• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Task Commitment dengan Flow akademik pada mahasiswa.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara Task Commitment dengan Flow akademik pada mahasiswa."

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA TASK COMMITMENT

DENGAN FLOW AKADEMIK PADA MAHASISWA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (S1)

Psikologi (S.Psi)

Siti Izza Sholihah B07213037

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

INTISARI

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara task commitment dengan flow akademik pada mahasiswa. Task commitment merupakan faktor yang mempengaruhi seseorang hingga mengalami kondisi flow. Penelitian ini memiliki variabel bebas dan variabel terikat yaitu task commitment dan flow akademik. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasi dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa skala task commitment dan skala flow akademik. Penelitian ini merupakan penelitian sampel. Subjek penelitian berjumlah 77 orang mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Ampel Surabaya. Teknis analisis data yang digunakan adalah analisis product moment dengan taraf signifikansi 0.05. Hasil penelitian menunjukkan nilai korelasi p = 0.000 < 0.05 dan r = 0.632 > 0.227 artinya Ha diterima. Hal ini berarti terdapat hubungan antara task commitment dengan flow akademik pada mahasiswa. Berdasarkan hasil tersebut juga dapat dipahami bahwa korelasinya bersifat positif sehingga menunjukkan adanya hubungan yang searah, artinya semakin tinggi task commitment maka semakin tingi pula flow akademik pada mahasiswa. Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi dengan task commitment yang tinggi maka mereka mampu mengontrol perilaku untuk mempertahankan usaha dalam mengerjakan tugas sehingga mereka akan mudah mencapai kondisi flow akademik.

(7)

ABSTRACK

The purpose of this research is to determine the correlation between task commitment and academic flow on students. Task commitment is a factor that affects a person to experience the flow conditions. This research has independent variable and dependent variable that is task commitment and academic flow. This research is a quantitative correlation research using data collection techniques in the form of task commitment scale and academic flow scale. This research is a sample research. Subjects were 77 students of Faculty of Science and Technology UIN Sunan Ampel Surabaya. Technical analysis of data used is the analysis of product moment with significance level of 0.05. The results showed correlation value p = 0.000 <0.05 and r = 0.632> 0.227 means Ha is accepted. This means there is a relationship between task commitment with academic flow in students. Based on these results can also be understood that the correlation is positive to indicate a unidirectional relationship, meaning that the higher the task commitment, the higher the academic flow to the students. Students of the Faculty of Science and Technology with high task commitment then they are able to control the behavior to keep the business in doing the task so that they will be easy to achieve academic flow condition.

(8)

C.Tujuan Penelitian ... 10

D.Manfaat Penelitian ... 10

E. Keaslian Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Flow Akademik 1. Definisi Flow Akademik ... 14

2. Aspek-Aspek Flow... 16

3. Karakteristik Pengalaman Flow ... 17

4. Prasyarat Mencapai Kondisi Flow ... 20

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Flow ... 22

B. Task Commitment 1. Definisi Task Commitment ... 23

2. Aspek-Aspek Task Commitment ... 24

3. Karakteristik Task Commitment ... 26

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Task Commitment ... 27

C.Hubungan Antara Task Commitment dengan Flow Akademik ... 28

D.Kerangka Teoritis ... 31

E. Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN A.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 34

1. Variabel Penelitian ... 34

2. Definisi Operasional ... 35

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ... 35

1. Populasi ... 35

2. Sampel... 36

3. Teknik Sampling ... 37

(9)

1. Uji Validitas ... 43

2. Uji Reliabilitas ... 49

E. Analisis Data ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Subyek ... 52

1. Pengelompokan Subyek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 52

2. Pengelompokan Subyek Berdasarkan Usia ... 53

3. Pengelompokan Subyek Berdasarkan Semester ... 53

B. Deskripsi dan Reliabilitas Data ... 54

1. Deskripsi Data ... 54

2. Reliabilitas Data ... 57

3. Uji Prasyarat ... 57

C.Hasil Penelitian ... 60

D.Pembahasan ... 61

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 67

Daftar Pustaka ... 69

(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta sosial dan budaya telah memberikan kontribusi besar dalam kehidupan umat manusia. Seiring dengan perkembangan tersebut, tantangan yang dihadapi oleh setiap individupun semakin meningkat. Salah satu kebutuhan manusia yang sangat vital adalah belajar. Dengan belajar, manusia dapat mempertahankan hidup dan kehidupannya, serta mengakibatkan perubahan perilaku dalam diri seorang individu sebagai hasil dari latihan maupun pengalaman. Seiring dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diimplementasi dalam bentuk informasi dan transformasi dapat memberikan pengaruh yang sangat kuat dalam kehidupan, baik dari segi positif maupun negatif.

(11)

2

terbentuk. Pembahasan tentang pendidikan tentu tidak akan jauh dari lembaga pendidikan. Ketika seseorang mulai menempuh pendidikan dari mulai TK, SD, SMP, SMA dan dilanjutkan ketahap yang lebih tinggi yakni Perguruan Tinggi.

Mahasiswa merupakan sebutan bagi peserta didik dalam jenjang Perguruan Tinggi. Mahasiswa sebagai masyarakat intelektual sekaligus sebagai warga negara tentu saja memiliki tugas dan tanggung jawab yang tidak ringan. Tugas primer seorang mahasiswa adalah belajar untuk mempersiapkan dirinya dalam suatu keahlian tingkat sarjana. Akan tetapi pada kenyataannya, ketika seorang mahasiswa mengalami suatu kebosanan dengan aktivitas akademik atau dalam kegiatan belajar mengajar, maka biasanya hal yang lumrah untuk dilakukan adalah bermain hp, mengobrol dengan teman disampingnya, bahkan ada juga yang tertidur saat pelajaran berlangsung. Pada saat itu, atensi atau perhatian mahasiswa yang seharusnya terpusatkan pada materi yang disampaikan oleh dosen menurun. Padahal seharusnya mahasiswa harus terpusat penuh fokusnya terhadap materi yang disampaikan agar tidak berakibat pada prestasi belajar yang akan diperoleh mahasiswa tersebut.

(12)

3

berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Indiana University Bloomington pada tahun 2006-2009 terhadap 275.000 siswa SMA di Amerika Serikat, diketahui sebesar 65% siswa mengaku mengalami kebosanan di kelas paling tidak sekali dalam satu hari (Sparks, 2012).

Di Indonesia, masalah kebosanan mahasiswa di kelas juga banyak ditemui. Rasanya cukup mudah untuk menemukan mahasiswa yang memainkan handphone, berbicara dengan teman, menggambar, membaca bacaan yang tidak terkait dengan pelajaran, atau bahkan tertidur saat dosen tengah mengajar di kelas. Kondisi tersebut tentu saja tidak ideal untuk berlangsungnya kegiatan belajar-mengajar di kelas. Hal tersebut senada ketika dosen pengampu mata kuliah memberikan tugas, maka tidak sedikit mahasiswa yang mengerutkan keningnya karena merasa terbebani dengan tugas yang diberikan. Perasaan malas dan merasa bahwa tugas tersebut berat untuk diselesaikan membuat mahasiswa berada pada tingkat rendah mengenai komitmennya pada tugas.

Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Ampel Surabaya merupakan kumpulan mahasiswa yang memiliki kesibukan padat baik didalam kelas, maupun praktikum di lapangan dan di laboratorium. Terdapat enam program studi dalam fakultas ini, yakni program studi biologi, matematika, arsitektur, ilmu kelautan, teknik lingkungan, dan sistem informasi.

(13)

4

UIN Surabaya terkadang mengeluh, menjadi kurang fokus, serta mengerjakan tugas secara terpaksa. Namun, terdapat beberapa mahasiswa lainnya yang mampu melewati tuntutan akademik tersebut. Mereka juga mampu menikmati kegiatan perkuliahan di kelas maupun praktikum di laboratorium dengan baik, dan mengerjakan laporan ataupun tugas-tugas dengan perasaan yang nyaman dan menyenangkan, meskipun banyak tantangan. Sesuai dengan hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan kepada salah satu mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Ampel Surabaya program studi biologi semester 4, diperoleh hasil wawancara sebagai berikut:

Saya senang bisa menjadi bagian dari mahasiswa fakultas sains dan teknologi. Banyak praktikum di laboratorium, dan laporannya juga ditulis tangan, bukan diketik. Saya merasa seperti hidup saya banyak dihabiskan di laboratorium. Kalau sudah kerasan didalam laboratorium dan nyaman dengan aktivitas yang padat, maka akan ada yang kurang kalau sehari saja tidak mengerjakan laporan. Rasanya kalau menganggur dan tidak mengerjakan apapun itu tidak enak. Padahal kalau banyak laporan yang harus dikerjakan terkadang sampai lupa waktu untuk makan dan tidur. (SU, 09/05/2017)

(14)

5

Tidak semua orang dapat mengalami flow. Csikszentmihalyi (1997) melakukan penelitian untuk mengukur seberapa sering penduduk Amerika mengalami flow. Subjek diberi sebuah pertanyaan yaitu “pernahkah kamu terlibat dengan suatu kegiatan sampai kamu tidak memperdulikan hal lain dan kamu sampai lupa waktu?” dan hasilnya 20% subjek menjawab mengalaminya beberapa kali dalam sehari, dan hanya 15% yang menjawab tidak pernah mengalaminya. Hal ini serupa dengan penelitian terhadap 6469 penduduk Jerman yang menggunakan pertanyaan yang sama, menunjukkan 23% sering mengalaminya, 40% kadang-kadang, jarang 25%, dan tidak pernah 12%. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan tidak semua orang terbiasa mengalami flow.

Kondisi flow diperlukan dalam bidang akademik agar mahasiswa mampu berkonsentrasi, menikmati tugas yang diberikan serta dapat mengurangi stres. Saat belajar, mahasiswa tentu pernah mengalami suatu kondisi di mana mahasiswa merasa terlibat secara penuh dengan apa yang dipelajari atau dikerjakan (Csikszentmihalyi, 1990).

Flow merupakan keadaan ketika seseorang berkonsentrasi, muncul rasa

(15)

6

Menurut Bakker (2005) flow memiliki tiga aspek yaitu absorption, mengacu pada keadaan konsentrasi total, dimana semua perhatian, kewaspadaan, dan konsentrasi berfokus pada kegiatan yang dilakukannya saja, sehingga tidak menyadari kejadian di sekitarnya. Enjoyment muncul dalam melakukan kegiatan tersebut sehingga individu dalam waktu lama mampu melakukan kegiatan tersebut. Intrinsic motivation mengacu pada kebutuhan untuk melakukan kegiatan dengan tujuan memperoleh kesenangan dan kepuasan dalam aktivitas yang dijalani.

Csikszentmihalyi (2014) menyebutkan ada dua faktor yang menyebabkan seorang individu mengalami flow, yaitu: faktor dari individu dan faktor dari lingkungan. Faktor dari individu (person factor), seperti tingkat kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh individu dalam melakukan suatu aktivitas, persepsi individu dalam memandang aktivitas tersebut, dan penting atau tidaknya posisi aktivitas itu bagi individu. Sementara faktor dari lingkungan (environtment factor), yaitu terkait seberapa besar tantangan tugas yang diberikan kepada individu.

Flow sendiri dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa antara lain

(16)

7

mengalami flow karena mengalami stres akademik. Sejalan dengan bukti empiris yang menunjukkan ada korelasi negatif antara stres akademik dan flow (r = - .251). Artinya mahasiswa yang mengalami stres akademik akan kesulitan mencapai flow dalam melakukan aktivitas akademik.

Apabila mahasiswa mengalami stres akademik, tentu mahasiswa tidak memiliki motivasi dalam menyelasikan tugas-tugas akademik yang dibebankan kepadanya. Tak sedikit mahasiswa yang awalnya kuliah hanya sekedar menyenangkan hati orangtuanya atau hanya sekedar gengsi belaka bila tidak kuliah, kini hanya bisa meratapi nasibnya dengan seabrek tugas-tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah dengan embel-embel bila tidak mengerjakan tugas yang dibebankan, maka nilai tentu tidak bagus dan berakibat pada menurunnya Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).

Setiap mahasiswa memiliki kebutuhan untuk mencapai yang diinginkan sehingga mendorong mereka menyelesaikan tugasnya tanpa memperdulikan kesulitan (Zenzen, 2002). Kebutuhan untuk mencapai tujuan yang diinginkan juga dipertimbangkan berdasarkan nilai dari tugas itu sendiri (Zenzen, 2002).

(17)

8

adalah langkah selanjutnya dari task commitment, yang mungkin bisa dicapai saat mahasiswa berhasil mengatasi kesulitan dan mendapatkan keterampilan yang tepat ketika melakukan tugas akademik.

Task Commitment atau pengikatan diri terhadap tugas adalah kemauan

yang berasal dari dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk tekun dan ulet, meskipun mengalami berbagai rintangan dan hambatan dalam melakukan dan menyelesaikan tugas yang telah menjadi tanggung jawabnya (Munandar, 2009). Renzulli (dalam Hawadi, 2002) menyatakan bahwa

“motivasi biasanya didefinisikan sebagai suatu proses energi umum yang

merupakan faktor pemicu pada organisme, tanggung jawab energi tersebut

ditampilkan pada tugas yang spesifik”.

Komitmen terhadap tugas (task commitment) secara awam dapat dipahami sebagai motivasi dari dalam diri atau motivasi internal yang dapat menjadi daya dorong amat kuat untuk memunculkan potensi yang dimiliki. Rendahnya keterikatan terhadap tugas dapat memunculkan kesenjangan antara potensi yang dimilikinya dengan prestasi yang ditunjukkannya (Urhahne, 2011).

(18)

9

penelitian ini adalah tugas mahasiswa dalam belajar, jadi komitmen yang dimaksudkan disini dispesifikkan pada tugas-tugas kuliah.

Dapat dilihat apabila seorang mahasiswa sudah mempunyai minat terhadap tugas yang diberikan, serta mampu mengontrol perilaku untuk mempertahankan usaha dalam mengerjakan tugas maka dia akan mudah berkonsentrasi dan merasa tenggelam dalam mengerjakan tugas yang sedang dijalaninya. Oleh karena itu task commitment diakui sebagai penggerak yang mendorong aktivitas belajar seseorang hingga mengalami kondisi flow. Ketidaknyamanan dalam mengerjakan tugas membuat mahasiswa tidak flow dalam mengerjakan tugas. Hal tersebut membuktikan bahwa flow dalam bidang akademik sangatlah berhubungan erat dengan task commitment yang dialami oleh mahasiswa.

Sebagai agen perubahan (agent of change), mahasiswa diharapkan dapat mempertahankan eksistensi bangsa Indonesia di masa yang akan datang dan menjadi individu yang berkualitas dan dapat bersaing guna mewujudkan sumber daya manusia yang lebih baik lagi. Apabila mahasiswa sering mengalami kondisi flow akademik maka mahasiswa akan dapat diharapkan menjadi sumber daya manusia yang unggul. Dengan demikian, flow akademik yang mereka alami dapat dijadikan sebagai suatu potensi untuk dikembangkan.

(19)

10

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diajukan

rumusan masalah sebagai berikut: “Apakah terdapat hubungan antara task

commitment dengan flow akademik?”

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini ditujukan untuk mengetahui hubungan antara task commitment dengan flow akademik. D. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, penulis berharap agar hasil penelitian yang ada dapat membawa banyak manfaat, baik itu dipandang dari secara teoritis maupun praktis bagi pengembangan ilmu masyarakat.

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi baru, wawasan dan pengetahuan yang dapat memperkaya khasanah keilmuan khususnya dalam bidang psikologi pendidikan mengenai pentingnya task commitment terhadap flow akademik pada mahasiswa.

2. Secara Praktis

a. Bagi mahasiswa penelitian ini menjadi masukan pentingnya flow akademik dalam dunia pendidikan.

b. Memberikan bahan pertimbangan faktor-faktor yang mempengaruhi flow akademik agar mampu mewujudkan Sumber Daya Manusia

(20)

11

E. Keaslian Penelitian

Mengkaji beberapa permasalahan yang telah dikemukakan dalam latar belakang diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara task commitment dengan flow akademik pada mahasiswa. Hal ini didukung dari beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan landasan penelitian yang akan dilakukan. Berikut beberapa penelitian pendukung tersebut.

Hasil penelitian Robin (2013) dengan judul go with the flow: dukungan sosial dan flow akademik pada mahasiswa. Penelitian tersebut memberikan hasil bahwa terdapat hubungan positif antara dukungan sosial dengan flow akademik. Sementara penelitian Melisa (2014) tentang self efficacy dan flow akademik ditinjau dari Temporal Motivation Theory pada mahasiswa fakultas psikologi. Hasil penelitian tersebut menyatakan terdapat hubungan positif antara self efficacy dengan flow akademik pada mahasiswa dengan nilai korelasi 0.295.

Penelitian Karolina (2013) tentang hubungan antara motivasi berprestasi dan flow akademik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi berprestasi dan flow akademik terbukti secara empiris memiliki korelasi signifikan yang bersifat positif.

Selain itu, penelitian Eni dan Mashubatul (2016) tentang hubungan flow akademik dengan self efficacy pada siswa akselerasi. Hasil penelitian

(21)

12

efficacy maka semakin tingi flow akademik. Selain itu, Penelitian Nadiah dan

Dewi (2014) tentang hubungan social support dengan flow pada mahasiswa fakultas psikologi. Hasil pengolahan data menunjukkan nilai r = 0.818 dengan

ɑ = 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang erat

antara social support dengan flow pada mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2012 Kelas Praktikum Observasi-Interview UNISBA.

Beberapa penelitian internasional tentang flow akademik antara lain: yang dilakukan Nicola dan David (2010) tentang “Seeking flow in the achievement domain: The achievement flow motive behind flow experience”.

Hasil akhir menunjukkan terdapat pengaruh antara pencapaian flow dengan komponen-komponen penggerak pencapaian itu sendiri, diantaranya standar keunggulan, respon individu terhadap kegagalan, tekanan mencapai prestasi, dan rasa takut menghadapi kegagalan.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Arnold (2005) tentang “Flow among Music Teachers and Their Students: The Crossover of Peak

Experience”. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara flow

pada guru dan flow pada siswa. Semakin tinggi flow yang dialami guru, semakin tinggi pula flow yang dialami oleh siswa.

(22)

13

(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Flow Akademik

1. Definisi Flow Akademik

Menurut Bakker (2005), flow adalah suatu keadaan sadar dimana individu menjadi benar-benar tenggelam dalam suatu kegiatan, dan menikmatinya dengan intens. Sementara menurut Csikzentmihalyi (1990), flow adalah perasaan yang timbul pada diri seorang manusia saat ia

bertindak secara total dalam kegiatan yang ia lakukan. Individu yang mengalami flow akan mudah merasakan kenikmatan, kesenangan, dan kegembiraan terkait kegiatan yang dilakukannya.

Flow adalah kondisi internal dalam bentuk kesenangan yang

melibatkan pengalaman positif seseorang, sehingga orang tersebut dapat mengendalikan dirinya untuk tetap fokus pada saat mengerjakan sesuatu (Lee, 2005). Keadaan flow meliputi gairah dan minat yang cukup intens untuk mengerjakan suatu tugas, mengarah kepada pengalaman yang menyenangkan, seseorang secara sadar dan aktif menggunakan semua kemampuannya untuk memenuhi tugas tersebut. Keseimbangan yang terjadi antara keterampilan individu dan tantangan tugas sering dilihat sebagai prasyarat memasuki kondisi flow (Csikzentmihalyi, 1990).

Csikszentmihalyi (1975, dalam Smolej, 2007), juga mendefiniskan flow sebagai keadaan psikologis yang menyenangkan yang mengacu pada

(24)

15

yang mengalami flow sangat terlibat dalam aktivitasnya, dan tidak ada yang begitu penting saat melakukannya melainkan hanya kesenangan yang besar dan motivasi yang kuat dari dalam dirinya.

Flow merupakan suatu keadaan ketika seseorang menjadi sangat

‘tenggelam’ dalam melakukan suatu kegiatan dan tingkat keterampilan

yang sesuai dengan tantangan yang dihadapi (Csikszentmihalyi, 1990). Keadaan flow meliputi gairah, konsentrasi dan minat yang cukup intens untuk mengerjakan suatu tugas, mengarah pada pengalaman yang menyenangkan, seseorang secara sadar dan aktif menggunakan semua kemampuannya untuk memenuhi tugas tersebut.

Flow adalah suatu momen sukacita yang besar, suatu kenikmatan

luar biasa, saat seseorang bergumul dengan persoalan yang sulit dalam bidangnya masing-masing, yang menuntutnya mengerahkan segala keterampilan, daya upaya, dan sumber daya yang mereka miliki, sampai ke batas-batasnya – atau bahkan melampauinya (Arif, 2016).

(25)

16

pengalaman yang menyenangkan, seseorang secara sadar dan aktif menggunakan semua kemampuannya untuk memenuhi tugas tersebut.

Nakamura dan Csikzentmihalyi (2002) menerangkan bahwa seseorang yang mengalami flow akan menganggap aktivitas yang ia lakukan penting dan berharga untuk ia lakukan, terlepas dari ada atau tidaknya goal yang dapat dicapai dalam melakukan kegiatan tersebut. Flow juga menggambarkan pengalaman subjektif ketika keterampilan dan

kesuksesan dalam kegiatan terlihat mudah, walaupun banyak energi fisik dan mental yang digunakan (dalam Husna dan Rosiana, 2014).

Berdasarkan beberapa definisi yang telah diuraikan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa flow akademik dalam konteks penelitian ini adalah kondisi dimana seorang individu merasa nyaman, dapat berkonsentrasi, memiliki motivasi dalam diri, serta mampu menikmati aktivitas akademik yang sedang dijalani.

2. Aspek-Aspek Flow

Menurut Bakker (2005) flow memiliki tiga aspek yaitu absorption, enjoyment, intrinsic motivation. Ketiga aspek tersebut akan ditinjau secara

singkat sebagai berikut :

a. Absorption

(26)

17

Individu yang menikmati pekerjaan mereka akan merasa senang dan membuat penilaian positif tentang kualitas aktivitas mereka.

b. Enjoyment

Enjoyment adalah hasil dari evaluasi kognitif dan afektif dari pengalaman flow. Perasaan nyaman muncul dalam melakukan kegiatan tersebut sehingga individu dalam waktu lama mampu melakukan kegiatan tersebut.

c. Intrinsic Motivation

Intrinsic motivation mengacu pada kebutuhan untuk melakukan

kegiatan dengan tujuan memperoleh kesenangan dan kepuasan dalam aktivitas yang dijalani. Motivasi intrinsik muncul dari dalam diri individu untuk melakukan kegiatan tanpa adanya penghargaan dari orang lain.

Dari paparan singkat mengenai aspek-aspek flow diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ketiga aspek tersebut merupakan komponen penting dari teori flow.

3. Karakteristik Pengalaman Flow

Csikzentmihalyi (dalam Arif, 2016) mengungkapkan bahwa ada beberapa pengalaman khas yang biasa dialami oleh seorang pribadi yang sedang memasuki zona flow. Pengalaman-pengalaman khas itu adalah:

a. Atensi terpusat penuh

(27)

18

sangat terfokus dan bahkan tidak mudah teralihkan. Dalam atensi yang sedemikian fokus tersebut, persepsi akan detail-detail pengalaman menjadi sangat jernih. Individu seolah menjalankan aktivitas itu dalam gerakan yang lambat di mana semua detail dapat diamati dan dihayati dengan jelas (sekalipun pada kenyataannya, seseorang yang berada dalam zona flow seringkali melakukan berbagai hal yang kompleks, dengan cepat).

b. Penyatuan tindakan dan kesadaran

Semakin dekat seseorang pada zona flow, kesadaran dan tindakannya menjadi semakin kongruen. Dan ketika ia memasuki zona flow, ada penyatuan antara tindakan dan kesadarannya. Tindakan dan kesadaran menjadi dua hal yang tak terpisahkan, di mana apa yang disadari seseorang bukanlah hal yang lain kecuali apa yang sedang dilakukannya, dan di saat yang sama ia dapat melakukan/mewujudkan dengan sempurna apa yang ada dalam kesadarannya.

c. Ada rasa kebebasan, termasuk bebas dari kekhawatiran akan kegagalan

(28)

19

tak lagi peduli atas berbagai remeh-temeh yang selama ini mengganggunya.

d. Pudarnya self-consciousness

Dalam setiap pengalaman flow, self-consciousness memudar. Artinya, saat seorang individu berada dalam zona flow, ia tidak lagi terbebani oleh kekhawatiran tentang dirinya. Saat orang tidak lagi terlalu khawatir tentang dirinya sendiri, justru sang diri jadi terbebas dan dapat berfungsi sepenuhnya.

e. Distorsi dalam penghayatan akan waktu

Saat berada dalam zona flow, penghayatan akan waktu itu sendiri mengalami perubahan. Dalam pengalaman sehari-hari umumnya kita memperhatikan berjalannya waktu, karena waktu umumnya dihayati secara sangat berharga bagi kebanyakan dari kita. Pengalaman yang berbeda dialami oleh mereka yang sedang berada dalam zona flow. Mereka bercerita tentang kehilangan jejak akan waktu, atau bisa juga dinyatakan secara kebalikannya, bahwa waktu tak lagi punya kuasa membatasi gerak mereka. Pengalaman flow membebaskan mereka. f. Pengalaman itu sendiri merupakan reward terbesar

(29)

20

menekuni dan menggumuli bidangnya masing-masing, untuk terus memperdalam tingkat keahlian mereka.

Dari uraian-uraian sebelumnya, semakin jelas mengapa flow merupakan suatu sukacita terbesar yang dialami oleh seseorang dalam menekuni bidangnya, dalam menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan yang menggairahkan. Terpusatnya atensi, bersatunya tindakan dan kesadaran, pembebasan akan kekhawatiran, pudarnya self-consciousness, serta perjumpaan kembali dengan waktu yang sejati,

merupakan pengalaman yang sangat membahagiakan yang menjadi reward terbesar baginya.

4. Prasyarat Mencapai Kondisi Flow

Beberapa prasyarat mencapai kondisi flow diantaranya adalah sebagai berikut (Arif, 2016):

a. Goal

Tujuan akan memberikan daya gerak sehingga seseorang mengerahkan segala keterampilan dan daya upaya yang dimilikinya menuju ke arah tujuan tersebut. Suatu tujuan yang bermakna akan senantiasa jadi penggerak yang efektif, bahkan ketika seseorang menemui banyak kesulitan dalam perjalanannya.

b. Feedback

(30)

21

mengubah aktivitasnya untuk menyesuaikan diri dengan feedback yang diterimanya.

Ketika seseorang beraktivitas dengan tujuan yang bermakna serta senantiasa memperoleh feedback yang membuatnya memperoleh kejelasan tentang tugasnya dari berbagai sumber, maka ia akan semakin siap untuk mencapai flow.

c. High Skill

Semakin tinggi keterampilan seseorang dalam suatu bidang, berbagai kemungkinan baru semakin terbuka dan kreativitas semakin meningkat. Keterampilan yang semakin tinggi akan membuat aktivitas yang dikerjakan senantiasa terasa segar, karena berbagai kemungkinan baru yang menarik senantiasa muncul.

Semakin tinggi keterampilan orang yang melakukannya, semakin menarik dan semakin mudah untuk mengeksplorasi kemampuan yang dimilikinya, selain itu juga dapat membuat seseorang kehilangan kesadaran diri.

d. Optimal Challenge

(31)

22

adalah momen seseorang menyentuh dan melewati batasan-batasan dirinya atau disebut momen bertumbuh (growth moment).

Kesimpulannya bahwa flow akan dapat dialami saat skill dan challenge sama-sama tinggi. Sementara apabila ada ketidaksinambungan

di antara keduanya, entah skill yang tinggi menghadapi challenge yang rendah ataupun skill rendah menghadapi challenge yang tinggi. Flow tidak akan dialami melainkan masuk ke berbagai pengalaman yang tidak mengenakkan seperti kecemasan (anxiety) ataupun kebosanan (boredom). 5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Flow

Csikszentmihalyi (2014) menyebutkan ada dua faktor yang menyebabkan seorang individu mengalami flow, yaitu faktor dari individu dan faktor dari lingkungan.

a. Faktor dari individu (person factor), seperti tingkat kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh individu dalam melakukan suatu aktivitas, persepsi individu dalam memandang aktivitas tersebut, dan penting atau tidaknya posisi aktivitas itu bagi individu.

b. Faktor dari lingkungan (environtment factor), yaitu terkait seberapa besar tantangan tugas yang diberikan kepada individu.

(32)

23

B. Task Commitment

1. Definisi Task Commitment

Menurut Renzulli (2005, dalam Hawadi, 2002) komitmen terhadap tugas (task commitment) merupakan suatu bentuk halus dari motivasi. Jika motivasi biasanya didefinisikan sebagai suatu proses energi umum yang merupakan faktor pemicu pada organisme, tanggung jawab energi tersebut ditampilkan pada tugas tertentu yang spesifik.

Task commitment atau pengikatan diri terhadap tugas adalah suatu

bentuk motivasi internal yang mendorong seseorang untuk tekun dan ulet mengerjakan tugasnya meskipun mengalami macam-macam rintangan atau hambatan, menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya karena ia telah mengikat dirinya terhadap tugas tersebut atas kehendaknya sendiri (Munandar, 2002).

Sementara itu, Won-Jung (2013) mengemukakan task commitment sebagai kecenderungan untuk tetap melakukan tugas tingkat tinggi sampai seseorang mencapai tujuannya. Task commitment serupa dengan konsep motivasi dan pengalaman flow.

(33)

24

Lazear (1991) memberikan definisi dimana komitmen pada tugas (task commitment) merupakan ciri pribadi yang tekun dan ulet pada tugasnya, dengan menyusun tujuannya, memiliki keterlibatan yang dekat dan dalam pada tugas dan masalahnya, sangat antusias pada setiap aktivitasnya, hanya membutuhkan sedikit motivasi eksternal saat menyelesaikan tugasnya, memilih untuk berkonsentrasi pada tanggung jawabnya dan memiliki energi yang tinggi.

Definisi komitmen terhadap tugas (task commitment) juga dikemukakan oleh Sutisna (2010) yaitu suatu energi dalam diri yang mendorong seseorang untuk tekun dan ulet mengerjakan tugasnya meskipun mengalami macam-macam rintangan dalam menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya karena individu tersebut telah mengikatkan diri tugas tersebut atas kehendak sendiri (dalam Syarifa, 2011).

Berdasarkan paparan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian dari task commitment adalah suatu bentuk halus dari motivasi intrinsik yang mengarahkan seseorang untuk terus terikat dan bertanggung jawab terhadap tugas dan mewujudkannya melalui perilaku yang konkrit. 2. Aspek-Aspek Task Commitment

Renzulli merumuskan aspek task commitment yang telah dikutip oleh Hawadi (2002) sebagai berikut:

(34)

25

b. Ulet (tidak lekas putus asa bila menghadapi kesulitan) c. Mampu berprestasi sendiri tanpa dorongan orang lain

d. Ingin mendalami bahan atau bidang pengetahuan yang diberikan didalam kelas (ingin mengetahui banyak bahan dari sekedar diajarkan oleh guru)

e. Selalu berusaha untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasinya)

f. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah orang dewasa (misalnya terhadap pembangunan, agama, politik, ekonomi, korupsi dan keadilan)

g. Senang dan rajin belajar dengan penuh semangat

h. Cepat bosan dengan tugas-tugas rutin (dalam pelajaran maupun pekerjaan)

i. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin dengan sesuatu, tidak mudah melepaskan pendapat tersebut).

j. Menunda pemuasan kebutuhan sesaat untuk mencapai tujuan di kemudian hari (misalnya: siswa membatasi waktu bermain untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi)

Dari beberapa definisi mengenai task commitment diatas dan dari rumusan aspek Renzulli, Hawadi (2002) membatasi pengertian task commitment pada lima aspek, yaitu:

a. Sikap tangguh,ulet, dan tidak mudah bosan

(35)

26

c. Menetapkan tujuan aspirasi yang realistis dengan resiko sedang d. Suka belajar dan mempunyai hasrat untuk meningkatkan diri e. Mempunyai hasrat untuk berhasil dalam bidang akademis. 3. Karakteristik Task Commitment

Menurut Renzulli (dalam Hawadi, 2002) karakteristik atau ciri-ciri individu yang mempunyai task commitment tinggi antara lain:

a. Kapasitas untuk mendalami bidang tertentu yang ditekuni, antusias, keterlibatan tinggi, rasa ingin tahu tinggi pada bidang yang ditekuni b. Ketekunan (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama untuk

menyelesaikan tugas)

c. Daya tahan kerja, tidak akan menyerah sebelum selesai mengerjakan tugas

d. Keyakinan diri mampu menyelesaikan tugas

e. Dorongan untuk berprestasi (bisa berprestasi tanpa dorongan orang lain, tidak cepat puas dengan prestasi yang sudah dicapai)

f. Kemampuan mengenali masalah pada bidang yang ditekuni

g. Kemampuan menanggapi topik yang mutakhir terkait dengan bidang yang ditekuni

h. Menetapkan standar kerja yang tinggi

i. Selalu bersedia melakukan intropeksi diri dan menerima kritik orang lain

(36)

27

Sedangkan task commitment sebagai bentuk halus dari motivasi, Freud dalam Sardiman (2006) menggambarkan karakteristiknya sebagai berikut:

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai)

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang dicapainya.

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah d. Lebih senang bekerja mandiri

e. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin (hal-hal yang bersifat mekanis dan berulang-ulang begitu saja)

f. Dapat mempertahankan pendapatnya

g. Tidak mudah melepas hal yang telah diyakini h. Senang mencari dan memecahkan soal-soal

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Task Commitment

Menurut Hawadi (2001), ada dua faktor yang mempengaruhi task commitment, yaitu faktor individual dan faktor situasional.

a. Faktor Individual

(37)

28

maka dia akan memiliki kelekatan terhadap tugasnya dengan baik pula. Ketiga, yang termasuk dalam faktor individual adalah adalah sikap orang tua. Sikap orang tua yang memfokuskan pada hasil akhir tugas, akan menghasilkan mahasiswa yang lebih memiliki motivasi ekstrim. Sebaliknya orang tua yang menghargai proses belajar dan berpendapat bahwa prestasi merupakan hasil dari proses belajar, maka akan membuat mahasiswa memiliki komitmen yang lebih baik pada setiap tugasnya, karena mahasiswa tersebut akan berusaha berbuat yang terbaik pula setiap proses yang dikerjakannya.

b. Faktor Situasional

Besar kecilnya ruangan belajar termasuk faktor situasional dalam task commitment. Faktor lainnya yaitu faktor pengajar, seorang

pengajar yang mampu memberikan motivasi kepada mahasiswanya, maka akan menumbuhkan motivasi mahasiswa tersebut untuk lekat terhadap tugasnya.

C. Hubungan antara Task Commitment dengan Flow Akademik

(38)

29

mengalami suatu kondisi ketika mahasiswa tersebut merasa terlibat secara penuh dengan apa yang dipelajari (Csikzentmihalyi, 1990).

Flow dapat memberikan manfaat positif bagi mahasiswa antara lain dapat membuat mahasiswa lebih fokus, kreatif, lebih mudah menyerap materi pembelajaran, serta dapat mengurangi stres akademik sehingga berdampak pada hasil belajar yang optimal. Individu yang mengalami flow biasanya terlibat secara intens dalam kegiatan yang ia lakukan sehingga mereka cenderung tidak sadar dengan waktu atau tempat (Schunk, dkk, 2008, dalam Husna, 2014).

Pada bidang akademik, flow merupakan salah satu modal penting bagi individu atau mahasiswa ketika menjalankan aktivitas akademik seperti belajar dan mengerjakan tugas. Penilaian individu terhadap tugas atau pekerjaan dan situasi akan akan mempengaruhi terciptanya kondisi flow saat mengerjakan tugas. Dari pernyataan di atas tampak jelas bahwa pengalaman flow dalam bekerja atau belajar bagi mahasiswa sangat diperlukan karena

akan dapat membantu meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja atau kualitas belajar, artinya seseorang yang dapat mengalami flow akademik dalam belajar akan memiliki kinerja yang baik, termasuk dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen.

(39)

30

(Zenzen, 2002). Apabila nilai dari tugas tersebut tidak memberikan harapan maka individu tersebut enggan untuk melakukan tugasnya. Individu yang enggan melakukan tugas karena harapan yang kecil akan tugas tersebut dikarenakan individu tidak merasa nyaman dengan tugas tersebut. Ketidaknyamanan dalam melakukan tugas membuat individu tidak flow dalam mengerjakan tugasnya (Arif, 2013).

Pengikatan diri mahasiswa terhadap tugasnya disebut juga task commitment. Komitmen terhadap tugas (task commitment) secara awam dapat

dipahami sebagai motivasi dari dalam diri atau motivasi internal yang dapat menjadi daya dorong amat kuat untuk memunculkan potensi yang dimiliki seorang individu. Rendahnya keterikatan terhadap tugas dapat memunculkan kesenjangan antara potensi yang dimilikinya dengan prestasi yang ditunjukkannya (Urhahne, 2011). Semakin tinggi task commitment yang dimiliki mahasiswa, maka semakin banyak aktivitas akademik yang dirasa mudah untuk dilakukan.

Task commitment merupakan salah satu faktor individu (person factor)

(40)

31

Hubungan antara task commitment dengan flow akademik hanya dijelaskan secara teoritis tetapi belum diuji secara empiris. Untuk memperjelas hubungan antara task commitment dengan flow akademik, maka peneliti mengukur secara empiris dengan menyertakan semua aspek task commitment dan flow akademik.

Gambar 1. Skema Hubungan Task Commitment dan Flow Akademik D. Landasan Teoritis

Bakker (2005) menggambarkan flow sebagai suatu keadaan sadar dimana individu menjadi benar-benar tenggelam dalam suatu kegiatan, dan menikmatinya dengan intens. Sementara Flow akademik (Ignatius, 2013) adalah kondisi saat individu dapat berkonsentrasi, fokus, munculnya rasa nyaman, motivasi yang berasal dari dirinya sendiri serta menikmati ketika melakukan kegiatan akademik (belajar dan mengerjakan tugas). Pada bidang akademik, flow merupakan salah satu modal penting bagi individu atau mahasiswa ketika menjalankan aktivitas akademik seperti belajar dan mengerjakan tugas. Penilaian individu terhadap tugas atau pekerjaan dan situasi akan akan mempengaruhi terciptanya kondisi flow saat mengerjakan tugas.

Dari pernyataan di atas tampak jelas bahwa pengalaman flow dalam bekerja atau belajar bagi mahasiswa sangat diperlukan karena akan dapat membantu meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja atau kualitas belajar,

(41)

32

artinya seseorang yang dapat mengalami flow akademik dalam belajar akan memiliki kinerja yang baik.

Task commitment adalah suatu bentuk halus dari motivasi intrinsik yang

mengarahkan seseorang untuk terus terikat dan bertanggung jawab terhadap tugasnya. Seseorang yang tidak mempunyai task commitment akan merasa sulit untuk memulai maupun mengerjakan tugas-tugasnya. Dia akan merasa tugas yang dibebankan padanya begitu berat dan akan merasa malas untuk mengerjakannya. Salah satu upaya untuk mencapai kondisi flow akademik adalah dengan memiliki task commitment yang baik.

Won-Jung (2013) menyatakan task commitment bisa menjadi faktor yang menyebabkan terjadinya flow akademik. Kondisi flow sendiri merupakan langkah selanjutnya dari task commitment, yang mungkin bisa dicapai saat mahasiswa dapat mengatasi kesulitan dan mendapatkan keterampilan yang tepat terkait dengan aktivitas akademik yang sedang dijalani.

(42)

33

Dari uraian diatas maka dapat diketahui bahwa semakin tinggi task commitment pada mahasiswa, maka semakin tinggi pula kemampuan untuk mencapai kondisi flow akademik. Dan sebaliknya semakin rendah task commitment pada mahasiswa, maka semakin rendah pula kemampuan untuk mencapai kondisi flow akademik.

Gambar 2. Skema kerangka teoritik Task Commitment dan Flow Akademik

E. Hipotesis

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara task commitment dengan flow akademik pada mahasiswa.

Tinggi

Rendah Rendah

Tinggi

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan dilakukan pengidentifikasian variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini. Metode penelitian kuantitatif yang penulis gunakan adalah penelitian korelasional yang ditujukan untuk mengetahui hubungan suatu variabel dengan variabel-variabel lain (Sukmadinata, 2013).

Azwar (2011) menyatakan bahwa variabel adalah beberapa fenomena atau gejala utama dan beberapa fenomena lain yang relevan mengenai atribut atau sifat yang terdapat pada subjek penelitian. Variabel adalah sesuatu yang dapat berubah-ubah dan mempunyai nilai yang berbeda-beda (Turmudi, 2008). Sedangkan menurut Suryabrata (1998) variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Variabel yang terdapat dalam suatu penelitian, ditentukan oleh landasan teori dan ditegaskan oleh hipotesis penelitian.

Adapun kedudukan masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

(44)

35

2. Definisi Operasional

a. Flow Akademik

Flow akademik adalah kondisi individu yang mampu menikmati aktivitas akademik yang sedang dijalani. Flow akademik akan diukur dengan menggunakan skala flow akademik.

b. Task Commitment

Task commitment adalah rasa tanggung jawab individu yang mendorongnya untuk tekun dan ulet dalam mengerjakan suatu tugas meskipun mengalami berbagai macam rintangan dan hambatan. Task

commitment akan diukur dengan menggunakan skala task

commitment.

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 1. Populasi

Dalam penelitian, populasi digunakan untuk menyebutkan seluruh elemen/anggota dari suatu wilayah yang menjadi sasaran penelitian atau merupakan keseluruhan (universum) dari obejek penelitian (Noor, 2011). Sukmadinata (2013) mengemukakan bahwa populasi adalah kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup penelitian kita.

(45)

36

melaksanakan perkuliahan didalam kelas, sehingga mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi ditengah padatnya aktivitas akademik pasti merasakan kebosanan, tetapi tidak jarang juga ada mahasiswa yang bisa menikmati aktivitas akademik dengan baik.

Tabel 1

Data Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi

Program Studi Jumlah Mahasiswa Aktif

Ilmu kelautan 119

Teknik Lingkungan 119

Arsitektur 128

Biologi 128

Matematika 126

Sistem Informasi 136

Total 756

2. Sampel

Sampling menurut Azwar (2003) adalah sebagian dari populasi. Adapun menurut Sugiyono (1997), sampel merupakan bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

(46)

37

Tabel 2

Gambaran Sampel Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi

Program Studi Populasi Sampel

Ilmu kelautan 10% x 119 12

Teknik Lingkungan 10% x 119 12

Arsitektur 10% x 128 13

Biologi 10% x 128 13

Matematika 10% x 126 13

Sistem Informasi 10% x 136 14

Total 77

3. Teknik Sampling

Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik kuota sampling. Menurut Arikunto (2006), teknik kuota sampling dilakukan tidak mendasarkan diri pada strata atau daerah, tetapi mendasarkan diri pada jumlah yang sudah ditentukan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data yang diteliti. Teknik yang digunakan untuk mendapatkan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala yang digunakan untuk mendapatkan jenis data kuantitatif. Secara umum, skala merupakan suatu alat pengumpulan data yang berupa sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh subjek yang menjadi sasaran atau responden penelitian. Singkatnya, skala adalah suatu prosedur penempatan atribut atau karakteristik objek pada titik-titik tertentu sepanjang suatu kontinum (Azwar, 2013).

(47)

38

objek sikap), dan pernyataan yang unfavorable (tidak mendukung objek sikap).

1. Skala Flow Akademik

Skala flow akademik menggunakan tiga aspek sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Bakker (2005) yaitu :

a. Absorption

Absorption mengacu pada keadaan konsentrasi total,

dimana semua perhatian, kewaspadaan, dan konsentrasi berfokus pada kegiatan yang dilakukannya saja, sehingga tidak menyadari kejadian di sekitarnya. Individu yang menikmati pekerjaan mereka akan merasa senang dan membuat penilaian positif tentang kualitas aktivitas mereka.

b. Enjoyment

Enjoyment adalah hasil dari evaluasi kognitif dan afektif dari pengalaman flow. Perasaan nyaman muncul dalam melakukan kegiatan tersebut sehingga individu dalam waktu lama mampu melakukan kegiatan tersebut.

c. Intrinsic Motivation

Intrinsic motivation mengacu pada kebutuhan untuk

(48)

39

Blue Print skala Flow Akademik adalah sebagai berikut :

Tabel 3

Blue Print Skala Flow Akademik*

No Aspek Indikator No. Aitem Jumlah Bobot

F UF

1 Absorption

1.1 Memiliki

konsentrasi penuh. 1, 16, 28, 43 7, 15 6 12% 1.2 Menikmati aktivitas

yang sedang dilakukan.

3.1 Memiliki keinginan untuk memperoleh

*Rujukan membuat blue print diperoleh dari buku Penyusunan Skala Psikologi, Saifuddin Azwar, 2015.

2. Skala Task Commitment

Skala task commitment menggunakan lima aspek sebagaimana yang telah diuraikan oleh Hawadi (2002) yaitu :

(49)

40

b. Mandiri, tidak memerlukan dorongan dari luar, dan bertanggung jawab

(50)

41

Blue Print skala Task Commitment adalah sebagai berikut :

Tabel 4

Blue Print Skala Task Commitment*

No Aspek Indikator No. Aitem Jumlah Bobot

1.1 Memiliki keterlibatan dan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap

2.1 Mampu berprestasi sendiri tanpa dorongan orang lain.

2.3 Tidak cepat puas atas prestasi

yang telah diperoleh. 6, 21 25,

dengan penuh semangat. 11, 39 22,

5.1 Kemampuan menanggapi topik yang mutakhir terkait bidang yang ditekuni.

10, 32, 44, 50

17 5 10%

5.2 Kemampuan mengenali masalah pada bidang yang ditekuni.

8, 43 19,

31 4 8%

(51)

42

Untuk menentukan skor terhadap subjek maka ditentukan norma penskoran dengan empat alternatif jawaban. Menurut Arikunto (2006), ada kelemahan dengan lima alternatif jawaban, karena responden cenderung memilih alternatif yang ada di tengah R (ragu-ragu), karena jawaban dirasa paling aman dan paling gampang.

Skala Likert ini juga menjabarkan kategori jawaban yang ditengah (R) berdasarkan dua alasan:

1) Kategori undecided itu mempunyai arti ganda, bisa diartikan belum dapat memutuskan atau memberi jawaban (menurut konsep aslinya bisa diartikan netral, setuju tidak, tidak setujupun tidak, atau bahkan ragu-ragu).

2) Tersedianya jawaban yang di tengah itu menimbulkan kecenderungan jawaban ke tengah (central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu atas arah jawabannya ke arah setuju ataukah ke arah tidak setuju.

Oleh karena itu peneliti menghilangkan jawaban R (ragu-ragu) untuk meminimalisir ketidakvalidan aitem yang di uji. Sehingga pilihan alternatif jawaban hanya empat saja.

Tabel 5

Penilaian Pernyataaan Favorable dan Unfavorable

Kategori Jawaban Favorable Unfavorable

Sangat Sesuai (SS) 4 1

Sesuai (S) 3 2

Tidak Sesuai (TS) 2 3

(52)

43

D. Validitas dan Reliabilitas Data 1. Uji Validitas

Validitas adalah pertimbangan yang paling utama dalam mengevaluasi kualitas tes sebagai instrumen ukur (Azwar, 2015). Pada perkembangan lebih lanjut, validitas lalu dipandang sebagai suatu karakteristik skor tes dan bukanlah karakterisitik tes ataupun karakteristik skor tes.

Penilaian validitas masing-masing butir aitem pernyataan dapat dilihat dari nilai corrected item-total correlation masing-masing butir pernyataan aitem (Azwar, 2013). Adapun syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat validitas adalah apabila nilai daya diskriminasi aitem sama dengan atau lebih dari 0,3. Jadi apabila korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan gugur atau tidak dapat digunakan sebagai instrumen pengumpul data.

Peneliti melakukan try out instrumen ini dimaksudkan agar memiliki kesetaraan subjek pada sampel yang akan peneliti gunakan untuk mengukur variabel-variabel diatas. Try out skala flow akademik dan task commitment diberikan kepada 30 mahasiswa aktif Fakultas Sains dan

Teknologi UIN Sunan Ampel Surabaya.

a. Uji Validitas Try Out Skala Flow Akademik

(53)

44

untuk mengetahui butir-butir aitem yang terseleksi agar dapat digunakan sebagai instrumen pengumpul data mendapatkan nilai validitas dan reliabilitas yang tinggi dan benar-benar dapat digunakan sebagai instrumen pengumpul data untuk penelitian lanjutan.

Tabel 6

Sebaran Aitem Valid dan Gugur Skala Flow Akademik

Aitem

(54)

45

nomor 2, 3, 14, 27, 31, 38, dan 49 dari aspek enjoyment, dan nomor aitem 8, 9, 11, 21, 29, 35, 37, 39, 41, 45, dan 48 dari aspek intrinsic motivation.

Tabel 7

Distribusi Aitem Skala Flow Akademik setelah Dilakukan Try Out

No Aspek Indikator No. Aitem Jumlah Bobot

F UF

1 Absorption

1.1 Memiliki konsentrasi

penuh. 1, 28, 43 - 3 12%

1.2 Menikmati aktivitas yang sedang dilakukan.

2.2 Melakukan aktivitas dalam jangka waktu yang lama.

14, 49 3, 31 4 12%

3 Intrinsic

Motivation

3.1 Memiliki keinginan untuk memperoleh kesenangan.

9, 21, 35,

46 29 5 12%

3.2 Melakukan kegiatan dengan tujuan untuk mencapai kepuasan.

39 11 2 12%

3.3 Melakukan kegiatan berdasarkan keinginan sendiri.

8, 37, 41,

48 45 5 14%

Jumlah 23 8 31 100%

b. Uji Validitas Try Out Skala Task Commitment

(55)

46

untuk mengetahui butir-butir aitem yang terseleksi agar dapat digunakan sebagai instrumen pengumpul data mendapatkan nilai validitas dan reliabilitas yang tinggi dan benar-benar dapat digunakan sebagai instrumen pengumpul data untuk penelitian lanjutan.

Tabel 8

Sebaran Aitem Valid dan Gugur Skala Task Commitment

Aitem

(56)

47

(57)

48

Tabel 9

Distribusi Aitem Skala Task Commitment setelah Dilakukan Try Out

No Aspek Indikator No. Aitem Jumlah Bobot

1.1 Memiliki keterlibatan dan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap bidang yang ditekuni.

1 23, 36 4 8%

1.2 Mampu bekerja dalam waktu lama untuk menyelesaikan tugas.

2.1 Mampu berprestasi sendiri

tanpa dorongan orang lain. 47 24 5 10%

5.1 Kemampuan menanggapi topik yang mutakhir terkait bidang yang ditekuni.

10, 32, 44, 50

17 5 10%

5.2 Kemampuan mengenali masalah pada bidang yang ditekuni.

8, 43 - 4 8%

(58)

49

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana alat pengukur dikatakan konsisten, jika dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama (Noor, 2011).

Menurut Muhammad (2008), reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur suatu instrumen berulang kali dan dapat menghasilkan data yang sama. Reliabilitas menunjukkan pada adanya konsistensi dan stabilitas nilai hasil pengukuran tertentu disetiap kali pengukuran dilakukan pada hal yang sama. Pengujian reliabilitas menggunakan rumus cronbach alpha, dapat dikatakan reliabel apabila hasil perhitungan sama

atau lebih besar dari 0,6. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan bantuan program SPSS for Windows versi 16.00.

Tabel 10.

Reliabilitas Statistik Try Out

Skala Koefisien Reliabilitas Jumlah Aitem

Flow Akademik 0.849 50

Task Commitment 0.887 50

(59)

50

E. Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis korelasi product moment dari Karl Pearson. Hal tersebut dikarenakan data yang digunakan adalah data parametrik. Teknik penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan diantara dua variabel yaitu variabel task commitment sebagai variabel bebas dan variabel flow akademik sebagai variabel terikat (Muhid, 2012).

Beberapa hal yang harus dipenuhi ketika menggunakan analisis ini adalah data dari kedua variabel berbentuk data kuantitatif (interval dan rasio) dan data berasal dari populasi yang berdistribusi normal (Muhid 2012). Oleh sebab itu, sebelum melakukan uji analisis korelasi data yang perlu dilakukan adalah melakukan uji normalitas data.

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi product moment dengan bantuan program SPSS for Windows versi 16.00. Santoso (2002) mengatakan bahwa tujuan analisis korelasi ini adalah ingin mengetahui apakah diantar dua variabel terdapat hubungan, dan jika ada hubungan, bagaiamana arah hubungan dan seberapa besar hubungan tersebut. Jika besarnya korelasi > 0,5 maka berarti memang terdapat hubungan (korelasi) yang kuat antara dua variabel tersebut.

(60)

51

pengetesan nilai korelasi, dengan maksud agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari kebenaran yang seharusnya ditarik (Ghozali, 2001).

1. Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui kenormalan distribusi sebaran skor variabel apabila terjadi penyimpangan sejauh mana penyimpangan tersebut. Uji ini menggunakan teknik Kolmogorov Smirnov dengan kaidah yang digunakan bahwa apabila signifikansi > 0.05

maka dikatakan berdistribusi normal, begitu pula sebaliknya jika signifikansi < 0.05 maka dikatakan berdistribusi tidak normal (Azwar, 2012).

2. Uji Linieritas

(61)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subyek

Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi yang dijadikan sampel dalam penelitian ini berjumlah 77 orang. Dalam 77 orang subyek penelitian dapat dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, usia, dan semester yang ditempuh dalam perkuliahan.

1. Pengelompokan Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin subyek penelitian dikelompokkan menjadi dua, yaitu laki-laki dan perempuan dengan gambaran penyebaran subyek seperti yang terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 11

Gambaran Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Jumlah (N) Persentase (%)

Laki-laki 22 29

Perempuan 55 71

Total 77 100

(62)

53

2. Pengelompokan Subyek Penelitian Berdasarkan Usia

Berdasarkan usia subyek penelitian, peneliti mendapatkan sampel dengan rentang usia dari 17 tahun sampai 22 tahun dan dikategorikan sebagai berikut :

Tabel 12

Gambaran Subyek Penelitian Berdasarkan Usia Jumlah (N) Persentase (%)

17 – 19 tahun 32 42

20 – 22 tahun 45 58

Total 77 100

Berdasarkan pada data dari 77 sampel penelitian terdapat 32 orang yang berusia 17 – 19 tahun dengan persentase 42% dan 45 orang yang berusia 20 – 22 tahun dengan persentase 48%.

3. Pengelompokan Subyek Penelitian Berdasarkan Semester

Berdasarkan semester yang sedang ditempuh oleh subyek penelitian, peneliti mengelompokkannya menjadi tiga, yakni semester dua, empat, dan enam. Berikut gambaran penyebarannya.

Tabel 13

Gambaran Subyek Penelitian Berdasarkan Semester

Jumlah (N) Persentase (%)

Dua 34 44

Empat 10 13

Enam 33 43

Total 77 100

(63)

54

B. Deskripsi dan Reliabilitas Data 1. Deskripsi Data

Tujuan dari analisis deskriptif adalah untuk mengetahui deskripsi suatu data seperti rata-rata, standard deviasi, varians, dan lain-lain. Berdasarkan hasil analisis descriptive statistic dengan menggunakan program SPSS for windows versi 16.00 dapat diketahui skor minimum, skor maksimum, sum statistic, rata-rata, standard deviasi, dan varians dari jawaban subjek terhadap skala ukur sebagai berikut :

Tabel 14

Deskripsi Statistik

N Kisaran Minimum Maksimum Rata-rata

Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah subjek yang diteliti baik dari skala flow akademik maupun skala task commitment adalah 77 responden. Pada pada skala task commitment memiliki rentang skor (range) sebesar 42, skor terendah adalah 83 dan skor tertinggi 125 dengan rata-rata (mean) sebesar 103,18 serta standar deviasi sebesar 8,452. Sedangkan skala flow akademik memiliki rentang skor (range) sebesar 48, skor terendah adalah 56 dan skor tertinggi 104 dengan rata-rata (mean) sebesar 85,01 serta standar deviasi sebesar 8,183.

(64)

55

a. Berdasarkan jenis kelamin responden Tabel 15

Deskripsi Data Berdasarkan Jenis Kelamin Responden Jenis

Deskripsi data berdasarkan jenis kelamin responden dapat diketahui banyaknya data yaitu 22 responden berjenis kelamin laki-laki dan 55 responden berjenis kelamin perempuan. Selanjutnya dapat diketahui nilai rata-rata tertinggi dari masing-masing variabel, bahwa nilai rata-rata tertinggi untuk variabel task commitment ada pada responden laki-laki dengan nilai mean sebesar 104,32, dan nilai rata-rata tertinggi pada variabel flow akademik ada pada responden yang berjenis kelamin perempuan dengan nilai mean sebesar 85.31.

b. Berdasarkan usia responden Tabel 16

Deskripsi Data Berdasarkan Usia Responden

(65)

56

Deskripsi data berdasarkan usia responden dapat diketahui banyaknya data dari kategori usia yaitu 2 responden berusia 17 tahun, 10 responden berusia 18 tahun, 20 responden berusia 19 tahun, 22 responden berusia 20 tahun, 21 responden berusia 21 tahun, dan 2 responden berusia 22 tahun. Selanjutnya dapat diketahui nilai rata-rata tertinggi dari masing-masing variabel, bahwa nilai rata-rata tertinggi untuk variabel task commitment ada pada responden yang berusia 22 tahun dengan nilai mean sebesar 113,00, dan nilai rata-rata tertinggi pada variabel flow akademik ada pada responden yang berusia 19 tahun dengan nilai mean sebesar 87,35.

c. Berdasarkan semester yang sedang ditempuh responden Tabel 17

Deskripsi Data Berdasarkan Semester Responden

Semester N Mean Std. Deviasi

Berdasarkan semester yang ditempuh oleh responden dapat diketahui banyaknya data yaitu 34 responden menempuh semester dua, 10 responden menempuh semester empat, dan 33 responden menempuh semester enam. Selanjutnya dapat diketahui nilai rata-rata tertinggi dari masing-masing variabel, bahwa nilai rata-rata tertinggi untuk variabel task commitment ada pada responden yang sedang menempuh semester

(66)

57

pada variabel flow akademik ada pada responden yang sedang menempuh semester dua dengan nilai mean sebesar 86,18.

2. Reliabilitas Data

Dalam penelitan ini, peneliti mengunakan uji reliabilitas

Cronbach’s Alpha dengan bantuan SPSS for windows versi 16.00 untuk

menguji skala yang digunakan dalam penelitian, dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 18

Hasil Uji Estimasi Reliabilitas

Skala Koefisien Reliabilitas Jumlah Aitem

Flow Akademik 0.844 31

Task Commitment 0.859 35

Hasil uji reliabilitas variabel flow akademik, diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,844 maka reliabilitas alat ukur adalah baik, sedangkan untuk variabel task commitment diperoleh nilai reliabilitasnya adalah 0,859 maka reliabilitasnya juga baik. Kedua variabel memiliki reliabilitas yang baik, artinya aitem-aitemnya sangat reliabel sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini. Dikatakan sangat reliabel karena nilai koefisiensi reliabilitas lebih dari 0,70 dan mendekati 1,00.

3. Uji Prasyarat a. Uji Normalitas

(67)

58

dikatakan berdistribusi normal, begitu pula sebaliknya jika signifikansi < 0.05 maka dikatakan berdistribusi tidak normal (Azwar, 2012).

Data dari variabel penelitian diuji normalitas sebarannya dengan menggunakan program SPSS for windows versi 16.00 yaitu dengan uji Kolmogorov - Smirnov. Data yang dihasilkan adalah sebagai berikut :

Tabel 19

Hasil Uji Normalitas

One Sample Kolmogorov – Smirnov Test Task

Commitment

Flow Akademik

Subjek Penelitian 77 77

Parameter Normalᵃ Rata-rata 103.18 85.01 Standar Deviasi 8.452 8.183 Perbedaan Paling

Ekstrim

Absolut 0.066 0.72

Positif 0.53 0.72

Negatif -0.066 -0.050

Kolmogorov-Smirnov Z 0.576 0.630

Asymp. Sig. (2-tailed) 0.894 0.822

Dari hasil tabel diatas diperoleh nilai signifikansi untuk skala flow akademik sebesar 0,822 > 0,05 sedangkan nilai signifikansi untuk

skala task commitment sebesar 0,894 > 0,05. Karena nilai signifikansi kedua skala tersebut lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa data tersebut berdistribusi normal dan model ini memenuhi asumsi uji normalitas.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah variabel task commitment dan flow akademik memiliki hubungan yang linier.

(68)

59

maka hubungannya linier, jika signifikansi < 0.05 maka hubungan tidak linier.

Data dari variabel penelitian diuji linieritas sebarannya dengan menggunakan program SPSS for windows versi 16.00. Hasilnya adalah sebagai berikut : Linieritas 52.160 0.000 Penyimpangan

Hasil uji linearitas antara variabel flow akademik dengan task commitment menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,346 > 0,05 yang

artinya bahwa variabel flow akademik dan task commitment mempunyai hubungan yang linier.

(69)

60

C. Hasil Penelitian

Hubungan task commitment terhadap flow akademik diperoleh dengan cara menghitung koefisien korelasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis korelasi product moment dengan bantuan program SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) for windows versi 16.00, dengan menggunakan taraf signifikansi sebesar 1% atau 0.01. Adapun hasil uji statistik korelasi product moment sebagai berikut :

Tabel 21

Hasil Uji Korelasi Product Moment

Task

**.Signifikansi korelasi berada pada level 0.01 (2-tailed).

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu terdapat hubungan antara task commitment dengan flow akademik pada mahasiswa.

Dari hasil analisis data yang dapat dilihat pada tabel hasil uji korelasi product moment di atas, menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan pada

Gambar

Gambar 1. Skema Hubungan Task Commitment dan Flow Akademik
Gambar 2. Skema kerangka teoritik Task Commitment dan Flow Akademik
Tabel 1  Data Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi
Gambaran Sampel Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara manajemen diri dengan prokrastinasi akademik pada aktivis organisasi.. Subjek dalam penelitian ini berjumlah

Tujuan utama pada penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa program twinning di UMS.

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan sebagai wacana pemikiran yang berkaitan dengan harga diri dengan prokrastinasi akademik, sehingga mahasiswa

Sedangkan, individu yang memiliki tingkat kematangan emosi tinggi kemungkinan tidak akan melakukan prokrastinasi akademik karena memiliki kendali diri yang kuat untuk mengelola

Hubungan Academic Self Concept dengan Task Commitment pada Siswa SMA Program Akselerasi di Medan.. Cinthya Merdekawaty

dalam satu kelas, dari siswa akselerasi di Medan yang memiliki tanda-tanda task. commitment yang

Pembahasan pada bagian ini dikhususkan untuk menjawab rumusan masalah yang ketiga yakni ada tidaknya hubungan antara adversity Quotient dengan Task Commitment

Menurut Ferrari dkk (1995, dalam Ghufron &amp; Risnawita, 2017) sebagai suatu perilaku penundaan, prokrastinasi akademik dapat diamati dengan ciri-ciri tertentu