• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS WACANA PADA MEDIA CETAK PERSPEKTIF LINGUISTIK FUNGSIONAL SISTEMIK (LFS) DAN REPRESENTASI SEMIOTIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS WACANA PADA MEDIA CETAK PERSPEKTIF LINGUISTIK FUNGSIONAL SISTEMIK (LFS) DAN REPRESENTASI SEMIOTIK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

LOGAT

JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA Volume II No. 2 Oktober Tahun 2006

ANALISIS WACANA PADA MEDIA CETAK PERSPEKTIF

LINGUISTIK FUNGSIONAL SISTEMIK (LFS)

DAN REPRESENTASI SEMIOTIK

Gustianingsih

Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Abstract

In the perspective of systemic Functional Linguistics (LFS). Language is defined as a system of how meaning and expression are realized. This analysis is based on two basis concept of linguistics which can differentiate LFS from other schools of linguistics, they are; (a) Language as social phenomenon which appears as social semiotic, and (b) Language as texts which construe social contexts. The first concept means that language as social semiotic consists of two elements; the meaning and expression Unlike other general semiotic, social semiotic of language has another element called form. Therefore, language as social interaction has three elements, they are; meaning, from and expression. The relationship of these three elements is called meaning (semiotic or discourse semantics) which is realized by lexicogrammar and coded by expressions in phonology or graphology. The second concept means that LFS focuses on text analysis in social context. A text is limited as a functional language unit in the social context; that is, meaning unit or semantic unit. Functional language gives meaning to the language user. Semantic unit can be realized by various language unit. The relationship between language or text and social context is construal. It means that certain social context will reflect one particular text. Situational context (register) consists of what is being talked about (field), who is using the language (tenor), and how something is talked about (mode). Field refers to the language (tenor), and how something is talked about (mode). Field refers to the role of language or topic which is talked about, tenor describes the status of the speaker, like or dislike (affect), the relation (usual or unusual) between the decoder and the encoder (addresser), and mode is the medium of language use either oral or written.

Key words: discourse of mass media, semiotic, text and semantic social context

1.

PENGANTAR

Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Hampir tidak ada kegiatan manusia yang berlangsung tanpa kehadiran bahasa. Bahasa muncul dan diperlukan dalam segala kegiatan seperti pendidikan, perdagangan, peristiwa-peristiwa keluarga, keagamaan, politik, militer, birokrasi, dan sebagainya. Dengan bahasa, semua kegiatan yang dilaksanakan manusia terpenuhi. Tidak bisa dibayangkan bagaimana keadaan manusia bila tanpa bahas.

Peranan bahasa begitu besar dalam kehidupan manusia terutama untuk memenuhi kebutuhannya, karena dengan bahas manusia mampu menyampaikan pesan, tujuan, kehendak, gagasan, informasi, dan sebagainya dari seorang manusia kepada manusia lainnya.

Bahasa yang dipergunakan sehari-hari dalam berkomunikasi merupakan hasil kesepakatan atau perjanjian yang dilakukan masyarakat bahas.

Tentu saja, dalam berkomunikasi itu harus terjadi kesepahaman di antara pemakai bahasa itu sendiri. Hal ini terlihat dalam struktur bahasa yang dipergunakan.

Struktur bahasa (lexico-grammer) ditentukan oleh fungsi apa yang dilakukan bahasa untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam masyarakat, yaitu memaparkan atau menggambarkan, mempertukarkan, dan merangkai atau mengorganisasikan, pengalaman (Saragih 2001: 25). Halliday menyebutnya dengan metafungsi (Martin 1992: 10). Selanjutnya juga Saragih menjelaskan bahwa pengalaman manusia tentang alam semesta, yakni pengalaman semiotik-linguistik karena hanya merepresentasikan pengalaman semiotik-linguistik yang dapat dipertukarkan dalam konteks sosial dengan mitra interaksi bahasa sebagai lawan komunikasi.

Dalam kajian bahasa terdapat keteraturan merealisasikan atau mengodekan pengalaman nyata ke dalam pengalaman (bentuk) linguistik yang kemudian menjadi kebiasaan dalam

(2)

LOGAT

JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA Volume II No. 2 Oktober Tahun 2006 menganalisis fenomena bahas. Sebagai contoh,

pengalaman material biasanya dinyatakan oleh klausa dengan proses material, atau pengalaman mental dinyatakan dengan proses mental, kebiasaan pemakaian bentuk linguistik seperti ini disebut realisasi yang lazim (congruent) (Thompson 1996: 164).

Bahasa Indonesia jurnalistik sebagai bahasa komunitas massa yang digunakan dalam harian dan majalah-majalah (Wojowasito 1994: 7). Selain ini menurutnya hal yang penting dalam bahasa jurnalistik adalah susunan kalimat harus logis dan pilihan katanya umum.

Sementara itu Anwar (1984: 15) mengatakan bahwa bahasa jurnalistik itu harus singkat (ekonomis), padat, sederhana, lancar, jelas, lugas, dan menarik. Oleh karena itu, menurut Anwar hal-hal yang bersifat berlebih-lebihan harus dibuang serta kata-kata mubazir dapat dihilangkan dari susunan kalimat tanpa merusak atau mempengaruhi kejelasan makna kalimat.

Di samping itu, Anwar juga menjelaskan bahwa bahasa yang dipakai dalam jurnalistik harus dapat dinikmati oleh masyarakat luas. Bahasa yang digunakan pun harus bahasa yang mempunyai pengaruh dan mempunyai wibawa yang luas. Menurut Anwar, bahasa yang seperti itu tidak lain adalah bahasa baku, bahasa yang menaati kaidah tata bahasa, memperhatikan ejaan, dan mengikuti perkembangan kosa kata di masyarakat.

Menurut Assegaff (1999: 24-26 dalam Amrin 2001), berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan karena menarik perhatian pembaca, luas biasa, penting, berakibat, dan mencakup segi-segi human interest seperti humor, emosi, dan ketegangan. Adapun unsur-unsur berita itu mencakupi hal-hal berikut:

a. Berita itu harus terkini (baru);

b. Jarak (dekat jauhnya) lingkungan yang terkena oleh berita;

c. Penting atau ternamanya orang yang diberitakan;

d. Keluarbiasaan dari berita;

e. Akibat yang ditimbulkan oleh berita; f. Ketegangan yang ditimbulkan oleh berita; g. Pertentangan (conflict) yang terlihat dalam

berita;

h. Teks yang ada dalam berita;

i. Kemajuan-kemajuan yang diberitakan; j. Humor-humor yang ada dalam berita, dan k. Emosi yang ada dalam berita.

Menurut Hoed (1994), teks berita surat kabar dapat diabstraksikan suatu sistem dan struktur wacana yang dikenal sebagai piramida terbalik. Jika dilihat dari isinya, teks berita dimulai dari “klimaks” dan diakhiri dengan “rincian”. Isi

sebuah wacana berita didasarkan oleh tujuan penulisan berita yang dimulai dengan upaya menarik perhatian yang kemudian semakin mengecil (pembaca ingin segera mengetahui apa yang diberitakan).

Berdasarkan beberapa pandangan Hoed (1994) tersebut, klimaks dari isi wacana berita itu biasanya terletak pada bagian awal dan diakhiri dengan suatu rincian. Semakin ke bawah, isi berita akan berkurang dan kurang mendapatkan perhatian pembaca. Secara garis besar, sistem dan struktur wacana berita itu dapat digambarkan seperti berikut ini.

Klimaks ↓

Skunder → perhatian makin berkurang ↓

Perincian

Dalam konteks masyarakat bangsa, kelompok masyarakat yang tingkat keberaksaraannya tinggi memiliki kewajiban untuk berbuat sesuatu yang bertujuan untuk mengentaskan kelompok masyarakat yang tingkat keberaksaraannya masih rendah. Hal itu berarti bahwa mereka yang sudah tergolong pakar, ilmuwan, dan cendekiawan berkewajiban “menularkan” wawasan dan pengetahuan yang dimilikinya kepada mereka yang masih tergolong orang awam, salah satu upayanya yang dapat dilakukan ialah melakukan penelitian yang berhubungan dengan analisis berita utama pada media cetak, perspektif Linguistik Fungsional Sistemik (LFS) dan representasi semiotiknya.

2.

PERSPEKTIF LINGUISTIK

FUNGSIONAL SISTEMIK (LFS)

DAN REPRESENTASI SEMIOTIK

Dalam perspektif linguistik fungsional sistemik (LFS) bahasa adalah sistem arti dan sistem ekspresi untuk merealisasikan arti tersebut. Kajian ini berdasar pada dua konsep yang mendasar yang dapat membedakan LFS dari aliran linguistik lain, yaitu (a) bahasa merupakan fenomena sosial yang wujud sebagai semiotik sosial dan (b) bahasa merupakan teks yang berkonstrual dengan konteks sosial.

Konsep pertama memiliki pengertian bahwa sebagai semiotik bahasa terjadi dari dua unsur, arti dan ekspresi. Namun, berbeda dengan semiotik biasa, semiotik sosial terdiri atas tiga unsur yaitu, arti, bentuk, dan ekspresi. Hubungan ketiga unsur ini dikatakan sebagai arti (semantics atau discourse semantic) yang direalisasikan oleh bentuk yaitu tata bahasa (lexicogrammar) dan bentuk ini selanjutnya dikodekan oleh ekspresi yaitu fonologi atau grafologi (phonology/graphology).

(3)

LOGAT

JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA Volume II No. 2 Oktober Tahun 2006 Bahasa berfungsi untuk memenuhi

kebutuhan manusia. Bahasa terstruktur menurut kebutuhan manusia. Dalam memenuhi kebutuhan manusia, bahasa berfungsi menggambarkan atau memaparkan pengalaman. Fungsi eksperensial ini direalisasikan dalam klausa yang terdiri atas proses, partisipan, dan sirkumstan. Proses menunjuk kepada kegiatan atau aktivitas yang terjadi dalam klausa yang menurut tata bahasa tradisional dan formal disebut verba. Partisipan dibatasi sebagai orang atau benda yang terlibat dalam proses tersebut. Sirkumstan adalah lingkungan tempat proses yang melibatkan partisipan terjadi (Halliday 1994: 107 dalam Saragih 2005: 26).

Identifikasi field yang diinterpretasikan dalam makna ideasional meliputi (1) proses, partisipan, dan sirkumstan dengan cara (i) mengidentifikasi bentuk proses, partisipan, dan sirkumstan, (ii) menghintung persentase jenis proses, partisipan, dan sirkumstan, (iii) menyimpulkan hasil analisis dengan merujuk pada persentase pemunculan bentuk, proses, partisipan, dan sirkumstan, dan (iv) menginterpretasikan hasil analisis, dan (2) hubungan logis unit pengalaman yang direpresentasikan dalam dua hal yaitu (i) posisi antarklausa dan (ii) makna yang wujud antarklausa. Posisi antarklausa dianalisis dengan cara mengidentifikasikan taksis yaitu parataksis dan hipotaksis. Makna antarklausa diidentifikasi dengan cara menentukan hubungan logis sematik (logicosemantic relation). Hubungan antarkalusa diuraikan berdasarkan dua kriteria taksis dan hubungan logis semantik. Secara kuantitatif dihitung berapa persentase makna antarklausa yang meliputi parataksis elaborasi (1=2), parataksis ekstensi (1 + 2), parataksis ganda (1x2), parataksis lokusi (1 “2), parataksis ide (1 ‘2), hipotataksis elaborasi (α = β), hipotaksis ekstensi (α + β), hipotaksis ganda (α x β), hipotaksis elaborasi (α = β), dan hipotaksis ide (α ‘β).

Parataksis adalah hubungan klausa yang setara dan hipotaksis adalah hubungan klausa tidak setara. Parataksis ditandai dengan angka Arab 1,2,3,…..n. Klausa pertama ditandai dengan angka 1 dan klausa kedua ditandai dengan angka 2 dan demikian seterusnya. Hipotaksis ditandai dengan α dan β. Klausa lain yang bergantung dengan β

ditandai dengan γ dan klausa yang bergantung pada γ ditandai dengan δ, dan demikian seterusnya.

Hubungan logis semantik menurunkan dua sifat makna yaitu ekspansi dan proyeksi. Ekspansi menunjukkan bahwa klausa kedua (2 atau β) memperluas makna klausa pertama (1 atau α). Perluasan ini dilakukan dengan tiga cara, yaitu, elaborasi, ekstensi, dan ganda. Elabirasi adalah bahwa makna klausa kedua sama dengan klausa pertama. Secara teknis hubungan elaborasi ditandai dengan tanda sama dengan (=), misalnya, (1 = 2) atau (α = β). Ekstensi adalah bahwa makna klausa kedua menambah klausa pertama. Secara teknis hubungan ekstensi ditandai dengan tanda tambah (+), misalnya (1+2) atau (α + β). Ganda adalah melipatgandakan hubungan dua klausa maksudnya klausa kedua melipatgandakan klausa pertama. Secara teknis hubungan ini ditandai dengan tanda kali (x), misalnya (1 x 2) atau (α x β). Proyeksi merupakan representasi kembali pengalaman linguistik ke pengalaman linguistik lain. Proyeksi disebut juga sebagai aspek kalimat langsung dan kalimat tidak langsung. Proyeksi terdiri atas lokusi dan ide. Lokusi adalah ditandai dengan (“), misalnya, (1 “2) atau (α “β). Ide adalah proyeksi makna satu klausa ke dalam klausa lain. Ide ditandai dengan ( ‘), misalnya (1 ‘2) atau (α ‘β).

3.

ANALISIS WACANA BERITA MEDIA

CETAK

3.1 Wacana Berita KOMPAS

Wacana berita dari harian Kompas ini bertajuk “Presiden Pertimbangkan Saran Kenaikan Gaji PNS”. Wacana ini terdiri atas 42 klausa. Dalam analisis ini diambil sampel sebanyak 30% atau 14 klausa. Tiap-tiap klausa dianalisis dengan konsep konteks situasi (register) yang meliputi isi (field).

Klausa di bawah ini adalah klausa kompleks yang salah satu klausanya disisipkan di antara tema dan rema:

“PKS [[menyatakan menolak kenaikan gaji untuk pejabat tinggi negara pada saat ini]] baik di legislatif maupun eksekutif.”

PKS menyatakan menolak kenaikan gaji untuk pejabat tinggi negara pada saat ini, baik di legislatif maupun eksekutif.

Misalnya,

PKS Menyatakan menolak kenaikan gaji untuk pejabat tinggi negara pada saat ini, baik di legislatif maupun eksekutif PKS Menyatakan menolak Kenaikan gaji Untuk pejabat tinggi negara Pada saat ini Baik di legislatif maupun eksekutif Subjek Predikator Komplemen Partisipan Keterangan Keterangan Pelaku Proses material Gol Gol Sirkumstan waktu Keterangan

Pelaku Gol Proses verbal Sirkumstan cara UST/TEMA R E M A

(4)

LOGAT

JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA Volume II No. 2 Oktober Tahun 2006

Klausa kompleks ini kemudian diuraikan menjadi dua klausa dengan subjek yang sama. (1)

PKS Menyatakan menolak Kenaikan gaji Untuk pejabat tinggi negara Pada saat ini Subjek Predikator Komplemen Partisipan Keterangan Pelaku Proses material Gol Gol Sirkumstan waktu UST/TEMA R E M A

MOOD R E S I D U (2)

PKS Menyatakan menolak Kenaikan gaji Pejabat legislatif maupun eksekutif Subjek Predikator Komplemen Partisipan

Pelaku Proses verbal Gol Gol UST/TEMA R E M A

MOOD R E S I D U

Hasil identifikasi dari wacana di atas merupakan realisasi konsep bahasa konteks situasi yang dianalisis secara kuantitatif dari tiap-tiap unsur field, tenor, dan mode. (Analisis selanjutnya lihat lampiran teks 1).

3.1.1 Isi (Field)

Isi (field) direpresentasikan dalam konsep bahasa melalui makna ideasional yaitu menggambarkan pengalaman yang meliputi analisis proses, partisipan, dan sirkumstan, dan hubungan logis. Wacana berita pada harian Kompas ini berisi informasi tentang “Kenaikan Gaji PNS” yang mendiskripsikan usaha-usaha pemerintah dalam menangani kasus “Kenaikan Gaji PNS” ini. Penyampaian informasi dilakukan dengan menggunakan proses material. Proses ini paling dominan dalam wacana ini. Proses diikuti dengan partisipan makhluk dan bukan makhluk. Sirkumstan didominasi oleh sirkumstan lokasi. Hubungan logis didominasi oleh tiga tipe yaitu parataksis elaborasi, parataksis ganda, dan hipotaksis elaborasi.

3.1.1.1 Proses

Proses layaknya terdiri atas enam jenis yaitu material, mental, verbal, relasional, tingkah laku, dan wujud. Namun, dalam wacana berita Kompas hanya memuat lima jenis proses yang didominasi oleh proses material, yaitu 64,29%.

Tabel 1

Proses dalam wacana berita Kompas

No Proses Jumlah Persentase 1 Material 9 64,29% 2 Mental 2 14,29% 3 Verbal 1 7,14% 4 Relasional 1 7,14% 5 Tingkah Laku 1 7,14% Jumlah 14 100% 3.1.1.2 Partisipan

Partisipan pada wacana berita Kompas meliputi makhluk hidup dan bukan makhluk hidup yang berjumlah 26 Partisipan. Partisipan yang lebih dominan dalam wacana ini adalah partisipan jenis makhluk yaitu 53,84%.

Tabel 2

Partisipan dalam wacana berita Kompas

No Proses Jumlah Persentase 1 Mahluk 17 53,84% 2 Bukan Mahluk 7 46,16% Jumlah 34 100% 3.1.1.3 Sirkumstan

Sirkumstan sebagai realisasi makna ideasional terdiri atas 10 sirkumstan dalam wacana berita Kompas. Sirkumstan jenis lokasi paling dominan dalam wacana ini adalah sirkumstan lokasi yaitu 40%.

3.1.2 Pelibat (Tenor)

Pelibat (tenor) dalam konteks situasi register direpresentasikan dalam bahasa melalui makna antarpesona yaitu mempertukarkan pengalaman. Representasi tenor yang dianalisis di sini adalah fungsi ujar (speech function). Wacana berita pada harian Kompas ini memiliki 14 fungsi ujar, seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 3

Fungsi Ujar dalam berita Kompas

No Fungsi Ujar Jumlah Persentase

1 Pernyataan 13 92,86 % 2 Pertanyaan 1 7,14%

Jumlah 14 100% 3.1.3 Cara (Mode)

Cara (mode) direpresentasikan dalam konsep bahasa melalui makna tekstual yang merangkai pengalaman. Representasi mode yang dianalisis di sini adalah tema simpel yang lazim

(5)

LOGAT

JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA Volume II No. 2 Oktober Tahun 2006 (unmarked simpel theme) tema simpel tidak lazim

(marked simpel theme), tema kompleks lazim (unmarked complex theme) dan tema kompleks tidak lazim (marked complex theme). Pada wacana berita Kompas ini terdapat 14 tema yang dirinci tabel di bawah ini. Tema yang paling dominan adalah Unmarked Simple Theme yaitu 50%.

Tabel 4. Realisasi cara dalam wacana berita Kompas

No. Realisasi Cara Jumlah Persentase

1 Unmarked simple theme (UST) 7 50,00% 2 Marked simple theme (MST) 1 7,14% 3 Unmarked complex theme

(UCT) 4 28,57%

4 Marked complex theme (MCT) 2 14,29% Jumlah 14 100%

Tabel 5. Sirkumstan dalam wacana berita Kompas

No. Partisipan Kompas Analisis 1 Lokasi 4 40 % 2 Penyerta 3 30 % 3 Rentang 2 20 % 4 Cara 1 10 % Jumlah 100 % 100 % 3.1.4 Hubungan Logis

Hubungan logis yang menunjukkan kelogisan makna ideasional dalam wacana berita Kompas terdiri atas parataksis ekstensi, hipotaksis, elaborasi, hipotaksis eksistensi, hipotaksis ganda, dan hipotaksis lokusi. Terdapat 5 hubungan logis dalam wacana ini. Tipe paraktasis ekstensi adalah tipe yang paling dominan yaitu 37,50% dan

hipotaksis elaborasi memiliki jumlah persentase, yaitu 25%.

Tabel 6. Hubungan logis dalam wacana berita Kompas

No. Tipe Hubungan Logis Jumlah Persentase 1 Paraktasis Elaborasi (1 = 2) 0 0 % 2 Paraktasis Ekstensi (1 + 2) 3 30 % 3 Paraktasis Ganda (1 x 2) 0 0 % 4 Paraktasis Lokusi (1 “2) 0 0 % 5 Paraktasis Ide (1 ‘2) 0 0 % 6 Hipotaksis Elaborasi (α = β) 2 20 % 7 Hipotaksis Ekstensi (α x β) 5 50 % 8 Hipotaksis Ganda (α x β) 0 0 % 9 Hipotaksis Lokusi (α “β) 0 0 % 10 Hipotaksis Ide (α ‘β) 0 0 % Jumlah 10 100 % 3.2 Wacana Berita Analisa

Hasil analisis yang diperoleh merupakan realisasi konsep bahasa dalam konteks situasi yang dikembangkan menjadi suatu interpretasi yang menyeluruh meliputi hasil analisis yang telah dilakukan meliputi isi (field). Wacana berita Analisa ini bertajuk “Presiden Pertimbangkan Saran Kenaikan Gaji PNS”. Wacana ini terdiri atas 29 klausa. Namun, dalam analisis ini hanya diambil sampel sekitar 40% atau 15 klausa.

Klausa di bawah ini adalah klausa kompleks yang salah satu klausanya disisipkan di antara tema dan rema.

“Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan bahwa pemerintah akan mempertimbangkan saran dari berbagai pihak”.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan saran dari berbagai

pihak Mempertimbangkan saran Dari berbagai pihak Presiden Susilo

Bambang Yudhoyono

Menyatakan Saran Dari berbagai pihak Subjek Predikator Komplemen Sirkumstan Pelaku Proses Gol Lokasi

Subjek Predikator Sirkumstan Lokasi

Gol Proses material Gol

UST / TEMA REMA

MOOD RESIDU Klausa ini kemudian diuraikan menjadi dua klausa karena tiap-tiap klausa mempunyai predikator.

( 1 )

Presiden Susilo

Bambang Yudhoyono Menyatakan mempertimbangkan Saran Dari berbagai pihak Subjek Predikator Predikator Sirkumstan lokasi

Gol Proses Material Goal

UST/TEMA R E M A MOOD R E S I D U

(6)

LOGAT

JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA Volume II No. 2 Oktober Tahun 2006

( 2 )

Presiden Susilo

Bambang Yudhoyono Mempertimbangkan Saran Dari berbagai pihak Subjek Predikator Komplemen Sirkumstan lokasi

Gol Proses Material Goal

UST/TEMA R E M A MOOD R E S I D U

Hasil identifikasi dari wacana di atas merupakan realisasi konsep bahasa dalam konteks situasi yang dianalisis secara kuantitatif dari tiap-tiap unsur field, tenor, dan mode (Analisis selanjutnya lihat lampiran teks 2 ).

3.2.1 Isi (Fill)

Wacana berita pada harian Analisa ini berisi informasi tentang “Kenaikan Gaji Pegawai Negeri” yang telah mengkhawatirkan partai, apakah kenaikan gaji dilakukan secara merata kepada seluruh pegawai negeri sipil, atau kepada pegawai rendahlah yang harus diberi kenaikan gaji. Pegawai negeri yang golongannya sudah tinggi seharusnya mengalami kenaikan dalam jumlah yang sedikit saja agar terjadinya pemerataan kesejahteraan rakyat Indonesia. Penyampaian informasi dilakukan dengan menggunakan proses material. Proses ini paling dominan dalam wacana ini. Proses diikuti dengan participan makhluk dan bukan makhluk. Proses ini paling dominan dalam wacana ini. Proses diikuti dengan partisipan makhluk dan bukan makhluk. Sirkumstan didominasi oleh sirkumstan lokasi.

3.2.1.1 Proses

Wacana berita Analisa terdiri atas 4 proses yaitu proses material, proses verbal, proses relasional. Proses ini didominasi oleh proses material yaitu 80%, sisanya menyebar pada proses verbal, mental, dan relasional.

No. Proses Jumlah Persentase 1 Material 12 80,00% 2 Verbal 1 6,67% 3 Mental 1 6,67% 4 Relasional 1 6,67% Jumlah 15 100% 3.2.1.2 Partisipan

Partisipan pada wacana berita Analisa meliputi partisipan makhluk hidup dan bukan makhluk hidup yang berjumlah 24 partisipan. Kedua partisipan ini porsinya hampir seimbang dalam teks wacana berita Analisa. Partisipan jenis makhluk berjumlah 70,83%

No. Peristiwa Jumlah Persentase

1 Makhluk 17 70,83 % 2 Bukan Makhluk 7 29,17 % Jumlah 24 100 %

3.2.1.3 Sirkumstan

Sirkumstan sebagai realisasi makna ideasional terdiri dari atas 10 sirkumnasi dalam wacana berita Analisa. Sirkumstan jenis lokasi paling dominan dalam wacana ini.

No. Sirkulasi Jumlah Persentase 1 Lokasi 4 40% 2 Cara 3 30% 3 Masalah 1 10% 4 Sebab 1 10% 5 Pandangan 1 10% Jumlah 10 100% 3.2.2 Pelibat (Tenor)

Pelibat (tenor) dalam konteks situasi (register) dipersentasikan dalam bahasa melalui makna antarpesona yaitu mempertukarkan pengalaman. Respresentasi tenor yang dianalisis di sini adalah fungsi ujar (speech funcition). Wacana pada berita harian Analisa ini memiliki 15 fungsi ujar, seperti pada tabel berikut ini:

No. Fungsi Ujar Jumlah Persentase 1 Pernyataan 14 93,34% 2 Saran 1 6,66% Jumlah 15 100%

3.2.3 Cara (Mode)

Cara (mode) direpresentasikan dalam konsep bahasa melalui makna tekstual yang merangkai pengalaman. Representasi mode yang dianalisis di sini adalah tema simpel yang lazim (unmarked simple thema), tema simpel tidak lazim (market simple thema), tema kompleks lazim (marked complex thema). Dari 53 tema yang terdapat pada wacana berita Analisa ini diambil sampel 15 tema atu 30% yang akan dianalisis, seperti yang dirinci pada tabel di bawah ini. Tema yang paling dominan adalah tema simpel yang lazim (unmarket simple thema) yaitu 53,33%.

No. Realisasi Cara Jumlah Persentase 1 Unmarked Simple Thema

(UST) 8 53,33%

2 Marked Simple Thema (MST)

3 20% 3 Unmarked Complex

Thema (UCT)

4 26,67% 4 Marked Complex Thema

(MCT)

0 0% Jumlah 15 100%

(7)

LOGAT

JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA Volume II No. 2 Oktober Tahun 2006

3.2.4 Hubungan Logis

Hubungan logis yang menunjukkan kelogisan makna ideasional terdiri atas 6 tipe hubungan logis dalam wacana berita Analisa. Hubungan logis tipe parataksi ganda dan hipotaksis elabora adalah tipe yang paling dominan dalam wacana ini masing-masing yaitu 27,27%.

No. Tipe Hubungan Logis Jumlah Persentase 1 Parataksis Elaborasi (1=2) 0 0% 2 Parataksis Ekstensi (1+2) 2 18,18% 3 Parataksis Ganda (1x2) 0 0% 4 Parataksis Lokusi (1”2) 0 0% 5 Parataksis Ide (1’2) 0 0% 6 Hipotaksis Elaborasi (a=b) 0 0% 7 Hipotaksis Ekstensi (a+b) 5 45,45% 8 Hipotaksis Ganda (axb) 2 18,18% 9 Hipotaksis Lokusi (a”b) 0 0%

10 Hipotaksis Ide (a’b) 0 0% Jumlah 11 100%

4.

PEMBAHASAN KEDUA WACANA

BERITA

KOMPAS

DAN

ANALISA

Kedua wacana berita dari dua sumber yang berbeda dalam field yang sama dibandingkan untuk melihat perbedaan dan persamaan yang meliputi isi (field), yaitu proses, partisipan, sirkumstan, dan hubungan logis antarklausa (parataksis/hipotaksis).

Isi (field) dalam kedua wacana berita di atas merupakan tentang “Presiden Mempertimbangkan Sarana Kenaikan Gaji PNS”. Pertimbangan presiden/pemerintahan bahan kenaikan gaji itu di lakukan secara merata kepada seluruh PNS dengan jumlah sama pejabat tinggi, kenaikan gajinya tinggi atau yang rendah kenaikan gajinya rendah. Presiden menyatakan bahwa beliau sedang membuat konsep bahwa pegawai negeri sipil yang golongan tinggi, kenaikan gajinya sedikit, dan yang golongan rendah, kenaikan gajinya tinggi, sedangkan presiden sendiri kenaikan gajinya hanya lima persen saja.

4.1 Proses

Dalam wacana berita Kompas dan Analisa proses didominasi oleh proses material yaitu 64,29% dan 80%. Dalam harian Kompas terdapat 5 proses yaitu proses material, mental, verbal, relasional, dan tingkah laku, sedangkan dalam Analisa hanya menggunakan empat saja yaitu proses material,

mental, verbal, dan rasional. Didominasikannya proses material ini sangat beralasan karena wacana ini memaparkan sejumlah aktivitas yang dilakukan oleh pemerintah dalam upaya mempersiapkan sebuah konsep kenaikan gaji PNS yang seadil-adilnya buat kepentingan rakyat banyak. Pemerintah di sini sebagai pelaku kenaikan gaji PNS adalah gol.

No. Proses Jumlah Persentase 1 Material 64,29% 80,00% 2 Verbal 14,29% 6,67% 3 Mental 7,14% 6,67% 4 Relasional 7,14% 6,67% 5 Tingkah laku 7,14% - Jumlah 100% 100% 4.1.1 Partisipan

Partisipan dalam kedua wacana ini terdiri atas subjek dan komplemen. Dari kedua wacana berita yang dibandingkan tampak bahwa partisipasi makhluk lebih dominan dalam harian Kompas, yaitu 71,43%. Begitu juga partisipan makhluk lebih dominan dalam harian Analisa, yaitu 73,34%. Persamaan ini mengindikasikan bahwa pada harian Kompas penonjolan gagasan diutamakan yang mengeluarkan gagasan tersebut. Pelaku yang muncul dalam konstruksi aktif mayoritas diwakili oleh ungkapan kebijaksanaan pemerintahan dan proses dominasikan oleh verbal. Begitu juga dengan harian Analisa adalah penonjolan pelaku yang mengeluarkan gagasan dan sekaligus langsung menonjolkan objek sasaran. Hal ini terlihat pada tabel berikut ini. Mengapa makhluk yang lebih dominan karena memang pelaku kebijaksanaan dan sasaran kebijaksanaan pemerintah untuk kenaikan gaji PNS sama-sama makhluk. Dianalisis dengan bukan makhluk hanya ada beberapa buah. Yang bentuk saran dan pandangan dari PKS dan Munas PKS penulis nyatakan dengan bukan makhluk. Tabel 7. Partisipan dalam wacana berita Kompas

dan Analisa

No. Partisipan Kompas Analisa 1 Makhluk 71.34% 73,34% 2 Bukan Makhluk 28,57% 26,66% Jumlah 100% 100% 4.1.2 Sirkumstan

Sirkumstan lokasi (40%) mendominasi kedua wacana ini. Gambaran ini mengindikasikan bahwa proses pembuatan kenaikan gaji PNS seperti tampak pada kedua wacana berita di atas dilaksanakan di tempat tertentu dan dalam waktu tertentu. Pada wacana Kompas Penonjolan sirkumstasi penyerta (30%) berada sesudah lokasi.

(8)

LOGAT

JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA Volume II No. 2 Oktober Tahun 2006 Pernyataan lebih diutamakan dalam harian ini

dibandingkan dengan rentang tata cara. Pada sisi lain, dalam harian Analisa penonjolan cara penyampaian (30%) juga ditonjolkan selain lokasi. Ini mengindikasikan bahwa gaya dalam tulisan Analisa memfokuskan waktu dan tempat serta cara yang adil untuk kenaikan gaji PNS.

No. Sirkumstan Jumlah Persentase 1 Lokasi 40% 40% 2 Cara 20% 30% 3 Penyerta 30% 10% 4 Rentang 10% 10% 5 Pandangan - 10% Jumlah 100% 100% 4.1.3 Pelibat (Tenor)

No. Fungsi Ujar Kompas Analisa 1 Pernyataan 92,86 % 93,34 % 2 Pernyataan 7,14 % - % 3 Saran - 6,66 %

Jumlah 100% 100% 4.1.4Cara (Mode)

No. Realisasi Cara Kompas Analisa 1 Unmarked Simple Thema

(UST)

50,00% 53,33% 2 Market Simple Thema

(MSt)

7,14% 20% 3 Unmarked complex thema

(UCT) 28,57% 26,67%

4 Market Complex Thema

(MCT) 14,29% 0%

Jumlah 100% 100% 4.1.5 Hubungan Logis

Hubungan logis yang mendominasi kedua harian ini adalah tipe parataksis eksistensi, paraktasis ganda, dan paraktasis elaborasi. Ini mengindikasikan bahwa dalam menyampaikan isi berita, para wartawan lebih suka merealisasikan dua topik ke dalam satu topik. Topik yang digabungkan ke dalam satu topik asal dihubungkan dengan cara bahwa topik kedua merupakan bagian dari topik pertama.

No. Tipe Hubungan Logis Kompas Analisa 1 Parataksis Elaborasi (1=2) 0% 0% 2 Parataksis Ekstensi (1+2) 30% 18,18% 3 Parataksis Ganda (1x2) 0% 18,18% 4 Parataksis Lokusi (1”2) 0% 0% 5 Parataksis Ide (1’2) 0% 0% 6 Hipotaksis Elaborasi (a=b) 20% 0%

7 Hipotaksis Ekstensi (a+b) 50% 45,45% 8 Hipotaksis Ganda (axb) 0% 18,18% 9 Hipotaksis Lokusi (a”b) 0% 0% 10 Hipotaksis Ide (a’b) 0% 0%

Jumlah 100% 100%

5.

KONTEKS SOSIAL

Konteks merupakan wahana terbentuknya teks. Dalam pandangan LFS arti yang terealisasi dalam teks merupakan hasil interaksi pemakai bahasa dengan konteks. Teks terwujud dalam konteks sosial tertentu. Hubungan teks dan konteks dalam hubungan konstrual semiotik artinya konteks dan teks saling menentukan. Konteks menentukan teks dan teks merujuk pada konteks. Konteks terdiri atas tiga unsur yaitu konteks sosial (register), konteks budaya (genre), dan konteks ideologi. Ketiga unsur itu secara bertingkat mendampingi bahasa untuk membentuk hubugan semiotik bertingkat.

Dalam bidang ini (field) konteks situasi oleh tiga aspek yaitu arena/kegiatan, ciri partisipan dan ranah semantik. Arena/kegiatan yang mengacu pada lokasi interaksi menetapkan bahwa penanganan kenaikan gaji PNS tidak ditentukan oleh sebuah aturan yang terinstitusi. Pelibat tidak harus mematuhi norma–norma formal yang berlaku. Ini terlihat dari gaya penulis ketika menyampaikan isi tulisannya, sehingga isi tulisannya dapat diakui atau dipahami oleh segala lapisan masyarakat. Walaupun ada topik yang terfokus dalam pembicaraan tentang kenaikan gaji PNS dan usia, gaji ke-13 tetapi dilaksanakan setiap tahun, topik ini bukan sebuah topik khusus dengan gaya bahasa yang khusus, sehingga pembaca tidak perlu mempersiapkan latar belakang pengetahuannya dalam memahami isi berita tersebut.

Konteks budaya menetapkan langkah– langkah yang harus dilalui untuk mencapai tujuan sosial suatu teks. Berdasarkan tujuan sosialnya, teks berita Kompas dan Analisa dengan topik “Kenaikan Gaji PNS” dikelompokkan sebagai jenis narasi yang terdiri dari struktur Abstrak A Orientasi A (Evaluasi) A Komplikasi A Resolusi A (Koda).

Ada dua konteks budaya yang berbeda yang dapat diamati dari isi tulisan penulis walaupun pada dasarnya topik yang hendak dikemukakan sama yaitu kenaikan gaji PNS dilaksanakan dan gaji ke-13 juga tetap ada setiap tahun. Pada harian Kompas, penulis lebih bersimpati bahwa kenaikan gaji PNS minimal 20% pada tahun depan dengan ditambah tetap memberikan gaji ke-13 isi berita lengkap, lugas, bersahaja. Sedangkan gaya harian Analisa, bahasa yang digunakan lebih formal dan menyampaikan pokok–pokok penting tentang kenaikan gaji Pegawai Negeri Sipil.

Abstrak : 1. (Kompas) Rencana Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tentang kenaikan gaji PNS lebih ditujukan bagi Pegawai Negeri golongan rendah. Saran dan pandangan PKS

(9)

LOGAT

JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA Volume II No. 2 Oktober Tahun 2006 agar kenaikan gaji diutamakan

kepada mereka yang gajinya rendah tentu sangat diperhatikan pemerintah.

2. (Analisa) Presiden menyatakan akan mempertimbangkan sebagai pandangan sejumlah pihak yang berkaitan dengan rencana pemerintah menaikkan gaji pegawai negeri sipil. Pandangan yang umum adalah pemerintah hendaknya lebih mengutamakan kenaikan gaji PNS golongan rendah, bukan tinggi negara.

Orientasi : Partisipan terdiri atas pejabat pemerintah dan partai politik di dalam menyusun kebijaksanaan pemerintah yang adil untuk kepentingan rakyat banyak. Rencana itu diorientasikan juga untuk semua rakyat banyak Indonesia bukan PNS saja akan mendapat perhatian yang mendalam dari pemerintah.

Evaluasi : Penutur memahami bahwa rencana kenaikan gaji PNS akan dilaksanakan dengan seadil– adilnya sampai kepada rakyat kecil yang bukan PNS seperti buruh, petani, dan nelayan, kesejahteraan mereka akan ditingkatkan.

Komplikasi: Mencari sumber berita tentang informasi kenaikan gaji PNS Kompas dan Analisa adalah rencana kenaikan gaji PNS dan peningkatan kesejahteraan bagi rakyat yang bukan PNS seperti buruh, petani, nelayan, dan sebagainya.

Resolusi : Pemerintah menyelesaikannya dengan rencana yang seadil– adilnya tentang kenaikan gaji pegawai negeri, minimal 20 persen pada tahun depan ditambah tetap memberikan gaji ke-13, serta meningkatkan kesejahteraan rakyat yang bukan PNS seperti nelayan, buruh, petani, dan lain – lain. Koda : Dalam koda terdapat perbedaan

yaitu:

1. (Kompas) mengakhiri dengan menyadari sepenuhnya perkataan Presiden bahwa pihak pemerintah sedang menyusun konsep menaikkan gaji Pegawai Negeri Sipil minimal 20 persen pada tahun depan ditambah tetap memberikan gaji ke-13.

2. (Analisa) diakhiri dengan pernyataan akan ada evaluasi dari PKS terhadap pemerintah Yudhoyono sehubungan dengan kenaikan gaji PNS. Tetapi evaluasi yang dilakukan diwarnai dengan jiwa pemaaf dan kasih sayang. Kedua koda ini sangat berhubungan dengan abstrak di atas. Kalau pada Kompas lebih ditekankan pada kesejahteraan rakyat banyak, sedangkan pada Analisa lebih menekankan kenaikan gaji PNS dan evaluasi kerja Presiden Yudhoyono selama 1 tahun sudah bekerja/memimpin RI.

Dari uraian konteks budaya di atas, yang dirinci dalam strukturnya dapat disimpulkan bahwa budaya Medan berbeda dengan budaya Jakarta. Dari tulisan (Analisa) terlihat bahwa budaya Medan selalu berusaha menyelesaikan persoalan dari akar persoalan itu sendiri, sedangkan budaya Jakarta (Kompas) berusaha menyelesaikan persoalan dari dampak persoalan itu.

6.

SIMPULAN

Dari uraian di atas dapat disimpulkan

1. Kedua wacana berita itu umumnya menggambarkan pengalaman material yang direalisasikan oleh proses material, partisipan meliputi manusia dan hewan, dan sirkumstannya adalah lokasi.

2. Hubungan yang logis yang mendominasi kedua wacana di atas adalah parataksis ekspansi, parataksis ganda, dan hipotaksis elaborasi.

3. Wacana di atas tergolong jenis tulisan naratif yang tidak khusus dan tidak formal, sehingga dapat dipahami oleh berbagai lapisan masyarakat.

4. Perbedaan budaya tersirat dalam kedua wacana naratif di atas yaitu budaya yang menonjolkan penyelesaian akar permasalahan dan budaya yang menyelesaikan dampak dari persoalan.

DAFTAR PUSTAKA

Batubara, Leo. 2002, “Media in Davided Societes in Indonesia”. Makalah pada Asian Media Information and Communication Centre (AMIC) Regional Seminar on Media in Devided Secientiest Asia di Singapore. Brown, Gillian (ed). 1995. Advances in Spoken

(10)

LOGAT

JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA Volume II No. 2 Oktober Tahun 2006 Eriyanto, 2001. Analisis Wacana: Pengantar

Analisis Teks Media. Yogyakarta: Klis Yogyakarta.

Fairclough, Norman. 1995. Media Discourse. London: Edward Arnold.

Hoed. 1994. “Politik Bahasa dan Perkembangan Bahasa Jurnalistik Indonesia.” Dalam Archipel.

Saragih, Amrin 2001. Bahasa dalam Konteks Sosial. Medan: USU Press

Tarigan, Henry Guntur. 2000. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. 1999. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.

Wojowasito. S. 1994. Tatabahasa Indonesia. Jakarta: Djambatan.

Yule, G. dan Brown Gilian. 2003. Analisis Wacana. Jakarta: Gramedia

Gambar

Tabel 5. Sirkumstan dalam wacana berita Kompas  No. Partisipan  Kompas  Analisis

Referensi

Dokumen terkait

Karang taruna sebagai wadah pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh, dan untuk masyarakat terutama generasi

Shalawat serta salam tak lupa peneliti haturkan untuk Nabi Besar Muhammad SAW dan para sahabat yang telah menunjukkan jalan yang terang bagi seluruh umat muslim,

dimunculkan oleh individu didasari oleh adanya intensi perilaku korupsi/anti- korupsi yang didalamnya terjadi sinergi tiga faktor kognisi, afeksi dan

[r]

Pemilihan jenis tanaman sela (tumpangsari) di antara tanaman jambu mete, di samping untuk hasil tambahan petani juga untuk merangsang musuh alami atau serangga berguna

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan sikap terhadap whistle blowing, komitmen organisasi, personal cost, tingkat keseriusan kecurangan, dan tanggung

“Sebelum model jilbab yang sekarang , dulu anak- anak setiap jam saya pasti memakai jilbab walaupun setelah itu dilepas. Bahkan kalau ada yang tidak pakai jilbab

Berdasarkan analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran problem based instruction pada subtema keindahan alam negeriku dapat