• Tidak ada hasil yang ditemukan

Managing in A Global Environment

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Managing in A Global Environment"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Managing in A Global Environment

Oleh: M. Paulus Situmorang

Semua negara di dunia menganggap bahasa Inggeris sebagai bahasa internasional. Tidak heran jika setiap negara yang tidak menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa resmi negara memasukkan bahasa Inggris ke dalam kurikulum pendidikan. Namun lain halnya di Amerika dimana bahasa Inggris menjadi bahasa resmi (official language), mereka beranggapan tidak perlu untuk mempelajari bahasa lain, karena bahasa mereka adalah bahasa internasional.

Pandangan tersebut merupakan contoh dari paham parokialisme, yakni pandangan sempit terhadap dunia dimana mereka memandang dunia semata-mata dari sudut pandangnya sendiri. Orang dengan sudut pandang seperti ini tidak menyadari bahwa orang lain mempunyai cara hidup dan cara kerja yang berbeda-beda.

Beberapa Sudut Pandang Global

Parokialisme terkadang menjadi hambatan bagi seorang manajer untuk mengelola dalam lingkungan global seperti ini. Ada tiga macam sikap dasar seorang manajer untuk mengelola lingkungan global ini. Sikap dasar atau perilaku tersebut adalah:

1. Etnosentris

Yaitu keyakinan parokialistik bahwa pendekatan dan praktek kerja yang terbaik adalah seperti yang ada di negara asal. Manajer yakin bahwa orang di berbagai Negara asing tidak memiliki keterampilan, keahlian, pengetahuan, atau pengalaman untuk membuat keputusan bisnis terbaik.

2. Polisentris

Yaitu pandangan bahwa para manajer di negeri tuan rumah mengetahui pendekatan dan praktek kerja terbaik untuk menjalankan bisnis mereka. Para manajer dengan pandangan polisentris menganggap setiap operasi asing itu berbeda dan sulit dimengerti. Oleh sebab itu, mereka cenderung membiarkan fasilitas asing dan kayawan asing memikirkan sendiri cara mengurus segala sesuatunya secara paling baik.

(2)

3. Geosentris

Yaitu pandangan berorientasi dunia yang memusatkan perhatian pada penggunaan pendekatan orang yang terbaik dari seluruh dunia. Manajer dengan sikap seperti ini yakin bahwa diperlukan pandangan global di kantor pusat organisasi tersebut baik di negara asal maupun di berbagai fasilitas kerja di luar negeri.

Berikut ini adalah kebaikan dan kelemahan dari tiap-tiap sikap di atas.

Sikap Etnosentris Polisentris Geosentris

Orientasi Negara Asal Negara Tuan Rumah Dunia

Kelebihan - Struktur sederhana - Dikendalikan dengan

lebih ketat

- Pengetahuan tentang pasar dan angkatan kerja asing luas

- Dukungan dari pemerintah negara tuan rumah besar - Manajer lokal berkomitmen

dan semangat kerja tinggi

- Memaksa pemahaman terhadap global - Tujuan lokal dan global

seimbang

- Orang dan pendekatan kerja terbaik yang digunakan tanpa memandang negara asal

Kelemahan - Manajemen tidak efektif

- Kaku

- Gangguan sosial dan politis

- Duplikasi pekerjaan - Efisiensi berkurang - Sulit melangsungkan tujuan

global karena berfokus pada tradisi lokal

- Sulit dicapai - Para manajer harus

mempunyai pengetahuan lokal dan global

Memahami Lingkungan Global

A. Aliansi Perdagangan Regional

Pada saat ini ada beberapa Aliansi Perdagangan Regional di dunia, antara lain: 1. Uni Eropa

Uni Eropa (European Union/EU) terbentuk pada bulan Februari 1992 bersamaan dengan ditandatanganinya perjanjian Maastricht (Belanda). Anggota EU antara lain Belgia, Denmark, Perancis, Yunani, Irlandia, Italia, Luxemburg, Belanda, Portugal, Spanyol, Inggris, dan Jerman, Austria, Finlandia, Swedia, dan lain-lain.

Sebelum terciptanya EU, masing-masing negara itu memiliki pengawasan perbatasan, pajak, subsidi, kebijakan nasionalistik, dan industri-industi yang diproteksi. Sekarang,

(3)

menjadi pasar tunggal disana tidak ada lagi hambatan untuk perjalanan, lapangan pekerjaan, investasi, dan perdagangan.

EU juga sekarang telah membentuk Economic and Monetary Union yang bertanggung jawab untuk pengembangan EURO untuk menjadi satuan ukuran bagi mata uang Eropa. Sampai sekarang EU masih terus aktif, karena motivasi utama bagi penyatuan Negara-negara Eropa itu adalah supaya memungkinkan mereka mampu menegaskan kembali posisi mereka terhadap kekuatan Industri AS dan Jepang karena dengan bekerja di negara yang terpisah dengan hambatan satu sama lain, industri Eropa tidak mampu mengembangkan efisiensi di bisnis AS dan juga Jepang. EU akan terus berperan penting dalam perekonomian global bagi Eropa.

2. North American Free Trade Area (NAFTA)

Ketika sejumlah persetujuan atas berbagai masalah penting yang tercakup dalam NAFTA telah tercapai oleh pemerintah Meksiko, Kanada, AS pada tanggal 2 Augustus 1992, maka terciptalah blok ekonomi yang sangat luas. NAFTA menghapus batas-batas (seperti tarif impor, ekspor, dll.) sehingga memudahkan negara-negara anggota NAFTA untuk memperkuat kekuatan ekonomi ketiga negara tersebut..

3. Association of South East Asia Nations (ASEAN)

ASEAN merupakan asosiasi perdagangan dengan 10 negara Asia Tenggara. Pada tahun-tahun yang akan datang, wilayah Asia Tenggara mungkin akan menjadi salah satu wilayah ekonomi yang paling cepat perkembangannya di dunia. Wilayah tersebut akan menjadi aliansi ekonomi dan politik regional yang makin penting yang pada akhirnya dampaknya mampu menandingi NAFTA maupun Uni Eropa.

B. Perbedaan Jenis Organisasi Global

Ada dua jenis organisasi global, yaitu Multinational Corporation (MNC) dan Transnational Corporation (TNC). MNC adalah perusahaan yang menyelenggarakan operasi secara berarti di berbagai negara tetapi mengelola operasi itu dari basis negara asal. MNC bercirikan sikap etnosentris. Contoh MNC antara lain: Sony, Deutsche Bank, AG,dll. Sedangkan TNC adalah perusahaan yang menyelenggarkan operasi yang signifikan di lebih dari satu negara tetapi

(4)

mendesentralisasikan manajemen ke negara lokal. TNC bercrikan sikap polisentris. Contoh TNC antara lain: Nestle, Frito-Lay, dsb.

Seiring dengan kemajuan zaman, saat ini banyak perusahaan besar yang bergerak untuk mengglobalisasikan struktur manajemen mereka dengan menghilangkan divisi struktural yang memaksakan batas-batas geografis artifisial. Perusahaan yang dmikian disebut “Borderless Organization” atau organisaasi tanpa batas negara. Manajemen tanpa batas negara merupakan upaya organisasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pasar global yang sengit persaingannya. Salah satu contoh dari borderless organization adalah IBM.

C. Cara Perusahaan Menjadi Global

Ada tiga tahap agar suatu perusahaan dapat menjadi global. Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut:

Tahap I, yaitu melalui proses import dan export. Import adalah menjual produk asing di

dalam negeri, sedangkan export adalah menjual barang buatan dalam negeri ke luar negeri.

Tahap II, yakni melalui jalan mempekerjakan perwakilan asing di dalam negeri atau

melakukan perjanjian bidang pabrikan di luar negeri.

Tahap III, melalui jenis-jenis pemberian seperti:

1. Lisensi dan Waralaba

Lisensi adalah pendekatan untuk menjadi global oleh organisasi pabrikan yang meliputi pemberian kepada organisasi lain hak untuk menggunakan merek, teknologi, atau spesifikasi produk anda. Sedangkan Waralaba adalah pendekatan untuk menjadi global oleh organisasi jasa yang meliputi pemberian kepada organisasi lain ntuk mempergunakan merek, teknologi, atau spesifikasi produk anda.

2. Aliansi Strategi

Aliansi strategi adalah pendekatan untuk menjadi global dengan melibatkan kemitraan antara organisasi tertentu dengan perusahaan asing dimana keduanya berbagi sumber daya dan pengetahuan guna mengembangkan produk baru atau membangun fasilitas produksi.

(5)

3. Joint Venture (Usaha Patungan)

Yaitu pendekatan untuk menjadi global yang merupakan aliansi strategis tertentu dimana rekannya setuju untuk membentuk organisasi yang terpisah dan independent untuk mencapai tujuan bisnis tertentu.

4. Anak Perusahaan di luar negeri

Mendirikan anak perusahaan di luar negeri dengan bentuk entitas tersendiri sesuai dengan peraturan negara setempat (host country)

Memimpin di Lingkungan Global (Managing in A Global Environment

Pemimpin atau manager perusahaan disamping menghadapi masalah internal juga akan banyak bersinggungan dengan masalah eksternal yaitu Masalah Lingkungan Hukum Politik, Lingkungan Ekonomi dan Lingkungan Kebudayaan dimana hal tersebut akan mempengaruhi efektifitas kepemimpinannya.

A. Lingkungan Hukum Politik

Para manajer perusahaan akan banyak menghadapi ketidakpastian yang sangat besar sebagai akibat ketidakstabilan politik. Para manager harus memperhatikan lingkungan hukum politik yang labil atau revolusioner di berbagai negara tempat mereka beroperasi, karena setiap kebijakan-kebijakan hukum-politik akan mempengaruhi perkembangan perusahaan tersebut.

B. Lingkungan Ekonomi

Ada tiga perhatian penting yang harus diperhatikan dalam lingkungan ekonomi, yaitu nilai tukar mata uang yang berubah-ubah, laju inflasi, dan berbagai macam kebijakan pajak. Laba perusahaan global dapat secara dramatis berubah-ubah tergantung pada kekuatan mata uang dalam negerinya dan mata uang negara-negara tempat perusahaan itu beroperasi. Setiap devaluasi mata uang sebuah negara akan sangat mempengaruhi tingkat laba perusahaan. Kekuatan mata uang negara asing tertentu dapat juga mempengaruhi berbagai keputusan para manager.

Laju inflasi ekonomi mempengaruhi harga yang harus dibayar untuk bahan baku, tenaga kerja, dan perlengkapan lainnya. Selain itu laju inflasi mempengaruhi harga yang dikenakan oleh perusahaan atas barang atau jasanya.

(6)

Selain memperhatikan kekuatan mata uang dan laju inflasi, seorang manajer juga membutuhkan pengetahuan yang pasti tentang berbagai peraturan perpajakan di setiap negara tempat perusahaan itu beroperasi, guna meminimalkan kewajiban pajak perusahaan tersebut.

C. Lingkungan Kebudayaan

Seorang manajer harus memperhatikan budaya nasional negara-negara tempat perusahaannya menyalurkan barang atau jasa. Karena setiap negara pasti memiliki budaya masing-masing, oleh karena itu manajer harus bisa mengatur sedemikian rupa sehingga barang atau jasa mereka dapat diterima dan disukai oleh kustomer yang ada di negara tempat mereka beroperasi. Kerangka kerja yang sangat berguna untuk membantu para manajer memahami perbedaan berbagai budaya nasional dengan lebih baik telah disusun oleh Hofstede.

Budaya,dikelompokkan atas 5 dimensi menurut Hofstede, yaitu:

1. Individualism versus Collectivism

Individualism adalah suatu keadaan dimana masyarakat di suatu negara lebih memilih untuk

bertindak secara individual, sedangkan collectivism adalah suatu keadaan dimana masyarakat lebih memilih untuk bertindak sebagai anggota dari suatu kelompok (organisasi), dan mengharapkan orang lain dari kelompok tersebut untuk saling membantu dan mendukung.

2. Power Distance

Power distance merupakan suatu ukuran yang menentukan apakah sebuah masyarakat

menerima pembedaan kekuasaan di sebuah institusi (organisasi) atau tidak.

Masyarakat dengan power distance yang tinggi menerima perbedaan kekuasaan tersebut. Dengan kata lain, mereka sangat menghormati suatu level, jabatan, atau pangkat yang tinggi. Sebaliknya, pada masyarakat dengan power distance yang rendah tidak terlalu menghargai hal tersebut. Walaupun jabatan yang tinggi itu masih dihormati dan berkuasa, namun para pegawai bawahannya tidak takut kepada atasannya.

3. Uncertainty Avoidance

Suatu keadaan yang menentukan apakah orang-orang mentoleransi resiko dan lebih memilih keadaan yang tidak terstruktur dibandingkan dengan yang terstruktur, atau sebaliknya.

(7)

Orang-orang dengan uncertainty avoidance yang rendah, relatif nyaman dengan resiko-resiko. Mereka tidak merasa terganggu dengan pendapat ataupun tindakan yang berbeda dengan mereka karena mereka tidak merasa tercancam dengan kondisi tersebut. Sedangkan orang-orang dengan uncertainty avoidance yang tinggi, tidak bisa mentolerir resiko, ataupun sesuatu yang tidak pasti karena mereka merasa terancam dengan situasi semacam itu.

4. Quantity of Life versus Quality of Life

Quantity of life merupakan suatu keadaan dimana orang-orang sangat menghargai nilai dari

uang dan benda-benda materi. Sedangkan quality of life merupakan suatu keadaan dimana orang-orang lebih memperhatikan relasi dengan sesama dan perhatian terhadap sesama.

5. Long-term and Short-term Orientation

Dimensi ini melihat orientasi suatu negara tentang hidup dan kerja. Pada long-term

orientation, orang-orang memandang ke masa depan. Sedangkan pada short-term

oreintation, orang-orang menghargai masa lampau dan masa sekarang, serta menekankan

rasa hormat terhadap tradisi.

Program penelitian GLOBE (Global Leadership and Organizational Behavior Effectiveness) yang dimulai pada tahun 1993 melanjutkan penelitian tentang perilaku kepemimpinan trans budaya. Sembilan dimensi budaya oleh GLOBE, yaitu:

a. Assertiveness

Seberapa besar masyarakat mendorong orang-orang untuk lebih kuat, konfrontasional, dan kompetitif.

b. Future orientation

Seberapa besar masyarakat mendorong dan menghargai tindakan yang berorientasi ke masa depan seperti perencanaan, investasi untuk masa depan.

c. Gender differentiation

Seberapa besar masyarakat memaksimalkan perbedaan peran yang dimiliki masing-masing

gender. Dapat dilihat dari seberapa besar status dan tanggung jawab dalam pengambilan

(8)

d. Uncertainty avoidance

Seberapa besar ketergantungan masyarakat pada norma-norma sosial dan prosedur dalam mengurangi keadaan-keadaan yang tidak dapat diprediksi di masa depan.

e. Power distance

Seberapa besar masyarakat menginginkan kekuasaan untuk dibagikan secara tidak merata.

f. Individualism / collectivism

Seberapa besar masyarakat mendorong orang-orang untuk bergabung dalam sebuah grup dalam organisasi.

g. In-group collectivism

Seberapa besar anggota dari masyarakat (seperti anggota keluarga, teman dekat, ataupun organisasi) mengambil bagian.

h. Performance orientation

Seberapa besar masyarakat mendorong dan menghargai suatu peningkatan performa/prestasi.

i. Humane orientation

Seberapa besar masyarakat mendukung dan menghargai individual untuk berlaku adil, murah hati, dan ramah dengan sesama.

Melakukan bisnis secara global dalam masa sekarang ini tidaklah mudah. Pemimpin ataupun para manager perusahaan global akan banyak menghadapi tantangan dalam kepemimpinannya. Tantangan terbesar yang dihadapi manajer global antara lain tantangan dari keterbukaan organisasi terhadap globalisasi dan perbedaan-perbedaan budaya yang ada di berbagai negara.

Keterbukaan terhadap globalisasi sangat dibutuhkan untuk suatu organisasi untuk berhasil, namun dari keterbukaan itu jugalah banyak tantangan yang harus dihadapi, seperti misalnya terorisme yang akhir-akhir ini menjadi ancaman.

Kemudian tantangan yang juga harus dihadapi adalah ketergantungan ekonomi terhadap negara-negara lain, karena sangat mungkin apabila perekonomian suatu negara jatuh, mengakibatkan negara-negara lain terkena dampak dari kejadian tersebut. Tantangan dari sisi lain yang serius adalah mengenai perbedaan budaya yang fundamental, seperti misalnya tradisi, sejarah, religi, kepercayaan, selera, gaya dan lain-lain yang sangat perlu untuk diperhitungkan dalam memimpin dan mengambil suatu keputusan manajemen.

(9)

Oleh karena itu, supaya manajer dapat sukses dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut, menajer harus sangat sensitif dan mengerti mengenai keadaan di sekitarnya. Manajer harus berhati-hati dalam mengambil suatu keputusan atau tindakan, terutama manajer harus memperhatikan pandangan dari pihak lain mengenai keputusannya itu. Tidak hanya pandangan dari pihak-pihak yang setuju, tapi juga yang paling penting, pandangan dari pihak-pihak yang tidak setuju.

Daftar Pustaka:

1. Danny Samson,Richard L. Daft, Management, 2011 Asia Pacific Edition 2. George R Terry, Prinsip-prinsip Manajemen, Bumi Aksara, Jakarta, 2000 3. James AF Stoner, Manajemen, Erlangga , Jakarta, 1992

4. Ricky W Griffin, (Texas A & M University), Manajemen, Erlangga, Jakarta, 2002 5. Stephen P. Robbins, Timothy A. Judge, Perilaku Organisasi, 2008, Penerbit Salemba

Empat, edisi 12.

6. Stephen P. Robbins, Timothy A. Judge, Perilaku Organisasi, 2008, Penerbit Salemba Empat, edisi 12.

7. Stephen Paul Robbins, Mary K Coulter, Management, Prentice Hall 1999

8. R.L. Daft,Richard L. Daft,J. Murphy,H. Willmott, Organization: Theory and Design, South Western, 2010

9. Richard L. Daft, The New Era of Management, South Western,,2008,,2nd ed 10. Richard L. Daft, Management, South Western, 2012, 10th ed.

Referensi

Dokumen terkait

Semakin meluasnya globalisasi membuat ketergantungan antar Negara semakin tinggi, Indonesia sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, keadaan

Masalah lain yang dihadapi negara berkembang adalah melaksanakan pembangunan ekonomi adalah masalah pemerataan pendapatan. Contohnya di Indonesia, perekonomian yang

- Penelitian dari Wondabio (2006) membuktikan bahwa kondisi perekonomian negara maju akan berpengaruh terhadap perekonomian negara berkembang, yaitu dengan adanya

Hal ini akan membantu perekonomian Indonesia, agar tidak mengandalkan Negara lain untuk memproduksi barang jadi dan jika terjadi turbulensi ekonomi glogal tidak berpengaruh

Tujuan dari penelitian ini mengidentifikasi tantangan-tantangan keamanan lingkungan yang dihadapi oleh negara-negara kepulauan Pasifik dan memetakan kerja sama yang

Pada kenyataannya, pengaruh globalisasi pada media massa hanyalah menciptakan ketergantungan negara berkembang pada negara maju terkait dengan produksi hardware

Globalisasi ekonomi adalah meningkatnya saling ketergantungan ekonomi antara negara-negara di dunia berkat percepatan pergerakan barang, jasa, teknologi, dan modal lintas

Saling ketergantungan dalam peningkatan ekonomi, terutama dalam bidnag industri menjadi peluang kedua negara untuk bekerja sama dan berkolaborasi dalam membangun kesepatan politik Dari