• Tidak ada hasil yang ditemukan

ProdukHukum BankIndonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ProdukHukum BankIndonesia"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Provinsi Sulawesi Utara

Triwulan IV – 2008

Kantor Bank Indonesia Manado

(2)

1

Kata Pengantar

Sesuai Pasal 7 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dijelaskan bahwa tujuan

Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai

tujuan tersebut, Bank Indonesia mempunyai 3 (tiga) tugas yaitu menetapkan dan

melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran

serta mengatur dan mengawasi bank.

Sejalan dengan itu dan diperkuat oleh momentum otonomi daerah, setiap Kantor Bank

Indonesia (KBI) yang berada di daerah, termasuk KBI Manado dituntut berperan sebagai

”economic intelligent and research unit” yang diharapkan mampu memberikan informasi

ekonomi dan keuangan daerah yang akurat, menyeluruh, dan terkini sebagai bahan

masukan Kantor Pusat Bank Indonesia dalam perumusan dan penetapan kebijakan moneter

yang tepat sasaran. Penyajian informasi ekonomi dan keuangan daerah tersebut, disusun

dalam bentuk Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Sulawesi Utara, yang berisi kajian dan

analisis meliputi tingkat inflasi, PDRB, dan kinerja produksi kegiatan dunia usaha, perbankan

dan sistem pembayaran serta keuangan daerah secara triwulanan.

Di samping itu, dalam rangka meningkatkan akuntabilitas Bank Indonesia melalui

penyampaian informasi mengenai kondisi perekonomian dan keuangan kepada stakeholder

maka KBI perlu menyampaikan informasi dimaksud kepada stakeholder di daerah seperti

pemerintah daerah, lembaga pendidikan, institusi keuangan, dan lembaga lainnya di

daerah. Kami senantiasa mengharapkan masukan dan saran untuk meningkatkan kualitas

dan manfaat laporan di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya laporan ini dapat

memberikan manfaat bagi yang berkepentingan dan kepada pihak-pihak yang telah

membantu dalam penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih.

Manado, 31 Desember 2008

BANK INDONESIA MANADO

UJeffrey KairupanU

(3)

2

Daftar Isi

RINGKASAN EKSEKUTITF halaman 4

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL halaman 10

Sisi Permintaan halaman 11

Sisi Penawaran halaman 19

Analisis LQ (Location Quatient) halaman 29

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH halaman 32

Inflasi Tahunan (Y.o.Y) halaman 32

Inflasi Bulanan (M.t.M) halaman 34

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH halaman 37

Fungsi Intermediasi halaman 37

Risiko Kredit halaman 48

Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat halaman 53

BOX 1. Realisasi Pembiayaan Perbankan Terhadap Komoditi Jagung, Padi, Rumput Laut, Kelapa dan Sapi Potong Triwulan IV-2008

Halaman 55

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH halaman 57

Keuangan Daerah di Tingkat Provinsi halaman 58

Keuangan Daerah Sulawesi Utara (Kab/Kota/Provinsi) halaman 63

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 67

Perkembangan Aliran Uang Kartal halaman 67

Penemuan Uang Palsu halaman 70

Perkembangan Kliring Lokal (Tunai) halaman 71

RTGS (Real Time Gross Settlement) halaman 72

BOX 2. Perkembangan Uang Kartal di Wilayah Kerja KBI Manado Sepanjang Tahun 2008

halaman 73

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

halaman 75

Pengangguran halaman 75

Kemiskinan halaman 79

Rasio Gini halaman 81

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) halaman 81

PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI halaman 83

(4)

3

Prakiraan Inflasi halaman 88

Daftar Istilah dan Singkatan halaman 90

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Kantor Bank Indonesia Manado

Jl. 17 Agustus No. 56

Ph. 0431-868102, 868103, 868108 Fax. 0431-866933

(5)

Kinerja perekonomian Indonesia pada triwulan IV - 2008 ditandai

dengan mulai terasanya imbas memburuknya perekonomian global

pada perekonomian domestik. Berlanjutnya pelemahan ekonomi

global dan turunnya harga-harga komoditi telah menekan ekspor

Indonesia yang pada gilirannya berdampak pada menurunnya

kinerja neraca pembayaran dan nilai tukar. Di pasar keuangan,

krisis keuangan global telah menyebabkan gejolak di pasar uang,

pasar valas, dan pasar obligasi. Namun, dampak krisis keuangan

AS belum terlalu berpengaruh pada perekonomian regional

Sulawesi Utara. Hal ini tercermin dari masih tingginya laju

pertumbuhan ekonomi pada trwulan IV - 2008 yang tumbuh

8,01% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun

sebelumnya sebesar 7,25% (y.o.y). Secara agregat, laju

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara di Tahun 2008 mencapai

7,55%, lebih tinggi dibandingkan Tahun 2007 sebesar 6,47%.

..laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara di Tahun 2008 mencapai 7,55%, lebih tinggi dibandingkan Tahun 2007 sebesar6,47%.

Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan ekonomi terutama

didorong oleh kegiatan ekspor dan konsumsi. Namun, kinerja

ekspor selama triwulan laporan mulai memperlihatkan

perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya sebagai dampak

menurunnya permintaan dunia akibat krisis ekonomi global.

Menurut komoditasnya, produk pertanian seperti bungkil serta

minyak mentah dari kopra merupakan andalan ekspor. Sementara

itu, peningkatan kegiatan konsumsi selama triwulan laporan lebih

disebabkan oleh berlangsungnya perayaan hari besar keagamaan

(lebaran dan natal) selama triwulan laporan serta persiapan

perayaan Tahun Baru 2009.

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV -

(6)

5

kinerja yang lebih baik dibandingkan triwulan yang sama tahun

lalu kecuali sektor pertanian dan sektor industri pengolahan.

Tercatat sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran

(PHR) dan sektor pertanian memberikan andil yang dominan dalam

struktur perekonomian. Keadaan ini berbeda bila dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya dimana kinerja sektor pertanian

kurang menggembirakan sehingga bukan merupakan sektor

dominan penyumbang pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara.

Perkembangan Inflasi Daerah

Tekanan harga di Kota Manado selama Triwulan IV – 2008

memperlihatkan penurunan dibandingkan periode sebelumnya.

Pada Desember 2008, inflasi Kota Manado tercatat 9,71% (y.o.y)

lebih rendah dibandingkan dengan akhir triwulan lalu dan periode

yang sama tahun lalu. Demikian pula jika dibandingkan dengan

laju inflasi nasional sebesar 11,06% (y.o.y), maka laju inflasi kota

Manado masih jauh lebih rendah. Salah satu penyebab utama

penurunan angka inflasi ini adalah adanya kebijakan penurunan

harga BBM pada bulan November dan Desember. Penurunan harga

BBM ini sekaligus berdampak pada menurunnya harga bahan baku

dan biaya transportasi.

Tekanan harga di Kota Manado selama triwulan IV-2008 memperlihatkan penurunan...

Perkembangan Perbankan Daerah

Kinerja perbankan pada triwulan IV – 2008 cukup baik...

Kinerja perbankan pada triwulan IV–2008 cukup baik

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini

tercermin dari peningkatan total asset, kredit dan dana pihak

ketiga yang berhasil dihimpun, membaiknya rasio kualitas kredit

(NPL) serta diperkuat dengan peningkatan rasio fungsi intermediasi

perbankan Loan To Deposit Ratio (LDR). Peningkatan LDR ini

disebabkan oleh pertumbuhan jumlah kredit yang lebih signifikan

dibandingkan pertumbuhan dana yang berhasil dihimpun oleh

perbankan. Sementara itu, walaupun tetap tumbuh positif selama

triwulan laporan, namun pertumbuhan kredit tidak lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya. Salah satu pemicunya adalah

(7)

6

lagi perlambatan perekonomian akibat dampak dari krisis global

yang direspon oleh dunia usaha dengan menurunkan permintaan

kreditnya. Sedangkan membaiknya kualitas kredit lebih didorong

karena bank cenderung lebih berhati-hati dalam menyalurkan

kreditnya mengingat dampak dari krisis global yang masih

menghantui perekonomian dalam negeri.

Perkembangan Keuangan Daerah (APBD)

Alokasi dana perimbangan dari

pemerintah pusat ke kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara terus meningkat...

Alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat ke

kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara terus meningkat. Secara

total, jumlah alokasi dana dari pemerintah pusat ke provinsi,

kabupaten dan kota di Sulawesi Utara pada Tahun 2008 mencapai

Rp4,33 Triliun atau naik 16,54% dibandingkan tahun sebelumnya.

Pada tingkat provinsi, target penerimaan APBD-P di Tahun 2008

ditetapkan sebesar Rp924,74 milliar sedangkan target pengeluaran

sebesar Rp973,58 milliar. Sampai dengan akhir Tahun 2008,

kinerja keuangan daerah di tingkat provinsi menunjukkan hasil

yang menggembirakan tercermin dari peningkatan persentase

realisasi penerimaan dan pengeluaran dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya. Realisasi penerimaan daerah sampai

dengan Desember mencapai Rp965,07 milliar atau 104,36%

dibandingkan target awal Tahun 2008. Pencapaian ini lebih tinggi

dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya sebesar

97,69%. Sedangkan realisasi pengeluaran daerah mencapai jumlah

Rp973,58 milliar atau 93,76% dibandingkan target awal tahun.

Pencapaian ini juga masih lebih tinggi dibandingkan periode yang

sama tahun lalu yang hanya sebesar 92,61%.

Perkembangan Sistem Pembayaran

Aliran uang kartal di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado selama triwulan IV – 2008 berada pada kondisi net outflow...

Aliran uang kartal di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado

pada triwulan IV – 2008 berada pada kondisi net outflow, yang

berarti aliran uang keluar dari khasanah lebih besar dibandingkan

aliran uang masuk. Hal ini mengindikasikan pada akhir tahun 2008

kondisi perekonomian Sulut cukup bergairah. Meningkatnya

(8)

7

masyarakat akan uang kartal untuk melakukan transaksi menjelang

hari raya Natal dan tahun baru. Mengacu pola aliran uang kartal

pada tahun-tahun sebelumnya, kondisi net outflow pada setiap

akhir tahun ini merupakan suatu pola musiman.

Penemuan uang palasu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia

Manado menunjukkan adanya peningkatan dibanding triwulan

sebelumnya. Total uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke

Bank Indonesia Manado selama Triwulan IV - 2008 sebanyak 136

lembar yang terdiri dari 135 lembar pecahan Rp50.000,- dan 1

lembar pecahan Rp.100.000,-. Untuk meminimalisir pergerakan

pelaku pemalsuan uang, Kantor Bank Indonesia Manado berusaha

meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap ciri-ciri keaslian

uang rupiah melalui kegiatan sosialisasi.

Penemuan uang palsu di wilayah kerja KBI Manado menunjukkan adanya peningkatan...

Kegiatan kliring lokal (tunai) dan RTGS (Real Time Gross

Settlement) menunjukkan perkembangan yang menggembirakan

dari waktu ke waktu. Perkembangan kliring lokal pada triwulan IV -

2008 sebanyak 85.612 lembar dengan nilai Rp1,8 triliun atau

meningkat 1.14% dibandingkan periode yang sam tahun lalu. Hal

ini menunjukkan bahwa perekonomian Provinsi Sulawesi Utara

mengalami pertumbuhan yang positif. Sementara itu, rata-rata

penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan

tercatat 0.98% dari total lembar warkat yang dikliringkan atau

meningkat cukup drastis dibandingkan dengan triwulan yang sama

tahun sebelumnya yang hanya 0.55%.

Kegiatan kliring lokal dan RTGS menunjukkan perkembangan yang menggembirakan...

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan

Kesejahteraan Masyarakat

Perkembangan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara pada Agustus

2008 mengalami perbaikan dibandingkan periode Agustus 2007

tercermin dari rasio TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) sebesar

10,65% atau turun dibandingkan dengan periode Agustus 2007

sebesar 12,35%. Menurut lapangan pekerjaan, pertanian masih

menjadi sektor lapangan pekerjaan utama, walaupun telah terjadi

(9)

8

pergeseran ke sektor lainnya, terutama sektor konstruksi.

Berdasarkan persebarannya, Manado masih menjadi daerah

dengan jumlah angkatan kerja terbesar dan angka pengangguran

tertinggi. Membaiknya angka ketenagakerjaan ini ternyata diiringi

pula oleh menurunnya angka kemiskinan untuk posisi Maret 2008

yang tercatat 10,10% atau berjumlah 223,5 ribu orang. Angka

kemiskinan ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama

tahun lalu yang tercatat 11,42%. Berdasarkan lokasinya, sebagian

besar masyarakat miskin di Provinsi Sulawesi Utara (67,51%)

berdomisili di daerah pedesaan sedangkan sisanya berada di

perkotaan. Beberapa sektor/lapangan usaha yang banyak digeluti

dan menyerap banyak tenaga kerja diantaranya adalah sektor

pertanian, perdagangan dan angkutan.

Outlook Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Sulawesi Utara di 2009 diprakirakan tumbuh pada

kisaran 6,7 - 7,2%. Perlambatan pertumbuhan ekonomi tersebut

sangat dipengaruhi oleh dinamika perekonomian global dan

nasional yang ditandai oleh resesi di negara mitra dagang utama

dan melambatnya perekonomian di negara mitra dagang. Resesi

dan perlambatan ekonomi tersebut, yang kemudian diikuti oleh

penurunan harga komoditas produk ekspor dan terbatasnya trade

financing, mengakibatkan pertumbuhan ekspor di 2009

diprakirakan jauh lebih rendah dibandingkan dengan 2008.

Menurunnya pertumbuhan ekspor diprakirakan akan memengaruhi

daya beli masyarakat dan akan berdampak pada turunnya

konsumsi rumah tangga. Dari sisi sektoral, perlambatan sektor

eksternal diprakirakan berdampak langsung ke sektor tradable

(sektor industri pengolahan, pertanian, dan pertambangan).

Perekonomian Sulawesi Utara Tahun 2009 diperkirakan tumbuh 6,7 – 7,2% (y.o.y)...

Outlook Inflasi Regional

Tekanan inflasi Kota Manado pada 2009 diprakirakan cenderung

menurun menuju kisaran 6,0% ± 1%. Secara fundamental,

penurunan tekanan inflasi didukung oleh turunnya imported

inflation sejalan dengan turunnya harga komoditi, pangan dan

(10)

9

energi dunia, serta terkendalinya ekspektasi inflasi. Selain itu,

produksi pangan di dalam negeri yang sangat baik dalam tahun

2008, serta adanya perlambatan permintaan agregat merupakan

faktor penunjang pencapaian inflasi yang rendah pada 2009. Dari

sisi non fundamental, penurunan inflasi tahun 2009 didukung oleh

terjaganya pasokan dan kelancar kelancaran distribusi barang

(11)

10

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kinerja perekonomian Indonesia pada triwulan IV-2008 ditandai dengan mulai terasanya

imbas memburuknya perekonomian global pada perekonomian domestik. Berlanjutnya

pelemahan ekonomi global dan turunnya harga-harga komoditi telah menekan ekspor

Indonesia yang pada gilirannya berdampak pada menurunnya kinerja neraca pembayaran

dan nilai tukar. Di pasar keuangan, krisis keuangan global telah menyebabkan gejolak di

pasar uang, pasar valas, dan pasar obligasi. Namun, di sisi lain, melemahnya harga

komoditas dunia, serta melambatnya permintaan agregat mendorong turunnya tekanan

inflasi. Ke depan, Tahun 2009 diperkirakan prospek pertumbuhan ekonomi akan terus

melambat dan tren inflasi diperkirakan akan terus menurun sehingga diperkirakan mencapai

5-7%.

Dari sisi penawaran, meski berangsur tumbuh melambat, kontribusi sektor industri

pengolahan, perdagangan dan pengangkutan terhadap total pertumbuhan ekonomi masih

dominan. Pertumbuhan sektor industri pengolahan pada triwulan IV-2008 diperkirakan

mengalami penurunan dibandingkan dengan periode sebelumnya. Hal itu dipengaruhi oleh

permintaan ekspor yang turun cukup drastis pada triwulan berjalan. Sementara itu,

pertumbuhan sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) diperkirakan mengalami

perlambatan seiring dengan penurunan daya beli masyarakat. Di sisi lain, sektor

pengangkutan dan komunikasi pada triwulan IV-2008 diperkirakan masih tumbuh tinggi.

Meskipun diperkirakan sedikit mengalami perlambatan dibandingkan dengan periode

sebelumnya, pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi masih berada di atas

rata-rata tahun 2007. Berdasarkan asesmen tersebut, Produk Domestik Bruto (PDB) pada

triwulan IV-2008 diprakirakan akan tumbuh mencapai 5,7% (y.o.y).

Berbeda dengan perekonomian nasional, dampak krisis keuangan AS belum terlalu

berpengaruh pada perekonomian regional di Sulawesi Utara. Hal ini tercermin dari masih

tingginya laju pertumbuhan ekonomi pada trwulan IV-2008 yang tumbuh 8,01% (y.o.y),

lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,25% (y.o.y).

Secara agregat, laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara di Tahun 2008 mencapai

(12)

11

A. SISI PERMINTAAN

Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh kegiatan ekspor

dan konsumsi. Namun demikian, kinerja ekspor selama triwulan laporan mulai

memperlihatkan perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya sebagai dampak

menurunnya permintaan dunia akibat krisis ekonomi global. Menurut komoditasnya,

produk pertanian seperti bungkil serta CNO/CCO (minyak mentah dari kopra) merupakan

andalan ekspor. Sementara itu, peningkatan kegiatan konsumsi selama triwulan laporan

lebih disebabkan oleh berlangsungnya perayaan hari besar keagamaan (lebaran dan natal)

selama triwulan laporan serta persiapan perayaan Tahun Baru 2009.

Tabel 1.1.

Pertumbuhan dan Kontribusi PDRB Provinsi Sulawesi Utara Menurut Jenis Penggunaan (%)

Q4 Q3 Q4 Kontribusi

Konsumsi 2.40 3.95 4.27 3.01 3.33 2.18 1.46

Konsumsi Sw asta 2.19 4.37 5.41 2.26 2.63 1.11 -0.02

Konsumsi Pemerintah 2.80 3.20 2.01 4.60 4.60 1.07 4.51

PMTB 14.70 23.35 19.08 15.56 9.40 2.13 10.60

Stok 81.72 88.02 15.35 50.24 50.24 0.55 45.79

Ekspor 19.46 0.43 5.76 72.08 60.39 27.34 63.21

Impor 21.54 2.14 8.55 79.29 70.34 24.19 68.68

PDRB 6.18 7.25 6.47 7.88 8.01 8.01 7.55

Jenis Penggunaan 2006 2007 2007 2008 2008

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

1. Konsumsi

Perlambatan kegiatan konsumsi swasta (konsumsi rumah tangga dan perusahaan) sebagai

dampak dari menurunnya daya beli masyarakat ternyata masih dapat terselamatkan oleh

meningkatnya permintaan masyarakat menjelang dan saat perayaan hari raya dan persiapan

Tahun Baru 2009. Selama triwulan IV-2008, kegiatan konsumsi tumbuh 3,33% (y.o.y)

dengan kontribusi 2,18% terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara umum. Berdasarkan

komponen penyusunnya, konsumsi swasta memberikan kontribusi sebesar 1,11%

sedangkan konsumsi pemerintah sebesar 1,07% terhadap laju pertumbuhan ekonomi

secara umum. Aktivitas kegiatan konsumsi pemerintah antara lain tercermin dari

meningkatnya realisasi belanja pemerintah provinsi hingga akhir Tahun 2008 yang telah

mencapai 93,76% atau berjumlah Rp912,86 milliar, lebih tinggi dibandingkan periode yang

sama tahun lalu yang baru 92,61%. Secara tahunan, laju pertumbuhan kegiatan konsumsi

Tahun 2008 sebesar 1,46% atau turun dibandingkan Tahun 2007 lalu sebesar 4,27%.

Peningkatan kegiatan konsumsi khususnya khususnya konsumsi rumah tangga antara lain

dapat dikonfirmasi melalui hasil Survey Konsumen (SK) Kota Manado. Berdasarkan hasil

(13)

12

kondisi ekonomi saat ini lebih baik dibandingkan 3-6 bulan sebelumnya dengan level indeks

113,00 (level indeks > 100 berarti optimis). Kondisi ini berbeda dibandingkan 2 (dua) bulan

sebelumnya dimana sebagian besar konsumen menilai bahwa kondisi ekonomi saat ini lebih

buruk dibandingkan 3-6 bulan yang lalu. Menurut komponen penyusunnya, indeks

penghasilan saat ini dan indeks ketersediaan lapangan kerja berada pada level optimis (lebih

baik dibandingkan 3-6 bulan yang lalu) sedangkan indeks pembelian bahan tahan lama

berada pada level pesimis.

Grafik 1.2.

Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

Grafik 1.1. Ko ndisi Eko no mi Saat Ini

Ekspektasi Ko nsumen

Ko ndisi Eko no mi Saat Ini P enghasilan Saat Ini

P embelian B arang Tahan Lama Ketersediaan Lap. Kerja

Sumber : Survey Konsumen (SK) Kota Manado Sumber : Survey Konsumen (SK) Kota Manado

2. Investasi

Di tengah krisis ekonomi global yang saat ini yang berdampak pada perekonomian nasional,

kegiatan investasi di Sulawesi Utara selama Triwulan IV-2008 masih tumbuh 9,40% (y.o.y)

dengan kontribusi sebesar 2,13% terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara umum.

Perkembangan kegiatan investasi antara lain dapat dikonfirmasi dengan data

perkembangan penjualan semen dan perkembangan indeks bahan bangunan berdasarkan

hasil Survey Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado. Penjualan semen selama triwulan IV-2008

mencapai 126 ribu ton atau meningkat 22,11% dibandingkan periode yang sama tahun

lalu. Sementara itu, perkembangan indeks bahan bangunan memperlihatkan trend

peningkatan dari 198,9 pada Desember 2007 meningkat menjadi 367,7 atau tumbuh

84,9% (y.o.y). Pertumbuhan indeks ini lebih tinggi dibandingkan pencapaian triwulan

sebelumnya yang hanya tumbuh 28,02%. Sementara itu, berbagai persiapan terkait dengan

penyelenggaraan World Ocean Conference (WOC) di Tahun 2009 antara lain berupa

pembangunan berbagai proyek jalan, jembatan, lapangan udara dan infrastruktur lainnya

(14)

13 Grafik 1.3.

Perkembangan Penjualan Semen di Sulawesi Utara

Grafik 1.4.

Pertumbuhan Indeks Bahan Bangunan dan Kredit

(20)

Melalui penyelenggaraan WOC diperkirakan Sulawesi Utara akan mampu menyerap dana ±

Rp 5 – 6 Triliun baik yang berasal dari dana APBN, APBD dan investor swasta, dengan

rincian sebagai berikut :

1. Alokasi dana APBD kabupaten/kota/provinsi bagi suksesnya penyelenggaraan WOC

yang jumlahnya ± Rp 1,2 Triliun.

2. Alokasi dana APBN melalui beberapa instansi vertikal seperti departemen pekerjaan

umum, departemen perhubungan, departemen kesehatan, dll, yang total jumlah

dananya hampir mencapai Rp 859 milliar, dengan rincian kegiatan sebagai berikut :

Tabel 1.2.

3. Dana yang bersumber dari masuknya investor swasta untuk berinvestasi di Provinsi

Sulawesi Utara diantaranya dengan melakukan pembangunan delapan hotel baru

(15)

14

Kawanua International City dengan nilai investasi ± Rp1,25 trillun yang peletakan batu

pertamanya dilaksanakan pada awal Tahun 2008 dan saat ini sedang dalam proses

pengerjaan. Pembangunan Grand Kawanua International City tersebut nantinya akan mengambil konsep hunian di tengah kota dengan berbagai sarana dan prasarana

pendukung diantaranya adalah rumah sakit internasional, gedung convention centre

yang mampu menampung lebih dari 3000 orang, lapangan golf 18 hole, pusat bisnis

serta Hotel Accord (berbintang 5). Semuanya ini diperkirakan akan memberikan nilai

tambah yang cukup besar bagi kegiatan investasi.

Tabel 1.3.

Pembangunan Hotel – Hotel Baru Pendukung WOC No. Nama Hot el I nvest asi Kapasit as

Kamar

Ket Alamat

1 Sintesa Peninsula Rp 150 Milliar 300 * 5 Jl. Sudirman 2 Novotel Rp 98 Milliar 250 * 5 Jl. A. Maramis Kayuwatu 3 Swiss Bell Maleosan Rp 91 Milliar 250 * 4 Jl. Sudirman

4 Aston Hotel Rp 30 Milliar 110 * 4 Jl. Sudirman 5 Accord Ibis/ Formula I Rp 360 Milliar 200 * 5 Jl. Boelevard 6 Gran Central 2/ Travello Rp 30 Milliar 100 * 4 Jl. Sudirman 7 Sutan Radja Rp 200 Milliar 250 * 5 Kalawat Minut 8 Lucky Inn Rp 9 Milliar 40 Melati Jl. Monginsidi

Rp 968 Milliar 1,500 Tot al

Dari sisi pembiayaan, jumlah kredit produktif yang disalurkan guna mendukung kegiatan

investasi masih relatif kecil. Namun demikian, berdasarkan trend yang ada pertumbuhan

kredit produktif menunjukkan perkembangan yang baik. Hingga akhir triwulan laporan

kredit produktif (modal kerja dan investasi) yang berhasil disalurkan mencapai Rp4,55 Triliun

atau meningkat 41,78% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan

kegiatan investasi juga tercermin dari struktur impor Sulawesi Utara dimana hampir

seluruhnya merupakan jenis barang modal antara lain dalam bentuk mesin, perkakas dan

peralatan lain. Sejak Januari s.d. Oktober 2008, nilai impor barang modal tercatat sebesar

USD 9,84 juta dengan volume sebesar 7,35 ribu ton.

Grafik 1.6.

Nilai Transaksi Impor Barang Modal (USD) Grafik 1.5.

- 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 2004

(16)

15

3. Ekspor – Impor

Kinerja ekspor selama triwulan IV-2008 menunjukkan sedikit perlambatan dibandingkan

triwulan sebelumnya walaupun masih tetap tumbuh positif sebesar 60,39% (y.o.y). Namun

dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya tumbuh 0,43% (y.o.y) maka kinerja

ekspor selama triwulan laporan sangat baik. Berdasarkan komponen penyusunnya, kegiatan

ekspor tersebut berasal oleh ekspor antar negara yang meningkat 86,08% (y.o.y),

sedangkan ekspor antar pulau/provinsi hanya tumbuh 13,31% (y.o.y). Total ekspor luar

negeri dari Januari – Oktober 2008 mencapai USD 591,9 Juta atau meningkat 27,94%

(y.o.y) dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Ke depan, dampak krisis

ekonomi global diperkirakan akan mempengaruhi kinerja ekspor seiring dengan menurunya

permintaan dunia dan tertekannya harga komoditas.

Grafik 1.7.

Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Sulawesi Utara

-2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008*

-Berdasarkan jenisnya, komoditi utama ekspor luar negeri terutama dalam bentuk kelompok

bahan makanan dan kelompok minyak nabati dan hewani (animal or vegetable fats and

oils) antara lain kopra, minyak kelapa (Virgin Coconut Oil (VCO) dan ikan dengan negara

tujuan utama adalah Belanda, Amerika Serikat, dan Korea Selatan.

Tabel 1.5.

Komoditi Utama Ekspor Sulawesi Utara (dalam ribu USD)

KELOMPOK 2003 2004 2005 2006 2007 2008*)

(17)

16 Grafik 1.8.

Negara Tujuan Utama Ekspor Sulawesi Utara

Tujuan 2005 2006 2007 2008*)

Nilai Ekspor 382,294 273,363 557,359 591,920

Belanda 22.61 15.98 38.52 29.59

Amerika Serikat 25.41 17.18 14.93 17.73

China 17.91 28.61 12.98 9.16

Korea Selatan 2.00 4.68 9.52 11.89 India 3.58 5.49 4.81 8.54

Negara Lainny a 28.50 28.06 19.23 23.09

Total 100.00 100.00 100.00 100.00

Pangsa Pasar

Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. Oktober 2008

Sementara itu, kegiatan impor tumbuh 70,34% (y.o.y) selama triwulan IV - 2008, melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 79,29% (y.o.y). Namun demikian, dibandingkan

periode yang sama tahun lalu yang tumbuh 2,14% (y.o.y) maka pertumbuhan impor pada

triwulan laporan jauh lebih tinggi. Menurut komponen penyusunnya, impor antar

pulau/provinsi merupakan penyumbang utama sedangkan impor antar negara cenderung

turun bahkan kontraksi. Secara netto, neraca perdagangan berada pada kondisi surplus

yang berasal dari transaksi perdagangan luar negeri. Sedangkan untuk transaksi

perdagangan antar provinsi umumnya masih berada pada kondisi defisit. Hal ini disebabkan

karena hampir 70% barang konsumsi masih harus didatangkan dari luar provinsi terutama

dari Kota Makasar dan Kota Surabaya (seperti beras, bawang merah dan cabe).

Grafik 1.9.

Nilai dan Volume Impor Sulawesi Utara

-10 20 30 40 50 60 70

2003 2004 2005 2006 2007 2008*) Nilai (Juta USD)

Vo lume (Ribu To n)

(18)

17

Menurut strukturnya, kegiatan impor sejak Januari 2006 s.d Oktober 2008 memiliki

perbedaan yang significant dibandingkan periode sebelum Tahun 2006. Pada periode

sebelum Tahun 2006 kegiatan impor lebih didominasi oleh kelompok komoditi bahan

makanan yaitu gula dan produk olahannya (sugars dan sugar confectionery) sedangkan

untuk periode awal Tahun 2006 hingga Oktober 2008 lebih didominasi oleh barang-barang

modal (mesin, perkakas, alat transportasi, dlsb-nya). Meningkatnya komposisi barang impor

dalam bentuk mesin, peralatan dan material ini mengindikasikan terus meningkatnya

kegiatan investasi di Sulawesi Utara.

Tabel 1.6.

Komoditi Utama Impor Sulawesi Utara Berdasarkan SITC (dalam USD)

KELOMPOK KOMODITI 2003 2004 2005 2006 2007 2008*)

Food and Liv e Animals 6,201 2,411 5,035 5,061 6,401 1,458

Berdasarkan negara asal barangnya, impor sepanjang Tahun 2008 terutama berasal dari

negara China, Thailand dan Filipina, berbeda dibandingkan tahun sebelumnya dimana

impor lebih banyak berasal dari negara Amerika Serikat, Perancis, dan Vietnam. Secara

netto, nilai perdagangan luar negeri berada pada kondisi surplus yang berarti nilai ekspor

masih jauh lebih besar dibandingkan nilai impor. Selama periode Januari s.d. Oktober 2008,

total surplus perdagangan (net ekspor) tercatat sebesar USD 582,1 juta.

(19)

18 Grafik 1.11.

Nilai Ekspor dan Impor Luar Negeri Provinsi Sulawesi

Perkembangan kegiatan perdagangan selama triwulan laporan antara lain juga dapat

dikonfirmasi dengan kegiatan eskpor-impor serta bongkar-muat barang melalui pelabuhan

Bitung. Berdasarkan strukturnya, terlihat bahwa untuk perdagangan luar negeri lebih

didominasi oleh kegiatan ekspor sedangkan kegiatan impor relatif kecil pangsanya.

Sedangkan untuk perdagangan dalam negeri, intensitas kegiatan bongkar lebih tinggi

dibandingkan dengan kegiatan muat yang berarti lebih banyak barang-barang yang masuk

ke wilayah Sulawesi Utara dibandingkan barang yang keluar. Dengan demikian, benar

adanya bahwa tingkat ketergantungan Sulawesi Utara terhadap daerah/provinsi lainnya di

luar Sulawesi Utara masih cukup tinggi.

Tabel 1.7.

Kegiatan Perdagangan Luar dan Dalam Negeri di Pelabuhan Bitung (dalam USD)

Sementara itu secara tahunan, laju ekspor dan impor Sulawesi Utara masing-masing tercatat

sebesar 63,21% (y.o.y) dan 68,68% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan pencapaian tahun

(20)

19

B. SISI PENAWARAN

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV - 2008 disumbangkan oleh

seluruh sektor yang ada bahkan dengan kinerja yang lebih baik dibandingkan triwulan yang

sama tahun sebelumnya kecuali sektor pertanian dan sektor industri pengolahan. Tercatat

sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dan sektor pertanian

memberikan andil yang dominan dalam struktur perekonomian. Keadaan ini berbeda bila

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dimana kinerja sektor pertanian kurang

menggembirakan sehingga bukan merupakan sektor dominan penyumbang pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Utara.

Tabel 1.8.

Laju Pertumbuhan Masing-Masing Sektor Dalam Perekonomian Sulawesi Utara

Q4 Q3 Q4*) Kontribusi

Pertanian 4.70 7.47 6.53 0.83 4.79 1.29 4.21

Pertambangan & Penggalian 7.32 9.30 8.93 10.52 9.33 0.56 9.02

Industri Pengolahan 6.86 8.45 6.33 8.19 8.26 0.43 8.20

Listrik, Gas & Air Bersih 5.28 6.58 6.31 6.68 6.75 0.05 6.58

Bangunan 7.82 8.92 7.89 11.24 9.84 1.33 9.33

PHR 6.72 8.03 6.87 11.39 10.20 1.50 10.86

Pengangkutan & Komunikasi 5.56 6.63 6.87 13.94 9.59 1.17 10.15

Keu., Sew a & Jasa Perusahaan 10.28 6.69 6.25 6.81 6.81 0.46 6.91

Jasa-Jasa 4.31 3.79 3.68 6.39 6.52 0.67 4.73

PDRB 6.18 7.25 6.47 7.88 8.01 7.45 7.55 2008 2008

2007 2007

LAPANGAN USAHA 2006

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

1. Pertanian

Kinerja sektor pertanian pada triwulan IV-2008 cukup baik berkenaan dengan

berlangsungnya masa panen di sebagian wilayah sentra beras di Sulawesi Utara. Sektor

pertanian pada triwulan laporan tumbuh 4,79% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

yang sama tahun lalu 7,47% (y.o.y) walaupun masih lebih baik dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh 0,83% (y.o.y). Pencapaian kinerja sektor pertanian tersebut

memberikan kontribusi 0,97% terhadap laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara.

Menurut sub sektornya, pertumbuhan sektor pertanian terutama disumbangkan oleh sub

sektor tanaman bahan makanan (tabama) dengan kontribusi 0,62%, disusul oleh sub sektor

peternakan dan sub sektor perikanan yang masih-masing memberikan kontribusi sebesar

0,17% dan 0,14%.

Sementara itu, untuk sub sektor lainnya yaitu sub sektor perkebunan dan sub sektor

kehutanan laju pertumbuhannya rendah sehingga kontribusinya relatif terbatas.

Terbatasnya pertumbuhan sub sektor perkebunan akibat dari hampir tidak adanya panen

(21)

20

akibat serangan hama dan kurangnya peremajaan. Sementara rendahnya pertumbuhan sub

sektor kehutanan antara lain disebabakan oleh semakin terbatasnya lahan kehutanan yang

bisa dimanfaatkan dan gencarnya proses penegakan hukum terhadap pelaku illegal logging

yang menyebabkan masyarakat dan pengusaha harus extra hati-hati dalam memanfaatkan

lahan yang ada.

Perkembangan sub sektor tabama antara lain dapat dikonfirmasi dengan data

perkembangan produksi beras dan jagung. Pada triwulan IV – 2008, jumlah produksi beras

diperkirakan mencapai 81.199 ton atau meningkat 21,41% (y.o.y) dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan untuk komoditi jagung,

perkembangannya selama triwulan laporan justru mengalami sedikit kontraksi sebesar

9,77% (y.o.y) mencapai jumlah 92.024 ton.

Tabel 1.9.

Perkembangan Luas Panen, Produksi Gabah dan Produksi Beras

2008

Q4 Q4

Luas Panen (Ha) 94,946 90,717 103,189 21,112 21,688 2.73

Produksi Gabah (Ton) 432,624 454,903 494,950 116,937 128,886 10.22

Produksi Beras (Ton) 268,227 282,038 276,604 66,880 81,199 21.41

2007 2007 Y.o.Y

2006 2005

Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara

Tabel 1.10.

Perkembangan Luas Panen dan Produksi Pipilan Kering Jagung

Q4 Q4

Luas Panen (Ha) 71,644 82,185 121,716 28,620 22,351 -21.90

Produksi Pipilan Kering (Ton) 195,305 242,711 403,127 101,996 92,027 -9.77

2007 2008

2007 Y.o.Y

2005 2006

Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara

Secara tahunan, kinerja sektor pertanian Tahun 2008 cukup baik walaupun lebih lambat

dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2008, sektor pertanian tumbuh 4,21%, lebih

rendah dibandingkan Tahun 2007 lalu sebesar 6,53%. Perlambatan pertumbuhan ini

terutama disebabkan oleh penurunan kinerja sub sektor tanaman perkebunan khususnya

yang terjadi selama triwulan III dan IV – 2008. Dari sisi pembiayaan, peran perbankan untuk

membiayai sektor pertanian masih relatif terbatas sebesar Rp533 milliar atau hanya 5,97%

dari total kredit yang disalurkan. Belum terlalu optimalnya penyaluran kredit di sektor

pertanian antara lain disebabkan masih relatif tingginya resiko usaha di sektor tersebut.

Belum lagi ditambah dengan keketatan likuiditas yang terjadi di pasar keuangan sebagai

dampak krisis global yang menyebabkan bank cenderung sangat berhati-hati dalam

menggunakan dananya. Namun demikian, laju pertumbuhan kredit di sektor pertanian

(22)

21

-20 0 20 40 60 80 100 120

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112

2006 2007 2008

(%)

Grafik 1.12.

Pertumbuhan Kredit Pertanian

Sumber : Lapoaran Bulanan Bank Umum (LBU)

2. Sektor Bangunan

Persiapan penyelenggaraan World Ocean Conference, CTI Summit dan Bunaken Sail pada

pertengahan Tahun 2009 mendorong peningkatan kinerja sektor bangunan secara

significant selama Tahun 2008 termasuk pada triwulan IV-2008. Sektor bangunan pada

triwulan IV-2008 tumbuh 9,84% (y.o.y) dengan kontribusi sebesar 1,57% terhadap laju

pertumbuhan secara umum (kontribusi terbesar dari seluruh sektor ekonomi yang ada).

Perkembangan sektor ini antara lain tercermin dari meningkatnya aktivitas pembangunan

sektor properti antara lain rumah toko (ruko), hotel dan komplek perumahan.

Perkembangan sektor bangunan antara lain dapat dikonfirmasi dengan pertumbuhan

indeks penjualan bahan bangunan berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) Kota

Manado. Berdasarkan trendnya, pertumbuhan indeks penjualan bahan bangunan masih

terus bergerak naik walaupun sempat melambat pada Agustus 2008. Tercatat indeks

penjualan bangunan pada akhir triwulan berada pada level 367,7 atau naik sebesar 84,9%

dibandingkan akhir triwulan yang sama tahun sebelumnya.

Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit di sektor bangunan mencapai Rp475 milliar atau

meningkat 61,45% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun demikian,

alokasi kredit sektor bangunan ini relatif kecil bila dibandingkan dengan fakta

perkembangan sektor bangunan di Sulawesi Utara. Dengan demikian, dapat disimpulkan

bahwa pembiayaan sektor-sektor properti di Sulawesi Utara sebagian besar lebih didominasi

oleh pembiayaan di luar sektor perbankan bahkan ada diantaranya yang menggunakan

(23)

22

(20)

-20 40 60 80 100 120 140

J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D

2006 2007 2008

gIndeks B ahan B angunan (y.o .y)

gKredit Ko nstruksi (y.o .y)

Grafik 1.13.

Perkembangan Indeks Penjualan Bahan Bangunan dan Pertumbuhan Kredit Konstruksi (%)

Sumber : Survei Penjualan Eceran dan Laporan Bulanan Bank Umum

3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Multiplier effect dari persiapan penyelenggaraan WOC mendorong peningkatan

sektor-sektor ekonomi lainnya diantaranya adalah sektor-sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR).

Gencarnya promosi kunjungan pariwisata ke Sulawesi Utara menyebabkan banyak

berdatangannya wisatawan domestik dan asing ke provinsi ini. Kondisi ini menyebabkan

transaksi perdagangan meningkat, tingkat hunian hotel tinggi dan bermunculannya tempat

makan/restoran baru disamping kebiasaan orang manado yang lebih senang makan di luar

dibandingkan di rumah. Sektor PHR termasuk sektor yang konsisten mencatat laju

pertumbuhan yang cukup tinggi. Pada triwulan IV - 2008, laju pertumbuhan sektor ini

tercatat sebesar 10,20% (y.o.y) dengan kontribusi 1,70% terhadap laju pertumbuhan

ekonomi secara umum (kedua terbesar setelah sumbangan sektor bangunan). Berdasarkan

sub sektornya, pertumbuhan sektor ini terutama disumbangkan oleh sub sektor

perdagangan besar dan eceran dengan kontribusi 1,24% disusul sub sektor hotel dan

restoran masing-masing dengan kontribusi 0,35% dan 0,10% terhadap laju pertumbuhan

ekonomi secara umum.

Perkembangan sub sektor perdagangan besar dan eceran, antara lain dapat dikonfirmasi

dengan indeks penjualan eceran dari hasil Survey Penjualan Eceran yang terus

memperlihatkan kenaikan indeks yaitu dari indeks 167,7 di akhir triwulan IV – 2007 naik

menjadi 189,4 di akhir triwulan IV – 2008 atau meningkat sebesar 13% (y.o.y). Berdasarkan

komponen pembentuknya seluruh kelompok mengalami kenaikan yaitu kelompok

bangunan, alat tulis, makanan dan kendaraan terkecuali kelompok rumah tangga dan

(24)

23 Grafik 1.14.

Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran Kota Manado

Sumber : Survey Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado

Kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran juga dapat dikonfirmasi melalui

peningkatan aktivitas perdagangan dalam negeri berupa kegiatan bongkar muat di

pelabuhan Bitung. Tercatat, aktivitas bongkar dan muat mengalami peningkatan frekuensi

selama triwulan IV – 2008 menjadi 1,12 juta kegiatan dari sebelumnya 997 ribu kegiatan di

triwulan yang sama tahun sebelumnya atau terdapat peningkatan sebesar 13,43% (y.o.y).

Tabel 1.11.

Perkembangan Aktivitas Perdagangan Dalam Negeri Di Pelabuhan Bitung – Provinsi Sulawesi Utara

(25)

24

Dari segi pembiayaan, sektor PHR merupakan sektor terbesar kedua (setelah sektor

konsumsi) yang mendapat alokasi pembiayaan dari perbankan yaitu sebesar Rp2,63 triliun

atau meningkat 30,81% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini

mengindikasikan bahwa penyaluran kredit pada sektor perdagangan, hotel dan restoran

cukup berperan bagi perkembangan ekonomi Sulawesi Utara.

4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada triwulan IV - 2008 tumbuh 9,59% (y.o.y)

dengan kontribusi sebesar 1,26% terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Pencapaian ini lebih

tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu yang tumbuh 6,63% (y.o.y). Menurut

sub sektornya, pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi didukung baik oleh sub

sektor pengangkutan maupun sub sektor komunikasi yang masing-masing dengan

kontribusi sebesar 1,08% dan 0,18% terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara umum.

Perkembangan sub sektor pengangkutan antara lain terindikasi dari meningkatnya

penjualan kendaraan bermotor selama triwulan laporan yang mencapai jumlah 55.600 unit

kendaraan atau meningkat 12,63% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya.

Tabel 1.12.

Perkembangan Kendaraan Bermotor di Provinsi Sulawesi Utara

Q3 Q4 Q3 Q4* )

A RODA 4

1 Milik I nstansi Pemerintah 408 332 365 297 -10.54 2 Milik Pribadi/ Perorangan 11,406 13,034 12,627 14,430 10.71 3 Milik Perusahaan Swasta 2,475 2,468 2,620 2,613 5.88 Jumlah Roda 4 14,289 15,834 15,612 17,340 9.51 B RODA 2 dan 3

1 Milik I nstansi Pemerintah 984 722 797 585 -18.98 2 Milik Pribadi/ Perorangan 33,147 32,802 38,071 37,675 14.86 3 Milik Perusahaan Swasta - 6

Jumlah Roda 2 dan 3 34,131 33,530 38,868 38,260 14.11 48,420

49,364 54,480 55,600 12.63 2008

Y.o.Y

Total Rincian

No 2007

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara *) Data Sementara

Perkembangan sub sektor angkutan selama triwulan laporan ditandai pula dengan mulai

beroperasinya perusahaan penerbangan Express Air di Manado pada pertengahan

November 2008 yang melayani rute Manado – Sorong – Jayapura – Ternate – Manokwari –

Fakfak dan Nabire dengan menggunakan armada Dornier 328. Melalui pembukaan jalur

penerbanngan ini diharapkan daerah yang selama ini terisolir akan terbuka sehingga

perekonomian antar wilayah semakin berkembang dan merata. Perkembangan sub sektor

angkutan antara lain dapat dikonfirmasikan melalui indeks penjualan kendaraan melalui

(26)

25

kondisi pesimis yaitu dari 50,2 di akhir triwulan IV - 2007 naik menjadi 75 pada akhir

triwulan IV – 2008 atau mengalami kenaikan sebesar 49,5% (y.o.y).

Grafik 1.16. Indeks Penjualan Kendaraan

-100 -50 0 50 100 150 200

J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D

2006 2007 2008

gIndeks Kendaraan (y .o.y ) gKredit Angkutan (y .o.y )

Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado

Perkembangan sektor pengangkutan juga dapat dikonfirmasi dengan jumlah pemakaian

bahan bakar minyak (BBM) khususnya jenis non industri. Selama triwulan laporan, tercatat

penggunaan BBM non industri sebesar 145,84 ribu Kilo Liter (KL) meningkat sebesar 1,63%

(y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar 143,49 ribu

Kilo Liter (KL). Berdasarkan jenisnya, peningkatan konsumsi BBM tertinggi dialami oleh jenis

premium sebesar 3,27% (y.o.y) sedangkan yang terendah adalah jenis minyak tanah 0,37%

(y.o.y).

Tabel 1.13.

Jumlah Pemakaian Bahan Bakar Minyak (BBM) Non Industri

(dalam KL)

Q4- 07 Q1- 08 Q2-08 Q3-08 Q4-08* ) Y.o.Y

1 Premium 51,919 48,437 51,123 52,474 53,618 3.27 2 Minyak Tanah 31,219 29,098 28,817 28,325 31,336 0.37 3 Solar 60,356 51,102 58,296 57,594 60,885 0.88

143,494

128,637 138,236 138,393 145,839 1.63

Total Jenis

Sumber : PT. Pertamina Cabang Manado, Sulawesi Utara

Sementara itu, relatif tingginya pertumbuhan sub sektor komunikasi dalam triwulan laporan

terutama disebabkan oleh pesatnya penggunaan sarana telepon selular oleh masyarakat

yang didukung oleh semakin luasnya wilayah jangkauan. Hal ini antara lain tercermin dari

bermunculannya pemain baru dalam provider telekomunikasi yaitu Fren dan Esia serta

pesatnya pembangunan sejumlah menara BTS (Base Transceiver System) di beberapa lokasi pada daerah yang sebelumnya terisolir hingga meningkatkan kenyamanan pelanggan dalam

berkomunikasi. Selain itu perkembangan berbagai macam fasilitas dan fitur-futur baru

(27)

26

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112

2006 2007 2008

(%)

Grafik 1.17.

Perkembangan Kredit Sektor Transportasi

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan sektor angkutan dan telekomunikasi ternyata didukung

pula oleh penyaluran kredit di sektor tersebut. Tercatat jumlah kredit yang disalurkan pada

sektor angkutan dan telekomunikasi mencapai Rp91,12 milliar, meningkat 21,98% (y.o.y)

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, jumlah ini masih relatif kecil

dibandingkan total kredit yang berhasil disalurkan sampai akhir triwulan laporan yang

mencapai jumlah Rp8,93triliun.

5. Sektor Jasa-jasa

Sektor jasa-jasa tumbuh 6,52% (y.o.y) selama triwulan laporan, lebih tinggi dibandingkan

triwulan yang sama tahun lalu yang tercatat 3,79% (y.o.y). Menurut komponen

pembentuknya, sub sektor jasa pemerintah tumbuh 5,95% (y.o.y) dengan kontribusi 0,58%

sedangkan sub sektor jasa swasta tumbuh 7,70% (y.o.y) dengan kontribusi 0,36%.

Perkembangan sub sektor jasa pemerintahan seiring dengan realisasi PAD hingga akhir

triwulan laporan telah melampai target sebesar 108,77% dari target awal tahun atau lebih

tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar 96,04%.

Sementara itu, pertumbuhan sub sektor jasa swasta antara lain tercermin dari meningkatnya

aktivitas hiburan dan rekreasi seiring dengan berlangsungnya musim liburan sekolah selama

triwulan laporan.

6. Sektor Lainnya

Dampak kenaikan harga minyak mentah dunia yang diikuti oleh pergerakan harga Bahan

Bakar Minyak (BBM) industri di dalam negeri ternyata tidak terlalu berdampak terhadap

perkembangan sektor industri pengolahan. Selama triwulan IV–2008, sektor industri

pengolahan tumbuh 8,26% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun

(28)

27

lain didukung oleh berkurangnya beban pelaku usaha seiring dengan terus menurunnya

harga BBM Industri. Hal ini tercermin dari meningkatnya penggunaan Bahan Bakar Minyak

(BBM) Industri mencapai jumlah 12.595 Kilo Liter atau meningkat 3,41%.

Tabel 1.14.

Jumlah Penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) Industri

(dalam KL)

Perkembangan sektor indutri pengolahan tak lepas pula dari dukungan pembiayaan oleh

perbankan. Sejak awal tahun 2007 hingga akhir triwulan laporan, penyaluran kredit pada

sektor industri memperlihatkan trend peningkatan mencapai jumlah Rp214 milliar atau

meningkat 25,17% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Grafik 1.18.

Sementara itu, sektor listrik, gas dan air bersih tumbuh 6,75% (y.o.y) selama triwulan

laporan. Hal ini tak terlepas dari mulai beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi

(PLTPB) Lahendong berkapasitas 20 MW pada pertengahan Desember 2007. Laju

pertumbuhan ini disumbangkan baik oleh sub sektor listrik maupun sub sektor air bersih

yang masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 6,98% (y.o.y) dan 5,86% (y.o.y).

Perkembangan sub sektor listrik, antara lain dapat dikonfirmasi melalui data konsumsi listrik

yang selama triwulan II – 2008 mencapai 178 MW (Mega Watt) atau meningkat 8,75%

(y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun demikian, peningkatan

konsumsi ini tidak seiring dengan data perkembangan pelanggan yang justru mengalami

penurunan rata-rata sebesar 20% (y.o.y) dibandingkan triwulan yang sama tahun

(29)

28 Grafik 1.19.

Konsumsi Listrik di Provinsi Sulawesi Utara (dalam Mega Watt)

135 140 145 150 155 160 165 170 175 180

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)

2006 2007 2008

Sumber : PT. PLN Kanwil Sulutenggo

Tabel 1.15.

Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik di Provinsi Sulawesi Utara

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)

Sosial, RT dan Publik (dlm ribu) 1,052 1,058 1,160 1,361 1,364 1,366 1,068 1,072 1,078 1,080

Bisnis dan Industri 37,028 36,990 40,691 48,334 48,645 48,917 37,994 38,353 38,642 38,916

2006 2007 2008

Sumber : PT. PLN Kanwil Sulutenggo

Secara umum, pemenuhan kebutuhan listrik oleh masyarakat dan berbagai perusahaan/unit

bisnis belumlah mampu seluruhnya dipenuhi oleh PT. PLN Sulutenggo. Hal ini antara lain

tercermin dari tingginya daftar tunggu penyambungan dan penambahan daya aliran listrik

yang hingga akhir Desember 2007 masih tercatat sebesar 31,85 MW. Ketidakmampuan PLN

untuk memenuhi permintaan masyarakat/unit usaha tersebut disebabkan masih terbatasnya

pembangunan infrastruktur kelistrikan baru yang diperkirakan baru akan dipenuhi pada

Tahun 2009 y.a.d. Di sisi lain, rata-rata biaya pokok penyedian listrik adalah sebesar

Rp1.771/kwh (selama Tahun 2006) atau jauh lebih tinggi dibandingkan harga jualnya yang

hanya sebesar 611/kwh. Hal ini menyebabkan kurang tertariknya investor baru untuk

menanamkan modalnya khususnya di sektor kelistrikan. Selain itu, rata-rata beban puncak

yang mampu dilayani oleh PLN untuk wilayah Sulawesi Utara sebesar 80-90 MW padahal

kebutuhan yang ada melebihi jumlah tersebut sehingga menyebabkan terjadinya

pemadaman bergilir di beberapa tempat. Kondisi ini akan menyebabkan meningkatnya

biaya produksi barang akibat penggunaan mesin-mesin diesel yang relatif ongkos yang

dikeluarkan menjadi lebih tinggi.

Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh 9,33% (y.o.y) selama triwulan laporan

(30)

29

disumbangkan oleh seluruh sub sektor yang ada yaitu sub sektor minyak dan gas,

pertambangan tanpa migas dan penggalian. Khusus untuk sub sektor penggalian,

berdasarkan pelaku usahanya, sub sektor penggalian ini lebih banyak dilakukan oleh

penambangan tradisional/rakyat dan bukan industri berskala besar.

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh 6,81% (y.o.y) selama triwulan

laporan meningkat dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,69%

(y.o.y). Berdasarkan sub sektornya, percepatan pertumbuhan dialami oleh sub sektor bank

dan sub sektor sewa bangunan sedangkan sub sektor lembaga keuangan bukan bank dan

sub sektor jasa perusahaan justru mengalami perlambatan pertumbuhan walupun masih

tetap positif. Perkembangan sub sektor bank antara lain tercermin dari maraknya

pembangunan jaringan kantor dan fasilitas perbankan antara lain : pembukaan kantor

cabang baru, penambahan ATM (Anjungan Tunai Mandiri), serta penawaran produk-produk

baru yang memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada masyarakat dalam

bertransaksi.

C. Analisis LQ (Location Quatient)

Upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu wilayah diantaranya dapat

dilakukan dengan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi sekaligus memperkuat struktur

perekonomian wilayah tersebut. Percepatan laju pertumbuhan dan penguatan struktur

perekonomian suatu wilayah pada gilirannya akan dapat dilakukan lebih efektif dengan cara

penekanan pembangunan pada sektor yang memiliki keunggulan komparatif dan

kompetitif dalam wilayah tersebut. Pendekatan Analisis LQ (Location Quatient) merupakan

salah satu dari alat analisis yang dapat digunakan untuk menentukan sektor basis dan

kecenderungan pertumbuhan sektor basis tersebut dalam struktur perekonomian di suatu

wilayah. Sektor basis yang pendekatan perhitungannya dilakukan dengan rasio kontribusi

sektor pada salah satu bagian wilayah terhadap kontribusi sektor yang sama dalam wilayah,

(31)

30 Tabel 1.16.

Share Sektor dalam PDRB Sulsel, Sulut, Gorontalo dan Sulampua Periode Tahun 2008

Data yang bersumber dari Biro Pusat Statistik (BPS) se-provinsi Sulawesi, Maluku, dan Papua

(SULAMPUA) menunjukkan bahwa pada Tahun 2007, kontribusi utama PDRB SULAMPUA

berasal dari sektor pertanian (28,94%), diikuti oleh sektor pertambangan dan penggalian

(17,62%), sektor perdagangan, hotel dan restoran (13,05%), sektor jasa-jasa (11,84%) dan

sektor-sektor lainnya. Struktur perekonomian ini tentunya akan berbeda-beda di

masing-masing wilayah sesuai dengan karakteristik masing-masing-masing-masing provinsi.

Tabel 1.17.

Nilai LQ Sektor-Sektor Unggulan Provinsi Sulawesi Utara Terhadap Zona Sulampua (Basis Tahun 2007)

Lapangan Usaha Sulawesi

Selanjutnya dengan melakukan perbandingan terhadap masing-masing sektor dalam PDRB

ketiga provinsi yaitu Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara dan Gorontalo dengan

sektor-sektor dalam PDRB Zona Sulampua sebagai acuan, maka akan diperoleh nilai koefisien LQ.

Berdasarkan hasil tersebut, diperolah hasil bahwa terdapat 5 (lima) sektor yang merupakan

sektor basis (rasio LQ>1) di Provinsi Sulawesi Utara yaitu (1) sektor bangunan, (2) sektor

pengangkutan dan komunikasi, (3) sektor jasa-jasa, (4) sektor keuangan, sewa bangunan

dan jasa perusahaan serta (5) sektor listrik, gas dan air bersih. Dari 5 (lima) sektor basis

tersebut terdapat 3 (tiga) sektor yang secara dominan lebih tinggi dibandingkan sektor basis

yang sama di provinsi lainnya yaitu Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Gorontalo yaitu

sektor bangunan, sektor PHR dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Dengan demikian,

(32)

31

lebih diarahkan pada sektor-sektor tersebut yang secara umum memiliki keunggulan

(33)

32

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Secara umum, tekanan harga barang dan jasa di Kota Manado selama Triwulan IV – 2008

memperlihatkan adanya penurunan dibandingkan periode sebelumnya. Pada Desember

2008, inflasi kota Manado tercatat 9.71% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan dengan akhir

triwulan lalu yang tercatat sebesar 13.15% (y.o.y) serta periode yang sama tahun lalu

sebesar 10.13% (y.o.y). Demikian pula jika dibandingkan dengan laju inflasi nasional

sebesar 11.06% (y.o.y), maka laju inflasi kota Manado masih jauh lebih rendah.

Grafik 2.1. Grafik 2.2.

Inflasi tahunan kota Manado sepanjang triwulan IV -2008 cenderung menurun jika

dibandingkan triwulan III-2008. Pada awal triwulan IV inflasi tercatat 13.09% (y.o.y) yang

terus menurun hingga 9.71%(y.o.y) di akhir periode. Kondisi ini sejalan dengan laju inflasi

nasional yang juga terus mengalami penurunan walaupun dalam jumlah yang tidak terlalu

besar. Pada awal triwulan IV inflasi tercatat 11.77% (y.o.y), sementara pada bulan

Desember inflasi berada pada angka 11.06% (y.o.y) Jika dibandingkan dengan periode yang

sama tahun lalu, terjadi kondisi yang berbeda. Laju inflasi tahunan kota Manado pada

triwulan IV -2007 cenderung meningkat, dari 7.42% (y.o.y) pada bulan Oktober menjadi

10.16% (y.o.y) pada bulan Desember. Salah satu penyebab utama penurunan angka inflasi

ini adalah adanya kebijakan penurunan harga BBM pada bulan November dan Desember.

Penurunan harga BBM ini sekaligus berdampak pada menurunnya harga bahan baku dan

(34)

33

Laju inflasi IHK disebabkan oleh faktor non fundamental yaitu tekanan inflasi volatile food

dan administered prices, serta faktor fundamental berupa inflasi inti yang terdiri dari

ekspektasi inflasi, tekanan sisi permintaan, dan output gap. Menurunnya inflasi yang berasal

dari volatile food terjadi karena berangsur turunnya harga minyak dunia yang sudah

mencapai 40$/barrel, yang berdampak pada menurunnya harga komoditas internasional

termasuk juga komoditas dalam negeri. Sementara itu, laju inflasi yang berasal dari

administered prices, terlihat dari adanya perubahan kebijakan harga BBM yang diturunkan

beberapa kali pada periode laporan untuk mengimbangi penurunan harga minyak dunia

serta kebijakan penurunan tarif transportasi.

Adanya persiapan menjelang hari raya Natal dan tahun baru cukup berperan dalam

membentuk permintaan masyarakat. Pada bulan Desember, angka inflasi untuk kelompok

komoditas tertentu yang terkait dengan persiapan Natal cenderung meningkat jika

dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Ketersediaan pasokan bahan makanan juga turut

berperan dalam membentuk inflasi. Sepanjang periode laporan, ketersediaan kebutuhan

pokok masyarakat masih tercukupi hingga satu tahun ke depan. Selain itu adanya

dukungan infrastruktur yang berkembang selama persiapan WOC turut membantu dalam

memperlancar jalur distribusi. Faktor ekspektasi inflasi dapat terlihat dari hasil Survey

Ekspektasi Konsumen kota Manado pada bulan Desember 2008 yang menunjukkan angka

optimis, berbeda dengan dua bulan sebelumnya yang cenderung pesimis. Optimisme

masyarakat ini lebih disebabkan oleh meningkatnya pendapatan terkait rencana kenaikan

upah minimum provinsi dan ketersediaan lapangan kerja yang dipicu oleh proyek WOC.

Tabel 2.1.

Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa (y.o.y)

M a r Ju n S e p D e s M a r Ju n S e p D e s

1 B a h a n M a k a n a n 1 3 , 3 3 1 2 , 8 9 1 4 ,0 5 2 1 , 1 4 1 3 , 5 8 2 7 , 3 5 2 6 , 6 9 1 6 , 9 5

2 M a k a n a n Ja d i 7 , 9 0 6 , 6 2 7 , 7 5 4 , 5 2 2 , 3 3 3 , 4 5 5 , 2 9 7 , 1 1

3 P e ru m a h a n 2 , 9 4 2 , 3 8 4 , 7 8 5 , 3 4 6 , 8 9 1 3 , 0 1 1 1 , 7 7 7 , 1 6

4 S a n d a n g 3 , 5 9 2 , 1 9 3 , 9 2 7 , 3 9 1 0 , 3 1 9 , 1 3 8 , 0 2 6 , 2 1

5 K e se h a ta n 7 , 3 9 8 , 8 7 1 0 ,1 3 1 2 , 1 2 1 0 , 0 8 1 3 , 3 2 1 3 , 1 3 1 1 , 5 1

6 P e n d id ik a n 1 , 5 7 1 , 7 0 1 , 6 1 3 , 1 5 2 , 3 4 1 , 8 3 2 , 0 2 2 , 3 2

7 T ra n sp o rta si 0 , 9 0 1 , 1 6 1 , 1 7 1 , 1 8 0 , 5 2 9 , 9 1 9 , 9 5 8 , 8 3

U m u m 6 , 9 8 6 , 4 3 7 , 7 9 1 0 , 1 3 7 , 6 8 1 3 , 1 8 1 3 , 1 5 9 , 7 1

2 0 0 7 2 0 0 8

K e lo m p o k N o

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Secara umum, inflasi bulan Desember 2008 lebih rendah dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya. Jika pada tahun 2007 inflasi Desember sebesar 10.13%(y.o.y), maka

pada tahun 2008 inflasi berada pada angka 9.71%(y.o.y). Berdasarkan kelompok barang

dan jasa, bahan makanan memiliki angka inflasi tertinggi, yaitu 16,95% (y.o.y) dengan

(35)

34

sebelumnya, terlihat bahwa sebagian besar kelompok barang/jasa dalam periode laporan

mengalami penurunan dibanding periode sebelumnya. Kelompok yang mengalami

penurunan adalah kelompok bahan makanan, kelompok sandang, kelompok kesehatan,

serta kelompok pendidikan rekreasi dan olahraga. Sementara itu tiga kelompok lainnya

yaitu kelompok makanan jadi, kelompok perumahan, listrik, air, gas, dan bahan bakar, serta

kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami peningkatan.

Peningkatan yang tertinggi pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan.

Jika pada tahun lalu hanya 1.18%(y.o.y), maka satu tahun kemudian telah meningkat

menjadi 8.83% (y.o.y). Kenaikan ini terjadi karena masih terasanya dampak kenaikan harga

BBM yang cukup tinggi pada bulan Mei tahun 2008 yang berdampak pada berbagai sektor,

khususnya jasa transportasi.

B. INFLASI BULANAN (M.t.M)

Laju perkembangan inflasi bulanan pada triwulan IV – 2008 cenderung berfluktuasi, Pada

awal periode, angka inflasi bulanan Manado tercatat 0.09% (m.t.m), sementara pada bulan

November kota Manado mengalami deflasi sebesar 0.37% (m.t.m), yang kemudian kembali

meningkat di akhir periode menjadi 0.46%(m.t.m).

Penurunan inflasi pada bulan November secara umum disebabkan oleh menurunnya harga

minyak dunia yang kemudian direspon oleh pemerintah dengan melakukan beberapa kali

melakukan penurunan harga BBM sepanjang periode triwulan IV. Penurunan BBM ini

berdampak pada penurunan biaya produksi dan transportasi. Namun demikian, pada bulan

Desember 2008 tingkat inflasi kota Manado kembali meningkat yang disebabkan oleh

adanya persiapan perayaan Hari raya Natal dan Tahun Baru.

Tabel 2.2.

Inflasi menurut kelompok barang/jasa (m.t..m)

Okt Nov Des Okt Nov Des

1 Bahan Makanan -1,44 5,36 3,94 -0,50 -1,90 2,61

2 Makanan Jadi -0,42 -0,11 0,28 0,10 0,47 0,97

3 Perumahan 0,54 0,03 0,86 0,70 -0,24 -0,28

4 Sandang 1,63 1,48 0,83 0,18 1,01 0,51

5 Kesehatan 1,36 1,61 0,05 0,05 0,32 -0,11

6 Pendidikan 0,30 0,73 0,60 0,08 0,31 0,51

7 Transportasi 0,25 -0,26 0,04 0,05 0,12 -2,28

Umum -0,26 2,01 1,72 0,09 -0,37 0,46

Kelompok

No

2007 2008

Sumber : BPS Sulawesi Utara, diolah

Berdasarkan kelompok barang dan jasa, angka inflasi tertinggi selama Triwulan IV 2008

adalah kelompok bahan makanan sebesar 2.61%(m.t.m) pada bulan Desember. Namun

(36)

35

5.36%(m.t.m) pada bulan November. Sementara itu, deflasi tertinggi tahun 2008 terjadi

pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan di bulan Desember sebesar

2.28%(m.t.m). Angka ini lebih tinggi dibanding tahun lalu sebesar 1.44%(m.t.m) pada

kelompok bahan makanan di bulan Oktober. Pada bulan November 2008 terjadi deflasi di

kota Manado. Deflasi ini terjadi di sebagian besar kota secara nasional. Untuk wilayah

Sulawesi, dari pemantauan terhadap sembilan kota, hanya dua kota yang mengalami inflasi,

sementara yang lain termasuk Manado mengalami deflasi. Kebijakan pemerintah yang

kembali menurunkan harga BBM turut berperan dalam kondisi deflasi ini.

ƒ Inflasi Oktober 2008

Di awal triwulan IV -2008 ini inflasi kota Manado cenderung mengalami peningkatan

dibandingkan bulan sebelumnya. Pada bulan ini inflasi kota Manado sebesar 0.09%

(m.t.m), lebih besar daripada akhir triwulan lalu yang hanya 0.03% (m.t.m). Peningkatan

tertinggi terjadi pada kelompok perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar sebesar 0.7%.

Hal ini terjadi karena walaupun pada bulan ini pemerintah menerapkan kebijakan

penurunan harga BBM namun dampaknya masih belum terasa. Kenaikan angka inflasi di

kelompok ini justru terjadi akibat adanya kebijakan menaikkan harga jual gas elpiji sekitar

9.5% untuk kemasan 12 kg pada bulan September lalu. Selain itu, maraknya pembangunan

sarana dan prasarana pendukung WOC juga turut memberi andil dalam peningkatan angka

inflasi di kelompok ini, karena berdampak pada tingginya permintaan bahan bangunan

yang memicu melambungnya harga khususnya komoditi semen. Sementara itu, kelompok

yang mengalami deflasi adalah bahan makanan sebesar 0.5%. Hal ini terjadi karena

terpenuhinya ketersediaan pasokan, khususnya untuk kebutuhan pokok masyarakat berupa

gula, terigu, mentega, susu, dan daging masih tercukupi. Ketersediaan pasokan rata-rata

mampu mengcover kebutuhan hingga 3-4 bulan mendatang bahkan melewati Natal dan

Tahun Baru. Ketersediaan beraspun relatif aman, karena tersedia untuk keperluan hingga

hampir dua tahun ke depan. Kebutuhan beras ini dipenuhi dari hasil produksi lokal dan

pasokan dari daerah lain. Berdasarkan data IHK sub kelompok, komoditas yang mengalami

peningkatan harga tertinggi justru berasal dari kelompok bahan makanan, yaitu pada sub

kelompok ikan yang diawetkan dan ikan segar. Kondisi ini terjadi karena pada awal Oktober

stok komoditi ini di pasar tradisional cenderung menurun. Sementara itu, sub kelompok

Gambar

Tabel 1.17.
Tabel 2.1.
Tabel 3.1 Indikator Utama Perbankan di Sulawesi Utara
Grafik 3.1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan diawali Bismillah, penulis panjatkan puji syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah yang tiada hentinya sehingga

Peneliti mengambil sampel secara random, dari 8 rekam medis pasien BPJS rawat inap penyakit gastroenteritis terdapat 6 r ekam medis yang menunjukkan ketidaktepatan pengkodean

Tipis dan Fleksibel merupakan cikal bakal dari Teknologi Televisi Tekuk yang sudah dipekenalkan di CES 2014, dan Teknologi Televisi Gulung yang masih dalam proses penjajalan.

Hal ini dapat menimbulkan kesulitan persalinan, sedangkan usia lebih dari 35 tahun menyebabkan kesehatan dan keadaan rahim sudah tidak sebaik usia 20-35 tahun sehingga dapat

Desa Mekar Jaya memiliki Sarana dan Prasarana untuk masyarakat yang terdapat di tiap dusun, yang meliputi sarana prasarana dibidang pemerintahan,

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Pasongli, Rantung, dan Pesak (2014) di Rumah Sakit Advent Manado tentang efektifitas counterpressure terhadap penurunan

6 Hasil Kuisioner Nomor 6 dalam Bentuk Diagram Pie Hasil kuisioner untuk nomor 6 menunjukkan bahwa responden yang pernah melihat aplikasi salon untuk simulasi model rambut memiliki

Target capaian dari lokakarya ini adalah (1) kesepahaman dan kesepakatan pentingnya perda tersebut, (2) terbentuk tim advokasi perda yang terdiri dari perwakilan pemangku