ANALISIS PRINSIP EKONOMI ISLAM DALAM KERJA
SAMA PENGAIRAN SAWAH DI DESA KEDUNG BONDO
KECAMATAN BALEN KABUPATEN BOJONEGORO
SKRIPSI
Oleh :
SA’ADATINA KHUZAIMAH NIM : C94212146
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PRODI EKONOMI SYARIAH SURABAYA
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Analisis Prinsip Ekonomi Islam dalam Kerja Sama Pengairan Sawah di Desa Kedung Bondo Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro”. Penelitian ini memuat praktek kerjasama pengairan sawah di Desa Kedung Bondo Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro. Dan kerja sama pengairan sawah yang dilaksanakan di Desa Kedung Bondo, Kecamatan Balen, Kabupaten Bojonegoro dalam perspektif prinsip ekonomi Islam.
Penelitian ini adalah metodologi deskriptif analitis dengan pola pikir deduktif yaitu jenis penelitian lapangan (field rescarch), yang mana penelitian ini dalam bentuk lapangan yaitu dengan terjun langsung ke lapangan untuk menggali kerjasama pengairan sawah di Desa Kedung Bondo Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dengan kepala Desa, pihak pengelola irigasi dan petani. Untuk mendapatkan data dokumentasi peneliti menggunakan arsip-arsip yang ada pada masyarakat tani maupun pengelola irigasi. Observasi yang dilakukan oleh peneliti mengamatipraktek pelaksanaan kerjasama pengairan sawah dari pelaksanaan sampai pengambilan hasil panen.
Hasil penelitian ini merupakan praktik kerja sama antara petani dan piihak pengelola irigasi pengairan sawah yang dilaksanakan di Desa Kedung Bondo Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro Apabila dilihat dari rukun musya>rakah, yaitu sig}hat ija>b dan
qabu>l, kedua orang yang berakad dan objek akad. Akan tetapi akad yang seharusnya
disepakati diawal yaitu tentang pembagian keuntungan 1/6 tidak terjadi sebagaimana mestinya. Terjadi kerugian pada bagian pihak pengelola irigasi yakni hasil yang diterima tidak mencapai 1/6. Pembagian keuntungan dalam kerjasama pengairan sawah di Desa Kedung Bondo berupa padi yang ditanam oleh petani. Dalam prakteknya pembagian keuntungan pengairan, dalam hal ini berupa padi merugikan pihak pengelola irigasi dimana padi yang telah dibagi dan diukur sesuai dengan porsi masing-masing ternyata melenceng dari apa yang diharapkan. Fenomena yang terjadi pada masyarakat Desa Kedung Bondo Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro masih belum sesuai dengan prinsip ekonomi Islam, yakni maslahah dan manfaat, keadilan berekonomi, kerja dan produktivitas, kebebasan dan tanggung jawab dan nubuwwah.
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR TRANLITERASI ... xiii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi masalah dan batasan masalah ... 7
C. Rumusan Masalah ... 8
D. Kajian pustaka ... 8
E. Tujuan Penelitian ... 11
F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 12
G. Definisi operasional ... 13
H. Metode penelitian ... 13
I. Sistematika pembahasan ... 21
BAB II MUSHA>RAKAH DAN PRINSIP EKONOMI ISLAM ... 23
A. Musha>rakah ... 23
1. Pengertian Musha>rakah ... 23
2. Dasar Hukum Musha>rakah ... 24
3. Rukun dan Syarat Mushar>akah ... 26
4. Jenis-jenis Musha>rakah ... 29
5. Berakhirnya Musha>rakah ... 29
B. Prinsip Ekonomi Islam ... 33
1. Tauhid ... 33
2. Maslahah dan Manfaat ... 34
3. Keadilan berekonomi ... 36
4. Persaudaraan ... 37
5. Kerja dan Produktivitas... 37
6. Kepemilikan ... 38
7. Kebebasan ... 39
8. Nubuwwah ... 40
9. An-Tarad}in Minkum ... 42
10.Ta’awun ... 42
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 45
1. Keadaan Sosial Ekonomi ... 45
2. Keadaan Sosial Pendidikan ... 46
3. Keadaan Sosial Keagamaan ... 48
B. Praktek Kerjasama Pengairan di Desa Kedung Bondo Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro ... 49
1. Latar Belakang ... 49
2. Pelaksanaan Kerjasama Pengairan Sawah ... 50
BAB IV ANALISIS PRINSIP EKONOMI ISLAM DALAM KERJASAMA PENGAIRAN SAWAH DI DESA KEDUNG BONDO KECAMATAN BALEN KABUPATEN BOJONEGORO ... 56
A. Analisis praktek kerjasama pengairan sawah di Desa Kedung Bondo Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro ... 56
B. Analisis Prinsip Ekonomi Islam dalam Kerjasama Pengairan Sawah di Desa Kedung Bondo Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro 61 BAB V PENUTUP ... 76
A. Kesimpulan ... 76
B. Saran ... 77 DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam merupakan agama yang lengkap, dimana peristiwa di masa lampau,
bahkan sebelum adanya kehidupan, kejadian masa kini, dan kejadian pada
masa yang akan datang, semua tercatat dalam Islam yang terkandung dalam
kitab suci al-Qur’an dan hadis Rasulullah SAW. Oleh karenanya manusia
perlu memahami dan mengamalkan isi al-Qur’an dan hadis, karena semua
amalan, kewajiban, maupun larangan sudah sangat jelas diatur didalamnya.
Dalam agama Islam juga mengatur tentang aspek kehidupan manusia,
baik akidah, akhlak, maupun muamalah. Salah satu ajaran yang sangat penting
adalah bidang muamalah (ekonomi Islam). Kitab-kitab fiqh Islam tentang fiqh
muamalah (ekonomi Islam) sangat banyak dan berlimpah, jumlahnya lebih
dari ribuan judul buku. Para ulama tidak pernah mengabaikan kajian
muamalah dalam kitab-kitab fiqh mereka, dan dalam pengajian-pengajian
keIslaman mereka.
Indonesia merupakan negara agraris yang kaya sumber daya alam dan
mempunyai ketersediaan lahan yang luas untuk menunjang kegiatan
pertanian. Sektor pertanian1 merupakan sektor penting dalam upaya
pemenuhan kebutuhan bahan pangan penduduk Indonesia. Adanya
1
2
pembangunan pertanian berarti telah memberikan sumbangan yang besar
dalam pembangunan nasional, baik langsung maupun tidak langsung. Selain
itu pembangunan pertanian akan mendukung upaya dalam pemenuhan
kebutuhan pangan yang ditunjang oleh adanya peranan industri pengolahan
pangan sehingga akan dapat menyediakan kebutuhan pangan baik dalam
bentuk makanan maupun minuman.
Indonesia memiliki peran yang penting terhadap pertanian. Hal ini
dibuktikan dengan mayoritas mata pencaharian masyarakat Indonesia petani
dan masih luasnya lahan pertanian di Indonesia. Peranan petani tidak dapat
dilepaskan dalam kehidupan masyarakat. Mengapa demikian karena petani
menjadi pemasok setiap kebutuhan pangan dari setiap anggota keluarga dalam
pemenuhan kebutuhan pokoknya sehari-hari. Tanpa adanya petani manusia
tentu tidak dapat memenuhi kebutuhannya bahkan harus mengimpor
barang-barang pangan dari luar.2
Maka sektor pertanian menjadi salah satu sektor terpenting dalam struktur
perekonomian Indonesia. Sayangnya, sektor pertanian di Indonesia masih
mengalami banyak permasalahan terutama dalam meningkatkan jumlah
produksi pangan. Penyebab produktivitas ini adalah karena beberapa waduk
dan saluran irigasi yang perlu diperbaiki, hutan-hutan tropis yang semakin
berkurang, serta siklus cuaca yang tidak menentu karena efek pemanasan
3
global yang pada akhirnya berpengaruh terhadap semakin berkurangnya
pasokan air yang dialirkan dari pegunungan ke lahan pertanian.
Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki kecenderungan besar dalam
memenuhi bisnis dengan pihak lain. Berbagai pilihan model-model bisnis
mendorong manusia untuk memilih yang terbaik baginya, lebih mudah
prosesnya dan tidak mengandung resiko tinggi. Kecenderungan tersebut lebih
dianut oleh golongan masyarakat kelas menengah kebawah dan mereka adalah
yang tidak setiap saat memiliki modal besar untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya. Sering sekali manusia melakukan suatu perjanjian dalam
melakukan suatu perjanjian dalam melakukan kegiatannya sehari hari.
Apabila dua orang atau pihak saling berjanji untuk melakukan atau
memberikan sesuatu berarti masing-masing orang atau pihak itu mengikat diri
kepada yang lain untuk melakukan atau memberikan sesuatu yang mereka
perjanjikan3.
Secara teori pengertian musharakah (shirkah) menurut bahasa berarti
al-ikhtila>t} yang artinya campur atau percampuran. Apabila menurut pendapat
beberapa ulama’ dapat difahami yang dimaksud dengan shirkah adalah kerja
sama antara dua orang atau lebih dalam berusaha, yang mana keuntungan dan
kerugian nya ditanggung bersama.4
3
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah (Jakarta : PT.Grafindo Persada, 2010), 43.
4
Banyak petani beranggapan pengairan pengairan sawah di Dusun Besuki
Desa Kedung Bondo Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro tidak sesuai
dengan apa yang seharusnya dilakukan banyak terjadi ketidakadilan dan
ketimpangan, hal ini diperkuat dengan adanya fakta menurut Ismail Nawawi,5
prinsip adil merupakan pilar penting dalam ekonomi Islam. Penegakan
keadilan telah ditekankan oleh Al-Qur’an sebagai misi utama para nabi yang
diutus Allah SWT. Firman Allah dalam Surat Al-Hadīd. 57:25
َدْيِدَحا َاْلَزْ نَاَو ِطْسِقْلِاب ُس اَلا َمْوُقَ يِل َنازْيِماو َب َاتِكلا ْمُهَعَم َاْلَزْ نَآَو تِيَ بْلا اِب َاَلُسُر اَْلَسْرَأ ْدَقلَو
Artinya :”Sesungguhnya kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan Rasul-rasulnya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah
maha kuat lagi maha perkasa.” (QS. Al-Hadid: 25)6
Penegakan keadilan ini termasuk keadilan ekonomi dan penghapusan
kesenjangan pendapatan. Allah yang menurunkan Islam sebagai sistem
kehidupan bagi seluruh umat manusia, menekankan pentingnya adanya
keadilan dalam setiap sektor baik ekonomi politik maupun sosial. Tujuan
keadilan sosio ekonomi dan pemerataan pendapatan/kesejahteraan, dianggap
sebagai bagian tak terpisahkan dari filsafat moral Islam. Fenomena
5
Nawawi Ismail, Filsafat Ekonomi Islam (Jakarta:CV.Dwiputra Pustaka Jaya, 2012), 76.
6
5
ketidakadilan ini terlihat sangat jelas terjadi di Indonesia. Akibatnya yang
kaya semakin kaya dan miskin semakin miskin, ketidakadilan pun semakin
melebar.7
Akhir-akhir ini, masyarakat Dusun Besuki Desa Kedung Bondo
Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro mengalami kemajuan dalam
pengairan sawah, yang semula hanya mengandalkan air tadah hujan, sekarang
sudah tersedia air irigasi untuk memenuhi kebutuhan air dalam bercocok
tanam khususnya tanaman padi. Jika sawah yang hanya mengandalkan air
tadah hujan dalam setahun hanya bisa panen sebanyak dua kali sedangkan
sawah yang diairi air irigasi dalam setahun bisa mencapai empat kali panen.
Berawal dari hal tersebut muncul suatu kerja sama atas pengairan sawah yang
dikenal dengan arealan piyak enem.
Arealan piyak enem merupakan istilah kerja sama yang terjadi antara
pihak masyarakat petani dengan pihak pengelola pengairan/irigasi sawah
untuk melakukan kerja sama.8 Dalam praktek arealan piyak enem yang terjadi
di masyarakat Dusun Besuki Desa Kedung Bondo Kecamatan Balen
Kabupaten Bojonegoro masih menggunakan cara-cara tradisional, masyarakat
masih menggunakan suatu model kepercayaan, saling mempercayai terhadap
terjadinya arealan piyak enem tersebut. Hal ini terbukti dalam praktek arealan
6
piyak enem masih belum ada tanda atau bukti bahwa diantara kedua belah
pihak telah terjadi suatu kesepakatan.
Setelah arealan piyak enem disepakati secara lisan oleh masyarakat, maka
muncul sebuah hak dan kewajiban antara kedua belah pihak. Masyarakat
petani mempunyai hak untuk mendapatkan air dari pengelola irigasi dan
berkewajiban memberikan hasil panen yang telah disepakati kepada pengelola
irigasi. Sedangkan pengelola irigasi mempunyai hak untuk memperoleh hasil
panen masyarakat petani sesuai dengan kesepakatan dan berkewajiban
memberikan air pada sawah tertentu.9
Piyak enem merupakan kewajiban petani dalam memberikan hasil panen
kepada pengelola irigasi. Besarnya hasil panen yang diberikan yaitu luas
sawah dibagi 6 dengan cara di ukur dengan piyak. Oleh karena itu dinamakan
dengan piyak enem. Sebelum padi dipanen, para petugas dari pengelola irigasi
sudah melakukan piyak an terhadap tanaman padi. Agar pada saat panen
berlangsung petani bisa membedakan mana padi yang menjadi milik petani
dan mana padi yang menjadi kewajiban untuk dibayarkan kepada pihak
pengelola irigasi. Akan tetapi pada kenyataannya banyak petani yang
mengurangi ukuran yang telah dibuat oleh pengelola irigasi.
Berawal dari uraian tersebut dan observasi awal, model kerja sama
arealan piyak enem perlu dikaji lebih mendalam, baik dari segi prosesnya
maupun dari segi analisis Ekonomi Islamnya.
7
Sehingga pada penelitian ini penulis mengambil judul “ANALISIS
PRINSIP EKONOMI ISLAM DALAM KERJA SAMA PENGAIRAN
SAWAH DI DESA KEDUNG BONDO KECAMATAN BALEN
KABUPATEN BOJONEGORO”.
B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka timbul persoalan yang harus dipelajari
oleh penulis untuk dijadikan acuan penelitian nanti, yaitu:
1. Fungsi dan tujuan sistem pengairan
2. Kerja sama pengairan sawah di Desa Kedung Bondo Kecamatan Balen
Kabupaten Bojonegoro
Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas dan dengan keterbatasan
penulis, maka penulis hanya membatasi beberapa permasalahan saja, diantara
masalah yang akan dibahas oleh penulis adalah:
1. Kerja sama pengairan sawah di Desa Kedung Bondo Kecamatan Balen
Kabupaten Bojonegoro
2. Analisis prinsip ekonomi Islam dalam kerja sama pengairan sawah di Desa
Kedung Bondo Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti membuat rumusan
8
1. Bagaimana praktek kerja sama dalam pengairan sawah di Desa Kedung
Bondo Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro?
2. Bagaimana kerja sama pengairan sawah di Desa Kedung Bondo
Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro dalam perspektif prinsip
ekonomi Islam?
D. Kajian Pustaka
Kajian Pustaka merupakan deskripsi ringkas tentang kajian atau
penelitian yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti
sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan
pengulangan atau duplikasi dari kajian atau penelitian yang telah ada.
Adapun penelitian yang berjudul “Analisis Prinsip Ekonomi Islam dalam
Kerja Sama Pengairan Sawah di Desa Kedung Bondo Kecamatan Balen
Kabupaten Bojonegoro” ini tentu tidak lepas dari penelitian terdahulu yang
dijadikan sebagai pandangan dan referensi, diantaranya yaitu :
Pertama, penelitian yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam terhadap
Pelaksanaan Penjualan Air Sumur Bor di Desa Menganti Kecamatan
Menganti Kabupaten Gresik” penelitian tersebut pada intinya membahas
tentang aturan penjualan air sumur bor dan ditinjau dari hukum Islam dengan
hasil bahwa penjualan air sumur bor tersebut merupakan jual beli yang sah
untuk kemaslahatan bersama dalam pemenuhan air bersih.10 Penelitian ini
10 Luluk Maslukha., “Tinjauan Hukum Islam terhadap Penjualan Air Sumur Bor di Desa Menganti
9
berbeda dengan penelitian yang sedang peneliti lakukan, perbedaannya
terletak pada analisis dan objek penelitiannya, pada penelitian ini
menggunakan analisis hukum Islam sedangkan yang sedang peneliti lakukan
adalah analisis prinsip ekonomi Islam, pada penelitian ini objek yang diteliti
adalah air sumur bor sedangkan objek yang sedang akan peneliti lakukan yaitu
tentang sistem pengairan.
Kedua, penelitian yang berjudul “Aplikasi Muzara’ah di Desa Drajat
Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro”. Penelitian ini secara garis besar
membahas tentang pandangan mazhab Syafi’I dan mazhab Hanabilah
terhadap pelaksanaan muzaraah di Desa Drajat Kecamatan Baureno
Kabupaten Bojonegoro.11 Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang
sedang peneliti lakukan, perbedaannya terletak pada objek penelitiannya. Pada
penelitian ini objeknya penyewaan sawah sedangkan penelitian yang akan
peneliti lakukan yaitu pengairan sawah.
Ketiga, penelitian yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam terhadap
Transaksi Bagi Hasil Pengairan Sawah dengan Air Sumur Sistem Perseroan di
Desa Gondel Kecamatan Kedung Tuban Kabupaten Blora” penelitian tersebut
pada intinya membahas tentang transaksi jual beli air sumur sawah dengan
sistem perseroan merupakan adat kebiasaan warga setempat selama masa
11 Muhammad Sunoto., “Aplikasi Muzaraah di Desa Drajat Kecamatan Baureno Kabupaten
10
tanam hingga panen dan termasuk jual beli yang shahih.12 Penelitian ini
berbeda dengan penelitian yang sedang peneliti lakukan, perbedaannya
terletak pada objek penelitian dan teori. Pada penelitian ini menggunakan teori
hukum Islam objek yang digunakan adalah bagi hasil pengairan sawah
sedangkan yang sedang peneliti teliti adalah kerja sama pengairan sawah
sedangkan teori yang digunakan peneliti adalah prinsip ekonomi Islam.
Keempat, penelitian yang berjudul “Analisis Hukum Islam terhadap Kerja
Sama Pertanian dengan Sistem Bagi Hasil disertai upah di Desa
Pademonegoro Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo”. Penelitian ini
menjelaskan tentang pelaksanaan kerja sama dengan pemilik tanah
menyerahkan tanahnya kepada penggarap untuk diolah dan hasilnya dibagi
bersama sesuai dengan ketentuan yang disepakati dalam perjanjian tersebut
dengan hasil bahwa penelitian tersebut tidak sah dengan analisis hukum
Islam.13 Penelitian berbeda dengan penelitian yang sedang peneliti lakukan.
Perbedaannya terletak pada objek penelitian dan analisis penelitian. Penelitian
ini objek yang digunakan adalah bagi hasil disertai upah dan analisis yang
digunakan adalah analisis hukum islam, sedangkan penelitian yang sedang
peneliti lakukan adalah kerja sama pengairan sawah dalam pertanian di
12Endang Wulansari., “Tinjauan Hukum Islam terhadap Transaksi Bagi hasil Pengairan Sawah
dengan Air Sumur Sistem Perseroan di Desa Gondel Kecamatan Kedung Tuban Kabupaten Blora” (Skripsi—IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2008).
13 Siti Machmudah., “Analisis Hukum Islam terhadap Kerja Sama Pertanian dengan Sistem Bagi Hasil
11
Kabupaten Bojonegoro dan analisis yang digunakan adalah analisis prinsip
ekonomi Islam.
Kelima, penelitian yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam tentang
Hak-Hak Penggunaan Air Menurut Pasal 33 Ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945”.
Penelitian ini menghasilkan pasal 33 Ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945
tidak berlawanan dengan syariat Islam, air tidak dimiliki secara perorangan
secara mutlak dengan tujuan agar air tersebut dapat memberikan manfaat
untuk seluruh rakyat dengan adil dan merata.14 Penelitian ini berbeda dengan
penelitian yang sedang peneliti lakukan. Perbedaannya terletak pada objek
penelitian. Pada penelitian ini objek penelitiannya terletak pada penggunaan
air menurut undang-undang dasar, sedangkan objek penelitian yang peneliti
lakukan adalah kerja sama dalam pengairan berdasarkan prinsip ekonomi
Islam.
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui praktik kerja sama dalam pengairan sawah di Desa
Kedung Bondo Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro.
2. Untuk mengetahui praktik kerja sama pengairan sawah di Desa Kedung
Bondo Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro menurut perspektif
prinsip ekonomi Islam.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
14 Zainun Waber., “Tinjauan Hukum Islam tentang Hak-Hak Penggunaan Air menurut Pasal 33 Ayat 3
12
Hasil dari penelitian ini, diharapkan bermanfaat untuk hal-hal sebagai
berikut:
1. Kegunaan teoritis
Sebuah rujukan/penambah referensi kepustakaan bagi peneliti
berikutnya yang ingin meneliti atau menganalisis penelitian tentang
Analisis Prinsip Ekonomi Islam dalam kerja sama pengairan sawah di Desa
Kedung Bondo Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro.
Sebagai sarana bagi penulis untuk mempraktikkan teori-teori yang
didapat selama perkuliahan dan sebagai sarana untuk memperoleh gelar
sarjana (S-1) di Prodi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam, UIN Sunan Ampel Surabaya.
2. Kegunaan praktis
Dapat dijadikan informasi bagi manajemen pengusaha irigasi
khususnya untuk pengairan pertanian.
G. Definisi Operasional
Untuk mempermudah pemahaman dari judul, “Analisis Prinsip Ekonomi
Islam dalam Kerjasama Pengairan Sawah di Dusun Besuki Desa Kedung
Bondo Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro.” Maka diperlukan
13
1. Prinsip Ekonomi Islam
Prinsip ekonomi Islam merupakan landasan dalam melakukan kegiatan
ekonomi.
2. Kerja Sama
Kerja Sama (musharakah) adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan
oleh beberapa orang yang mana keuntungan dan kerugian ditanggung
bersama.
3. Pengairan sawah
Merupakan pekerjaan yang berkaitan dengan penyediaan air untuk
pertanian, di tanah yang digarap dan diairi untuk tempat menanam.
H. Metode Penelitian
Metode adalah cara cepat untuk melakukan sesuatu dengan menggunakan
pikiran secara seksama dalam mencapai suatu tujuan. Sedangkan penelitian
adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan, dan
menganalisa suatu yang diteliti sampai menyusun laporan.15 Jadi metode
penelitian merupakan suatu strategi atau cara ilmiah untuk mendapatkan data
dan menganalisisnya dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan (field research),
yaitu dengan terjun langsung ke lapangan untuk menggali kerja sama
pengairan sawah di Desa Kedung Bondo Kecamatan Balen Kabupaten
15
14
Bojonegoro. Adapun penelitian yang peneliti lakukan ini adalah bersifat
deskriptif, yakni penelitian yang menggambarkan secara sistematis fakta
dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat.16
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu pendekatan
kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan pelaku yang dapat
diamati.17
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini di lakukan di Desa Kedung Bondo Kecamatan Balen
Kabupaten Bojonegoro.
3. Data dan sumber data
Penelitian ini membutuhkan data primer, yaitu berupa data tentang
pelaksanaan kerja sama dan mekanismenya Sedangkan, data sekunder
dikumpulkan dari studi pustaka seperti buku, jurnal, artikel, dan skripsi
terdahulu yang terkait dengan pengairan sawah dan prinsip ekonomi Islam.
Sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan, maka data yang dihimpun
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Data yang dikumpulkan
1) Data mengenai praktek kerja sama pengairan sawah
16
Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan (Jakarta : Bumi Aksara, 2003), 157.
15
2) Data mengenai analisis prinsip ekonomi Islam dalam kerja sama
pengairan sawah.
b. Sumber data
Adapun sumber data dalam penelitian ini didapat dari berbagai
sumber yaitu:
1) Sumber data primer yakni subjek penelitian yang dijadikan sebagai
sumber informasi penelitian dengan menggunakan alat pengukuran
atau pengambilan data secara langsung18 atau yang dikenal dengan
wawancara. Sumber data primer yang diperoleh secara langsung
oleh pengelola irigasi dan masyarakat. Yaitu dari petani yang
mengikuti irigasi dan petani yang tidakmnegikuti irigasi serta pihak
pengelola irigasi.
2) Sumber data sekunder yakni data pendukung yang berasal dari
seminar, buku-buku maupun sumber-sumber yang lain. dalam hal
ini yang digunakan penulis adalah
a) Ismail Nawawi, Ekonomi Moneter Perspektif Islam, Jakarta:
VIV Press 2013.
b) Sayyid Sabiq, terjemahan H. Kamaluddin A. Marzuki, Fiqh
Sunnah, Bandung: Al-Ma’arif, 1988.
c) Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada 2007.
16
d) Helmi Karim, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1997.
e) Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, Bandung: Pustaka Setia 2001.
3) Data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa teknik,
yaitu:
a. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak
langsung ditujukan pada subyek penelitian, namun melalui
dokumen.19 Studi dokumenter merupakan suatu teknik
pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis
dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun
elektronik.20
Untuk mendapatkan data dokumentasi yang terkait dengan
penelitian ini, maka peneliti menggunakan arsip-arsip yang ada
pada masyarakat tani maupun pengelola irigasi.
b. Wawancara
Wawancara atau interview yaitu metode ilmiah yang dalam
pengumpulan datanya dengan jalan berbicara atau berdialog
19 M. Iqbal Hasan, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya (Bgogor: Ghalia Indonesia,2002), 87. 20
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Cet
17
langsung dengan sumber obyek penelitian. Wawancara sebagai alat
pengumpul data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan
dengan sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian.
Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan dengan cara
langsung baik secara struktur maupun bebas dengan pihak
pengelola irigasi maupun dengan masyarakat.
Tujuan peneliti menggunakan metode ini, untuk memperoleh
data secara jelas dan kongkret tentang kerja sama dalam pengairan
sawah serta untuk mengetahui keuntungan dan kerugian dalam
kerja sama di Dusun Besuki Desa Kedung Bondo Kecamatan Balen
Kabupaten Bojonegoro.
c. Observasi
Observasi dari bahasa latin yang berarti memperhatikan dan
mengikuti. Memperhatikan dan mengikuti dalam arti mengamati
dengan teliti dan sistematis sasaran perilaku yang dituju. Observasi
merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang
diselidiki. Dalam hal ini peneliti mengamati kerja sama dalam
pengairan sawah di Dusun Besuki Desa Kedung Bondo Kecamatan
Balen Kabupaten Bojonegoro.
18
Setelah data terkumpul dari segi lapangan maupun pustaka, maka
dilakukan pengolahan data. Adapun teknik yang digunakan dalam
pengolahan data antara lain:
a. Editing yaitu memeriksa kembali dari semua data yang diperoleh
terutama dari segi kelengkapannya, kejelasan makna, keselarasan
antara data yang ada dan relevansi dengan penelitian21. Teknik ini
digunakan untuk memeriksa kelengkapan data-data yang sudah penulis
dapatkan. Data yang diperoleh setelah penelitian pada pengelola
irigasi dan masyarakat di Dusun Besuki Desa Kedung Bondo
Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro ditinjau kembali agar data
yang diperoleh relevansi dengan penelitian baik dari segi kelengkapan
dan kejelasan makna.
b. Organizing menyusun kembali data yang telah didapat dalam
penelitian yang diperlukan dalam kerangka paparan yang sudah
direncanakan dengan rumusan masalah secara sistematis.22 Setelah data
diperoleh dari penelitian, maka data tersebut disusun kembali sesuai
dengan rumusan masalah yang menjadi topik utama penelitian. Data
yang diperoleh tidak sesuai dengan penelitian, maka data tersebut tidak
digunakan dalam penelitian ini, dikarenakan tidak sesuai dengan
rumusan masalah yang dipaparkan secara sistematis.
21 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D (Bandung : Alfabeta, 2008), 243. 22
19
c. Penemuan hasil yaitu dengan menganalisis data yang telah diperoleh
dari penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran
fakta yang ditemukan23, yang akhirnya merupakan sebuah jawaban dari
rumusan masalah.
3. Teknik Analisis Data
Setelah mengumpulkan data-data yang ada serta menyeleksi sehingga
terhimpun dalam satu kesatuan maka langkah selanjutnya yaitu analisis
data. Analisis data merupakan proses mencari dan menyususn secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain24.
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
deskriptif kualitatif, yaitu analisis yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari Pengelola irigasi dan masyarakat di
Dusun Besuki Desa Kedung Bondo Kecamatan Balen Kabupaten
Bojonegoro dengan menggunakan metode yang telah ditentukan.25 Tujuan
dari metode ini adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran mengenai
23
Ibid., 246.
24Ibid., 252.
25 Bugin, Burhan. Penelitian Kualitatif Komunikasi Ekonomi, Kebijakan dan Ilmu Sosial Lainnya
20
objek penelitian secara sistematis, faktual dan aktual mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat hubungan antar fenomena yang diteliti26.
Kemudian data tersebut diolah dan dianalisis dengan pola pikir
deduktif, yaitu dari permasalahan secara umumnya kemudian kepada
khususnya, yang pada akhirnya ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini
permasalahan umum nya adalah praktik kerja sama pengairan sawah di
Desa Kedung Bondo Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro, sedangkan
permasalahan khususnya adalah prinsip ekonomi Islam. Dimana dari
praktik kerjasama pengairan tersebut akan dikhususkan ke dalam prinsip
ekonomi Islam dan akhirnya akan ditarik kesimpulan.
I. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan memuat uraian dalam bentuk essay yang
mengambarkan alur logis mengenai bahasan skripsi. Tujuan dari sistematika
penelitian untuk meyusun skripsi secara teratur dan terarah sesuai dengan
bidang kajian dan untuk mempermudah pembahasan, dalam skripsi dibagi
dalam lima bab, dari masing-masing bab terdapat sub-bab, di mana antara satu
dengan yang lainnya saling berhubungan sebagai pembahasan yang utuh.
Adapun sistematika pembahasan sebagai berikut.
Bab Pertama, merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang,
identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan
21
penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian,
dan sistematika pembahasan.
Bab Kedua, dalam bab ini dijelaskan mengenai beberapa teori-teori yang
akan diteliti, memuat teori-teori yang relevan dengan penelitian yang
dilakukan. Pengertian kerja sama, syarat dan rukun kerja sama, dan
prinsip-prinsip dalam ekonomi Islam. Prinsip ekonomi adalah tauhid merupakan
fondasi utama seluruh ajaran Islam, maslahah dan manfaat, keadilan
berekonomi, persaudaraan (ukhuwah), kerja dan produktivitas, kepemilikan,
kebebasan, nubuwwah, an-Tarad}in minkum.
Bab Ketiga, bab ini diuraikan tentang data penelitian yang meliputi
gambaran umum mengenai di Desa Kedung Bondo Kecamatan Balen
Kabupaten Bojonegoro beserta praktek pelaksanaan kerja sama pengairan
sawah.
Bab Keempat, bab ini peneliti akan menguraikan tentang analisis prinsip
ekonomi Islam terhadap kerja sama akad arealan piyak enem dalam pengairan
sawah
Bab Kelima, bab ini akan menguraikan tentang kesimpulan dan saran
yang merupakan upaya memahami jawaban-jawaban atas rumusan masalah
juga saran-saran jika diperlukan, dalam bab ini juga penulis akhiri dengan
BAB II
MUSHA>RAKAH, DAN PRINSIP EKONOMI ISLAM
A. Musha>rakah
1. Definisi Musharakah (Kerja sama)
Istilah lain dari musha>>rakah adalah sharikah atau shirkah1.
Ash-shirkah berarti percampuran, yaitu percampuran antara sesuatu dengan
yang lainnya, sehingga sulit dibedakan.2
Menurut istilah yang dimaksud dengan shirkah, para fuqaha>‟ berbeda
pendapat, antara lain :
a. Menurut Ulama‟ Hanafiyah shirkah adalah perjanjian antara dua pihak
yang bersyarikat mengenai pokok harta dan keuntungannya3.
b. Menurut Sayyid Sabiq shirkah Akad antara dua orang berserikat pada
pokok harta (modal) dan keuntungan4.
c. Menurut Ulama‟ Malikiyah, Shirkah adalah izin untuk mendayagunakan
(tasharruf) harta yang dimiliki dua orang secara bersama-sama oleh
keduanya, yakni keduanya saling mengizinkan kepada salah satunya
untuk mendayagunakan harta milik keduanya, namun masing-masing
memiliki hak untuk bertasharruf5.
1 Heri sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta: Ekonosia, 2005), 67. 2 Dewi., dkk, Hukum Perikatan Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2006), 115.
24
d. Menurut Ulama‟ Hanabilah, shirkah adalah berkumpul dalam berhak dan
berbuat hukum6.
e. Menurut Hasbi As-Siddieqy, yang dimaksud shirkah adalah akad yang
berlaku antara dua orang atau lebih untuk ta’awun dalam bekerja pada
suatu usaha dan membagi keuntungannya7.
f. Menurut Ulama‟ Syafi‟iyah, shirkah adalah tetapnya hak tentang sesuatu
terhadap dua pihak atau lebih secara merata8.
Setelah diketahui beberapa definisi shirkah, dapat dipahami bahwa
yang dimaksud dengan shirkah adalah kerjasama antara dua orang atau
lebih dalam berusaha yang keuntungan dan kerugiannya ditanggung
bersama. Maka musha>rakah diartikan sebagai akad kerja sama antara dua
pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana (amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama9.
2. Dasar hukum Musha>rakah (Kerja sama)
a. Al-Qur'a>n :
6 Wahbah az-Zuhayly, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuh, Juz V, (Damaskus: Dar al-Fikr, 1997), 3875. 7 Suhendi, Fiqh Muamalah…, 126.
8 Wahbah az-Zuhayly, al-Fiqh al-Islamy…, 3876.
25
Artinya :“Dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat z}alim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh...” (Q. S S{ad ayat : 24).10
Artinya :“...Maka mereka bersekutu pada sepertiga...” (Q. S an-Nisa‟ ayat 12).11 bersabda: Allah ta‟ala berfirman : Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak menghianati lainnya. (HR. Abu Dawud dan disahkan oleh hakim).12
Dalam Hadis| tersebut terkandung anjuran kerja sama tanpa
pengkhianatan dan peringatan keras terhadap orang yang bersekutu
disertai dengan pengkhianatan.13
c. Ijma‟
Ibnu Qudamah dalam kitabnya, al-Mughni, telah berkata, “kaum
Muslimin telah berkonsensus terhadap legitimasi musha>rakah secara
10 Depag RI, al-Qur’an dan Terjemahannya (Semarang PT. Kumudasmoro Grafindo, 1994),735. 11 Ibid., 117.
12 Abi Dawud Sulaiman, Sunan Abi Dawud juz II, (Libanon: Beirut, Dar al-Fikr, 1994), 462
13 As-San‟ani, Subul as-Salam Jilid III, Terjemah Abu Bakar Muhammad, (Surabaya: al-Ikhlas, 1995),
26
global walaupun terdapat perbedaan pendapat dalam beberapa elemen
darinya.”14
3. Rukun dan Syarat Musha>rakah
Rukun shirkah diperselisihkan oleh para ulama‟, menurut ulama‟
Hanafiyah bahwa rukun shirkah ada dua, yaitu ijab (ungkapan penawaran
melakukan perserikatan) dan qabu>>l (ungkapan penerimaan perserikatan)
yang menentukan adanya syirkah. Sedangkan orang yang berakad dan
objeknya bukan termasuk rukun, tetapi termasuk syarat. Menurut jumhur
ulama‟, rukun perserikatan itu ada tiga, yaitu sigat (lafal) ija>b dan qabu>l,
kedua orang yang berakad, dan objek akad.15
Dalam bersyirkah ada 5 (lima) syarat yaitu :16
a. Benda (harta) dinilai dengan uang (dinar, dirham, dalam rupiah dan
lain-lain)
b. Harta-harta itu sesuai dengan jenis dan macamnya
c. Harta-harta dicampur
d. Satu sama lain membolehkan untuk membelanjakan harta itu
e. Untung rugi diterima dengan ukuran harta masing-masing
Syarat-syarat yang berhubungan dengan shirkah menurut Ulama‟
Hanafiyah dibagi menjadi 4 (empat) bagian sebagai berikut ini :17
14 Abdullah bin Ahmad bin Qudamah al-Maqdisi Abu Muhammad, al-Mughni Juz V, (kairo: Hajr,t.t)
3.
15 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), 173.
16 Abdul Fatah Idris dan Abu Ahmadi, Fiqh Islam Lengkap Terjemah Ringkasan Kifayah al-Akhyar,
27
a. Sesuatu yang bertalian dengan semua bentuk shirkah baik dengan harta
maupun dengan yang lainnya. Dalam hal ini ada dua syarat, yaitu :
1) Yang berkenaan dengan benda yang diakadkan adalah harus dapat
diterima sebagai perwakilan.
2) Yang berkenaan dengan keuntungan, yaitu pembagian keuntungan harus
jelas dan dapat diketahui dua pihak, misalnya setengah, sepertiga dan
yang lainnya.
b. Sesuatu yang bertalian dengan shirkah ma>l (harta), dalam hal ini
terdapat dua perkara yang harus dipenuhi, yaitu :
1) Bahwa modal yang dijadikan objek akad shirkah adalah dari alat
pembayaran seperti junaih, riyal dan rupiah.
2) Yang dijadikan modal (harta pokok) ada ketika akad shirkah dilakukan,
baik jumlahnya sama maupun berbeda.
c. Sesuatu yang bertalian dengan sharikat mufa>wad}ah, bahwa dalam
mufa>wad}ah disyaratkan :
1) Modal (harta pokok) dalam shirkah mufa>wad}ah harus sama.
2) Bagi yang bershirkah ahli untuk kafa>lah.
3) Bagi yang dijadikan objek akad disyaratkan shirkah umum, yakni pada
semua macam jual beli atau perdagangan.
d. Adapun syarat yang bertalian dengan shirkah ‘ina>n sama dengan
syarat-syarat shirkah mufa>wad}ah.
28
1) Menurut Ulama‟ Malikiyah, syarat-syarat yang bertalian dengan orang
yang melakukan akad ialah mereka balig dan pintar. Sedangkan
Syafi‟iyah berpendapat bahwa shirkah yang sah hukumnya hanyalah
syirkah „ina>n, sedangkan shirkah yang lainnya batal. Dijelaskan pula
oleh Abdurrahman al-Jaziri bahwa rukun shirkah adalah dua orang
(pihak) yang berserikat, sighat dan objek akad shirkah baik harta
maupun kerja. Syarat-syarat shirkah, dijelaskan oleh Idris Ahmad
berikut ini :18
2) Mengeluarkan kata-kata yang menunjukkan izin masing-masing anggota
serikat kepada pihak yang akan mengendalikan harta itu.
3) Anggota serikat itu saling mempercayai, sebab masing-masing mereka
adalah wakil yang lainnya.
4) Mencampurkan harta sehingga tidak dapat dibedakan hak
masingmasing, baik berupa mata uang maupun bentuk yang lainnya.
e. Adapun yang menjadi rukun serikat menurut ketentuan syariat Islam,
yaitu :19
1) S}ig{at (lafal akad)
2) Orang (pihak-pihak yang mengadakan serikat)
3) Pokok (bidang usaha yang dijalankan)
18 Ibid., 128-129.
29
Dalam perjanjian pembentukan serikat atau perseroan ini s}ig{at atau
lafalnya, dalam prakteknya di Indonesia sering diadakan dalam bentuk
tertulis, yaitu dicantumkan dalam akte perjanjian serikat itu. Yang padan
hakikatnya s}ig{at tersebut berisikan perjanjian serikat atau kongsi itu
haruslah:20
1) Orang yang berakal
2) Baligh
3) Dengan kehendaknya sendiri (tidak ada unsur paksaan)
Sedangkan syarat pokok mengenai barang modal yang disertakan
dalam serikat, adalah sebagai berikut :21
1) Keadaan pokok hendaklah uang (emas dan perak) atau barang yang
dapat ditimbang atau ditakar, seperti beras, gula dan lain-lain.
2) Dua barang pokok itu hendaklah dicampurkan sebelum akad sehingga
tidak dapat dibedakan lagi antara kedua bagian barang itu.
4. Jenis-jenis Musha>rakah
Musha>rakah atau shirkah ada dua jenis, yaitu :22
a. Shirkah amlak adalah beberapa orang memiliki secara bersama-sama
sesuatu barang, pemilikan bersama-sama atas barang tersebut bukan
disebabkan adanya perjanjian diantara para pihak, misalnya pemilikan
harta secara bersama-sama yang disebabkan/diperoleh karena pewarisan.
20 Ibid., 76.
30
b. Shirkah uqud adalah shirkah yang terbentuk disebabkan para pihak
memang sengaja melakukan perjanjian untuk bekerja sama/bergabung
dalam suatu kepentingan harta dan bertujuan untuk memperoleh
keuntungan dalam bentuk harta benda. Shirkah uqud ini terbagi menjadi:
1) Shirkah al-‘inan adalah kerja sama dalam bentuk penyertaan modal
kerja/usaha dan tidak disyaratkan agar para anggota serikat
menyetorkan modal yang sama dan demikian juga halnya dalam
masalah wewenang pengurusan dan keuntungan yang diperoleh.23
2) Shirkah mufa>wad}ah adalah kontrak kerja sama antara dua orang
atau lebih untuk berpartisipasi dalam kerja. Setiap pihak membagi
keuntungan dan kerugian secara sama.24
3) Shirkah abdan adalah kontrak kerja sama dua orang seprofesi untuk
menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari
pekerjaan itu.25
4) Shirkah al-wujuh adalah kontrak antara dua orang atau lebih yang
memiliki reputasi dan prestasi baik serta ahli dalam bisnis.26
5) Shirkah al-mud}a>rabah yaitu berupa kemiteraan terbatas adalah
perseroan antara tenaga dan harta, pihak pertama memberikan hartanya
kepada pihak lain (pihak kedua) yang digunakan untuk berbisnis,
23 Ibid., 295.
24 Ibid., 296. 25 Ibid., 297.
31
dengan ketentuan bahwa keuntungan yang diperoleh akan dibagi oleh
masing-masing pihak sesuai dengan kesepakatan.27 Dasar hukum
mud}a>rabah ini terdapat dalam al-Qur'an surat al-Muzammil ayat 20
:
Artinya: “...Dia (Allah) mengetahui bahwa akan ada diantara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah...” (Q.S al-Muzammil : 20)28
5. Berakhirnya Musha>rakah
Shirkah merupakan transaksi yang menurut syara‟ hukumnya boleh
(mubah). Shirkah ini menjadi batal apabila :29
a. Salah seorang sha>rik meninggal kecuali ia mempunyai ahli waris yang
telah dewasa, maka ahli warisnya bisa meneruskan shirkah tersebut.
b. Salah satu pihak kehilangan kecakapan untuk bertasharruf (keahlian
mengelola harta) baik karena gila atau karena alasan lain.
c. Salah satu diantara mereka membubarkannya yakni jika salah seorang
sha>rik menuntut pembubaran, maka pihak yang lain harus memenuhi
tuntutan tersebut. Sedangkan yang lain tetap melanjutkan shirkahnya
apabila bersedia meneruskan yaitu dengan memperbaharui diantara
sha>rik yang masih bertahan untuk mengadakan shirkah tersebut.
32
d. Salah satu pihak berada dibawah pengampuan baik karena boros yang
terjadi pada waktu perjanjian shirkah tengah berjalan atau sebab yang
lain.
e. Salah satu pihak bangkrut yang berakibat tidak berkuasa lagi atas harta
yang menjadi saham shirkah.
f. Modal para shirkah lenyap sebelum dibelanjakan atas nama shirkah.
Pembubaran dalam shirkah mud}a>rabah berbeda dengan shirkah
yang lain yaitu apabila seorang pengelola menuntut untuk melakukan
penjualan sedangkan sha>rik yang lain menuntut keuntungan, maka tuntutan
pengelola harus dipenuhi sebab keuntungan tersebut merupakan haknya.
Sedangkan dalam shirkah yang lain, jika salah seorang diantara mereka
menuntut bagian keuntungan sedangkan yang lain menuntut dilakukan
penjualan maka tuntutan bagian keuntungan yang harus dipenuhi.30
B. Prinsip Ekonomi Islam
Istilah prinsip merupakan azas kebenaran menjadi pokok dasar orang
berfikir atau bertindak berdasarkan azas tertentu. Azas kalau dikaitkan dengan
30 Muhammad Isma‟il Yusanto, Muhammad Karebet Wijayakusuma, Menggagas Bisnis Islami
33
ekonomi Islam adalah cara berfikir dan bertindak secara ekonomi dengan
menggunakan nilai-nilai Islam secara prinsipil. Pengertian prinsipil berkaitan
dengan azas, kalau azasnya Islam berarti berkaitan dengan nilai-nilai Islam.31
Dalam kaitan ekonomi Islam terdapat beberapa azas dan pondasi atau
prinsip derivative sebagai pilar ekonomi Islam. Pembahasan komprehensif
mengenai prinsip-prinsip ini selanjutnya akan dijelaskan secara lebih detail di
bawah ini:
1. Tauhid
Tauhid merupakan fondasi utama seluruh ajaran Islam. Dengan
demikian tauhid menjadi dasar seluruh konsep dan aktivitas umat Islam,
baik di bidang ekonomi, politik, sosial maupun budaya. Dalam al-Qur‟an
disebutkan bahwa tauhid merupakan filsafat fundamental dari ekonomi
Islam. Seperti firman Allah dalam Surat Az-Zumar (39) ayat 38.32
Artinya :“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka menjawab: "Allah". Katakanlah: "Maka Terangkanlah kepadaku tentang apa
34
yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmatNya?. Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku". kepada- Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri.” (QS. Az-Zumar: 38)33
Prinsip tauhid sebagaimana dijelaskan pada bagian ini memiliki
hubungan yang kuat dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam yang lain,
seperti keadilan, persamaan, distribusi dan hak milik sebagaimana
dijelaskan pada bagian selanjutnya.
2. Maslahah dan manfaat
Prinsip dasar ekonomi Islam dengan maslahah yaitu dengan
mengusahakan segala aktivitas demi tercapainya hal-hal yang berakibat
pada adanya kemaslahatan bagi manusia, atau dengan mengusahakan
aktivitas yang secara langsung dapat merealisasikan kemaslahatan itu
sendiri. Aktivitas lainnya demi kemaslahatan adalah dengan
menghindarkan diri dari segala hal yang membawa mafsadah (kerusakan)
bagi manusia.34 Imam Al-Ghazali menyimpulkan, maslahah adalah upaya
mewujudkan dan memelihara lima kebutuhan dasar, yakni agama, jiwa,
akal, keturunan dan harta. Al-Maslahah sebagai salah satu model
pendekatan dalam ijtihad menjadi sangat vital dalam pengembangan
ekonomi Islam dan siyasah iqtishadiyah (kebijakan ekonomi). Maslahah
33 Depag RI, al-Qur’an dan Terjemahannya … 462.
35
adalah tujuan yang ingin diwujudkan oleh syariat. Maslahah merupakan
esensi dari kebijakan-kebijakan syariah (siyasah syar’iyyah) dalam
merespon dinamika sosial, politik dan ekonomi. Kemasalahan umum
(maslahah „ammah) merupakan landasan muamalah, yaitu kemaslahatan
yang dibingkai dengan syar‟I, bukan semata-mata profit motive dan
material rentability sebagaimana dalam ekonomi konvensional.
Pengembangan ekonomi Islam dalam menghadapi perubahan dan
kemajuan sains teknologi yang pesat haruslah didasarkan kepada maslahah.
Para ulama‟ menyatakan “dimana ada maslahah, maka disitu ada syariat
Allah”. Ini berarti bahwa segala sesuatu yang mengandung kemaslahatan,
maka disana ada syariat Allah. Dengan demikian maslahah adalah konsep
paling utama dalam syariat Islam.35
3. Keadilan berekonomi
Prinsip adil merupakan pilar penting dalam ekonomi keuangan Islam.
Penegakan keadilan telah ditekankan oleh Al-Qur‟an sebagai misi utama
para nabi di utus Allah. Dalam Al-Qur‟an Surat Al-Hadid (57) ayat 25.
Artinya : “Sesungguhnya kami Telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan Telah kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. dan kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.”36 (QS. Al-Hadid : 25)
Penegakan keadilan ini termasuk keadilan ekonomi dan penghapusan
kesenjangan pendapatan. Allah yang menurunkan Islam sebagai sistem
kehidupan bagi seluruh umat manusia, menekankan pentingnya adanya
keadilan dalam setiap sektor, baik ekonomi, politik maupun sosial.
Komitmen Al-Qur‟an tentang penegakan keadilan terlihat dari penyebutan
kata keadilan di dalamnya yang mencapai lebih dari seribu kali, yang
berarti kata urutan ketiga yang banyak disebut di dalam Al-Qur‟an setelah
kata Allah dan al-Ilm. Bahkan menurut Ali Syariati dua pertiga ayat-ayat
Al-Qur‟an berisi tentang keharusan menegakkan keadilan dan membenci
kedhaliman, dengan ungkapan kata z}hulm, „itsm, z}halal dan lainnya.37
36
Depag RI, al-Qur’an dan Terjemahannya … 541.
37
4. Persaudaraan (ukhuwah)
Al-Qur‟an mengajarkan persaudaraan (ukhuwah) sesama manusia,
termasuk dan terutama ukhuwah dalam perekonomian. Ayat-ayat ini
menjelaskan persamaan martabat sosial semua umat manusia di dunia.38
Firman Allah dalam Al-Qur‟an surat Al-Hujurat ayat 13:
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari laki-laki dan pperempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal”.39(QS. Al-Hujurat: 13).
5. Kerja dan produktivitas
Dalam islam bekerja dinilai sebagai suatu kebajikan, dan sebaliknya
kemalasan dinilai sebagai suatu keburukan. Dalam kepustakaan Islam,
cukup banyak buku-buku yang menjelaskan secara rinci tentang etos kerja
dalam Islam. Dalam pandangan Islam bekerja dipandang sebagai
38 Ibid., 43
39
38
ibadah.sebuah hadis menyebutkan bahwa bekerja adalah jihad fi
sabilillah.40
6. Kepemilikan
Sistem ekonomi Islam mengakui hak seseorang untuk memiliki apa
saja yang dia inginkan dari barang-barang produksi, misalnya ataupun
barang-barang konsumsi. Dan dalam waktu bersamaan mengakui juga
kepemilikan umum. Dalam hal ini ekonomi Islam memadukan antara
maslahat individu dan maslahat umum. Tampaknya inilah satu-satunya
jalan untuk mencapai keseimbangan dan keadilan di masyarakat.41
Berkaitan dengan hal diatas, dari realitas yang kita ketahui, beberapa
konsep diluar Islam seperti liberal, sosialis dan komunis telah menemukan
kegagalan sesudah uji coba berulang kali. Contoh yang paling konkret
adalah ambruknya raksasa sosialis komunis Uni Sovyet. Ini tidak hanya
membuktikan kebangkrutan tatanan ekonomi sosialis dan komunis, tetapi
juga sekaligus menunjukkan kerapuhan konsep tersebut secara
keseluruhan.
Demikianlah dengan perjalanan masa semakin tampak bahwa sesuatu
yang baik dan benar akan tetap, sedangkan yang buruk dan batil cepat atau
lambat pasti akan menemui kehancuran. Dengan indah firman Allah dalam
Al-Qur‟an surat ar-Ra‟d ayat 17.
40
Ismail Nawawi, Ekonomi Moneter Islam …43.
harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, Maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.”42 (QS. Ar-Ra‟d: 17).
7. Kebebasan
Secara umum makna kebebasan dalam ekonomi, dapat melahirkan dua
pengertian yang luas, yakni kreatif dan kompetitif. Dengan kreatifitas,
seseorang bisa mengeluarkan ide-ide, bisa mengekplorasi dan
mengekspresikan potensi yang ada dalam diri dan ekonominya untuk
menghasilkan sesuatu. Sedangkan dengan kemampuan kompetisi,
seseorang boleh berjuang mempertahankan, memperluas dan menambah
lebih banyak apa yang diinginkannya.43
Dalam ekonomi Islam, makna kebebasan adalah memperjuangkan apa
yang menjadi haknya dan menunaikan apa yang menjadi kewajibannya
sesuai perintah syara‟. Konsep kebebasan dalam berekonomi menurut
Islam, tidak boleh keluar dari aturan-aturan syari‟at. Bahwa manusia diberi
keluasan dan keleluasaan oleh Allah untuk berusaha mencari rizki Allah
pada segala bidangnya. Namun tetap pada koridor usaha yang tidak
melanggar aturanNya. Firman Allah surat al- Jumu‟ah ayat 10 :
42Depag RI,
al-Qur’an dan Terjemahannya …251.
43 Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi (Jakarta: Rajawali Pers,
Prinsip ekonomi Islam yang terakhir adalah nubuwwah yang berarti
kenabian. Prinsip nubuwwah dalam ekonomi Islam merupakan landasan
etis dalam ekonomi mikro. Prinsip nubuwwah mengajarkan bahwa fungsi
kehadiran seorang Rasul/Nabi adalah untuk menjelaskan syariah Allah
SWT kepada umat manusia. Prinsip nubuwwah juga mengajarkan bahwa
Rasul merupakan personifikasi kehidupan yang baik dan benar. Untuk itu
Allah mengutus Nabi Muhammad saw sebagai rasul terakhir yang bertugas
untuk memberikan bimbingan dan sekaligus sebagai teladan kehidupan
(Al-Ahzab: 21).45
Artinya : ”Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”46 (QS. Al-Ahzab: 21).
44Depag RI,
al-Qur’an dan Terjemahannya … 554.
45 Ismail Nawawi, Ekonomi Moneter Islam … 47. 46
41
Sifat-sifat utama yang harus diteladani oleh semua manusia (pelaku
bisnis, pemerintah dan segenap manusia) dari Nabi Muhammad saw,
setidaknya ada empat, yaitu shiddiq, amanah, tabligh dan fatanah.
Shiddiq, berarti jujur dan benar. Prinsip ini harus melandasi seluruh
perilaku ekonomi manusia, baik produksi, distribusi maupun konsumsi.
Pada zamannya, ia menjadi pelopor perdagangan berdasarkan prinsip
kejujuran, transaksi bisnis yang fair, dan sehat, sehingga ia digelar sebagai
al-Amin.
Amanah, berarti dapat dipercaya , professional, kredibilitas dan
bertanggung jawab. Sifat amanah merupakan karakter utama seorang
pelaku ekonomi syariah dan semua umat manusia. Sifat amanah
menduduki posisi yang paling penting dalam ekonomi dan bisnis.
Tabligh, adalah komunikatif, dan transparan, dana pemasaran yang
kontinu. Para pelaku ekonomi syariah harus memiliki kemampuan
komunikasi yang handal dalam memasarkan ekonomi syariah. Dalam
mengelola perusahaan, para manajemen harus transparan.
Fathonah, berarti kecerdasan dan intelektualitas fathanah
mengharuskan kegiatan ekonomi dan bisnis didasarkan dengan ilmu, skills,
jujur, benar, kredible dan bertanggung jawab dalam berekonomi dan
42
yang dijalankan efektif dan efisien dan bisa memenangkan persaingan dan
tidak menjadi korban penipuan.
9. Prinsip an-Taradin Minkum
Yaitu bahwa transaksi ekonomi dalam bentuk apapun yang dilakukan
dengan pihak lain, harus didasarkan atas prinsip rela sama rela yang
bersifat hakiki. 47Asas ini didasarkan pada sejumlah ayat al-Qur‟an surat
an-Nisa‟ 29.
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”48 (QS. An-Nisa‟ : 29)
Atas dasar asas antaradhin, semua bentuk transaksi yang mengandung
unsur paksaan (ikrah) harus ditolak dan dinyatakan batal demi hukum.
Tidak ada pihak yang menzalimi dan dizalimi, hasil usaha muncul bersama
biaya dan untung muncul bersama resiko.
10. Prinsip Ta’awun
43
Ta’awun artinya tolong-menolong, bantu-membantu, bahu-membahu
antara yang satu dengan yang lainnya. Ta’awun juga dapat diartikna
sebagai sikap kebersamaan dan rasa saling memiliki dan saling
membutuhkan antara satu dengan yang lainnya, sehingga dapat
mewujudkan suatu pergaulan yang harmonis dan rukun.49 Firman Allah
dalam al-Qur‟an surat al-Maidah ayat 2
Artinya : “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”50 (QS. Al-Maidah : 2)
Sikap tolong menolong adalah ciri khas umat Islam sejak zaman
Rosulullah SAW. Pada masa itu tak ada seorang muslim pun membiarkan
yang lainnya kesusahan, hal ini tergambar jelas ketika terjadinya hijrah
umat muslim Mekkah ke Madinah, kita tahu bahwa kaum anshor atau
Muslim Madinah menerima dengan baik kedatangan mereka yang seiman
dengan sambutan yang meriah, kemudian mempersilakan segalanya bagi
para muhajirin.
BAB III
KERJA SAMA PENGAIRAN SAWAH DI DESA KEDUNG BONDO KECAMATAN BALEN KABUPATEN BOJONEGORO
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Kedung Bondo merupakan salah satu desa yang terletak di daerah paling timur di Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro, yang letaknya ± 15 Kilometer dari Kabupaten Bojonegoro. Adapun luas wilayah Desa Kedung Bondo 168 ha1, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
Tabel 3.1 :
Batas Wilayah Desa Kedung Bondo
Sebelah utara Sungai Bengawan Solo
Sebelah selatan Desa Pekuwon
Sebelah timur Desa Sumuragung
Sebelah barat Desa Margomulyo
Berdasarkan letak ketinggiannya Desa Kedung Bondo berada pada ± 10 mdpl dari permukaan air laut. Sebagaimana wilayah Indonesia yang beriklim tropis, Desa Kedung Bondo memiliki dua musim, yaitu : musim hujan (rendeng), dan musim kemarau (ketigo). Musim hujan biasanya terjadi pada bulan Januari sampai dengan Juni, sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan Juli sampai dengan Desember.
1
45
1. Keadaan sosial ekonomi
Penduduk Desa Kedung Bondo Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari sebagian besar bekerja dalam bidang pertanian, baik sebagai petani pemilik maupun petani penggarap. Selain bidang pertanian, ada sebagian penduduk yang berprofesi sebagai PNS (pegawai negeri sipil), pedagang, karyawan pabrik dan wiraswasta2.
Sebagian besar tanah di Desa Kedung Bondo merupakan tanah pertanian, oleh sebab itu, keadaan tersebut mendorong sebagian penduduknya untuk bercocok tanam. Namun tidak semua tanah pertanian tersebut milik penduduk Desa Kedung Bondo, melainkan ada juga penduduk desa lain yang memiliki tanah pertanian di daerah ini.
Berikut ini adalah data mengenai mata pencaharian penduduk Desa Kedung Bondo, dengan perincian sebagai berikut :3
Tabel 3.2:
Mata pencaharian penduduk Desa Kedung Bondo
Mata pencaharian Jumlah
Petani pemilik 890
Petani penggarap 785
Buruh tani 377
2
Profil Desa Kedung Bondo Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro tahun 2016 3
46
Buruh industry 125
Pedagang 75
Pegawai negeri sipil 21
ABRI 5
Peternak 4
Dari perincian di atas dapat diketahui bahwa dalam memenuhi kebutuhan hidupnya mayoritas masyarakat Desa Kedung Bondo bekerja sebagai petani, baik petani pemilik, petani penggarap atau buruh tani.
2. Keadaan sosial pendidikan a. Penduduk
Berdasarkan data terakhir juni tahun 2016 penduduk Desa Kedung Bondo Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro seluruhnya berjumlah jiwa, jika dilihat dari kepala penduduk terdiri atas 1283 KK (kepala keluarga), akan tetapi jika dilihat jumlah penduduk dari jenis kelaminnya adalah laki-laki 2249 berjumlah orang dan perempuan berjumlah 2284 orang4.
b. Pendidikan
Keadaan pendidikan masyarakat di Desa Kedung Bondo Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro rata-rata berpendidikan sampai tingkat SD, SLTP, SLTA dan Pesantren. Tetapi sebagian kecil ada juga yang
4
47
mengenyam pendidikan di Perguruan Tinggi. Semua ini tidak lepas dari keadaan ekonomi masyarakat yang masih tergolong menengah kebawah. Sebagaimana data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan Sekretaris desa dan data profil desa Kedung Bondo, pendidikan masyarakat desa Kedung Bondo Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro adalah sebagai berikut :
Tabel 3.3:
Pendidikan Masyarakat Desa Kedung Bondo
Pendidikan Jumlah
Lulus SD/sederajat 1855
Lulus SLTP/sederajat 765
Lulus SLTA/sederajat 527
Lulus Akademi 23
Lulus S-1 21
Adapun sarana dan prasarana pendidikan yang ada di Desa Kedung Bondo Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro antara lain :5
Tabel 3.4:
Sarana Pendidikan Desa Kedung Bondo
Sarana pendidikan Jumlah
Taman kanak-kanak 4
5
48
SDN 2
MI 2
SMP Islam 1
TPQ/TPA 1
Madrasah Diniyyah 2
3. Keadaan sosial keagamaan
Penduduk Desa Kedung Bondo Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro semuanya beragama Islam, hal ini sesuai dengan penuturan Bapak Maun selaku Sekretaris (carik) dan daftar kependudukan menurut agama di Desa Kedung Bondo.6
Adapun sarana ibadah yang ada di Desa Kedung Bondo adalah 6 (enam) buah masjid dan 23 (dua puluh tiga) musholla.
B. Praktek Kerja sama Pengairan di Desa Kedung Bondo Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro.
6