• Tidak ada hasil yang ditemukan

Survei Pola distribusi Perdagangan Beberapa Komoditi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Survei Pola distribusi Perdagangan Beberapa Komoditi"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Buku 2 ini merupakan buku pedoman yang disusun dalam rangka Survei Pola

Distribusi Perdagangan Beberapa Komoditi 2013 (VPDP13). Buku ini memuat

pedoman bagi para Petugas Pencacah dan Pengawas/Pemeriksa dalam pelaksanaan

survei tersebut.

Disamping memuat petunjuk teknis atau prosedur standar operasional yang

berkaitan dengan tata cara pencacahan, buku ini dimaksudkan pula agar para petugas

memiliki keseragaman pemahaman tentang konsep dan definisi yang berlaku serta

keseragaman pemahaman dalam pengisian kuesioner.

Saya mengharapkan agar semua pihak yang terkait dalam survei ini khususnya

para petugas lapangan membaca dan menggunakan buku pedoman ini secara

sungguh-sungguh dalam melaksanakan tugasnya, sehingga dapat diperoleh hasil pendataan

yang maksimal sesuai tujuan dan target yang telah ditetapkan.

Akhirnya saya ucapkan terima kasih dan penghargaan kepada seluruh jajaran

BPS-RI di Pusat dan Daerah serta para petugas lapangan atas kontribusinya dalam

pelaksanaan survei ini. Selamat Bekerja.

Jakarta, Mei 2013

Kepala Badan Pusat Statistik

Republik Indonesia,

(4)
(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR LAMPIRAN... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Umum ... 1

1.2. Landasan Hukum ... 2

1.3. Tujuan ... 2

1.4. Cakupan Komoditi... 2

1.5. Cakupan Wilayah... 3

1.6. Jadwal Pelaksanaan... 3

1.7. Dokumen (Kuesioner dan Buku Pedoman) ... 4

1.8. Arus Dokumen ... 4

BAB IIORGANISASILAPANGAN ... 5

2.1. Organisasi Lapangan ... 5

2.2. Tugas dan Tanggung Jawab Pelaksana Survei ... 5

2.3. Petugas Pemeriksa (PMS) ... 6

2.4. Petugas Pencacah (PCS) ... 7

BAB III METODOLOGI ... 9

3.1. Ruang Lingkup ... 9

3.2. Cakupan KBLI Komoditi Terpilih ... 9

3.3. Kerangka Sampel ... 11

3.4. Jumlah Sampel ... 14

3.5. Alokasi Sample Per Komoditi Menurut Kabupaten... 16

3.6. Metode Pemilihan Sampel... 16

3.7. Metode Pengumpulan Data... 17

(6)

BAB IV TEKNIK DAN ETIKA BERWAWANCARA ... 23

4.1. Teknik Berwawancara ... 23

4.2. Etika Berwawancara... 24

BAB V PEDOMAN PENGISIAN DAFTAR ... 27

5.1. Petunjuk Pengisian Daftar... 27

5.2. Konsep dan Definisi Umum... 28

5.3. Pengisian Daftar VPDP13-PEDAGANG... 33

5.4. Pengisian Daftar VPDP13-PRODUSEN... 45

BAB VI PEMERIKSAAN KONSISTENSI ISIAN DAFTAR VPDP-13 ... 55

6.1. Pemeriksaan Secara Umum ... 55

6.2. Pemeriksaan Untuk Isian Daftar VPDP-13.PEDAGANG ... 55

6.3. Pemeriksaan Untuk Isian Daftar VPDP-13.PRODUSEN ... 62

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Contoh VPDP13-DSP.PEDAGANG ... 71

Lampiran 2. Tabel 6. Alokasi sampel menurut Kabupaten, Komoditi, dan Status Responden ………... 72

Lampiran 3.`Tabel 7. Alokasi sampel menurut Kabupaten, Komoditi, dan Status Responden (rekapan) ... 77

Lampiran 4. Kuesioner VPDP-13.PEDAGANG ... 79

Lampiran 5. Kuesioner VPDP-13 PRODUSEN... 83

(8)
(9)

BABI PENDAHULUAN

1.1 Umum

Pola distribusi perdagangan menggambarkan rantai distribusi suatu barang mulai dari

produsen hingga konsumen. Rantai ini mempunyai peran penting dalam perekonomian

masyarakat, karena selain merupakan penghubung antara produsen dengan konsumen juga

dapat memberikan nilai tambah pada pelakunya. Rantai distribusi yang baik mampu

menggerakkan suatu barang dari produsen ke konsumen dengan biaya yang

serendah-rendahnya dan mampu memberikan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang

dibayarkan konsumen akhir kepada semua pihak yang terlibat di dalamnya.

Pola distribusi barang kebutuhan masyarakat saat ini diduga masih bermasalah. Hal ini

terlihat dari melambungnya harga barang kebutuhan masyarakat, serta kelangkaan barang

tersebut di beberapa daerah. Selain itu, rasa kepuasan yang belum merata antara produsen,

lembaga-lembaga usaha perdagangan (dalam tata niaga) dan konsumen juga menjadi

masalah dalam distribusi barang.

Untuk mengetahui dimana letak permasalahannya dipandang perlu untuk dilakukan

Survei Pola Distribusi Perdagangan Beberapa Komoditi. Pada tahun 2013 Badan Pusat

Statistik (BPS) akan mengadakan Survei Pola Distribusi (Survei Poldis) Perdagangan

Beberapa Komoditi. Kegiatan ini sangat penting dilakukan karena hasilnya bisa digunakan

sebagai upaya untuk mendapatkan gambaran pola distribusi perdagangan dalam negeri dan

dapat dibangun sistem pola distribusi perdagangan yang lebih baik. Selain itu, dapat

diperoleh margin perdagangan dan pengangkutan dari komoditi yang diteliti.

Survei Pola Distribusi Perdagangan Beberapa Komoditi 2013 dilaksanakan di seluruh

provinsi, mencakup ibukota provinsi,beberapa kota SBH dan kabupaten/kota potensi

komoditi terpilih. Secara keseluruhan survei ini mencakup 168 kabupaten/kota terdiri dari 33

ibukota provinsi dan 135 kabupaten/kota potensi komoditi terpilih.

Komoditi yang dicakup dalam survei ini adalah sebanyak 7 jenis, yaitu:daging sapi

lokal, daging sapi impor, beras premium, beras medium, gula pasir, kedelai lokal dan kedelai

impor.

Hasil Survei Poldis Perdagangan 2013 di 33 provinsi diharapkan dapat memenuhi

(10)

sekaligus dapat digunakan sebagai masukan untuk penyempurnaan Survei Poldis

Perdagangan pada masa yang akan datang.

Buku Pedoman Pencacah dalam kegiatan Survei Poldis Perdagangan 2013 merupakan pedoman bagi petugas pencacah untuk melakukan pencacahan perusahaan/usaha dengan benar sehingga menghasilkan data statistik yang berkualitas.

1.2 Landasan Hukum

Landasan hukum pelaksanaan Survei Poldis Perdagangan 2013 adalah:

a. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik.

b. Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Statistik

c. Peraturan Presiden RI Nomor 87 Tahun 2007 tentang Badan Pusat Statistik

d. Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Badan Pusat Statistik.

1.3 Tujuan

Survei Poldis Perdagangan 2013 di 33 provinsi mempunyai tujuan, yaitu:

a. Mendapatkan Pola Penjualan Produksi.

b. Mendapatkan Pola Distribusi Perdagangan.

c. Mendapatkan Peta Wilayah Penjualan Produksi.

d. Mendapatkan Peta Wilayah Distribusi Perdagangan.

e. Memperoleh data tentang margin perdagangan dan pengangkutan mulai tingkat

pedagang besar sampai dengan pedagang eceran.

1.4 Cakupan Komoditi

Penentuan komoditi dalam survei ini adalah komoditi strategis, yaitu

komoditi-komoditi yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Komoditi yang dalam Survei Biaya Hidup paling banyak dikonsumsi masyarakat.

b. Komoditi yang dalam pembentukan inflasi cukup berperan.

c. Komoditi yang dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) mempunyai

kontribusi cukup besar.

d. Komoditi yang memiliki dampak cukup besar terhadap kebutuhan masyarakat.

Berdasarkan 4 kriteria di atas, maka dipilih 4 komoditi dengan jenis/kualitas komoditi

(11)

Tabel 1. Jenis Komoditi Terpilih

Komoditi Jenis Komoditi

(1) (2)

1. Daging Sapi 1. Daging Sapi Lokal

2. Daging Sapi Impor

2. Beras 3. Beras Premium

4. Beras Medium

3. Gula Pasir 5. Gula Pasir

4. Kedelai 6. Kedelai Lokal

7. Kedelai Impor

1.5 Cakupan Wilayah

Cakupan wilayah survei meliputi 135 kabupaten/kota di 33 provinsi dengan jumlah

sampel sebanyak 4.525 perusahaan/usaha perdagangan dan produsen. Untuk selengkapnya

mengenai alokasi sampel menurut wilayah dapat dilihat pada lampiran 3.

1.6 Jadwal Pelaksanaan

Jadwal pelaksanaan Survei Poldis Perdagangan 2013 adalah:

Pencetakan Kuesioner dan Buku Pedoman Minggu III Mei 2013

Pengiriman dokumen dari BPS RI ke Provinsi Minggu IV Mei 2013

Pelaksanaan Lapangan Minggu I Juni– Minggu IV Juni 2013

Pemeriksaan oleh Daerah Minggu II Juni – Minggu II Juli 2013

Revisit oleh Daerah Minggu II Juni – Minggu I Juli 2013

Pengiriman dokumen dari Provinsi ke BPS RI Minggu I – Minggu IV Juli 2013

Pengolahan di BPS RI Minggu II Juli – Minggu IV Agustus 2013

Persiapan Penyusunan Laporan Minggu I – Minggu IV September 2013

Penyusunan Laporan Minggu I – IV Oktober 2013

(12)

1.7 Dokumen (Kuesioner dan Buku Pedoman)

a. Jenis daftar dan kuesioner yang digunakan untuk pencacahan meliputi:

No Jenis Daftar/Kuesioner Kegunaan

(1) (2) (3)

1. VPDP13-DSP.PEDAGANG VPDP13-DSP.PRODUSEN (Daftar Sampel Perusahaan)

Petunjuk bagi petugas untuk mengetahui nama dan alamat perusahaan/usaha perdagangan dan produsen yang akan dicacah

2. VPDP-13.PEDAGANG Kuesioner untuk mencacah perusahaan/usaha perdagangan

3. VPDP-13.PRODUSEN Kuesioner untuk mencacah perusahaan/usaha pertanian dan industri pengolahan

b. Buku Pedoman yang digunakan meliputi:

No Buku Pedoman Kegunaan

(1) (2) (3)

1. Buku 1 Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota 2. Buku 2 Pedoman Pencacah

3. Buku 3 Pedoman Pengawas/Pemeriksa 4. Buku 4 Pedoman Editing/Coding 5. Buku 5 Pedoman Pengolahan

1.8 Arus Dokumen

BPS-RI BPS Provinsi BPS Kab/Kota Pencacah/Pemeriksa

(13)

BAB II

ORGANISASI LAPANGAN

2.1 Organisasi Lapangan

Untuk memperlancar pelaksanaan lapangan serta seluruh kegiatan Survei Poldis

Perdagangan 2013 dibentuk organisasi lapangan mulai dari tingkat pusat sampai dengan para

pelaksana di lapangan. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang organisasi ini

dapat dilihat pada bagan organisasi berikut ini:

Gambar 1. Organisasi Lapangan Survei Pola Distribusi Perdagangan Beberapa Komoditi 2013

3

2.2 Tugas dan Tanggung Jawab Pelaksana Survei

Tugas dan tanggung jawab organisasi lapangan Survei Poldis Perdagangan 2013 dari

tingkat pusat sampai dengan para pelaksana di lapangan sebagai berikut:

BPS-RI

BPS PROVINSI

PENGAWAS

PENCACAH BPS KAB/KOTA

BPS KAB/KOTA

BPS KAB/KOTA

(14)

Tabel 2. Tugas dan Tanggung Jawab Pelaksana Survei Pola Distribusi Perdagangan Beberapa Komoditi 2013

No. Petugas Tugas dan Tanggung Jawab

(1) (2) (3)

Bertanggung jawab terhadap hasil Survei Poldis Perdagangan 2013 tingkat Nasional

Menyiapkan materi yang berkenaan dengan Survei Poldis Perdagangan 2013

Mengoordinasikan seluruh kegiatan di Provinsi dan Kabupaten/Kota

Bertanggung jawab terhadap hasil Survei Poldis Perdagangan 2013 tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota

Mengoordinasikan seluruh kegiatan di Kabupaten/Kota Bertanggung jawab terhadap hasil Survei Poldis

Perdagangan 2013 tingkat Kabupaten/Kota

Mengoordinasikan seluruh kegiatan di Kabupaten/Kota/ Provinsi

• Bertanggung jawab terhadap hasil pencacahan Survei

Poldis Perdagangan 2013

• Bertanggung jawab melakukan pencacahan Survei Poldis

Perdagangan 2013

2.3 Petugas Pengawas/Pemeriksa (PMS)

a. Memahami isi buku pedoman PCS dan PMS Survei Poldis Perdagangan 2013.

b. Bersama dengan PCS mencermati daftar sampel perusahaan terpilih serta jenis

dokumen yang digunakan dan wilayah kerjanya sebelum melakukan pencacahan.

c. Memberitahukan dan minta izin pihak pengelola/administrator di pusat perkantoran,

pusat perbelanjaan, jika responden berada di pusat perkantoran/pusat perbelanjaan.

(15)

Kabupaten/ Kota/Provinsi apabila ada permasalahan yang perlu segera diselesaikan.

e. Mengikuti pertemuan petugas yang dikoordinir oleh BPS Kabupaten/Kota/Provinsi,

kemudian membuat laporan tentang berbagai permasalahan yang dihadapi di

lapangan dan cara mengatasinya ke BPS Kabupaten/Kota/Provinsi.

f. Mengisi laporan kemajuan pelaksanaan pencacahan secara berkala kepada BPS

Kabupaten/Kota/Provinsi.

g. Melakukan pemeriksaan dokumen hasil pelaksanaan pencacahan dengan cermat dan

teliti serta menyerahkan hasilnya kepada BPS kabupaten/Kota/Provinsi.

h. Mengisi kode KBLI pada Blok II rincian 1 VPDP-13.PEDAGANG berdasarkan

uraian kegiatan utama perusahaan/usaha.

i. Menepati jadwal pelaksanaan Survei Poldis Perdagangan 2013.

2.4 Petugas Pencacah (PCS)

a. Memahami isi buku pedoman PCS Survei Poldis Perdagangan 2013.

b. Mengamati wilayah kerjanya sebelum melakukan pencacahan dengan VPDP13-DSP.

Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi lewat cacah atau ganda cacah.

c. Memberitahukan dan minta izin pihak pengelola atau administrator di pusat gedung

perkantoran, pusat perbelanjaan, atau aparat desa/lurah, RW dan RT sebelum

melakukan pencacahan pada wilayah tersebut.

d. Melakukan pencacahan setiap perusahaan/usaha yang ada dalam VPDP13-DSP yang

terdapat pada wilayah kerjanya .

e. Mengikuti pertemuan dengan pengawas untuk membahas berbagai temuan/masalah

di lapangan dan cara mengatasinya.

f. Melakukan pencacahan ulang responden yang bermasalah dengan disertai pengawas.

g. Melaporkan hasil pengecekan lapangan ke pengawas/pemeriksa atas keberadaan

perusahaan yang tercatat dalam VPDP13-DSP, namun tidak ditemui di lapangan,

atau perusahaan/usaha yang ditemui di lapangan, namun tidak memperdagangkan

salah satu dari 7 jenis komoditi yang dicakup.

(16)
(17)

BAB III

METODOLOGI

3.1. Ruang Lingkup

Survei Pola Distribusi Perdagangan Beberapa Komoditi 2013 dilaksanakan di seluruh

provinsi, mencakup ibukota provinsi,beberapa kota SBH dan kabupaten/kota potensi

komoditi terpilih. Secara keseluruhan survei ini mencakup 168 kabupaten/kota terdiri dari 33

ibukota provinsi dan 135 kabupaten/kota potensi komoditi terpilih.

Komoditi yang dicakup dalam survei ini adalah sebanyak 7 jenis, yaitu:daging sapi lokal, daging sapi impor, beras premium, beras medium, gula pasir, kedelai lokal dan kedelai impor.

Unit penelitian dalam survei ini adalah perusahaan perdagangan menengah, besar, dan

kecil baik sebagai distributor, subdistributor, agen, subagen, pedagang grosir, pedagang

pengumpul, eksportir, importir, maupun pengecer. Untuk perusahaan non perdagangan

terdiri dari perusahaan/ usaha pertanian dan industri pengolahan. Responden perusahaan/usaha pertanian adalah petani kedelai. Sedangkan responden perusahaan/usaha

industri pengolahan adalah perusahaan/usaha industri penggilingan padi, rumah potong

hewan dan industri gula.

3.2. Cakupan KBLI Komoditi Terpilih

Tabel 3. Jenis Kegiatan Usaha dan Kode KBLI Menurut Jenis Komoditi

No Komoditi KBLI

10631 15311 Industri penggilingan padi dan penyosohan beras

46311

Perdagangan eceran berbagai macam barang yang utamanya makanan, minuman, atau tembakau di supermarket/minimarket

47112 52112

Perdagangan eceran berbagai macam barang yang utamanya makanan, minuman, atau tembakau bukan di supermarket/minimarket (tradisional)

47221 52221 Perdagangan eceran beras

(18)

No Komoditi KBLI

01113 01112 Pertanian tanaman kedelai

46201

51211, 53211, 54211

Perdagangan besar padi dan palawija

47111 52111

Perdagangan eceran berbagai macam barang yang utamanya makanan, minuman, atau tembakau di supermarket/minimarket

47112 52112

Perdagangan eceran berbagai macam barang yang utamanya makanan, minuman, atau tembakau bukan di supermarket/minimarket (tradisional)

47211 52211 Perdagangan eceran padi dan palawija

47811 52511 Perdagangan eceran kaki lima dan los pasar komoditi padi dan palawija

3 Gula Pasir

10721 15421 Industri gula pasir

46331

51220, 53220, 54220

Perdagangan besar gula, coklat, dan kembang gula

47111 52111

Perdagangan eceran berbagai macam barang yang utamanya makanan, minuman, atau tembakau di supermarket/minimarket

47112 52112

Perdagangan eceran berbagai macam barang yang utamanya makanan, minuman, atau tembakau bukan di supermarket/minimarket (tradisional)

47823 52523 Perdagangan eceran kaki lima dan los pasar kopi, gula pasir, gula merah, dan olahan

4 Daging Sapi

10110 15111 Kegiatan rumah potong dan pengepakan daging bukan unggas

46321

51220, 53220, 54220

Perdagangan besar daging sapi dan daging sapi olahan

47111 52111

Perdagangan eceran berbagai macam barang yang utamanya makanan, minuman, atau tembakau di supermarket/minimarket

47214 52214 Perdagangan eceran hasil peternakan

(19)

3.3 Kerangka Sampel

Kerangka sampel yang dibentuk terdiri dari kerangka sampel pedagang, dan kerangka

sampel produsen komoditi non pertanian. Sedangkan untuk petani kedelai tidak dibentuk

kerangka sampel tetapi langsung dipilih secara purposive dengan kriteria yang memiliki

jumlah produksi terbesar di wilayah tersebut.

Untuk produsen komoditi non pertanian, kerangka sampel berasal dari:

1) Direktori perusahaan industri gula pasir skala besar dan sedang

2) Direktori industri penggilingan padi hasil PIPA2012 dengan kriteria Blok II.2 R4 Tempat perusahaan/usaha industri penggilingan padi : tetap dan keliling, Blok II.2 R5aSkala perusahaan/usaha industri penggilingan padi : skala besar (> 3 ton beras/jam, skala sedang (1,5 – 3 ton beras/jam) dan skala kecil (< 1.5 ton beras/jam) 3) Direktori Rumah Potong Hewan khusus dipilih untuk ada kegiatan pemotongan sapi 4) Sumber Lain : berasal dari internet

Sedangkan pembentukan kerangka sampel pedagang berasal dari berbagai macam

sumber, yaitu dari:

1) SE06-UMB kategori G, yaitu perusahaan perdagangan menengah dan besar hasil Sensus Ekonomi 2006 Sensus Sampel. Dari data SE06-UMB kategori G bisa ditentukan fungsi kelembagaan perusahaan/usaha sebagai distributor, subdistributor, agen, subagen, pedagang grosir, pedagang pengumpul, eksportir, importir, dan pengecer dilakukan pendekatan berdasarkan hasil SE06-UMB kategori G, yang bersumber dari kuesioner SE06-UMB Distribusi Blok II.2 Rincian 6 (menurut asal barang) dan Rincian 8 (menurut penjualan barang). Sedangkan untuk perusahaan SE06-UMB yang nonresponse, tidak dapat dilakukan penentuan fungsi kelembagaan perusahaan/usaha.

Tabel 4. Matrix Penentuan Fungsi Kelembagaan*) dalam Perusahaan/Usaha Perdagangan UMB

No.

Asalbarang

Penjualan

(20)

6 Pedagang lainnya 7 4 9 9 9

2) Direktori perusahaan perdagangan dari asosiasi untuk perusahaan perdagangan. 3) Direktori perusahaan eksport impor

4) Perusahaan perdagangan kecil hasil Sensus Ekonomi 2006 Sensus Sampel yaitu SE06-UMK kategori G dengan nilai omset >500 juta rupiah.

5) Sumber Lain : berasal dari internet.

Pada survei ini pencacahan perusahaan menggunakan pendekatan fungsi kelembagaan perusahaan dan komoditi yang diperdagangkan. Fungsi kelembagaan yang bersumber dari SE06-UMB merupakan proxy, sedangkan perusahaan dari sumber lain berdasarkan pengakuan responden.

Gambar 1. Pembentukan Kerangka Sampel Pedagang

(21)

Gambar 2. Pembentukan Kerangka Sampel Produsen

*) Unique = tidak ganda

Ya

Tidak Direktori

RPH

Direktori Industri Penggilingan Padi 5 Komoditi terpilih

Drop out perusahaan Perusahaan

unique?

Kerangka Sampel Produsen

Gabung

Direktori Industri Gula Pasir Skala Besar dan

Sedang

(22)

3.4 Jumlah Sampel

Banyaknya sampel perusahaan/usaha/pengusaha perdagangan menengah dan besar serta produsen secara keseluruhan sebanyak 4.525 perusahaan. Rincian banyaknya sampel untuk setiap provinsi adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Kabupaten/Kota Studi dan Banyaknya Sampel per Provinsi

No Provinsi Kabupaten/Kota Jumlah

Sampel

(1) (2) (3) (4)

1 (11) Aceh (1109) Pidie, (1110) Bireuen,(1171) Banda Aceh 60 2 (12) Sumatera Utara (1202) Mandailing Natal, (1205) Tapanuli

Utara, (1209) Simalungun, (1212) Deli Serdang, (1213) Langkat, (1273) Pematang Siantar,

(1275) Medan, (1277) Padang Sidimpuan

200

3 (13) Sumatera Barat (1303) Solok, (1307) Agam, (1309) Pasaman, (1312) Pasaman Barat,(1371) Padang,(1375) Bukittinggi

140

4 (14) Riau (1403) Indragiri Hilir, (1409) Rokan Hilir,

(1471) Pekanbaru, (1473) Dumai 100

5 (15) Jambi (1507) Tanjung Jabung Barat, (1571) Jambi 55 6 (16) Sumatera Selatan (1607) Banyuasin, (1609) OKU Timur, (1671)

Palembang, (1674) Lubuklinggau 90

7 (17) Bengkulu (1702) Rejang Lebong, (1705) Seluma,

(1771) Bengkulu 55

8 (18) Lampung (1805) Lampung Tengah, (1806) Lampung

Utara, (1871) Bandar Lampung, (1872) Metro 80 9 (19) Bangka Belitung (1902) Belitung, (1905) Bangka Selatan,(1971)

Pangkal Pinang 50

10 (21) Kepulauan Riau (2103) Natuna, (2172) Tanjung Pinang 45 11 (31) DKI Jakarta (3171) Jakarta Selatan, (3172) Jakarta Timur,

(3173) Jakarta Pusat, (3174) Jakarta Barat, (3175) Jakarta Utara

690

12 (32) Jawa Barat (3201) Bogor, (3202) Sukabumi,(3203) Cianjur, (3204) Bandung, (3205) Garut, (3206)

Tasikmalaya, (3207) Ciamis, (3209) Cirebon, (3210) Majalengka, (3211) Sumedang, (3212) Indramayu, (3213) Subang, (3215) Karawang, (3271) Bogor, (3273) Bandung,

(3274) Cirebon, (3275) Bekasi, (3276) Depok, (3278) Tasikmalaya

550

13 (33) Jawa Tengah (3301) Cilacap, (3302) Banyumas, (3305) Kebumen, (3308) Magelang, (3310) Klaten, (3312) Wonogiri, (3314) Sragen, (3315) Grobogan, (3316) Blora,(3319) Kudus, (3321) Demak, (3329) Brebes, (3372) Surakarta,

(3374) Semarang, (3376) Tegal

(23)

No Provinsi Kabupaten/Kota Jumlah Sampel

(1) (2) (3) (4)

14 (34) DI Yogyakarta (3403) Gunung Kidul, (3404) Sleman, (3471)

Yogyakarta 70

15 (35) Jawa Timur (3505) Blitar, (3506) Kediri, (3507) Malang, (3508) Lumajang, (3509) Jember, (3510) Banyuwangi, (3511) Bondowoso, (3512) Situbondo, (3513) Probolinggo, (3514) Pasuruan,(3515) Sidoarjo, (3518) Nganjuk, (3521) Ngawi, (3522) Bojonegoro, (3524) Lamongan, (3527) Sampang, (3529)

Sumenep,(3572) Blitar, (3573) Malang, (3578)

Surabaya

600

16 (36) Banten (3601) Pandeglang, (3602) Lebak, (3604) Serang, (3671) Tangerang,(3673) Serang, (3674) Tangerang Selatan

145

17 (51) Bali (5101) Jembrana, (5102) Tabanan, (5104)

Gianyar, (5108) Buleleng,(5171) Denpasar 130 18 (52) Nusa Tenggara Barat (5202) Lombok Tengah, (5206) Bima,(5271)

Mataram 60

19 (53)Nusa Tenggara Timur (5312) Ngada, (5313) Manggarai,(5371)

Kupang 50

20 (61) Kalimantan Barat (6101) Sambas, (6107) Sintang, (6171)

Pontianak 70

21 (62) Kalimantan Tengah (6202) Kotawaringin Timur, (6203)

Kapuas,(6271) Palangkaraya 55

22 (63) Kalimantan Selatan (6301) Tanah Laut, (6302) Kota Baru,

(6309) Tabalong,(6371) Banjarmasin 90 23 (64) Kalimantan Timur (6402) Kutai Barat, (6403) Kutai Kartanegara,

(6404) Kutai Timur, (6471) Balikpapan, (6472)

Samarinda, (6473) Tarakan

135

24 (71) Sulawesi Utara (7101) Bolaang Mongondow, (7102) Minahasa,

(7171) Manado, (7172) Bitung 80

25 (72) Sulawesi Tengah (7202) Banggai, (7208) Parigi Moutong,(7271)

Palu 50

26 (73) Sulawesi Selatan (7304) Jeneponto, (7305) Takalar, (7306) Gowa, (7308) Maros,(7311) Bone, (7371)

Makassar, (7373) Palopo

130

27 (74) Sulawesi Tenggara (7403) Konawe, (7405) Konawe Selatan,(7471)

Kendari 55

28 (75) Gorontalo (7502) Gorontalo, (7503) Pohuwato,(7571)

Gorontalo 40

29 (76) Sulawesi Barat (7602) Polewali Mandar, (7603) Mamasa,

(7604) Mamuju 55

(24)

No Provinsi Kabupaten/Kota Jumlah Sampel

(1) (2) (3) (4)

31 (82) Maluku Utara (8201) Halmahera Barat, (8206) Halmahera

timur, (8271) Ternate 50

32 (91) Papua Barat (9105) Manokwari, (9171) Sorong 45 33 (94) Papua (9401) Merauke, (9403) Jayapura,(9471)

Jayapura 60

Jumlah 4.525

*) yang dicetak bergaris bawah dan miring adalah ibukota provinsi

3.5 Alokasi Sampel Per Komoditi Menurut Kabupaten/Kota

Jumlah produsen dan perusahaan perdagangan berkategori pedagang besar dan eceran sudah dapat ditentukan dari hasil pembentukan kerangka sampel. Yang termasuk dalam kategori pedagang besar adalah fungsi kelembagaan perdagangan sebagai distributor, subdistributor, agen, subagen, pedagang grosir, pedagang pengumpul, eksportir dan importir. Sedangkan kategori pengecer adalah sisanya.

Alokasi sampel dilakukan dengan mempertimbangkan distribusi dari fungsi kelembagaan dan jenis komoditi dalam satu provinsi. Sehingga secara umum semua komoditi bisa terwakili untuk semua fungsi kelembagaan.

Penentuan suatu perusahaan dicacah untuk komoditi tertentu, sudah dapat ditentukan pada awal penentuan sampel terpilih, baik untuk pedagang besar dan eceran yang menjual komoditi spesifik maupunyang memperdagangkan bermacam-macam komoditi yang akan dicacah. Oleh karena itu,untuk menjaga agar sampel komoditi di pengecer tersebar secara proporsional, maka perlu dilakukan alokasi sampel untuk menentukan berapa jumlah perusahaan yang harus dicacah untuk suatu komoditi.Tahapan pengalokasian sampel menurut komoditi untuk pengecer adalah sebagai berikut:

• Dari kerangka sampel dialokasikan sampel perusahaan yang memperdagangkan

komoditi tertentu.

• Kemudian di alokasikan menurut distribusi fungsi kelembagaan dalam satu

provinsi.

3.6 Metode Pemilihan Sampel

Metode pemilihan sampel dilakukan dengan memperhatikan komoditi utama yang

diperdagangkan berdasarkan 7 komoditi terpilih. Untuk perusahaan yang bersumber dari

SE06-UMB, seluruhnya diambil sebagai perusahaan sampel, sedangkan sisanya dipilih

(25)

sampel tidak mencukupi, maka seluruh perusahaan/usaha akan dicacah.

Sedangkan sampel industri pengolahan dipilih dari kerangka sampel industri

pengolahan secara sistematik sampling.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dari perusahaan/usaha/pengusaha terpilih dilakukan melalui

wawancara tatap muka antara pencacah dengan responden. Untuk perusahaan-perusahaan

yang relatif besar, pengumpulan data mungkin lebih dari satu kali kunjungan.

• Jika pada saat pencacahan, perusahaan/usaha telah berubah dari pedagang ke

produsen maka pengawas harus mencari perusahaan/usaha yang memperdagangkan komoditi dan fungsi kelembagaan yang sama untuk dijadikan

sebagai sampel pengganti secara purposive

• Jika pada saat pencacahan, perusahaan/usaha telah berubah dari produsen ke

pedagang maka pengawas harus mencari perusahaan/usaha yang memproduksi

komoditi yang sama untuk dijadikan sebagai sampel pengganti secara purposive

• Jika pada saat pencacahan, komoditi dengan yang diperdagangkan bukan

merupakan komoditi seperti yang tercantum pada Daftar

VPDP12-DSP.PEDAGANG, maka pengawas

a. Jika perusahaan/usaha merupakan pedagang besar, harus mencari

perusahaan/usaha yang memperdagangkan komoditi dengan fungsi

kelembagaan yang sama untuk dijadikan sebagai sampel pengganti secara

purposive

b. Jika Perusahaan/usaha merupakan pedagang eceran, pengawas harus

memeriksa terlebih dahulu keterwakilan komoditi dalam satu provinsi, bila

sudah ada wakilnya maka cukup diganti komoditi sesuai dengan yang dijual

oleh pedagang (harus termasuk dalam 7 komoditi). Jika belum ada

keterwakilan komoditi dengan kualitas/merk/jenis seperti yang tercantum pada

Daftar VPDP13-DSP.PEDAGANG dalam satu provinsi maka harus mencari

perusahaan/usaha yang memperdagangkan komoditi dengan fungsi

kelembagaan yang sama untuk dijadikan sebagai sampel pengganti secara

(26)

Gambar 3. Alur Pencacahan Pedagang

• Jika pada saat pencacahan, komoditi yang diproduksi bukan merupakan komoditi

seperti yang tercantum pada Daftar VPDP13-DSP.PRODUSEN, maka pengawas

harus mencari perusahaan/usaha yang memproduksi komoditi yang sama untuk

dijadikan sebagai sampel pengganti secara purposive.

• Nomor urut perusahaan untuk sampel pengganti dimulai dari 8000 untuk setiap

kabupaten/kota.

Untuk Perusahaan/usaha yang terpilih sampel secara purposive nomor urutnya

(27)

Gambar 4. Alur Pencacahan Produsen

3.8 Daftar VPDP13-DSP.PEDAGANG dan VPDP13-DSP.PRODUSEN

Daftar VPDP13-DSP adalah daftar yang memuat nama perusahaan/usaha yang terpilih

sebagai sampel untuk pedagang maupun produsen. Berdasarkan daftar ini, PCS mengunjungi

dan melakukan pencacahan perusahaan/usaha yang menjadi beban tugasnya.

Keterangan rincian dan kolom Daftar DSP.PEDAGANG dan

VPDP13-DSP.PRODUSEN adalah sebagai berikut:

1. Rincian Provinsi, yang tercantum pada rincian ini adalah kode dan nama provinsi.

2. Rincian Kabupaten/Kota, yang tercantum pada rincian ini adalah kode dan nama kabupaten/kota.

3. Rincian Kecamatan, yang tercantum pada rincian ini adalah kode dan nama kecamatan

4. Kolom (1) : No, yang tercantum pada kolom ini adalah nomor urut.

5. Kolom (2) : Nomor Urut Perusahaan, yang tercantum pada kolom ini adalah nomor urut perusahaan/usaha yang terpilih sebagai sampel dalam suatu kabupaten/kota.

6. Kolom (3) : Nama Lengkap Perusahaan/Usaha, yang tercantum pada kolom ini adalah nama perusahaan/usaha yang terpilih sebagai sampel.

(28)

8. Kolom (5) : Kegiatan Utama, yang tercantum pada kolom ini adalah kegiatan utama perusahaan/usaha yang terpilih sebagai sampel.

9. Kolom (6) : KBLI - Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia, merupakan KBLI dari kegiatan utama.

10. Kolom (7) : Jenis komoditi yang diperdagangkan/dihasilkan

11. Kolom (8) : Fungsi kelembagaan yang diidentifikasi dari frame

12. Kolom (9) : Hasil pencacahan, kolom ini berisi kode kondisi hasil pencacahan perusahaan/usaha, yaitu:

1 = Ditemukan, dan jenis komoditi yang diperdagangkan/diproduksi sesuai dengan

daftar VPDP13-DSP.PEDAGANG atau daftar VPDP13-DSP.PRODUSEN

2 = Ditemukan, namun jenis komoditi yang diperdagangkan/diproduksi tidak sesuai

dengan daftar VPDP13-DSP.PEDAGANG atau daftar VPDP13-PRODUSEN

3 = Ditemukan, tetapi bukan sebagai pedagang (Untuk VPDP13-DSP.PEDAGANG)

atau

Ditemukan, tetapi bukan sebagai produsen (Untuk VPDP13-DSP.PRODUSEN)

4 = Pindah dan tidak dapat ditelusuri

5 = Tutup

6 = Tidak Ditemukan

7 = Ganda/double

3.9 Penentuan Nomor Urut Perusahaan Pedagang

Nomor urut perusahaan dibangun per kabupaten berdasarkan tahapan sebagai berikut:

a. Berdasarkan hasil penentuan fungsi kelembagaan perusahaan/usaha dari

SE06-UMB-G, tentukan nomor urut perusahaan, dimulai dari fungsi kelembagaan

perusahaan perdagangan sebagai distributor, setelah selesai memberi nomor urut

seluruh perusahaan ”distributor”, kemudian dilanjutkan untuk subdistributor, agen,

subagen, eksportir dan seterusnya sampai pengecer.

b. Untuk perusahaan yang bersumber dari selain SE06-UMB-G, nomor urut

perusahaan merupakan kelanjutan dari nomor urut pengecer.

Contoh :

Dari hasil pembentukan frame perusahaan perdagangan, dalam suatu kabupaten ada 129

perusahaan dari SE06-UMB, dan 79 perusahaan dari sumber lainnya. Pemberian nomor urut

(29)

Sumber Fungsi kelembagaan perusahan perdagangan

Banyak

perusahaan Nomor urut

SE06-UMB-G

1.Distributor 8 1 8

2. Subdistributor 13 9 21

3. Agen 20 22 41

4. Sub agen 39 42 80

5. Pedagang grosir 8 81 88

6. Pedagang pengumpul 15 89 103

7. Eksportir 1 104 104

8. Importir 4 105 108

9. Pengecer 21 109 129

(30)
(31)

BAB IV

TEKNIK DAN ETIKA BERWAWANCARA

4.1 Teknik Berwawancara

Di dalam wawancara diperlukan kesediaan responden untuk memberikan

keterangan. Kesediaan responden tersebut dapat dikondisikan dan biasanya sangat

bergantung kepada sikap pewawancara pertama kali bertemu. Sikap duduk, kecerahan

wajah, tutur kata, keramahan, kesabaran, dan keseluruhan penampilan pewawancara

sangat mempengaruhi kelanjutan/kelancaran wawancara. Penampilan yang sopan dan

ramah dengan sendirinya akan dapat mengurangi bahkan menghilangkan perasaan dan

sikap penerimaan responden yang negatif, yang dapat merugikan pencacahan, seperti: rasa curiga, rasa takut, rasa enggan, atau malu.

Beberapa hal penting yang harus dilakukan untuk menciptakan hubungan baik

dengan responden, antara lain:

a. Dalam membuat janji wawancara dengan calon responden, sebaiknya

memperhatikan waktu senggang dari responden tersebut, dan berusaha jangan

sampai mengganggunya dalam kesibukan sehari-hari.

b. Menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh responden. Jika responden lebih

mengerti bahasa daerah daripada bahasa Indonesia, maka gunakanlah bahasa

daerah tersebut. Hal ini akan memperlancar jalannya wawancara.

c. Sebelum memulai wawancara jangan lupa memperkenalkan diri, menunjukkan

kartu pengenal jika perlu, serta menyebutkan lembaga atau badan yang

menugaskannya. Kemudian menguraikan maksud wawancara serta tujuan

pencacahan yang dilakukan. Penting untuk disampaikan bahwa wawancara yang

dilakukannya bukan suatu ujian atau test; tidak ada jawaban yang dibenarkan atau

disalahkan dan informasikan kepada responden bahwa semua pertanyaan yang

diajukan akan mudah dijawab karena berhubungan dengan pengalaman, kehidupan,

pikiran dan perasaan responden sendiri. Sampaikanlah semuanya secara sederhana,

tetapi cukup jelas.

d. Dalam “obrolan” awal yang merupakan “intro” untuk membangun suasana yang

kondusif ini jangan keluar dari konteks isi kuesioner. Arahkan perbincangan tersebut

(32)

e. Berilah perhatian terhadap hal-hal yang sedang dibicarakan oleh responden selama

berlangsungnya wawancara. Pewawancara dapat berperan sebagai seorang yang

ingin tahu dan ingin belajar dari responden.

f. Bila pewawancara kurang memahami jawaban responden, maka dapat meminta

responden tersebut untuk mengulangi jawaban dari pertanyaan yang diajukan.

Sampaikan bahwa hal yang dikatakan responden sangat menarik, sehingga perlu

dicatat atau mencoba mengulangi simpulan jawabannya guna meyakinkan bahwa

yang dikatakan responden tidak salah ditafsirkan.

g. Menjalankan tugasnya dengan penuh kepercayaan. Namun tidak dengan rasa

percaya diri yang berlebihan, sehingga dirinya merasa lebih tinggi. Hal ini

menimbulkan rasa antipati/rasa tidak suka dalam diri responden.

h. Di dalam mengajukan pertanyaan yang bersifat sensitif, misalnya menanyakan nilai

pembelian dan penjualan, usahakan agar pertanyaannya tidak menyinggung

perasaan responden. Sebelum mengajukan pertanyaan tentang ini, dapat didahului

dengan kata “maaf….”

i. Gunakanlah waktu untuk wawancara dengan efektif, artinya dalam waktu yang

sesingkat-singkatnya dapat diperoleh data yang sebanyak-banyaknya dan

sejelas-jelasnya.

j. Ucapkanlah terima kasih, bila wawancara tersebut telah selesai.

4.2 Etika Berwawancara

Beberapa prinsip dasar wawancara yang baik, yaitu:

a. Berikan kesan pertama dengan baik

Pada saat pertama kali mengunjungi responden, usahakanlah agar responden merasa bebas/tidak tertekan. Pewawancara dapat memulai dengan ucapan selamat

pagi/siang/sore, lalu dilanjutkan dengan memperkenalkan diri, misalnya: Nama

saya ………… Saya adalah petugas lapangan yang bertugas mengumpulkan

keterangan mengenai ………. guna ………..

b. Usahakan selalu melakukan pendekatan positif

Jangan bersikap negatif dengan selalu meminta maaf atau jangan mengajukan

(33)

Apakah Anda terlalu sibuk?

Apakah Anda berkeberatan meluangkan sedikit waktu untuk wawancara?

Apakah Anda sudi menjawab berbagai pertanyaan yang akan saya ajukan?

Pertanyaan-pertanyaan seperti contoh di atas akan mengundang sikap tidak baik

dari responden.

Sebaiknya pewawancara bertanya seperti di bawah ini:

”Saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan kepada Bapak/Ibu”. Kemudian

mulailah mewawancarai responden.

c. Tekankan kerahasiaan jawaban

Sebelum pewawancara mengajukan pertanyaan, tekankan sekali lagi akan

kerahasiaan jawaban yang diberikan. Informasikan kepada responden bahwa BPS

tidak akan mencantumkan nama dalam laporan hasil survei ini, dan petugas tidak

akan menyebutkan nama responden lain atau pewawancara lain di hadapan

(34)
(35)

BAB V

PEDOMAN PENGISIAN DAFTAR

Bab ini menjelaskan tentang tata cara pengisian, konsep dan definisi umum, kuesioner

VPDP-13.PRODUSEN dan VPDP-13.PEDAGANG. Secara umum kedua kuesioner ini

mempunyai karakteristik yang sama, perbedaannya terletak hanya pada ciri-ciri spesifik dari

masing-masing kegiatan usaha, seperti nilai produksi pada perusahaan/usaha pertanian dan

industri pengolahan serta nilai penjualan pada perusahaan/usaha perdagangan.

Diharapkan dengan memahami pedoman ini petugas dapat melaksanakan kegiatan

Survei Poldis 2013 dengan mudah dan benar

5.1 Petunjuk Pengisian Daftar

a. Semua isian di kuesioner harus menggunakan tulisan pensil warna hitam.

b. Semua isian harus ditulis dengan jelas agar mudah dibaca. Penulisan kata-kata

harus menggunakan huruf kapital (balok) serta tidak boleh disingkat, kecuali satuan

dan kata yang terlalu panjang boleh disingkat dengan singkatan yang umum

digunakan. Angka harus ditulis dengan angka biasa (bukan angka romawi).

Contoh penulisan Daftar VPDP-13.PRODUSEN:

Rincian Penulisan yang salah Penulisan yang benar

Blok V Rincian 1.c:

Kendala utama proses produksi…

Bahan Baku BAHAN BAKU

c. Cara pengisian daftar:

1) Isikan keterangan/jawaban pada tempat yang disediakan.

2) Lingkari salah satu kode jawaban yang sesuai, kemudian pindahkan kode

(36)

1. a. Apakah ada kendala dalam pengadaan barang dagangan selama tahun 2012?

Ya 1 Tidak 2 ke rincian 2

b. Jika "Ya", jenis kendala:

Kelangkaan barang 1 Faktor alam 16

Harga 2 Lainnya 32

Transportasi 4 (tuliskan …………..………..)

Infrastruktur perdagangan 8

c. Kendala utama ………

BLOK IV: KENDALA PENGADAAN DAN PEMASARAN BARANG DAGANGAN

(1) (2)

Contoh pengisian Daftar VPDP-13.PEDAGANG

Rincian Pengisian yang salah Pengisian yang benar

Blok II

tuliskan pada kotak yang tersedia.

Contoh:

4) Nilai pembelian, penjualan, hasil produksi dan biaya transportasi ditulis dalam

satuan rupiah.

5.2 Konsep dan Definisi Umum

a. Perusahaan/Usaha adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan kegiatan usaha

yang bersifat tetap, berkelanjutan, didirikan, bekerja dan berkedudukan dalam

wilayah Indonesia, untuk tujuan memperoleh keuntungan atau laba (Direktorat

Bina Pasar dan Distribusi, Departemen Perdagangan).

b. Produsen adalah suatu usaha yang memproduksi suatu komoditi untuk dijual.

c. Kegiatan Perdagangan adalah kegiatan membeli dan menjual barang, baik

barang baru maupun bekas untuk tujuan penyaluran/pendistribusian tanpa

merubah bentuk barang tersebut.

d. Perusahaan/usaha perdagangan adalah kegiatan ekonomi/lapangan usaha di

bidang perdagangan besar dan eceran (yaitu penjualan tanpa perubahan teknis) dari

berbagai jenis barang, dan memberikan imbalan jasa yang mengiringi penjualan

(37)

barang-barang tersebut. Baik penjualan secara grosir (perdagangan besar) maupun

eceran merupakan tahap akhir dalam pendistribusian barang dagangan. (sumber

Peraturan Kepala BPS RI No. 57 tahun 2009 tentang KBLI).

e. Perdagangan besar (wholesaler) adalah penjualan kembali (tanpa perubahan

teknis) baik barang baru maupun barang bekas kepada pengecer, industri,

komersial, institusi atau pengguna profesional, atau kepada pedagang besar lainnya,

atau yang bertindak sebagai agen atau broker dalam pembelian atau penjualan

barang, baik perorangan maupun perusahaan. (Buku KBLI 2009).

f. Perdagangan eceran adalah adalah penjualan kembali (tanpa perubahan teknis),

baik barang baru maupun bekas, utamanya kepada masyarakat umum untuk

konsumsi atau penggunaan perorangan maupun rumah tangga, melalui toko,

departement store, kios, mail-order houses, penjual dari pintu ke pintu, pedagang

keliling, koperasi konsumsi, rumah pelelangan, dan lain-lain. Pada umumnya

pedagang pengecer memperoleh hak atas barang-barang yang jualnya, tetapi

beberapa pedagang pengecer bertindak sebagai agen, dan menjual atas dasar

konsinyasi atau komisi. (Buku KBLI 2009).

g. Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) merupakan klasifikasi

baku mengenai kegiatan ekonomi yang terdapat di Indonesia, yang dirinci menurut

kategori. KBLI hanya mengelompokkan unit produksi menurut kegiatan ekonomi,

tidak membedakan unit produksi menurut kepemilikan, badan hukum, formal atau

informal. Kode KBLI yang digunakan adalah Peraturan Kepala BPS No.57 tahun

2009 tentang KBLI.

h. Kegiatan utama adalah kegiatan yang mempunyai nilai penjualan paling besar di

antara beberapa jenis kegiatan dalam suatu perusahaan/usaha. Bila suatu perusahaan/usaha hanya melakukan satu jenis kegiatan maka jenis kegiatan tersebut

merupakan jenis kegiatan utama dari perusahaan/usaha.

i. Komoditi utama adalah komoditi yang dijual oleh pedagang dan memberikan nilai

penjualan terbesar dari berbagai jenis komoditi yang dijual.

Daging Sapi Lokal dan Daging Sapi Impor

Daging sapi lokal adalah daging sapi yang berasal dari sapi lokal seperti : Sapi

Bali, Sapi Madura, Sapi NTB yang diambil berupa dagingnya. Termasuk

(38)

Contoh: daging rendang, daging semur

Gambar 4. Contoh Daging Sapi Lokal

Daging sapi impor adalah daging sapi yang diimpor dari luar Indonesia dalam

bentuk frozen (beku). Ciri-cirinya: berwarna merah pucat, seratnya halus dan

ada sedikit lemak yang berwarna kuning. Selain itu, daging sapi bertekstur

keras, tapi tidak kaku. Contoh: Tenderloin, Striploin, Black Angus Beef,

Wagyu Beef.

Gambar 5. Contoh Daging Sapi Impor

Daging sapi impor yang di cakup dalam survei ini tidak membedakan jenis

dagingdan biasanya dalam keadaan beku.

Beras Premium dan Beras Medium

Beras adalah gabah yang bagian kulitnya sudah dibuang dengan cara

digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan penggiling serta alat

penyosoh (Astawan, 2004).

(39)

daripada beras p

lebih tinggi dari

Contoh :

Beras medium a

pemerintah. Men

Contoh:

Untuk membeda

standar setiap w

yang lebih maha

yang beras jenis

s patah dan menir. Di pasaran bisa dibedakan d

ari beras medium. (Suismono,2003).

Gambar 5. Contoh Beras Premium

adalah beras dengan kualitas yang setara deng

engandung butiran beras patah dan menir lebih

Gambar 5. Contoh Beras Medium

edakan antara beras premium dan beras medium

wilayah berbeda, indikator yang ada di pasara

ahal adalah beras premium. Biasanya pedagan

nis premium atau medium.

n dari harganya yang

engan cadangan beras

bih banyak.

um agak sulit, karena

aran adalah harganya

(40)

Gula Pasir

Gula pasir yang diteliti adalah gula hasil kristalisasi cairan tebu. Biasanya

berwarna putih namun ada pula yang berwarna coklat kekuningan. Tidak

termasuk gula jawa/merah, gula palem/aren.

Contoh: Gula kristal putih atau kuning.

Gambar 6. Contoh Gula Pasir Kedelai Lokal

Kedelai Lokal yang diteliti adalah kedelai yang ditanam dengan varietas yang

ada di Indonesia. Memiliki ciri seperti warna tidak begitu terang, cenderung

kusam. Selain itu, ukuran bulir biasanya lebih kecil dari pada kedelai impor.

Contoh:

Gambar 7. Contoh Kedelai Lokal

Kedelai Impor

Kedelai Impor adalah kedelai yang di datangkan dari luar pabean Indonesia.

Kedelai impor memiliki kualitas tinggi dengan ciri-ciri bulir kedelai tampak

bersih dengan warna yang terang, bulir kedelai memiliki ukuran yang besar, dan

(41)

Contoh:

Gambar 8. Contoh Kedelai Impor

5.3 Pengisian Daftar VPDP-13.PEDAGANG

Pada Daftar VPDP-13.PEDAGANG di kanan atas terdapat lima kotak kode

KBLI. Isian kotak ini disalin dari Daftar VPDP13-DSP. PEDAGANG kolom 6.

Pengisiannya dilakukan oleh pencacah sebelum turun ke lapangan.

BLOK I : PENGENALAN TEMPAT

Blok ini terdiri dari 7 rincian, digunakan untuk mencatat nama dan alamat perusahaan

sebagai responden. Tidak semua rincian disalin dari Daftar

VPDP13-DSP.PEDAGANG, sebagian dilengkapi pada saat pencacahan di lapangan.

Rincian1 s.d. Rincian 2: disalin dari Daftar VPDP13-DSP.PEDAGANG.

Rincian 3: disalin dari Daftar VPDP13-DSP.PEDAGANG atau dilengkapi pada saat

pencacahan di lapangan.

Rincian 4: dilengkapi pada saat pencacahan di lapangan.

Rincian 5 s.d. Rincian 7: disalin dari Daftar VPDP13-DSP.PEDAGANG, kolom (2)

s.d. kolom (4).

Jika nama dan alamat perusahaan pada Rincian 6 dan 7 tidak sesuai dengan kondisi di

lapangan atau tidak lengkap, maka perbaiki/lengkapi sesuai dengan kondisi terakhir di lapangan.

BLOK II: KETERANGAN UMUM

Blok ini untuk mencatat kegiatan perusahaan/usaha, jenis komoditi, dan informasi

fungsi perusahaan/usaha dalam lembaga usaha perdagangan.

Rincian 1: Kegiatan Utama Perusahaan/Usaha

(42)

1. Kegiatan utama perusahaan/usaha: Kode KBLI

PERDAGANGAN BESAR GULA PASIR

………. diisi oleh pemeriksa

Contoh:

1.`PERDAGANGAN BESAR GULA PASIR 2.`PEDAGANG ECERAN BERAS

3.`PEDAGANG ECERAN DAGING SAPI LOKAL

Rincian 2: Komoditi yang dijual:

Lingkari salah satu kode jenis komoditi yang diteliti sesuai dengan yang ditentukan

dalam VPDP13-DSP.

Contoh:

Rincian 3: Fungsi perusahaan/usaha dalam lembaga usaha perdagangan

Lingkari salah satu kode fungsi perusahaan/usaha dalam lembaga usaha perdagangan

yang sesuai dengan komoditi yang diteliti.

Menurut Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 11/M-DAG/PER/3/2006 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Agen atau Distributor Barang dan atau Jasa, yang dimaksud dengan:

Distributor adalah perusahaan perdagangan nasional yang bertindak untuk dan atas namanya sendiri berdasarkan perjanjian yang melakukan pembelian, penyimpanan, penjualan serta pemasaran barang dan/atau jasa yang dimiliki/dikuasai.

Sub Distributor adalah perusahaan perdagangan nasional yang bertindak sebagai perantara untuk dan atas namanya sendiri berdasarkan penunjukan atau perjanjian dari distributor atau distributor tunggal untuk melakukan pemasaran.

2. Komoditi yang dijual: 5

Daging Sapi Lokal 1 Gula Pasir 5

Daging Sapi Impor 2 Kedelai Lokal 6

Beras Premium 3 Kedelai Impor 7

Beras Medium 4

Pengisian Rincian 3 s.d. Blok VI, pertanyaannya berhubungan/terkait dengan komoditi yang diteliti pada rincian 2 di atas

Jika karena suatu hal responden meminta daftar isian untuk ditinggal

terlebih dahulu (tidak langsung wawancara pada saat itu), maka Rincian 2 harus sudah dilingkari dan diisi oleh pencacah.

Referensi waktu pada VPDP-13.PEDAGANG adalah setahun yang lalu

(43)

Agen adalah perusahaan perdagangan nasional yang bertindak sebagai perantara untuk dan atas nama prinsipal berdasarkan perjanjian untuk melakukan pemasaran tanpa melakukan pemindahan hak atas fisik barang dan atau jasa yang dimiliki/

dikuasai oleh prinsipal yang menunjuknya.

Sub Agen adalah perusahaan perdagangan nasional yang bertindak sebagai perantara untuk dan atas nama prinsipal berdasarkan penunjukan atau perjanjian dari agen atau agen tunggal untuk melakukan pemasaran.

Prinsipal adalah perorangan atau badan usaha yang berbentuk badan hukum

atau bukan badan hukum diluar negeri atau didalam negeri yang menunjuk agen atau distributor untuk melakukan penjualan barang dan/atau jasa yang dimiliki/dikuasai.

Perkulakan (Grosir), adalah perorangan atau badan usaha yang membeli dalam partai besar berbagai macam barang dari berbagai pihak dan menjual dalam partai besar barang tersebut sampai kepada Sub Distributor dan/atau Pedagang Eceran (KepMenPerindag No.23/MPP/Kep/1/1998 Tentang Lembaga-Lembaga

Usaha Perdagangan).

Pedagang pengumpul adalah pedagang yang umumnya membeli komoditi dari petani dan setelah terkumpul dengan volume tertentu dijual ke produsen atau pedagang lain.

Eksportir adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan (ekspor) dalam wilayah hukum NKRI,

baik sendiri maupun secara bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam bidang ekonomi yang mendapat pengakuan sebagai eksportir terdaftar dari Menteri Perdagangan melalui Dirjen Perdagangan Luar

Negeri (Buku Kebijakan Umum Bidang Ekspor, Departemen Perdagangan

RI, 2008).

Eksportir terdaftar adalah perusahaan/perorangan yang telah mendapat

pengakuan dari Menteri Perdagangan untuk mengekspor barang tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(44)

zona ekonomi eksklusif dan landas kontinen. Importir yang dicakup pada penelitian ini adalah yang memiliki Angka Pengenal Importir Umum/API-U.

(Buku Kebijakan Umum Bidang Impor, Departemen Perdagangan RI, 2008).

API-U wajib dimiliki oleh setiap perusahaan dagang yang melakukan impor.

Pedagang eceran adalah perorangan atau badan usaha yang bertindak atas namanya sendiri dan/atau atas nama pihak lain yang menunjuknya untuk menjalankan kegiatan dengan cara membeli, menyimpan dan menjual barang dalam partai kecil secara langsung kepada konsumen akhir.

BLOK III: DISTRIBUSI PERDAGANGAN

Blok ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang distribusi asal pembelian dan penjualan barang dagangan berdasarkan fungsi perusahaan dalam lembaga usaha perdagangan, serta wilayah pembelian dan pemasaran/penjualan. Disamping itu juga untuk memperoleh informasi mengenai aspek-aspek yang berkaitan dengan distribusi barang dagangan.

Rincian 1: Pembelian barang dagangan selama tahun 2012

Isikan besarnya persentase pembelian/asal barang dagangan selama Januari sampai dengan Desember 2012 menurut fungsi perusahaan dalam lembaga usaha perdagangan pada Rincian 1.a s.d. Rincian 1.k. Jika ada rincian yang kosong, pada kotak persentase dituliskan 0 (nol) atau dikosongkan. Jumlah dari Rincian 1.a s.d. Rincian 1.k harus 100 persen. Jika di dalam isian ada bilangan pecahan desimal, maka bilangan tersebut dibulatkan sesuai dengan kaidah yang berlaku, dan tuliskan ke kotak yang tersedia.

Contoh:

1. Pembelian barang dagangan selama tahun 2012:

No. Asal pembelian barang dagangan Persentase

(45)

Penjelasan:

Impor langsung adalah impor yang dilakukan oleh perusahaan/usaha itu sendiri tanpa melalui pihak lain.

Perorangan adalah suatu bentuk usaha pribadi, dimana seluruh kegiatan usaha serta resikonya merupakan tanggung jawab pribadi pula.

Penjelasan mengenai Importir, Distributor, Agen, Pedagang grosir, Pedagang

pengumpul, dan Pedagang eceran dapat dilihat pada penjelasan pengisian Daftar

VPDP13-PEDAGANG Blok II Rincian 3.

Rincian 2: Wilayah pembelian barang dagangan selama tahun 2012

Isikan nama kabupaten/kota/negara wilayah pembelian barang dagangan, serta

persentasenya. Jika lebih dari tujuh baris, maka tuliskan wilayah pembelian lainnya

(kabupaten/kota/negara) beserta persentasenya pada kertas tambahan dan lampirkan,

kemudian coret tulisan ‘lainnya’ yang terdapat di rincian h dan nilai 100 yang terdapat

pada kolom (4). Jumlah dari Rincian 2 harus 100 persen (termasuk yang ada di

lampiran, jika ada). Kode kabupaten/kota/negara diisi oleh editor pengolahan.

Contoh penulisannya adalah sebagai berikut:

Rincian 3: Penjualan barang dagangan selama tahun 2012:

Isikan besarnya persentase penjualan barang dagangan menurut fungsi perusahaan/

usaha dalam lembaga usaha perdagangan pada Rincian 4.a s.d Rincian 4.o. Jika ada

rincian yang kosong, pada kotak persentase dituliskan 0 (nol) atau dikosongkan. 2. Wilayah pembelian barang dagangan selama tahun 2012:

No. Kabupaten/Kota/Negara Kode*) Persentase

h. Lainnya (terlampir) KOTA TANGERANG 3%

Jumlah: 1 0 0 %

*) Kode Kabupaten/Kota/Negara diisi oleh pengawas/koordinator lapangan. KABUPATEN BOYOLALI

2. Wilayah pembelian barang dagangan selama tahun 2012:

No. Kabupaten/Kota/Negara Kode*) Persentase

*) Kode Kabupaten/Kota/Negara diisi oleh pengawas/koordinator lapangan.

(46)

Jumlah dari Rincian 4.a s.d Rincian 4.o harus 100 persen. Jika di dalam isian ada

bilangan pecahan desimal, maka bilangan tersebut dibulatkan sesuai dengan kaidah

yang berlaku, dan tuliskan ke kotak yang tersedia.

Penjelasan:

Ekspor langsung adalah ekspor yang dilakukan oleh pedagang itu sendiri tanpa melalui pihak lain. Contoh: Perusahaan eksportir beras di Kota Karawang

mengekspor beras ke Malaysia dan Singapura.

Supermarket/swalayan dalam kegiatan ini meliputi supermarket/swalayan itu sendiri, hypermarket dan minimarket. Definisi dari ketiga jenis swalayan tersebut

adalah sebagai berikut:

Hypermarket adalah sarana/tempat usaha untuk melakukan penjualan

barang-barang kebutuhan rumah tangga termasuk sembilan bahan pokok secara

eceran langsung kepada konsumen akhir. Di dalamnya terdiri dari pasar

swalayan, toko serba ada yang menyatu dalam satu bangunan dan

pengelolaannya dilakukan secara tunggal serta memiliki luas lantai usahanya

lebih dari 4.000 m2 dan paling besar (maksimal) 8.000 m2. Seperti: Hypermart,

Carrefour, Giant, Lotte Mart, dan lain-lain.

Supermarket adalah sarana/tempat usaha untuk melakukan penjualan

barang-barang kebutuhan rumah tangga termasuk kebutuhan sembako secara eceran

dan langsung kepada konsumen akhir dengan cara swalayan yang luas lantainya

maksimal 4.000 m2. Seperti: Hero Supermarket, Tip Top, dan lain-lain.

Mini Swalayan/Mini Market adalah sarana/tempat usaha untuk melakukan

penjualan barang-barang kebutuhan sehari-hari secara eceran dan langsung

kepada konsumen akhir dengan cara swalayan yang luas lantai usahanya

paling besar 200 m2. Seperti: Alfa Mart, Indomaret, Super Indo, 7 Eleven, dan

lain-lain.

Industri Pengolahan adalah kegiatan pengubahan bahan dasar (bahan mentah) menjadi barang jadi/setengah jadi dan/atau dari barang yang kurang nilainya

menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, baik secara mekanis, kimiawi, dengan

mesin ataupun dengan tangan. Termasuk juga kegiatan jasa industri yang menerima

(47)

Definisi distributor, agen, dan pedagang grosir dapat dilihat pada penjelasan Blok II Rincian 3.

Kegiatan Usaha Lainnya adalah kegiatan selain yang disebutkan di atas, seperti: rumah makan, restoran, hotel, rumah sakit, dll.

Pemerintah dan Lembaga Nirlaba,

Pemerintah seperti panti asuhan pemerintah, rumah sakit pemerintah, instansi. Lembaga Nirlaba seperti: yayasan (panti asuhan, panti jompo) dan rumah sakit

non profit. Lembaga Nirlaba adalah lembaga non profit, jika contoh tersebut sudah

memperhitungkan keuntungan maka masuk ke kegiatan usaha lainnya.

Rincian 4: Wilayah penjualan barang dagangan selama tahun 2012:

Isikan nama kabupaten/kota/negara, serta besarnya persentase pada wilayah penjualan barang dagangan. Jika ada sebelas wilayah penjualan maka tulisan ’lainnya (terlampir)’ dicoret kemudian tuliskan nama kabupaten/kota/negara, serta besarnya persentase pada wilayah penjualan barang dagangan. Bila wilayah penjualan lebih dari sebelas maka lanjutkan pengisian nama kabupaten/kota/negara beserta persentasenya pada kertas tambahan dan lampirkan. Jumlah dari Rincian 4 harus 100 persen (termasuk yang ada di lampiran, jika ada). Kode kabupaten/kota/negara diisi oleh editor pengolahan.

BLOK IV: KENDALA PENGADAAN DAN PEMASARAN BARANG DAGANGAN

Blok ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang kendala yang dialami perusahaan/usaha dalam pengadaan dan pemasaran barang dagangan.

Rincian 1.a: Apakah ada kendala dalam pengadaan barang dagangan selama tahun 2012?

Lingkari kode 1 jika perusahaan/usaha mengalami kendala dalam pengadaan barang dagangan selama Januari sampai dengan Desember 2012, dan kode 2 jika perusahaan tidak mengalami kendala. Jika kode 2, pertanyaan langsung ke Rincian 2.

Rincian 1.b: Jika "Ya", jenis kendala

(48)

Penjelasan:

Kendala kelangkaan barang seperti: barang dagangan sulit untuk diperoleh.

Kendala harga seperti: harga barang dagangan mahal.

Kendala transportasi seperti: jalan rusak, alat transportasi belum atau kurang

tersedia, belum ada jalan penghubung, bongkar muat di pelabuhan lama, dsb.

Kendala infrastruktur perdagangan seperti: perbankan, birokrasi perdagangan

(perijinan), belum ada pasar, dsb.

Kendala faktor alam seperti: banjir, curah hujan yang tinggi, badai, gelombang laut

tinggi, tanah longsor, gempa bumi dan lainnya.

Kendala lainnya seperti: BBM (bahan bakar), modal, mesin, faktor geografis (jalan

curam, terjal, dsb).

Rincian 1.c: Kendala utama

Jika perusahaan/usaha mengalami lebih dari satu kendala, tanyakan dan tuliskan

kendala yang utama. Kode pada rincian ini merupakan salah satu kode yang dilingkari

pada Rincian 1.b.

Rincian 2.a: Apakah ada kendala dalam pemasaran barang dagangan selama tahun 2012?

Lingkari kode 1 jika perusahaan/usaha mengalami kendala dalam pemasaran barang

dagangan selama Januari sampai dengan Desember 2012, dan kode 2 jika perusahaan

tidak mengalami kendala. Jika kode 2, pertanyaan langsung ke Blok V.

Rincian 2.b: Jika "Ya", jenis kendala:

Kendala yang dialami perusahaan/usaha dalam pemasaran barang dagangan bisa lebih

dari satu. Lingkari kode jawaban yang tersedia, jika jawaban lebih dari satu jumlahkan

kodenya dan tuliskan pada kotak yang tersedia.

Penjelasan:

Kendala persaingan pasar seperti: banyak pedagang menjual komoditi yang sama. Kendala rantai distribusi seperti: terlalu panjang jalur/rantai distribusi barang

sampai ke tujuan.

Kendala transportasi, kendala infrastruktur perdagangan, kendala faktor alam,

(49)

Rincian 2.c: Kendala utama:

Jika perusahaan/usaha mengalami lebih dari satu kendala, tanyakan dan tuliskan

kendala yang utama. Kode pada rincian ini merupakan salah satu kode yang dilingkari

pada Rincian 2.b.

BLOK V: PEMBELIAN DAN PENJUALAN

Blok ini mencatat penjualan dan pembelian barang dagangan yang terjual selama tahun

2012 (Januari sampai dengan Desember 2012).

Rincian 1: Pembelian dan penjualan barang dagangan selama tahun 2012

Rincian 1.a

Kolom (1): Stok Awal (sisa akhir 2011)

Isian Rincian 1.a adalah stok awal barang yaitu sisa stok dari barang dagangan pada

awal tahun 2012 (1 Januari 2012).

Kolom (2): Volume:

Isikan pada kolom (2) volume barang pada awal tahun 2012.

Kolom (3): Satuan

Isikan pada kolom (3) satuan dari barang yang volumenya diisikan pada kolom (2)

yaitu volume barang pada awal tahun 2012. Satuan yang digunakan harus merupakan

satuan standar. Contoh: ton, kwintal, kg.

Kolom (4): Nilai (Rp)

Isikan pada kolom (4) nilai dari volume barang pada awal tahun 2012.

Rincian 1.b

Kolom (1): Pembelian

Isian Rincian 1.b adalah pembelian dari barang dagangan selama tahun 2012.

Kolom (2): Volume:

Isikan pada kolom (2) volume barang yang dibeli selama tahun 2012.

Kolom (3): Satuan

Isikan pada kolom (3) satuan dari barang yang volumenya diisikan pada kolom (2)

yaitu yang dibeli selama tahun 2012. Satuan yang digunakan harus merupakan satuan

(50)

Kolom (4): Nilai (Rp)

Isikan pada kolom (4) nilai dari pembelian barang selama tahun 2012. Perlu diingat

bahwa nilai pembelian barang dagangan yang terjual bukan nilai seluruh barang

dagangan yang dibeli selama tahun 2012, tetapi hanya nilai pembelian barang yang

terjual saja.

Rincian 1.c

Kolom (1): Dikonsumsi sendiri:

Isian Rincian 1c. adalah barang dagangan yang digunakan sendiri oleh perusahaan/

usaha selama tahun 2012. Termasuk juga barang dagangan yang diberikan kepada

karyawan atau pihak lain (hibah).

Kolom (2): Volume:

Isikan pada kolom (2) volume barang yang dikonsumsi sendiri selama tahun 2012.

Kolom (3): Satuan

Isikan pada kolom (3) satuan dari barang yang dikonsumsi sendiri selama tahun 2012.

Rincian 1.d

Kolom (1): Rusak/hilang:

Isian Rincian 1d. adalah barang dagangan yang rusak/hilang selama tahun 2012.

Kolom (2): Volume:

Isikan pada kolom (2) volume barang yang rusak/hilang selama tahun 2012.

Kolom (3): Satuan

Isikan pada kolom (3) satuan dari barang yang rusak/hilang selama tahun 2012.

Rincian 1.e:

Kolom (1): Penjualan:

Isian Rincian 1.e adalah penjualan barang dagangan selama tahun 2012.

Kolom (2): Volume:

(51)

Kolom (3): Satuan

Isikan pada kolom (3) satuan dari barang yang terjual selama tahun 2012.

Kolom (4): Nilai (Rp)

Isikan pada kolom (4) nilai dari barang yang terjual selama tahun 2012.

Rincian 1.f:

Kolom (1): Stok Akhir (sisa 2012):

Isian Rincian 1.f adalah stok akhir tahun atau sisa barang dagangan pada akhir tahun

2012.

Kolom (2): Volume:

Isikan pada kolom (2) volume sisa barang dagangan pada akhir tahun 2012.

Kolom (3): Satuan

Isikan pada kolom (3) satuan dari sisa barang dagangan pada akhir tahun 2012.

Kolom (4): Nilai (Rp)

Isikan pada kolom (4) nilai dari sisa barang dagangan pada akhir tahun 2012.

Rincian 2a: Apakah ada biaya transportasi dalam pembelian dan/atau penjualan barang dagangan selama tahun 2012:

Biaya angkutan yang dicatat adalah biaya angkutan untuk membeli dan menjual barang

dagangan selama tahun 2012.

Lingkari kode 1 jika ada biaya transportasi dalam pembelian dan/atau penjualan selama

tahun 2012, dan kode 2 jika tidak ada biaya transportasi.

Rincian 2b: Jika ya, berapa nilainya:

Jika ada biaya transportasi dalam pembelian dan/atau penjualan tuliskan nilainya.

Catatan:

Biaya Angkut Pembelian Barang Dagangan

(52)

1. Pembelian dan penjualan barang dagangan selama tahun 2012:

a. Stok awal (sisa 2011) 2 kwintal

b. Pembelian

kwintal

c. Dikonsumsi sendiri 1 kwintal

d. Hilang/rusak 1 kwintal

e. Penjualan kwintal

f. Stok akhir (sisa 2012) kwintal

Satuan yang digunakan: ton, kwintal, kg

2. a. Apakah ada biaya transportasi dalam pembelian dan/atau penjualan barang

dagangan selama tahun 2012?

Ya 1 Tidak 2 1

b. Jika "Ya", berapa nilainya? Rp. 2.800.000

1.600.000

1500 1.200.000.000

1480 1.480.000.000

20 16.000.000

(1) (2) (3) (4)

BLOK V: PEMBELIAN DAN PENJUALAN

Uraian Volume Satuan Nilai (Rp)

Bila barang dagangan tersebut diantar/dikirim oleh pemasok dengan biaya yang dibebankan kepada perusahaan/usaha, besarnya biaya angkut dicatat dalam Blok V

Rincian 2.b

Bila pembelian barang dagangan diangkut sendiri dengan kendaraan milik

perusahaan/usaha maka pengeluaran bahan bakar dicatat dalam Blok V Rincian 2.b

Bila pembelian barang dagangan menggunakan angkutan pihak lain, besarnya biaya

angkut dicatat dalam Blok V Rincian 2.b

Biaya Angkut Penjualan Barang Dagangan

Bila pembeli mengangkut sendiri, besarnya biaya angkut penjualan barang dagangan

tidak perlu diperkirakan.

Bila penjualan barang dagangan diangkut dengan kendaraan milik perusahaan/usaha maka pengeluaran bahan bakar dicatat dalam Blok V Rincian 2.b

Bila penjualan barang dagangan menggunakan angkutan pihak lain, besarnya biaya angkut dicatat dalam Blok V Rincian 2.b

Contoh pengisian:

BLOK VI: CATATAN

Memuat catatan petugas yang sifatnya memperjelas masalah yang ada kaitan dengan

kesulitan dalam pengisian kuesioner dan informasi penting lainnya dari responden

Gambar

Tabel 1. Jenis Komoditi Terpilih
Gambar 1. Organisasi Lapangan Survei Pola Distribusi
Tabel 2. Tugas dan Tanggung Jawab Pelaksana Survei Pola Distribusi Perdagangan Beberapa Komoditi 2013
Tabel 3. Jenis Kegiatan Usaha dan Kode KBLI Menurut Jenis Komoditi
+7

Referensi

Dokumen terkait