• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009

UJI DISOLUSI CHLORPHENIRAMINE MALEAT

SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRA VIOLET

TUGAS AKHIR

Oleh:

BINTANG SIMBOLON 052410046

PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009

LEMBAR PENGESAHAN

UJI DISOLUSI CHLORPHENIRAMINE MALEAT

SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRA VIOLET

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Diploma III Analis Farmasi

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Oleh :

BINTANG SIMBOLON 052410046

Medan, Juni 2008

Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing,

Dra. Masfria, MS., Apt. NIP 131 569 406

Disahkan Oleh: Dekan,

(3)

Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

segala rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan Tugas Akhir ini sebagaimana mestinya.

Tugas akhir ini berjudul “UJI DISOLUSI CHLORPHENIRAMINE

MALEAT SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRA VIOLET”. Tugas akhir

ini disusun sebagai syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan Program

Diploma III (D3) Analis Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara,

Medan.

Selanjutnya Penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya

kepada kedua Orang Tua, Alm. Ayahanda Toguan Simbolon dan Ibunda

Rosmawati Simatupang, dan kepada abangku Ikrar Simbolon SH, dan Irsan

Simbolon.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,

penulis tidak akan dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagaimana mestinya.

Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

berbagai pihak antara lain :

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. sebagai Dekan Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Masfria MS., Apt., Selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan tugas akhir ini.

3. Bapak Drs. Ismail Msi., Apt., selaku Dosen Wali.

4. Ibu Ny. Sari K. Barus Selaku direktur PT. VARSE Pharmaceutical

(4)

Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009

5. Ibu Pinta Suriaty br. Sembiring SSi., Apt., selaku pembimbing dalam

melaksanakan praktek kerja lapangan.

6. Bapak atau Ibu Staf pengajar di Fakultas farmasi Universitas Sumatera

Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis dalam menuntut ilmu

selama di Perguruan Tinggi.

7. Teman-teman mahasiswa Analis Farmasi yaitu Karmila, Elva Yunita dan

teman-teman yang lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang

telah membantu penulis menyelesaikan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa sepenuhnya isi dari tugas akhir ini masih

terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu dengan segala

kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun, demi kesempurnaan tugas akhir ini. Akhir kata, penulis sangat

berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Medan, Juni 2008

Penulis

(5)

Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Tujuan dan Manfaat ... 2

1.2.1. Tujuan ... 2

1.2.2. Manfaat ... 2

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA... 3

2.1Chlorpheniramine Maleat...3

2.1.1. Uraian umum Chlorpheniramine Maleat...3

2.2. Tablet ... 4

2.2.1. Tablet secara umum ... 4

2.2.2. Evaluasi tablet... 4

2.2.3. Komponen-komponen alat uji disolusi... 7

2.2.4. Alat uji disolusi... 8

2.2.5. Prosedur pengujian disolusi...12

2.2.6. Faktor yang mempengaruhi kelarutan zat aktif...12

2.2.7. Faktor formulasi...12

2.3. Tablet Chlorpheniramine Maleat...14

2.4. Penetapan kadar secara spektrofotometri UV...15

2.4.1. Spektrofotometri Ultra Violet...15

BAB III : METODOLOGI ...19

(6)

Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009

3.2 Alat-alat ... 19

3.3 Bahan-bahan ... 19

3.4 Prosedur ... 19

3.4.1 Larutan Baku... 19

3.4.2 Larutan Uji... 20

3.4.3 Penetapan Kadar CTM Secara Spektofotometri UV... 20

3.4.4 Perhitungan... 21

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

4.1 Hasil ...22

4.2 Pembahasan ...22

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ...23

5.1 Kesimpulan ... 23

5.2 Saran ... 23

DAFTAR PUSTAKA ... 24 Lampiran

(7)

Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat adalah suatu zat yang dimaksudkan untuk dipakai dalam mengobati,

mengurangi rasa sakit, dan mencegah penyakit pada manusia dan hewan. Obat

mempunyai beberapa sediaan seperti tablet, kapsul, suspensi, dan berbagai larutan

sediaan farmasi. Salah satu sediaan uji tablet adalah bentuk sediaan padat yang

dibuat secara kempa atau dengan mencetak dan sediaan tablet mempunyai

beberapa persyaratan antara lain proses pelarutan obat, seperti uji disolusi untuk

mengetahui seberapa banyak persentase zat aktif dalam obat, yang teraborpsi dan

masuk kedalam peredaran darah untuk memberikan efek terapi.

Faktor yang diperhatikan dalam uji disolusi yaitu : ukuran dan bentuk

yang akan mempengaruhi laju dan tingkat kelarutan, selain itu sifat media

pelarutan juga akan mempengaruhi uji kelarutan. Beberapa kegunaan uji disolusi :

menjamin keseragaman 1 batch, menjamin bahwa obat akan memberikan efek

terapi yang diinginkan, dan diperlukan dalam rangka pengembangan suatu obat

baru. (Ditjen POM, 1995)

Salah satu tablet yang diuji adalah Chlorpheniramine Maleat (CTM) yang

termasuk golongan obat antihistamin, sebagai obat anti alergi, banyak diberikan

secara oral dan intravena, bekerja di susunan saraf pusat, dapat menimbulkan rasa

kantuk yang kuat, maka tidak dianjurkan meminum obat ini jika kita hendak

bepergian. Obat ini juga termasuk obat keras, jadi pemakainnya harus hati-hati

(8)

Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009

Ada beberapa cara penetapan kadar chlorpheniramine maleat yaitu

penetapan kadar secara KLT (Kromatografi Lapis Tipis), KCKT (Kromatografi

Cair Kinerja Tinggi), Kromatografi Gas, Spektofotometri Ultra Violet,

Spektofotometri Infra – Red. (Clarke’s, 1986).

Dari beberapa cara penetapan kadar chlorpheniramine maleat tersebut,

penulis tertarik untuk melakukan uji disoluasi CTM dalam produksi PT. VARSE

dengan metode spektrofotometri ultra violet sehingga dapat diketahui apakah

kadarnya akan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh Farmakope

Indonesia edisi IV.

1.2 Tujuan dan Manfaat 1.2.1 Tujuan

Uji Disolusi bertujuan untuk mengetahui apakah tablet sampai ke

lambung, dan usus halus sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh

Farmakope Indonesia edisi IV.

1.2.2 Manfaat

Adapun yang menjadi manfaat dari uji disolusi adalah :

1. Uji disolusi bermanfaat untuk mengetahui laju kelarutan zat aktif dan

kemampuan obat untuk diabsorpsi.

2. Uji disolusi merupakan suatu prosedur kontrol mutu yang baik untuk

mendapatkan hasil produksi yang baik.

(9)

Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Chlorpheniramin Maleat

2.1.1 Uraian umum Chlorpeniramin Maleat Rumus Bangun :

N CH Cl o HC COOH CH2CH2N(CH3)2 HC COOH

2-[P-Kloro-a-[2-(dimetilamino)etil]benjil] piridina maleat (1:1)[113-92-8]

Chlorpheniramine maleat mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih

dari 100,5 % C16H19ClN2.C4H4O4 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Nama Kimia : Chlorpeniramine Maleat

Rumus molekul : C16H19ClN2.C4H4O4

Berat molekul : 390,87

Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau, larut dalam etanol dan

kloroform, sukar larut dalam eter dan dalam benzen.

Baku pembanding : Chlorpheniramin maleat BPFI; pengeringan pada suhu 1050

selama 3 jam sebelum digunakan (Farmakope Indonesia Edisi

IV)

Identifikasi : Pada sejumlah tertentu serbuk tablet dalam tabung reaksi,

dan ditambahkan beberapa tetes pDAB HCl terjadi warna biru

(10)

Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009

2.2 Tablet

2.2.1. Tablet secara umum

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa

bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya tablet dpat digolongkan

sebagai tablet kempa dan tablet cetak. Tablet kempa dibuat dengan memberikan

tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja, sedangkan

tablet cetak dibuat dengan menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah

kedalam lubang cetakan (Ditjen POM, 1995).

Komposisi utama dari tablet adalah bahan berkhasiat, yang dapat dicetak

langsung menjadi tablet atau ditambah bahan tambahan lain. Bahan tambahan

yang umum digunakan dalam pembuatan tablet yaitu bahan pengisi, bahan

pengikat, bahan penghancur, bahan pelicin, dan bahan tambahan lain seperti

bahan pewarna dan bahan pemberi rasa ( Ansel, 1989).

Tablet harus mempunyai bentuk dan ukuran yang sesuai dan bebas dari

bentuk-bentuk kerusakan tablet. Pengujian-pengujian yang dilakukan untuk

mengetahui kualitas dari tablet adalah ; keseragaman bobot, kekerasan tablet,

kerenyahan tablet, waktu hancur tablet, penetapan kadar zat berkhasiat, disolusi

tablet. (Ditjen POM, 1995).

2.2.2 Evaluasi Tablet

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, dan sumber-sumber lainnya,

pengujian-pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kualitas dari tablet adalah

(11)

Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009

a. Uji Keseragaman Bobot

Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot. Keseragaman bobot ini

ditetapkan untuk menjamin keseragaman bobot tiap tablet yang dibuat.

Tablet-tablet yang bobotnya seragam diharapkan akan memiliki kandungan bahan obat

yang sama, sehingga akan mempunyai efek terapi yang sama.

b. Uji Kekerasan

Tablet harus memiliki kekuatan atau kekerasan agar dapat bertahan

terhadap berbagai guncangan pada saat pengepakan, dan pengangkutan. Uji ini

dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut hardness testert, tablet

diletakkan diantara alat penekan dan puch dan dijepit dengan memutar sekrup

pengatur sampai tanda lampu menyala, lalu ditekan tombol sehingga tablet pecah.

Tekanan dapat ditunjukkan melalui skala yang tertera.

c. Uji Kerenyahan

Uji kerenyahan dilakukan untuk mengetahui kerenyahan tablet, karena

tablet yang rapuh dan rusak akan berkurang kandungan zat berkhasiatnya

sehingga akan mempengaruhi efek terapi. Kerenyahan ditandai sebagai massa

seluruh partikel yang berjatuhan dari tablet. Uji ini menggunakan alat yang

disebut Roche Friabilator yang terdiri dari sebuah tabung yang berputar, kearah

radial disambungkan sebuah bilah lengkung. Tablet dimasukkan kedalam drum

tersebut, dihidupkan alat maka drum berputar dan tablet bergulir jatuh sampai

pada putaran berikutnya dipegang kembali oleh bilah. Pengujian mengamati

kerusakan dari tablet tersebut. Pemutaran dilakukan 100 kali dengan persyaratan

(12)

Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009

d. Uji Waktu Hancur

Uji ini dimasukkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang

tertera dalam masing-masing monografi, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa

tablet dirancang untuk pelepasan kandungan obat secara bertahap dalam jangka

waktu tertentu atau melepaskan obat dalam dua periode berbeda atau lebih dengan

jarak waktu yang jelas diantara periode pelepasan tersebut. Uji waktu hancur ini

tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya telarut sempurna. Sediaan

dinyatakan hancur sempurna bila tidak ada sisa sediaan, yang tertinggal pada kasa

yang tidak larut.

e. Uji Penetapan Kadar zat Berkhasiat

Uji penetapan kadar zat berkhasiat dilakukan untuk mengetahui apakah

tablet tersebut memenuhi syarat sesuai dengan etiket. Bila kadar obat tersebut

tidak memenuhi syarat maka obat tersebut tidak memiliki efek terapi yang baik

dan tidak layak dikonsumsi. Uji penetapan kadar dilakukan dengan menggunakan

cara-cara yang sesuai tertera pada monografi antara lain di Farmakope Indonesia.

f. Uji Disolusi

Disolusi adalah proses pemindahan molekul obat dari bentuk padat

kedalam larutan pada suatu medium. Uji disolusi digunakan untuk menentukan

kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang tertera dalam monografi pada

sediaan tablet kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah atau

tidak memerluka n uji disolusi.

Ada tiga kegunaan uji disolusi :

1. Menjamin tablet seragam dengan batch

(13)

Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009

3. Uji disolusi diperlukan dalam rangka pengembangan suatu obat baru.

Obat yang telah memenuhi persyaratan kekerasan, waktu hancur,

kerenyahan, keseragaman bobot, dan penetapan kadar, belum dapat menjamin

bahwa suatu obat memenuhi efek terapi, karena itu uji disolusi harus dilakukan

pada setiap produksi tablet.

Dalam monografi sediaan tablet pada Farmakope Indonesia,

mencantumkan persyaratan uji disolusi dengan persentase tertentu suatu zat aktif

yang dikandung sediaan padat harus larut dalam waktu tertentu pula untuk

memberikan efek terapi.

2.2.3. Komponen-komponen alat uji disolusi

Komponennya terdiri dari :

1. Motor pengaduk dengan kecepatan yang dapat berubah

2. Keranjang baja stainless berbentuk silinder atau dayung untuk

ditempelkan ke ujung pengaduk.

3. Bejana dari gelas atau bahan lain yang inert dan transparan dengan volume

1000 ml, bertutup ditengah-tengahnya ada tempat untuk menempelkan

pengaduk, dan ada dua lubang satu tempat zat dan satu menempatkan

termometer. Penangas air yang sesuai untuk menjaga temperatur pada

media disolusi alam bejana.

(14)

Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009

2.2.4 Alat uji disolusi

Alat uji disolusi yang paling banyak digunakan saat ini adalah alat uji

diolusi yang tertera dalam Farmakope Indonesia Edisi IV

Ada dua alat yang tertera dalam Farmakope Indonesia Edisi IV antara lain

A. Alat 1

Alat ini terdiri dari wadah bertutup yang terbuat dari kaca atau bahan

transparan lain yang inert, dilengkapi dengan suatu motor atau alat penggerak, dan

keranjang berbentuk silinder. Wadah tercelup sebahagian dalam penangas air

yang sesuai sehingga dapat mempertahankan suhu dalam wadah 37 0 ± 0,5 0C

selama pengujian berlangsung dan juga menjaga agar gerakan air dalam tangas air

halus dan tetap. Wadah disolusi berbentuk silinder dengan dasar setengah bola,

tinggi 160 mm hingga 175 mm, diameter dalam 98 mm hingga 106 mm dan

kapasitas nominal 1000 ml. Pada bagian atas wadah ujungnya melebar, untuk

mencegah penguapan dapat digunakan suatu penutup yang pas. Batang logam

berada pada posisi sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada

tiap titik pada sumbu vertical wadah, berputar dengan halus dan tanpa goyangan

(15)

Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009

Gambar Alat Uji Disolusi

- Alat 1 ( Pengaduk Bentuk Keranjang )

A = Pada keadaan keranjang terpasang, bila berputar pada sumbu E, pergeseran

maksimum yang diperkenankan pada titik A adalah ± 1,0 mm.

B = Penahan yang bentuknya melengkung 120 0

C = Lubang yang berdiameter 2,0 mm

D = Kasa dengan sambungan dipatri, berukuran 40 mesh x 40 mesh, diameter

0,254 mm ( 0,01 inchi dengan bagian luar 0,015 inchi ); bila kasa

dinyatakan berukuran 20 mesh, pergunakan 20 mesh x 20 mesh (0,016

inchi dengan bagian luar 0,034 inchi ).

(16)

Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009

B. Alat 2

Alat ini sama dengan alat 1, bedanya pada alat ini digunakan dayung yang

terdiri dari daun dan batang sebagai pengaduk. Batang berada pada posisi

sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada setiap titik dari sumbu

vertical wadah dan berputar dengan halus tanpa goyangan yang berarti. Daun

melewati diameter batang sehingga dasar daun dan batang rata. Dayung

memenuhi spesifikasi seperti pada gambar alat 2. Jarak 25 mm ± 2 mm antara

daun dan bagian dalam dasar wadah dipertahankan selama pengujian berlangsung.

Daun dan batang logam yang merupakan satu kesatuan dapat disalut dengan suatu

penyalut yang inert dan sesuai. Sediaan dibiarkan tenggelam kedasar wadah

sebelum dayung mulai berputar. Sepotong kecil bahan yang tidak bereaksi seperti

gulungan kawat berbentuk spiral dapat digunakan untuk mencegah

(17)

Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009

- Alat 2 (Pengaduk Bentuk Dayung)

Catatan :

1. Batang dan daun terbuat dari baja tahan karat

2. Bila berputar pada sumbu E, besarnya A dan B tidak boleh menyimpang

lebih dari 0,5 mm.

E

1

(18)

Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009

2.2.5 Prosedur pengujian disolusi

Pada tiap pengujian, volume dari media disolusi (seperti yang

dicantumkan dalam masing-masing monografi) ditempatkan dalam bejana dan

dibiarkan mencapai temperatur 37 0 C, kemudian satu tablet atau lebih tablet yang

diuji dicelupkan kedalam bejana atau ditempatkan dalam keranjang, kemudian

pengaduk diputar dengan kecepatan seperti yang ditetapkan dalam monografi.

Pada waktu-waktu tertentu contoh dari media diambil untuk analisis kimia dari

bagian obat yang terlarut. Tablet harus memenuhi syarat seperti yang terdapat

dalam monografi untuk kecepatan disolusi.

2.2.6 Faktor yang mempengaruhi kelarutan zat aktif

Menurut Devissaguet, J., dkk. 1992, ada beberapa faktor yang

mempengaruhi kelarutan zat aktif, antara lain :

a. Ukuran partikel

Ukuran partikel mencapai ukuran minimum, artinya cukup kecil agar

permukaan kontak menjadi luas dan permukaan yang bersentuhan dengan medium

disolusi sehingga semakin cepat zat aktif tersebut melarut.

b. Bentuk kristal / amorp

Zat aktif dalam bentuk amorp lebih mudah larut dibandingkan dengan

yang berbentuk kristal sehingga lebih mudah diabsorbsi dengan demikian

memberikan efek terapi yang lebih cepat.

2.2.7 Faktor formulasi

Zat tambahan yang diperlukan untuk membentuk massa suatu sediaan

tablet, memegang peranan penting dalam pelepasan zat aktif. Zat tambahan itu

(19)

Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009

a. Zat pengisi

Untuk zat aktif yang sangat kecil jumlahnya, zat pengisi perlu dimasukkan

gunanya untuk memperbesar volume tablet tersebut. Zat pengisi memiliki

pengaruh terhadap pelepasan zat aktif. Sebagai contoh zat pengisi yang bersifat

mengabsorbsi, dapat memperlambat proses pelepasan zat aktif. Demikian juga

halnya dengan zat pengisi yang membuat tablet menjadi keras, dapat

memperlambat waktu hancur dan pelepasan zat aktif. Zat pengisi yang biasa

digunakan adalah saccharum lactis.

b. Zat pengikat

Zat pengikat ditambahkan dengan maksud agar tablet tidak mudah pecah

atau retak sehingga terjadi kekompakan dan memiliki daya tahan dari tablet.

Tetapi zat ini dapat memperlambat dibebaskannya zat aktif pada konsentrasi yang

lebih besar. Telah terbukti bahwa peningkatan kekentalan karena pemakaian zat

pengikat, dengan konsentrasi yang lebih besar pasti menghambat pelarutan.

Sehingga memperlambat disolusi zat aktif. Zat pengikat yang sering digunakan

adalah mucilago gum arab10 - 20%.

c. Zat penghancur

Zat penghancur (desintegran) ditambahkan dengan maksud agar tablet

dapat segera hancur dalam air atau cairan lambung. Zat penghancur yang biasa

digunakan adalah amilum manihot kering.

d. Zat pelicin

Zat pelicin ditambahkan dengan maksud agar tablet tidak melekat pada

cetakan. Pada umumnya zat pelicinnya bersifat hidrofob (sukar dibasahi). Apabila

(20)

Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009

Karena itu penggunaan zat ini cukup pada konsentrasi yang minimum saja, yang

ditandai dengan aliran granul yan baik. Bahan pelicin yang sering digunakan

adalah magnesium stearat

2.3 Tablet Chlorpheniramine Maleat

Tablet chlorpheniramine maleat memiliki diameter 8 mm, berbentuk

cembung dengan pinggiran bulat dan berwarna kuning. Tiap tablet mengandung 4

mg chlorpheniramin maleat.

Indikasi

Untuk mencegah reaksi alergi seperti gatal-gatal, yang pada umumnya

berguna untuk melawan naiknya fermeabilitas kapiler. Dan dalam keadaaan

gawat, terjadi suatu reaksi shok anafilaksis dan mematikan (Tan Hoan, 19782).

Dosis

1. Bayi : 3-4 kali sehari ½-1 tablet

2. Dibawah 12 tahun : 3-4 kali sehari ¼ tablet

3. Dewasa : 3-4 kali sehari ½ tablet

Farmakologi Chlorpheniramine Maleat

Chlorpheniramine Maleat adalah obat anti histamin H1 yang sering

digunakan sebagai obat pilihan pertama untuk mencegah atau mengobati gejala

reaksi alergi.

Efek farmakodinamika Chlorpheniramine Maleat

Efek umum dari chlorpheniramine maleat adalah efek sedasi, tetapi intensitas

efek tersebut bervariasi diantara sub kelompok kimia dan juga diantara pasien.

Efeknya cukup besar pada beberapa pasien yang berguna sebagai bantuan tidur

(21)

Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009

efek anti mual dan anti muntah yang mempunyai aktifitas bermakna dalam

mencegah terjadinya motion sickness (mabuk kalau naik kenderaan).

2.4. Penetapan Kadar Secara Spektrofotometri 2.4.1. Spektrofotometri Ultra Violet

Spektrofotometri adalah suatu metode yang mempelajari serapan atau emisi

radiasi elektromagnetik sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan alat atau

instrument untuk spektrofotometri disebut spektrofotometer, yaitu alat yang

mempergunakan cahaya dengan frekuensi tertentu melalui suatu larutan sampel

untuk mengukur intensitas cahaya yang keluar.

Penetapan kadar secara spektrofotometri memegang peranan yang penting

untuk penentuan kuantitatif bahan baku dan sediaan obat. Tahap-tahap penetapan

kadar secara spektrofotometri adalah :

1. Menentukan panjang gelombang maksimun ( maks ) dari zat yang akan

ditetapkan kadarnya dengan alat yang akan digunakan. Dapat juga dilihat dari

Farmakope Indonesia dan negara lain misalnya Clarke’s. Panjang gelombang

maksimum zat yang akan ditetapkan akan kita peroleh setelah dilakukan

pengukuran dengan memasukan kisaran panjang gelombang yang diinginkan.

serapan dari berbagai panjang gelombang dan dibuat kurva kalibrasinya.

2, Menentukan linieritas kurva kalibrasi dan persamaan regresi dari kurva

kalibrasinya. Untuk ini dilakukan dengan pengukuran serapan dari larutan

induk pembanding yang harus diencerkan paling sedikit 5 konsentrasi yang

berbeda. Pengukuran harus dilakukan dalam batas-batas serapan yang

(22)

Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009

Dari data-data yang diperoleh ini dibuat kurva kalibrasi dan persamaan garis

regresi dari larutan baku pembanding.

Persamaan garis regresi nya: Y = ax + b

Keterangan : Y = serapan sampel/cuplikan

X = konsentrasi

Untuk mendapatkan persamaan regresi di atas, maka harga a dapat diperoleh

dari persamaan dibawah ini :

a =

∑ X2 - ( ∑X )2 / n

∑XY – ( ∑X ) ( ∑Y ) / n

Keterangan: X= konsentrasi baku pembanding ( mcg / ml ) dari berbagai

konsentrasi.

Y = serapan baku pembanding dari berbagai konsentrasi.

n = banyaknya pengukuran serapan yang dilakukan.

Jika harga a telah kita peroleh, maka harga b akan didapat dari,

b = Y – aX

keterangan : Y = rata-rata dari absorbansi

X = rata-rata dari konsentrasi

Dan dengan demikian akan diperoleh persamaan garis regresinya.

3. Kadar zat yang ditentukan dapat diperoleh dengan :

a. Persamaan garis regresi, yaitu mengukur serapan zat tersebut pada panjang

gelombang maksimunmnya dan memasukkan harga serapan yang diperoleh

pada persamaan garis regresi dari larutan pembanding.

b. Cara perbandingan pendekatan harga serapan (A).

C sampel =

Apembanding

(23)

Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009

Denagn syarat : harga Asampel berdekatan dengan harga Apembanding.

4. Larutan zat yang akan diukur serapannya harus jernih. Kalau tidak jernih harus

disaring atau disentrifuge sehingga diperoleh filtrat yang jernih untuk diukur

dengan spektrofotometri. (Salbiah, dkk., 2008)

Spektrofotometri adalah suatu metode yang mempelajari serapan atau

emisi radiasi elektromagnetik sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan alat

atau instrument untuk spektrofotometi disebut spektrofotometer, yaitu alat yang

memepergunakan cahaya dengan frekuensi tertentu melalui suatu larutan sampel

untuk mengukur intensitas cahaya yang keluar.

Spektrofotometer ultra violet terdiri atas empat komponen dasar yaitu :

1.Sumber energi radiasi

Sumber energi radiasi ultra violet yang sering digunakan adalah hidrogen,

dapat juga dipakai uap merkuri atau xenon. Kedua sumber ini menghasilkan

radiasi ultra vilet yang intensitasnya tinggi.

2. Monokromator

Fungsi dari monokromator adalah untuk menghasilkan radiasi

monokromatik yang berasal dari sumbernya yang polikromatik, atau dengan kata

lain radiasi yang polikromatik diubah menjadi monokromatik.

3. Wadah

Wadah yang digunakan untuk larutan sampel atau larutan contoh harus

dibuat dari bahan yang transparant, misalnya silika.

4. Detektor yang dihubungkan dengan sistem pembacaan ( alat pencatat ).

Detektor yang paling banyak digunakan untuk spektrum ultra violet dan

(24)

Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009

Blok diagram komponen spektrofotometer adalah sebagai berikut :

Prinsip Pengukuran Spektrofotometer

Bila suatu sinar monokromatis dilewatkan melalui sampel maka sebagian

dari sinar tersebut terserap oleh sampel dan sebagian lagi akan diteruskan.

Perbandingan antara intensitas sinar setelah melalui sampel dan intensitas sinar

mula-mula disebut transmitan ( T )

T = I / I0

Hubungan antara absorban dengan transmitan adalah :

A = log 1 / T

Fraksi sinar yang diabsorbsi sangat tergantung pada tiga faktor yakni

absorbtivitas, tebal kuvet atau tempat sampel dan konsentrasi. Ketiga parameter

ini digabungkan dan sering disebut dengan hukum Lambert Beer, yang dapat

dibuat dengan persamaan :

A = a x b x c

Keterangan : A = fraksi sinar yang diabsorbsi

a = absorbtivitas

b = ketebalan lapisan medium

c = konsentrasi larutan

( James W. Munson, 1991 ) Sumber

Radiasi

Monokro mator

Tempat Sample

Detector

(25)

Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009

BAB III METODOLOGI

3.1 Tempat

Uji disolusi Tablet Chlorpheniramine Maleat 4 mg dilakukan di PT. VARSE

Pharmaceutical Laboratories Medan pada bagian pengawasan mutu.

3.2 Alat - alat

1. Disselution Tester

2. Spektrofotometri UV Shimadzu

3. Timbangan Analitis Sartorius

4. Kertas saring Whatman 42

5. Alat- alat gelas

- Beaker gelas 100 ml Pyrex 6 buah

- Corong Pyrex 6 buah

- Gelas ukur 1000 ml Pyrex 1 buah

- Labu tentukur 100 ml Pyrex 2 buah

- Erlenmeyer 100 ml Pyrex 6 buah

3.3 Bahan – bahan

- Sediaan tablet Chlorpheniramine Maleat (CTM) 4 mg

- Akuades

3.4. Prosedur

3.4.1. Larutan Baku :

- Ditimbang seksama sejumlah Chlorpheniramine Maleat BPFI sebanyak

(26)

Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009

- Dilarutkan dengan akuades dalam labu tentukur 250 ml sampai garis

tanda hingga diperoleh kadar 0,08 mg/ml

- Disaring.

- Dipipet 5 ml filtrat kedalam labu tentukur 50 ml, encerkan hingga

diperoleh kadar 8µg/ml.

- Masukkan larutan kedalam kuvet.

- Diukur serapan larutan baku pada panjang gelombang 262 nm,

menggunakan akuades sebagai blanko.

3.4.2. Larutan Uji :

Cara pengujian disolusi dengan metode pengaduk bentuk dayung :

- Timbang masing-masing 6 tablet, dicatat hasilnya

- Disiapkan alat, pastikan alat siap pakai

- Dimasukkan 500 ml akuades kedalam wadah (media disolusi), dipasang alat

dengan pengaduk bentuk dayung (alat 2).

-Dimasukkan 6 Tablet CTM 4 mg ke dalam masing-masing wadah secara

serentak. Segera jalankan alat pada suhu 370C ± 0,50C dengan laju kecepatan

50 rpm dan tunggu hingga 45 menit.

-Setelah 45 menit dipipet larutan pada daerah pertengahan antara permukaan

media disolusi dan bagian atas dari dayung berputar. Kemudian saring.

-Ukur serapan masing-masing larutan uji dengan panjang gelombang 262 nm.

3.4.3. Penetapan kadar secara Spektrofotometer UV Shimadzu - Hidupkan power / on pada alat spktrofotometer

- Tekan angka panjang gelombang.

(27)

Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009

- Masukkan juga larutan standar pada kuvet 2, tutup

- Kemudian catat absorbansinya (lihat pada printer)

- Untuk mengukur absorbansi pada larutan uji dilakukan cara yang sama,

dimana larutan blanko pada posisi tetap di kuvet 1 dan larutan uji pada

kuvet 2.

Au dan Ab : Masing-masing serapan larutan uji dan larutan baku

Bb : Berat penimbangan baku

Kb : Kadar bahan baku per 100%

Fb : Faktor pengenceran larutan baku

Fu : Faktor pengenceran larutan uji

Ke : Kadar zat berkhasiat per tablet yang tertera pada etiket

Persyaratan : Dalam waktu 45 menit harus larut tidak kurang dari 75% (Q)

Dari jumlah yang tertera pada etiket.

BAB IV

(28)

Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009

4.1. Hasil

Dari hasil pengujian yang dilakukan terhadap tablet CTM 4 mg diperoleh

hasil sebagai berikut :

Tablet Fu (ml) Fb (ml) Bb (mg) Ke

(mg)

Au Ab Kadar

(%)

1 1 2500 20 4 0,225 0,250 89,64 %

2 1 2500 20 4 0,230 0,250 91,63 %

3 1 2500 20 4 0,232 0,250 92,42 %

4 1 2500 20 4 0,235 0,250 93,62 %

5 1 2500 20 4 0,229 0,250 91,23 %

6 1 2500 20 4 0,223 0,250 92,82 %

- Contoh perhitungan lihat lampiran 1

4.2. Pembahasan

Dari hasil pemeriksaan uji disolusi tablet Chlorpheniramin Maleat yang

dilakukan diperoleh kadar yaitu, 89,64 %, 91,63 %, 92,42 %, 93,62 %, 91,23 %,

92,82 %. Kadar aktif yang terlarut tersebut sesuai dengan batas yang ditetapkan

dalam Farmakope Indonesia, dimana jumlah ke 6 sampel yang diuji memenuhi

kriteria, yaitu tidak satupun kadar yang diperoleh kurang dari (Q + 5%) yaitu

(75% + 5% = 80%). Dari data diatas dinyatakan bahwa tablet Chlorpheniramine

maleat 4 mg PT VARSE Pharmaceutical Laboratories tersebut memenuhi syarat

karena dapat melarut dengan baik dan dapat terjadi absorbsi melalui lambung dan

(29)

Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil uji disolusi yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa Tablet CTM 4 mg yang diproduksi oleh PT. VARSE Pharmaceutical

Laboratories Medan telah memenuhi persyaratan uji disolusi yang ditetapkan oleh

Farmakope Indonesia dan monografi lainnya yang berpedoman pada Cara

Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB). Dimana persyaratan uji disolusi tiap unit

sediaan tidak satupun kadar kurang dari Q + 5% yaitu (75% + 5% = 80%). Berarti

hasil uji disolusi memenuhi persyaratan.

5.2. Saran

Sebelum melakukan pengujian terlebih dahulu memahami metode serta

prosedur seperti berikut ini : penimbangan, pemipetan, pengukuran sampel, agar

tidak terjadi kesalahan pada saat melakukan uji disolusi secara spektrofotometri

(30)

Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009

DAFTAR PUSTKA

A. C., Moffat. 1986. ”Clarke’s Isolation ad Identification Of Drugs”. Second

Edition. The Pharmaceutical Press. London. Pages: 457.

Ansel, C. H. 1989. “Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi”. Edisi Ke IV.

Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Halaman : 154 – 156.

Devissaguet, J., Dkk. 1993. “Farmasetika – Biofarmasi”. Airlangga University

Press. Surabaya. Halaman : 154 – 156.

Ditjen POM. 1995. “Farmakope Indonesia”. Edisi Ke IV. Departemen

Kesehatan RI. Jakarta. Halaman : 425 – 428.

Voight, R. 1994. “Buku Pelajaran Teknologi Farmasi”. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta. Halaman : 127.

Salbiah, Dkk. 2008. “Penuntun Praktikum Anslisis Spektrofotometri”. USU.

Medan. Halaman : 1 – 2.

Tan Hoan Tjay Drs & Kirana Raharja. 1978. “Obat – Obat Penting”. Direktorat

Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Departemen Kesehatan RI.

Halaman : 212.

W. Munson James. 1991. “Analisis Farmasi”. Penerbit Airlangga University

(31)

Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009

Lampiran 1

Uji disolusi :

Au dan Ab : Masing-masing serapan larutan uji dan larutan baku

Bb : Berat penimbangan baku

Kb : Kadar bahan baku per 100%

Fb : Faktor pengenceran larutan baku

Fu : Faktor pengenceran larutan uji

Ke : Kadar zat berkhasiat per tablet yang tertera paa etiket

- rumus perhitungan

Faktor pengenceran = 1 xVolume pengenceran2

dipipet yang

Volume

n pengencera Volume

Fb = x ml ml

ml ml

2500 50

5 250

=

Fu = 1

Bb = 20 mg

Ke = 4 mg

Ab = 0,250

(32)

Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009

(33)

Gambar

Gambar Alat Uji Disolusi

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :Fraksi etil asetat kulit pisang raja ( Musa paradisiacal Sapientum ) memiliki aktivitas antioksidan yang

Nilai sinyal kendali PID pada saat pengujian ketiga gangguan berlawanan arah jarum jam (CCW) pada saat diberikan gangguan pada time sampling 28 bernilai -62 dan pada time

Maka perumusan masalah adalah Bagaimana pengaruh media televisi, khususnya tayangan kartun animasi Upin & Ipin di MNC TV terhadap penggunaan kosa kata murid

RUU Pengesahan Perjanjian antara Republik Indonesia dan Republik Singapura Tentang Penetapan Garis Batas Laut Wilayah Kedua Negara di Bagian Timur Selat Singapura

Belajar dari pengalaman dalam penerapan inovasi teknologi padi sawah dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT), Badan Litbang Pertanian mengembangkan PTT

terdapat  beberapa  keberhasilan  pelaksanaan  tusi  diluar  IKU  yang  cukup  menonjol,  antara  lain  keterbukaan  pembahasan  usulan  anggaran  di  DPR, 

Darier's sign merupakan patognomonik dari mastositosis kutaneus walaupun beberapa pasien mungkin mengalami rasa gatal atau urtika yang sedikit atau sama sekali tidak ada walaupun

[r]