• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUMPAH POCONG DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM: STUDI KASUS PENYELESAIAN SENGKETA DI MASJID MADEGAN DESA POLAGAN SAMPANG MADURA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SUMPAH POCONG DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM: STUDI KASUS PENYELESAIAN SENGKETA DI MASJID MADEGAN DESA POLAGAN SAMPANG MADURA."

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

SUMPAH POCONG DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

( Studi kasus penyelesaian sengketa Di Masjid Madegan Desa Polagan Sampang

Madura)

SKRIPSI

OLEH:

CHAJA CHOIRUNNISA’

NIM: C33209004

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Fakultas Syariah Dan Hukum

Jurusan Hukum Islam Prodi Siyasah Jina>yah

Surabaya

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Skripsi ini merupakan hasil penelitian kajian lapangan tentang “Sumpah Pocong Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus Penyelesaian Tanah Di Masjid Madegan Desa Polagan Sampang Madura)”. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan mengenai Apa penyebab dan proses pelaksanaan terjadinya sumpah pocong di Masjid Madegan Desa Polagan Sampang Madura. Bagaimana peran kiai dan hakim dalam penyelesaian sengketa tanah tersebut?, Bagaimana tinjauan hukum Islam tentang sumpah pocong dalam kasus penyelesaian sengketa tanah di Desa Polagan Sampang Madura?.

Data penelitian ini diperoleh dari Masjid Madegan Polagan Sampang madura yang menjadi obyek penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi dan wawancara yang kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif-analisis, yaitu memaparkan atau menjelaskan data-data yang diperoleh dan selanjutnya dianalisis dengan metode induktif, dimulai dari hal-hal yang bersifat khusus, yaitu tentang sumpah pocong dalam kasus penyelesaian sengketa tanah di Desa Polagan Sampang Madura, kemudian ditarik kepada hal-hal yang bersifat umum kaitannya dengan hokum Islam serta ditarik kesimpulan.

Penyebab dan proses pelaksanaan terjadinya sumpah pocong di Masjid Madegan Desa Polagan Sampang Madura bahwa sumpah pocong ini merupakan tradisi penyelesaian sengketa secara turun temurun sampai saat ini khusunya dalam studi kasus sengketa tanah milik ahli waris Siti Romlah dimana siti Romlah sebagai penggugat dan paman Nasiruddin sebagai tergugat, dalam kasus ini tidak cukup bukti dan saksi jika diproses melalui jalur peradilan. Proses pelaksanaan terjadinya sumpah pocong terdapat beberapa cara antara lain berbalut dengan kain dengan beberapa cara. Cara membuktikan sumpah pocong yaitu konsekuensi dari orang yang bersalah akan mendapatkan hukuman dari Tuhan berupa kematian atau tidak mempunyai rasa hidup serta lebih berkaitan dengan harga diri, harkat dan martabat dan perasaan malu dengan adanya sumpah pocong tersebut. Peran kiai dan hakim dalam penyelesaian sengketa tanah tersebut semua aparat desa masyarakat ikut berperan dalam sumpah pocong di masjid Madegan Sampang, praktik tersebut dilakukan oleh penggugat dan tergugat dengan disertai Kyai, serta para hakim yang terlibat dalam penelitian ini. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa tinjauan hukum Islam tentang sumpah pocong dalam kasus penyelesaian sengketa tanah di Desa Polagan Sampang Madura, sumpah ada dua macam yaitu sumpah suppletoir dan sumpah decisoir. Dalam keadaan tanpa bukti sama sekali, hakim akan memberikan sumpah decisoir atau sumpah pemutus yang sifatnya tuntas, menyelesaikan perkara. Dengan menggunakan alat sumpah decisoir, putusan hakim akan semata-mata tergantung kepada bunyi sumpah dan keberanian pengucap sumpah. Sumpah itu dikaitkan dengan sumpah pocong. Berdasarkan praktik tersebut maka sumpah pocong dalam hukum Islam diperbolehkan dimana dari sumpah tersebut untuk menguatkan dari pembuktian yang dinyatakan oleh pihak tertuduh.

(6)

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN TIM PENGUJI... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

MOTTO ... ix

PERSEMBAHAN ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TRANSLITERASI... xvi

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Kajian Pustaka ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Kegunaan Hasil Penelitian... 11

G. Definisi Operasional ... 12

H. Metode Penelitian ... 13

I. Sistimatika Pembahasan ... 19

BAB II: SUMPAH (AYMAN) DAN PEMBUKTIAN DALAM HUKUM ISLAM ... 21

A. Sumpah (Ayman) ... 21

1. Pengertian Sumpah (Ayman) ... 21

2. Dasar Hukum Sumpah ... 24

3. Macam-macam Sumpah... 26

4. Rukun dan Syarat Bagi Orang Yang Bersumpah ... 29

5. Kegunaan Sumpah ... 31

(8)

7. Kafarat (Denda) Sumpah ... 32

8. Larangan Bersumpah Dengan Nama Selain Allah ... 34

9. Kebolehan Melanggar Sumpah Atas Dasar Kemaslahatan ... 34

BAB III: PENYEBAB DAN PROSES PELAKSANAAN TERJADINYA SUMPAH POCONG DI MASJID MADEGAN DESA POLAGAN SAMPANG MADURA ... 41

A. Gambaran Umum Masjid Madegan Desa Polagan Sampang Madura ... 41

B. Sumpah Pocong Dijadikan Sebagai Salah Satu Alat Bukti Untuk Menyelesaikan Sengketa Tanah Adat di Desa Polagan Sampang Madura Macam-Macam ... 47

BAB IV: TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG SUMPAH POCONG DALAM KASUS PENYELESAIAN SENGKETA TANAH DI DESA POLAGAN SAMPANG MADURA ... 51

A. Analisis Penyebab Dan Proses Pelaksanaan Terjadinya Sumpah Pocong Di Masjid Madegan Desa Polagan Sampang Madura ... 51

B. Analisi Peran Kiai Dan Hakim Dalam Penyelesaian Sengketa Tanah Di Masjid Madegan Desa Polagan Sampang Madura ... 56

C. Analisis Tinjauan Hukum Islam Tentang Sumpah Pocong Dalam Kasus Sengketa Tanah Di Desa Polagan Sampang Madura ... 65

BAB V: PENUTUP ... 68

A. Kesimpulan... 68

B. Saran ... 69 DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TRANSLITERASI

Di dalam naskah skripsi ini banyak dijumpai nama dan istilah teknis (technical term) yang berasal dari bahasa Arab ditulis dengan huruf Latin. Pedoman transliterasi yang digunakan untuk penulisan tersebut adalah sebagai berikut:

A. Konsonan

No Arab Indonesia Arab Indonesia

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. < < < , b t th j h} kh d dh r z s sh s} d} T z} ‘ gh f q k l m n w h , Y B. Vokal

1. Vokal Tunggal (monoftong)

Tanda dan Huruf Arab Nama Indonesia

___ __ _____ __ __ fath{ah kasrah d}ammah A i u

(10)

2. Vokal Rangkap (diftong)

Tanda dan Huruf Arab

Nama Indonesia Ket.

ﻲ ـــــ ﻮ ــــــ

fath{ahdanya’ fath{{ahdanwawu

ay aw

a dan y a dan w

Contoh :bayna ( )

:mawd{u>’ ( )

3. Vokal Panjang (mad)

Tanda dan Huruf Arab

Nama Indonesia Ket.

ﺎـــــــ ﻲ ــــــ ﻮ ـــــــ

fath{ahdanalif kasrahdanya’ d{ammahdanwawu

a> i> u>

a dan garis di atas i dan garis di atas u dan garis di atas

Contoh :al-jama>’ah ( )

:takhi>r ( )

:yadu>ru ( )

C.Ta’ Marbut ah

Transliterasi untukta>>>’ marbu>tah ada dua:

1. Jika hidup (menjadimud{a>f) transliterasinya adalaht. 2. Jika mati atau sukun, transliterasinya adalahh.

Contoh :shari>’at al-Isla>m ( ) :shari>’ah isla>mi>yah ( )

D. Penulisan Huruf Kapita

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial dimana tidak akan lepas dari proses

interaksi dengan manusia lain. Proses interaksi tersebut berjalan dan

berkembang sejalan dengan pola kehidupan dan perkembangan peradaban

manusia dan masyarakat itu sendiri. Tatacara hubungan antar manusia dalam

masyarakat tradisional akan berbeda dengan pola interaksi manusia di dalam

masyarakat yang lebih modern.Proses interaksi antar manusia warga

masyarakat bisa berjalan dengan lancar melalui media komunikasi yang bisa

diterima atau dipahami bersama antar manusia tersebut. makna yang

dipahami oleh masyarakat pemakainya.1

Di dalam proses interaksi antar manusia dalam masyarakat baik

masyarakat tradisional maupun masyarakat modern tidak dapat dihindari

kemungkinan timbulnya perselisihan atau konflik. Konflik-konflik yang

timbul tersebut bisa terjadi antar manusia maupun antar komunitas yang ada

di dalam masyarakat itu sendiri. Konflik-konflik tersebut tersebut

memerlukan penyelesaian, baik dengan hukum adat atau kebiasaan yang

berlaku dalam masyarakat adat maupun melalui jalur formal hukum positif

yang ada.

(12)

Salah satu proses atau ritual adat yang masih dipakai warga

masyarakat untuk membuktikan atau mencari kebenaran atas kasus atau

konflik adalah sumpah pocong. Pelaksanaan sumpah pocong ini masih banyak

digunakan sebagai upaya untuk membuktikan kebenaran yang diyakini oleh

para pihak yang bersengketa. Khususnya bagi masyarakat pada umumnya

pilihan untuk melaksanakan sumpah pocong biasanya ditempuh apabila para

pihak yang bersengketa tidak dapat mengajukan bukti-bukti yang kuat untuk

mendukung argumen atau klaim yang diajukan. Dimana dalam hal ini jalur

mengenai pembuktian tersebut sudah diproses melewati jalur hukum tetapi

belum ada penyelesaiannya sehingga melewati jalur adat masyarakat

setempat yaitu berupa sumpah pocong.

Bersumpah adalah mengucapkan kalimat sumpah. Bersumpah

itumerupakan salah satu upaya yang telah dilakukan manusia dalam

rangkauntuk menyakinkan orang lain bahwa telah berada diatas kebenaran,

yangartinya telah bersungguh-sungguh dengan serius, tidak bohong atau

sedangbersenda gurau. Adapun manusia dengan segala kekurangan

danketerbatasannya sulit sekali membebaskan dirinya secara penuh dari

semuakesalahan. Dalam upaya untuk membela dirinya dari semua kesalahan

itu,maka salah satu yang harus ditempuhnya ialah dengan bersumpah atas

namaAllah.2 Penjelasan tersebut telah dijelaskan dalam firman Allah yang

berbunyi:

(13)

ْﻤُﻜَﻧﺎَْﳝَأاْوُﺬِﺨﺘَـﺗ َﻻَو

ًﻼُﺧَﺪ

َﻣَﺪَﻗ لِﺰَﻨَـﺘَﻔْﻤُﻜَﻨْـﻴَـﺑ

ْﻢُﻜَﻟَو ِﷲ ِﻼْﻴِﺒَﺳ ْﻦَﻋ ُْﰎ ْدَﺪَﺻﺎَِﲟَءْﻮﺴﻟااْﻮُـﻗْوُﺬَﺗَوﺎَِْﻮُـﺒُـﺛَﺪْﻌَـﺒ

ٌﻢْﻴِﻈَﻌٌـﺑاَﺬَﻋ

.

Artinya:”Dan janganlah kamu jadikan sumpah-sumpahmu sebagai alat penipu di antaramu, yang menyebabkan tergelincir kaki (mu) sesudah kokoh tegaknya, dan kamu rasakan kemelaratan (di dunia) Karena kamu menghalangi (manusia) dari jalan Allah; dan bagimu azab yang besar”.3

Sumpah adalah alat bukti yang dipergunakan untuk menguatkan

keterangan atas nama Tuhan, yang bertujuan agar orang yang bersumpah

takut akan kemurkaan Tuhan apabila dia berbohong, takut kepada hukuman

Tuhan dianggap sebagai pendorong bagi yang bersumpah untuk menerangkan

yang sebenarnya.4Sumpah dapat berupa sumpah pocong, sumpah

mimbar(sumpah di gereja) dan sumpahklenteng. Dalam hal sumpah pocong

yangdilakukan di masjid, pihak yang akan mengucapkan sumpah dibungkus

dengankain kafan seakan-akan ia telah meninggal dunia.5

Istilah sumpah pocong sudah tak asing lagi bagi banyak kalangan,

karenadisamping sumpah tersebut sering terjadi khususnya di Desa Polagan

Sampang.Bahkandapat dikatakan bahwa perbuatan sumpah pocong

dilingkungan masyarakatMadegan Desa Polagan sudah begitu mengakar

bahkan menjadi kepercayaan dandiyakini kebenaran dan

3Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta : Yayasan Penyelenggara Penerjemah Penafsiran al-Qur’an, 1971), 378.

4 Ahmad Mujahidin. Pembaharuan Hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan Mahkamah Syar‟iyah di Indonesia. (Jakarta: IKAHI, 2008), 287

(14)

keampuhannya.Sumpah tersebut akan membawa dampaknegatif yang berupa

azab langsung dari Allah SWT bagi orang yang berani bersumpahpalsu

melalui sumpah pocong.

Adapun sumpah pocong yang dilakukan oleh Desa Polagan

merupakan sebuah praktik dimana sumpah tersebut dilakukan oleh seseorang

dalam keadaan terbalut kain kafan seperti layaknya orang yang telah

meninggal (pocong). Dalam pelaksanaannya sumpah ini dipraktekkan dengan

tata cara yang berbeda, misalnya pelaku sumpah tidak dipocongi tetapi hanya

dikerudungi kain kafan dengan posisi duduk. Sumpah pocong ini hanya

dilakukan oleh pemeluk agama Islam dan dilengkapi dengan saksi dan

dilakukan di rumah ibadah (masjid) yaitu di masjid kuno Madegan dimana

masjid tersebut merupakan sebuah masjid yang terkenal ampuh dan diyakini

mempunyai hal yang mistis.6

Penyebab terjadinya sumpah pocong yang terjadi di Desa Polagan

merupakn suatu perselisihan yaitu berupa sengketa tanah dimana pada awal

mulanya kakak dari Siti Romlah menjual tanah kepada Paman Nasruddin

tanpa sepengetahuan Siti Romlah atau ahli waris kakek tersebut oleh karena

itu dari pihak Siti Romlah menuntut bahwa tanah tersebut tidak pernah dijual

kepada Nasruddin karena Siti Romlah sudah menempati tanah tersebut sudah

bertahun-tahun, dari pihak Nasruddin mengakui bahwa tanah tersebut telah

dijual kepadanya dengan alasanbahwa surat tanah telah ada padanya sehingga

(15)

pertimbangan tersebut kemudian diajukan ke jalur hukum akan tetapi belum

ada kejelasan terhadap kasus tersebut sehingga dari kedua belah pihak

mengajukan sumpah pocong untuk meyakinkan dan membuktikan mana yang

benar dan mana yang salah.7

Menurut K. Abdul Halim Arif yang sekaligus sebagai pemandu

sumpah dan K. dari pondok pesantren Miftahul Jannah, tradisi pocong

sumpah pocong yang diadakan di Masjid Madegan merupakan sebuah tradisi

turun temurun sejak dulu dan sampai saat ini masih dipercayai masyarakat

Sampang. Menurut beliau jika diantara kedua warga yang melakukan sumpah

pocong tersebut ada yang bersalah biasanya orang tersebut menderita sakit

yang aneh dan sulit disembuhkan dan bahkan hingga meninggal dunia dalam

waktu yang relative singkat, ada juga yang semangat hidupnya berkurang,

atau seperti orang yang sedang putus asa.8

Dasar hukum diperbolehkan sumpah pocong masih belum ada

tetapi masyarakat berlandaskan sumpah diperbolehkan dalam hukum Islam

dan system hukumnya mengikat, selain itu dalam undang-undang

Pembuktian harus didasarkan pada sesuatu.Dengan alat bukti ini

masing-masing pihak berusaha membuktikan dalilnya atau pendiriannya yang

dikemukakan kepada hakim yang diwajibkan memutusi perkara mereka itu.9

Adapun alat bukti yang diakui oleh peraturan perundang-undangan yang

7Hasbullah, Masyarakat, Wawancara,Tanggal 8 Juni 2014.

8K. Nabrawi Arif, Pelaksana Sumpah Pocong, Wawancara,Tanggal 8 Juni 2014. 9

(16)

berlaku diatur dalam pasal 164 HIR, pasal 284 R.Bg dan pasal 1866 KUH

Perdata, sebagai berikut:10

1. Alat bukti surat (tulisan)

2. Alat bukti saksi

3. Persangkaan (dugaan)

4. Pengakuan

5. Sumpah

Harus dibedakan antara alat bukti pada umumnya dengan alat

bukti menurut hukum.Maksudnya, meskipun alat bukti yang diajukan salah

satu bentuk alat bukti yang ditentukan sebagaimana tersebut diatas, tidak

otomatis alat bukti tersebut adalah sah sebagai alat bukti.Agar supaya alat

bukti itu sah sebagai alat bukti menurut hukum, maka alat bukti yang

diajukan itu harus memenuhi syarat formil dan syarat materiil.Di samping

itu, tidak pula setiap alat bukti yang sah menurut hukum mempunyai nilai

kekuatan pembuktian untuk mendukung terbuktinya suatu

peristiwa.Meskipun alat bukti yang diajukan telah memenuhi syarat formil

atau materiil, belum tentu mempunyai nilai kekuatan pembuktian.

Adapun alasan tetap menjalankan tradisi sumpah pocong karena

hukum dari pembuktian santet masih belum diselesaikan sehingga untuk

membuktikan kebenaran dari berbagai persoalan yang ada di Desa Polagan

yaitu jalan satu-satunya adalah sumpah pocong dan penyelesaian hukumnya

10

Abdul Manan. Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama.

(17)

sudah efektif berjalan mulai dari keampuhannya serta kesadaran masyarakat

untuk takut berbohong dalam perbuatan apa saja. Letak lokasi Desa Polagan

Kecamatan Sampang Kabupaten Sampang adalah sempit, desa yang terpencil

dan merupakan desa yang paling banyak kerikil dan jalan yang berbatu karena

desa polagan ini meskipun termasuk Kecamatan Sampang.

Hal inilah yang mendasari penulis untuk melakukan sebuah

penelusuran secara ilmiah terkait dengan fenomena yang terjadi di Desa

Polagan Samapang Madura tersebut. Penelusuran ilmiah tersebut akan

penulis laksanakan dalam wujud penelitian sebagai syarat akademik dengan

judul penelitian ” Sumpah Pocong Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi

Kasus Penyelesaian Sengketa Tanah Di Masjid Madegan Desa Polagan

Sampang Madura)”.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Melalui latar belakang tersebut diatas, terdapat beberapa

permasalahan yang dapat peneliti identifikasi dalam penulisan penelitian ini,

yaitu sebagai berikut:

1. Proses terjadinya sumpah pocong dalam penyelesaian sengketa tanah di

Masjid Madegan Desa polagan Sampang Madura.

2. Faktor-faktor yang melatar belakangi sumpah pocong dalam penyelesaian

sengketa tanah di Masjid Madegan Desa polagan Sampang Madura.

3. Sejarah terjadinya sumpah pocong di Masjid Madegan Desa polagan

(18)

4. Prosesi pelaksanaan sumpah pocong dalam penyelesaian sengketa tanah

di Masjid Madegan Desa polagan Sampang Madura.

5. Pendapat tokoh agama, hakim, tokoh masyarakat terhadap sumpah

pocong dalam penyelesaian sengketa tanah di Masjid Madegan Desa

polagan Sampang Madura.

6. Rukun dan syarat sumpah pocong dalam penyelesaian sengketa tanah di

Masjid Madegan Desa polagan Sampang Madura.

7. Tinjauan hukum Islam terhadap sumpah pocong dalam penyelesaian

sengketa tanah di Masjid Madegan Desa polagan Sampang Madura.

Adapun batasan masalah yang menjadi fokus peneliti dalam

penelitian ini, yaitu peneliti akan mengkaji tentang :

1. Penyebab dan proses pelaksanaan terjadinya sumpah pocong di Masjid

Madegan Desa Polagan Sampang Madura.

2. Peran kiai dan hakim dalam penyelesaian sengketa tanah tersebut.

3. Tinjauan hukum Islam tentang sumpah pocong dalam kasus penyelesaian

sengketa tanah di Desa Polagan Sampang Madura.

C. Rumusan Masalah

Melalui latar belakang, identifikasi, dan batasan masalah tersebut

di atas. Maka rumusan masalah yang akan peneliti kaji dalam penelitian ini,

yaitu sebagai berikut:

1. Apa penyebab dan proses pelaksanaan terjadinya sumpah pocong di

(19)

2. Bagaimana peran kiai dan hakim dalam penyelesaian sengketa tanah

tersebut?

3. Bagaimana tinjauan hukum Islam tentang sumpah pocong dalam kasus

penyelesaian sengketa tanah di Desa Polagan Sampang Madura?

D. Kajian Pustaka

Setelah peneliti melakukan kajian pustaka, peneliti menemukan

hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang mempunyai

sedikit relevansi dengan penelian yang sedang peneliti lakukan, yaitu sebagai

berikut:

1. Penelitian yang dilakukan olehmahasiswa UIN Fakultas Syariah Jurusan

al-Ahwalus-Syahsiyah angkatan 2004 bernama Nanang Bahrurozzi

dengan judul skripsi: “Yuridis Sosiologi” Tentang Sumpah Sebagai Alat

Bukti Di pengadilan Agama Surabaya”. Dalam skripsi ini penelitiannya

lebih cenderung terhadap penerapan sumpah sebagai alat bukti di

Pengadilan Agama Surabaya dimana dalam perkara tersebut sumpah

pocong merupakan pemutus untuk penyelesaian sengketa.11

2. Masruroh, 2011, penulis skripsi dengan judul “Sumpah Menurut

Al-Qur’an”. Dalam Skripsi ini dijelaskan tentang sumpah yang menyatkan

atau meneguhkan suatu persoalan dengan menyebut nama Allah atau

salah satu sifatnya dari sifat dzatnya atau dengan menggunakan salah satu

11

(20)

huruf qosam untuk memastikan suatu perkara yang masih diragukan

benar atau salah.12

3. Dan yang terakhir adalah skripsi milik Rafiqi Kurnia Wazzan, 2005

Fakultas Syariah UIN Malang denganjudul "Pendapat Hakim Terhadap

Legalitas Sumpah Pocong Sebagai Sumpah Decissoir" Dimana dalam

penelitian di atas dijelaskan tentang pendapat hakim Pengadilan Agama

menjadikan sumpah pocong sebagai sumpah decissoir (sumpah pemutus)

serta membandingkannya dengan hokum acara pengadilan agama dan

hokum Islam.13

Antara penelitian tersebut dengan penelitian yang sedang peneliti

lakukan, mempunyai sedikit kesamaan, yaitu sama-sama mengkaji tentang

Sumpah pocong. Sedangkan yang membedakan penelitian tersebut dengan

penelitian yang peneliti lakukan, yaitu dalam pembahasan penelitian ini

peneliti lebih fokus pada penyelesaian sengketa tanah dimana dalam proses

pembuktiannya melewati sumpah pocong, selain itu dalam skripsi ini

dipadukan antara hukum adat dengan hukum Islam.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang peneliti kaji dalam penelitian

ini, maka penulisan penelitian ini bertujuan untuk:

12

Masruroh, 2011, “Sumpah Menurut Al-Qur’an” Skripsi, Jurusan al-Ahwalus-Syahsiyah, Fakultas Syari’ah, IAIN Sunan Ampel Surabaya. 12

13

(21)

1. Untuk mengetahui dan proses pelaksanaan terjadinya sumpah pocong di

Masjid Madegan Desa Polagan Sampang Madura.

2. Untuk mengetahui peran kiai dan hakim dalam penyelesaian sengketa

tanah tersebut

3. Untuk memahami dan menganalisis tinjauan hukum Islam tentang

sumpah pocong dalam kasus penyelesaian sengketa tanah di Desa Polagan

Sampang Madura.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Dalam penulisan penelitian ini, peneliti berharap hasil penelitian

ini dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis,

sebagai berikut:

1. Teoritis

Secara teoritis, peneliti berharap hasil penelitian ini dapat

memberikan sumbangsih khazanah keilmuan, khususnya dalam praktik

pelaksanaan sumpah pocong di Masjid Madegan Desa Polagan Sampang

Madura dalam penyelesaian sengketa tanah.Penelitian ini dapat dijadikan

sebagai literatur dan referensi, baik oleh peneliti selanjutnya maupun bagi

pemerhati hukum Islam dalam memahami praktik tersebut.

2. Praktis

Secara praktis, peneliti berharap hasil penelitian ini dapat

(22)

masyarakat Desa Polagan Sampang Madura dalam pelaksanaan sumpah

pocong di Masjid Madegan Desa Polagan Sampang Madura.

G. Definisi Oprasional

Untuk mempermudah pembaca dalam memahami penulisan

penelitian ini, dan untuk berbagai pemahaman interpretatif yang

bermacam-macam, maka peneliti akan menjelaskan beberapa istilah yang digunakan

dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Sumpah Pocong: adalah sumpah yang dilakukan oleh seseorang dalam

keadaan terbalut kain kafan seperti layaknya orang yang telah meninggal

dimana dilaksanakan di Masjid Madegan. Sumpah ini dilakukan untuk

membuktikan suatu tuduhan atau kasus yang sedikit atau bahkan tidak

memiliki bukti sama sekali. apabila keterangan atau janjinya tidak benar,

yang bersumpah diyakini mendapat hukuman atau laknat dari Allah.14

Dimana dalam hal ini berupa sumpah pocong yang terjadi di Desa

Polagan yaitu sengketa tanah antara cucu kakek dengan seorang paman

bahwa kakek telah menjual tanah tersebut tanpa sepengetahuan cucu

kepada paman dimana dalam penyelesaiannya dilakukan melewati

pembuktian berupa sumpah pocong apabila tanah tersebut tidak terbukti

di jual maka akan terjadi hal-hal yang buruk padanya.

2. Hukum Islam: Menurut ulama Mu’tazilah hukum Islam adalah sesuatu

yang telah ditetapkan oleh Allah dalam bentuk perbuatan yang sesuai

14

(23)

dengan apa yang ada dalam sifat akal, karena teks al-qur’an dan al-sunnah

berfungsi sebagai pembuka rahasia hukum dan akal bebas untuk

mendapatkannya.15 Dalam hal ini yaitu berupa hukum islam mengenai

perbuatan manusia yang berhubungan dengan sumpah pocong yang

dilakukan masyarakat Desa Polagan di Masjid Madegan.

H. Metode Penelitian

Adapun penulisan dan pembahasan skripsi ini adalah penelitian

lapangan dan penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, karena

penelitian ini ingin menemukan atau menggali data yang dibutuhkan atau

data yang belum digali. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian

yang digunakan untuk meneliti, dimana peneliti adalah sebagai instumen

kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data

bersifat induktif, dan penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada

generalisasi.16

1. Data Yang Dikumpulkan

Berdasarkan judul dan rumusan masalah dalam penelitian ini,

maka data yang dikumpulkan adalah sebagaimana berikut:

a. Prosedur sumpah pocong dalam penyelesaian sengketa tanah di

Masjid Madegan Desa polagan Sampang Madura.

15

Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Studi Hukum Islam, (Surabay: IAIN Sunan Ampel Press, 2011), 43

(24)

b. Faktor yang melatar belakangi dan penyebab sumpah pocong dalam

penyelesaian sengketa tanah di Masjid Madegan Desa polagan

Sampang Madura.

c. Peran kiai, hakim dalam sumpah pocong dalam penyelesaian sengketa

tanah di Masjid Madegan Desa polagan Sampang Madura.

d. Dampak positif dan negatif sumpah pocong dalam penyelesaian

sengketa tanah di Masjid Madegan Desa polagan Sampang Madura.

2. Sumber Data

Agar memperoleh data yang kompleks dan komprehensif, serta

terdapat korelasi yang akurat sesuai dengan judul penelitian ini, maka

sumber data dalam penelitian ini di bagi dua, yaitu:

a. Sumber Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari

sumbernya, data primer yang dimaksud adalah:17

1) Pemangku Adat: Ketua adat dalam tradisi sumpah pocong di

Masjid Madegan Desa polagan Sampang Madura

2) Tokoh Agama: Adalah para masyarakat yang memiliki public

vigor atau masyakat yang memiliki pengetahuan agama yang

mendalam.

3) Masyarakat Yang Bersumapah Pocong: adalah kedua masyarakat

yang saling berselisih dan sama-sama bersumpah untuk

membenarkan dan membuktikan pendapatnya.

(25)

4) Kepala Desa dan masyarakat yang terkait dalam sumpah pocong

dalam penyelesaian sengketa tanah di Masjid Madegan Desa

polagan Sampang Madura.

b. Sumber Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang dibutuhkan sebagai

pendukung data primer.Data ini bersumber dari referensi dan literatur

yang mempunyai korelasi dengan judul dan pembahasan penelitian ini

seperti buku, catatan, dan dokumen. Adapun sumber data sekunder

yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini, ialah sebagaimana

berikut:

1) Al-Jazairi Abd Al-Rahman, Fiqh ‘Ala Madzahib

Al-‘Arba’ah, Juz. 3, Beirut: Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyah, 2003.

2) M Sufyan Raji , Abdullah,. 250 Aktualita Masalah Agama.

(Jakarta: Pustaka Al-Riyadl, 2007)

3) Soerjono, dkk, Metode Penelitian, Suatu Pemikiran dan

Penerapan. (Jakarta: Rineka Cipta, 1999)

4) Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum ( Jakarta: UI

Press, 1986)

5) Subekti. Hukum Pembuktian. (Jakarta: Pradnya Paramita, 1995)

6) Mudakir Iskandar Syah, Hukum dan Keadilan. (Jakarta: Grafindo

Utama, 1985)

7) Bambang Waluyo, Sistem Pembuktian Dalam Peradilanm

(26)

8) Dokumen-dokumen lain mengenai sistem kemitraan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun untuk memperoleh data yang akurat dan dibutuhkan oleh

peneliti sesuai dengan judul penelitian, maka dalam pengumpulan data

peneliti menggunakan beberapa metode, sebagaimana berikut:

a. Interview

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh

pewawancara untuk memperoleh informasi dari

terwawancara.18Metode wawancara digunakan oleh peneliti dalam

pengumpulan data, yaitu untuk memperoleh data mengenai sumpah

pocong dalam penyelesaian sengketa tanah di Masjid Madegan Desa

polagan Sampang Madura.

Disamping itu, teknik wawancara digunakan peneliti untuk

menanyai langsung mengenai sejarah dan latar belakang terjadinya

sumpah pocong dalam penyelesaian sengketa tanah di Masjid

Madegan Desa polagan Sampang Madura.Dalam hal ini pihak yang

diwawancarai adalah pemangku adat, kiai dan hakim, masyarakat

yang melakukan sumpah pocong, Kepala Desa, Keluarga yang terkait,

serta masyarakat.

b. Dokumentasi

Menurut Suharsimi Arikunto, dokumentasi berasal dari kata

dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Didalam

(27)

melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki

benda-benda tertulis seperti buku-buku, dokumen peraturan-peraturan,

notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.19Adapun dokumentasi

dalam penelitian ini yaitu berupa bukti tertulis mengenai sumpah

pocong dalam penyelesaian sengketa tanah di Masjid Madegan Desa

polagan Sampang Madura.

4. Teknik Pengolahan Data

Untuk mensistematisasikan data yang telah dikumpulkan dan

mempermudah peneliti dalam melakukan analisis data, maka peneliti

mengolah data tersebut melalui beberapa teknik, dalam hal ini data yang

diolah merupakan data yang telah terkumpul dari beberapa sumber adalah

sebagaimana berikut:20

a. Editing, yaitu mengedit data-data yang sudah dikumpulkan. Teknik

ini digunakan oleh peneliti untuk memeriksa atau mengecek sumber

data yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data, dan

memperbaikinya apabila masih terdapat hal-hal yang salah.

b. Coding, yaitu pemberian kode dan pengkategorisasian data. Peneliti

menggunakan tekhnik ini untuk mengkategorisasikan sumber data

yang sudah dikumpulkan agar terdapat relevansi dengan pembahasan

dalam penelitian ini.

19Ibid., 125.

(28)

c. Organizing, yaitu mengorganisasikan atau mensistematisasikan

sumber data. Melalui teknik ini, peneliti mengelompokkan data-data

yang telah dikumpulkan dan disesuaikan dengan pembahasan yang

telah direncanakan sebelumnya mengenai sumpah pocong dalam

penyelesaian sengketa tanah di Masjid Madegan Desa polagan

Sampang Madura.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, cacatan lapangan,

dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya

dapat diinformasikan ke orang lain.21

Untuk menganalisa data-data yang telah dikumpulkan secara

keseluruahan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode

deskriptif analisis yaitu peneliti mendeskripsikan dan memaparkan data

yang diperoleh dilapangan mengenai sumpah pocong dalam penyelesaian

sengketa tanah di Masjid Madegan Desa polagan Sampang Madura. Lebih

lanjut, digunakan pola pikir induktif, yaitu mengemukakan data yang

besifat khusus mengenai praktik atau proses sumpah pocong dalam

penyelesaian sengketa tanah di Masjid Madegan Desa polagan Sampang

Madura. Kemudian di analisa dengan paparan yang bersifat umum sesuai

dengan anlisis hukum Islam.

(29)

I. Sistematika Pembahasan

Agar lebih mudah memahami alur pemikiran dalam skripsi ini, maka

penulis membagi skripsi ini menjadi lima bab, yang saling berkaitan antara

bab satu dengan bab yang lainnya. Dari masing-masing diuraikan lagi

menjadi beberapa sub bab yang sesuai dengan judul babnya. Adapun

sistematika pembahasan dalam skripsi ini selengkapnya adalah sebagai

berikut :

Bab kesatu :Merupakan pendahuluan, membahas latar belakang

masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka,

tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metodologi

penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab kedua : Merupakan bab yang teoritis, berupa tinjauan umum

tentang A. Sumpah, terdiri dari: Pengertian Sumpah, Dasar Hukum Sumpah,

Macam-Macam Sumpah, Rukun Dan Syarat Sumpah, Kegunaan Sumpah,

Hal-hal yang Dapat Digunakan Untuk Bersumpah, Kafarat Sumpah,

Larangan Bersumpah Selain Nama Allah, Kebolehan Melanggar Sumpah

Atas Dasar Kemaslahatan.

Bab ketiga :Merupakan bab yang menguraikan data hasil penelitian,

berisi tentang deskripsi praktik sumpah pocong dalam penyelesaian sengketa

tanah di Masjid Madegan Desa polagan Sampang Madura.

Bab keempat : Merupakan bab yang membahas analisis data. Dalam

(30)

rangka mencari jawaban terhadap pertanyaan, sebagaimana yang dimuat

dalam rumusan masalah pada bab satu.

Bab kelima : Merupakan bab penutup, berisi tentang kesimpulan dan

saran. Kesimpulan tersebut diperoleh setelah mengadakan analisis terhadap

data yang diperoleh, sebagaimana diuraikan pada bab sebelumnya, dan

(31)

BAB II

SUMPAH(AYMA<N) DAN PEMBUKTIAN DALAM HUKUM ISLAM

A. Sumpah(Ayma>n)

1. PengertianSumpah(Ayma>n)

Al-Ayma>n adalah jamak (plural) dari kata Yami<n yang berarti

tangan kanan. Penggunaan kata ayma>ndengan makna sumpah

disebabkan kebiasaan orang-orang dahulu yang mengambil sumpah satu

sama lain dengan cara saling memegang tangan kanan. Dalam

terminologi syariat Islam, kata yami<n berarti pernyataan atau penegasan

akan sebuah permasalahan dengan menyebutkan nama Allah SWT, atau

salah satu dari sifat-Nya. Makna lainnya, adalah janji dari pihak yang

melakukannya, sebagai pernyataan ketegasan atas tekad untuk

melaksanakan atau sebaliknya.1

Sumpah menurut pengertian syara’ yaitu menahkikkan atau

menguatkan sesuatu dengan menyebut nama Allah SWT, seperti;

walla<hi, billa<hi, talla<hi.Secara etimologis arti sumpah yaitu:

1. Pernyataan yang diucapkan secara resmi dengan bersaksi kepada

Allah SWT untuk menguatkan kebenaran dan kesungguhan.

(32)

2. Pernyataan yang disertai tekad melakukan sesuatu menguatkan

kebenarannya atau berani menerima sesuatu bila yang dinyatakan

tidak benar.

3. Janji atau ikrar yang teguhakan menunaikan sesuatu.

Dalam bahasa Arab sumpah disebut dengan aimanu,

al-halfu, al-qasamu. Al-aimanu jama’ dari kata al-yami<nu (tangan kanan)

karena orang Arab di zaman Jahiliyah apabila bersumpah satu sama lain

saling berpegangan tangan kanan. Kata al-yami<nu secara etimologis

dikaitakan dengan tangan kanan yang bisa berarti al-quwwah

(kekuatan), dan al-qasam (sumpah). Dengan demikian pengertian

al-yuami<nu merupakan perpaduan dari tiga makna tersebut yang

selanjutnya digunakan untuk bersumpah.

Dikaitkan dengan kekuatan (al-quwwah), karena orang yang

ingin mengatakan atau menyatakan sesuatu dikukuhkan dengan sumpah

sehingga pernyataannya lebih kuat sebagaimana tangan kanan lebih

kuat dari tangan kiri. Lafal sumpah tersebut harus menggunakan huruf

sumpah (al-qasam) yaitu: waw, ba dan ta. seperti; wallahi, billahi,

tallahi.2

Para ulama berbeda pendapat tentang hukum bersumpah,

Imam Malik berpendapat bahwa hukum asal sumpah adalah ja>iz,(boleh).

Hukumnya bisa menjadi sunnah apabila dimaksudkan untuk

menekankan suatu masalah keagamaan atau untuk mendorong orang

(33)

melakukan sesuatu yang diperintahkan agama, atau melarang orang

berbuat sesuatu yang diperintahkan agama, atau melarang orang berbuat

sesuatu yang dilarang agama Jika sumpah hukumnya mubah, maka

melanggarnya pun mubah, tetapi harus membayar kafarat (denda),

kecuali jika pelanggaran sumpah itu lebih baik.

MenurutImam Hambali berpendapat bahwa hukum

bersumpah itu tergantung kepada keadaannya. Bisa wajib, haram,

makruh, sunnah ataupun mubah. Jika yang disumpahkan itu

menyangkut masalah yang wajib dilakukan, maka hukum bersumpahnya

adalah wajib. Sebaliknya jika bersumpah untuk hal-hal yang

diharamkan, maka hukum bersumpahnya juga sunnah dan seterusnya.

MenurutImam Syafi’i berpendapat hukum asal sumpah adalah

makruh. Tetapi bisa saja hukum bersumpah menjadi sunnah, wajib,

haram, atau mubah. Tergantung pada keadaaanya.Menurut Imam Hanafi

asal hukum bersumpah adalah ja>iz, tetapi lebih baik tidak terlalu banyak

melakukan sumpah. Jika seseorang bersumpah akan melakukan maksiat,

wajib ia melanggar sumpahnya. Jika seseorang bersumpah akan

meninggalkan maksiat maka ia wajib melakukan sesuai dengan

sumpahnya.

Kata-kata al-yami<n, al-Half, al-‘iila<, dan al-Qasam, semuanya

memiliki kesamaan apabila ditinjau dari segi makna yakni: pernyataan

seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu

(34)

sesuatu yang sesuai denganketentuan syara’, misalnya ”demiallah” atau

“walla<hi, billa<h, atau “talla<h” atau kata-kata yang sejenisnya.

Ulama’ sepakat bahwa sumpah yang di benarkan atau sesuai

dengan syari’at Islam adalah sumpah yang kalimat

sumpahnyamenggunakan atau menyebut nama atau sifat Allah seperti:

“Demi Allah”, “Demi Iradat Allah”, dan bertujuan untuk kebaikan dan

bukan penipuan.

2. DasarHukumSumpah

Ÿ

ω

u

ρ

(

#

θ

è

=

y

èøg

r

B

©

!

$

#Z

π

|

Êóããö

Ν

à

6

Ï

Ψ≈

y

ϑ

÷

ƒ

X

r

&

(

#

ρ

•Ž

y

9

s

?

(

#

θ

à

)

−G

s

?

u

ρ

#

(

θ

ßsÎ

=

óÁè?

u

ρ

š

÷

t

/Ĩ$¨

Ψ9

$

#3

ª

!

$

#

u

ρ

ìì

ÿ

Ï

x

œÒ

ΟŠ

Î

=

t

æ

∩⊄⊄⊆∪

ā

ω

ã

Ν

ä

.

ä‹Ï{#

x

σ

ã

ƒ

ª

!

$

θ

øó¯

=9

$

$Î/þ

Îûö

Ν

ä

3

Ï

Ψ≈

y

ϑ

÷

ƒ

r

&

3≈

Å

s

9

u

ρΝ

ä

.

ä‹Ï{#

x

σ

ã

ƒ

$

o

ÿ

Ï3ôM

t

6

|

¡

x

.

ö

Ν

ä

3

ç/

θ

è

=

è

%

3

ª

!

#

$

u

ρ

î‘

θ

à

x

î×

Λ

=

Î

y

m

∩⊄⊄∈∪

t



Ï

%

©

#

9

Ïj

t

βθ

ä

9

÷

σ

ã

ƒ

Ï

Β

ö

Ν

Î

γ

Í

!

$

¡Îp

|

Σ

ßÈš/

t



s

π

y

è

t

/ö‘

r

&9å

κ

ô−

r

&(

β

Î

*

s

ù

ρ

â

!

$

s

ù¨

β

Î*

s

ù

©

!

$

#Ö‘

θ

à

x

îÒ

Ο‹

Ïm§‘

∩⊄⊄∉∪

÷

β

Î)

u

ρ

(

#

θ

ã

Β

t

t

ã

t

,≈

n

=

©Ü

9

$

β

Î*

ù

s

©

!

$

#ìì

Ï

ÿ

x

œÒ

ΟŠ

Î

=

t

æ

∩⊄⊄∠∪

Arinya: “Janganlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmu sebagai penghalang untuk berbuat kebajikan, bertaqwa, dan mengadakan ishlah diantara manusia. Dan Allah Maha mendengar, lagi Maha mengetahui. Allah tidak menghukum kaum lantaran sumpahmu yang tidak dimaksud(untuk

bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu

disebabkan(sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) dalam hati. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. Kepada orang-orang yang meng-ila’ istrinya diberi tangguh empat bulan (lamanya). Kemudian jika mereka kembali (kepada istrinya), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun, lagi Maha Penyayang. Dan jika mereka ber’azam (bertetap hari untuk) talak, maka sesungguhnya Allah Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui”. (Q.S.al-Baqarah 2:224-227)

(35)

dengan menyabut selain dari pada nama Allah atau sifat–sifat_Nya, seperti sumpah dengan makhluk tidak sah. Berarti tidak wajib ditepati dan tidak wajib kafarat (denda). Begitu juga sumpah yang tidak disengaja, umpamanya terlanjurnya lidah.Firman Allah Swt:

ā

ω

ã

Ν

ä

.

ä‹Ï{#

x

σ

ã

ƒ

ª

!

$

θ

øó¯

=9

$Î/þ

$

Îûö

Ν

ä

3

Ï

Ψ≈

ϑ

y

÷

ƒ

r

&

Å

3≈

s

9

ρΝ

u

ä

.

ä‹Ï{#

x

σ

ã

ƒ

$

o

ÿ

Ï3ôM

t

6

|

¡

x

.

Ν

ö

3

ä

ç/

θ

è

=

è

%

!

3

ª

$

#

u

ρ

î‘

θ

à

x

î×

Λ

Î

=

y

m

∩⊄⊄∈∪

Artinya: ”Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang

tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) oleh hatimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun“. (QS. Al-Baqarah: 225).

Barang siapa yang tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kafaratnya puasa tiga hari.Firman Allah Swt:

Ÿ

ω

ã

Ν

ä

.

ä‹Ï{#

x

σ

ã

ƒ

ª

!

$

θ

øó¯

=9

$

$Î/þ

Îûö

Ν

ä

3

Ï

Ζ≈

y

ϑ

÷

ƒ

r

&

Å

3≈

s

9

u

ρΝ

à

2

ä‹Ï{#

x

σ

ã

ƒ

$

y

ϑ

Î/ã

Ν

›?‰¤

)

t

ã

z

≈

y

ϑ

÷

ƒ

F

{

$

#(ÿ

ç

µ

è?

t



¤

s

3

s

ùã

Π

$

y

èôÛÎ)Í

ο

u

Ž

³

|

t

ã

t



Å

3≈

|

¡

t

Β

ô

Ï

Β

ÅÝ

y

™÷

ρ

r

&$

t

Β

t

βθ

ß

ϑ

ÏèôÜè?ö

Ν

ä

Î

=

÷

δ

r

ρ

r

Ο

ß

γ

è?

θ

u

ó¡Ï

.

÷

ρ

r

&ã

ƒ

Ì

øt

r

B7

π

t

6

s

%

‘(

u

y

ϑ

s

ùó

Ο

©

9

ô‰Åg

s

ã

Π

$

u

ÅÁ

s

ùÏ

π

s

W

n

=

r

O5

Θ

$−

ƒ

&4

r

y

7

Ï

9≡

s

Ί

ο

t



¤

x

.

ö

Ν

ä

3

Ï

Ψ≈

y

ϑ

÷

ƒ

r

&#

s

ŒÎ)ó

Ο

çFø

=

n

y

m4

(

θ

Ýà

x

ôm

$

#

u

ρ

ö

Ν

ä

3

o

Ψ≈

y

ϑ

÷

ƒ

r

&4

7

y

Ï

9≡

x

x

.

ß

Îi

t

ƒ

ª

!

$

Ν

ä

3

s

9

Ï

µ

ÏG

t

ƒ

#

u

/

÷

ä

3

ª

=

y

è

9

s

t

βρ

ãä

3

ô±

n

@

∩∇∪

(36)

Sumpah gamus yang disebut juga ash shabirah yaitu dusta yang bisa merendahkan hak-hak atau bertujuan membuat dosa dan

khianat. Sumpah ini termasuk kaba’ir (dosa besar) dan tidak ada

kafaratnya, karena jauh lebih besar dari apa yang bisa di ampuni. Allah Swt

berfiman:

Ÿ

ω

u

ρ

(

#ÿ

ρ

ä‹Ï‚−G

s

Ν

ä

3

u

Ζ≈

y

ϑ

÷

ƒ

&K

r

ξ

y

z

y

Šö

Ν

à

6

o

Ψ

÷



t

Α

Í”

t

I

s

ù

7

Π

y

s

%

y

‰÷è

t

/$

p

κ

ÌE

θ

ç6èO

(

#

θ

è

ä‹

s

?

u

ρ

u

þ

θ

¡

9

$

#$

y

ϑ

Î/ó

Ο

›?Š

y

|

¹

ãÈ

t

≅‹

Î6

y

«

!

$

#(ö

/

ä

3

s

9

u

ρ

ë>#

x

t

ãÒ

ΟŠ

Ïà

t

ã

∩⊆∪

Artinya: “dan janganlah kamu jadikan sumpahmu sebagai alat penipu di antaramu, yang menyebabkan kakimu tergelincir setelah kokoh tegaknya, dan kamu rasakan kemelaratan didunia karena kamu menghalangi manusia dari jalan allah serta bagimu azab yang besar.” (QS. 16 ayat 94)

3. Macam-Macam Sumpah

Adapunmacam-macamsumpahdalam Islam dibagimenjadi 3

anatarlainsebagaiberikut:

a. Sumpah al-Laghwu (gurauan)

Sumpah gurauan adalah yang diucapkan tanpa maksud

yang sebenarnya, seperti perkataan seseorang: “Demi Allah, Anda

harus makan,” atau“Demi Allah, Anda harus minum,” dan

seterusnya. Ungkapan sumpah tersebut diucapkan bukan dengan

(37)

Sumpah seperti ini dianggap tidak mempunyai akibat hukum,

sehingga si pengucap sumpah ini tidak terbebani hukum apa-apa.3

Al-Yaminul Laghwi ialah ungkapan sumpah yang

tidak dimaksudkan sebagai sumpah, sekedar pemanis kalimat.

Misalnya, orang Arab biasa mengatakan, “wallahi lata’kulanna”

artinya “Demi Allah kamu benar-benar harus makan”, atau ‘wallahi

latasyrabanna’ artinya “Demi Allah kamu benar-benar mesti minum”,

dan semisalnya yang tidak dimaksudkan untuk bersumpah. Sumpah

seperti ini tidak teranggap dan tidak mempunyai akibat hukum,

sehingga si pengucap sumpah ini tidak terbebani hukum apa-apa.

b. Sumpah Mun’aqadah (sah)

Sumpah Mun’aqadahialah sumpah yang diniatkan oleh

pelakunya dengan benar-benar dan tulus. Adapun hukum sumpah ini

ialah wajib membayar kafarat apabila melanggarnya.Al-yaminul

mun’aqidah ialah sumpah yang disengaja dan hendak dilaksanakan

dengan sungguh-sungguh sebagai penguat untuk melaksanakan atau

meninggalkan sesuatu. Jika yang bersangkutan melaksanakan

sumpahnya dengan baik, maka ia tidak terkena sanksi apa-apa;

namun manakala ia melanggarnya, maka ia harus menebus dengan

membayar kafarah.4

c. Sumpah Ghamuus (palsu)

3Ibid, 243

(38)

SumpahGhamuusialah sumpah dusta yang dapat

menghilangkan hak-hak atau yang bertujuan untuk memalsukan dan

mengkhianati hak-hak orang lain. Sumpah palsu termasuk salah satu

dosa besar dan tidak terkena kafarat disebabkan dosanya yang sangat

besar. Oleh karena itu, disebut dengan ghamuus (palsu), karena akan

memasukkan pelakunya ke dalam api neraka jahanam.5

Al-yaminul ghamus ialah sumpah palsu yang

dimaksudkan hendak merampas hak-hak orang lain, atau ditujukan

untuk berbuat fasik dan khianat. Disebut demikian karena sumpah ini

mencelupkan pelakunya ke dalam perbuatan dosa kemudian ke dalam

neraka. Sumpah palsu ini termasuk dosa besar yang paling besar dan

tidak bisa ditebus dengan membayar kafarah.6Yamin (sumpah) ini

tidak sah, karena yamin yang sah bisa ditebus dengan kafarah.

Sumpah ini tidak mendatangkan kebaikan sedikitpun.

Aadapaunjenis-jenis sumpah yang mengikuti orang

yang bersumpahanataralainsebagaiberikut:

1) Sumpah saksi

Yaitu sumpah yang di buat oleh saksi sebelum di beri

kesaksian yang di buat untuk emastikan kebenarannya.

2) Sumpah orang yang didakwa

5Syamsudin, Menyingkap Dosa-dosa Besar, (Jakarta: Pustaka Amani.1989), 138.

(39)

Yaitu sumpah yang di buat oleh orang yang di dakwa

atas permintaan Qadi karena di tuntut oleh orang yang mendakwa

untuk memastikan jawaban setiap pertanyaan.

3) Sumpah orang yang medakwa

4) Yaitu sumpah yang dibuat oleh orang yang mendakwa untuk

menolah tuduhan darinya, atau untuk mensabitkan haknya, atau

untuk menolak sumpah atas dirinya.7

4. RukundanSyaratBagi Orang Yang Bersumpah

Adapunrukundansyaratbagi orang yang

bersumpahantaralainsebagaiberikut:8

a. Mukallaf,tidak sah sumpah anak kecil,orang gila, dan orang

tidur.

b. Dengan kemauan sendiri,tidaklah sah sumpah orang yang

terpaksa.

c. Dapat berbicara,tidak sah sumpah orang yang bisu dengan

isyarat sebagainya.

d. Diengaja bersumpah,tidaklah sah sumpah orang yang terlanjur

lidah

Sedangkansyarat-syarat sumpah menurut kesepakatan

ulama dapat di bagi kepada enam macam:9

7

Abdul ‘Azhim bin Badawi Al-Khalafi Alwajis, Panduan Fiqh Lengkap, (terj. Team Tashfiyah LIPIA), (Bogor: Pustaka Ibnu Katsir, 2007), 663.

8Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar BaruAl-gensido,2004). 483.

(40)

1) orang yang bersumpah itu hendaklah seorang yang mukallaf(

baligh dan berakal) dan tidak di pakasa (pilihan sendiri). Oleh

karena itu tidak sah sumpah bagi anak-anak, orang gila, orang

yang sedang tidur dan dipaksa.

2) Hendaklah orang yang di dakwa menafikan hak orang yang

mendakwa. Jika ia mengiktirafnya maka tidak perlu bersumpah.

3) Sumpah iyu hendaklah di minta dan di arahkan oleh Qadhi.

4) Hendaklah sumpah di buat bagi diri sendiri. Sumpah tidak

boleh di buat bagi orang lain, karena ia sangat berkaitan dengan

taggungan antara orang yang bersumpah dengan agamanya.

5) Sumpah itu janganlah berkaitan dengan hak-hak yang kgusus

untuk Allah seperti masalah Hudud.

6) Sumpah itu hendaklah mengenai hak-hak yang harus di

ikrarkan.

Ulama berbeda pendapat tentang syarat-syarat di

atasantaralainsebagaiberikut:10

a) tidak dapat membawa saksi ataupun saksi tidak ada.

Mengikuti jumhur ulama, selain mazhab syafi’i. jika

saksi hadir dalam majelis perbicaraan, maka tidak sah diminta

sumpah daripada orang yang di dakwa (yang di tuntut).

Demikian menurut Abu Hanifah, tidak sah meminta sumpah

jika Qadi berada di negeri yang di diami oleh Qadi. Jadi,

(41)

sumpah adalah hak orang yang mendakwa dan menjadi wajib

keatas orang yang didakwa.

b) Ada hubungan pencampuran atau menambah antara dua pihak

yang bertikai menurut pendapat imam Maliki.

Tujuannya adalah orang yang di bawah tidak

bermegah-megah dengan orang yang berkedudukan tinggi

denagn mendakwa mereka di mahkamah dan meminta sumpah

dari mereka, ataupun mereka di hukum karena keengganan

bersumpah.

ﻰﻠﻋ ﺔﻨﻴﺒﻟا

ﻪﻴﻠﻋ ﻰﻋ ﺪﳌا ﻰﻠﻋ ﲔﻤﻴﻟاو ﻲﻋ ﺪﳌا

Artinya:“pembuktian diwajibkan atas orang yang menuduh dan

sumpah atas orang yang di tuduh”.11

5. Kegunaan Sumpah

Adapaunkegunaanataumanfaatsumapahadalahsebagaib

erikut:

1) Untuk menangkis tuduhan yang dilancarakan orang terhadap

penggugat.Sumpah ini diucapkan oleh orang yang mengingkari

tuduhan tersebut.

2) Untuk menyatakan kebenaran diri,pribadi.

(42)

3) Untuk berlaku jujur dalam suatu tugas,atau jabatan yang

diserah orang,dalam arti bahawa seorang dalam jabatannya

tidakan berlaku curang.

6. Hal-Hal yang Dapat Digunakan untuk Bersumpah

Bersumpah itu hanya bisa dilakukan dengan

menggunakan nama-nama Allah atau sifat-sifat-Nya. Karena, Nabi

saw. bersumpah dengan Allah, Zat yang tiada Tuhan selain-Nya

dan bersumpah dengan ucapannya, “Demi Zat yang jiwa ragaku

berada pada kekuasaan-Nya.” Demikian pula, Jibril as bersumpah

dengan sifat izzah (menang/kuasa) Allah, maka Jibril berkata,

“Demi sifat izzah-Mu (sifat kemenangan-Mu/kekuasaan-Mu)

seseorang tidak akan mendengarkan surga kecuali dia pasti

memasukinya.” (HR Tirmizi seraya menyahihkannya).

Dengan demikian, seseorang tidak boleh bersumpah

dengan selain nama-nama dan sifat-sifat Allah SWT, baik

bersumpah dengan sesuatu yang diagungkan dan dimulyakan Allah

atau bersumpah dengan Nabi saw.

7. Kafarat (Denda) Sumpah

Kata kafarat merupakan bentuk mubalaghah dari

al-kufru yang berarti as-sitru (penutup). Maksud kata tersebut pada

bahasan ini, ialah semua bentuk perbuatan yang dapat

menghapuskan dan menutupi sebagian dosa, sehingga tidak ada lagi

(43)

akhirat kelak.Bentuk-bentuk perbuatan yang dinyatakan sah

sebagai kafarat sumpah atas suatu pelanggaran sumpah adalah:

a. Memberi makanan

Mayoritas ahli fiqih mensyaratkan pemberian

makanan mesti untuk sepuluh orang miskin muslim, menurut

Abu Hanifah, dibolehkan memberikan makanan untuk satu

orang saja selama sepuluh hari.

b. Memberi pakaian

Standar pakaian yang memadai atau layak adalah

yang dikenakan oleh orang yang melakukan kafarat.

c. Memerdekakan budak

Mayoritas ulama berpendapat bahwa budak yang

dimerdekakan harus beragama Islam atas dasar analogi dengan

kafarat pembunuhan dan zihar. Dibolehkan untuk memilih

melaksanakan kewajiban puasa selama tiga hari, bila tidak

mampu melaksanakan salah satu dari hal di atas.Ketiga pilihan

di atas dilaksanakan secara tertib dan tersusun, artinya berawal

dari pilihan yang paling ringan hingga yang berat. Pertama

memberi pakaian sebagai pilihan kedua, dan memerdekakan

budak adalah pilihan terakhir.

DalamEnsiklopedi Islam dijelaskan bahwa kafarat atas

pelanggaran sumpah ada tiga macam yaitu:

(44)

b. Memberi makan sepuluh orang miskin yang setiap orang

mendapat satu mud atau 3/4 liter.

c. memberikan pakaian kepada sepuluh orang miskin,

masing-masing satu lembar pakaian.12

8. Larangan Bersumpah dengan Nama Selain Allah

Jika sumpah dinyatakan tidak sah tanpa menyebut

nama atau salah satu sifat Allah, maka haram hukumnya bersumpah

dengan menyebut selain-Nya, karena sumpah merupakan

pengagungan atas nama yang disebutkan. Dan hanya Allah yang

berhak menerima pengagungan tersebut.Sedangkan bersumpah

dengan menyebut selain-Nya, seperti demi Nabi, demi wali, demi

orangtuaku, demi ka’bah atau semisalnya, sumpahnya batal dan

tidak terkena kafarat jika melanggar, namun ia tetap berdosa

karena mengagungkan selain Allah.

9. Kebolehan Melanggar Sumpah Atas Dasar Kemaslahatan

Pada dasarnya, orang yang bersumpah harus

menunaikan apa yang telah disumpahkannya. Namun, dibolehkan

membatalkan untuk melaksanakan sumpahnya bila ia berpandangan

ada kemaslahatan yang lebih utama. Allah SWT berfirman;

Ÿ

ω

u

ρ

(

#

θ

è

=

y

èøg

r

B

©

!

$

#Z

π

|

Êóããö

Ν

à

6

Ï

Ψ≈

y

ϑ

÷

ƒ

X

r

&

(

#

ρ

•Ž

y

9

s

?

(

#

θ

à

)

−G

s

?

u

ρ

(

#

θ

ßsÎ

=

óÁè?

u

ρ

š

÷

t

¨$¨

Ψ9

$

#3

ª

!

$

#

u

ρ

ìì

Ï

ÿ

x

œÒ

ΟŠ

Î

=

t

æ

∩⊄⊄⊆∪

(45)

Artinya: “Jangahlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmu

sebagai penghalang untuk berbuat kebajikan, bertakwa

dan Mengadakan ishlah (berbuat baik) di antara manusia

dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”

(Al-Baqarah: 224)

Penjelasan ayat, janganlah kamu melakukan sumpah

dengan menggunakan nama Allah sebagai penghalang bagimu

dalam berbuat baik, takwa, dan perbaikan. Maksudnya, melarang

bersumpah dengan mempergunakan nama Allah untuk tidak

mengerjakan yang baik, seperti: demi Allah, saya tidak akan

membantu anak yatim. Tetapi apabila sumpah itu telah terucapkan,

haruslah dilanggar dengan membayar kafarat.

Sumpah Pocong Dilihat Dari Sudut Pandang Islam

Sumpahpocongadalah sumpah yangdilakukanolehseseorangda

lamkeadaanterbalutkain kafan sepertilayaknya orang yang

telahmeninggal (pocong). Sumpah ini tak jarang dipraktekkan dengan

tata cara yang berbeda, misalnya pelaku sumpah tidak dipocongi tapi

hanya dikerudungi kain kafan dengan posisi duduk.13

Sumpah pocong biasanya dilakukan oleh pemeluk

agama Islam dan dilengkapi dengan saksi dan dilakukan di rumah

ibadah (mesjid). Di dalam hukum Islam sebenarnya tidak ada sumpah

dengan mengenakan kain kafan seperti ini. Sumpah ini merupakan

(46)

tradisi lokal yang masih kental menerapkan norma-norma adat. Sumpah

ini dilakukan untuk membuktikan suatu tuduhan atau kasus yang sedikit

atau bahkan tidak memiliki bukti sama sekali. Konsekuensinya, apabila

keterangan atau janjinya tidak benar, yang bersumpah diyakini

mendapat hukuman atau laknat dari tuhan.

Di dalam sistem pengadilan Indonesia, sumpah ini dikenal

sebagai sumpah mimbar dan merupakan salah satu pembuktian yang

dijalankan oleh pengadilan dalam memeriksa perkara-perkara perdata,

walaupun bentuk sumpah pocong sendiritidak diatur dalam peraturan

Hukum Perdata dan Hukum Acara Perdata. Sumpah mimbar lahir

karena adanya perselisihan antara seseorang sebagai penggugat

melawan orang lain sebagai tergugat, biasanya berupa perebutan harta

warisan, hak-hak tanah, utang piutang, dan sebagainya.

Dalam suatu kasus perdata ada beberapa tingkatan bukti yang

layak diajukan, pertama adalah bukti surat dan kedua bukti saksi. Ada

kalanya kedua belah pihak sulit menyediakan bukti-bukti tersebut,

misalnya soal warisan, turun-temurunnya harta, atau utang-piutan yang

dilakukan antara almarhum orang tua kedua belah pihak beberapa puluh

tahun yang lalu. Bila hal ini terjadi maka bukti ketiga yang diajukan

adalah bukti persangkaan yaitu dengan meneliti rentetan kejadian di

masa lalu.

Bukti ini agak rawan dilakukan. Bila ketiga macam bukti

(47)

perkara maka dimintakan bukti keempat yaitu pengakuan. Mengingat

letaknya yang paling akhir, sumpah pun menjadi alat satu-satunya untuk

memutuskan sengketa tersebut. Jadi sumpah tersebut memberikan

dampak langsung kepada pemutusan yang dilakukan oleh hakim.

Sumpah ada dua macam yaitu Sumpah

Suppletoir dan Sumpah Decisoir. Sumpah Suppletoir atau sumpah

tambahan dilakukan apabila sudah ada bukti permulaan tapi belum bisa

meyakinkan kebenaran fakta, karenanya perlu ditambah sumpah. Dalam

keadaan tanpa bukti sama sekali, hakim akan memberikan sumpah

decisoir atau sumpah pemutus yang sifatnya tuntas menyelesaikan

perkara. Dengan menggunakan alat sumpah decisoir, putusan hakim

akan semata-mata tergantung kepada bunyi sumaph dan keberanian

pengucap sumpah. Agar memperoleh kebenaran yang hakiki, karena

keputusan berdasarkan semata-mata pada bunyi sumpah, maka sumpah

itu dikaitkan dengan sumpah pocong. Sumpah pocong dilakukan untuk

memberikan dorongan psikologis pada pengucap sumpah untuk tidak

berdusta.

Berkaitan dengan Tuhan Yang Maha Esa maka sumpahnya

pun disebut sumpah mimbar. Artinya, pihak yang dibebani sumpah akan

dibawa ke muka mimbar rumah ibadah. Setelah ditetapkan hari untuk

bersumpah, pelaku akan dibawa ke depan mimbar rumah ibadah agama

yang dipeluknya. Setelah bersuci, di muka mimbar ia akan diupacarakan

(48)

dikelilingi para saksi yang terdiri atas semua majelis, panitera, pembela,

para ulama, ia pun mengucapkan sumpah hasil rumusan hakim yang

isinya membenarkan gugatan atau sangkalannya. Usai upacara akan

dibuat berita acara oleh para panitera pengadilan, majelis, serta hakim

yang menyaksikan, yang menjelaskan segala sesuatu tentang

pelaksanaan sumpah. Segera berita acara yang telah diterima pengadilan

diproses untuk menyusun putusan. Dengan pembuktian menggunakan

sumpah mimbar maka yang berani mengucapkan sumpah adalah pihak

yang menang.

Di dalam keyakinan Islam, belum pernah ada siroh (sejarah) para nabi

dulu dan pada jaman khalifah yang melakukan apa yang disebut ’sumpah

pocong’. Kita semua tahu bahwa sumpah pocong itu sering terdengar

ditelinga kita ketika ada orang yang di tuduh melakukan sesuatu, namun

orang tersebut menyangkalnya, maka kadang yang bersangkuta dipaksa

melakukan sumpah pocong.

Tuduhan ini biasanya tergolong serius, baik itu menyangkut harta

maupun harga diri, kesaksian dan lain sebagainya. Jadi orang yang di sumpah

pocong biasanya adalal orang yang diminta keberaniannya mempertanggung

jawabkan sesuatu tuduhan di hadapan Allah, namun dengan cara yang unik.

Yaitu dengan di kafani (dipocong) lalu dibacakan bacaan tertentu

(walahualam) dan diminta sumpah,jika yang bersangkutan berbohong maka

(49)

Di tuntunan syariat Islam yang ada bukan ’Sumpah Pocong’ tetapi

adalah Mubahalah (mengutuk) atau kadang disebut Li’an. Muhabalah atau

Li’an yaitu memohon kutukan kepada Allah SWT untuk dijatuhkan kepada

orang yang salah/dusta, sebagai bukti kebenaran salah satu pihak. Dalilnya

adalah Surat Ali Imron : 61 :

ْﻦَﻤَﻓ

ْﻢُﻛَءﺎَﻨْـﺑَأَو ﺎَﻧَءﺎَﻨْـﺑَأ ُعْﺪَﻧ اْﻮَﻟﺎَﻌَـﺗ ْﻞُﻘَـﻓ ِﻢْﻠِﻌْﻟا َﻦِﻣ َكَءﺎَﺟ ﺎَﻣ ِﺪْﻌَـﺑ ْﻦِﻣ ِﻪﻴِﻓ َﻚﺟﺎَﺣ

َﲔِﺑِذﺎَﻜْﻟا ﻰَﻠَﻋ ِﻪﻠﻟا َﺖَﻨْﻌَﻟ ْﻞَﻌْﺠَﻨَـﻓ ْﻞِﻬَﺘْﺒَـﻧ ُﰒ ْﻢُﻜَﺴُﻔْـﻧَأَو ﺎَﻨَﺴُﻔْـﻧَأَو ْﻢُﻛَءﺎَﺴِﻧَو ﺎَﻧَءﺎَﺴِﻧَو

Artinya: ”Siapa yang membantumu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermuhabalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.

(QS.3:61).

Jadi muhabalah itu adalah sebuah proses justifikasi untuk menguji

kebenaran atas sesuatu yang disengketakan, entah itu pendapat, entah itu

harta waris, entah itu apapun yang di klaim oleh 2 pihak atau lebih dan tidak

diketahui siapa yang benar. Jadi kalau mau disimpulkan dalam bahasa

akademik, bahwa muhabalah adalah sebuah klarifikasi untuk mendapatkan

kebenaran yang dilakukan dengan saksi dan dihadapan Allah SWT yang

mana mencari siapa yang benar (haq) dan siapa yang salah. Bagi yang salah

maka dia akan dikutuk dan akan mendapat azab yang besar dari Allah SWT.

Jaman Rasulullah, muhabalah ini pernah dilakukan antara Rasullulah dengan

(50)

nambi, lalu Nabi Muhammad menyeru kepada mereka untuk memeluk Islam

dan membacakan beberapa ayat Al-Qur’an tentang Isa bin Maryam. Ketika

mereka menolah seruan itu, maka turunlah surah Ali Imron 3:61. Ayat ini

memerintahkan Nabi Muhammad untuk melakukan Muhabalah dan

orang-orang Kristen inipun setuju untuk melakukan Muhabalah. Keesokan harinya

nabi Muhammad, Ali, Fatimah dan keluarganya turut ikut dalam proses

Muhabalah. Akan tetapi pihak Kristen membatalkan niat mereka dan

memilih membayar jizyah daripada melakukan Muhabalah. Mereka

ketakutan karena sangsing memang tidak main-main.

Jadi dalam Muhabalah itu yang disyaratkan adalah : 1) harus ada

yang disengketakan 2). Dilakukan dangan saksi 3). Dibawa seluruh keluarga

dari masing-masing pihak 4). Berani menerima sangsi dari Allah SWT

(51)

BAB III

PENYEBAB DAN PROSES PELAKSANAAN TERJADINYA SUMPAH POCONG DI MASJID MADEGAN DESA POLAGAN SAMPANG MADURA

A. GambaranUmumMasjid Madegan Desa Polagan Sampang Madura

1. LetakLokasi

Desapolagansamapng Madura merupakansebuahdesa yang

sangatjauhdarikeramaiankotaantara lainsebagaiberikut :1

a. SebelahUtara: KelurahanRongtengah.

b. SebelahSelatan: Laut.

c. SebelahTimur: KelurahanKarangDelem

d. SebelahBarat: Kelurahan Banyu Anyar.

2. Sejarah Masjid Madegan

Sangatsulitdipastikankapanpersisnyaberdirinya masjid Madegan.

Tidakadaseorangwarga pun yang biasmemberikanketerangansecarapasti.

Penjelasantentangmengapadisebut masjid Madegan, siapapendirinya,

dapatditemuidalamceritarakyat yang berkembang di

masyarakatdandiyakinikebenarannyaolehwargadesasetempat.

(52)

Referensi

Dokumen terkait

 menyentang (√ ) kolom W ( Weakness ) dan juga kolom O ( opportunity ), jika variabel aspek yang ada Anda pandang sebagai kelemahan bisnis dot.com Anda,

Berdasarkan analisis data di atas sudah terlihat bahawa terjadi peningkatan baik pada aktivitas guru dan aktivitas siswa maupun pada hasil belajar IPS, hal ini

SEGMEN BERITA REPORTER B RSUD tetap buka meskipun libur natal. pembuatan blangkon di jalan 40 24 juni

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan stres dan koping mahasiswa kepribadian tipe A dan B selama menyusun skripsi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Mendorong daya imajinasi, berpikir kritis, kreatif, dan inovatif.. Menuliskan rujukan/sumber dan identitas pada

Bersadarkan distribusinya, Kridalaksana membagi afiks dalam beberapa jenis, yaitu (1) prefiks, adalah afiks yang ditambahkan di awal kata dasar, dalam proses

Dalam hal ini, pembinaan yang dilakukan oleh pihak/lembaga WH di Tapaktuan juga sesuai dengan tugasnya yaitu: (a) Mengidentifikasi perbuatan yang termasuk kegiatan

Maka dari itu perlu diketahui strategi user experience ataupun positioning yang diterapkan oleh Spotify, I-Tunes dan Joox dalam menjalankan bisnis tersebut