Skala Thurstone disusun dalam interval yang mendekati sama besar (equal appearing interval).

Skala Thursone menggunakan ukuran interval. Skala ini digunakan untuk menentukan pertanyaan-pertanyaan apa saja yang harus diajukan dalam kuisioner. Sejumlah item yang dianggap sebagai indikator diberikan kepada sekelompok penilai. Misalnya untuk mengukur kualitas sekolah, peneliti dapat melibatkan banyak pihak, mulai dari pemerintah, pengamat pendidikan, orang tua,

siswa, guru, dan lembaga pendidikan, juga lembaga non pemerintah. Yang merupakan ciri pokok metode ini adalah penggunaan panel yang terdiri dari 50-100 ahli untuk menilai sejumlah pertanyaan atau pernyataan guna mengukur variabel tertentu. Jenjang skala kemudian ditentukan atas dasar pendapat para ahli.

Skala Thursone dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Sebanyak mungkin mengumpulkan

pertanyaan/ pernyataan yang dapat digunakan untuk mengukur suatu sikap. 2. Melalui suatu panel para ahli dibuatlah

penilaian (antara nilai 1 sampai dengan 10) atas pertanyaan/ pernyataan tersebut. 3. Berdasarkan penilaian (yang memiliki

penilaian yang merata) tersebut maka dapat ditentukan pertanyaan/ pernyataan mana yang dapat dijadikan kuisioner.

(9)

Keuntungan Skala Thurstone:

1. Skala ini menurunkan skala yang memungkinkan peneliti membedakan responden yang besar jumlahnya berdasarkan posisi sikap mereka. Perbedaan diantara para responden dapat ditetapkan lebih tepat berdasarkan sikap yang mereka miliki

2. Para juri benar-benar dapat melakukan fungsinya untuk memilih atau menyaring soal yang digunakan. Karena mereka adalah para profesional.

Kelemahan Skala Thursone:

1. Memerlukan waktu yang cukup lama karena harus menghubungi para juri untuk memilih soal.

2. Kemungkinan bisa diturunkan sejumlah skor yang identik berdasarkan pemahaman kesikapan yang sangat berbeda.

3. Tidak mungkin dapat mengontrol bias juri dalam memilih soal.

4. Berdasarkan pengalaman skala thustone kurang tepat dalam membuat ramalan tentang tingkah laku, jika dibanding skala likert.

Berikut ini disajikan contoh angket yang disajikan dengan menggunakan modelskala Thurstone.

Petunjuk:

Pilihlah 5 (lima) buah pernyataan yang paling sesuai dengan sikap Anda terhadap mata kuliah Statistika Pendidikan, dengan cara membubuhkan tanda cek () di depan nomor pernyataan di dalam tanda kurung.

( ) 1. Saya senang belajar Statistika. ( ) 2. Statistika adalah segalanya buat saya. ( ) 3. Jika ada waktu luang,saya lebih suka

belajar Statistika.

( ) 4. Belajar Statistika menumbuhkan sikap kritis dan kreatif.

( ) 5. Saya merasa pasrah terhadap ketidak-berhasilan saya dalam Statistika. ( ) 6. Penguasaan Statistika akan sangat

membantu dalam mempelajari mata kuliah lain.

( ) 7. Saya selalu ingin meningkatkan pengetahuan dan kemampuan saya dalam Statistika

( ) 8. Mata kuliah Statistika sangat menjemukan dan membosankan.

( ) 9. Saya merasa terasing jika ada teman membicarakan Statistika.

Misalkan pembuat angket menentukan bahwa skor yang akan dipakai untuk pernyataan yang kontribusinya paling tinggi adalah 9 dan untuk yang paling rendah diberi skor 1, sehingga skor tengahnya sama dengan 5. Hasil pertimbangannya, ia menyatakan bahwa pernyataan yang paling tinggi kontribusinya terhadap sikap positif untuk Statistika adalah pernyataan nomor 2 sehingga ia memberi bobot skor 9. Agar hasil pertimbangan itu lebih objektif, ia meminta bantuan kepada teman seprofesinya yang dianggap mampu atau lebih mampu daripada dirinya sendiri. Misalkan ada 4 orang yang diminta pertimbangan itu, hasil pertimbangan untuk butir nomor 2 dari keempat orang itu masing-masing 8, 8, 9dan 9. Dengan demikian skor untuk butir soal nomor 2 itu adalah

9+8+8+9+9= 8,6 5

Untuk butir nomor 8 pembuat angket memberi skor 2 karena ia menganggap kontribusinya rendah terhadap sikap mahasiswa dalam belajar Statistika. Keempat teman lainnya masing-masing memberi skor 3, 4, 1, 2 sehingga skor untuk butir nomor 8 adalah

2 + 3+ 4+ 1+ 2 = 2, 4 5

Begitulah seterusnya cara pemberian skor untuk setiap butir pernyataan. Misalkan skor untuk setiap butir soal, berturut-turut dari butir soal nomor 1 sampai dengan nomor 9 adalah sebagai berikut :

9,0 ; 8,6 ; 8,2 ; 7,6 ; 4,5 ; 6,0 ; 7,6 ; 2,4 ; 4,0 ; 5,3

Setelah angket diberikan kepada responden (mahasiswa), misalkan untuk subjek A memilih butir-butir nomor 1, 4, 6, 7 dan 10. Rerata skor dari subyek A adalah

9,0+ 7,6 + 6,0 + 7,6 + 5,3 = 7,1 5

Ini berarti sikap A terhadap matematika positif, karena skornya lebih daripada skor tengah (= 5). Dibandingkan dengan skala Likert, skala Thurstone hanya menyajikan butir pernyataan yang sedikit sehingga aspek sikap yang bisa

(10)

diungkapkan relatif sedikit pula. Namun demikian skala Thurstone mempunyai kelebihan pada ketajaman pernyataan untuk mengungkapkan sikap tersebut, sehingga lebih sedikit kemungkinan responden untuk menjawab dengan cara menebak. Untuk mengurangi kelemahan di atas, di samping cara pemberian skor yang cukup rumit, untuk setiap aspek mengenai sikap bisa dibuat satu set (10 butir) pernyataan. Misalkan dari segi materi Statistika, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, sistem evaluasi, sarana dan prasarana, masing-masing 10 butir pernyataan sehingga seluruh aspek sikap terhadap Statistika bisa terungkap.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Irianto. 2009. Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Bungin, Burhani. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana.

Dunn, Peter, dkk. 2004. Scalling Method. London: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.,Publishers.

Furqon. 2013. Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Hartono. 2004. Statistik untuk Penelitian.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Iqbal M, Hasan. Pokok-Pokok Materi Statistik

1 (Statistik Deskriptif). Jakarta: Bumi Aksara.

Mundir. 2013. Statistik Pendidikan (Pengantar Analisis Data Untuk Penulisan Skripsi & Tesis). Jember: STAIN Jember Press.

Nar, Herryanto & Akib Hamid. 2009.Statistika Dasar. Jakarta: Universitas Terbuka. Riduwan. 2010. Dasar-Dasar Statistika

Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Riduwan & Akdon. 2010. Rumus dan Data

dalam Analisis Statistika. Bandung: Alfabeta.

Riduwan & Sunarto. 2011. Pengantar Statistika (Untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi Komunikasi, dan Bisnis). Bandung: Alfabeta.

Sudijono, Anas. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta; Raja Grafindo Persada.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suwarno, Bambang. 2005. Pengantar Aplikasi Statistika dalam Penelitian Pendidikan. Bandung: PPs Universitas Pendidikan Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Pada animasi perubahan panjang gelombang cahaya terhadap jari-jari cincin Newton, guru merubah-ubah warna cahaya dengan meng-klik spectrum warna cahaya yang telah

Bahwa gugatan yang diajukan oleh Penggugat saat ini tidak dapat dijadikan sebagai dasar untuk melakukan penangguhan atas proses Pelaksanaan Lelang Eksekusi Hak Tanggungan

dapat dilihat halaman web dapat menampilkan semua penawaran yang dilakukan oleh kedua pengguna (terlihat pada gambar 5.1. dan gambar 5.2.), sesuai dengan data

Biasanya tidak sampai memerlukan cairan koloid (misalnya dekstran) kecuali pada kondisi hipoalbuminemia berat. Secepatnya kirim pemeriksaan darah untuk menentukan golongan

pergeseran pos ts eismik yang terjadi s etelah gempa Aceh 2004 dengan menggunakan data-data pengukuran GPS sebelumnya untuk penghitungan perkiraan bes arnya dampak bahaya

pengabdian adalah tidak termanfaatkanya potensi dan sumber daya lokal dari sisi keterampilan wirausaha, maupun dana untuk membangun kegiatan produktif yang

Memberikan informasi untuk penelitian selanjutnya tentang hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku pada penderita malaria falciparum dengan derajat infeksi di wilayah

Secara kumulatif untuk ekstrak tumbuhan kombinasi sidondo ( Viteks negundo L.) dan patah tulang (Euphorbia tirucalli) konsentrasi 0,75% (K3) merupakan konsentrasi