• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara kematangan emosi dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan antara kematangan emosi dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA. SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi. Disusun Oleh: Nama : Maria Brighitta Corry Timmerman NIM : 089114111. PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015.

(2) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA. SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi. Disusun Oleh: Nama : Maria Brighitta Corry Timmerman NIM : 089114111. PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 i.

(3) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI.

(4) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI.

(5) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. HALAMAN MOTTO. “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambilah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi” Lukas 22:42. “Saudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak pemikiranmu. Jadilan anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu!” 1 Korintus 14:20 iv.

(6) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. HALAMAN PERSEMBAHAN. Dengan penuh kerendahan hati, skripsi ini kupersembahkan untuk: . Allah Bapa Yang Maha Kuasa, yang memberikan komoditas paling berharga di jagad raya ini, yaitu waktu, untukku. Semoga anugerah terbesar dari Allah itu tidak lagi kusia-siakan.. . Orang tuaku tercinta, Bapak Alex Cornelis Timmerman dan Ibu Rosa Rohyani Purwandari yang selalu membiarkan aku tumbuh dewasa dengan caraku.. . Keluarga kecilku, suamiku Yustinus Budiono dan anakku Immanuela Nathania Pascanatalie Timmerman yang mencintaiku apa adanya.. v.

(7) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI.

(8) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA Maria Brighitta Corry Timmerman ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kematangan emosi dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara kematangan emosi dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa yang berjumlah 100 mahasiswa. Data penelitian diungkap menggunakan Skala Kematangan Emosi dan Skala Prokrastinasi Akademik. Skala Kematangan Emosi memiliki reliabilitas 0,902 dan Skala Prokrastinasi Akademik memiliki reliabilitas 0,942. Analisis data penelitian dilakukan menggunakan korelasi Pearson Product Moment. Hasil korelasi antara kematangan emosi dengan prokrastinasi akademik sebesar -0,487 dengan p = 0,000 (p < 0,01), yang berarti terdapat hubungan negatif signifikan antara kematangan emosi dengan prokrastinasi akademik. Kata kunci: kematangan emosi, prokrastinasi akademik, mahasiswa.. vii.

(9) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. THE RELATION BETWEEN EMOTIONAL MATURITY AND ACADEMIC PROCRASTINATION OF COLLEGE STUDENTS Maria Brighitta Corry Timmerman ABSTRACT This research aimed to know the relation between emotional maturity and academic procrastination of college students. The hypothesis in this research was a negatif corellation between emotional maturity and academic procrastination of college students. The subjects were 100 college students. The reability of emotional maturity scale was 0,902 and the reability of academic procrastination scale was 0,942. the data was analyzed using the Pearson productmoment correlation technique. Based on this correlation test, the result shows that the correlation between emotional maturity and academic procrastination was -0,487 with p = 0,000 (p < 0,01), which means there was a significant negative correlation between emotional maturity and academic procrastination. Keywords: emotional maturity, academic procrastination, college students.. viii.

(10) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI.

(11) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa di surga karena atas limpahan kasih-Nya, penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar. Skripsi dengan judul “Hubungan antara Kematangan Emosi dengan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa“ ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan meraih gelar sarjana psikologi. Proses penyelesaian skripsi ini melibatkan banyak pihak yang dengan tulus hati memberikan bantuan dan dukungannya dalam berbagai bentuk. Oleh karena itu, penulis bermaksud mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berkenan membantu selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. yang memberikan. kelancaran perijinan. perpanjangan studi dan penelitian skripsi sekaligus sebagai dosen penguji skripsi yang telah memberikan saran dan pengetahuan baru bagi penulis. 2. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi sekaligus selaku Kaprodi yang selalu memberikan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini secepat mungkin. 3. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani (R.I.P.) yang memberikan inspirasi dan semangat untuk terus berjuang menyelesaikan studi S1 dengan penuh kedisiplinan. x.

(12) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 4. Ibu Sylvia Carolina Maria Yunita Murtisari, S.Psi., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan semangat dan kesempatan untuk meraih gelar sarjana tepat waktu serta selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan masukan dan saran sehingga menjadikan skripsi ini semakin baik. 5. Romo Priyono Marwan yang selalu menyuguhkan senyum serta memberikan rosario pembakar semangat dalam menuntaskan studi S1. 6. Bapak C. Siswo Widyatmoko dan Ibu Haksi Mayawati yang membuat saya mencintai dunia riset dalam bidang psikologi, serta meminjamkan akun Survey Monkey tanpa syarat. 7. Ibu M. B. Rohaniwati, Bapak Gandung Widiyantoro, Bapak Muji, Bapak Doni, serta Bapak Gie, yang telah banyak membantu dalam segala hal terkait administrasi, praktikum, dan sebagainya selama penulis menempuh pendidikan sarjana. 8. Segenap dosen dan karyawan di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membagi ilmu, inspirasi, dan karya. 9. Seluruh mahasiswa yang terlibat sebagai subjek dalam penelitian ini, terima kasih banyak atas kesediaan kalian mengisi skala penelitian. 10. Kedua orang tua penulis, Bapak Alex Cornelis Timmerman, S.H., MH.Li., MBA, Ph.D. dan Ibu Rosa Rohyani Purwandari, S.H. yang telah merawat dan membesarkan penulis dengan penuh cinta kasih serta selalu menagih ijasah S1 saya.. xi.

(13) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 11. Kakak saya, Romo Bobby Steven Octavianus Timmerman yang selalu menanyakan “apa kabar skripsimu?” lewat sms, facebook, whatsapp, line, dan skype. 12. Adik saya, Augustinus Glen Calvin Timmerman, S.H. dan istrinya Monica Yustesia Nurcahyaningrum yang selalu mendoakan yang terbaik untuk saya. 13. Adik bungsu saya Valentina Marsellia Septy Claudia Timmerman yang selalu mendoakan dan menyemangati serta membantu mengoreksi tata bahasa dalam skripsi saya sehingga akhirnya skripsi ini dapat selesai dengan baik. 14. Pendamping hidup saya, Yustinus Budiono dan putri saya Immanuela Nathania Pascanatalie Timmerman yang menjadi motivator utama penuntasan skripsi ini. 15. Om David Kisito Timmerman yang menjadi saluran berkat dalam membiayai kuliah S1 saya. 16. Segenap keluarga besar di Yogyakarta maupun di Jawa Barat yang selalu memberi saya doa dan semangat untuk menyelesaikan studi sarjana. 17. Teman-teman Psikologi yang sudah lulus mendahului penulis, membuat penulis semakin termotivasi untuk mengikuti jejak mereka, terutama Bernadetta Ditia Kristiani, Nathalia Nindi Kristianingrum, dan Maria Dessy Selviantari. 18. Teman-teman seperjuangan, yang masih bergulat dengan skripsi. Semangat!!! 19. Direktur Gloria Edukasindo, Bapak Drs. Eko Cahyono Tjia, Psi., M.M. yang memberikan fasilitas kredit dana tunai sehingga saya dapat membiayai perpanjangan studi 2 tahun demi mendapatkan gelar S. Psi. xii.

(14) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 20. Teman-teman yang masih dan sempat bersama saya di Gloria Edukasindo, Bapak Donni, Mas Sigma, Mas Andhi, Mbak Heni, Ibu Apri, Mas Tyo, Mbak Desi, Mbak Sari, Mbak Ratna, Mas Bagus, Mbak Thea, Mas Weda, Mbak Yoche, Tata, Tita, Fili, Ibu Pauline, Mbak Santi, Yossy, Sabhi, Ayu, Christi, Laura, Lisa, Hardi, Gunawan, Satriya, Mbak Dika, Mbak Ferda, Mbak Niken, Mbak Eli, Mbak Milka, Mbak Esthi yang selalu menghargai kinerja saya. 21. Phunsukh Wangdu melalui film 3 Idiots yang menginspirasi saya menjadi “great teacher” seperti Sonam Wangchuk suatu saat nanti. Amin. 22. Semua pihak yang senantiasa menguatkan dalam doa dan dukungan demi kesuksesan saya dalam menunaikan kewajiban sebagai mahasiswa. Terima kasih. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak keterbatasan maupun kekurangan. Oleh karenanya, saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan guna menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca sekalian.. Yogyakarta, 29 Juni 2015 Penulis,. Maria Brighitta Corry Timmerman. xiii.

(15) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL.............................................................................. i. HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING...................... ii. HALAMAN PENGESAHAN................................................................ iii. HALAMAN MOTTO............................................................................. iv. HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................. v. HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA............................ vi. ABSTRAK.............................................................................................. vii. ABSTRACT.............................................................................................. viii. HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH........... ix. KATA PENGANTAR............................................................................ x. DAFTAR ISI........................................................................................... xiv. DAFTAR TABEL................................................................................... xviii. DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xix. BAB I. PENDAHULUAN...................................................................... 1. A. Latar Belakang.................................................................... 1. B. Rumusan Masalah............................................................... 9. C. Tujuan Penelitian................................................................ 9. D. Manfaat Penelitian.............................................................. 10. BAB II. LANDASAN TEORI.................................................................. 11. A. Prokrastinasi Akademik...................................................... 11. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik............................... 11. xiv.

(16) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 2. Tipe Prokrastinasi Akademik........................................ 14. 3. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik....................................................................... 15. B. Kematangan Emosi............................................................. 18. 1. Pengertian Kematangan Emosi...................................... 18. 2. Aspek-aspek Kematangan Emosi.................................. 19. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kematangan Emosi............................................................................. 21. C. Mahasiswa.......................................................................... 22. D. Dinamika Hubungan Kematangan Emosi dengan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa.......................... 23. E. Hipotesis............................................................................. 29. F. Skema Dinamika Hubungan antara Kematangan Emosi dan Prokrastinasi Akademik.............................................. 30. BAB III. METODOLOGI PENELITIAN............................................... 31. A. Jenis Penelitian.................................................................... 31. B. Identifikasi Variabel............................................................ 31. C. Definisi Operasional............................................................ 31. 1. Kematangan Emosi.......................................................... 31. 2. Prokrastinasi Akademik................................................... 32. D. Subjek Penelitian................................................................. 33. E. Metode Pengambilan Data.................................................. 34. 1. Skala Kematangan Emosi................................................ 34. xv.

(17) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 2. Skala Prokrastinasi Akademik......................................... 36. F. Validitas, Reliabilitas, dan Analisis Aitem.......................... 37. 1. Validitas........................................................................... 37. 2. Reliabilitas....................................................................... 38. 3. Analisis Aitem................................................................. 39. G. Analisis Data........................................................................ 40. 1. Uji Asumsi........................................................................ 40. a. Uji Normalitas.......................................................... 40. b. Uji Linearitas............................................................ 40. 2. Uji Hipotesis..................................................................... 41. BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........................ 42. A. Persiapan Penelitian............................................................. 42. 1. Pelaksanaan Uji Coba...................................................... 42. 2. Hasil Uji Coba Alat Ukur Penelitian................................ 44. a. Skala kematangan emosi.......................................... 44. b. Skala prokrastinasi akademik................................... 46. B. Deskripsi Data Penelitian.................................................... 47. C. Hasil Penelitian.................................................................... 54. 1. Uji Asumsi........................................................................ 54. a. Uji Normalitas.......................................................... 55. b. Uji Linearitas............................................................ 56. 2. Uji Hipotesis..................................................................... 57. D. Pembahasan.......................................................................... 59. xvi.

(18) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................. 68. A. Kesimpulan.......................................................................... 68. B. Saran................................................................................... 68. 1. Bagi Mahasiswa.............................................................. 68. 2. Bagi Universitas.............................................................. 69. 3. Bagi Penelitian Selanjutnya............................................ 69. DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 70. LAMPIRAN-LAMPIRAN...................................................................... 74. xvii.

(19) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Distribusi Aitem Skala Kematangan Emosi (sebelum uji coba)....................................................................... 35. Tabel 2. Distribusi Aitem Skala Prokrastinasi Akademik (sebelum uji coba)..................................................................... Tabel 3. Deskripsi Responden................................................................... 37 43. Tabel 4. Distribusi Aitem Skala Kematangan Emosi (setelah uji coba)......................................................................... 45. Tabel 5. Distribusi Aitem Skala Prokrastinasi Akademik (setelah uji coba)........................................................................ 46. Tabel 6. Deskripsi Data Penelitian.......................................................... 48. Tabel 7. Uji Signifikansi Perbedaan Mean Empiris dan Teoretis........... 49. Tabel 8. Uji t Skala Kematangan Emosi................................................. 49. Tabel 9. Uji t Skala Prokrastinasi Akademik.......................................... 50. Tabel 10. Norma Kategorisasi................................................................. 51. Tabel 11. Norma Kategorisasi Skor Kematangan Emosi........................ 51. Tabel 12. Norma Kategorisasi Skor Prokrastinasi Akademik................. 52. Tabel 13. Kategorisasi Skor Kematangan Emosi dan Prokrastinasi Akademik Berdasarkan Angkatan/Semester............................ 52. Tabel 14. Kategorisasi Skor Kematangan Emosi dan Prokrastinasi Akademik Berdasarkan Usia................................................... Tabel 15. Kategorisasi Skor Kematangan Emosi dan Prokrastinasi xviii. 53.

(20) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. Akademik Berdasarkan Angkatan/Semester............................ 54. Tabel 16. Hasil Uji Normalitas ............................................................... 55. Tabel 17. Hasil Uji Linearitas.................................................................. 56. Tabel 18. Hasil Uji Hipotesis.................................................................... 57. Tabel 19. Uji Regresi................................................................................ 58. Tabel 20. Koefisien Korelasi antara Aspek-aspek Kematangan Emosi dengan Prokrastinasi Akademik................................................ xix. 59.

(21) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Skala Kematangan Emosi dan Prokrastinasi Akademik............................................................................... 75 Lampiran 2. Analisis Reliabilitas Skala Kematangan Emosi...................... 87 Lampiran 3. Analisis Reliabilitas Skala Prokrastinasi Akademik.............. 96 Lampiran 4. Hasil Uji t Skala Kematangan Emosi dan Skala Prokrastinasi Akademik.......................................................... 101 Lampiran 5. Hasil Uji Normalitas................................................................ 103 Lampiran 6. Hasil Uji Linearitas.................................................................. 105 Lampiran 7. Hasil Uji Hipotesis................................................................... 115 Lampiran 8. Hasil Uji Regresi...................................................................... 118. xx.

(22) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Sarwono (1978) menyatakan bahwa mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran-pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia antara 18-30 tahun. Menurut Hurlock (1994), rentang usia tersebut berada pada tahap perkembangan dewasa awal. Beberapa tugas perkembangan masa dewasa awal adalah memilih pasangan hidup, belajar hidup dengan suami/isteri, mulai membentuk keluarga, mengasuh anak, mengelola/mengatur rumah tangga, memulai pekerjaan, dan bertanggung jawab sebagai warga negara. Keberhasilan dalam mencapai tugas perkembangan tersebut akan mengarahkan pada kebahagiaan dan keberhasilan pada tugas perkembangan berikutnya. Sebaliknya, kegagalan menyelesaikan tugas perkembangan tersebut, akan membawa ketidakbahagiaan, celaan sosial, dan kesukaran menyelesaikan tugas perkembangan berikutnya (Havinghurst & Neugarten, 1962). Mahasiswa berupaya menyelesaikan tugas perkembangan tersebut sambil menempuh studi akademis. Sementara itu, tugas dan tanggung jawab akademis yang dihadapi tidaklah ringan. Sebagian mahasiswa dapat menyelesaikan tugas perkembangan dan memenuhi tuntutan akademisnya dengan baik. Namun, sebagian mahasiswa lainnya justru memilih menunda penyelesaian tugas akademiknya. Mereka tetap menunda 1.

(23) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2. penyelesaian tugas akademik meskipun mereka sadar bahwa waktu yang dimiliki terbatas. Perilaku menunda tugas tersebut dalam kajian ilmu Psikologi sering disebut sebagai prokrastinasi. Steel (2007) mendefinisikan prokrastinasi sebagai perilaku menunda dengan sengaja kegiatan yang diinginkan meskipun individu mengetahui bahwa penundaannya tersebut dapat menghasilkan dampak buruk. Sejatinya, prokrastinasi berpotensi menimbulkan kerugian dan bahaya. Namun disayangkan sampai saat ini masih banyak hal yang belum dipelajari sebagai faktor penyebab prokrastinasi. Oleh karena itu, penelitian lanjutan mengenai prokrastinasi seharusnya tidak ditunda, terutama karena prevalensinya yang semakin berkembang. Prokrastinasi menjadi masalah yang serius dalam masyarakat yang berorientasi pada prestasi karena individu diharapkan memenuhi kewajiban di masa tertentu kehidupannya (Van Eerde, 2003). Fakta penelitian yang ada menunjukkan bahwa prokrastinasi merupakan hal yang biasa dilakukan mahasiswa (Solomon & Rothblum, 1984; Tice & Baumiester, 1997). Hasil penelitian yang dilakukan Solomon dan Rothblum (1984) pada 322 orang mahasiswa di Amerika Serikat mengungkapkan. bahwa. 46%. mahasiswa. melakukan. prokrastinasi. akademik. Selain itu, Rizvi, Prawitasari, dan Soetjipto (1997) meneliti mengenai prokrastinasi akademik ditinjau dari pusat kendali eksternal dan efikasi diri pada 111 mahasiswa dan menemukan bahwa 20,38% dari mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

(24) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3. melakukan prokrastinasi akademik. Gustina (2009) menemukan 34% dari 50 mahasiswa S1 di Yogyakarta memiliki prokrastinasi akademik tinggi. Selanjutnya, Kurniawati (2010) mengungkapkan bahwa 40% mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 20022006 tergolong memiliki prokrastinasi yang tinggi, bahkan 26,67% mahasiswa melakukan prokrastinasi yang tergolong sangat tinggi dalam penelitiannya mengenai hubungan self regulated learning dengan prokrastinasi. Hasil beberapa penelitian di atas membuktikan bahwa tingkat prevalensi prokrastinasi akademik yang ditemukan pada mahasiswa terbilang tinggi. Ellis dan Knaus (dalam Steel, 2007). bahkan. memperkirakan bahwa sekitar 95% mahasiswa melakukan prokrastinasi akademik di Amerika Serikat. Tingginya tingkat prevalensi prokrastinasi akademik tersebut merupakan prediktor dari buruknya prestasi akademik mahasiswa (Balkis, Duru, & Bulus, 2013). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Patrzek, Grunschel, dan Fries (2012) menyebutkan bahwa konsekuensi negatif dari prokrastinasi jauh lebih banyak daripada konsekuensi positif yang ditimbulkan. Konsekuensi negatif tersebut meliputi rendahnya gambaran diri, rasa malu, cemas, tidak puas, tertekan, kesukaran hidup, penyesalan atau kesedihan yang mendalam,. tidak. adanya. motivasi. untuk. berubah,. stres,. sakit,. berkurangnya relasi sosial, reaksi negatif dari orang lain, kerugian finansial,. gangguan. rencana. hidup,. akumulasi. tugas. akademik,.

(25) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4. pengulangan dalam mengerjakan tugas akademik, prestasi akademik yang buruk, penambahan waktu studi, bahkan dropped out (DO). Van Eerde (2003) menambahkan bahwa selain konsekuensi psikologis seperti rasa bersalah dan penurunan hasil performansi, prokrastinasi. membawa. konsekuensi. sosial,. yakni. pandangan. ketidakmandirian. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Kristiani (2013) yang mengindikasikan adanya korelasi negatif antara kemandirian dengan prokrastinasi pada mahasiswa. Perbedaan karakteristik tugas, seperti ketidaksukaan dan kesukaran tugas telah dipelajari sebagai faktor yang mendahului prokrastinasi (Steel, 2007). Tugas-tugas kuliah yang membutuhkan kemandirian, menuntut penyediaan sumber daya (waktu, tenaga, pikiran, dan mungkin juga uang), serta tidak memberikan imbalan seketika merupakan tugas-tugas yang dengan mudah atau memiliki kecenderungan tinggi untuk ditunda (Ursia, Siaputra, & Sutanto, 2013). Sebagaimana halnya pendapat Solomon dan Rothblum (1984) bahwa alasan mahasiswa melakukan prokrastinasi adalah tugas yang tidak menyenangkan dan rasa takut gagal. Penelitian Beswick, dkk (dalam Patrzek, Grunschel, & Fries 2012) mengindikasikan bahwa mahasiswa yang prokrastinasi seringkali memiliki harga diri yang rendah. Sebagaimana dikemukakan oleh Ferrari (dalam Chow, 2011) bahwa harga diri yang rendah atau perasaan tidak berharga mendorong ke arah menghindari tugas yang mungkin berujung pada kegagalan. Untuk prokrastinator, menghindar adalah raja pertahanan,.

(26) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5. karena ketika mereka menghindari tugas, mereka juga menghindari banyak pikiran, perasaan, dan memori yang berkaitan dengannya (Burka & Yuen, 1983). Steel (2007) menyatakan bahwa kecenderungan menanggalkan pekerjaan dengan tenggat waktu yang sudah dekat juga biasa dilakukan oleh orang impulsif yang dapat dengan mudah merasa bosan. Ursia, Siaputra, dan Sutanto (2013) menyatakan hal yang serupa, yakni kecenderungan mahasiswa untuk bersikap impulsif selaras dengan kecenderungan mahasiswa untuk menunda pengerjaan tugas. Blatt & Quinn (dalam Steel, 2007) menerangkan bahwa individu yang impulsif lebih cenderung melakukan prokrastinasi, sebagaimana mereka cenderung dilanda dengan keinginan saat ini dan fokus perhatian pada keinginan tersebut. Individu tersebut tidak mempertimbangkan dengan matang keputusannya, sering mengejar gratifikasi segera, serta mengabaikan atau tidak memperdulikan tanggung jawab jangka panjang. Baumeister, Heatherton, dan Tice (dalam Tice & Baumiester, 1997) menemukan fakta bahwa prokrastinasi telah diidentifikasi sebagai maksud seseorang untuk meregulasi emosi negatif yang mungkin menyertai sebuah tugas setidaknya dalam jangka pendek. Regulasi emosi tersebut biasanya diwujudkan dengan melakukan aktivitas yang menyenangkan seperti menonton TV, tidur, bermain game, makan, berbincang dengan anggota keluarga atau teman-teman, serta berbicara melalui telepon (Pychyl, Lee, Thibodeau, & Blunt, 2000)..

(27) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6. Van Eerde (2003) mengemukakan bahwa seorang prokrastinator tidak mampu untuk menunda kesenangan karena mempunyai kontrol impuls yang kurang. Kontrol impuls berarti kemampuan untuk mengorbankan hasil jangka pendek yang biasanya tampak lebih menyenangkan demi hasil jangka panjang. Beberapa orang melakukan prokrastinasi karena mereka tidak mampu mengontrol keinginan mereka untuk melakukan aktivitas menyenangkan jangka pendek. Sebagaimana hasil penelitian yang telah ditemukan oleh Ferrari dan Emmons (1995) bahwa kontrol diri merupakan prediktor tunggal terbaik untuk setiap metode prokrastinasi, yakni prokrastinasi decisional, behavioral, dan dysfunctional. Penelitian lain yang dilakukan di Universitas Surabaya oleh Ursia, Siaputra, dan Sutanto (2013) mengungkapkan adanya korelasi negatif antara self control dan prokrastinasi pada mahasiswa skripsi. Steel (2007) mendefinisikan kontrol diri sebagai pengendalian diri individu terhadap waktu tunda penerimaan imbalan. Artinya, individu yang dapat mengendalikan diri dengan baik mampu menunda gratifikasi atau imbalan dari tindakan yang dilakukan. Selain itu, kemampuan individu melakukan kontrol diri terkait erat dengan kematangan emosi (Singh, Kaur, & Dureja, 2012). Secara esensi, kematangan emosi berarti mengendalikan emosi, bukan membiarkan emosi memegang kendali (Punithavathi, 2013). Tiwari (2014) menambahkan bahwa kematangan emosi adalah kemampuan untuk menahan tekanan sehingga individu yang emosinya matang dapat bertahan.

(28) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7. terhadap situasi frustrasi. Misalnya, ketika mendapatkan tugas yang tidak disukai atau sukar diselesaikan. Seperti halnya pendapat Hollingsworth dan Morgan (dalam Young, 1975) bahwa kematangan emosi merupakan perubahan respon emosi dari anak-anak menuju dewasa yang ditandai dengan perubahan pada tingkat toleransi terhadap frustrasi, penurunan dalam tingkat dan derajat emosi yang tidak diharapkan, perbedaan dalam perilaku impulsif, perbedaan sikap dalam memperhatikan diri sendiri, serta perbedaan dalam menampakkan perilaku emosi secara terbuka. Chaturvedi dan Kumari (2012) menambahkan bahwa seseorang yang matang secara emosi dapat menyesuaikan diri secara efektif dengan realitas kehidupan yang dihadapi. Swamy, Rao, Ancheril, Vegas, & Balasubramanian (2014) juga menyampaikan hal yang senada, yaitu agar dapat menuju ke arah kehidupan yang sukses dengan memuaskan, seseorang perlu memiliki perilaku kematangan emosi yang tinggi. Oleh karena itu, mahasiswa yang tidak mampu menangani emosi dan perasaan mereka akan mengalami kesulitan dalam menghadapi tantangan hidup, termasuk tantangan menyelesaikan tugas-tugas akademik. Swamy, dkk. (2014) menyatakan lebih lanjut bahwa tidak ada satu orang pun yang lahir dengan kematangan emosi karena hal itu dibentuk oleh pengasuhan dan pengalaman hidup. Artinya, kematangan emosi tidak didapatkan begitu saja, melainkan perlu dicapai dengan upaya yang sungguh-sungguh. Menurut Hurlock (1994), kematangan emosi dapat.

(29) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8. dibentuk melalui pelatihan, disiplin, dan pengalaman langsung berbagai peristiwa. yang. merangsang. bangkitnya. emosi.. Jogsan. (2013). mengungkapkan bahwa kematangan emosi pada individu normal akan tercapai pada usia 21 tahun sampai awal 30 dan akan terus berkembang sampai usia sekitar 35 tahun sehingga dengan bertambahnya usia, kematangan emosi individu diperkirakan dapat bertambah pula. Sebaliknya, Hawadi dan Reni (2004) menegaskan bahwa mahasiswa yang tidak berhasil mencapai kematangan emosi akan merasa tertekan dengan tuntutan yang ada dan bisa menjadi mahasiswa underachiever atau bahkan memilih drop out. Individu tersebut akan merasa terisolasi atau bersifat agresif terhadap orang lain. Selain itu, individu tersebut akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri serta tidak dapat mengembangkan kreativitas dan potensi yang dimiliki. Dengan demikian, individu dengan tingkat kematangan emosi yang rendah kemungkinan akan melakukan prokrastinasi akademik untuk menghindari berbagai tugas akademik yang menjadi tanggung jawabnya. Hal itu disebabkan karena individu tersebut cenderung bertindak selayaknya anak-anak yang secara impulsif akan memilih aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada mengerjakan tugas. Individu merasa kesulitan menyesuaikan diri dengan realitas tanggung jawab yang dimilikinya serta tidak dapat mengembangkan kreativitas dan potensi yang dimiliki untuk menyelesaikan tugas-tugas akademiknya..

(30) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9. Sedangkan, individu yang memiliki tingkat kematangan emosi tinggi kemungkinan tidak akan melakukan prokrastinasi akademik karena memiliki kendali diri yang kuat untuk mengelola emosi dan perasaan frustrasi menghadapi tanggung jawab dan tugas akademik yang dimiliki. Sampai saat ini penelitian mengenai kematangan emosi dan prokrastinasi akademik belum pernah dilakukan. Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti kemukakan di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kematangan emosi dengan prokrastinasi akademik.. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah pokok penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara kematangan emosi dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa?. C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris tentang ada tidaknya hubungan antara kematangan emosi dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa..

(31) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoretis a. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai latihan pengembangan berpikir ilmiah dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang didapatkan selama kuliah. b. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini bertujuan untuk menambah kajian teori di bidang ilmu psikologi pendidikan dan perkembangan khususnya. mengenai. kematangan. emosi. dan. prokrastinasi. akademik. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Mahasiswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi para mahasiswa, terutama terkait dengan kematangan emosi dan prokrastinasi akademik. b. Bagi Universitas Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi wacana untuk meningkatkan. peran. universitas. dalam. menanggulangi. prokrastinasi akademik yang dilakukan mahasiswa. c. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan referensi atau informasi dalam mengembangkan penelitian selanjutnya tentang kematangan emosi dan prokrastinasi akademik..

(32) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB II LANDASAN TEORI. A. PROKRASTINASI AKADEMIK 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik Menurut sejarah , kata prokrastinasi diperkirakan sudah ada sejak lama. Pada abad ke-17 kata ini telah dituliskan oleh Anthony Walker dalam kotbahnya di dalam salah satu prasasti di Universitas Ottawa, Canada. Prokrastinasi dianggap sebagai salah satu dosa serta kejahatan manusia. Dengan menunda-nunda pekerjaan, manusia akan kehilangan kesempatan dan dianggap telah menyia-nyiakan karunia Tuhan (Ferrari, Johnson, & McCown, 1995). Secara etimologis, DeSimone (dalam Ferrari, Johnson, & McCown, 1995) menjelaskan bahwa prokrastinasi berasal dari bahasa Latin “procrastinare” dengan awalan „pro‟ yang berarti bergerak maju (forward) dan akhiran „crastinus‟ yang berarti milik hari esok (belonging to tomorrow). Jika digabungkan, maka artinya menjadi “menangguhkan atau menunda hingga hari berikutnya”. Penjelasan yang serupa juga dapat ditemukan dalam The new shorter oxford English dictionary (Burka & Yuen, 1983) yang menjelaskan bahwa prokrastinasi berasal dari kata procrastinate yang berarti menunda, menghentikan, menangguhkan, memperpanjang.. 11.

(33) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 12. Schouwenburg (dalam Ferrari, Johnson, & McCown, 1995) juga menyatakan bahwa perilaku menunda tugas disebut sebagai prokrastinasi. Steel (2007) mendefinisikan prokrastinasi sebagai perilaku menunda dengan sengaja kegiatan yang diinginkan meskipun individu tersebut mengetahui bahwa penundaan dapat menghasilkan dampak buruk. Lebih lanjut, Solomon dan Rothblum (1984) mengemukakan bahwa prokrastinasi lebih dari sekadar lamanya waktu dalam penyelesaian suatu tugas, tetapi juga meliputi penundaan yang dilakukan secara konsisten dan terus terulang. Sebenarnya prokrastinasi biasa terjadi setiap waktu dan merupakan masalah yang sangat serius (Burka & Yuen, 1983). Solomon dan Rothblum (1984) mengungkapkan bahwa prokrastinasi adalah penundaan yang tidak berguna dalam menyelesaikan tugas. Seorang prokrastinator sadar jika dirinya menunda tugas yang penting dan bermanfaat baginya dengan melakukan sesuatu yang tidak perlu dan nantinya. mengakibatkan. perasaan. yang. tidak. menyenangkan.. Prokrastinator sering melakukan penundaan dan menggantinya dengan melakukan aktivitas yang menyenangkan seperti menonton TV, tidur, bermain game, makan, berbincang dengan anggota keluarga atau temanteman, dan berbicara melalui telepon (Pychyl, dkk., 2000). Tice dan Baumiester (1997) menegaskan bahwa prokrastinasi merupakan kebiasaan diri menyerah pada rasa malas yang mengakibatkan pada penundaan pekerjaan tanpa ada alasan..

(34) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 13. Ferrari, Johnson dan McCown (1995) membagi prokrastinasi menjadi dua berdasarkan jenis tugasnya, yaitu prokrastinasi akademik dan non-akademik. Prokrastinasi akademik merupakan jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik. Misalnya, penundaan terhadap tugas sekolah, tugas kuliah, atau tugas kursus. Sedangkan, prokrastinasi non-akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas non-formal atau tugas yang berhubungan. dengan. kehidupan. sehari-hari.. Contohnya,. tugas. membersihkan rumah. Solomon dan Rothblum (1984) menyatakan bahwa mahasiswa yang sering melakukan prokrastinasi percaya bahwa kecenderungan mereka untuk prokrastinasi secara signifikan berdampak pada bidang akademis mereka, yakni kemampuan untuk menguasai materi kuliah hingga kualitas hidup mereka. Balkis, Duru, dan Bulus, (2013) mendukung pernyataan tersebut dengan menyimpulkan bahwa prokrastinasi akademis merupakan faktor penting dalam prestasi akademis di lingkup akademis. Solomon dan Rothblum (1984) menyebutkan bahwa prokrastinasi akademik sering dilakukan dalam lima area akademik, yaitu: a) tugas menulis/mengarang; b) tugas membaca mingguan; c) belajar menghadapi ujian; d) kewajiban dalam hal kehadiran; dan e) tugas-tugas administratif. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi akademik adalah perilaku penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik, seperti tugas.

(35) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 14. menulis/mengarang, tugas membaca mingguan, belajar menghadapi ujian, kewajiban dalam hal kehadiran, serta tugas-tugas administratif.. 2. Tipe Prokrastinasi Akademik Schouwenburg (dalam Ferrari, Johnson, dan McCown, 1995) mengatakan bahwa pola prokrastinasi akademik dapat termanifestasi dalam beberapa tipe sebagai berikut: a. Kehendak untuk menunda memulai maupun menyelesaikan tugas yang sedang dihadapi (intention delay). Intention delay disebabkan oleh gangguan emosional yang dimiliki prokrastinator. Gangguan emosional yang dimaksud adalah prokrastinator. memiliki. kesadaran. bahwa. dirinya. melakukan. penundaan, namun tidak berusaha menghentikan hal tersebut. b. Perilaku menunda memulai maupun menyelesaikan tugas yang sedang dihadapi (behavior delay). Prokrastinator memiliki ketakutan untuk gagal (fear of failure) yang menghasilkan perilaku menghindar, yakni mengulur-ulur waktu dalam mengerjakan tugas sehingga prokrastinator membutuhkan waktu lebih. lama. Prokrastinator. untuk. mengerjakan. menghabiskan. tugas. waktu. atau. yang. terkesan dimilikinya. lamban. untuk. mempersiapkan diri secara berlebihan, maupun melakukan hal-hal yang tidak. dibutuhkan. dalam. penyelesaian. suatu. memperhitungkan keterbatasan waktu yang dimilikinya.. tugas,. tanpa.

(36) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 15. c. Kesenjangan antara kehendak dan tindakan (intention-behavior discrepancy) Prokrastinator melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan kehendaknya. Misalnya, mahasiswa mendapatkan tugas beserta deadline pengumpulan tugas dari dosen. Kemudian ia merancang jadwal untuk mengerjakan tugas tersebut. Akan tetapi pada akhirnya ia tidak dapat memenuhi jadwal tersebut. d. Melakukan aktivitas lain (shift to other activities) Prokrastinator memilih menghindar untuk mengurangi kecemasan dan ketakutan yang dimilikinya. Hal itu menyebabkan prokrastinator dengan sengaja tidak segera melakukan tugasnya. Ia menggunakan waktu yang dimiliki untuk melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih menyenangkan, seperti menonton TV, tidur, bermain game, dan sebagainya sehingga menyita waktu yang ia miliki untuk mengerjakan tugas yang harus diselesaikannya. Dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi akademik termanifestasi pada beberapa tipe, yaitu kehendak untuk menunda memulai maupun menyelesaikan tugas yang sedang dihadapi, perilaku menunda memulai maupun menyelesaikan tugas yang sedang dihadapi, kesenjangan antara kehendak dan tindakan, dan melakukan aktivitas lain. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik Berdasarkan beberapa kajian teoritis, ada dua faktor utama yang mempengaruhi prokrastinasi akademik, yaitu:.

(37) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 16. a. Faktor Internal (dari dalam diri individu), meliputi: 1) Faktor Fisik, yaitu kondisi fisiologis seseorang yang mendorong ke arah prokrastinasi, seperti rasa lelah (Strongman & Burt, dalam Steel, 2007). Seseorang yang merasa lelah berlebihan akan memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk melakukan prokrastinasi. 2) Faktor Psikologis, antara lain: a) Harga diri Penelitian Beswick, dkk (dalam Patrzek, Grunschel, & Fries 2012) mengindikasikan bahwa mahasiswa yang prokrastinasi seringkali memiliki harga diri yang rendah. Sebagaimana dikemukakan oleh Ferrari (dalam Chow, 2011) bahwa harga diri yang rendah atau perasaan tidak berharga mendorong ke arah menghindari tugas yang mungkin berujung pada kegagalan. b) Impusivitas Steel (2007) menyatakan bahwa kecenderungan menanggalkan pekerjaan dengan tenggat waktu yang sudah dekat juga biasa dilakukan oleh orang impulsif yang dapat dengan mudah merasa bosan. Ursia, Siaputra, dan Sutanto (2013) menyatakan hal yang serupa, yakni kecenderungan mahasiswa untuk bersikap impulsif selaras dengan kecenderungan mahasiswa untuk menunda pengerjaan tugas. Blatt & Quinn (dalam Steel, 2007) menerangkan bahwa individu yang impulsif lebih cenderung melakukan. prokrastinasi,. sebagaimana. mereka. cenderung.

(38) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 17. dilanda dengan keinginan saat ini dan fokus perhatian pada keinginan tersebut. c) Kontrol diri Steel. (2007) menegaskan bahwa prokrastinasi. akademik. memiliki korelasi negatif yang kuat dengan kontrol diri. Hal senada diungkapkan oleh Ferrari dan Emmons (1995) bahwa kontrol diri merupakan prediktor tunggal terbaik untuk setiap metode prokrastinasi, yakni prokrastinasi decisional, behavioral, dan dysfunctional. b. Faktor Eksternal (dari luar diri individu), contohnya perbedaan karakteristik tugas, seperti ketidaksukaan dan kesukaran tugas (Steel, 2007). Tugas-tugas kuliah yang membutuhkan kemandirian, menuntut penyediaan sumber daya (waktu, tenaga, pikiran, dan mungkin juga uang), serta tidak memberikan imbalan seketika merupakan tugas-tugas yang dengan mudah atau memiliki kecenderungan tinggi untuk ditunda (Ursia, Siaputra, & Sutanto, 2013). Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik terdiri dari faktor internal, yakni fisik (rasa lelah) dan psikologis (harga diri, impulsivitas, dan kontrol diri) serta faktor eksternal, yaitu perbedaan karakteristik tugas..

(39) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 18. B. KEMATANGAN EMOSI 1. Pengertian Kematangan Emosi Gunarsa (1986) menyatakan bahwa kematangan emosi merupakan dasar perkembangan individu dan sangat mempengaruhi tingkah laku. Dengan kata lain, kematangan emosi merupakan bagian penting dalam kehidupan individu (Punithavathi, 2013). Hal itu dapat terjadi karena kematangan emosi memampukan individu untuk membuat keputusan yang lebih baik dalam hidup (Singh, Pant, & Valentina, 2014). Selain itu, kematangan emosi memungkinkan individu untuk menahan tekanan sehingga individu yang emosinya matang dapat bertahan terhadap situasi frustrasi. Oleh karenanya, individu yang memiliki kematangan emosi yang tinggi mampu mengarah pada kehidupan yang efektif dan berhasil, (Tiwari, 2014). Kematangan emosi dapat dipahami sebagai kemampuan kontrol diri yang pada gilirannya merupakan sebuah hasil pemikiran dan pembelajaran (Pastey & Aminbhavi, 2006). Lebih lanjut, menurut Aashra dan Jogsan (2013), kematangan emosi adalah ukuran kapasitas seseorang dalam menciptakan sebuah sikap mental positif. Secara esensi, kematangan emosi berarti mengendalikan emosi, bukan membiarkan emosi memegang kendali (Punithavathi, 2013). Jogsan (2013) mengungkapkan bahwa kematangan emosi pada individu normal akan tercapai pada usia 21 tahun sampai awal 30 dan akan terus berkembang sampai usia sekitar 35 tahun.

(40) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 19. sehingga dengan bertambahnya usia, kematangan emosi individu diperkirakan dapat bertambah pula. Lebih lanjut, Yusuf (2011) menyatakan bahwa kematangan emosi merupakan kemampuan individu untuk dapat bersikap toleran, merasa nyaman, mempunyai kontrol diri, menerima diri sendiri dan orang lain, serta mampu menyatakan emosinya secara konstruktif dan kreatif. Individu yang memiliki kematangan emosi mampu bereaksi sesuai dengan tuntutan yang ada dalam situasi tersebut. Akibatnya, respon yang tidak sesuai dengan tuntutan yang dihadapi akan dihilangkan (Sari & Nuryoto, 2002). Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kematangan emosi adalah kemampuan individu bersikap toleran, merasa nyaman, mempunyai kontrol diri, menerima diri sendiri dan orang lain, serta mampu menyatakan emosi secara kontruktif dan kreatif.. 2. Aspek-aspek Kematangan Emosi Walgito (2004) mengemukakan lima aspek kematangan emosi, yaitu: a. Dapat menerima keadaan diri maupun orang lain apa adanya. Individu mampu menerima kelebihan dan kekurangan diri sendiri sehingga berani menjadi pribadi apa adanya. Selain itu, mudah menyesuaikan diri karena mampu menerima kelebihan dan kekurangan.

(41) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 20. orang lain. Hal ini disebabkan karena seseorang yang matang emosinya dapat berpikir secara lebih objektif. b. Tidak impulsif. Individu merespon stimulus dengan cara berpikir rasional tidak hanya berdasarkan pemikiran emosional dan menyadari akibat dari tindakan yang emosional. Mampu menilai situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi terhadap situasi tersebut sehingga cenderung memikirkan ulang tindakan emosional yang hendak dilakukan serta memilih ungkapan emosi yang tidak bersifat menyerang. c. Dapat mengontrol emosi dan ekspresi emosi dengan baik. Individu yang mampu mengontrol emosi cenderung akan mempunyai emosi yang stabil, tidak berubah-ubah seperti yang terjadi pada masa perkembangan anak-anak, mampu mengekspresikan emosi tersebut secara wajar dengan mengelola emosi agar tidak mengarah pada tindakan destruktif. Selain itu, mampu menanggapi emosi orang lain dengan konstruktif dan mengekspresikan emosi pada orang lain dengan asertif. d. Bersifat sabar, penuh pengertian, dan memiliki toleransi yang baik. Individu dapat berpikir secara objektif dan realistis sehingga mampu menghadapi perlakuan maupun perkataan negatif dari orang lain dengan bijaksana. Selain itu, mampu menghargai ekspresi emosi orang lain karena memiliki toleransi yang baik..

(42) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 21. e. Mempunyai tanggung jawab yang baik, dapat berdiri sendiri, dan tidak mudah mengalami frustrasi. Individu mampu bertanggung jawab terhadap reaksi emosional yang dilakukan. Di samping itu, mampu mengubah emosi yang tidak menyenangkan menjadi pendorong melakukan tindakan konstruktif serta mampu mengelola tekanan emosi agar tidak melemahkan diri karena sifat mandiri dan tahan terhadap tekanan yang dimilikinya. Bersedia menerima saran dan kritik dari individu lain dengan sikap terbuka. Dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek kematangan emosi adalah dapat menerima keadaan diri sendiri dan orang lain apa adanya, tidak impulsif, dapat mengontrol emosi dan ekspresi emosi dengan baik, sabar penuh pengertian dan memiliki toleransi yang baik, serta mempunyai tanggung jawab, dapat berdiri sendiri, dan tidak mudah frustrasi.. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kematangan Emosi Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa hal-hal berikut ini mempengaruhi kematangan emosi: a. Kesehatan Fisik Sari & Nuryoto (2002) mengungkapkan bahwa kematangan emosi berhubungan erat dengan kesehatan fisiologis individu..

(43) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 22. b. Jenis Kelamin Beberapa penelitian mengungkapkan korelasi positif yang signifikan antara jenis kelamin dengan kematangan emosi (Roja, Sasikumar, & Fathima, 2013; Mallick, Singh, Chaturvedi, & Kumar, 2014). c. Tempat tinggal Mallick, dkk., (2014) mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan signifikan pada kematangan emosi mahasiswa yang tinggal di asrama dan non asrama. Lebih lanjut, penelitian yang dilakukan oleh Punithavathi (2013) mengungkapkan bahwa mahasiswi non asrama memiliki kematangan emosi yang lebih tinggi daripada mahasiswi yang tinggal di asrama. d. Struktur keluarga Sigh, Pant, dan Valentina, (2014) melakukan studi mengenai dampak struktur keluarga pada kematangan emosi remaja. Mereka menemukan bahwa kematangan emosi berkorelasi positif secara signifikan terhadap struktur keluarga. Dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan emosi antara lain, kesehatan fisik, jenis kelamin, tempat tinggal, dan struktur keluarga.. C. MAHASISWA Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1, ayat (6).

(44) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 23. dinyatakan bahwa mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi tertentu. Sarwono (1978) memperinci bahwa mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran-pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia antara 18-30 tahun. Menurut Hurlock (1994) rentang usia 18-40 tahun merupakan tahap perkembangan dewasa awal. Beberapa tugas perkembangan masa dewasa awal adalah memilih pasangan hidup, mengelola/mengatur rumah tangga, memulai pekerjaan, dan bertanggung jawab sebagai warga negara. Mahasiswa yang berhasil mencapai tugas perkembangan tersebut akan meraih kebahagiaan dan keberhasilan pada tugas perkembangan berikutnya. Sebaliknya, mahasiswa yang gagal menyelesaikan tugas perkembangan tersebut, akan mengalami ketidakbahagiaan, celaan sosial, dan kesukaran menyelesaikan tugas perkembangan berikutnya (Havinghurst & Neugarten, 1962). Di samping harus menyelesaikan tugas perkembangan, mahasiswa juga dihadapkan pada berbagai tugas akademik. Mahasiswa dituntut untuk menyelesaikan berbagai tugas akademik, seperti tugas menulis/mengarang, tugas membaca mingguan, belajar menghadapi ujian, kewajiban dalam hal kehadiran, serta tugas-tugas administratif.. D. DINAMIKA. HUBUNGAN. KEMATANGAN. EMOSI. DENGAN. PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA Mahasiswa dalam masa studinya menghadapi berbagai tuntutan akademik, termasuk di dalamnya tugas-tugas rutin seperti menulis, membaca,.

(45) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 24. belajar menghadapi ujian, menghadiri kuliah, dan tugas administratif lainnya. Tidak semua tugas tersebut dipenuhi dengan baik oleh mahasiswa karena berbagai hal, salah satunya adalah penundaan atau prokrastinasi akademik. Prokrastinasi akademik merupakan permasalahan yang penting untuk ditangani karena jumlah prevalensinya semakin meningkat dari hari ke hari. Hal tersebut menimbulkan kekhawatiran karena konsekuensi negatif yang dihasilkan oleh perilaku prokrastinasi akademik jauh lebih besar daripada konsekuensi positifnya. Bahkan, konsekuensi negatif yang dihasilkan dari prokrastinasi akademik dapat mengarah pada kegagalan studi mahasiswa atau dropped out. Berbagai penelitian telah dilakukan mengenai prokrastinasi akademik sehingga terungkap berbagai. faktor. yang. mempengaruhi. terjadinya. prokrastinasi akademik di kalangan mahasiswa. Perbedaan karakteristik tugas, seperti ketidaksukaan dan kesukaran tugas telah dipelajari sebagai faktor yang mendahului prokrastinasi (Steel, 2007). Tugas-tugas kuliah yang membutuhkan kemandirian, menuntut penyediaan sumber daya (waktu, tenaga, pikiran, dan mungkin juga uang), serta tidak memberikan imbalan seketika merupakan tugas-tugas yang dengan mudah atau memiliki kecenderungan tinggi untuk ditunda (Ursia, Siaputra, & Sutanto, 2013). Harga diri yang rendah juga disinyalir sebagai penyebab mahasiswa melakukan prokrastinasi sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh Beswick, dkk (dalam Patrzek, Grunschel, & Fries 2012). Ferrari (dalam Chow, 2011) juga menyatakan bahwa harga diri yang rendah atau perasaan.

(46) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 25. tidak berharga mendorong ke arah menghindari tugas yang mungkin berujung pada kegagalan. Steel (2007) mengemukakan bahwa orang impulsif biasa menanggalkan pekerjaan dengan tenggat waktu yang sudah dekat karena mudah merasa bosan. Ursia, Siaputra, dan Sutanto (2013) menyatakan hal yang serupa, yakni kecenderungan mahasiswa untuk bersikap impulsif selaras dengan kecenderungan mahasiswa untuk menunda pengerjaan tugas. Blatt & Quinn (dalam Steel, 2007) juga menegaskan hal yang sama bahwa individu yang impulsif lebih cenderung melakukan prokrastinasi. Individu tersebut tidak mempertimbangkan dengan matang keputusannya, sering mengejar gratifikasi segera, serta mengabaikan atau tidak memperdulikan tanggung jawab jangka panjang. Baumeister, Heatherton, dan Tice (dalam Tice & Baumiester, 1997) menemukan. fakta. bahwa. prokrastinasi. dilakukan. karena. seseorang. bermaksud untuk meregulasi emosi negatif yang mungkin menyertai sebuah tugas setidaknya dalam jangka pendek. Regulasi emosi tersebut biasanya diwujudkan dengan melakukan aktivitas yang menyenangkan seperti menonton TV, tidur, bermain game, makan, berbincang dengan anggota keluarga atau teman-teman, serta berbicara melalui telepon (Pychyl, dkk., 2000). Faktor penting lain yang ditemukan melatarbelakangi prokrastinasi adalah kontrol diri. Beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli mengungkapkan bahwa prokrastinasi secara negatif berkorelasi dengan.

(47) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 26. kontrol diri (Ferrari dan Emmons, 1995; Steel 2007; Ursia, Siaputra, & Sutanto 2013). Kontrol diri dipahami sebagai pengendalian diri individu terhadap waktu tunda imbalan. Selain itu, ketidakmampuan menunda kesenangan tersebut terkait erat dengan kematangan emosi yang dimiliki mahasiswa. Beberapa peneliti mengartikan kematangan emosi sebagai kemampuan individu untuk dapat mengendalikan diri (Andrieş, 2009; Yusuf, 2011; Arumugam, 2014). Artinya, mahasiswa yang memiliki kematangan emosi tinggi tidak akan mudah terganggu atau teralihkan oleh rangsang-rangsang yang bersifat emosional sesaat, baik yang berasal dari dalam maupun luar dirinya. Kematangan emosi mencakup lima aspek, yakni dapat menerima keadaan diri sendiri dan orang lain apa adanya, tidak impulsif, dapat mengontrol emosi dan ekspresi emosi dengan baik, sabar penuh pengertian dan memiliki toleransi yang baik, serta mempunyai tanggung jawab, dapat berdiri sendiri, dan tidak mudah frustrasi. Individu yang mampu menerima keadaan diri secara apa adanya, baik kelebihan maupun kekurangan akan lebih peka untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuannya. Kaitannya dengan prokrastinasi akademik adalah individu mampu menyesuaikan kemampuan diri sendiri dengan tugastugas yang didapatkan. Ketika individu tersebut menyadari bahwa tugas yang dimiliki banyak dan waktu pengumpulannya terbatas maka tugas tersebut akan segera dikerjakannya..

(48) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 27. Individu yang memiliki kematangan emosi rendah akan bertindak impulsif dalam menghadapi rangsangan stimulus. Dalam kaitannya dengan prokrastinasi akademik, Blatt & Quinn (dalam Steel, 2007) menyatakan bahwa individu yang impulsif lebih cenderung melakukan prokrastinasi, sebagaimana mereka cenderung dilanda dengan keinginan saat ini dan fokus perhatian pada keinginan tersebut. Sebaliknya, jika individu yang memiliki kematangan emosi tinggi dihadapkan pada suatu tugas akademik, ia akan sukar teralihkan pada hal lain yang bersifat sesaat sehingga mampu memfokuskan perhatian pada tugas yang seharusnya dikerjakan. Selanjutnya, kemampuan untuk mengendalikan emosi dan ekspresi emosi dapat memperkecil kesenjangan antara kehendak dengan tindakan. Artinya, individu yang mampu mengendalikan emosi cenderung untuk melakukan tindakan sesuai dengan apa yang sudah direncanakan sebelumnya meskipun banyak tawaran kegiatan lain yang lebih menyenangkan untuk dilakukan. Selain itu, kontrol emosi yang lemah menghasilkan prokrastinasi yang tinggi karena mahasiswa cenderung memilih untuk melakukan aktivitas menyenangkan dengan imbalan jangka pendek daripada mengerjakan tugas akademik yang memberikan imbalan jangka panjang. Sebaliknya, kontrol emosi yang kuat mengurangi tingkat prokrastinasi karena mahasiswa cenderung memilih menyelesaikan tugas akademik daripada melakukan aktivitas menyenangkan sesaat. Kesabaran, sifat penuh pengertian, dan toleransi yang baik juga terkait dengan prokrastinasi akademik. Individu yang sabar akan mengerjakan tugas.

(49) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 28. akademiknya dengan tekun meskipun tugas tersebut dinilai sukar untuk dikerjakan. Selain itu, mahasiswa yang memiliki kematangan emosi yang tinggi mampu bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan mandiri serta tidak mudah frustrasi ketika menghadapi permasalahan dalam hidup. Oleh karenanya, berbagai kewajiban dapat diselesaikan secara mandiri dengan penuh tanggung jawab tanpa menyebabkan frustrasi. Kemandirian yang dimiliki individu membuatnya mampu mengerjakan tugas tanpa tergantung pada orang lain. Apabila dikaitkan dengan prokrastinasi akademik, individu yang bertanggung jawab akan memiliki kecenderungan untuk tidak menunda memulai maupun menyelesaikan tugas akademik yang sedang dihadapi. Selain itu, individu tersebut tidak mudah menyerah saat menghadapi tugas yang banyak ataupun tugas dengan tenggat waktu pengerjaan yang terbatas. Pada akhirnya, berbagai jenis tugas akademik yang dihadapi dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang memiliki kematangan emosi yang tinggi akan memiliki prokrastinasi akademik yang rendah. Sedangkan, mahasiswa yang memiliki kematangan emosi yang rendah akan memiliki prokrastinasi akademik yang tinggi. Ketika mahasiswa yang memiliki kematangan emosi tinggi dihadapkan pada tuntutan kewajiban tugas akademik yang menantang, ia dapat memfokuskan diri dan energinya untuk mencari solusi menyelesaikan kewajibannya, bukan justru melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan untuk sesaat. Sementara itu,.

(50) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 29. mahasiswa yang memiliki kematangan emosi yang rendah dapat dengan mudah menghindar dari tugas tersebut dengan cara prokrastinasi atau menundanya tanpa perlu.. E. HIPOTESIS Dari penjelasan di atas, maka dapat diambil suatu hipotesis penelitian ada hubungan negatif antara kematangan emosi dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Semakin tinggi tingkat kematangan emosi, maka akan semakin rendah tingkat prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Sebaliknya, semakin rendah tingkat kematangan emosi, maka akan semakin tinggi tingkat prokrastinasi akademik pada mahasiswa..

(51) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 30. F. SKEMA DINAMIKA HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN PROKRASTINASI AKADEMIK Tugas Akademik: -menulis/mengarang -membaca -belajar untuk ujian -menghadiri kuliah -tugas administratif Emosi negatif Deadline/ Batas Pengumpulan Tugas. Prokrastinasi Akademik. Dapat dicegah/ dikurangi Emosi positif. Kematangan Emosi: - Menerima keadaan diri maupun orang lain apa adanya. - Tidak impulsif - Mengontrol emosi dan ekspresi emosi dengan baik. - Sabar, penuh pengertian, dan memiliki toleransi yang baik. - Bertanggung jawab, dapat berdiri sendiri, dan tidak mudah frustrasi..

(52) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasional yang bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara dua variabel (Azwar, 2005). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel kematangan emosi dengan prokrastinasi akademik.. B. IDENTIFIKASI VARIABEL Menurut Arikunto (2002), variabel merupakan objek penelitian atau suatu hal yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Terdapat dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Variabel bebas. : kematangan emosi. 2. Variabel tergantung : prokrastinasi akademik. C. DEFINISI OPERASIONAL 1. Kematangan Emosi Kematangan emosi adalah kemampuan individu bersikap toleran, merasa nyaman, mempunyai kontrol diri, menerima diri sendiri dan orang lain, serta mampu menyatakan emosi secara konstruktif dan kreatif.. 31.

(53) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 32. Kematangan emosi akan diungkap dengan menggunakan skala kematangan emosi yang mengacu pada aspek kematangan emosi dari Walgito (2004), yaitu: a. Dapat menerima keadaan diri maupun orang lain apa adanya. b. Tidak impulsif. c. Dapat mengontrol emosi dan ekspresi emosi dengan baik. d. Dapat berpikir secara objektif dan realistis, sehingga bersifat sabar, penuh pengertian, dan memiliki toleransi yang baik. e. Mempunyai tanggung jawab yang baik, dapat berdiri sendiri, dan tidak mudah mengalami frustrasi. Hasil skala kematangan emosi tersebut akan menunjukkan tingkat kematangan emosi subjek. Semakin tinggi skor total yang diperoleh subjek, maka semakin tinggi tingkat kematangan emosi subjek. Sebaliknya, semakin rendah skor total yang diperoleh subjek, maka tingkat kematangan emosi subjek semakin rendah.. 2. Prokrastinasi Akademik Prokrastinasi akademik adalah prokrastinasi yang dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik, seperti tugas menulis/mengarang, tugas membaca mingguan, belajar menghadapi ujian, kewajiban dalam hal kehadiran, serta tugas-tugas administratif..

(54) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 33. Prokrastinasi akademik akan diungkap dengan menggunakan skala prokrastinasi akademik berdasarkan teori tipe prokrastinasi menurut Schouwenburg (dalam Ferrari, Johnson, dan McCown, 1995), yaitu: a. Kehendak untuk menunda memulai maupun menyelesaikan tugas yang sedang dihadapi. b. Perilaku menunda memulai maupun menyelesaikan tugas yang sedang dihadapi. c. Kesenjangan antara kehendak dan tindakan. d. Melakukan aktivitas lain. Hasil skala prokrastinasi akademik tersebut akan menunjukkan tingkat prokrastinasi akademik subjek. Semakin tinggi skor total yang diperoleh subjek, maka semakin tinggi pula prokrastinasi akademik subjek. Sebaliknya, semakin rendah skor total yang diperoleh subjek, maka prokrastinasi akademik subjek semakin rendah.. D. SUBJEK PENELITIAN Subjek penelitian adalah sumber utama data penelitian, yakni yang mempunyai data mengenai variabel yang diteliti pada dirinya. Subjek penelitian akan dikenai kesimpulan hasil penelitian (Azwar, 2005). Karakteristik subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa laki-laki dan perempuan berusia 18-25 tahun. Subjek penelitian dipilih dengan menggunakan teknik non random sampling, yaitu pertama menggunakan voluntary sampling dengan menyebarkan tautan/link pengisian.

(55) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 34. skala online menggunakan website Survey Monkey sehingga mahasiswa dapat mengakses di https://www.surveymonkey.com/s/keloladiridantugas secara. sukarela. Kedua,. menggunakan. accidental. sampling. dengan. memberikan skala kepada mahasiswa yang bertemu dengan peneliti pada saat pengambilan data, bersedia berpartisipasi, dan memenuhi kriteria.. E. METODE PENGAMBILAN DATA Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala. Skala adalah alat ukur psikologi yang dapat mengungkap atribut tertentu (Azwar, 2008). Skala dibuat menggunakan modifikasi penskalaan model Likert yang terdiri dari 4 respon jawaban. Modifikasi yang dimaksud adalah peniadaan alternatif jawaban tengah untuk menghindari subjek memberikan jawaban netral atau tidak bisa menentukan pilihan dan adanya central tendency effect, terutama bagi respon ragu-ragu dalam menentukan jawaban. Jawaban netral bagi orang Indonesia lebih mengarah pada tidak ada jawaban sehingga tidak perlu dinilai (Hadi, 2000). Di bawah ini akan diuraikan penyusunan aitem, pemberian skor, serta distribusi aitem sebelum uji coba.. 1. Skala Kematangan Emosi Skala kematangan emosi dibuat oleh peneliti berdasarkan aspekaspek kematangan emosi menurut Walgito (2004), yaitu dapat menerima keadaan diri maupun orang lain apa adanya, tidak impulsif, dapat.

(56) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 35. mengontrol emosi dan ekspresi emosi dengan baik, bersifat sabar penuh pengertian dan memiliki toleransi yang baik, serta mempunyai tanggung jawab, dapat berdiri sendiri, dan tidak mudah frustrasi. Skala kematangan emosi ini terdiri dari 4 respon jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Kategori penilaian untuk masing-masing aitem favorable adalah nilai 4 untuk Sangat Sesuai (SS), nilai 3 untuk Sesuai (S), nilai 2 untuk Tidak Sesuai (TS), dan nilai 1 untuk Sangat Tidak Sesuai (STS). Sebaliknya, kategori nilai untuk aitem unfavorable, yaitu nilai 1 untuk Sangat Sesuai (SS), nilai 2 untuk Sesuai (S), nilai 3 untuk Tidak Sesuai (TS), dan nilai 4 untuk Sangat Tidak Sesuai (STS). Berikut ini diuraikan penyusunan aitem skala kematangan emosi dan distribusi aitem sebelum uji coba. Tabel 1. Distribusi Aitem Skala Kematangan Emosi (sebelum uji coba) No. Aspek No. Aitem Jumlah favorable unfavorable 1. Menerima keadaan diri 34, 19 38, 30 maupun orang lain apa 4, 16 12, 29 12 adanya. 15, 33 55, 1 2. Tidak impulsif. 11, 42 41, 22 12 9, 3 48, 53 14, 39 13, 26 3. Mengontrol emosi dan 27, 56 23, 47 ekspresi emosi dengan 21, 28 37, 8 12 baik. 18, 36 54, 31 4. Sabar, penuh pengertian, 17, 40 2, 25 dan memiliki toleransi 52, 50 10, 49 12 yang baik. 24, 45 20, 35 5. Bertanggung jawab, dapat 51, 59 5, 7 berdiri sendiri, dan tidak 58, 6 44, 60 12 mudah frustrasi. 57, 32 43, 46 Jumlah 60.

(57) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 36. 2. Skala Prokrastinasi Akademik Skala prokrastinasi akademik dibuat oleh peneliti berdasarkan aspekaspek prokrastinasi akademik menurut Schouwenburg (dalam Ferrari, Johnson, dan McCown, 1995), yakni kehendak untuk menunda memulai maupun menyelesaikan tugas yang sedang dihadapi, perilaku menunda memulai maupun menyelesaikan tugas yang sedang dihadapi, kesenjangan antara kehendak dan tindakan, serta melakukan aktivitas lain. Skala yang digunakan untuk mengukur prokrastinasi akademik adalah modifikasi penskalaan model Likert. Skala prokrastinasi akademik ini terdiri dari 4 respon jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Kategori penilaian untuk masing-masing aitem favorable adalah nilai 4 untuk Sangat Sesuai (SS), nilai 3 untuk Sesuai (S), nilai 2 untuk Tidak Sesuai (TS), dan nilai 1 untuk Sangat Tidak Sesuai (STS). Sebaliknya, kategori nilai untuk aitem unfavorable, yaitu nilai 1 untuk Sangat Sesuai (SS), nilai 2 untuk Sesuai (S), nilai 3 untuk Tidak Sesuai (TS), dan nilai 4 untuk Sangat Tidak Sesuai (STS). Berikut ini diuraikan penyusunan aitem skala prokrastinasi akademik dan distribusi aitem sebelum uji coba..

(58) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 37. Tabel 2. Distribusi Aitem Skala Prokrastinasi Akademik (sebelum uji coba) No. Aspek No. Aitem Jumlah Favorable Unfavorable 1. Kehendak untuk menunda memulai 30, 42, 49, 7 62, 32, 39, 51 maupun menyelesaikan 16 2, 43, 25, 41 56, 35, 5, 10 tugas yang sedang dihadapi. 2. Perilaku menunda memulai maupun 58, 14, 28, 13 38, 44, 18, 6 16 menyelesaikan tugas 37, 15, 31, 54 26, 4, 36, 29 yang sedang dihadapi. 3. Kesenjangan antara 23, 55, 27, 61 20, 1, 3, 24 16 kehendak dan tindakan. 57, 46, 19, 17 45, 47, 48, 53 4. Melakukan aktivitas 11, 8, 64, 12 21, 22, 50, 59 16 lain. 63, 60, 40, 16 34, 52, 9, 33 Jumlah. 64. F. VALIDITAS, RELIABILITAS, DAN ANALISIS AITEM 1. Validitas Azwar (2008) mengatakan bahwa validitas berarti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu instrumen dikatakan mempunyai validitas tinggi jika instrumen tersebut mampu menjalankan fungsi ukurnya atau sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran. Pada penelitian ini, skala kematangan emosi dan prokrastinasi akademik akan diuji validitas isinya melalui analisis rasional terhadap isi alat ukur, yang penilaiannya berdasarkan atas pertimbangan subjektif individual. Validitas isi ini bertujuan untuk mengungkap sejauh mana aitem-aitem dalam alat ukur tersebut mencakup keseluruhan kawasan dari.

(59) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 38. isi yang akan diukur. Salah satu cara untuk mengetahui validitas isi telah terpenuhi adalah dengan melihat kesesuaian aitem (pernyataan) dalam alat ukur dengan blueprint dan memeriksa kesesuaian masing-masing aitem dengan indikator perilaku yang hendak diukur. Peneliti menggunakan pendapat dari ahli (expert judgement) untuk melakukan validasi isi yang dalam hal ini adalah dosen pembimbing. Setelah itu, kumpulan aitem yang telah melewati proses review diujicobakan. Selanjutnya skala kematangan emosi dan prokrastinasi akademik yang telah diujicoba akan dilihat daya diskriminasi butir aitem untuk membedakan kelompok yang mempunyai dengan kelompok yang tidak mempunyai atribut yang diukur (Azwar, 2008). Daya diskriminasi ini diperoleh dengan cara mengkorelasikan tiap butir aitem dengan menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment. Perhitungannya dengan menggunakan software SPSS versi 19.0.. 2. Reliabilitas Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur, yang mengandung arti kecermatan pengukuran (Azwar, 2008). Reliabilitas pengukuran dalam penelitian ini diperoleh dengan metode konsistensi internal (internal consistency) karena metode ini dalam prosedurnya menggunakan single trial administration, yaitu hanya memerlukan satu kali pengenaan tes kepada sekelompok individu sebagai subjek. Uji reliabilitas dilakukan pada aitem-aitem yang lolos dalam.

(60) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 39. konsistensi internal. Tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukkan oleh suatu angka, yaitu koefisien reliabilitas. Teknik analisis reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan formula koefisien alpha dari Cronbach. Perhitungannya dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 19.0.. 3. Analisis Aitem Analisis aitem dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor aitem dengan skor total yang akan menghasilkan indeks daya diskriminasi aitem atau indeks konsistensi aitem total. Daya diskriminasi aitem menunjukkan sejauhmana aitem mampu membedakan kelompok yang memiliki atau tidak memiliki atribut yang akan diukur. Indeks daya diskriminasi aitem menginformasikan tentang konsistensi antara hal yang hendak diukur oleh aitem dengan hal hendak diukur oleh skala. Semakin tinggi korelasi positif antar skor aitem dengan skor skala berarti semakin tinggi pula konsistensi aitem tersebut dengan skala secara keseluruhan atau dengan kata lain semakin tinggi daya bedanya. Sebaliknya, bila koefisiennya rendah, maka fungsi aitem tersebut tidak cocok dengan fungsi ukur skala atau dengan demikian daya bedanya tidak cukup baik. Penghitungan koefisien aitem total dilakukan menggunakan SPSS versi 19.0..

(61) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 40. G. ANALISIS DATA 1. Uji Asumsi Uji asumsi dilakukan untuk melihat apakah data yang digunakan sudah memenuhi syarat untuk dilakukan korelasi. Uji asumsi terdiri dari uji normalitas dan linearitas.. a. Uji Normalitas Pada penelitian ini, uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan rumus One Sample Kolmogorov-Smirnov Test pada program SPSS versi 19.0. Distribusi data dinyatakan normal apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (p>0,05). Sebaliknya jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) maka distribusi data dinyatakan tidak normal.. b. Uji Linearitas Uji linearitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Test for Linearity pada program SPSS versi 19.0. Suatu hubungan dinyatakan linier apabila nilai signifikansi yang didapatkan lebih kecil dari 0,05 (p<0,05), sedangkan hubungan dinyatakan tidak linier apabila nilai signifikansi yang didapatkan lebih besar dari 0,05 (p>0,05)..

(62) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 41. 2. Uji Hipotesis Teknik uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan korelasi Pearson-Product Moment yang terdapat dalam program SPSS versi 19.0..

(63) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. PERSIAPAN PENELITIAN 1. Pelaksanaan Uji Coba Pelaksanaan uji coba alat penelitian dilakukan menggunakan dua teknik sampling dengan waktu yang berbeda. Pertama, peneliti menyebarkan link/tautan pengisian skala online menggunakan website Survey Monkey sehingga mahasiswa yang memiliki akses internet dapat mengakses di https://www.surveymonkey.com/s/keloladiridantugas secara sukarela. Akses tautan tersebut dibuka pada tanggal 9 Juni 2015 dan ditutup pada tanggal 21 Juni 2015. Total responden yang mengisi skala dari tautan tersebut sampai tanggal 16 Juni 2015 adalah 29 orang dengan rincian 5 orang mengisi pada tanggal 9 Juni 2015, 4 orang mengisi tanggal 10 Juni 2015, 1 orang mengisi tanggal 11 Juni 2015, 5 orang mengisi pada tanggal 12 Juni 2015, 12 orang mengisi pada tanggal 15 Juni 2015, 1 orang mengisi pada tanggal 16 Juni 2015, 1 orang mengisi pada tanggal 17 Juni 2015, dan 1 orang mengisi pada tanggal 19 Juni 2015. Mempertimbangkan animo yang rendah dari para mahasiswa dalam mengisi skala secara online serta jumlah mahasiswa yang mengisi skala dengan lengkap hanya 15 orang, peneliti mencoba menggunakan metode yang berbeda, yakni dengan memberikan skala yang sudah dicetak sejumlah 94 buah kepada mahasiswa yang bertemu dengan peneliti di kampus III Universitas Sanata. 42.

Gambar

Tabel 1. Distribusi Aitem Skala Kematangan Emosi (sebelum uji coba)
Tabel 2. Distribusi Aitem Skala Prokrastinasi Akademik   (sebelum uji coba)
Tabel 3. Deskripsi Responden
Tabel 4. Distribusi Aitem Skala Kematangan Emosi (setelah uji coba)   No.  Aspek  No. Aitem  Jumlah  Bobot
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara daya juang dengan prokrastinasi akademik, tingkat daya juang dalam mengerjakan skripsi, tingkat

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang sangat signifikan antara efikasi diri dan regulasi emosi dengan prokrastinasi akademik siswa SMA. Kesimpulan hubungan efikasi diri

BAB I PENDAHULUAN ... Latar Belakang ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ... Prokrastinasi Akademik ... Pengertian Prokrastinasi Akademik ... Aspek Aspek Prokrastinasi

Berdasarkan hasil penelitian, siswa memiliki rata-rata tingkat kematangan emosi tinggi, penulis memberi saran agar terus mempertahan tingkat kematangan emosi yang tinggi

DAFTAR LAMPIRAN... Latar Belakang Masalah... Pengertian Prokrastinasi Akademik... Jenis-jenis Tugas Pada Prokrastinasi Akademik... Ciri-ciri Prokrastinasi Akademik... Faktor-faktor

Prokrastinasi akademik mahasiswa ners tingkat III STIKes Santa Elisabeth Medan Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan bahwa responden memiliki prokrastinasi akademik

Dalam hal ini mahasiswa tingkat akhir yang memiliki kematangan emosi yang tinggi cenderung mampu mengontrol ekspresi emosinya dengan tepat, dengan demikian

Prokrastinasi akademik mahasiswa ners tingkat III STIKes Santa Elisabeth Medan Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan bahwa responden memiliki prokrastinasi akademik dalam