SUMPAH POCONG DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
( Studi kasus penyelesaian sengketa Di Masjid Madegan Desa Polagan Sampang
Madura)
SKRIPSI
OLEH:
CHAJA CHOIRUNNISA’
NIM: C33209004
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah Dan Hukum
Jurusan Hukum Islam Prodi Siyasah Jina>yah
Surabaya
ABSTRAK
Skripsi ini merupakan hasil penelitian kajian lapangan tentang “Sumpah Pocong Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus Penyelesaian Tanah Di Masjid Madegan Desa Polagan Sampang Madura)”. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan mengenai Apa penyebab dan proses pelaksanaan terjadinya sumpah pocong di Masjid Madegan Desa Polagan Sampang Madura. Bagaimana peran kiai dan hakim dalam penyelesaian sengketa tanah tersebut?, Bagaimana tinjauan hukum Islam tentang sumpah pocong dalam kasus penyelesaian sengketa tanah di Desa Polagan Sampang Madura?.
Data penelitian ini diperoleh dari Masjid Madegan Polagan Sampang madura yang menjadi obyek penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi dan wawancara yang kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif-analisis, yaitu memaparkan atau menjelaskan data-data yang diperoleh dan selanjutnya dianalisis dengan metode induktif, dimulai dari hal-hal yang bersifat khusus, yaitu tentang sumpah pocong dalam kasus penyelesaian sengketa tanah di Desa Polagan Sampang Madura, kemudian ditarik kepada hal-hal yang bersifat umum kaitannya dengan hokum Islam serta ditarik kesimpulan.
Penyebab dan proses pelaksanaan terjadinya sumpah pocong di Masjid Madegan Desa Polagan Sampang Madura bahwa sumpah pocong ini merupakan tradisi penyelesaian sengketa secara turun temurun sampai saat ini khusunya dalam studi kasus sengketa tanah milik ahli waris Siti Romlah dimana siti Romlah sebagai penggugat dan paman Nasiruddin sebagai tergugat, dalam kasus ini tidak cukup bukti dan saksi jika diproses melalui jalur peradilan. Proses pelaksanaan terjadinya sumpah pocong terdapat beberapa cara antara lain berbalut dengan kain dengan beberapa cara. Cara membuktikan sumpah pocong yaitu konsekuensi dari orang yang bersalah akan mendapatkan hukuman dari Tuhan berupa kematian atau tidak mempunyai rasa hidup serta lebih berkaitan dengan harga diri, harkat dan martabat dan perasaan malu dengan adanya sumpah pocong tersebut. Peran kiai dan hakim dalam penyelesaian sengketa tanah tersebut semua aparat desa masyarakat ikut berperan dalam sumpah pocong di masjid Madegan Sampang, praktik tersebut dilakukan oleh penggugat dan tergugat dengan disertai Kyai, serta para hakim yang terlibat dalam penelitian ini. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa tinjauan hukum Islam tentang sumpah pocong dalam kasus penyelesaian sengketa tanah di Desa Polagan Sampang Madura, sumpah ada dua macam yaitu sumpah suppletoir dan sumpah decisoir. Dalam keadaan tanpa bukti sama sekali, hakim akan memberikan sumpah decisoir atau sumpah pemutus yang sifatnya tuntas, menyelesaikan perkara. Dengan menggunakan alat sumpah decisoir, putusan hakim akan semata-mata tergantung kepada bunyi sumpah dan keberanian pengucap sumpah. Sumpah itu dikaitkan dengan sumpah pocong. Berdasarkan praktik tersebut maka sumpah pocong dalam hukum Islam diperbolehkan dimana dari sumpah tersebut untuk menguatkan dari pembuktian yang dinyatakan oleh pihak tertuduh.
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM... ii
PERNYATAAN KEASLIAN ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
PENGESAHAN TIM PENGUJI... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
MOTTO ... ix
PERSEMBAHAN ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TRANSLITERASI... xvi
BAB I: PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 7
C. Rumusan Masalah ... 8
D. Kajian Pustaka ... 9
E. Tujuan Penelitian ... 10
F. Kegunaan Hasil Penelitian... 11
G. Definisi Operasional ... 12
H. Metode Penelitian ... 13
I. Sistimatika Pembahasan ... 19
BAB II: SUMPAH (AYMAN) DAN PEMBUKTIAN DALAM HUKUM ISLAM ... 21
A. Sumpah (Ayman) ... 21
1. Pengertian Sumpah (Ayman) ... 21
2. Dasar Hukum Sumpah ... 24
3. Macam-macam Sumpah... 26
4. Rukun dan Syarat Bagi Orang Yang Bersumpah ... 29
5. Kegunaan Sumpah ... 31
7. Kafarat (Denda) Sumpah ... 32
8. Larangan Bersumpah Dengan Nama Selain Allah ... 34
9. Kebolehan Melanggar Sumpah Atas Dasar Kemaslahatan ... 34
BAB III: PENYEBAB DAN PROSES PELAKSANAAN TERJADINYA SUMPAH POCONG DI MASJID MADEGAN DESA POLAGAN SAMPANG MADURA ... 41
A. Gambaran Umum Masjid Madegan Desa Polagan Sampang Madura ... 41
B. Sumpah Pocong Dijadikan Sebagai Salah Satu Alat Bukti Untuk Menyelesaikan Sengketa Tanah Adat di Desa Polagan Sampang Madura Macam-Macam ... 47
BAB IV: TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG SUMPAH POCONG DALAM KASUS PENYELESAIAN SENGKETA TANAH DI DESA POLAGAN SAMPANG MADURA ... 51
A. Analisis Penyebab Dan Proses Pelaksanaan Terjadinya Sumpah Pocong Di Masjid Madegan Desa Polagan Sampang Madura ... 51
B. Analisi Peran Kiai Dan Hakim Dalam Penyelesaian Sengketa Tanah Di Masjid Madegan Desa Polagan Sampang Madura ... 56
C. Analisis Tinjauan Hukum Islam Tentang Sumpah Pocong Dalam Kasus Sengketa Tanah Di Desa Polagan Sampang Madura ... 65
BAB V: PENUTUP ... 68
A. Kesimpulan... 68
B. Saran ... 69 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TRANSLITERASI
Di dalam naskah skripsi ini banyak dijumpai nama dan istilah teknis (technical term) yang berasal dari bahasa Arab ditulis dengan huruf Latin. Pedoman transliterasi yang digunakan untuk penulisan tersebut adalah sebagai berikut:
A. Konsonan
No Arab Indonesia Arab Indonesia
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. < < < , b t th j h} kh d dh r z s sh s} d} T z} ‘ gh f q k l m n w h , Y B. Vokal
1. Vokal Tunggal (monoftong)
Tanda dan Huruf Arab Nama Indonesia
___ __ _____ __ __ fath{ah kasrah d}ammah A i u
2. Vokal Rangkap (diftong)
Tanda dan Huruf Arab
Nama Indonesia Ket.
ﻲ ـــــ ﻮ ــــــ
fath{ahdanya’ fath{{ahdanwawu
ay aw
a dan y a dan w
Contoh :bayna ( )
:mawd{u>’ ( )
3. Vokal Panjang (mad)
Tanda dan Huruf Arab
Nama Indonesia Ket.
ﺎـــــــ ﻲ ــــــ ﻮ ـــــــ
fath{ahdanalif kasrahdanya’ d{ammahdanwawu
a> i> u>
a dan garis di atas i dan garis di atas u dan garis di atas
Contoh :al-jama>’ah ( )
:takhi>r ( )
:yadu>ru ( )
C.Ta’ Marbut ah
Transliterasi untukta>>>’ marbu>tah ada dua:
1. Jika hidup (menjadimud{a>f) transliterasinya adalaht. 2. Jika mati atau sukun, transliterasinya adalahh.
Contoh :shari>’at al-Isla>m ( ) :shari>’ah isla>mi>yah ( )
D. Penulisan Huruf Kapita
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial dimana tidak akan lepas dari proses
interaksi dengan manusia lain. Proses interaksi tersebut berjalan dan
berkembang sejalan dengan pola kehidupan dan perkembangan peradaban
manusia dan masyarakat itu sendiri. Tatacara hubungan antar manusia dalam
masyarakat tradisional akan berbeda dengan pola interaksi manusia di dalam
masyarakat yang lebih modern.Proses interaksi antar manusia warga
masyarakat bisa berjalan dengan lancar melalui media komunikasi yang bisa
diterima atau dipahami bersama antar manusia tersebut. makna yang
dipahami oleh masyarakat pemakainya.1
Di dalam proses interaksi antar manusia dalam masyarakat baik
masyarakat tradisional maupun masyarakat modern tidak dapat dihindari
kemungkinan timbulnya perselisihan atau konflik. Konflik-konflik yang
timbul tersebut bisa terjadi antar manusia maupun antar komunitas yang ada
di dalam masyarakat itu sendiri. Konflik-konflik tersebut tersebut
memerlukan penyelesaian, baik dengan hukum adat atau kebiasaan yang
berlaku dalam masyarakat adat maupun melalui jalur formal hukum positif
yang ada.
Salah satu proses atau ritual adat yang masih dipakai warga
masyarakat untuk membuktikan atau mencari kebenaran atas kasus atau
konflik adalah sumpah pocong. Pelaksanaan sumpah pocong ini masih banyak
digunakan sebagai upaya untuk membuktikan kebenaran yang diyakini oleh
para pihak yang bersengketa. Khususnya bagi masyarakat pada umumnya
pilihan untuk melaksanakan sumpah pocong biasanya ditempuh apabila para
pihak yang bersengketa tidak dapat mengajukan bukti-bukti yang kuat untuk
mendukung argumen atau klaim yang diajukan. Dimana dalam hal ini jalur
mengenai pembuktian tersebut sudah diproses melewati jalur hukum tetapi
belum ada penyelesaiannya sehingga melewati jalur adat masyarakat
setempat yaitu berupa sumpah pocong.
Bersumpah adalah mengucapkan kalimat sumpah. Bersumpah
itumerupakan salah satu upaya yang telah dilakukan manusia dalam
rangkauntuk menyakinkan orang lain bahwa telah berada diatas kebenaran,
yangartinya telah bersungguh-sungguh dengan serius, tidak bohong atau
sedangbersenda gurau. Adapun manusia dengan segala kekurangan
danketerbatasannya sulit sekali membebaskan dirinya secara penuh dari
semuakesalahan. Dalam upaya untuk membela dirinya dari semua kesalahan
itu,maka salah satu yang harus ditempuhnya ialah dengan bersumpah atas
namaAllah.2 Penjelasan tersebut telah dijelaskan dalam firman Allah yang
berbunyi:
ْﻤُﻜَﻧﺎَْﳝَأاْوُﺬِﺨﺘَـﺗ َﻻَو
ًﻼُﺧَﺪ
َﻣَﺪَﻗ لِﺰَﻨَـﺘَﻔْﻤُﻜَﻨْـﻴَـﺑ
ْﻢُﻜَﻟَو ِﷲ ِﻼْﻴِﺒَﺳ ْﻦَﻋ ُْﰎ ْدَﺪَﺻﺎَِﲟَءْﻮﺴﻟااْﻮُـﻗْوُﺬَﺗَوﺎَِْﻮُـﺒُـﺛَﺪْﻌَـﺒ
ٌﻢْﻴِﻈَﻌٌـﺑاَﺬَﻋ
.
Artinya:”Dan janganlah kamu jadikan sumpah-sumpahmu sebagai alat penipu di antaramu, yang menyebabkan tergelincir kaki (mu) sesudah kokoh tegaknya, dan kamu rasakan kemelaratan (di dunia) Karena kamu menghalangi (manusia) dari jalan Allah; dan bagimu azab yang besar”.3
Sumpah adalah alat bukti yang dipergunakan untuk menguatkan
keterangan atas nama Tuhan, yang bertujuan agar orang yang bersumpah
takut akan kemurkaan Tuhan apabila dia berbohong, takut kepada hukuman
Tuhan dianggap sebagai pendorong bagi yang bersumpah untuk menerangkan
yang sebenarnya.4Sumpah dapat berupa sumpah pocong, sumpah
mimbar(sumpah di gereja) dan sumpahklenteng. Dalam hal sumpah pocong
yangdilakukan di masjid, pihak yang akan mengucapkan sumpah dibungkus
dengankain kafan seakan-akan ia telah meninggal dunia.5
Istilah sumpah pocong sudah tak asing lagi bagi banyak kalangan,
karenadisamping sumpah tersebut sering terjadi khususnya di Desa Polagan
Sampang.Bahkandapat dikatakan bahwa perbuatan sumpah pocong
dilingkungan masyarakatMadegan Desa Polagan sudah begitu mengakar
bahkan menjadi kepercayaan dandiyakini kebenaran dan
3Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta : Yayasan Penyelenggara Penerjemah Penafsiran al-Qur’an, 1971), 378.
4 Ahmad Mujahidin. Pembaharuan Hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan Mahkamah Syar‟iyah di Indonesia. (Jakarta: IKAHI, 2008), 287
keampuhannya.Sumpah tersebut akan membawa dampaknegatif yang berupa
azab langsung dari Allah SWT bagi orang yang berani bersumpahpalsu
melalui sumpah pocong.
Adapun sumpah pocong yang dilakukan oleh Desa Polagan
merupakan sebuah praktik dimana sumpah tersebut dilakukan oleh seseorang
dalam keadaan terbalut kain kafan seperti layaknya orang yang telah
meninggal (pocong). Dalam pelaksanaannya sumpah ini dipraktekkan dengan
tata cara yang berbeda, misalnya pelaku sumpah tidak dipocongi tetapi hanya
dikerudungi kain kafan dengan posisi duduk. Sumpah pocong ini hanya
dilakukan oleh pemeluk agama Islam dan dilengkapi dengan saksi dan
dilakukan di rumah ibadah (masjid) yaitu di masjid kuno Madegan dimana
masjid tersebut merupakan sebuah masjid yang terkenal ampuh dan diyakini
mempunyai hal yang mistis.6
Penyebab terjadinya sumpah pocong yang terjadi di Desa Polagan
merupakn suatu perselisihan yaitu berupa sengketa tanah dimana pada awal
mulanya kakak dari Siti Romlah menjual tanah kepada Paman Nasruddin
tanpa sepengetahuan Siti Romlah atau ahli waris kakek tersebut oleh karena
itu dari pihak Siti Romlah menuntut bahwa tanah tersebut tidak pernah dijual
kepada Nasruddin karena Siti Romlah sudah menempati tanah tersebut sudah
bertahun-tahun, dari pihak Nasruddin mengakui bahwa tanah tersebut telah
dijual kepadanya dengan alasanbahwa surat tanah telah ada padanya sehingga
pertimbangan tersebut kemudian diajukan ke jalur hukum akan tetapi belum
ada kejelasan terhadap kasus tersebut sehingga dari kedua belah pihak
mengajukan sumpah pocong untuk meyakinkan dan membuktikan mana yang
benar dan mana yang salah.7
Menurut K. Abdul Halim Arif yang sekaligus sebagai pemandu
sumpah dan K. dari pondok pesantren Miftahul Jannah, tradisi pocong
sumpah pocong yang diadakan di Masjid Madegan merupakan sebuah tradisi
turun temurun sejak dulu dan sampai saat ini masih dipercayai masyarakat
Sampang. Menurut beliau jika diantara kedua warga yang melakukan sumpah
pocong tersebut ada yang bersalah biasanya orang tersebut menderita sakit
yang aneh dan sulit disembuhkan dan bahkan hingga meninggal dunia dalam
waktu yang relative singkat, ada juga yang semangat hidupnya berkurang,
atau seperti orang yang sedang putus asa.8
Dasar hukum diperbolehkan sumpah pocong masih belum ada
tetapi masyarakat berlandaskan sumpah diperbolehkan dalam hukum Islam
dan system hukumnya mengikat, selain itu dalam undang-undang
Pembuktian harus didasarkan pada sesuatu.Dengan alat bukti ini
masing-masing pihak berusaha membuktikan dalilnya atau pendiriannya yang
dikemukakan kepada hakim yang diwajibkan memutusi perkara mereka itu.9
Adapun alat bukti yang diakui oleh peraturan perundang-undangan yang
7Hasbullah, Masyarakat, Wawancara,Tanggal 8 Juni 2014.
8K. Nabrawi Arif, Pelaksana Sumpah Pocong, Wawancara,Tanggal 8 Juni 2014. 9
berlaku diatur dalam pasal 164 HIR, pasal 284 R.Bg dan pasal 1866 KUH
Perdata, sebagai berikut:10
1. Alat bukti surat (tulisan)
2. Alat bukti saksi
3. Persangkaan (dugaan)
4. Pengakuan
5. Sumpah
Harus dibedakan antara alat bukti pada umumnya dengan alat
bukti menurut hukum.Maksudnya, meskipun alat bukti yang diajukan salah
satu bentuk alat bukti yang ditentukan sebagaimana tersebut diatas, tidak
otomatis alat bukti tersebut adalah sah sebagai alat bukti.Agar supaya alat
bukti itu sah sebagai alat bukti menurut hukum, maka alat bukti yang
diajukan itu harus memenuhi syarat formil dan syarat materiil.Di samping
itu, tidak pula setiap alat bukti yang sah menurut hukum mempunyai nilai
kekuatan pembuktian untuk mendukung terbuktinya suatu
peristiwa.Meskipun alat bukti yang diajukan telah memenuhi syarat formil
atau materiil, belum tentu mempunyai nilai kekuatan pembuktian.
Adapun alasan tetap menjalankan tradisi sumpah pocong karena
hukum dari pembuktian santet masih belum diselesaikan sehingga untuk
membuktikan kebenaran dari berbagai persoalan yang ada di Desa Polagan
yaitu jalan satu-satunya adalah sumpah pocong dan penyelesaian hukumnya
10
Abdul Manan. Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama.
sudah efektif berjalan mulai dari keampuhannya serta kesadaran masyarakat
untuk takut berbohong dalam perbuatan apa saja. Letak lokasi Desa Polagan
Kecamatan Sampang Kabupaten Sampang adalah sempit, desa yang terpencil
dan merupakan desa yang paling banyak kerikil dan jalan yang berbatu karena
desa polagan ini meskipun termasuk Kecamatan Sampang.
Hal inilah yang mendasari penulis untuk melakukan sebuah
penelusuran secara ilmiah terkait dengan fenomena yang terjadi di Desa
Polagan Samapang Madura tersebut. Penelusuran ilmiah tersebut akan
penulis laksanakan dalam wujud penelitian sebagai syarat akademik dengan
judul penelitian ” Sumpah Pocong Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi
Kasus Penyelesaian Sengketa Tanah Di Masjid Madegan Desa Polagan
Sampang Madura)”.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Melalui latar belakang tersebut diatas, terdapat beberapa
permasalahan yang dapat peneliti identifikasi dalam penulisan penelitian ini,
yaitu sebagai berikut:
1. Proses terjadinya sumpah pocong dalam penyelesaian sengketa tanah di
Masjid Madegan Desa polagan Sampang Madura.
2. Faktor-faktor yang melatar belakangi sumpah pocong dalam penyelesaian
sengketa tanah di Masjid Madegan Desa polagan Sampang Madura.
3. Sejarah terjadinya sumpah pocong di Masjid Madegan Desa polagan
4. Prosesi pelaksanaan sumpah pocong dalam penyelesaian sengketa tanah
di Masjid Madegan Desa polagan Sampang Madura.
5. Pendapat tokoh agama, hakim, tokoh masyarakat terhadap sumpah
pocong dalam penyelesaian sengketa tanah di Masjid Madegan Desa
polagan Sampang Madura.
6. Rukun dan syarat sumpah pocong dalam penyelesaian sengketa tanah di
Masjid Madegan Desa polagan Sampang Madura.
7. Tinjauan hukum Islam terhadap sumpah pocong dalam penyelesaian
sengketa tanah di Masjid Madegan Desa polagan Sampang Madura.
Adapun batasan masalah yang menjadi fokus peneliti dalam
penelitian ini, yaitu peneliti akan mengkaji tentang :
1. Penyebab dan proses pelaksanaan terjadinya sumpah pocong di Masjid
Madegan Desa Polagan Sampang Madura.
2. Peran kiai dan hakim dalam penyelesaian sengketa tanah tersebut.
3. Tinjauan hukum Islam tentang sumpah pocong dalam kasus penyelesaian
sengketa tanah di Desa Polagan Sampang Madura.
C. Rumusan Masalah
Melalui latar belakang, identifikasi, dan batasan masalah tersebut
di atas. Maka rumusan masalah yang akan peneliti kaji dalam penelitian ini,
yaitu sebagai berikut:
1. Apa penyebab dan proses pelaksanaan terjadinya sumpah pocong di
2. Bagaimana peran kiai dan hakim dalam penyelesaian sengketa tanah
tersebut?
3. Bagaimana tinjauan hukum Islam tentang sumpah pocong dalam kasus
penyelesaian sengketa tanah di Desa Polagan Sampang Madura?
D. Kajian Pustaka
Setelah peneliti melakukan kajian pustaka, peneliti menemukan
hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang mempunyai
sedikit relevansi dengan penelian yang sedang peneliti lakukan, yaitu sebagai
berikut:
1. Penelitian yang dilakukan olehmahasiswa UIN Fakultas Syariah Jurusan
al-Ahwalus-Syahsiyah angkatan 2004 bernama Nanang Bahrurozzi
dengan judul skripsi: “Yuridis Sosiologi” Tentang Sumpah Sebagai Alat
Bukti Di pengadilan Agama Surabaya”. Dalam skripsi ini penelitiannya
lebih cenderung terhadap penerapan sumpah sebagai alat bukti di
Pengadilan Agama Surabaya dimana dalam perkara tersebut sumpah
pocong merupakan pemutus untuk penyelesaian sengketa.11
2. Masruroh, 2011, penulis skripsi dengan judul “Sumpah Menurut
Al-Qur’an”. Dalam Skripsi ini dijelaskan tentang sumpah yang menyatkan
atau meneguhkan suatu persoalan dengan menyebut nama Allah atau
salah satu sifatnya dari sifat dzatnya atau dengan menggunakan salah satu
11
huruf qosam untuk memastikan suatu perkara yang masih diragukan
benar atau salah.12
3. Dan yang terakhir adalah skripsi milik Rafiqi Kurnia Wazzan, 2005
Fakultas Syariah UIN Malang denganjudul "Pendapat Hakim Terhadap
Legalitas Sumpah Pocong Sebagai Sumpah Decissoir" Dimana dalam
penelitian di atas dijelaskan tentang pendapat hakim Pengadilan Agama
menjadikan sumpah pocong sebagai sumpah decissoir (sumpah pemutus)
serta membandingkannya dengan hokum acara pengadilan agama dan
hokum Islam.13
Antara penelitian tersebut dengan penelitian yang sedang peneliti
lakukan, mempunyai sedikit kesamaan, yaitu sama-sama mengkaji tentang
Sumpah pocong. Sedangkan yang membedakan penelitian tersebut dengan
penelitian yang peneliti lakukan, yaitu dalam pembahasan penelitian ini
peneliti lebih fokus pada penyelesaian sengketa tanah dimana dalam proses
pembuktiannya melewati sumpah pocong, selain itu dalam skripsi ini
dipadukan antara hukum adat dengan hukum Islam.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang peneliti kaji dalam penelitian
ini, maka penulisan penelitian ini bertujuan untuk:
12
Masruroh, 2011, “Sumpah Menurut Al-Qur’an” Skripsi, Jurusan al-Ahwalus-Syahsiyah, Fakultas Syari’ah, IAIN Sunan Ampel Surabaya. 12
13
1. Untuk mengetahui dan proses pelaksanaan terjadinya sumpah pocong di
Masjid Madegan Desa Polagan Sampang Madura.
2. Untuk mengetahui peran kiai dan hakim dalam penyelesaian sengketa
tanah tersebut
3. Untuk memahami dan menganalisis tinjauan hukum Islam tentang
sumpah pocong dalam kasus penyelesaian sengketa tanah di Desa Polagan
Sampang Madura.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Dalam penulisan penelitian ini, peneliti berharap hasil penelitian
ini dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis,
sebagai berikut:
1. Teoritis
Secara teoritis, peneliti berharap hasil penelitian ini dapat
memberikan sumbangsih khazanah keilmuan, khususnya dalam praktik
pelaksanaan sumpah pocong di Masjid Madegan Desa Polagan Sampang
Madura dalam penyelesaian sengketa tanah.Penelitian ini dapat dijadikan
sebagai literatur dan referensi, baik oleh peneliti selanjutnya maupun bagi
pemerhati hukum Islam dalam memahami praktik tersebut.
2. Praktis
Secara praktis, peneliti berharap hasil penelitian ini dapat
masyarakat Desa Polagan Sampang Madura dalam pelaksanaan sumpah
pocong di Masjid Madegan Desa Polagan Sampang Madura.
G. Definisi Oprasional
Untuk mempermudah pembaca dalam memahami penulisan
penelitian ini, dan untuk berbagai pemahaman interpretatif yang
bermacam-macam, maka peneliti akan menjelaskan beberapa istilah yang digunakan
dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Sumpah Pocong: adalah sumpah yang dilakukan oleh seseorang dalam
keadaan terbalut kain kafan seperti layaknya orang yang telah meninggal
dimana dilaksanakan di Masjid Madegan. Sumpah ini dilakukan untuk
membuktikan suatu tuduhan atau kasus yang sedikit atau bahkan tidak
memiliki bukti sama sekali. apabila keterangan atau janjinya tidak benar,
yang bersumpah diyakini mendapat hukuman atau laknat dari Allah.14
Dimana dalam hal ini berupa sumpah pocong yang terjadi di Desa
Polagan yaitu sengketa tanah antara cucu kakek dengan seorang paman
bahwa kakek telah menjual tanah tersebut tanpa sepengetahuan cucu
kepada paman dimana dalam penyelesaiannya dilakukan melewati
pembuktian berupa sumpah pocong apabila tanah tersebut tidak terbukti
di jual maka akan terjadi hal-hal yang buruk padanya.
2. Hukum Islam: Menurut ulama Mu’tazilah hukum Islam adalah sesuatu
yang telah ditetapkan oleh Allah dalam bentuk perbuatan yang sesuai
14
dengan apa yang ada dalam sifat akal, karena teks al-qur’an dan al-sunnah
berfungsi sebagai pembuka rahasia hukum dan akal bebas untuk
mendapatkannya.15 Dalam hal ini yaitu berupa hukum islam mengenai
perbuatan manusia yang berhubungan dengan sumpah pocong yang
dilakukan masyarakat Desa Polagan di Masjid Madegan.
H. Metode Penelitian
Adapun penulisan dan pembahasan skripsi ini adalah penelitian
lapangan dan penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, karena
penelitian ini ingin menemukan atau menggali data yang dibutuhkan atau
data yang belum digali. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian
yang digunakan untuk meneliti, dimana peneliti adalah sebagai instumen
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data
bersifat induktif, dan penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada
generalisasi.16
1. Data Yang Dikumpulkan
Berdasarkan judul dan rumusan masalah dalam penelitian ini,
maka data yang dikumpulkan adalah sebagaimana berikut:
a. Prosedur sumpah pocong dalam penyelesaian sengketa tanah di
Masjid Madegan Desa polagan Sampang Madura.
15
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Studi Hukum Islam, (Surabay: IAIN Sunan Ampel Press, 2011), 43
b. Faktor yang melatar belakangi dan penyebab sumpah pocong dalam
penyelesaian sengketa tanah di Masjid Madegan Desa polagan
Sampang Madura.
c. Peran kiai, hakim dalam sumpah pocong dalam penyelesaian sengketa
tanah di Masjid Madegan Desa polagan Sampang Madura.
d. Dampak positif dan negatif sumpah pocong dalam penyelesaian
sengketa tanah di Masjid Madegan Desa polagan Sampang Madura.
2. Sumber Data
Agar memperoleh data yang kompleks dan komprehensif, serta
terdapat korelasi yang akurat sesuai dengan judul penelitian ini, maka
sumber data dalam penelitian ini di bagi dua, yaitu:
a. Sumber Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
sumbernya, data primer yang dimaksud adalah:17
1) Pemangku Adat: Ketua adat dalam tradisi sumpah pocong di
Masjid Madegan Desa polagan Sampang Madura
2) Tokoh Agama: Adalah para masyarakat yang memiliki public
vigor atau masyakat yang memiliki pengetahuan agama yang
mendalam.
3) Masyarakat Yang Bersumapah Pocong: adalah kedua masyarakat
yang saling berselisih dan sama-sama bersumpah untuk
membenarkan dan membuktikan pendapatnya.
4) Kepala Desa dan masyarakat yang terkait dalam sumpah pocong
dalam penyelesaian sengketa tanah di Masjid Madegan Desa
polagan Sampang Madura.
b. Sumber Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dibutuhkan sebagai
pendukung data primer.Data ini bersumber dari referensi dan literatur
yang mempunyai korelasi dengan judul dan pembahasan penelitian ini
seperti buku, catatan, dan dokumen. Adapun sumber data sekunder
yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini, ialah sebagaimana
berikut:
1) Al-Jazairi Abd Al-Rahman, Fiqh ‘Ala Madzahib
Al-‘Arba’ah, Juz. 3, Beirut: Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyah, 2003.
2) M Sufyan Raji , Abdullah,. 250 Aktualita Masalah Agama.
(Jakarta: Pustaka Al-Riyadl, 2007)
3) Soerjono, dkk, Metode Penelitian, Suatu Pemikiran dan
Penerapan. (Jakarta: Rineka Cipta, 1999)
4) Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum ( Jakarta: UI
Press, 1986)
5) Subekti. Hukum Pembuktian. (Jakarta: Pradnya Paramita, 1995)
6) Mudakir Iskandar Syah, Hukum dan Keadilan. (Jakarta: Grafindo
Utama, 1985)
7) Bambang Waluyo, Sistem Pembuktian Dalam Peradilanm
8) Dokumen-dokumen lain mengenai sistem kemitraan.
3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun untuk memperoleh data yang akurat dan dibutuhkan oleh
peneliti sesuai dengan judul penelitian, maka dalam pengumpulan data
peneliti menggunakan beberapa metode, sebagaimana berikut:
a. Interview
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari
terwawancara.18Metode wawancara digunakan oleh peneliti dalam
pengumpulan data, yaitu untuk memperoleh data mengenai sumpah
pocong dalam penyelesaian sengketa tanah di Masjid Madegan Desa
polagan Sampang Madura.
Disamping itu, teknik wawancara digunakan peneliti untuk
menanyai langsung mengenai sejarah dan latar belakang terjadinya
sumpah pocong dalam penyelesaian sengketa tanah di Masjid
Madegan Desa polagan Sampang Madura.Dalam hal ini pihak yang
diwawancarai adalah pemangku adat, kiai dan hakim, masyarakat
yang melakukan sumpah pocong, Kepala Desa, Keluarga yang terkait,
serta masyarakat.
b. Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto, dokumentasi berasal dari kata
dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Didalam
melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki
benda-benda tertulis seperti buku-buku, dokumen peraturan-peraturan,
notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.19Adapun dokumentasi
dalam penelitian ini yaitu berupa bukti tertulis mengenai sumpah
pocong dalam penyelesaian sengketa tanah di Masjid Madegan Desa
polagan Sampang Madura.
4. Teknik Pengolahan Data
Untuk mensistematisasikan data yang telah dikumpulkan dan
mempermudah peneliti dalam melakukan analisis data, maka peneliti
mengolah data tersebut melalui beberapa teknik, dalam hal ini data yang
diolah merupakan data yang telah terkumpul dari beberapa sumber adalah
sebagaimana berikut:20
a. Editing, yaitu mengedit data-data yang sudah dikumpulkan. Teknik
ini digunakan oleh peneliti untuk memeriksa atau mengecek sumber
data yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data, dan
memperbaikinya apabila masih terdapat hal-hal yang salah.
b. Coding, yaitu pemberian kode dan pengkategorisasian data. Peneliti
menggunakan tekhnik ini untuk mengkategorisasikan sumber data
yang sudah dikumpulkan agar terdapat relevansi dengan pembahasan
dalam penelitian ini.
19Ibid., 125.
c. Organizing, yaitu mengorganisasikan atau mensistematisasikan
sumber data. Melalui teknik ini, peneliti mengelompokkan data-data
yang telah dikumpulkan dan disesuaikan dengan pembahasan yang
telah direncanakan sebelumnya mengenai sumpah pocong dalam
penyelesaian sengketa tanah di Masjid Madegan Desa polagan
Sampang Madura.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, cacatan lapangan,
dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya
dapat diinformasikan ke orang lain.21
Untuk menganalisa data-data yang telah dikumpulkan secara
keseluruahan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode
deskriptif analisis yaitu peneliti mendeskripsikan dan memaparkan data
yang diperoleh dilapangan mengenai sumpah pocong dalam penyelesaian
sengketa tanah di Masjid Madegan Desa polagan Sampang Madura. Lebih
lanjut, digunakan pola pikir induktif, yaitu mengemukakan data yang
besifat khusus mengenai praktik atau proses sumpah pocong dalam
penyelesaian sengketa tanah di Masjid Madegan Desa polagan Sampang
Madura. Kemudian di analisa dengan paparan yang bersifat umum sesuai
dengan anlisis hukum Islam.
I. Sistematika Pembahasan
Agar lebih mudah memahami alur pemikiran dalam skripsi ini, maka
penulis membagi skripsi ini menjadi lima bab, yang saling berkaitan antara
bab satu dengan bab yang lainnya. Dari masing-masing diuraikan lagi
menjadi beberapa sub bab yang sesuai dengan judul babnya. Adapun
sistematika pembahasan dalam skripsi ini selengkapnya adalah sebagai
berikut :
Bab kesatu :Merupakan pendahuluan, membahas latar belakang
masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka,
tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metodologi
penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua : Merupakan bab yang teoritis, berupa tinjauan umum
tentang A. Sumpah, terdiri dari: Pengertian Sumpah, Dasar Hukum Sumpah,
Macam-Macam Sumpah, Rukun Dan Syarat Sumpah, Kegunaan Sumpah,
Hal-hal yang Dapat Digunakan Untuk Bersumpah, Kafarat Sumpah,
Larangan Bersumpah Selain Nama Allah, Kebolehan Melanggar Sumpah
Atas Dasar Kemaslahatan.
Bab ketiga :Merupakan bab yang menguraikan data hasil penelitian,
berisi tentang deskripsi praktik sumpah pocong dalam penyelesaian sengketa
tanah di Masjid Madegan Desa polagan Sampang Madura.
Bab keempat : Merupakan bab yang membahas analisis data. Dalam
rangka mencari jawaban terhadap pertanyaan, sebagaimana yang dimuat
dalam rumusan masalah pada bab satu.
Bab kelima : Merupakan bab penutup, berisi tentang kesimpulan dan
saran. Kesimpulan tersebut diperoleh setelah mengadakan analisis terhadap
data yang diperoleh, sebagaimana diuraikan pada bab sebelumnya, dan
BAB II
SUMPAH(AYMA<N) DAN PEMBUKTIAN DALAM HUKUM ISLAM
A. Sumpah(Ayma>n)
1. PengertianSumpah(Ayma>n)
Al-Ayma>n adalah jamak (plural) dari kata Yami<n yang berarti
tangan kanan. Penggunaan kata ayma>ndengan makna sumpah
disebabkan kebiasaan orang-orang dahulu yang mengambil sumpah satu
sama lain dengan cara saling memegang tangan kanan. Dalam
terminologi syariat Islam, kata yami<n berarti pernyataan atau penegasan
akan sebuah permasalahan dengan menyebutkan nama Allah SWT, atau
salah satu dari sifat-Nya. Makna lainnya, adalah janji dari pihak yang
melakukannya, sebagai pernyataan ketegasan atas tekad untuk
melaksanakan atau sebaliknya.1
Sumpah menurut pengertian syara’ yaitu menahkikkan atau
menguatkan sesuatu dengan menyebut nama Allah SWT, seperti;
walla<hi, billa<hi, talla<hi.Secara etimologis arti sumpah yaitu:
1. Pernyataan yang diucapkan secara resmi dengan bersaksi kepada
Allah SWT untuk menguatkan kebenaran dan kesungguhan.
2. Pernyataan yang disertai tekad melakukan sesuatu menguatkan
kebenarannya atau berani menerima sesuatu bila yang dinyatakan
tidak benar.
3. Janji atau ikrar yang teguhakan menunaikan sesuatu.
Dalam bahasa Arab sumpah disebut dengan aimanu,
al-halfu, al-qasamu. Al-aimanu jama’ dari kata al-yami<nu (tangan kanan)
karena orang Arab di zaman Jahiliyah apabila bersumpah satu sama lain
saling berpegangan tangan kanan. Kata al-yami<nu secara etimologis
dikaitakan dengan tangan kanan yang bisa berarti al-quwwah
(kekuatan), dan al-qasam (sumpah). Dengan demikian pengertian
al-yuami<nu merupakan perpaduan dari tiga makna tersebut yang
selanjutnya digunakan untuk bersumpah.
Dikaitkan dengan kekuatan (al-quwwah), karena orang yang
ingin mengatakan atau menyatakan sesuatu dikukuhkan dengan sumpah
sehingga pernyataannya lebih kuat sebagaimana tangan kanan lebih
kuat dari tangan kiri. Lafal sumpah tersebut harus menggunakan huruf
sumpah (al-qasam) yaitu: waw, ba dan ta. seperti; wallahi, billahi,
tallahi.2
Para ulama berbeda pendapat tentang hukum bersumpah,
Imam Malik berpendapat bahwa hukum asal sumpah adalah ja>iz,(boleh).
Hukumnya bisa menjadi sunnah apabila dimaksudkan untuk
menekankan suatu masalah keagamaan atau untuk mendorong orang
melakukan sesuatu yang diperintahkan agama, atau melarang orang
berbuat sesuatu yang diperintahkan agama, atau melarang orang berbuat
sesuatu yang dilarang agama Jika sumpah hukumnya mubah, maka
melanggarnya pun mubah, tetapi harus membayar kafarat (denda),
kecuali jika pelanggaran sumpah itu lebih baik.
MenurutImam Hambali berpendapat bahwa hukum
bersumpah itu tergantung kepada keadaannya. Bisa wajib, haram,
makruh, sunnah ataupun mubah. Jika yang disumpahkan itu
menyangkut masalah yang wajib dilakukan, maka hukum bersumpahnya
adalah wajib. Sebaliknya jika bersumpah untuk hal-hal yang
diharamkan, maka hukum bersumpahnya juga sunnah dan seterusnya.
MenurutImam Syafi’i berpendapat hukum asal sumpah adalah
makruh. Tetapi bisa saja hukum bersumpah menjadi sunnah, wajib,
haram, atau mubah. Tergantung pada keadaaanya.Menurut Imam Hanafi
asal hukum bersumpah adalah ja>iz, tetapi lebih baik tidak terlalu banyak
melakukan sumpah. Jika seseorang bersumpah akan melakukan maksiat,
wajib ia melanggar sumpahnya. Jika seseorang bersumpah akan
meninggalkan maksiat maka ia wajib melakukan sesuai dengan
sumpahnya.
Kata-kata al-yami<n, al-Half, al-‘iila<, dan al-Qasam, semuanya
memiliki kesamaan apabila ditinjau dari segi makna yakni: pernyataan
seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu
sesuatu yang sesuai denganketentuan syara’, misalnya ”demiallah” atau
“walla<hi, billa<h, atau “talla<h” atau kata-kata yang sejenisnya.
Ulama’ sepakat bahwa sumpah yang di benarkan atau sesuai
dengan syari’at Islam adalah sumpah yang kalimat
sumpahnyamenggunakan atau menyebut nama atau sifat Allah seperti:
“Demi Allah”, “Demi Iradat Allah”, dan bertujuan untuk kebaikan dan
bukan penipuan.
2. DasarHukumSumpah
Ÿ
ω
u
ρ
(
#
θ
è
=
y
èøg
r
B
©
!
$
#Z
π
|
Êóããö
Ν
à
6
Ï
Ψ≈
y
ϑ
÷
ƒ
X
{χ
r
&
(
#
ρ
•
y
9
s
?
(
#
θ
à
)
−G
s
?
u
ρ
#
(
θ
ßsÎ
=
óÁè?
u
ρ
š
÷
t
/Ĩ$¨
Ψ9
$
#3
ª
!
$
#
u
ρ
ìì
‹
ÿ
Ï
x
œÒ
ΟŠ
Î
=
t
æ
∩⊄⊄⊆∪
ā
ω
ã
Ν
ä
.
ä‹Ï{#
x
σ
ã
ƒ
ª
!
$
#È
θ
øó¯
=9
$
$Î/þ
’
Îûö
Ν
ä
3
Ï
Ψ≈
y
ϑ
÷
ƒ
r
&
3≈
Å
s
9
u
ρΝ
ä
.
ä‹Ï{#
x
σ
ã
ƒ
$
o
ÿ
Ï3ôM
t
6
|
¡
x
.
ö
Ν
ä
3
ç/
θ
è
=
è
%
3
ª
!
#
$
u
ρ
î‘
θ
à
x
î×
Λ
=
Î
y
m
∩⊄⊄∈∪
t
Ï
%
©
#
9
Ïj
t
βθ
ä
9
÷
σ
ã
ƒ
Ï
Β
ö
Ν
Î
γ
Í
←
!
$
¡Îp
|
Σ
ßÈš/
t
s
?Ï
π
y
è
t
/ö‘
r
&9å
κ
ô−
r
&(
β
Î
*
s
ù
ρ
â
!
$
s
ù¨
β
Î*
s
ù
©
!
$
#Ö‘
θ
à
x
îÒ
Ο‹
Ïm§‘
∩⊄⊄∉∪
÷
β
Î)
u
ρ
(
#
θ
ã
Β
t
“
t
ã
t
,≈
n
=
©Ü
9
$
#¨
β
Î*
ù
s
©
!
$
#ìì
‹
Ï
ÿ
x
œÒ
ΟŠ
Î
=
t
æ
∩⊄⊄∠∪
Arinya: “Janganlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmu sebagai penghalang untuk berbuat kebajikan, bertaqwa, dan mengadakan ishlah diantara manusia. Dan Allah Maha mendengar, lagi Maha mengetahui. Allah tidak menghukum kaum lantaran sumpahmu yang tidak dimaksud(untuk
bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu
disebabkan(sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) dalam hati. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. Kepada orang-orang yang meng-ila’ istrinya diberi tangguh empat bulan (lamanya). Kemudian jika mereka kembali (kepada istrinya), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun, lagi Maha Penyayang. Dan jika mereka ber’azam (bertetap hari untuk) talak, maka sesungguhnya Allah Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui”. (Q.S.al-Baqarah 2:224-227)
dengan menyabut selain dari pada nama Allah atau sifat–sifat_Nya, seperti sumpah dengan makhluk tidak sah. Berarti tidak wajib ditepati dan tidak wajib kafarat (denda). Begitu juga sumpah yang tidak disengaja, umpamanya terlanjurnya lidah.Firman Allah Swt:
ā
ω
ã
Ν
ä
.
ä‹Ï{#
x
σ
ã
ƒ
ª
!
$
#È
θ
øó¯
=9
$Î/þ
$
’
Îûö
Ν
ä
3
Ï
Ψ≈
ϑ
y
÷
ƒ
r
&
Å
3≈
s
9
ρΝ
u
ä
.
ä‹Ï{#
x
σ
ã
ƒ
$
o
ÿ
Ï3ôM
t
6
|
¡
x
.
Ν
ö
3
ä
ç/
θ
è
=
è
%
!
3
ª
$
#
u
ρ
î‘
θ
à
x
î×
Λ
Î
=
y
m
∩⊄⊄∈∪
Artinya: ”Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yangtidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) oleh hatimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun“. (QS. Al-Baqarah: 225).
Barang siapa yang tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kafaratnya puasa tiga hari.Firman Allah Swt:
Ÿ
ω
ã
Ν
ä
.
ä‹Ï{#
x
σ
ã
ƒ
ª
!
$
#È
θ
øó¯
=9
$
$Î/þ
’
Îûö
Ν
ä
3
Ï
Ζ≈
y
ϑ
÷
ƒ
r
&
Å
3≈
s
9
u
ρΝ
à
2
ä‹Ï{#
x
σ
ã
ƒ
$
y
ϑ
Î/ã
Ν
›?‰¤
)
t
ã
z
≈
y
ϑ
÷
ƒ
F
{
$
#(ÿ
…
ç
µ
è?
t
≈
¤
s
3
s
ùã
Π
$
y
èôÛÎ)Í
ο
u
³
|
t
ã
t
Å
3≈
|
¡
t
Β
ô
Ï
Β
ÅÝ
y
™÷
ρ
r
&$
t
Β
t
βθ
ß
ϑ
ÏèôÜè?ö
Ν
ä
3Š
Î
=
÷
δ
&÷
r
ρ
r
&ó
Ο
ß
γ
è?
θ
u
ó¡Ï
.
÷
ρ
r
&ã
ƒ
Ì
øt
r
B7
π
t
6
s
%
‘(
u
y
ϑ
s
ùó
Ο
©
9
ô‰Åg
†
s
ã
Π
$
u
‹
ÅÁ
s
ùÏ
π
s
W
≈
n
=
r
O5
Θ
$−
ƒ
&4
r
y
7
Ï
9≡
s
Ί
ο
t
≈
¤
x
.
ö
Ν
ä
3
Ï
Ψ≈
y
ϑ
÷
ƒ
r
&#
s
ŒÎ)ó
Ο
çFø
=
n
y
m4
(
#þ
θ
Ýà
x
ôm
$
#
u
ρ
ö
Ν
ä
3
o
Ψ≈
y
ϑ
÷
ƒ
r
&4
7
y
Ï
9≡
x
‹
x
.
ß
Îi
t
7ã
ƒ
ª
!
#ö
$
Ν
ä
3
s
9
Ï
µ
ÏG
≈
t
ƒ
#
u
/
÷
ä
3
ª
=
y
è
9
s
t
βρ
ãä
3
ô±
n
@
∩∇∪
Sumpah gamus yang disebut juga ash shabirah yaitu dusta yang bisa merendahkan hak-hak atau bertujuan membuat dosa dan
khianat. Sumpah ini termasuk kaba’ir (dosa besar) dan tidak ada
kafaratnya, karena jauh lebih besar dari apa yang bisa di ampuni. Allah Swt
berfiman:
Ÿ
ω
u
ρ
(
#ÿ
ρ
ä‹Ï‚−G
s
?ö
Ν
ä
3
u
Ζ≈
y
ϑ
÷
ƒ
&K
r
ξ
y
z
y
Šö
Ν
à
6
o
Ψ
÷
t
/¤
Α
Í”
t
I
s
ù
7
Π
y
‰
s
%
y
‰÷è
t
/$
p
κ
ÌE
θ
ç6èO
(
#
θ
è
%ρ
ä‹
s
?
u
ρ
u
þ
θ
¡
9
$
#$
y
ϑ
Î/ó
Ο
›?Š
y
‰
|
¹
ãÈ
t
≅‹
Î6
y
™
«
!
$
#(ö
/
ä
3
s
9
u
ρ
ë>#
x
‹
t
ãÒ
ΟŠ
Ïà
t
ã
∩⊆∪
Artinya: “dan janganlah kamu jadikan sumpahmu sebagai alat penipu di antaramu, yang menyebabkan kakimu tergelincir setelah kokoh tegaknya, dan kamu rasakan kemelaratan didunia karena kamu menghalangi manusia dari jalan allah serta bagimu azab yang besar.” (QS. 16 ayat 94)
3. Macam-Macam Sumpah
Adapunmacam-macamsumpahdalam Islam dibagimenjadi 3
anatarlainsebagaiberikut:
a. Sumpah al-Laghwu (gurauan)
Sumpah gurauan adalah yang diucapkan tanpa maksud
yang sebenarnya, seperti perkataan seseorang: “Demi Allah, Anda
harus makan,” atau“Demi Allah, Anda harus minum,” dan
seterusnya. Ungkapan sumpah tersebut diucapkan bukan dengan
Sumpah seperti ini dianggap tidak mempunyai akibat hukum,
sehingga si pengucap sumpah ini tidak terbebani hukum apa-apa.3
Al-Yaminul Laghwi ialah ungkapan sumpah yang
tidak dimaksudkan sebagai sumpah, sekedar pemanis kalimat.
Misalnya, orang Arab biasa mengatakan, “wallahi lata’kulanna”
artinya “Demi Allah kamu benar-benar harus makan”, atau ‘wallahi
latasyrabanna’ artinya “Demi Allah kamu benar-benar mesti minum”,
dan semisalnya yang tidak dimaksudkan untuk bersumpah. Sumpah
seperti ini tidak teranggap dan tidak mempunyai akibat hukum,
sehingga si pengucap sumpah ini tidak terbebani hukum apa-apa.
b. Sumpah Mun’aqadah (sah)
Sumpah Mun’aqadahialah sumpah yang diniatkan oleh
pelakunya dengan benar-benar dan tulus. Adapun hukum sumpah ini
ialah wajib membayar kafarat apabila melanggarnya.Al-yaminul
mun’aqidah ialah sumpah yang disengaja dan hendak dilaksanakan
dengan sungguh-sungguh sebagai penguat untuk melaksanakan atau
meninggalkan sesuatu. Jika yang bersangkutan melaksanakan
sumpahnya dengan baik, maka ia tidak terkena sanksi apa-apa;
namun manakala ia melanggarnya, maka ia harus menebus dengan
membayar kafarah.4
c. Sumpah Ghamuus (palsu)
3Ibid, 243
SumpahGhamuusialah sumpah dusta yang dapat
menghilangkan hak-hak atau yang bertujuan untuk memalsukan dan
mengkhianati hak-hak orang lain. Sumpah palsu termasuk salah satu
dosa besar dan tidak terkena kafarat disebabkan dosanya yang sangat
besar. Oleh karena itu, disebut dengan ghamuus (palsu), karena akan
memasukkan pelakunya ke dalam api neraka jahanam.5
Al-yaminul ghamus ialah sumpah palsu yang
dimaksudkan hendak merampas hak-hak orang lain, atau ditujukan
untuk berbuat fasik dan khianat. Disebut demikian karena sumpah ini
mencelupkan pelakunya ke dalam perbuatan dosa kemudian ke dalam
neraka. Sumpah palsu ini termasuk dosa besar yang paling besar dan
tidak bisa ditebus dengan membayar kafarah.6Yamin (sumpah) ini
tidak sah, karena yamin yang sah bisa ditebus dengan kafarah.
Sumpah ini tidak mendatangkan kebaikan sedikitpun.
Aadapaunjenis-jenis sumpah yang mengikuti orang
yang bersumpahanataralainsebagaiberikut:
1) Sumpah saksi
Yaitu sumpah yang di buat oleh saksi sebelum di beri
kesaksian yang di buat untuk emastikan kebenarannya.
2) Sumpah orang yang didakwa
5Syamsudin, Menyingkap Dosa-dosa Besar, (Jakarta: Pustaka Amani.1989), 138.
Yaitu sumpah yang di buat oleh orang yang di dakwa
atas permintaan Qadi karena di tuntut oleh orang yang mendakwa
untuk memastikan jawaban setiap pertanyaan.
3) Sumpah orang yang medakwa
4) Yaitu sumpah yang dibuat oleh orang yang mendakwa untuk
menolah tuduhan darinya, atau untuk mensabitkan haknya, atau
untuk menolak sumpah atas dirinya.7
4. RukundanSyaratBagi Orang Yang Bersumpah
Adapunrukundansyaratbagi orang yang
bersumpahantaralainsebagaiberikut:8
a. Mukallaf,tidak sah sumpah anak kecil,orang gila, dan orang
tidur.
b. Dengan kemauan sendiri,tidaklah sah sumpah orang yang
terpaksa.
c. Dapat berbicara,tidak sah sumpah orang yang bisu dengan
isyarat sebagainya.
d. Diengaja bersumpah,tidaklah sah sumpah orang yang terlanjur
lidah
Sedangkansyarat-syarat sumpah menurut kesepakatan
ulama dapat di bagi kepada enam macam:9
7
Abdul ‘Azhim bin Badawi Al-Khalafi Alwajis, Panduan Fiqh Lengkap, (terj. Team Tashfiyah LIPIA), (Bogor: Pustaka Ibnu Katsir, 2007), 663.
8Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar BaruAl-gensido,2004). 483.
1) orang yang bersumpah itu hendaklah seorang yang mukallaf(
baligh dan berakal) dan tidak di pakasa (pilihan sendiri). Oleh
karena itu tidak sah sumpah bagi anak-anak, orang gila, orang
yang sedang tidur dan dipaksa.
2) Hendaklah orang yang di dakwa menafikan hak orang yang
mendakwa. Jika ia mengiktirafnya maka tidak perlu bersumpah.
3) Sumpah iyu hendaklah di minta dan di arahkan oleh Qadhi.
4) Hendaklah sumpah di buat bagi diri sendiri. Sumpah tidak
boleh di buat bagi orang lain, karena ia sangat berkaitan dengan
taggungan antara orang yang bersumpah dengan agamanya.
5) Sumpah itu janganlah berkaitan dengan hak-hak yang kgusus
untuk Allah seperti masalah Hudud.
6) Sumpah itu hendaklah mengenai hak-hak yang harus di
ikrarkan.
Ulama berbeda pendapat tentang syarat-syarat di
atasantaralainsebagaiberikut:10
a) tidak dapat membawa saksi ataupun saksi tidak ada.
Mengikuti jumhur ulama, selain mazhab syafi’i. jika
saksi hadir dalam majelis perbicaraan, maka tidak sah diminta
sumpah daripada orang yang di dakwa (yang di tuntut).
Demikian menurut Abu Hanifah, tidak sah meminta sumpah
jika Qadi berada di negeri yang di diami oleh Qadi. Jadi,
sumpah adalah hak orang yang mendakwa dan menjadi wajib
keatas orang yang didakwa.
b) Ada hubungan pencampuran atau menambah antara dua pihak
yang bertikai menurut pendapat imam Maliki.
Tujuannya adalah orang yang di bawah tidak
bermegah-megah dengan orang yang berkedudukan tinggi
denagn mendakwa mereka di mahkamah dan meminta sumpah
dari mereka, ataupun mereka di hukum karena keengganan
bersumpah.
ﻰﻠﻋ ﺔﻨﻴﺒﻟا
ﻪﻴﻠﻋ ﻰﻋ ﺪﳌا ﻰﻠﻋ ﲔﻤﻴﻟاو ﻲﻋ ﺪﳌا
Artinya:“pembuktian diwajibkan atas orang yang menuduh dan
sumpah atas orang yang di tuduh”.11
5. Kegunaan Sumpah
Adapaunkegunaanataumanfaatsumapahadalahsebagaib
erikut:
1) Untuk menangkis tuduhan yang dilancarakan orang terhadap
penggugat.Sumpah ini diucapkan oleh orang yang mengingkari
tuduhan tersebut.
2) Untuk menyatakan kebenaran diri,pribadi.
3) Untuk berlaku jujur dalam suatu tugas,atau jabatan yang
diserah orang,dalam arti bahawa seorang dalam jabatannya
tidakan berlaku curang.
6. Hal-Hal yang Dapat Digunakan untuk Bersumpah
Bersumpah itu hanya bisa dilakukan dengan
menggunakan nama-nama Allah atau sifat-sifat-Nya. Karena, Nabi
saw. bersumpah dengan Allah, Zat yang tiada Tuhan selain-Nya
dan bersumpah dengan ucapannya, “Demi Zat yang jiwa ragaku
berada pada kekuasaan-Nya.” Demikian pula, Jibril as bersumpah
dengan sifat izzah (menang/kuasa) Allah, maka Jibril berkata,
“Demi sifat izzah-Mu (sifat kemenangan-Mu/kekuasaan-Mu)
seseorang tidak akan mendengarkan surga kecuali dia pasti
memasukinya.” (HR Tirmizi seraya menyahihkannya).
Dengan demikian, seseorang tidak boleh bersumpah
dengan selain nama-nama dan sifat-sifat Allah SWT, baik
bersumpah dengan sesuatu yang diagungkan dan dimulyakan Allah
atau bersumpah dengan Nabi saw.
7. Kafarat (Denda) Sumpah
Kata kafarat merupakan bentuk mubalaghah dari
al-kufru yang berarti as-sitru (penutup). Maksud kata tersebut pada
bahasan ini, ialah semua bentuk perbuatan yang dapat
menghapuskan dan menutupi sebagian dosa, sehingga tidak ada lagi
akhirat kelak.Bentuk-bentuk perbuatan yang dinyatakan sah
sebagai kafarat sumpah atas suatu pelanggaran sumpah adalah:
a. Memberi makanan
Mayoritas ahli fiqih mensyaratkan pemberian
makanan mesti untuk sepuluh orang miskin muslim, menurut
Abu Hanifah, dibolehkan memberikan makanan untuk satu
orang saja selama sepuluh hari.
b. Memberi pakaian
Standar pakaian yang memadai atau layak adalah
yang dikenakan oleh orang yang melakukan kafarat.
c. Memerdekakan budak
Mayoritas ulama berpendapat bahwa budak yang
dimerdekakan harus beragama Islam atas dasar analogi dengan
kafarat pembunuhan dan zihar. Dibolehkan untuk memilih
melaksanakan kewajiban puasa selama tiga hari, bila tidak
mampu melaksanakan salah satu dari hal di atas.Ketiga pilihan
di atas dilaksanakan secara tertib dan tersusun, artinya berawal
dari pilihan yang paling ringan hingga yang berat. Pertama
memberi pakaian sebagai pilihan kedua, dan memerdekakan
budak adalah pilihan terakhir.
DalamEnsiklopedi Islam dijelaskan bahwa kafarat atas
pelanggaran sumpah ada tiga macam yaitu:
b. Memberi makan sepuluh orang miskin yang setiap orang
mendapat satu mud atau 3/4 liter.
c. memberikan pakaian kepada sepuluh orang miskin,
masing-masing satu lembar pakaian.12
8. Larangan Bersumpah dengan Nama Selain Allah
Jika sumpah dinyatakan tidak sah tanpa menyebut
nama atau salah satu sifat Allah, maka haram hukumnya bersumpah
dengan menyebut selain-Nya, karena sumpah merupakan
pengagungan atas nama yang disebutkan. Dan hanya Allah yang
berhak menerima pengagungan tersebut.Sedangkan bersumpah
dengan menyebut selain-Nya, seperti demi Nabi, demi wali, demi
orangtuaku, demi ka’bah atau semisalnya, sumpahnya batal dan
tidak terkena kafarat jika melanggar, namun ia tetap berdosa
karena mengagungkan selain Allah.
9. Kebolehan Melanggar Sumpah Atas Dasar Kemaslahatan
Pada dasarnya, orang yang bersumpah harus
menunaikan apa yang telah disumpahkannya. Namun, dibolehkan
membatalkan untuk melaksanakan sumpahnya bila ia berpandangan
ada kemaslahatan yang lebih utama. Allah SWT berfirman;
Ÿ
ω
u
ρ
(
#
θ
è
=
y
èøg
r
B
©
!
$
#Z
π
|
Êóããö
Ν
à
6
Ï
Ψ≈
y
ϑ
÷
ƒ
X
{χ
r
&
(
#
ρ
•
y
9
s
?
(
#
θ
à
)
−G
s
?
u
ρ
(
#
θ
ßsÎ
=
óÁè?
u
ρ
š
÷
t
/Ä
¨$¨
Ψ9
$
#3
ª
!
$
#
u
ρ
ìì
‹
Ï
ÿ
x
œÒ
ΟŠ
Î
=
t
æ
∩⊄⊄⊆∪
Artinya: “Jangahlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmu
sebagai penghalang untuk berbuat kebajikan, bertakwa
dan Mengadakan ishlah (berbuat baik) di antara manusia
dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
(Al-Baqarah: 224)
Penjelasan ayat, janganlah kamu melakukan sumpah
dengan menggunakan nama Allah sebagai penghalang bagimu
dalam berbuat baik, takwa, dan perbaikan. Maksudnya, melarang
bersumpah dengan mempergunakan nama Allah untuk tidak
mengerjakan yang baik, seperti: demi Allah, saya tidak akan
membantu anak yatim. Tetapi apabila sumpah itu telah terucapkan,
haruslah dilanggar dengan membayar kafarat.
Sumpah Pocong Dilihat Dari Sudut Pandang Islam
Sumpahpocongadalah sumpah yangdilakukanolehseseorangda
lamkeadaanterbalutkain kafan sepertilayaknya orang yang
telahmeninggal (pocong). Sumpah ini tak jarang dipraktekkan dengan
tata cara yang berbeda, misalnya pelaku sumpah tidak dipocongi tapi
hanya dikerudungi kain kafan dengan posisi duduk.13
Sumpah pocong biasanya dilakukan oleh pemeluk
agama Islam dan dilengkapi dengan saksi dan dilakukan di rumah
ibadah (mesjid). Di dalam hukum Islam sebenarnya tidak ada sumpah
dengan mengenakan kain kafan seperti ini. Sumpah ini merupakan
tradisi lokal yang masih kental menerapkan norma-norma adat. Sumpah
ini dilakukan untuk membuktikan suatu tuduhan atau kasus yang sedikit
atau bahkan tidak memiliki bukti sama sekali. Konsekuensinya, apabila
keterangan atau janjinya tidak benar, yang bersumpah diyakini
mendapat hukuman atau laknat dari tuhan.
Di dalam sistem pengadilan Indonesia, sumpah ini dikenal
sebagai sumpah mimbar dan merupakan salah satu pembuktian yang
dijalankan oleh pengadilan dalam memeriksa perkara-perkara perdata,
walaupun bentuk sumpah pocong sendiritidak diatur dalam peraturan
Hukum Perdata dan Hukum Acara Perdata. Sumpah mimbar lahir
karena adanya perselisihan antara seseorang sebagai penggugat
melawan orang lain sebagai tergugat, biasanya berupa perebutan harta
warisan, hak-hak tanah, utang piutang, dan sebagainya.
Dalam suatu kasus perdata ada beberapa tingkatan bukti yang
layak diajukan, pertama adalah bukti surat dan kedua bukti saksi. Ada
kalanya kedua belah pihak sulit menyediakan bukti-bukti tersebut,
misalnya soal warisan, turun-temurunnya harta, atau utang-piutan yang
dilakukan antara almarhum orang tua kedua belah pihak beberapa puluh
tahun yang lalu. Bila hal ini terjadi maka bukti ketiga yang diajukan
adalah bukti persangkaan yaitu dengan meneliti rentetan kejadian di
masa lalu.
Bukti ini agak rawan dilakukan. Bila ketiga macam bukti
perkara maka dimintakan bukti keempat yaitu pengakuan. Mengingat
letaknya yang paling akhir, sumpah pun menjadi alat satu-satunya untuk
memutuskan sengketa tersebut. Jadi sumpah tersebut memberikan
dampak langsung kepada pemutusan yang dilakukan oleh hakim.
Sumpah ada dua macam yaitu Sumpah
Suppletoir dan Sumpah Decisoir. Sumpah Suppletoir atau sumpah
tambahan dilakukan apabila sudah ada bukti permulaan tapi belum bisa
meyakinkan kebenaran fakta, karenanya perlu ditambah sumpah. Dalam
keadaan tanpa bukti sama sekali, hakim akan memberikan sumpah
decisoir atau sumpah pemutus yang sifatnya tuntas menyelesaikan
perkara. Dengan menggunakan alat sumpah decisoir, putusan hakim
akan semata-mata tergantung kepada bunyi sumaph dan keberanian
pengucap sumpah. Agar memperoleh kebenaran yang hakiki, karena
keputusan berdasarkan semata-mata pada bunyi sumpah, maka sumpah
itu dikaitkan dengan sumpah pocong. Sumpah pocong dilakukan untuk
memberikan dorongan psikologis pada pengucap sumpah untuk tidak
berdusta.
Berkaitan dengan Tuhan Yang Maha Esa maka sumpahnya
pun disebut sumpah mimbar. Artinya, pihak yang dibebani sumpah akan
dibawa ke muka mimbar rumah ibadah. Setelah ditetapkan hari untuk
bersumpah, pelaku akan dibawa ke depan mimbar rumah ibadah agama
yang dipeluknya. Setelah bersuci, di muka mimbar ia akan diupacarakan
dikelilingi para saksi yang terdiri atas semua majelis, panitera, pembela,
para ulama, ia pun mengucapkan sumpah hasil rumusan hakim yang
isinya membenarkan gugatan atau sangkalannya. Usai upacara akan
dibuat berita acara oleh para panitera pengadilan, majelis, serta hakim
yang menyaksikan, yang menjelaskan segala sesuatu tentang
pelaksanaan sumpah. Segera berita acara yang telah diterima pengadilan
diproses untuk menyusun putusan. Dengan pembuktian menggunakan
sumpah mimbar maka yang berani mengucapkan sumpah adalah pihak
yang menang.
Di dalam keyakinan Islam, belum pernah ada siroh (sejarah) para nabi
dulu dan pada jaman khalifah yang melakukan apa yang disebut ’sumpah
pocong’. Kita semua tahu bahwa sumpah pocong itu sering terdengar
ditelinga kita ketika ada orang yang di tuduh melakukan sesuatu, namun
orang tersebut menyangkalnya, maka kadang yang bersangkuta dipaksa
melakukan sumpah pocong.
Tuduhan ini biasanya tergolong serius, baik itu menyangkut harta
maupun harga diri, kesaksian dan lain sebagainya. Jadi orang yang di sumpah
pocong biasanya adalal orang yang diminta keberaniannya mempertanggung
jawabkan sesuatu tuduhan di hadapan Allah, namun dengan cara yang unik.
Yaitu dengan di kafani (dipocong) lalu dibacakan bacaan tertentu
(walahualam) dan diminta sumpah,jika yang bersangkutan berbohong maka
Di tuntunan syariat Islam yang ada bukan ’Sumpah Pocong’ tetapi
adalah Mubahalah (mengutuk) atau kadang disebut Li’an. Muhabalah atau
Li’an yaitu memohon kutukan kepada Allah SWT untuk dijatuhkan kepada
orang yang salah/dusta, sebagai bukti kebenaran salah satu pihak. Dalilnya
adalah Surat Ali Imron : 61 :
ْﻦَﻤَﻓ
ْﻢُﻛَءﺎَﻨْـﺑَأَو ﺎَﻧَءﺎَﻨْـﺑَأ ُعْﺪَﻧ اْﻮَﻟﺎَﻌَـﺗ ْﻞُﻘَـﻓ ِﻢْﻠِﻌْﻟا َﻦِﻣ َكَءﺎَﺟ ﺎَﻣ ِﺪْﻌَـﺑ ْﻦِﻣ ِﻪﻴِﻓ َﻚﺟﺎَﺣ
َﲔِﺑِذﺎَﻜْﻟا ﻰَﻠَﻋ ِﻪﻠﻟا َﺖَﻨْﻌَﻟ ْﻞَﻌْﺠَﻨَـﻓ ْﻞِﻬَﺘْﺒَـﻧ ُﰒ ْﻢُﻜَﺴُﻔْـﻧَأَو ﺎَﻨَﺴُﻔْـﻧَأَو ْﻢُﻛَءﺎَﺴِﻧَو ﺎَﻧَءﺎَﺴِﻧَو
Artinya: ”Siapa yang membantumu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermuhabalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.
(QS.3:61).
Jadi muhabalah itu adalah sebuah proses justifikasi untuk menguji
kebenaran atas sesuatu yang disengketakan, entah itu pendapat, entah itu
harta waris, entah itu apapun yang di klaim oleh 2 pihak atau lebih dan tidak
diketahui siapa yang benar. Jadi kalau mau disimpulkan dalam bahasa
akademik, bahwa muhabalah adalah sebuah klarifikasi untuk mendapatkan
kebenaran yang dilakukan dengan saksi dan dihadapan Allah SWT yang
mana mencari siapa yang benar (haq) dan siapa yang salah. Bagi yang salah
maka dia akan dikutuk dan akan mendapat azab yang besar dari Allah SWT.
Jaman Rasulullah, muhabalah ini pernah dilakukan antara Rasullulah dengan
nambi, lalu Nabi Muhammad menyeru kepada mereka untuk memeluk Islam
dan membacakan beberapa ayat Al-Qur’an tentang Isa bin Maryam. Ketika
mereka menolah seruan itu, maka turunlah surah Ali Imron 3:61. Ayat ini
memerintahkan Nabi Muhammad untuk melakukan Muhabalah dan
orang-orang Kristen inipun setuju untuk melakukan Muhabalah. Keesokan harinya
nabi Muhammad, Ali, Fatimah dan keluarganya turut ikut dalam proses
Muhabalah. Akan tetapi pihak Kristen membatalkan niat mereka dan
memilih membayar jizyah daripada melakukan Muhabalah. Mereka
ketakutan karena sangsing memang tidak main-main.
Jadi dalam Muhabalah itu yang disyaratkan adalah : 1) harus ada
yang disengketakan 2). Dilakukan dangan saksi 3). Dibawa seluruh keluarga
dari masing-masing pihak 4). Berani menerima sangsi dari Allah SWT
BAB III
PENYEBAB DAN PROSES PELAKSANAAN TERJADINYA SUMPAH POCONG DI MASJID MADEGAN DESA POLAGAN SAMPANG MADURA
A. GambaranUmumMasjid Madegan Desa Polagan Sampang Madura
1. LetakLokasi
Desapolagansamapng Madura merupakansebuahdesa yang
sangatjauhdarikeramaiankotaantara lainsebagaiberikut :1
a. SebelahUtara: KelurahanRongtengah.
b. SebelahSelatan: Laut.
c. SebelahTimur: KelurahanKarangDelem
d. SebelahBarat: Kelurahan Banyu Anyar.
2. Sejarah Masjid Madegan
Sangatsulitdipastikankapanpersisnyaberdirinya masjid Madegan.
Tidakadaseorangwarga pun yang biasmemberikanketerangansecarapasti.
Penjelasantentangmengapadisebut masjid Madegan, siapapendirinya,
dapatditemuidalamceritarakyat yang berkembang di
masyarakatdandiyakinikebenarannyaolehwargadesasetempat.