PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2007
TENTANG D E S A
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK TIMUR,
Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Pasal 216 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerin-tahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, maka perlu dibentuk Peraturan Daerah;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud pada huruf a, dipandang perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Desa.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958
122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655);
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974
tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890);
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999
tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bebas dan Bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004
tentang Pembentukan Peraturan Perun-dang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diuah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3848);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 25
Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun
2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun
2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4090);
10.Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun
2001 tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
Dengan Persetujuan Bersama :
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR
dan
BUPATI LOMBOK TIMUR
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :PERATURAN DAERAH TENTANG DESA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat
Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.
2. Bupati adalah Bupati Lombok Timur.
3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya
disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lombok Timur.
4. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan
prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
5. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
6. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
7. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat
Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
8. Kepala Desa adalah Kepala organisasi Pemerintah
Desa yang melaksanakan tugas dibidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.
9. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya
disebut BPD adalah Lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagai unsur penyelenggara Pemeriantahan Desa.
10. Lembaga Kemasyarakatan atau yang disebut dengan
mitra Pemerintah Desa dalam memberdayakan masyarakat.
11. Alokasi Dana Desa yang selanjutnya disebut ADD
adalah Dana yang dialokasikan oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Timur untuk desa yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang ditetapkan dalam APBD.
12. Anggaran Pendapatan Belanja Desa disingkat APBDes
adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa yang ditetapkan dengan Peraturan Desa.
13. Perangkat Desa adalah pembantu Kepala Desa dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya yang terdiri atas Sekretaris Desa dan Kepala Urusan.
14. Sekretaris Desa adalah unsur staf yang membantu
Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya yang diisi dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan dan diangkat oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Lombok Timur atas nama Bupati Lombok Timur.
15. Kepala Urusan adalah unsur staf yang membantu
Sekretaris Desa yang menangani urusan tertentu.
16. Dusun adalah bagian dari wilayah kerja Pemerintahan Desa dan ditetapkan dengan Peraturan Desa.
17. Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disingkat
18. Pembentukan Desa adalah penggabungan beberapa desa atau bagian desa yang bersandingan, atau pemekaran dari satu desa menjadi dua desa atau lebih, atau pembentukan desa diluar desa yang telah ada.
19. Penghapusan Desa adalah tindakan meniadakan Desa
yang ada akibat tidak memenuhi syarat dan/atau digabung dengan Desa terdekat.
20. Penggabungan Desa adalah penyatuan dua Desa atau
lebih menjadi Desa baru.
21. Peraturan Desa adalah Peraturan
Perundang-undangan yang dibuat oleh Badan Permusyawaratan Desa bersama Kepala Desa.
22. Pegawai Negeri adalah mereka yang telah memenuhi
syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan Negeri atau diserahi tugas Negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu peraturan perundang-undangan dan digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
23. Pembinaan adalah pemberian pedoman, standar
pelaksanaan, perencanaan, pemeliharaan, pengem-bangan bimbingan diklat, konsultasi, supervisi, monitoring, pengawasan umum dan evaluasi penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
24. Unsur kewilayahan adalah Kepala Dusun sebagai
pembantu Kepala Desa dalam menjalankan Pemerintahan Desa.
25. Panitia Penelitian adalah panitia yang bertugas
memonitor pelaksanaan Pilkades dan meneliti Keputusan BPD tentang penetapan calon Kepala Desa terpilih beserta kelengkapannya serta memberikan bahan pertimbangan kepada Bupati dalam mengesah-kan Kepala Desa terpilih.
BAB II
PEMBENTUKAN DAN PERUBAHAN STATUS DESA Bagian Kesatu
Pembentukan, Penggabungan dan Penghapusan Desa
Pasal 2
(1) Desa dapat dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul Desa dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat sesuai persyaratan yang telah ditentukan dalam perundang-undangan.
(2) Pembentukan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dapat terjadi karena penggabungan beberapa Desa atau bagian Desa yang bersandingan atau pemekaran dari satu Desa menjadi dua Desa atau lebih, atau pembentukan desa di luar desa yang telah ada yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
(3) Syarat Pembentukan Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus memperhatikan :
a. luas Wilayah dapat dijangkau dalam meningkatkan
pelayanan dan pembiaan masyarakat;
b. jumlah penduduk paling sedikit 2.500 jiwa atau 500 KK;
c. tersedia atau dapat menyediakan sarana dan
d. memiliki potensi ekonomi, sumberdaya manusia dan sumberdaya alam untuk menunjang penyeleng-garaan pemerintahan dan pembangunan Desa;
e. kondisi sosial budaya masyarakat mendukung
kehidupan beragama dan kehidupan bermasyarakat sesuai dengan tata nilai dan adat istiadat serta kearifan lokal setempat;
(4) Usulan pembentukan Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), harus menyebutkan nama, luas wilayah, jumlah penduduk, batas desa, jumlah dusun, sarana dan prasarana yang dimiliki, kondisi sosial budaya dan potensi desa termasuk kekayaan Desa serta dilengkapi dengan peta wilayah dan monografi Desa.
(5) Pemekaran dari satu desa menjadi dua desa atau lebih dapat dilakukan setelah mencapai paling sedikit 5 (lima) tahun penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
Pasal 3
(1) Perubahan batas yang tidak mengakibatkan
penghapusan suatu Desa, perubahan nama Desa serta perubahan wilayah dan pusat Pemerintahan Desa ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
(2) Desa yang kondisi sosial masyarakat dan wilayahnya
tidak lagi memenuhi persyaratan dapat dihapus atau digabung dengan Desa lain.
(3) Penghapusan atau penggabungan Desa dilakukan atas usul dan prakarsa masyarakat Desa dan ditetap-kan dengan Peraturan Daerah.
a. adanya prakarsa dan kesepakatan masyarakat untuk membentuk desa;
b. masyarakat mengajukan usul pembentukan desa
kepada BPD dan Kepala Desa;
c. BPD mengadakan rapat bersama Kepala Desa
untuk membahas usul masyarakat tentang pembentukan desa, dan kesepakatan rapat dituangkan dalam berita acara hasil rapat BPD tentang pembentukan Desa;
d. Kepala Desa mengajukan usul pembentukan Desa
kepada Bupati melalui Camat, disertai Berita Acara hasil rapat BPD dan rencana wilayah administrasi desa yang akan dibentuk;
e. dengan memperhatikan dokumen usulan Kepala
Desa, Bupati menugaskan tim Kabupaten bersama Tim Kecamatan untuk melakukan observasi ke Desa yang akan dibentuk, yang hasilnya menjadi bahan rekomendasi kepada Bupati;
f. bila rekomendasi Tim observasi menyatakan layak
dibentuk desa baru, Bupati menyiapkan rancangan Peraturan Daerah tentang pembentukan desa;
g. penyiapan rancangan Peraturan Daerah tentang
pembentukan desa sebagaimana dimaksud pada huruf f harus melibatkan pemerintah desa, BPD dan unsur masyarakat desa, agar dapat ditetapkan secara tepat batas-batas wilayah desa yang akan dibentuk;
h. Bupati mengajukan rancangan Peraturan Daerah
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan, penggabungan dan penghapusan Desa diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 4
(1) Dalam wilayah desa dapat dibentuk Dusun yang
merupakan bagian wilayah kerja pemerintahan desa dan ditetapkan dengan Peraturan Desa.
(2) Sebutan bagian wilayah kerja pemerintahan desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disesuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat yang ditetapkan dengan peraturan desa.
(3) Syarat pembentukan Dusun harus memperhatikan :
a. jumlah penduduk paling sedikit 750 jiwa atau 150 KK;
b. luas wilayah sekurang-kurangnya 50 ha;
c. letak Dusun dapat terjangkau kendaraan bermotor;
d. tersedia atau dapat menyediakan sarana dan
prasarana pemerintahan dalam rangka penyeleng-garaan Pemerintahan Dusun;
e. Desa mampu menyediakan tanah pecatu dan/atau
tunjangan untuk Kepala Dusun dan Biaya administrasi Dusun yang berasal dari Sumber Pendapatan Desa.
(4) Pengaturan lebih lanjut mengenai tata cara pemben-tukan Dusun diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 5
(1) Desa dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi Kelurahan berdasarkan prakarsa Pemeriantah Desa bersama BPD dengan memperhatikan saran dan pendapat masyarakat setempat.
(2) Perubahan status Desa menjadi Kelurahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memperhatikan persyaratan :
a. luas wilayah tidak berubah;
b. jumlah penduduk paling sedikit 2.500 jiwa atau 500 KK;
c. prasarana dan sarana pemerintahan yang memadai;
d. potensi ekonomi;
e. kondisi sosial budaya masyarakat; dan
f. meningkatnya volume pelayanan.
(3) Desa yang berubah menjadi Kelurahan, Lurah dan
Perangkatnya diisi dari Pegawai Negeri Sipil.
(4) Perubahan status desa menjadi Kelurahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan Daerah dengan berpedoman pada Peraturan Perundang-undangan.
(5) Tatacara pengajuan dan penetapan perubahan status
Desa menjadi Kelurahan adalah sebagai berikut :
a. Adanya prakarsa dan kesepakatan masyarakat
untuk merubah status Desa menjadi Kelurahan ;
b. Masyarakat mengajukan usul perubahan status
c. BPD mengadakan rapat bersama Kepala Desa untuk membahas usul masyarakat tentang perubahan status Desa menjadi Kelurahan dan kesepakatan rapat dituangkan dalam Berita Acara hasil Rapat BPD tentang perubahan status Desa menjadi Kelurahan;
d. Kepala Desa mengajukan usul perubahan status
desa menjadi kelurahan kepada Bupati melalui Camat, disertai Berita Acara hasil Rapat BPD;
e. Dengan memperhatikan dokumen usulan Kepala
Desa, Bupati menugaskan Tim Kabupaten bersama Tim Kecamatan untuk melakukan observasi ke Desa yang akan diubah statusnya menjadi Kelurahan, yang hasilnya menjadi bahan rekomendasi kepada Bupati;
f. Bila rekomendasi Tim observasi menyatakan layak
untuk merubah status Desa menjadi Kelurahan, Bupati menyiapkan rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan status Desa menjadi Kelurahan;
g. Bupati mengajukan Rancangan Peraturan Daerah
tentang perubahan status Desa menjadi Kelurahan kepada DPRD dalam rapat paripurna DPRD;
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara Perubahan
status desa menjadi Kelurahan diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 6
(1) Desa yang berubah statusnya menjadi Kelurahan,
oleh Kelurahan yang bersangkutan untuk kepentingan masyarakat setempat.
(2) Pendanaan sebagai akibat perubahan status Desa
menjadi Kelurahan dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lombok Timur.
BAB III
KEWENANGAN DESA
Pasal 7
(1) Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan desa
mencakup :
a. urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan
hak asal-usul desa;
b. urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
Kabupaten yang diserahkan pengaturannya kepada desa;
c. tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah
Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten; dan
d. urusan Pemerintahan lainnya yang oleh Peraturan
Perundang-undangan diserahkan kepada Desa.
(2) Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan
Kabupaten yang diserahkan pengaturannya kepada Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah urusan Pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan
Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diatur dengan Peraturan Bupati.
(4) Penyerahan urusan Pemerintahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) disertai dengan pembiayaannya.
(5) Tugas Pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah
Provinsi dan Pemerintah Kabupaten kepada desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c wajib disertai dengan dukungan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia.
(6) Penyelenggaraan tugas pembantuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5), berpedoman pada Peraturan Perundang-Undangan.
(7) Desa berhak menolak melaksanakan tugas
pembantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) yang tidak disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia.
BAB IV
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
Bagian Kesatu Pemerintahan Desa
Pasal 8
Pemerintahan Desa terdiri dari Pemerintah Desa dan BPD.
Bagian Kedua Pemerintah Desa
Paragraf 1
Pasal 9
(1) Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal
8 terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat Desa.
(2) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri dari Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya .
(3) Perangkat Desa lainnya sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) terdiri dari :
a. Kepala-Kepala Urusan; b. Kepala Dusun.
(4) Jumlah Perangkat Desa lainnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.
(5) Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan
Desa ditetapkan dengan Peraturan Desa dengan berpedoman pada Peraturan Daerah ini.
(6) Peraturan Desa sebagaimana dimaksud ayat (5)
seku-rang-kurangnya mengatur tentang Struktur Organisasi, Tugas Pokok, Fungsi dan hubungan kerja organisasi Pemerintahan Desa.
(7) Penyusunan struktur Pemerintahan Desa disesuaikan
dengan kebutuhan, kondisi sosial budaya dan kemampuan keuangan desa.
(8) Struktur organisasi Pemerintahan Desa sebagaimana
dimaksud ayat (5) terdiri dari Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kepala-Kepala Urusan dan Kepala Dusun.
(9) Kepala Urusan sebagaimana dimaksud ayat (8) paling
dengan Keputusan Kepala Desa, setelah mempertimbangkan usul, saran dan pendapat BPD. (10) Bagan struktur organisasi Pemerintahan Desa adalah
sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan Daerah ini.
Paragraf 2
Tugas, wewenang, Kewajiban, Larangan dan Hak Kepala Desa
Pasal 10
(1) Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan
urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Kepala Desa mempunyai wewenang :
a. memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa
berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD;
b. mengajukan Rancangan Peraturan Desa;
c. menetapkan Peraturan Desa yang telah mendapat
persetujuan bersama BPD;
d. menyusun dan mengajukan Rancangan Peraturan
Desa mengenai APB Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD;
e. membina kehidupan masyarakat Desa;
f. membina perekonomian Desa;
g. mengkoordinasikan Pembangunan Desa secara
h. mewakili desanya di dalam dan diluar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan; dan
i. melaksanakan Wewenang lain sesuai dengan
Peraturan Perundang-undangan.
Pasal 11
(1) Dalam melaksanakan tugas dan wewenang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, Kepala Desa mempunyai kewajiban :
a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila,
melaksanakan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
c. memelihara ketentraman dan ketertiban
masyarakat;
d. melaksanakan kehidupan demokrasi;
e. melaksanakan Prinsip Tata Pemerintahan Desa
yang bersih dan bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme;
f. menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra
kerja Pemerintahan Desa;
g. menaati dan menegakkan seluruh Peraturan
Perundang-undangan;
h. menyelenggarakan administrasi Pemerintahan
i. melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan Keuangan Desa;
j. melaksanakan urusan yang menjadi Kewenangan
Desa;
k. mendamaikan perselisihan masyarakat di Desa;
l. mengembangkan pendapatan Masyarakat dan
Desa;
m. membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai
sosial budaya dan adat istiadat;
n. memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di
Desa; dan
o. mengembangkan potensi sumber daya alam dan
melestarikan lingkungan hidup.
(2) Selain kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Desa mempunyai kewajiban untuk memberi-kan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada Bupati, memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPD, serta menginfor-masikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa kepada masyarakat.
(3) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
sebagai-mana dimaksud pada ayat (2) disampaikan 1 (satu) kali dalam satu tahun kepada Bupati melalui Camat.
(4) Laporan keterangan pertanggungjawaban kepada
BPD, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan 1 (satu) kali dalam satu tahun dalam musyawarah BPD.
(5) Menginformasikan laporan penyelenggaraan
dimaksud pada ayat (2), dapat berupa selebaran yang ditempelkan pada papan pengumuman atau diinformasikan secara lisan dalam berbagai pertemuan masyarakat desa, radio komunitas atau media lainnya.
(6) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
digunakan oleh Bupati sebagai dasar melakukan evaluasi penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan sebagai bahan pembinaan lebih lanjut.
(7) Laporan akhir masa jabatan Kepala Desa disampaikan
kepada Bupati melalui Camat dan kepada BPD.
Pasal 12 Kepala Desa dilarang :
a. menjadi pengurus partai politik;
b. merangkap jabatan sebagai Ketua dan/atau Anggota
BPD, dan lembaga kemasyarakatan di desa bersangkutan;
c. merangkap jabatan sebagai Anggota DPRD;
d. terlibat dalam Kampanye Pemilihan Umum, Pemilihan
Presiden, dan Pemilihan Kepala Daerah;
e. merugikan kepentingan umum, meresahkan
sekelompok masyarakat, dan mendiskriminasikan Warga Negara atau golongan masyarakat lain;
f. melakukan Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme, menerima
uang, barang dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya;
g. menyalahgunakan wewenang; dan
Paragraf 3
Pemberhentian dan Pemberhentian Sementara Kepala Desa
Pasal 13 (1) Kepala Desa berhenti, karena :
a. meninggal dunia; b. permintaan sendiri; c. diberhentikan.
(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c karena :
a. berakhir masa jabatannya dan telah dilantik pejabat yang baru;
b. tidak dapat melaksanakan tugas secara
berke-lanjutan atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan;
c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai Kepala Desa; d. dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan;
e. tidak melaksanakan kewajiban Kepala Desa;
dan/atau
f. melanggar larangan bagi Kepala Desa.
(3) Usul pemberhentian Kepala Desa sebagaimana di
maksud pada ayat (1) huruf a, huruf b dan ayat (2) huruf a dan huruf b diusulkan oleh Pimpinan BPD kepada Bupati melalui Camat, berdasarkan keputusan musyawarah BPD.
(4) Usul Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana
musyawarah BPD yang dihadiri secara fisik oleh 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota BPD.
(5) Pengesahan pemberhentian Kepala Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) ditetapkan dengan Keputusan Bupati paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak usul diterima.
(6) Setelah dilakukan pemberhentian Kepala Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Bupati mengangkat Penjabat Kepala Desa.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pengangkatan Penjabat Kepala Desa diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 14
(1) Kepala Desa diberhentikan sementara oleh Bupati
tanpa melalui usulan BPD apabila dinyatakan melakukan tin-dak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun berdasarkan putusan pengadilan yang belum memperoleh kekuatan hukum tetap.
(2) Kepala Desa diberhentikan oleh Bupati tanpa melalui usulan BPD apabila terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Pasal 15
melakukan tindak pidana korupsi, tindak pidana terorisme, makar dan atau tindak pidana terhadap keamanan negara.
Pasal 16
(1) Kepala Desa yang diberhentikan sementara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dan Pasal 15, setelah melalui proses peradilan ternyata terbukti tidak bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak ditetapkan putusan pengadilan, Bupati harus merehabilitasi dan/atau mengaktifkan kembali kepala desa yang bersangkutan sampai dengan akhir masa jabatan.
(2) Apabila kepala desa yang diberhentikan sementara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah berakhir masa jabatannya Bupati hanya merehabilitasi kepala desa yang bersangkutan.
Pasal 17
Apabila Kepala Desa diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dan Pasal 15, Sekretaris Desa melaksanakan tugas dan kewajiban Kepala Desa sampai dengan adanya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Pasal 18
(1) Pengangkatan penjabat Kepala Desa ditetapkan
(2) Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah unsur perangkat desa dan Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Kecamatan.
(3) Masa jabatan penjabat Kepala Desa sebagaimana
dimaksud ayat (2) selama-lamanya 6 (enam) bulan terhitung mulai tanggal pelantikannya.
(4) Penjabat Kepala Desa diambil sumpah/janji dan
dilantik oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.
Pasal 19
Apabila Kepala Desa diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dan Pasal 15, Bupati mengangkat Penjabat Kepala Desa dengan tugas pokok menyelenggarakan pemilihan Kepala Desa paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Pasal 20
(1) Tindakan penyidikan terhadap Kepala Desa,
dilaksa-nakan setelah adanya persetujuan tertulis dari Bupati.
(2) Hal-hal dikecualikan dari ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. tertangkap tangan melakukan tindak pidana
kejahatan;
b. diduga telah melakukan tindak pidana kejahatan
yang diancam dengan pidana mati.
(3) Tindakan penyidikan sebagaimana dimaksud pada
Paragraf 4 Perangkat Desa
Pasal 21
(1) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (2), bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.
(2) Dalam melaksanakan tugasnya, Perangkat Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertangung-jawab kepada Kepala Desa.
Pasal 22
(1) Sekretaris Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (2), diisi dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan, yaitu :
a. berpendidikan paling rendah lulusan SMU atau
sederajat;
b. mempunyai pengetahuan tentang tekhnis
pemerintahan;
c. mempunyai kemampuan di bidang adminsitrasi
perkantoran;
d. mempunyai pengalaman di bidang administrasi
keuangan dan di bidang perencanaan;
e. memahami sosial budaya masyarakat setempat;
dan
f. bersedia tinggal di desa yang bersangkutan.
(2) Sekretaris Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(3) Ketentuan lebih lanjut tentang pengangkatan Sekre-taris Desa menjadi PNS mempedomani Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Paragraf 5
Persyaratan Calon Perangkat Desa lainnya
Pasal 23
(1) Perangkat Desa lainnya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (3) diangkat oleh Kepala Desa dari penduduk desa setempat.
(2) Pengangkatan Perangkat Desa lainnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.
(3) Usia Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) paling rendah 20 tahun dan paling tinggi 60 tahun.
(4) Yang dapat mencalonkan diri sebagai Perangkat Desa
lainnya adalah penduduk desa Warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat sebagai berikut :
1. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2. setia dan taat kepada Pancasila dan UUD 1945;
3. tidak pernah terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan yang menghianati Pancasila dan UUD 1945 seperti G 30 S/PKI dan kegiatan organisasi terlarang lainnya;
4. terpendidikan paling rendah lulusan SLTP atau
sederajat;
6. sehat jasmani dan rohani yang dikuatkan dengan surat keterangan dari Dokter Pemerintah;
7. berkelakuan baik, jujur dan adil;
8. tidak pernah dihukum penjara karena tindak
pidana pidana kejahatan dengan hukuman paling sedikit 5 tahun;
9. terdaftar sebagai penduduk desa dan bertempat
tinggal tetap di desa yang bersangkutan yang dikukuhkan dengan surat keterangan dari Kepala Desa setempat;
10. persyaratan lain yang diatur dalam Peraturan Desa.
Paragraf 6
Mekanisme Pengangkatan Kepala Urusan
Pasal 24
(1) Pengisian jabatan Kepala Urusan yang lowong
dilakukan oleh Kepala Desa melalui seleksi paling lama 1 (satu) bulan sebelum berakhir masa jabatan Kepala Urusan.
(2) Untuk melakukan seleksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) Kepala Desa membentuk Panitia Penguji.
(3) Panitia Penguji sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
terdiri dari Kepala Desa, Anggota Lembaga Kemasya-rakatan Desa dan Tokoh masyarakat, dengan susunan panitia sebagai berikut :
(4) Panitia Penguji mempunyai tugas :
a. mengumumkan tentang akan diadakannya
pengisian jabatan Kepala Urusan ; b. menerima pendaftaran calon ;
c. meneliti persyaratan calon ;
d. melaksanakan ujian penyaringan ;
e. menyampaikan hasil kegiatan penyaringan beserta
daftar calon yang lulus seleksi kepada Pimpinan BPD.
Pasal 25
(1) Permohonan pencalonan Kepala Urusan diajukan oleh
masing-masing bakal calon secara tertulis kepada Kepala Desa melalui Panitia Penguji dengan dilengkapi persya-ratan sebagaimana tercantum pada pasal 23 Peraturan Daerah ini.
(2) Panitia Penguji setelah menerima permohonan
sebagai-mana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini selanjutnya melakukan penelitian persyaratan dan menetapkan bakal calon menjadi calon sekurang-kurangnya 2 orang untuk masing-masing jabatan.
(3) Penetapan calon dimaksud dalam ayat (2) harus
dituangkan dalam berita acara oleh Panitia Penguji.
Paragraf 7
Penyaringan Calon Kepala Urusan
Pasal 26
(1) Paling lama 7 (tujuh) hari setelah penetapan calon
kepada calon tentang jadwal waktu dan tempat pelaksanaan ujian penyaringan.
(2) Panitia Penguji harus sudah menyampaikan
pemberi-tahuan kepada masing-masing calon tentang jadwal waktu dan tempat pelaksanaan ujian penyaringan paling lambat 3 (tiga) hari sebelum pelaksanaan penyaringan dilakukan.
(3) Materi ujian yang diberikan kepada calon Kepala
Urusan menyangkut test kemampuan akademis dan test kemampuan kepemimpinan dan teknis ;
(4) Pelaksanaan penyaringan dilakukan dengan ujian
tertulis dan lisan atau wawancara .
Pasal 27
(1) Paling lama 3 (tiga) hari setelah penyaringan dilakuan, Panitia Penguji harus sudah mengumumkan calon yang dinyatakan lulus ujian penyaringan.
(2) Paling lama 3 (tiga) hari setelah pelaksanaan ujian penyaringan, panitia penguji melalui Kepala Desa sudah menyampaikan hasil calon yang lulus ujian kepada BPD beserta Berita Acara dan kelengkapan administrasinya.
(3) Paling lama 3 (tiga) hari Kepala Desa mengangkat
Kepala Urusan dengan Keputusan Kepala Desa ;
(4) Keputusan Kepala Desa sebagaimana dimaksud ayat
(3) pasal ini disampaikan kepada Bupati.
Paragraf 8
Pasal 28
(1) Pengisian jabatan Kepala Dusun yang lowong atau
berakhir masa jabatannya dilakukan oleh BPD melalui pemilihan Kepala Dusun dua bulan sebelum berakhir masa jabatan Kepala Dusun.
(2) Untuk melakukan pemilihan Kepala Dusun
sebagaimana dimaksud ayat (1) BPD membentuk panitia pemilihan yang terdiri dari Kepala Desa, Perangkat Desa, Anggota BPD, pengurus lembaga kemasyarakatan desa dan tokoh masyarakat setelah Kepala Desa memberitahukan secara tertulis kepada BPD untuk mengadakan pemilihan Kepala Dusun.
(3) Susunan keanggotaan panitia pemilihan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) pasal ini sekurang-kurangnya terdiri dari :
a. Kepala Desa sebagai Ketua merangkap anggota;
b. salah seorang anggota BPD sebagai Wakil ketua
merangkap anggota;
c. Sekretaris Desa atau Kepala Urusan sebagai
Sekretaris merangkap anggota;
d. beberapa orang anggota sesuai kebutuhan. (4) Panitia Pemilihan mempunyai tugas :
a. mengumumkan ditempat-tempat yang dianggap
strategis dalam wilayah desa di dusun yang bersangkutan akan diadakan pemilihan Kepala Dusun;
b. melaksanakan pendaftaran pemilihan untuk
selanjutnya disahkan oleh ketua panitia pemilihan;
bakal calon yang dilengkapi dengan persyaratan administrasi;
d. menerima dan meneliti administrasi persyaratan
bakal calon dan memberikan pertimbangan-pertimbangan mengenai bakal calon kepada BPD untuk ditetapkan sebagai calon Kepala Dusun yang berhak mengikuti seleksi;
e. melakukan seleksi penyaringan bakal calon Kepala Dusun serta menyampaikan hasilnya kepada BPD untuk ditetetapkan sebagai calon Kepala Dusun yang berhak dipilih;
f. mengumumkan nama calon Kepala Dusun yang
berhak dipilih serta Kepala Dusun terpilih berdasarkan keputusan BPD ditempat-tempat yang dianggap strategis dalam wilayah dusun yang bersangkutan;
g. menetapkan biaya pemilihan, tempat pemilihan
dan waktu pemungutan suara setelah terlebih dahulu dimusyawarahkan dengan Kepala Desa;
h. mengadakan persiapan-persiapan untuk menjamin
supaya pelaksanaan pemilihan Kepala Dusun berjalan dengan tertib, aman, lancar dan teratur;
i. menyelenggarakan Pemilihan Kepala Dusun;
j. menghadiri pelaksanaan pemungutan suara
pemi-lihan Kepala Dusun sampai selesai; k. melakukan penghitungan suara;
l. mengambil keputusan apabila timbul
perma-salahan dalam pelaksanaan pemilihan setelah berkonsultasi dengan panitia pengawas pemilihan;
Pasal 29
(1) Dalam rangka penjaringan bakal calon Kepala Dusun,
Panitia Pemilihan membuat pengumuman ditempat- tempat yang strategis baik secara lisan maupun tertulis di dusun tempat pemilihan Kepala Dusun yang memuat batas waktu, tempat pendaftaran dan persyaratan bakal calon.
(2) Untuk penetapan bakal calon menjadi calon Kepala
Dusun yang berhak mengikuti pemilihan, panitia pemilihan melakukan seleksi terhadap bakal calon.
(3) Seleksi bakal calon sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dapat dilakukan dengan cara :
- penelitian persyaratan administrasi dan persyaratan lainnya;
- melakukan verifikasi vaktual tentang kebenaran
identitas pendukung; dan
- melakukan ujian tertulis, lisan/wawancara.
(4) Hasil seleksi sebagaimana dimaksud ayat (3)
dituangkan ke dalam Berita Acara seleksi dan ditanda tangani oleh panitia pemilihan.
(5) Berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
beserta daftar nama bakal calon yang lulus seleksi bersama kelengkapan persyaratan administrasinya disampaikan oleh panitia pemilihan kepada BPD untuk ditetapkan sebagai calon Kepala Dusun.
(6) Selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah menerima
(7) Penetapan calan Kepala Dusun yang berhak mengikuti pemilihan ditetapkan dengan keputusan BPD serta dilaporkan kepada Bupati dengan ditembuskan kepada Camat, Kepala Desa dan Panitia Pemilihan.
(8) Selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah menerima
Keputusan BPD tentang bakal calon yang lulus menjadi calon Kepala Dusun, Panitai Pemilihan memberitahukan kepada para calon dan mengumumkannya kepada masyarakat.
(9) Jumlah bakal calon kepala dusun sekurang-kurangnya
2 (dua) orang.
(10) Apabila dalam pelaksanaan penjaringan hanya
terdapat 1 (satu) orang bakal calon, proses penjaringan diperpanjang dalam waktu 7 (tujuh) hari.
(11) Apabila sampai berakhirnya jangka waktu
perpanjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (10), masih terdapat 1 (satu) orang, maka bakal calon Kepala Dusun tersebut dapat diproses lebih lanjut dan ditetapkan menjadi Calon Kepala Dusun terpilih.
Pasal 30
(1) Pemilihan calon Kepala Dusun menggunakan surat
suara yang memuat tanda gambar calon yang berhak dipilih dan pada bagian bawahnya ditanda tangani oleh panitia pemilihan.
(2) Tanda calon Kepala Dusun dapat menggunakan :
- foto diri calon Kepala Dusun;
- angka/huruf latin;
- tanga gambar atau;
(3) Tanda calon sebagaimana dimaksud ayat (2) ditetapkan berdasarkan kesepakatan para calon.
(4) Penggunaan tanda gambar untuk tanda calon Kepala
Dusun tidak dibolehkan menggunakan :
- simbul, lambang dan atau bendara Negara Republik
Indonesia atau Negara lain atau lembaga pemerintah;
- simbul, lambang dan atau bendara partai politik,
organisasi masyarakat baik yang sah maupun partai politik atau organisasi masyarakat yang terlarang;
- lambang dan simbul keagamaan.
(5) Panitia pemilihan dapat menolak tanda gambar calon
jika tanda gambar dimaksud bertentangan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) atau jika tanda gambar tersebut tidak sesuai dengan etika dan adat istiadat setempat.
(6) Penentuan nomor urut tanda calon dalam surat suara
dilakukan melalui undian yang dilakukan oleh panitia pemilihan, untuk setiap dusun.
(7) Bentuk dan model surat suara dan tanda calon
ditetapkan dengan keputusan BPD atas usul panitia pemilihan.
Pasal 31
(2) Pengumuman dilaksanakan secara lisan maupun tulisan yang memuat tentang jumlah, nama dan tanda
gambar calon Kepala Dusun serta waktu dan tempat
akan dilaksanakannya rapat pemungutan suara pemilahan Kepala Dusun.
(3) Selambat-lambatnya 2 (dua) hari sebelum pelaksanaan pemungutan suara panitia pemilihan harus menyam-paikan surat undangan kepada para pemilih untuk menggunakan hak pilihnya yang memuat tentang kapan, dimana dan waktu (hari, tanggal dan jam) pelaksanannya.
(4) Surat undangan dimaksud ayat (3) diberikan nomor
urut sesuai nomor urut pada daftar pemilih maupun daftar pemilih tambahan yang sudah disahkan.
(5) Penentuan jumlah pemilih dalam daftar pemilih tambahan sebagaimana dimaksud ayat (4) disahkan oleh Ketua panitia pemilihan selambat-lambatnya 3
(tiga) hari sebelum pelaksanaan pemilihan calon Kepala Dusun.
(6) Sebelum pelaksanaan pemungutan suara, panitia
pemilihan membuka kotak suara dan memperlihat-kannya kepada para pemilih bahwa kotak suara dalam keadaan kosong serta mentupnya kembali mengunci dan menyegel dengan menggunakan kertas/sticker yang dibubuhi cap/stempel panitia pemilihan.
(7) Rapat pemungutan suara pemilihan Kepala Dusun
ditunjuk oleh masing-masing calon yang berhak dipilih.
(8) Penunjukan saksi oleh para calon yang berhak dipilih dilakukan secara tertulis dengan menggunakan formulir yang disediakan oleh panitia pemilihan.
(9) Pemilih yang hadir menyerahkan surat undangan
kepada petugas di TPS dan kepadanya diberikan 1 (satu) lembar surat suara.
(10) Setelah menerima surat suara, pemilih memeriksa
atau meneliti dan apabila surat suara dimaksud dalam keadaan cacat atau rusak, pemilih berhak meminta surat suara baru, setelah menyerahkan surat suara yang cacata atau rusak kepada panitia.
(11) Jika panitia mencurigai adanya pemilih yang tidak
sesuai dengan surat undangannya, maka untuk membuktikan keabsahannya, panitia dapat meminta pemilih tersebut menunjukkan KTP atau karut identitas resmi lainnya untuk dicocokan dengan surat undangan yang dibawa pemilih dimaksud.
(12) Pencoblosan surat suara dilaksanakan dalma bilik
suara dengan menggunakan alat yang telah disediakan oleh Panitia pemilihan.
(13) Hanya pemilih yang akan menggunakan hak pilihnya
yang diperbolehkan masuk kedalam bilik suara pada saat pemungutan suara berlangsung.
(14) Pemilih yang keliru mencoblos surat suara, dapat
(15) Setelah surat suara dicoblos, pemilih melipatnya kembali dan memasukkan kedalam kotak suara yang telah disediakan.
(16) Pada saat pemungutan suara dilaksanakan tidak
seorangpun diperkenankan memasuki bilik tempat pemungutan suara kecuali :
a. pemilih yang akan menggunakan hak pilihnya;
b. petugas yang ditutunjuk panitia pemilihan yang
akan membantu, pemilih yang karena alasan-alasan yang dapat dipertanggung jawabkan, mengalami kesulitan dalam menggunakan hak pilihnya;
c. apabila diperlukan petugas keamanan atau
petugas lainnya yang akan memasuki bilik tempat pemungutan suara, baru dapat dilakukan dengan catatan :
- tidak ada pemilih yang sedang menggunakan
hak pilihnya;
- seijin dan didampingi panitia dan sekurang-
kurangnya dua orang saksi.
(17) Pada saat pemungutan suara dilaksanakan, Panitia
pemilihan berkewajiban untuk menjamin ketertiban dan kelancaran pemungutan suara.
(18) Pada saat pemungutan suara dilaksanakan, calon
yang berhak dipilih harus berada pada dusun setempat.
(19) Apabila calon yang berhak dipilih berhalangan
(20) Panitia menjaga agar setiap orang yang menggunakan hak pilihnya memberikan 1 (satu) suara dan menolak pemberian suara yang diwakilkan dengan alasan apapun.
Pasal 32
(1) Segera setelah semua pemilih menggunakan hak
pilihnya atau setelah batas waktu pelaksanaan pemungutan suara yang sudah ditentukan berakhir dan telah dicapai kourum, rapat pemungutan suara ditutup oleh ketua panitia, kemudian panitia menyelenggarakan rapat penghitungan suara di TPS.
(2) Rapat perhitungan suara dapat dimulai jika telah
dihadiri oleh semua anggota panitia para calon atau saksi calon yang ditunjuk oleh para calon dimasing-masing TPS.
(3) Penunjukan saksi calon sebagaimana dimaksud diatas
disampaikan oleh para saksi calon kepada panitia teknis dengan menunjukan surat mandat.
(4) Apabila para calon dan/atau saksi calon yang ditunjuk ada yang tidak hadir, maka ketua panitia teknis dapat menunjuk salah seorang atau beberapa orang pemilih yang hadir untuk menjadi saksi dalam rapat perhitungan suara.
(5) Sebelum dilaksanakannya rapat penghitungan suara,
panitia menyiapkan segala perlengkapan dan adminis-trasi yag digunakan dalam perhitungan suara.
dalam keadaan tersegel dan utuh kepada para calon atau saksi calon dan anggota masyarakat yang hadir.
(7) Panitia pemilihan membuka kota suara dan
menghitung suara yang masuk setelah saksi-saksi hadir.
(8) Seteiap lembar surat suara diteliti satu demi satu
untuk mengetahui suara yang diberikan kepada calon yang berhak dipilih dan kemudian panitia, menyebutkan nama calon yang mendapat suara tersebut serta mencatat di dalam formulir pencatatan perolehan suara yang ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat dilihat dengan jelas oleh semua pemilih yang hadir.
(9) Surat suara dinyatakan tidak sah atau batal apabila :
- tidak memakai surat suara yang telah ditentukan;
- tidak terdapat tanda tangan panitia pemilihan pada surat suara;
- ditandatangani oleh pemilih atau memuat tanda
yang menunjukkan identitas pemilih;
- memberikan suara untuk lebih dari 1 (satu) calon yang berhak dipilih;
- memilih calon lain selain dari calon yang berhak dipilih;
- mencoblos tidak di dalam kolom tanda gambar
yang disediakan.
semua anggota panitia dan para calon atau saksi calon.
(11) Apabila ada calon atau saksi calon yang mengajukan keberatan dan tidak bersedia menandatangani berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (10), maka Berita Acara tetap dinyatkan sah.
(12) Keberatan calon atau saksi calon sebagaimana
dimaksud pada ayat (11), dicantumkan dalam Berita Acara.
(13) Jika pemilihan dilakukan dibeberapa TPS, maka setelah rapat perhitungan suara di TPS selesai, panitia segara menyampaikan berita acara jalannya pemungutan suara dan rekapitulasi penghitungan suara di TPS kepada panitia pemilihan, bersama surat suara, peralatan dan administrasinya yang dimasukkan ke dalam kota suara dan dikunci serta disegel.
(14) Apabila terjadi perbedaan antara jumlah pemilih
yang telah menggunakan hak pilihnya dengan jumlah surat suara, maka pemungutan suara pada TPS dimana terjadinya perbedaan tersebut dapat dibatalkan setelah terlebih dahulu diadakan musyawarah antara panitia pemilihan, panitia pengawas dan para calon kepala dusun.
(15) Hasil musyawarah pembatalan pemungutan suara
sebagaimana dimaksud pada ayat (14) dibuatkan berita acara pembatalan dan disampaikan kepada Ketua BPD.
paripurna khusus untuk membahas usul pembatalan dimaksud dengan Keputusan BPD.
(17) Apabila usul pembatalan pemungutan suara
seba-gaimana dimaksud ayat (16) disetujui, BPD segara menetapkan jadwal pelaksanaan pemungutan suara ulang selambat-lambatnya 15 ( lima belas ) hari.
Pasal 33
(1) Segera setelah diterimanya semua berita acara jalannya pemungutan suara dan berita acara perhitungan suara di TPS, panitia pemilihan melaksanakan rapat untuk meneliti hasil pelaksanaan pemungutan dan peng-hitungan suara untuk penetapan calon Kepala Dusun yang memperoleh suara terbanyak untuk masing-masing dusun, yang dihadiri ketua panitia, panitia pengawas dan para calon atau saksi calon yang ditunjuk oleh calon dengan suara mandat yang sah dan pimpinan BPD.
(2) Keputusan rapat sebagaimana dimaksud ayat (1),
setelah disepakati oleh para calon ditungkan dalam berita acara.
(3) Apabila calon yang berhak dipilih tidak
menanda-tangani berita acara sebagaimaan dimaksud ayat (2), maka berita acara dimaksud tetap dinyatakan sah.
(4) Panitia pemihan mengumumkan hasil pemilihan dan
memberikan kesempatan kepada panitia pengawas untuk memberikan penilaian pelaksanaan pemilihan.
(5) Calon yang berhak dipilih dan dinyatakan sebagai
(6) Apabila calon terpilih sebagaimana dimaksud ayat (5) lebih dari satu orang maka diadakan pemilihan ulang yang diikuti oleh calon-calon yang memperoleh suara terbanyak sama.
(7) Pemilihan ulang sebagaimana dimaksud ayat (6), di
laksanakan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak penandatanganan berita acara pemilihan.
(8) Apabila pemilihan ulang sebagaimana dimaksud ayat
(7), hasilnya tetap sama, maka untuk menetapkan calon yang dinyatakan terpilih sebagai Kepala Dusun, maka kedua calon bermusyawarah dihadapan BPD.
(9) Jika musyawarah sebagaimana dimaksud ayat (8),
tidak tercapai mufakat, maka BPD bersama Kepala Desa melakukan musyawarah untuk menetapkan salah seorang calon Kepala Dusun yang akan ditetapkan menjadi Kepala Dusun.
(10) Segera setelah selesai pemilihan calon terpilih Ketua Panitia pemilihan mengajukan calon terpilih kepada BPD untuk ditetapkan sebagai Kepala Dusun.
Pasal 34
(1) Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah menerima
hasil pemilihan Kepala Dusun, BPD melakukan rapat untuk menetapkan persetujuan Kepala Dusun terpilih dengan Keputusan BPD, dan disampaikan kepada Kepala Desa.
Keputusan Kepala Desa dan dilaporkan kepada Bupati dengan tembusan Camat.
(3) Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan-nya Keputusan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilantik oleh Kepala Desa.
Paragraf 9
Masa Jabatan Perangkat Desa Lainnya
Pasal 35
(1) Perangkat Desa lainnya diangkat untuk masa jabatan 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan.
(2) Perangkat Desa lainnya yang telah barakhir masa
jabatannya dapat mencalonkan diri kembali untuk masa jabatan berikutnya.
Paragraf 10
Uraian Tugas dan Fungsi Perangkat Desa
Pasal 36
(1) Sekretaris Desa mempunyai tugas membantu Kepala
Desa dibidang pembinaan administrasi dan memberikan pelayanan teknis administrasi kepada seluruh Perangkat Pemerintah Desa.
(2) Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud ayat
(1) Sekretaris Desa mempunyai fungsi :
a. melakukan koordinasi terhadap kegiatan yang
dilakukan oleh Perangkat Desa;
b. mengumpulkan bahan, mengevaluasi data dan
umum Pemerintahan Desa, Pembangunan dan Pembinaan Kemasyarakatan;
c. melakukan pemantauan terhadap kegiatan
penye-lenggaraan tugas umum pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan;
d. melakukan pelayanan kepada masyarakat di
bidang Pemerintahan, Pembangunan dan Kesejahteraan;
e. melakukan urusan kearsipan serta pelayanan
kepada masyarakat;
f. menyusun program kerja tahunan desa;
g. menyusun laporan akhir tahun penyelenggaraan
Pemerintahan Desa;
h. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa.
Pasal 37
(1) Kepala Urusan Pemerintahan mempunyai tugas membantu Kepala Desa dibidang Pemerintahan, Kependudukan, Pertahanan dan Pembinaan Kemasyarakatan.
(2) Untuk menjalankan tugasnya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) Kepala Urusan Pemerintahan mempunyai fungsi :
a. mengumpulkan, mengelola dan mengevaluasi serta menyusun laporan dibidang Pemerintahan;
b. mengumpulkan bahan dalam rangka pembinaan
c. memberikan pelayanan kepada masyarakat di bidang Pemerintahan ;
d. membantu tugas-tugas dibidang pemungutan
pajak, retribusi dan pendapatan lain;
e. membantu tugas-tugas di bidang Pertanahan
sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
f. membantu tugas-tugas dibidang Administrasi
kependudukan dan catatan sipil;
g. membantu membina dan menyiapkan
bahan-bahan rapat Badan Permusyawaratan Desa;
h. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa.
Pasal 38
(1) Kepala Urusan Ekonomi dan Pembangunan
mempunyai tugas membuat perencanaan dan pelaksanaan pembangunan fisik, perekonomian dan produksi.
(2) Untuk menjalankan tugasnya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) Kepala Urusan Ekonomi dan Pembangunan mempunyai fungsi :
a. mengumpulkan, mengelola dan mengevaluasi data
serta menyusun laporan dibidang perekonomian dan pembangunan;
b. melakukan bimbingan dibidang perkoperasioan,
c. memberikan pelayanan kepada masyarakat di bidang Perekonomian dan pembangunan;
d. melakukan kegaitan dalam rangka meningkatkan
suwadaya gotong royong dan partisipasi masyarakat dalam rangka meningkatkan perekonomian dan pelayanan pembangunan;
e. membantu koordinasi pelaksanaan pembangunan
serta menjaga dan memelihara prasarana dan sarana fisik dilingkungan desa;
f. melakukan administrasi perekonomian dan
pembangunan desa;
g. membantu menyiapkan bahan-bahan dalam rangka
Pembinaan Lembaga Keuangan Desa (LKD);
h. melakukan tugas lain yang diberikan Kepala Desa.
Pasal 39
(1) Kepala Urusan Administrasi dan Umum mempunyai
tugas melakukan pelayanan administrasi dan umum yang meliputi kekayaan dan inventaris desa, kebersihan serta sarana dan prasarana umum.
(2) Untuk menjalankan tugasnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) Kepala Urusan Administrasi dan Umum mempunyai fungsi :
a. melakukan administrasi kepegawaian;
b. melakanakan urusan kepegawaian;
c. mengatur pelaksanaan rapat dinas dan upacara;
d. melakanakan urusan perlengkapan dan inventaris
desa;
e. menyelenggarakan urusan surat menyurat
f. mengumpulkan bahan dan menyusun laporan pemerintah desa;
g. melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh
Kepala Desa.
Pasal 40
(1) Kepala Urusan Ketentraman dan Ketertiban
mempunyai tugas melakukan pelayanan ketentraman dan ketertiban desa, pembinaan dan perlindungan masyarakat .
(2) Untuk menjalankan tugasnya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) Kepala Urusan Ketentraman dan Ketertiban mempunyai fungsi :
a. mengumpulkan, mengelola dan mengevaluasi data
serta menyusun laporan dibidang ketentraman dan ketertiban;
b. melakukan pembinaan ketentraman dan ketertiban
masyarakat;
c. melakukan pelayanan kepada masyarakat
dibidang ketentraman dan ketertiban;
d. membantu menyelenggarakan kegiatan
adminis-trasi pertahanan sipil;
e. membantu pelaksanaan pengawasan terhadap
penyelenggaraan bantuan kepada masyarakat terhadap akibat bencana alam dan bencana lainnya;
f. membantu kegiatan yang berkaitan dengan
pembinaan kerukunan warga;
g. Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh
Pasal 41
(1) Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat mempunyai
tugas melakukan penyusunan program dan melaksanakan pembinaan kesejahteraan rakyat .
(2) Untuk menjalankan tugasnya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat mempunyai fungsi :
a. mengumpulkan, mengelola dan mengevaluasi
data serta menyusun laporan dibidang kesejahteraan rakyat;
b. melakukan bimbingan dibidang keagamaan,
kesejahteraan, keluarga berencana dan pendidikan masyarakat;
c. melakukan pelayanan kepada masyarakat
dibidang kesejahteraan rakyat
d. Membantu mengumpulkan dan menyalurkan
bantuan kepada korban bencana;
e. membantu pelaksanaan bimbingan kegiatan
pemberdayaan dan pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK), karang taruna, pramuka dan organisasi kemasyarakatan lainnya;
f. membantu kegiatan pengumpulan zakat, infak dan
sadaqah;
g. melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh
Kepala Desa.
Pasal 42
(1) Kepala Urusan Keuangan mempunyai tugas
(2) Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Urusan Keuangan mempunyai fungsi :
a. menerima, menyimpan dan mengeluarkan uang
desa;
b. mengurus administrsi dan membayar tunjangan
aparat;
c. mengurus pembukuan keuangan desa;
d. mengurus pertanggung jawaban atas penggunaan
keuangan desa yang telah dikeluarkan;
e. mengumpulkan bahan dan menyusun laporan
dibidang keuangan;
f. melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh
kepala Desa.
Pasal 43
(1) Kepala Dusun mempunyai tugas membantu Kepala
Desa dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan dan pembangunan diwilayah kerjanya.
(2) Untuk melaksankan tugas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) Kepala Dusun mempunyai fungsi :
a. pelakanaan tugas bidang pembangunan dan
pembinaan kemasyarakatan;
b. pelaksanaan kegiatan peningkatan partisipasi dan
swadaya gotong-royong masyarakat;
c. pelaksanaan kegiatan ketentraman dan ketertiban
masyarakat;
d. pengayoman dan pembinaan adat-istiadat
e. pelaksanaan kegiatan-kegiatan sosial dan keagamaan dalam masyarakat;
f. pelaksanaan fungsi-fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Desa.
Paragraf 11
Larangan Perangkat Desa
Pasal 44 Perangkat Desa dilarang :
a. menjadi pengurus Partai Politik ;
b. melakukan kegiatan-kegiatan atau melalaikan tugas
dan tanggungjawabnya atau kewajibannya sebagai Perangkat Desa, yang merugikan kepentingan Desa dan/atau masyarakat Desa ;
c. melakukan perbuatan yang bertentangan dengan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan atau bertentangan dengan norma-norma yang hidup dan berkembang dalam kehidupan masyarakat, serta melakukan perbuatan lain yang dapat menghilangkan kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinannya sebagai Perangkat Desa ;
d. menyalahgunakan wewenangnya melakukan
perbuatan melawan hukum serta kegiatan yang dapat menurunkan citra Perangkat Desa ;
e. menyalahgunakan barang-barang, uang atau
surat-surat berharga milik Desa;
f. melakukan kegiatan bersama Kepala Desa atau sesama
Perangkat Desa di dalam maupun di luar
pribadi, golongan atau pihak lain yang berhubungan dengan tugasnya;
g. menerima sesuatu atau pemberian dari siapapun
yang dapat mempengaruhi pelaksanaan tugasnya;
h. mertindak sewenang-wenang;
i. menghalangi kegiatan tugas Pemerintahan Desa;
j. melakukan pungutan tidak sah dalam bentuk
apapun.
Paragraf 12
Mekanisme Pemberhentian Perangkat Desa Lainnya
Pasal 45
(1) Perangkat Desa Lainnya yang berstatus sebagai
tersangka dalam suatu tindak pidana, dapat diberhentikan sementara oleh Kepala Desa dan dilaporkan kepada Bupati dengan tembusan Camat.
(2) Pemberhentian sementara dilakukan dengan
Keputusan Kepala Desa.
(3) Selama Perangkat Desa Lainnya dikenakan
pemberhentian sementara, maka pekerjaan sehari-hari dilakukan oleh Kepala Urusan lainnya yang ditunjuk oleh Kepala Desa.
Pasal 46
Perangkat Desa lainnya diberhentikan oleh Kepala Desa karena :
a. meninggal dunia;
b. atas permintaan sendiri;
c. telah berakhir masa jabatannya dan telah diangkat
d. melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan atau norma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat desa;
e. tidak lagi memenuhi syarat sebagai Perangkat Desa;
f. dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan;
g. tidak melaksanakan kewajiban sebagai Perangkat
Desa;
h. melanggar larangan bagi Perangkat Desa.
Paragraf 13
Kedudukan Keuangan Kepala Desa dan Perangkat Desa
Pasal 47
(1) Disamping jaminan tanah pecatu Kepala Desa dan
Perangkat Desa diberikan penghasilan tetap dan/atau tunjangan lainnya sesuai dengan kemampuan keuangan Desa.
(2) Bagi Kepala Desa dan Perangkat Desa yang tidak
memegang tanah pecatu diberikan tunjangan khusus dan tunjangan tetap setiap bulannya yang besarnya disesuaikan dengan kemampuan keuangan Desa.
(3) Jaminan tanah pecatu Kepala Desa dan Perangkat
Desa sesuai dengan nilai jualnya serta penghasilan tetap/atau tunjangan lainnya yang diterima oleh Kepala Desa dan Perangkat Desa sesuai ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan setiap tahun dalam APBDes.
(4) Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
Bagian Ketiga
Badan Permusyawaratan Desa
Paragraf 1
Persyaratan Untuk Menjadi Anggota Badan Permusyawaratan Desa
Pasal 48
(1) Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa
bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat.
(2) Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri dari ketua Rukun Warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya.
Pasal 49
(1) Persyaratan untuk menjadi anggota BPD :
a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. setia dan taat kepada Pencasila sebagai dasar
Negara, Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 dan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta Pemerintah;
c. berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Dasar
dan/atau sederajat
d. berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun;
e. sehat jasmani dan rohani berdasarkan hasil
pemeriksaan dokter;
f. berkelakuan baik, jujur dan adil serta tidak tercela;
g. tidak pernah di hukum karena melakukan tindak
h. tidak dicabut hak pilihnya sesuai dengan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hokum tetap;
i. mengenal desanya dan dikenal oleh penduduk di
desa setempat;
j. bersedia dicalonkan menjadi anggota BPD;
k. terdaftar sebagai penduduk desa dan berdomisili
di desa setempat;
l. belum pernah menjabat sebagai anggota BPD
paling lama 10 (sepuluh) tahun atau dua kali masa jabatan.
(2) Pegawai Negeri yang mencalonkan diri sebagai
anggota BPD selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud ayat (1) diharuskan pula memperoleh ijin dari insantansi induknya.
Pasal 50
Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 11 (sebelas) orang, dengan memperhatikan luas wilayah, jumlah penduduk, dan kemampuan Keuangan Desa, dengan ketentuan :
a. jumlah penduduk sampai dengan 3.000 jiwa, yaitu 5
orang anggota ;
b. jumlah penduduk 3.001 sampai dengan 7.000 jiwa, yaitu 7 orang anggota ;
c. jumlah penduduk 7.001 sampai dengan 11.000 jiwa,
yaitu 9 orang anggota ;
Paragraf 2
Mekanisme Musyawarah dan Mufakat Penetapan Anggota BPD
Pasal 51
(1) Penentuan anggota BPD dilakukan dengan
musyawarah di tingkat Desa dan Dusun.
(2) Dalam melakukan musyawarah pembentukan BPD
perlu dibentuk panitia musyawarah.
(3) Jumlah anggota panitia musyawarah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) disesuaikan dengan jumlah penduduk dan kondisi sosial masyarakat yang terdiri dari unsur ketua RW, ketua RT, tokoh agama, tokoh adat, tokoh pemuda, tokoh wanita dan tokoh masyarakat lainnya .
(4) Struktur panitia musyawarah terdiri dari 1 ( satu )
orang ketua, 1 ( satu ) orang Sekretaris dan anggota-anggota.
(5) Panitia musyawarah penentuan anggota BPD di
tingkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diketuai Kepala Desa .
(6) Panitia musyawarah penentuan anggota anggota BPD
tingkat Dusun sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diketuai Kepala Dusun.
Pasal 52
(1) Panitia musyawarah mempunyai tugas :
a. memfasilitasi penyelenggaraan musyawarah
b. memfasilitasi penyelenggaraan musyawarah ditingkat desa dalam rangka penentuan pengurus dan anggota BPD;
c. membuat berita acara hasil musyawarah tingkat
dusun dan tingkat desa.
(2) Peserta musyawarah tingkat dusun sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan utusan tiap-tiap RW/RT yang terdiri dari Tokoh agama, Tokoh adat, Tokoh Pemuda, Tokoh wanita dan tokoh masyarakat lainnya masing-masing 1 (satu) orang.
(3) Bakal calon anggota BPD sebagaimana dimaksud ayat
(1) huruf a diserahkan kepada ketua panitia untuk dimusyawarahkan kembali dalam musyawarah tingkat desa.
(4) Peserta musyawarah tingkat desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan utusan tiap-tiap dusun terdiri dari Kepala Dusun dan personil BPD hasil musyawarah dan mufakat ditingkat Dusun.
(5) Peserta musyawarah tingkat desa menetapkan
pengurus dan anggota BPD secara musyawarah dan mufakat sesuai dengan jumlah yang telah diatur dalam Pasal 50.
Pasal 53
(1) Jumlah bakal calon anggota BPD ditetapkan paling
banyak 2 (dua) kali jumlah yang dibutuhkan.
(3) Jika jumlah dusun kurang dari jumlah kuota, penambahan bakal calon anggota BPD ditetapkan pada dusun yang memiliki jumlah penduduk lebih besar sampai terpenuhi jumlah kuota.
Paragraf 3
Pengesahan Penetapan dan Pelantikan Anggota BPD
Pasal 54
(1) Hasil musyawarah penentuan anggota BPD diusulkan
oleh Panitia musyawarah kepada Bupati melalui Camat untuk mendapatkan pengesahan.
(2) Bupati menetapkan Keputusan pengangkatan anggota
BPD sebagaiamana dimaksud pada ayat (1) Selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah usulan diterima.
Pasal 55
(1) Selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah
Keputusan ditetapkan, anggota BPD dilantik oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk.
(2) Anggota BPD sebelum memangku jabatannya,
mengucapkan sumpah/janji secara bersama-sama dihadapan masyarakat dan dipandu oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk.
(3) Susunan kata-kata sumpah/janji anggota BPD adalah
sebagai berikut :
Bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar Negara dan Undang Undang Dasar 1945 serta melaksanakan segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya yang berlaku bagi Desa, Daerah dan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
Paragraf 4
Kedudukan, Tugas, Fungsi, dan Wewenang
Pasal 56
BPD berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa bertugas menetapkan peraturan desa bersama kepala desa.
Pasal 57
BPD berfungsi membentuk Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
Pasal 58 BPD mempunyai wewenang :
a. membahas Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala
Desa;
b. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan
Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan penyeleng-garaan Pemerintahan Desa;
c. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala
Desa;
e. menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat dan;
f. menyusun tata tertib BPD.
Pasal 59
(1) Kewenangan BPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal
58 huruf e, dilakukan melalui :
a. untuk menggali, menampung, dan menghimpun
aspirasi masyarakat dilakukan melalui pertemuan dan diskusi dengan warga masyarakat di masing-masing kekadusan;
b. untuk merumuskan dan menyalurkan aspirasi
masyarakat dilakukan melalui penuangan dalam Peraturan Desa dan dengar pendapat dengan Pemerintah Desa.
(2) Ketentuan lebih lanjut tentang wewenang BPD diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Tata Tertib BPD.
Paragaf 5
Hak, Kewajiban dan Larangan
Pasal 60 (1) BPD berhak :
a. meminta keterangan kepada Pemerintah Desa;
b. menyatakan pendapat.
(2) Selain hak kelembagaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) setiap anggota BPD berhak :
a. mengajukan rancangan Peraturan Desa;
b. mengajukan pertanyaan;
d. memilih dan dipilih;
e. memperoleh tunjangan sesuai dengan kemampuan
keuangan desa.
(3) Anggota BPD mempunyai kewajiban :
a. mengamalkan Pancasila, melaksanakan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan menaati segala Peraturan Perundang-undangan;
b. melaksanakan kehidupan demokrasi dalam
penye-lenggaraan Pemerintahan Desa;
c. mempertahankan dan memelihara hukum nasional
sereta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
d. menyerap, menampung, menghimpun dan
menindak lanjuti aspirasi masyarakat;
e. memperoses pemilihan Kepala Desa;
f. mendahulukan kepentingan umum diatas
kepen-tingan pribadi, kelompok dan golongan;
g. menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat
istiadat masyarakat setempat ; dan
h. menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja
dengan lembaga kemasyarakatan.
Pasal 61
(1) Pimpinan dan anggota BPD tidak merangkap jabatan
sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa. (2) Pimpinan dan anggota BPD dilarang :
b. merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain;
c. melakukan korupsi, kolusi, nepotisme dan
menerima uang, barang dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya;
d. menyalahgunakaan wewenang;
e. melanggar sumpah/janji jabatan.
Paragraf 6
Pemberhentian dan Masa Keanggotaan
Pasal 62 Anggota BPD diberhentikan karena : a. meninggal Dunia;
b. atas permintaan sendiri yang diajukan secara tertulis kepada Pimpinan BPD;
c. bertempat tinggal diluar wilayah Desa tempatnya
menjadi anggota BPD secara terus menerus paling kurang 1 (satu) tahun, kecuali ditugaskan secara resmi oleh Desa dan/atau Daerah untuk kepentingan Desa dan/atau Daerah;
d. tidak lagi memenuhi salah satu persyaratan menjadi
anggota BPD ;
e. dinyatakan melanggar sumpah/janji sebagai anggota
BPD yang diputuskan melalui rapat paripurna BPD . f. mlanggar larangan anggota BPD ;
g. berakhir masa jabatan dan/atau masa bakti dan telah
Pasal 63
(1) Anggota BPD yang ditetapkan sebagai tersangka
dalam perbuatan tindak pidana dapat diberhentikan sementara sebagai anggota BPD oleh Bupati atas usul Ketua BPD setelah mendapat pertimbangan rapat pimpinan BPD.
(2) Jika anggota BPD diberhentikan sementara, semua
hak-hak keanggotannya turut dihapus sementara.
(3) Apabila anggota BPD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak terbukti melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan, paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak ditetapkan putusan pengadilan, pimpinan BPD segera mengusulkan kepada Bupati untuk merehabilitasi dan/atau mengaktifkan kembali keanggotaan dan memberikan semua hak-haknya sebagai anggota BPD.
(4) Apabila perbuatan pidana yang dituduhkan terbukti
dan telah diputuskan berdasarkan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap maka Bupati mengeluarkan keputusan pemberhentian tidak dengan hormat.
Pasal 64
(1) Masa jabatan anggota BPD adalah 6 (enam) tahun dan
dapat diusulkan untuk diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.
(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud