• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Pasien Sirosis Hati Yang Dirawat Inap Di Rsup Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Profil Pasien Sirosis Hati Yang Dirawat Inap Di Rsup Haji Adam Malik Medan"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh :

IRWIN LAMTOTA

100100325

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PROFIL PASIEN SIROSIS HATI YANG DIRAWAT INAP DI

RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN

KARYA TULIS ILMIAH

”Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

Oleh :

IRWIN LAMTOTA

100100325

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Sirosis Hati adalah salah satu penyakit hati yang paling sering dijumpai di kalangan masyarakat kita. Penyebab sirosis hati yang paling banyak adalah perjalanan dari penyakit infeksi hati dan karena dampak dari konsumsi alkohol berkepanjangan. Pencegahan serta pengobatan dini dapat kita lakukan bila kita mengetahui karateristik penyakit sirosis hati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil pasien sirosis hati yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012.

Penelitian ini adalah penelitian survey dimana design penelitian berbentuk deskriptif dengan metode pengambilan potong lintang (cross-sectional study) yang dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan. Pengumpulan data dilakukan melalui analisis pada 174 data rekam medis dari pasien sirosis hati yang dirawat inap pada tahun 2012.

Dari hasil penelitian diperoleh proporsi distribusi tertinggi pada pasien berdasarkan sosiodemografinya adalah kelompok umur 51-55 dan diatas 60 tahun (17.8%), jenis kelamin laki-laki (71,3%), suku Batak (54%), tingkat pendidikan SLTA dan sederajat (54%), dan pekerjaan sebagai wiraswata (55,7%), ascites (88,5%) merupakan gejala yang paling sering muncul, komplikasi yang paling sering adalah pendarahan varises esophagus (63,8%), lama rawatan pasien rata-rata adalah 8-9 hari, keadaan waktu pulang pasien yang paling sering adalah pulang berobat jalan (48,9%), dan mayoritas pasien berada di grade A (41,4%) klasifikasi Child-Pugh.

(5)

ABSTRACT

Liver cirrhosis is one of liver disease most frequently be found among our society. Causes of liver cirrhosis the most numerous is the journey of heart and infectious diseases and because of the impact of the prolonged alcohol consumption. Prevention and early treatment can we do when we know the characteristics of disease cirrhosis of the liver. This research aims to know the profile of patients liver cirrhosis, which was admitted in RSUP Haji Adam Malik Medan in 2012

This research is a survey research which design descriptive with the methods cross-sectional study at the RSUP Haji Adam Malik Medan. Data collection is done through the analysis on medical record data from 174 patients cirrhosis liver are admitted in

The research results obtained proportion distribution highest in patients based on sosiodemografi is age group 51-55 and above 60 years (17.8%), the male sex (71,3%), Batak (54%), the level of education is senior high school and equal (54%), and a job as a wiraswata (55,7%), ascites (88,5%) is a symptom of the most frequently appears, the most frequent complication was esophageal varices bleeding (63.8%), while the average patient treatments is 8-9 days, state by patient condition while return home is return with control (48,9%), and most of the patients are in grade a (41,4%) Child-Pugh classifications

From this research, can be concluded that most patients liver cirrhosis, which was admitted in RSUP Haji Adam Malik Medan in 2012 are up to 50 years old, suku Batak and have a good prognosis.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa. Atas

berkat dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang

diberi judul “Profil Pasien Sirosis Hati yang Dirawat Inap di RSUP Haji Adam

Malik Medan”. Sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran, karya tulis ilmiah ini

merupakan salah satu persyaratan dalam kelulusan sarjana kedokteran.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini, di

antaranya :

1. Kepada Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

2. Kepada dr. Taufik Sungkar, Mked(PD), Sp.PD selaku dosen pembimbing

yang telang meluangkan waktu dan sangat banyak membantu penyelesaian

karya tulis ilmiah ini, serta dr. Zaldi, Sp.M dan dr. Tri Faranita,

Mked(Ped), Sp.A selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan

masukan

3. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Ester Sitorus, Sp.PA

selaku dosen pembimbing akademik penulis selama menjalani perkuliahan

4. Kepada orang tua penulis, Ayahanda Anthony Lumbanraja dan Ibunda

Sondang Lucia Purba yang senantiasa memberikan dukungan dan

semangat pada penulis

5. Kepada teman-teman satu angkatan 2010 yang membantu dalam penelitian

ini

6. Kepada sahabat-sahabat penulis yang sangat luar biasa, khususnya Andrio

Gultom, Andre Hutasoit, dan Jeffry Simatupang yang banyak sekali

membantu, serta Shiela Vioriesca Putri yang senantiasa memberikan

semangat dan motivasi yang sangat membantu penulis

Sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran yang akan berperan di dunia

kesehatan khususnya di kalangan teman sejawat dan masyarakat, penulis

(7)

yang Dirawat Inap di RSUP Haji Adam Malik Medan” ini. Semoga penelitian ini

dapat menjadi sumbangsih kepada ilmu pengetahuan khususnya dalam ilmu

kedokteran dan juga kepada masyarakat umum.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini jauh dari sempurna dan

banyak kekurangan baik dari segi materi maupun tata cara penulisan.Oleh karena

itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan

karya tulis ilmiah ini di kemudian hari.

Medan, Desember

2013

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... iii

Daftar Tabel ... vi

Daftar Gambar ... viii

Daftar Lampiran ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Tujuan Penelitian ... 2

1.2.1. Tujuan Umum ... 2

1.2.2. Tujuan Khusus ... 2

1.3.Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1.Hati ... 4

2.1.1. Anatomi Hati ... 4

2.1.2. Mikroskopik Hati ... 5

2.1.3. Fungsi Hati ... 5

2.2.Sirosis Hati ... 6

2.2.1. Definisi ... 6

2.2.2. Epidemiologi Sirosis Hati ... 6

2.2.3. Etiologi Sirosis Hati ... 6

(9)

2.2.5. Patogenesis Sirosis Hati ... 10

2.2.6. Manifestasi Klinis Sirosis Hati ... 12

2.2.7. Diagnosis Sirosis Hati ... 13

2.2.8. Skor Child-Pugh dan Prognosis Sirosis Hati ... 17

2.2.9. Komplikasi Sirosis Hati ... 18

2.2.10. Penatalaksaan ... 20

2.2.11. Pencegahan Sirosis Hati ... 21

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 23

3.1.Kerangka Konsep Penelitian ... 23

3.2.Definisi Operasional ... 24

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 27

4.1.Jenis Penelitian ... 27

4.2.Waktu dan Lokasi Penelitian ... 27

4.3.Populasi dan Sampel Penelitian ... 27

4.4.Teknik Pengumpulan Data ... 28

4.5.Pengolahan dan Analisis Data ... 29

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 30

5.1 Hasil Penelitian ... 30

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 30

5.1.2 Karakteristik Subjek Penelitian ... 30

(10)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 40

6.1 Kesimpulan ... 40

6.2 Saran ... 41

AFTAR PUSTAKA ... 42

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Skor Child-Pugh 17

3.1 Variabel dan Defenisi Operasional Penelitian 24

5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan umur 31

5.2 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin 31

5.3 Distribusi frekuensi berdasarkan suku 32

5.4 Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat pendidikan

32

5.5 Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan 33

(12)

5.7 Distribusi frekuensi berdasarkan komplikasi 34

5.8 Distribusi frekuensi berdasarkan lama rawat pasien

34

5.9 Distribusi frekuensi berdasarkan keadaan pasien

sewaktu pulang

35

5.10 Distribusi frekuensi berdasarkan klasifikasi

Child Pugh

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Anatomi Hati 4

2.2 Makroskopik Sirosis Hati 17

3.1 Bagan Kerangka Konsep Penelitian 23

4.1 Bagan Kerangka Konsep Operasional

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2. Data Induk

Lampiran 3. Outcome

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Hati merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di

negara-negara berkembang. Salah satu jenis penyakit hati yang sering dijumpai di

kalangan masyarakat adalah sirosis hati. Istilah sirosis pertama kali diperkenalkan

oleh Laennec pada tahun 1826. Hal ini berasal dari istilah Yunani scirrhus dan mengacu pada permukaan jeruk atau cokelat dari hati yang terlihat pada otopsi

(David C Wolf, 2012)

Sirosis hati adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium

akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progesif yang ditandai dengan distorsi

dari arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regeneratif (Nurdjanah, Sirosis

Hati, 2009)

Penyebab sirosis hati ada beberapa sebab seperti konsumsi alhokol

berkepanjangan, infeksi hati kronis yakni hepatitis B dan C, penyakit bilier,

Autoimun hepatitis, penyakit jantung, perlemakan hati serta pengaruh gen.

Etiloginya di tiap tempat berbeda-beda jumlah prevalensinya, di Amerika

penyebab utama dari sirosis hati adalah alkohol dan hepatitis C, sedangakan

hepatitis B merupakan penyebab siroris hati yang paling sering di dunia (Young et

al., 2010)

Di seluruh dunia, sirosis hati menempati urutan ke tujuh penyebab

kematian. Sekitar 25.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit ini. Sirosis

hati merupakan penyakit hati yang sering ditemukaan dalam ruang perawatan

Bagian Penyakit Dalam. Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada kaum

laki-laki dibanding kaum wanita (1,6:1) dengan umur rata-rata 30-59 tahun

dengan puncaknya sekitar 40-49 tahun (Sutardi, 2003)

Di Amerika, sirosis hati berada di urutan nomor 9 sebagai penyakit yang

menyebabkan kematian. Penyakit hati kronis dan sirosis hati dapat menyebabkan

kematian sebesar 4-5 % pada orang yang berumur 45-54 tahun dan menyebabkan

(16)

kronis di Amerika adalah 72,33 per 100.000 populasi. Prevalensi penyakit hati

kronisi dan sirosis hati sebesar 5,5 juta kasus. (Dale & Federman, 2007)

Data WHO (2004), ASDR (Age Standardized Death Rates) sirosis hati di Indonesia mencapai 13,9 per 100.000 penduduk. Di RS Dr. Sardjito Yogyakarta

jumlah pasien sirosis hati berkisar 4,1 % dari pasien yang dirawat di Bagian

Penyakit Dalam dalam kurun waktu 1 tahun (2004). Di Medan dalam kurun waktu

4 tahun dijumpai pasien sirosis hati sebanyak 819 (4%) pasien dari seluruh pasien

di Bagian Penyakit Dalam. (Nurdjanah, Sirosis Hati, 2009)

Atas latar belakang ini, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai profil pasien sirosis hati yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik

Medan.

1.2 Tujuan Penelitian

1.2.1 Tujuan Umum

Mengetahui profil pasien sirosis hati yang dirawat inap di RSUP Haji

Adam Malik Medan pada tahun 2012 sampai 31 Mei 2012.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita sirosis hati berdasarkan

sosiodemografi (umur, jenis kelamin, suku, pendidikan dan pekerjaan).

2. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita sirosis hati berdasarkan

gejala klinis.

3. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita sirosis hati berdasarkan

komplikasi.

4. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata penderita sirosis hati.

5. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita sirosis hati berdasarkan

keadaan sewaktu pulang.

6. Untuk mengetahui klasifikasi/derajat penderita sirosis hati berdasarkan

(17)

1.3 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada :

1. Bagi RSUP Haji Adam Malik Medan

Sebagai bahan masukan bagi pihak RS mengenai profil pasien sirosis hati

yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan dan untuk

penyediaan pelayanan kesehatan yang lebih intensif dan lebih baik

2. Bagi Peneliti

Memperdalam pengetahuan peneliti tentang Sirosis hati serta melatih

(18)

Permukaan hati ditutupi oleh peritoneum viseral (serosa), dengan kapsul

Glisson dibawahnya. Pada porta hepatis, kapsul Glisson berjalan di sepanjang

saluran trias porta membawa cabang dari arteri hepatika, vena portal, dan saluran

empedu ke dalam substansi hati.

Sinusoid merupakan kapiler dengan diameter besar yang dilapisi oleh sel

endotel diantara lempeng sel hepatosit. Sinusoid juga mengandung sel Kupffer

dari sistem retikuloendotelial. Setiap lobulus heksagonal memiliki sebuah celah

portal yang mengandung arteri hepatica, vena portal dan duktus biliaris.

Kanalikuli biliaris yang berada diantara sel hepatosit mengalir ke duktus biliaris

yang ada di celah portal. Duktus biliaris kemudian membentuk saluran empedu

intrahepatik yang terbentuk seperti cabang-cabang pohon (Kapoor, 2012)

2.1.3 Fungsi Hati

Menurut Young et al. (2010), fungsi hati yang normal adalah sebagai

berikut :

 Memproduksi protein

 Memfiltrasi aliran darah mesenterik

 Sebagai metabolisme bahan endogenus (contoh:bilirubin) dan bahan eksogenus

(contoh:obat-obatan)

Pernyataan tersebut didukung oleh Snell (2006) yang menyatakan bahwa

hati memiliki 3 fungsi dasar yaitu :

 Membentuk dan mensekresikan empedu ke traktus intestinalis

 Berperan dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein

 Menyaring darah untuk membuang bakteri dan benda asing lain yang masuk ke

(19)

2.2 Sirosis Hati

2.2.1 Definisi

Menurut Dorland (2002) sirosis hati adalah sekelompok penyakit hati yang

ditandai dengan hilangnya arsitektur lobular hepatik normal dengan fibrosis, dan

dengan destruksi sel-sel parenkim beserta regenerasinya membentuk nodul-nodul.

Sirosis hati merupakan tahap terakhir dari berbagai penyakit hati kronik

setelah beberapa tahun atau dekade dengan perjalanan yang lambat (Wiegand &

Berg, 2013)

Pada pasien penderita sirosis hati terjadi pengerasan dari hati yang akan

menyebabkan penurunan fungsi hati dan bentuk hati yang normal akan berubah

disertai terjadinya penekanan pada pembuluh darah dan terganggunya aliran darah

vena porta yang akhirnya menyebabkan hipertensi portal. Pada sirosis dini

biasanya hati membesar, teraba kenyal, tepi tumpul, dan terasa nyeri bila ditekan.

(Malau, 2011)

2.2.2 Epidemiologi Sirosis Hati

Sirosis hati berada di urutan ke-10 sebagai penyebab kematian di Amerika

Serikat berdasarkan data yang dikumpulkan oleh 2000 Vital Statistics Report yang

datanya dikumpulkan pada tahun 1998 (Runyon, 2004)

Case Fatality Rate (CSDR) Sirosis hati laki-laki di Amerika Seikat tahun

2001 sebesar13,2 per 100.000 dan wanita sebesar 6,2 per 100.000 penduduk.Di

Indonesia, kasus ini lebih banyak ditemukan pada kaum laki-laki dibandingkan

kaum wanita. Dari yang berasal dari beberapa rumah sakit di kita-kota besar di

Indonesia memperlihatkan bahwa penderita pria lebih banyak dari wanita dengan

perbandingan antara 1,5 sampai 2 : 1 (Malau, 2011)

2.2.3 Etiologi Sirosis Hati

Menurut Hadi (2002), penyebab yang pasti dari sirosis hepatis sampai

sekarang belum jelas, namun ada beberapa kemungkinan penyebab sirosis hati

(20)

1. Faktor keturunan dan malnutrisi

Waterloo (1997) berpendapat bahwa faktor kekurangan nutrisi terutama

kekurangan protein hewani menjadi penyebab timbulnya sirosis hepatis. Menurut

Campara (1973) untuk terjadinya sirosis hepatis ternyata ada bahan dalam

makanan, yaitu kekurangan alfa 1-antitripsin.

2. Hepatitis virus

Hepatitis virus sering juga disebut sebagai salah satu penyebab dari sirosis

hepatis. Dan secara klinik telah diketahui bahwa hanya beberapa dari tipe virus

hepatitis yang menyebabkan sirosis hati yang merupakan kelanjutan dari infeksi

kronis yaitu hepatitis virus B, C dan D.

Sebagaimana kita ketahui bahwa sekitar 10 % penderita hepatitis virus B

akut akan menjadi kronis. Apalagi bila pada pemeriksaan laboratorium ditemukan

HBs Ag positif dan menetapnya e-Antigen lebih dari 10 minggu disertai tetap

meningginya kadar asam empedu puasa lebih dari 6 bulan, maka mempunyai

prognosis kurang baik

Pada penderita hepatitis virus C, resiko perjalanan infeksi akut menjadi

kronik dan berujung menjadi sirosis hati cukup tinggi yaitu sekitar 20%,

sedangkan pada penderita hepatitis virus D yang biasanya disertai dengan virus B

juga memiliki resiko yang sama dengan penderita hepatitis virus B saja. (Kumar,

Cotran, & Robbins, 2004)

3. Zat hepatotoksik

Beberapa obat-obatan dan zat kimia dapat menyebabkan terjadinya

kerusakan fungsi sel hati secara akut dan kronik. Kerusakan hati secara akut akan

berakibat nekrosis atau degenerasi lemak. Sedangkan kerusakan kronik akan

berupa sirosis hepatis. Pemberian bermacam obat-obatan hepatotoksik secara

berulang kali dan terus menerus. Mula-mula akan terjadi kerusakan setempat,

kemudian terjadi kerusakan hati yang merata, dan akhirnya dapat terjadi Sirosis

Hepatis. Zat hepatotoksik yang sering disebut-sebut adalah alcohol. Efek yang

(21)

4. Penyakit Wilson

Suatu penyakit yang jarang ditemukan, biasanya terdapat pada

orang-orang muda dengan ditandai Sirosis Hepatis, degenerasi ganglia basalis dari otak,

dan terdapatnya cincin pada kornea yang berwarna coklat kehijauan

disebut Kayser Fleiscer Ring. Penyakit ini diduga disebabkan defisiensi bawaan dan sitoplasmin.

5. Hemokromatosis

Bentuk sirosis yang terjadi biasanya tipe portal. Ada 2 kemungkinan

timbulnya hemokromatosis, yaitu :

 Sejak dilahirkan, penderita mengalami kenaikan absorpsi dari Fe.

 Kemungkinan didapat setelah lahir (aquisita), misalnya dijumpai pada penderita dengan penyakit hati alkoholik. Bertambahnya absorpsi dari Fe,

kemungkinan menyebabkan timbulnya Sirosis Hepatis.

6. Sebab-sebab lain :

 Kelemahan jantung yang lama dapat menyebabkan timbulnya sirosis

kardiak. Perubahan fibrotik dalam hati terjadi sekunder terhadap anoksi dan

nekrosis sentrilibuler.

 Sebagai akibat obstruksi yang lama pada saluran empedu akan dapat menimbulkan sirosis biliaris primer. Penyakit ini lebih banyak dijumpai pada

kaum wanita.

 Penyebab Sirosis Hepatis yang tidak diketahui dan digolongkan dalam sirosis

kriptogenik. Penyakit ini banyak ditemukan di Inggris (menurut Reer 40%,

Sherlock melaporkan 49%). Penderita ini sebelumnya tidak menunjukkan

tanda-tanda hepatitis atau alkoholisme, sedangkan dalam makanannya cukup

(22)

2.2.4 Klasifikasi Sirosis Hati

Secara klinis, sirosis hati dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

 Sirosis hati kompensasi, yaitu belum adanya gejala klinik yang nyata.

Merupakan kelanjutan dari proses hepatitis kronis dan pada satu tingkat tidak

terlihat perbedaan secara klinis. Test biokimia pada sirosis hati kompensasi

menunjukkan hasil yang normal, sedikit peningkatan yang umumnya terjadi

pada nilai serum transaminase dan gamma-T. Diagnosis pastinya baru dapat

dikonfirmasi dengan pemeriksaan biopsi hati

 Sirosis hati dekompensasi, di mana sudah terlihat gejala klinik yang jelas. (Misnadiarly, 2006)

Secara morfologi, Sherrlock membagi sirosis hati berdasarkan besar

kecilnya nodul, yaitu :

 Makronoduler (irreguler, multilobuler)

 Mikronoduler (reguler, monolobuler)

 Kombinasi antara bentuk makronoduler dan mikronoduler Menurut Gall, membagi penyakit sirosis hati dibagi atas:

a. Sirosis Postnekrotik, atau sesuai dengan bentuk sirosis makronoduler atau

sirosis toksik atau subcute yellow, atrophy cirrhosis yang terbentuk karena banyak terjadi jaringan nekrose.

b. Nutrisional cirrhosis , atau sesuai dengan bentuk sirosis mikronoduler, sirosis

alkoholik, Laennec´s cirrhosis atau fatty cirrhosis. Sirosis terjadi sebagai akibat kekurangan gizi, terutama faktor lipotropik.

c. Sirosis Post hepatic, sirosis yang terbentuk sebagai akibat setelah menderita

hepatitis.

Shiff dan Tumen secara morfologi membagi menjadi :

a. Sirosis portal

b. Sirosis postnekrotik

(23)

2.2.5 Patogenesis Sirosis Hati

Secara garis besar, Price & Wilson (2003) membagi patogenesis sirosis

hati berdasarkan etiologinya, sebagai berikut :

a. Sirosis Laennec

Sirosis Laennec (sirosis alkohol, portal, dan sirosis gizi) merupakan pola khas

sirosis terkait penyalahgunaan alkohol kronis yang jumlahnya sekitar 75% atau

lebih dari kasus sirosis. Hubungan antara penyalahgunaan alkohol dengan

sirosis Laennec tidaklah diketahui, walaupun terdapat hubungan yang jelas dan

alkohol adalah akumulasi lemak secara bertahap pada sel-sel hati. Akumulasi

lemak pada sel hati berakibat pada gangguan metabolisme yang menyebabkan

pembentukan trigleserida secara berlebihan, menurunya jumlah keluaran

trigleserida dari hati, dan menurunnya oksidasi asam lemak. Penyebab utama

kerusakan hati tampaknya merupakan efek langsung alkohol yang meningkat

pada saat malnutrisi. Pasien dapat juga mengalami defisiensi tiamin, asam

folat, piridoksin, niasin, asam askorbat, dan vitamin A. Defisiensi

kalori-protein juga sering terjadi. Pada kasus sirosis Laennec sangat lanjut,

lembaran-lembaran jaringan ikat yang tebal terbentuk pada tepian lobulus, membagi

parenkim menjadi nodul-nodul halus. Nodul-nodul ini dapat membesar akibat

aktivitas regenerasi sebagai upaya hati untuk mengganti sel-sel yang rusak.

Hati tampak terdiri dari sarang-sarang sel degenerasi dan regenerasi yang

dikemas padat dalam kapsula fibrosa yang tebal. Pada keadaan ini, sirosis

sering disebut sebagai sirosis nodul halus. Hati akan menciut, keras, dan hampir tidak memiliki parenkim normal pada stadium akhir sirosis, yang

menyebabkan terjadinya hipertensi portal dan gagal hati. Penderita sirosis

Laennec lebih beresiko menderita karsinoma sel hat primer (hepatoseluler).

b. Sirosis Pascanekrotik

Sirosis pascanekrotik agaknya terjadi setelah nekrosis berbercak pada jaringan

hati. Hepatosit dikelilingi dan dipisahkan oleh jaringan parut dengan

kehilangan banyak sel hati dan diselingi dengan parenkim hati normal. Kasus

sirosis pascanekrotik berjumlah sekitar 10% dari seluruh kasus sirosis hati. Ciri

(24)

predisposisi timbulnya neoplasma hati primer (karsinoma hepatoseluler).

Risiko ini meningkat hampir sepuluh kali lipat pada pasien karier dibandingkan

pada pasien bukan karier (Hildt, 1998)

c. Sirosis biliaris

Kerusakan sel hati yang dimulai di sekitar duktus biliaris akan menimbulkan

pola sirosis yang dikenal sebagai sirosis biliaris. Tipe ini merupakan 2%

penyebab kematian akibat sirosis. Penyebab tersering sirosis biliaris adalah

obstruksi biliaris pascahepatik. Statis empedu menyebabkan penumpukan

empedu di dalam massa hati dan kerusakan sel-sel hati. Terbentuk

lembar-lembar fibrosa di tepi lobulus, namun jarang memotong lobulus seperti pada

sirosis Laennec. Hati membesar, keras, bergranula halus, dan berwarna

kehijauan. Ikterus selalu menjadi bagian awal dan utama dari sindrom ini,

demikian pula pruritus, malaabsorpsi, dan stearorea. Sirosis biliaris primer

(yang berkaitan dengan lesi duktulus empedu intrahepatik) menampilkan pola

yang mirip dengan sirosis biliaris sekunder yang baru saja dijelaskan di atas,

namun lebih jarang ditemukan. Sirosis biliaris primer paling sering terjadi pada

Antibodi anti-mitokondrial dalam sirkulasi darah (AMA) terdapat pada 90%

pasien.

Menurut Dale & Federman (2007) patogenesis sirosis hati juga dapat

dibagi berdasarkan fase, sebagai berikut :

a. Fase awal : Fibrogenesis hati

Sirosis hati merupakan stadium akhir dari pada penyakit hati kronis pada

umumnya yang ditandai dengan pembentukan jaringan fibrous (jaringan parut)

yang bertahap. Jaringan fibrous ini terbentuk karena proses respon

penyembuhan diri yang dilakukan oleh hati karena cedera jaringan yang

berulang. Fibrosis jaringan ini merupakan akumulasi dari protein Extraceluller Matrix (ECM) yaitu kolagen, glikoprotein dan proteoglikan yang dikarenakan peningkatan pembentukan ECM dan penurunan degradasinya. Yang berperan

penting dalam proses pembentukan ECM adalah sel Stellate. Pada proses

penyembuhan ini, mediator yang berperan adalah sitokin mediator inflamasi,

(25)

b. Fase lanjut : Sirosis hati

Jaringan fibrous pada hati tadi menyebabkan keabnormalitasan pada

mikrosirkulasi pada hati. Peningkatan kolagen pada perisiunusoidal dan

berkurangnya ukuran dari fenestra endotel hepatik menyebabkan kapilerisasi

(ukuran pori seperti endotel kapiler) dari sinusoid. Sel Stellate dalam

memproduksi kolagen mengalami kontraksi yang cukup besar untuk menekan

daerah perisinusoidal. Adanya kapilerisasi dan kontraktilitas sel Stellate inilah

yang menyebabkan penekanan banyak vena di hati sehingga menganggu proses

aliran darah ke hati dan pada akhirnya sel hati mati. Kematikan hepatosit dalam

jumlah yang besar akan menyebabkan kerusakan pada fungsi hati sehingga

menumbulkan banyak gejala klinis. Kompresi dari vena pada hati akan

menyebabkan hipertensi portal yang merupakan keadaan utama dari penyebab

manifestasi klinis. Mekanisme primer penyebab hipertensi portal adalah

peningkatan resistensi terhadap aliran darah pada hati. Selain itu, biasanya

terjadi peningkatan aliran arteri asplangnikus. Kombinasi kedua faktor ini yaitu

menurunya aliran keluar melalui vena hepatika dan meningkatnya aliran masuk

bersama-sama yang menghasilkan beban yang berlebhihan sistem porta.

Pembebanan sistem porta ini merangsang timbulnya timbulnya aliran kolateral

guna menghindari obstruksi hepatik.

2.2.6 Manifestasi Klinis Sirosis Hati

Menurut Garcia-Tsao & Lim (2009), gejala klinis sirosis hati dapat dibagi

berdasarkan dua stadium yaitu stadium kompensasi dimana belum ada gejala

spesifik seperti jaundice, asites, encephalopati, atau pendarahan viseral. Stadium

dekompensasi yaitu sirosis hati dengan komplikasi utama yaitu pendarahan viseral

dan Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP)

Price & Wilson (2003) mengatakan gejalan dini pasien sirosis hati bersifat

samar dan tidak spesifik yang meliputi : kelelahan, anoreksia, dispepsia, flatulen,

perubahan kebiasaan defekasi (konstipasi atau diare), berat badan berkurang, mual

(26)

epigastrium atau kuadaran kanan. Manifestasi utama dan lanjut dari sirosis terjadi

akibat dua tipe gangguan fisiologis yaitu :

a. Gagal sel hati/gagal hepatoseluler

Manifestasi klinisnya adalah : ikterus, edema perifer, kecenderungan

pendarahan, eritema palmaris (telapak tangan merah), angioma laba-laba, fetor

hepatikum, dan ensefalopati hepatik

b. Hipertensi portal

Manifestasi klinisnya adalah : splenomegali, varises esofagus dan lambung,

serta manifestasi sirkulasi kolateral lain.

Asites (cairan dalam rongga peritoneum) dapat dianggap sebagai

manifestasi kegagalan hepatoseluler dan hipertensi portal.

2.2.7 Diagnosis Sirosis Hati

1. Anamnesa

Hal yang perlu dipertanyakan adalah riwayat yang berhubungan resiko

sirosis hati, berupa :

a. Riwayat penyakit terdahulu : metabolik sindrom

b. Konsumsi alkohol yang berlebihan

c. Tepapar oleh bahan-bahan yang bersifat hepatotoksik

d. Penggunaan obat-obatan yang bersifat hepatotoksik (Wiegand & Berg,

2013)

2. Pemeriksaan Fisik

Menurut Nurdjanah (2009), temuan klinis sirosis meliputi :

a. Spider angio maspiderangiomata (atau spider telangiektasi)

Suatu lesi vaskular yang dikelilingi beberapa vena kecil. Tanda ini

sering ditemukan di bahu, muka, dan lengan atas.

b. Eritema Palmaris

Warna merah saga pada thenar dan hipothenar telapak tangan. Tanda ini tidak spesifik pada sirosis, ditemukan pula pada kehamilan, artritis

(27)

c. Perubahan kuku-kuku Muchrche berupa pita putih horisontal dipisahkan dengan warna normal kuku

d. Jari gada, lebih sering ditemukan pada sirosis bilier

e. Kontaktur Dupuyten

Akibat fibrosis fasia palmaris menimbulkan kontraktur fleksi jari-jari

berkaitan dengan alkoholisme tetapi tidak spesifik berkaitan dengan

sirosis

f. Ginekomastia

Secara histologis berupa proliferasi benigna jaringan glandula mammae pada laki-laki, kemungkinan akibat peningkatan androstenedion. Selain

itu, ditemukan juga hilangnya rambut dada dan aksila pada laki-laki,

sehingga laki-laki mengalami perubahan ke arah feminisme.

Kebalikannya pada perempuan menstruasi cepat berhenti sehingga

dikira fase menopause

g. Atrofi testis hipogonadisme

Menyebabkan impotensi dan infertil. Menonjol pada alkoholik sirosis

dan hemakromatosis.

h. Perubahan ukuran hati

Ukuran hati yang sirotik bisa membesar, normal, atau mengecil.

Bilamana hati teraba, hati sirotik teraba keras dan nodular.

i. Splenomegali

j. Asites

Penimbunan cairan dalam rongga peritonium akibat hipertensi porta

dan hipoalbumimenia

k. Fetor hepatikum

Bau napas yang khas pada pasien sirosis disebabkan peningkatan

konsentrasi dimetil sulfid akibat pintasan porto sistemik yang berat

l. Ikterus

Pada kulit dan membran mukosa akibat bilirubinemia. Bila konsentrasi

bilirubin kurang dari 2-3 mg/dl tak terlihat. Warna urin terlihat gelap

(28)

m. Asterixis

Bersifat bilateral tetapi tidak sinkron berupa gerakan mengepak-ngepak

dari tangan, dorsoflexi lengan.

3. Pemeriksaan Laboratorium

a. Urine

Dalam urin terdapat urobilinogen, juga terdapat bilirubin bila

penderita ada ikterus. Pada penderita denga asites, maka ekskresi Na

dalam urin akan berkurang (<4 meq/l) menunjukkan kemungkinan

telah terjadi syndrome hepatorenal (Hadi, 2002) b. Tinja

Terdapat kenaikan kadar sterkobilinogen. Pada penderita dengan

ikterus, ekresi pigmen empedu rendah. Sterkobiliniogen yang tidak

terserap oleh darah, di dalam usus akan diubah menjadi sterkobilin

yaitu suatu pigmen yang menyebabkan tinja berwana cokelat atau

kehitaman (Hadi, 2002)

c. Darah

Biasanya dijumpai normostik normokromik anemia yang ringan,

kadang-kadang dalam bentuk makrositer yang disebabkan kekurangan

asam folik dan vitamin B12 atau karena splenomegali. Bilamana

penderita pernah mengalami pendarahan gastrointestinal maka baru

akan terjadi hipokromik anemi. Juga dijumpai likopeni bersamaan

dengan adanya trombositopeni (Hadi, 2002)

d. Tes faal hati

Nurdjanah (2009) menjabarkan tes fungsi hati pada sirosis hati berupa :

Aspartat aminotransferase (AST)/ serum glutamil oksalo asetat

(SGOT) meningkat

Alanin aminotransferase (ALT)/ serum glutamil piruvat transaminase (SPGT) meningkat

(29)

Gamma-glutamil transpeptidase (GGT) meningkat pada penyakit hati

alkoholik kronik

Promtombine time (PT) memanjang

Penderita sirosis hati banyak mengalami gangguan tes faal hati, lebih

lagi penderita yang sudah disertai tanda-tanda hipertensi portal. Pada

sirosis globulin menaik, sedangkan albumin menurun (Hadi, 2002)

Menurut Wiegand & Berg (2013), pada pemeriksaan lab pasien sirosis

menunjukkan trombositopeni disertai dengan kegagalan biosintesis hati

yang ditandai dengan rendahnya konsentrasi albumin dan cholinesterase

serta meningkatnya INR (International Normalized Ratio). Konsentrasi transaminase umumnya berada pada rentang normal atau sedikit

meningkat.

4. Pencitraan

1. Radiologi

Pemeriksaan radiologi yang sering dimanfaatkan adalah : pemeriksaan

foto toraks, splenoportografi, Percutaneus Transhepatic Porthography (PTP) (Hadi, 2002)

2. Ultrasonografi (USG)

Ultrasonografi (USG) yang dikombinasikan dengan color flow Doppler adalah alat pencitraan paling berguna bagi pasien sirosis. Dengan USG

kita dapat melihat karateristik dari morfologi sirosis termasuk batas dari

nodul-nodul, strukturnya dan tanda-tanda hipertensi porta (Dale &

Federman, 2007)

3. CT Scan & MRI

Sangat terbatas penggunaanya karena harganya yang sangat mahal.

(Dale & Federman, 2007)

5. Biopsi

Biopsi hati sebenarnya tidak diperlukan, bahkan kontraindikasi bila

(30)
(31)

Tabel 2.1 Skor Child-Pugh

SKOR

1 2 3

Ensefalopati Tidak ada Dapat dikontrol Koma

Asites Tidak ada Mudah dikontrol Sulit dikontrol

Bilirubin (mg/dl) 1-2 2,1-3 >3

Albumin (g/dl) >3,4 2,8-3,4 <2,8

Protombin time <4 4-6 >6

Sumber : (Brisco & Mullur, 2010)

Dimana :

Grade A : 5-6 poin : prognosis baik; angka kelangsungan hidup 100%

Grade B : 7-9 poin : prognosis sedang; angka kelangusngan hidup 80%

Grade C : 10-15 poin : prognosis buruk; angka kelangsungan hidup 40%

(Garcia-Tsao et al, 2007)

2.2.9 Komplikasi Sirosis Hati

Komplikasi sirosis hati dapat berupa :

1. Asites dan Edema

Dari segi epidemiologi, asites adalah salah satu komplikasi utama dari sirosis

hati dan hipertensi porta. Dalam waktu 10 tahun sejak diagnosis sirosis, lebih

dari 50% pasien akan terjadi penimbunan cairan (asites). Perkembangan asites

dikaitkan dengan prognosis buruk pada pasien sirosis hati dengan mortalitas

15% dalam setahun dan 44% dalam lima tahun yang di follow-up. Oleh karena

itu, pasien asites harus dipertimbangkan untuk transplantasi hati, sebaiknya

sebelum perkembangan disfungsi ginjal (Biecker, 2011)

(32)

SBP merupakan komplikasi yang sering dijumpai pada sirosis hati, yaitu

infeksi cairan asites oleh satu jenis bakteri tanpa ada bukti infeksi sekunder

intra abdominal (Nurdjanah, 2009)

SBP terjadi sekitar 10-20% pada pasien sirosis dengan asites yang dirawat di

rumah sakit. Mortalitas SBP cukup tinggi yaitu sekitar 80% akan tetapi dengan

penanganan yang cepat dan pemberian antibiotik yang tepat, makan angka

kematian dapat diturunkan menjadi 10-20% (Garcia-Tsao et al, 2009)

3. Pendarahan Varises Esofagus

Pada pasien sirosis, jaringan ikat dalam hati menghambat aliran darah dari usus

yang kembali ke jantung. Kejadian ini dapat meningkatkan tekanan dalam vena

porta (hipertensi porta). Sebagai hasil peningkatan aliran darah dan

peningkatan vena porta ini, vena-vena di bagian bawah esofagus dan bagian

bawah atas lambung akan melebar, sehingga timbul varises esofagus dan

lambung. Semakin tinggi tekanan portalnya, semakin besar varisesnya, dan

makin besar kemungkinannya pasien mengalami pendarahan varises

(Kusumobroto, 2007)

dibandi

4. Ensefalopati Hepatik

Pada sirosis, sel-sel hati tidak berfungsi normal, baik akibat kerusakan maupun

akibat hilangnya hubungan normal sel-sel ini dengan darah. Sebagai tambahan,

beberapa bagian darah dalam vena porta tidak dapat masuk ke dalam hati,

tetapi langsung masuk ke vena yang lain (bypass). Akibatnya, bahan-bahan toksik dalam darah tidak dapat masuk ke dalam hati, sehingga terjadi

akumulasi bahan ini di dalam darah. Apabila bahan-bahan ini terkumpul cukup

banyak, fungsi otak akan terganggu. Kondisi ini disebut ensefalopati hepatik.

Tidur lebih banyak pada siang dibanding malam (perubahan pola tidur)

merupakan tanda awal ensefalopati hepatik. Keluhan lain dapat berupa mudah

tersinggung, tidak mampu berkonsentrasi, atau menghitung, kehilangan

memori, bingung, dan penurunan kesadaran secara bertahap. Akhirnya

ensefalopati hepatik yang berat dapat menyebabkan koma dan kematian

(33)

5. Sindroma Hepatorenal

Pada sindrom hepatorenal, terjadi gangguan fungsi ginjal akut berupa oligouri,

penginkatan ureum, kreatinin tanpa adanya kelainan organik ginjal.

(Nurdjanah, 2009)

6. Sindroma Hepatopulmonal

Sindroma hepatopulmonal adalah komplikasi yang jarang dari penyakit hati

dari berbagai etiologi yang ada dan mungkin menunjukkan prognosis yang

buruk. Oleh karena itu, diperlukan metokde skrining non-invasif yang

sederhana untuk mendeteksi sindroma hepatopulmonal ini. Dalam beberapa

penelitian atau studi, pulse oximetry dievaluasi untuk mengindetifikasi pasien dengan sindroma hepatopulmonal (Deibert, 2006)

7. Perdarahan Saluran Cerna

Penyebab perdarahan saluran cerna yang paling sering dan paling berbahaya

pada sirosis adalah perdarahan dari varises esofagus yang merupakan penyebab

dari sepertiga kematian.Perdarahan saluran cerna merupakan salah satu faktor

penting yang mempercepat terjadinya ensefalopati hepatik. (Price & Wilson,

2003)

8. Kanker Hati (Hepatocellular Carcinoma)

Sirosis merupakan kondisi premaligna dan berhubungan dengan resiko

peningkatan kanker hepatoseluler. Dari data statistik selama dua dekade

terakhir, kejadian kanker jenis ini meningkat di Amerika Serikat, terumata

karena penyebaran HBV dan HCV. Untuk itu diperlukan langkaj-langkah

pencegahan. Pengukuran pencegahan termasuk didalamnya skrining dengan

alpha-fetoprotein dan ultrasonografi setiap 6 bulan (Anand, 2002)

2.2.10 Penatalaksanaan

Menurut (Garcia-Tsao et al, 2009) penatalaksaan sirosis hati dapat dibagi

berdasarkan stadiumnya :

(34)

Dua tujuan utama dalam pengobatan pada pasien ini adalah mengobati

penyakit pencetus sirosis (contoh: hepatitis B atau C, alkohol, steatohepatitis

non alkoholik) dan mencegah/diagnosa dini komplikasi dari sirosis

2. Sirosis dekompensasi

Pada stadium dekompensasi, tujuan dari pengobatan adalah mengobati atau

meminimaliasasi dari komplikasi penyakit sirosis, berupa :

a. Asites

Tirah baring dan diawali dengan diet rendah garam sebanyak 5,2 gram atau

90mmol/hari. Diet rendah garam biasanya dikombinasikan dengan

obat-obatan diuretik. Awalnya dengan pemberiam spironolakton dengan dosis

100-200 mg sekali sehari. Respon diuretik bisa dimonitor dengan penurunan

berat badan 0,5 kg/hari, tanpa adanya edema kaki atau 1 kg/hari dengan

adanya edema kaki. Bilamana pemberian spironolakton tidak adekuat bisa

dikombinasi dengan furosemid dengan dosis 20-40 mg/hari. Parasintesis

dilakukan bila asites sangat besar, pengeluaran asites bisa hingga 4-6 liter

dan dilindungi dengan pemberian albumin

b. Ensefalopati hepatik

Laktulosa membantu paien untuk mengeluarkan amonia. Neomisin bisa

digunakan untuk mengurangi bakteri usus penghasil amonia, diet protein

dikurangi sampai 0,5 gr/kg berat badan per hari, terutama diberikan yang

kaya asam amoni rantai cabang

c. Varises esofagus

Sebelum berdarah dan sesudah berdarah bisa diberikan obat penyekat beta

(propanolol). Waktu pendarahan akut, bisa diberikan preparat somatostatin

atau okreotid, diteruskan dengan tindakan skleroterapi atau ligasi endoskopi

d. Peritonitis bakterial spontan

Diberikan antibiotika seperti sefotaksim intravena, amosilin, atau

aminoglikosida

e. Sindrom hepatorenal

Mengatasi perubahan sirkulasi darah di hati, mengatur keseimbangan garam

(35)

2.2.11 Pencegahan Sirosis Hati

Menurut Dermawati (2006), pencegahan sirosis hati adalah sebagai

berikut:

1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer adalah langkah yang dilakukan untuk menghindari diri dari

berbagai faktor resiko. Pencegahan dapat dilakukan dengan menghilangkan

faktor pencetus. Yang paling penting adalah penjagaan organ hati agar jangan

sampai berkembang menjadi sirosis hati

2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah langkah yang dilakukan untuk mendeteksi dini

penyakit sirosis hati. Bila penyebab sirosis hati itu adalah alkohol, sebaiknya

konsumsi alkohol dihentikan. Bila penyebabnya perlemakan lemak akibat

malnutrisi atau obesitas maka diberikan diet yang tinggi protein dan rendah

kalori

3. Pencegahan Tertier

Pencegahan tertier biasanya dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi

yang lebih berat, kecacatan dan kematian. Pencegahan dalam tingkatan ini

(36)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Gambar 3.1. Bagan kerangka konsep penelitian Karakteristik :

1. Variabel Orang

 Umur

 Jenis Kelamin

 Suku

 Tingkat Pendidikan

 Pekerjaan 2. Gejala Klinis

3. Komplikasi

4. Lama Rawatan

5. Keadaan Sewaktu Pulang

6. Skor Child-Pugh Sirosis Hati

Fibrosis Hati

(37)

3.2. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Variabel dan Defenisi Operasional Penelitian

Variabel Defenisi Operasional Cara Ukur menjadi pasien di RSUP. H. Adam Malik

Jenis Kelamin pasien Analisis rekam

Suku Asal etnis pasien Analisis rekam

(38)
(39)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif karena bertujuan untuk

melihat fenomena yang ditemukan berkaitan dengan profil pasien sirosis hati yang

dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian ini dilaksanakan dengan

menggunakan rancangan potong lintang (cross sectional) yaitu suatu desain penelitian yangmana peneliti mencari hubungan antara variabel bebas (faktor

risiko) dengan variabel tergantung (efek) dengan melakukan pengukuran sesaat.

Tentunya tidak semua subjek harus diperiksa pada hari ataupun saat yang sama,

namun baik variabel risiko serta efek tersebut diukur menurut keadaan atau

statusnya pada waktu observasi, jadi pada desain cross sectional tidak ada prosedur tindak lanjut atau follow up (Ghazali, 2011).

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Mei 2013 sampai dengan

Agustus 2013. Lokasi penelitian ini adalah RSUP H. Adam Malik Medan dengan

pertimbangan bahwa rumah sakit ini merupakan rumah sakit tipe A sesuai SK

MENKES No.335/MENKES/SK/VII/1990 yang merupakan pusat pelayanan

kesehatan pemerintah yang menjadi tempat rujukan di Sumatera Utara.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Sampel adalah semua populasi dari penelitian ini yaitu semua pasien

sirosis hati yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tanggal 1 Januari

(40)

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan berupa data sekunder yaitu rekam medis pasien

sirosis hati yang dirawat inap dimana hal yang diperlukan dalam penelitian

terkhusus pada indikasi akan dicatat dan diuraikan berdasarkan kebutuhan

peneliti.

Gambar 4.1. Bagan kerangka konsep operasional Rekam Medis Pasien

RSUP H. Adam Malik Medan

Manifestasi Klinis Laboratorium Radiologi

SIROSIS HATI

Karakteristik :

7. Variabel Orang

 Umur

 Jenis Kelamin

 Suku

 Tingkat Pendidikan

 Pekerjaan 8. Gejala Klinis

9. Komplikasi

10. Lama Rawatan

11. Keadaan Sewaktu Pulang

(41)

4.5 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan program

komputer yang sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui profil pasien

(42)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan yang berlokasi

di Jalan Bunga Lau No. 17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan

Tuntungan. Rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit Tipe A sesuai dengan

SK Menkes No. 355/Menkes/SK/VII/1990. RSUP H. Adam Malik Medan juga

merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi

Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau dan sebagian wilayah Nanggroe Aceh Darussalam sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang sangat

bervariasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

502/Menkes/IX/1991 pada tanggal 6 September 1991, RSUP H. Adam Malik

Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5.1.2 Karakteristik Subjek Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan

meneliti data – data yang diambil dari rekam medis pasien sirosis hati yang

dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan dari bulan Januari 2012 hingga

Desember 2012. Pada Penelitian ini didapati sampel kasus sebanyak 174 pasien

(43)

5.1.3 Profil Pasien Sirosis Hati

1. Distribusi proporsi penderita sirosis hati berdasarkan sosiodemografi

(umur, jenis kelamin, suku, pendidikan dan pekerjaan)

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi berdasarkan umur

Usia (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

16-20 1 0,6

21-25 1 0,6

26-30 9 5,2

31-35 7 4

36-40 12 6,9

41-45 29 16,7

46-50 27 15,5

51-55 31 17,8

56-60 26 14,9

>60 31 17,8

Total 174 100

Berdasarkan kelompok umur pada tabel di atas, penderita pasien sirosis

hati yang dirawat inap tertinggi terdapat pada kelompok umur 51 – 55 tahun dan

>60 tahun yaitu sebesar 17,8%. Sedangkan kelompok dengan penderita Sirosis

hati terkecil terdapat pada usia muda yaitu 16 – 20 dan 21 - 25 orang yaitu 0,6%.

Data yang lebih lengkap dapat dilihat pada tabel diatas.

(44)

Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)

Laki – laki 124 71,3

Perempuan 50 28,7

Total 174 100

Berdasarkan jenis kelamin pada tabel di atas, sebagian besar subjek

penelitian adalah laki-laki, yaitu berjumlah 124 orang (71,3%) dan yang berjenis

kelamin perempuan berjumlah 50 orang (28,7%).

Tabel 5.3. Distribusi frekuensi berdasarkan suku

Suku Jumlah (Orang) Persentase (%)

Aceh 30 17,2

Melayu 18 10,3

Batak 94 54,0

Jawa 27 15,5

Padang 5 2,9

Total 174 100

Berdasarkan suku pada tabel di atas, mayoritas pasien sirosis hati

bersuku Batak, sebanyak 94 orang (54%), sedangkan suku pasien yang paling

sedikit adalah suku Padang, sebanyak 5 orang (2,9%).

Tabel 5.4. Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

(45)

SD & Sederajat 59 33,9

SLTP & Sederajat 37 21,3

SLTA & Sederajat 69 39,7

Perguruan Tinggi 8 4,6

Total 174 100

Berdasarkan tingkat pendidikan pada tabel di atas, pasien yang memiliki

tingkat pendidikan SLTA dan sederajat merupakan yang terbanyak yaitu 69 orang

(39,7%), sedangkan pasien yang tidak memiliki jenjang pendidikan hanya 1 orang

(0,6%).

Tabel 5.5. Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%)

Belum Bekerja 2 1,1

Pelajar 1 0,6

PNS/ Pesiunan PNS 34 19,5

Wiraswasta 97 55,7

Ibu Rumah Tangga 40 23

Total 174 100

Berdasarkan pekerjaan pada tabel di atas, pasien sirosis hati paling

banyak adalah wiraswata yaitu sebanyak 97 orang (55,7%) sedangkan yang paling

sedikit adalah pasien yang masih pelajar yaitu hanya 1 orang (0,6%)

(46)

Tabel 5.6. Distribusi frekuensi berdasarkan gejala klinis

Gejala Klinis

Ya Tidak

N % N %

Spider Nevi 42 24,1 132 75,9

Eritem Palmar 48 27,6 126 72,4

Kolateral Vein 39 22,4 135 77,6

Ascites 154 88,5 20 11,5

Splenomegaly 82 47,1 92 52,9

Inverted Albumin Globulin Level 83 47,7 91 52,3

Hepatomegaly 60 34,5 114 65,5

Berdasarkan tabel diatas, sebanyak 154 orang (88,5%) didapati tanda

klinis berupa ascites yaitu keluhan perut membesar dan yang didapati dari

pemeriksaan fisik abdomen. Sedangkan tanda kolateral vein didapati hanya

terdapat pada 39 orang (22,4%). Data lebih lengkap dapat dilihat pada tabel diatas.

3. Distribusi proporsi penderita sirosis hati berdasarkan komplikasi

Tabel 5.7. Distribusi frekuensi berdasarkan komplikasi

Komplikasi

Ya Tidak

N % N %

Spontan Bacterial Peritonitis 89 51,1 85 48,9

(47)

Hepato Celluler Carcinoma 57 32,8 117 67,2

Hepato Renal Syndrome 83 47,7 91 52,3

Ensefalopati Hepatik 54 31 120 69

Berdasarkan tabel diatas, komplikasi yang terjadi pada pasien sirosis

hati adalah terjadinya pendarahan varises esophagus sebanyak 111 orang (63,8%)

yang di dapat dari pemeriksaan endoskopi, sedangkan jenis komplikasi yang

paling sedikit muncul adalah Ensefalo Hepatik yaitu sebanyak 54 orang (31%).

Data yang lebih lengkap dapat dilihat pada tabel diatas.

4. Distribusi proporsi penderita sirosis hati berdasarkan lama rawat

Tabel 5.8. Distribusi frekuensi berdasarkan lama rawat pasien

Lama Rawat (hari) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 minggu (0-7) 94 54

2 minggu (8-14) 53 30,5

3 minggu (15-21) 14 8

1 bulan (22-28) 9 5,2

>1 bulan (>28) 4 2,3

Total 174 100

Berdasarkan tabel diatas, lama rawatan pasien sirosis paling sering

adalah selama 1 minggu (0-7 hari) yaitu sebanyak 94 orang (54%), sedangkan

hanya 4 orang pasien (2,3%) yang dirawat lebih dari 1 bulan (>28 hari). Dari data

yang akan peneliti lampirkan, didapatkan bahwa lama rawatan pasien paling lama

adalah 60 hari, sedangkan lama rawatan paling sebentar yaitu 0 hari dimana hal

yang dimaksud adalah pasien diindikasikan untuk rawat inap ketika pasien datang

(48)

rawat rata-rata pasien sirosis adalah 8-9 hari. Data yang lebih lengkap dapat

dilihat pada tabel diatas.

5. Distribusi proporsi penderita sirosis hati berdasarkan keadaan sewaktu

pulang

Tabel 5.9. Distribusi frekuensi berdasarkan keadaan pasien sewaktu pulang

Keadaan Sewaktu Pulang Jumlah (Orang) Persentase (%)

Pulang Berobat Jalan 85 48,9

Pulang Atas Permintaan Sendiri 51 29,3

Meninggal 38 21,8

Total 174 100

Berdasarkan tabel keadaan sewatu pulang pasien di atas, pasien yang

pulang dengan berobat jalan merupakan yang paling banyak yaitu 85 orang

(48,9%), diikuti pasien yang pulang atas permintaan sendiri yaitu 51 orang

(29,3%) dan yang paling sedikit adalah keadaan dimana pasien meninggal dunia

yaitu 38 orang (21,8%).

6. Distribusi proporsi penderita sirosis hati berdasarkan klasifikasi/ derajat

penderita dengan menggunakan skor Child Pugh

Tabel 5.10. v

Klasifikasi Child Pugh Jumlah (Orang) Persentase (%)

Grade A (Prognosis Baik) 72 41,4

Grade B (Prognosis Sedang) 50 28,7

Grade C (Prognosis Buruk) 52 29,9

(49)

Berdasarkan tabel klasifikasi Child Pugh di atas, mayoritas pasien

memiliki prognosis yang baik (Grade A) yaitu 72 orang (41,1%), diikuti pasien

yang memiliki prognosis buruk (Grade C) yaitu 52 orang (28,7%) sedangkan yang

paling sedikit adalah pasien dengan prognosis sedang (Grade B) yaitu 50 orang

(29,9%). Hasil klasifikasi Child Pugh didapatkan dari keadaan klinis dan hasil lab

(50)

5.2 Pembahasan

Sebagai hasil penelitian, dari 174 sampel yang diteliti, mayoritas kasus

terjadi pada dekade kelima yaitu kelompok umur 52 – 55 tahun dan kelompok

umur >60 tahun sebanyak 31 orang (17,8%), sedangkan kasus jarang terjadi pada

usia muda yaitu pada kelompok umur 16 – 20 dan 21 – 25 dimana hanya terjadi 1

kasus pertahun. Hasil penelitian tersebut mendukung hasil penelitian sebelumnya

yang telah dilakukan oleh Oladimeji dkk di Nigerian pada tahun 2013 juga

mendapatkan umur 62 tahun sebagai rentang umur yang tersering.

Hasil penelitian saya menyatakan bahwa pasien sirosis hati mayoritas

adalah berjenis kelamin laki-laki (71,3%) dibanding perempuan (28,7%).

Prevalensi yang sama juga diperoleh oleh Ji-Yao Wang dkk pada tahun 2013 di

China. Laki-laki memiliki resiko yang lebih tinggi karena berkaitan dengan

konsumsi alkohol dan pekerjaan yang memungkinkan untuk terpapar dari infeksi

khususnya hepatitis B.

Dari segi kelompok suku, pasien yang bersuku batak merupakan yang

terbanyak (54%) sedangkan yang paling sedikit adalah suku Padang (2,9%). Hal

ini mungkin berhubungan dengan adat Batak yang sering mengkonsumsi tuak

pada saat acara adat maupun untuk konsumsi sehari-hari seperti yang dipaparkan

oleh Bataknews (2011). Asumsi lain adalah karena suku Batak merupakan suku

mayoritas di Sumatera Utara, sehingga mempengaruhi proporsi distribusi

penyakit.

Mayoritas tingkat pendidikan pasien sirosis hati adalah SLTA dan

sederajat (39,7%) sedangkan yang paling sedikit adalah pasien yang belum pernah

menikmati jenjang pendidikan (0,6%). Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan

penelitian Ji-Yao Wang dkk pada tahun 2013 di China yang justru menyatakan

bahwa kelompok orang berpendidikan rendah merupakan kelompok yang paling

beresiko menderita sirosis hati. Perbedaan hasil ini mungkin disebabkan oleh

(51)

Dilihat dari segi pekerjaan, paling sering pekerjaan pasien adalah

wiraswasta (55,7%) sedangkan yang paling sedikit adalah pasien yang masih

pelajar (0,6%).

Bila dilihat dari tanda yang muncul pada pasien sirosis hati, keluhan perut

membesar atau ascites merupakan gejala yang paling sering muncul (88,5%) yang

diikuti oleh perubahan pada nilai laboratorium yaitu terjadinya perubahan nilai

pada Albumin-Globulin (47,7%). Hal ini mendukung hasil penelitian Yilmaz dkk

(2010) dan penelitian Abolghasemi dkk (2013) yang menyatakan bahwa ascites

merupakan gejala yang paling sering muncul pada sirosis hati tingkat

dekompensata.

Pada pasien sirosis hati, komplikasi yang paling sering dijumpai adalah

pendarahan varises esophagus (63,8%) yang bermanifestasi pada BAB

menghitam dan gambaran khas pada endoskopi. Hal ini mendukung hasil

penelitian Garcia-Tsao & Lim pada tahun 2009 yang menyatakan bawah varises

esophagus dan pendarahan saluran cerna merupakan komplikasi yang tersering

ditemukan dibeberapa negara khususnya Asia Tenggara.

Berdasarkan dari klasifikasi Child-Pugh untuk menentukan prognosis

pada pasien sirosis hati, grade A merupakan yang terbanyak pada pasien yang

bermakna prognosis yang baik. Hasil ini berbeda dengan penelitian sebelumnya

yang dilakukan di negara berbeda, penelitian Abolghasemi dkk (2013) di Iran

menyatakan bahwa pasien dengan grade B merupakan proporsi terbanyak

sedangkan penelitian Wang dkk (2013) di Cina dan penelitian Yilmaz dkk (2010)

di Turki mendapatkan bahwa pasien dengan grade C merupakan proporsi

terbanyak di negara mereka. Perbedaan hasil di beberapa negara ini mungkin

disebabkan oleh perbedaan penyebab penyakit dan karateristik pasien di

masing-masing negara.

Berdasarkan lama rawatan, rata-rata pasien sirosis hati dirawat inap

selama 8 – 9 hari dengan waktu tersering adalah 0 - 7 hari/ 1 minggu (54%). Hal

ini dikarenkan karena mayoritas pasien berada di grade A (41,4%) yang bermakna

prognosis baik, oleh karena itu masa rawatan menjadi lebih singkat bila dibanding

(52)

Berdasarkan keadaan sewaktu pulang, pasien sirosis paling sering

meninggalkan rumah sakit dengan status pulang berobat jalan (48,9%) yaitu

pasien diperbolehkan pulang oleh dokter tetapi juga masih memerlukan control

terhadap penyakitnya. Hal ini juga berkaitan dengan proporsi klasifikasi

Child-Pugh pasien yaitu grade A yang bermakna prognosis baik, pasien boleh pulang

dari rumah sakit tapi harus memerlukan control yang baik dari dokter dikarenakan

penyakit sirosis hati belum bisa disembuhkan.

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah data rekam medis

mengenai jenis pekerjaan pasien sirosis hati kurang spesifik sehingga terdapat

keterbatasan dalam menentukan proporsi distribusi pasien sirosis hati berdasarkan

jenis pekerjaan. Oleh karena itu diharapkan penelitian lain dapat menilai hal

serupa dengan melakukan uji dalam skala besar dan mencakup beberapa fasilitas

kesehatan, baik swasta maupun umum untuk mendapatkan profil/karateristik

(53)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari data yang diperoleh, adapun kesimpulan

yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Distribusi proporsi penderita sirosis hati berdasarkan sosiodemografi,

proporsi tertinggi adalah sebagai berikut: berdasarkan umur

terbanyak terdapat pada kategori usia 51-55 tahun dan diatas 60 tahun

dengan jumlah masing-masing 31 orang (17.8%), berdasarkan jenis

kelamin yang terbanyak adalah laki-laki sebanyak 124 orang (71,3%)

dengan perbandingan 2,3 : 1 terhadap perempuan, berdasarkan suku

terbanyak suku batak sebanyak 94 orang (54%), berdasarkan tingkat

pendidikan terbanyak pada SLTA dan sederajat sebanyak 69 orang

(39,7%), dan berdasarkan pekerjaan terbanyak adalah wiraswasta

sebanyak 97 orang (55,7%).

2. Berdasarkan gejala klinis yang tampak pada penderita sirosis hati

yang dirawat inap pada tahun 2012 di RSUP H. Adam Malik Medan,

diperoleh tanda ascites paling sering muncul (88,5%) baik sewaktu

anamnesa ataupun pemeriksaan fisik abdomen.

3. Berdasarkan komplikasi yang timbul pada penderita sirosis hati yang

dirawat inap pada tahun 2012 di RSUP H. Adam Malik Medan,

diperoleh pendarahan varises esofagus paling sering muncul (63,8%)

yang diperoleh dari pemeriksaan endoskopi

4. Berdasarkan lama rawatan pasien, diperoleh lama rawatan 0-7 hari

atau 1 minggu merupakan rentang waktu yang paling sering (54%)

dengan waktu rawatan rata-rata 8-9 hari lamanya rawatan penderita

sirosis hati di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012.

5. Berdasarkan keadaan sewaktu pulang, diperoleh keadaan pulang

berobat jalan (48,9%) paling sering pada pasein sirosis hati di RSUP

(54)

6. Berdasarkan klasifikasi Child-Pugh, diperoleh Grade A merupakan

proporsi tertinggi pasien sirosis hati yang dirawat inap di RSUP H.

Adam Malik Medan tahun 2012.

7. Pasien sirosis hati yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan

pada tahun 2012 kebanyakan memiliki prognosa yang baik (41,4%)

yang diperoleh dari klasifikasi Child-Pugh

6.2 Saran

1. Institusi pelayanan kesehatan diharapkan dapat meningkatkan sistem

pencatatan ataupun dokumentasi data rekam medis agar terdapat

keselarasan antara jumlah pasien yang terdaftar di rumah sakit

dengan data yang terdapat dalam rekam medis.

2. Isi rekam medis sebaiknya dapat dicantumkan secara lengkap mulai

dari pemeriksaan awal berupa anamnese sampai pengobatan sehingga

tidak terjadi kesalahan saat mengambil data berupa data tidak lengkap

atau terkesan rancu.

3. Pelayanan berupa edukasi kepada masyarakat dalam hal ini adalah

orang yang beresiko tinggi yaitu orang yang berumur >50 tahun,

orang yang terpapar dengan sumber infeksi hati termasuk tenaga

kesehatan dan orang yang memiliki kecanduan terhadap alkohol

mengenai gambaran klinis sirosis hati, faktor resiko penyebab sirosis

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Abolghasemi, J., Eshraghian, M. R., Toosi, M. N., Mahmoodi, M., & Foroushani,

A. R., 2013. Introducing an Optimal Liver Allocation System for Liver

Cirrhosis Patients. Hepatitis Monthly

Anand, B. S., 2002. Cirrhosis of Liver. Western Journal of Medicine, 171: 110-115.

BatakNews., 2011. Tuak: Sebuah Kisah dari Tahun 1979. Available from: http://www.bataknews.wordpress.com [Accesed 6 Desember 2013 ].

Biecker, E. 2011. Diagnosis and Therapy of Ascites Dalam Liver Cirrhosis.

PubMed Central (PMC)

Brisco, M. A., & Mullur, R. S., 2010. Washington Manual of Outpatient Internal

Medicine, The1st Edition. Washington: Lippincott Williams & Wilkins. Dale, D. C., & Federman, D. D., 2007. ACP Medicine, 2007 Edition. USA:

WebMD Inc.

David, C. & Wolf, M. F., 2012. Cirrhosis. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/185856-overview#a [Accesed 27 April

2013].

Deibert, P., 2006. Hepatopulmonary Syndrome. Dalam Patients with Chronic

Liver Disease: Role of Pulse Oximetry. Journal PubMed Central (PMC). Dermawati., 2006. Karateristik Penderita Sirosis Hati Yang Dirawat Inap Di

RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2002-2004. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara .

Dorland, W. A., 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 438-439

Garcia-Tsao, G., & Lim, J., 2009. Management and Treatment of Patients With

Cirrhosis and Portal Hypertension: Recommendations From the Department

of Veterans Affairs Hepatitis C Resource Center Program and the National

(56)

Garcia-Tsao, G., Sanyal, A. J., Grace, N. D., & Carey, W., 2007. Prevention and

Management of Gastroesophageal Varices and Variceal Hemorrhage in

Cirrhosis. Hepatology .

Ghazali, M.V., Sastromihardjo, S., Soedjarwo, S.R., Soelaryo, T., Pramulyo, H.S.

Dalam : Sastroasmoro, S., Ismael, S., 2011. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi Keempat. CV. Jakarta : Sagung Seto, 132.

Hadi, S., 2002. Sirosis Hepatis. Dalam Sirosis Hepatis dalam Gastroenterologi

Edisi 7. Bandung.

Kapoor, V. K, 2012. Liver Anatomy. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1900159-overview#aw2aab6b4

[Accesed 27 April 2013].

Kumar, V., Cotran, R. S., & Robbins, S. L., 2004. Buku Ajar Patologi edisi 7.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Kusumobroto, O. H., 2007. Sirosis Hepatis. Dalam A. Sulaiman, Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati. Jakarta: Jaya Abadi, 335-345.

Lindseth, G. N., 2002. Gangguan Hati, Kandung Empedu, dan Pankreas. In S. A.

Price, & L. M. Wilson, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Indonesia: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 472-473.

Malau, A. S. 2011. Karakteristik Penderita Sirosis Hati Yang Dirawat Inap Di

Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2006 - 2010. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara .

Misnadiarly., 2006. Sirosis Hati. Dalam Misnadiarly, Penyakit Hati (Liver). Jakarta: Pustaka Obor Pupuler, 23-32.

Nurdjanah, S., 2009. Sirosis Hati. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: InternaPublishing, 668-673.

Oladimeji, A. A., Temi, A. P., Adekunle, A. E., Taiwo, R. H., & Ayokunle, D. S. (2013). Prevalence of spontaneous bacterial peritonitis in liver cirrhosis with ascites. Pan African Medical Journal .

Price, S. A., & Wilson, L. M., 2003. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Runyon, B. A., 2004. Management of Adult Patients With Ascites Due to

(57)

Snell, R. S., 2006. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sutardi, S. M., 2003. Sirosis Hati. USU Digital Library .

Wang, JY., et al, 2013. Prevalence of minimal hepatic encephalopathy and quality

of life evaluations in hospitalized cirrhotic patients in China. World Jounal of Gastroenterology , 4984-4991.

WHO., 2004. Age-standardized death rates: Liver cirrhosis by country. Available from: http://apps.who.int/gho/data/view.main.53180?showonly=GISAH

[Accesed 12 April 2013 ].

Wiegand, J., & Berg, T., 2013. The Etiology, Diagnosis and Prevention of Liver

Cirrhosis. Deutsches Ärzteblatt International , 85-91.

Yilmaz, V. T., Eken, C., Avci, A. B., Duman, A., Tuna, Y., Akin, M., et al. (2010). Relationship of increased serum brain natriuretic peptide levels with hepatic failure, portal hypertension and treatment in patients with cirrhosis. Turk J Gastroenterol , 381-386.

Young, V. B., Kormos, W. A., Chick, D. A., & Goroll, A. H, 2010. Cirrhosis.

(58)

Daftar Riwayat Hidup

Data Pribadi

Nama : Irwin Lamtota Lumbanraja

Tempat, Tanggal lahir : Medan, 02 November 1992

Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Kristen Protestan

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. Amal Luhur 14 Medan

Nomer telepon : 087868610469 (mobile phone);

Email : lamtotairwin2@yahoo.com

Orang Tua : Ir. Anthony Lumbanraja (Ayah)

(59)

Riwayat Pendidikan

Pendidikan Formal:

 2010-Sekarang : Universitas Sumatera Utara Pendidikan Dokter (S1)

 2007 – 2010 : SMA St. Thomas 1 Medan

 2006 - 2007 : SMP St. Thomas 4 Medan

 2004 – 2006 : SMP Ostrom Methodist 2 Tebing-Tinggi

 1998 - 2004 : SD Ostrom Methodist 2 Tebing-Tinggi

  Pendidikan Non Formal:

 2004-2006 : Lembaga Bahasa & Pendidikan Bahasa Inggris Mitra

Tebing-Tinggi

Demikian Curriculum Vitae ini saya buat dengan sebenar-benarnya, semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Hormat saya,

(60)

Kelompok Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 16-20 1 .6 .6 .6

21-25 1 .6 .6 1.1

26-30 9 5.2 5.2 6.3

31-35 7 4.0 4.0 10.3

36-40 12 6.9 6.9 17.2

41-45 29 16.7 16.7 33.9

46-50 27 15.5 15.5 49.4

51-55 31 17.8 17.8 67.2

56-60 26 14.9 14.9 82.2

> 60 31 17.8 17.8 100.0

Total 174 100.0 100.0

Jenis Kelamin Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid laki-laki 124 71.3 71.3 71.3

perempuan 50 28.7 28.7 100.0

Gambar

Tabel  2.1 Skor Child-Pugh
Gambar 3.1. Bagan kerangka konsep penelitian
Gambar 4.1. Bagan kerangka konsep operasional
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi berdasarkan umur
+6

Referensi

Dokumen terkait

Karakteristik pasien TB Paru yang dirawat inap di Ruang Rawat Penyakit Dalam RSUP Haji Adam Malik periode Juli 2010 – Juni 2010 yaitu sebagian besar berjenis kelamin

Gambar 5.18 Diagram Bar Proporsi Lama Rawatan Rata-rata Penderita Sirosis Hati Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun

Tabel 4.12 Distribusi Proporsi Penderita Stroke Hemoragik Pada Usia ≤ 40 Tahun Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap Di RSUP Haji Adam Malik Medan

Untuk mengetahui karakteristik penderita stroke hemoragik yang dirawat inap, dilakukan penelitian di RSUP Haji Adam Malik Medan dengan desain case series.. Populasi dan

Karakteristik penderita sirosis hati rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2012.. Pengembangan Teknik Postlabelling untuk Mendeteksi Dini Risiko

Judul Tesis : Korelasi kadar status besi dengan derajat kelas fungsional pasien gagal jantung kronis yang dirawat di RSUP Haji Adam Malik Medan.. Nama Mahasiswa : Ratna Karmila

Tabel 4.13 Distribusi Proporsi Keluhan Utama Penderita Thalasemia Berdasarkan Jenis Thalasemia yang Dirawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011 - April

Populasi dan sampel penelitian adalah seluruh penderita kanker payudara yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik tahun 2013 sebanyak 147 sampel (total sampling).. Tidak ada