• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporan penelitian rbt 2010 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "laporan penelitian rbt 2010 1"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hasil refleksi diri terhadap pelaksanaan pembelajaran kuliah dan praktikum genetika dan penelitian-penelitian genetika yang selama ini kami lakukan menunjukkan bahwa :

1. Pembelajaran genetika yang kami lakukan selalu bersifat textbook oriented, akibatnya kita miskin dengan contoh-contoh fenomena genetik yang berada di sekitar kita. Pembelajaran bersifat textbook oriented menempatkan contoh-contoh fenomena genetik yang diambil sesuai dengan yang ada di buku, yang kadang-kadang tidak dijumpai di tempat kita.

2. Pembelajaran genetika masih didominansi dengan penggunaan metode ceramah, sehingga hanya terjadi transfer pengetahuan (transfer of knowledge) dari dosen ke mahasiswa. Mahasiswa masih diperlakukan sebagai pebelajar (orang yang sedang belajar) yang memiliki langgam belajar yang sama untuk seluruh mahasiswa. Dengan demikian layanan keragaman karakteristik mahasiswa belum dapat dilakukan (Wuryadi, dkk, 2002 : ).

3. Pembelajaran juga belum banyak menggunakan multi metode, multi media, multi sumber belajar maupun multi modul pembelajaran sebagai bagian dari pemberian layanan yang memperhatikan langgam belajar mahasiswa. Akibatnya, respon mahasiswa, inisiatif maupun interaksi antara dosen dengan mahasiswa dalam pembelajaran masih sangat rendah. Mahasiswa hanya melakukan kegiatan sesuai dengan petunjuk yang diberikan tanpa melakukan pengembangan lebih lanjut.

4. Oleh karena sangat luasnya cakupan yang harus dipelajari dalam bidang genetika ini, maka dalam pembelajaran genetika tidak bisa memberikan wawasan yang memadai untuk mengungkap potensi lokal dalam bidang genetika yang dapat diteliti atau dipelajari lebih lanjut oleh para mahasiswa. Sehingga dalam perkuliahan hanya menyampaikan konsep-konsep genetika yang kurang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari mahasiswa.

(2)

berkisar pada penggunaan Drosophila dan organisme lain yang sudah sering digunakan untuk penelitian genetika. Akibatnya kita sering mengalami kesulitan menjelaskan secara genetik kejadian-kejadian yang dialami suatu organisme yang ada di sekitar kita.

6. Sampai saat ini belum banyak karya-karya penelitian yang dihasilkan oleh dosen pengampu matakuliah maupun mahasiswa dalam bentuk skripsi maupun bentuk penelitian yang lain. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, terutama karena penelitian genetika dipersepsi sebagai penelitian yang sulit, butuh waktu lama, butuh beberapa generasi untuk mengetahui hasilnya, bersifat molekuler dan sebagainya. Hasil penelitian mahasiswa di bidang genetika sangat tertinggal jauh jumlahnya dibanding dengan penelitian-penelitian di bidang ilmu yang lain seperti di bidang fisiologi, ekologi, lingkungan dan sebaginya.

7. Buku-buku genetika yang ada kebanyakan merupakan buku-buku berbahasa asing yang belum banyak dimanfaatkan dengan baik karena kesulitan memahami isinya. Sedang buku-buku atau tulisan-tulisan yang dihasilkan oleh dosen pengampu jumlahnya masih sangat sedikit dan isinyapun belum banyak memberikan varian pengetahuan yang berasal dari hasil-hasil penelitian yang berasal dari kearifan lokal (Suratsih, dkk, 2003 : ).

8. Kita masih miskin sumber belajar genetika yang merupakan hasil penelitian atau hasil kajian ahli-ahli genetika dari negeri kita sendiri. Sumber belajar yang ada kebanyakan hanya berupa terjemahan buku-buku asing, yang tentunya contoh-contoh dan fenomena genetik yang ditulis belum tentu ada di sekitar kita.

9. Di sekitar kita sebenarnya kaya akan fenomena-fenomena yang ditunjukkan oleh organisme baik hewan, tumbuhan, mikroorganisme maupun manusia yang dapat dirunut secara genetika melalui berbagai metode penelitian genetika. Jika ini dapat diungkap baik melalui penelitian maupun kajian lainnya, maka hasilnya akan sangat bermanfaat untuk pengembangan sumber belajar genetika.

(3)

11. Lingkungan kita sebenarnya sangat kaya dengan berbagai fenomena kehidupan yang dapat dilacak fenomena genetiknya, dengan memanfaatkan berbagai potensi yang ada untuk mendukung pelacakan fenomena genetik organisme tersebut. Kemudian hasilnya dapat dipakai sebagai sumber belajar genetika untuk mendukung pelaksanaan kuliah dan praktikum genetika.

12. Sampai saaat ini telah banyak metode penelitian yang dikembangkan dapat digunakan untuk mengungkap permasalahan genetika, baik metode penelitian yang berhubungan dengan materi genetik maupun metode penelitian yang berhubungan dengan pola-pola pewarisan organisme (Tamarin RH, 1999). Metode-metode penelitian genetika yang telah ada, sebagian fisibel dilaksanakan oleh para mahasiswa maupun oleh peneliti kita. 13. Saat ini telah dihasilkan beberapa penelitian genetika berbasis potensi lokal yang telah

dikemas dalam bentuk modul pembelajaran namun belum dimanfaatkan dalam pembelajaran di kelas maupun di laboratorium. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan diantaranya adalah pewarisan sifat :

a. Rambut gembel di Wonosobo b. Tuna grahita di Semin Gunungkidul c. Kembar di Yogyakarta.

d. Golongan darah Rh penderita tuna grahita e. Obesitas di Yogyakarta

f. Kolesterol/darah tinggi, dll.

14. Hasil refleksi terhadap hasil belajar mahasiswa menunjukkan bahwa :

a. Hasil belajar berupa kemampuan kognitif telah menunjukkan hasil yang cukup baik dilihat dari kriteria yang telah ditetapkan.

b. Hasil belajar berupa keterampilan proses dalam banyak aspek telah memenuhi kriteria yang ditetapkan, tetapi masih ada aspek-aspek keterampilan proses yang belum dikuasai dengan baik, seperti aspek identifikasi masalah.

(4)

pengembangan kemampuan identifikasi persoalan penelitian genetika yang fisibel, dan berbasis potensi lokal.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. kemampuan mahasiswa dalam melakukan identifikasi persoalan penelitian genetika melalui penggunaan modul pembelajaran genetika berbasis hasil penelitian potensi lokal. 2. tanggapan mahasiswa terhadap kualitas modul pembelajaran genetika berbasis hasil

(5)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakekat Pembelajaran Biologi

Biologi merupakan ilmu yang mempelajari objek dan persoalan gejala alam. Semua benda dan kejadian alam merupakan sasaran yang dipelajari dalam biologi. Proses belajar biologi menurut Djohar (1987:1) merupakan perwujudan dari interaksi subjek (anak didik) dengan objek yang terdiri dari benda dan kejadian, proses dan produk. Pendidikan biologi harus diletakkan sebagai alat pendidikan, bukan sebagai tujuan pendidikan, sehingga konsekuensinya dalam pembelajaran hendaknya memberi pelajaran kepada subyek belajar untuk melakukan interaksi dengan obyek belajar secara mandiri, sehingga dapat mengeksplorasi dan menemukan konsep. Konsep belajar mengajar biologi memiliki tiga persoalan utama, yaitu hakekat mengajar, kedudukan materi meliputi arti dan peranannya serta kedudukan siswa (Djohar, 1984:7)

Proses belajar biologi menurut Collete (Djohar (1987:1) adalah bahwa di dalam belajar sains diperlukan sebuah ketrampilan, yaitu ketrampilan terpadu dan ketrampilan dasar. Ketrampilan dasar meliputi ketrampilan untuk melakukan observasi, klasifikasi, pengukuran, komunikasi, dan prediksi, sedangkan ketrampilan terpadu meliputi ketrampilan untuk merumuskan hipotesis, mengontrol variabel, merumuskan masalah, dan interpretasi data.

Hakekatnya, dalam pendidikan biologi menekankan adanya interaksi antara siswa dengan obyek yang dipelajari. Dengan interaksi ini memberi peluang kepada siswa untuk berlatih belajar dan mengerti bagaimana belajar, mengembangkan potensi rasional pikir, ketrampilan, dan kepribadian serta mengenal permasalahan biologi dan pengkajiannya (Djohar, 1974 : 4). Lebih lanjut dikatakan oleh Wuryadi (1971 : 88) bahwa dalam proses belajar mengajar pada diri siswa, akan berkembang tiga ranah yaitu: ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Tiga ranah tersebut dapat diuraikan menjadi tujuan pendidikan biologi, yaitu:

a. Pengembangan sikap dan pengharagaan b. Pengembangan cara berfikir

c. Pengembangan ketrampilan, baik ketrampilan kerja maupun ketrampilan berfikir

(6)

Dalam proses belajar mengajar, guru tidak hanya berfungsi sebagai pentransfer ilmu pengetahuan (transmitter of knowledge) tetapi berfungsi juga sebagai pengelola proses belajar mengajar (Prawoto, 1989 : 21).

B. Hakekat Sumber Belajar

Sumber belajar dapat dirumuskan sebagai segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan dalam proses belajar mengajar (Mulyasa, 2002 : 48). Dari berbagai sumber belajar yang ada, pada garis besarnya dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. Manusia, yaitu orang menyampaikan pesan secara langsung, seperti guru, konselor, dan administrator, yang dirancang secara khusus dan disengaja untuk kepentingan belajar (by design).

b. Bahan, yaitu sesuatu yang mengandung pesan pembelajaran, baik yang dirancang secara khusus seperti film pendidikan, peta, grafik, buku, dan lain-lain yang disebut media pengajaran (instructional media), maupun bahan yang bersifat umum yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan belajar.

c. Lingkungan, yaitu ruang dan tempat di mana sumber-sumber dapat berinteraksi dengan para pesrta didik. Ruang dan tempat yang dirancang secara sengaja untuk kepentingan belajar, misalnya perpustakaan, laboratorium, kebun, dan lain-lain.

d. Alat dan peralatan, yaitu sumber belajar untuk produksi dan atau memainkan sumber-sumber lain, misalnya: tape recorder, kamera, slide.

(7)

Dalam pembelajaran biologi, lingkungan alam sekitar merupakan laboratorium yang mempunyai peranan penting karena adanya gejala-gejala alam yang dapat memunculkan persoalan-persoalan sains. Untuk mendapatkan obyek biologi, alam dengan segenap fenomenanya telah menyediakan informasi yang dapat digunakan dalam kehidupan manusia. Permasalahannya di sini, mampukah kita menggali apa yang tersirat dalam fenomena tersebut sehingga alam dapat digunakan sebagai sumber belajar biologi (Prawoto, 1989 : 29). Syarat-syarat sumber belajar antara lain (Djohar, 1987 : 2) :

a. Kejelasan potensi

b. Kesesuaian dengan tujuan belajar c. Kejelasan sasaran

d. Kejelasan informasi yang dapat diungkap e. Kejelasan pedoman eksplorasi

f. Kejelasan perolehan yang diharapkan.

C. Manfaat Sumber Belajar

Pemilihan suatu sumber belajar perlu dikaitkan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, sumber belajar dipilih dan digunakan dalam proses belajar apabila sesuai dan menunjang tercapainya tujuan belajar (Mulyasa, 2002 : 49).

Secara umum manfaat sumber belajar adalah:

a. dapat memberi pengalaman belajar yang konkret dan langsung kepada siswa.

b. dapat menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi atau dilihat secara langsung.

c. dapat menambah dan memperluas cakrawala sajian yang ada di dalam kelas. d. dapat memberikan informasi akurat dan terbaru.

e. dapat membantu memecahkan masalah pendidikan. f. dapat memberikan motivasi positif bagi peserta didik.

(8)

D. Modul sebagai Sumber Belajar

Modul merupakan suatu unit program pengajaran yang disusun dalam bentuk tertentu untuk keperluan belajar. Modul bisa dipandang sebagai paket program pengajaran yang terdiri dari komponen-komponen yang berisi tujuan belajar, bahan pelajaran, metode belajar, alat atau media, serta sumber belajar dan sistem evaluasinya. Modul memiliki karakteristik tertentu, misalnya berbentuk unit pengajaran terkecil dan lengkap, berisi rangkaian kegiatan belajar yang dirancang secara sistematis, berisi tujuan belajar yang dirumuskan secara jelas dan khusus, memungkinkan siswa belajar mandiri, dan merupakan realisasi perbedaan individual serta perwujudan pengajaran individual (Nana S. dan Ahmad Rivai, 1989 :132).

Menurut BP3K Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, modul didefinisikan sebagai unit program belajar mengajar terkecil yang secara rinci menggariskan :

a. tujuan instruksional yang akan dicapai

b. topik yang akan dijadikan dasar proses belajar mengajar c. pokok-pokok materi yang dipelajari

d. kedudukan dan fungsi modul dalam kesatuan program yang akan lebih luas e. peranan guru dalam proses belajar mengajar

f. alat-alat dan sumber yang akan digunakan

g. kegiatan-kegiatan belajar yang harus dilakukan dan dihayati murid secara berurutan. h. program evaluasi yang akan dilaksanaka (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, 1989: 132-133).

Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (1989 : 133) penggunaan modul bertujuan agar tujuan pendidikan bisa tercapai secara efektif dan efisien. Para siswa dapat mengikuti program pengajaran sesuai dengan kecepatan dan kemampuan sendiri, lebih banyak belajar mandiri, dapat mengetahui hasil belajar sendiri, dan menekankan penguasaan bahan pelajaran secara optimal (mastery learning) yaitu dengan penguasaan minimal 80 %.

Modul self contained yang merupakan modul dimana semua materi tercantum dalam modul dan merupakan sumber belajar utama, dapat disusun menurut langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menyusun Kerangka Modul

(9)

khusus, menyusun urutan pokok-pokok materi yang logis, menyusun langkah-langkah kegiatan belajar siswa, memeriksa langkah-langkah kegiatan belajar untuk mencapai semua tujuan, dan mengidentifikasi alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan belajar dengan modul.

b. Menulis Program Secara Rinci, meliputi : pembuatan petunjuk guru, lembaran kegiatan siswa, lembaran tes, dan lembaran jawaban (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, 1989: 133-134).

E. Bahan Ajar Dalam Bentuk Modul Pembelajaran

Sumber belajar yang tersedia melimpah disekitar kita, perlu dikemas dalam bentuk bahan ajar agar optimal pemanfaatannya. Bahan ajar merupakan sumber belajar yang secara sengaja dikembangkan untuk tujuan pembelajaran. Bahan ajar umumnya dikemas dalam bentuk bahan-bahan cetakan atau media lain yang secara potensial mampu menumbuhkan dorongan pada diri siswa untuk belajar (Surachman, 2001 : 9).

Modul pembelajaran dapat dipandang sebagai suatu paket pengajaran yang mengandung satu unit konsep dari bahan pelajaran dan disajikan dalam bentuk self instructional. Pengajaran modul memberi kesempatan kepada siswa untuk menguasai satu unit bahan pelajaran sebelum beralih ke unit berikutnya. Setiap siswa dapat menentukan kecepatan dan intensitas belajarnya sendiri. Modul secara umum memiliki unsur-unsur: rumusan tujuan pengajaran, petunjuk penggunaan, materi pelajaran, lembar kegiatan siswa, lembar evaluasi dan kunci lembar evaluasi (Vembriarto, 1975: 49-53).

Nasution (2000: 218) menambahkan pembelajaran modul mengharuskan siswa disiplin, sanggup mengatur waktu, memaksa diri untuk belajar dan kuat terhadap godaan-godaan untuk bermain. Siswa yang terbiasa menerima pelajaran dari guru melalui pendengaran akan cenderung “pasif” dan mengalami kesulitan dalam pembelajaran menggunakan modul yang menuntut aktivitas sebagai dasar utama dalam belajar.

Penyusunan atau pengembangan modul dapat dilakukan menurut langkah-langkah sebagai berikut :

(10)

2. Menyusun alasan atau rasional pentingnya modul bagi siswa. Siswa harus mengetahui manfaat yang dapat diambil bila ia mempelajari modul yang disusun sehingga siswa dapat mempelajarinya secara optimal.

3. Menentukan kegiatan-kegiatan belajar yang akan dilakukan siswa untuk membantu dan membimbing siswa dalam mencapai kompetensi-kompetensi yang telah dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Kegiatan belajar dapat berupa mendengarkan rekaman, melihat film, mengadakan percobaan dalam laboratorium, membaca, mengerjakan soal dan sebagainya.

4. Menyusun post-test untuk mengukur hasil belajar siswa.

5. Menyiapkan pusat-pusat sumber-sumber bacaan yang terbuka bagi siswa setiap waktu ia memerlukan. (Nasution, 2000 : 217-218).

Menurut BP3K Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, modul didefinisikan sebagai satu unit program belajar-mengajar terkecil yang secara rinci menggariskan :

1) Tujuan instruksional yang akan dicapai.

2) Topik yang akan dijadikan dasar proses belajar-mengajar. 3) Pokok-pokok materi yang dipelajari.

4) Kedudukan dan fungsi modul dalam kesatuan program yang lebih luas. 5) Peranan guru dalam proses belajar-mengajar.

6) Alat-alat dan sumber yang akan dipergunakan.

7) Kegiatan-kegiatan belajar yang harus dilakukan dan dihayati murid secara berurutan. 8) Lembaran kerja yang harus diisi oleh siswa.

9) Program evaluasi yang akan dilaksanakan.

F. Karakteristik Modul

1. Modul dan Karakteristiknya

Modul mempunyai beberapa karakteristik tertentu, misalnya berbentuk unit pengajaran terkecil dan lengkap,berisi rangkaian kegiatan belajar yang dirancang secara sistematis, berisi tujuan belajar yang dirumuskan secara jelas dan khusus, memungkinkan siswa belajar mandiri, dan merupakan realisasi perbedaan individual serta perwujudan pengajaran individual.

(11)

a. Judul modul merupakan rumusan topik-topik biologi yang diseleksi dan disesuaikan dengan kurikulum.

b. Bentuk modul adalah bentuk gabungan dari self contained dan non-self contained, artinya ada sebagian informasi yang termuat dalam modul, namun ada sebagian yang mengharuskan siswa untuk mencari dan menggunakan sumber informasi diluar modul. Sumber informasi dapat berupa: pustaka, lapangan, percobaan (kerja laboratorium), pakar bidang biologi, dan sebagainya.

c. Modul tidak merupakan perangkap yang lengkap, tetapi yang mutlak ada adalah lembar instruksional (yang dituangkan dalam tugas-tugas pembelajaran pada setiap modul) yang merupakan pengarah dan cara belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

d. Cara pembelajaran, yang tertuang dalam tugas-tugas, dengan menggunakan modul ini sangat beragam yang meliputi proses-proses IPA, sehingga pendekatan pembelajarannya adalah mengacu pada hakekat keilmuan biologi untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.

e. Untuk dapat melaksanakan tugas-tugas, bantuan guru kepada siswa sangat diperlukan. Bantuan yang dimaksudkan adalah peran guru bukan hanya sekedar guru sebagai informator dalam proses pembelajaran siswa, tetapi semua peran guru : organisator, fasilitator, konduktor, inisiator, motivator, mediator, evaluator, dan lain-lain.

2. Unsur Modul Pembelajaran

Berdasarkan definisi tentang modul, maka unsur-unsur yang terdapat di dalamnya adalah sebagai berikut:

a. Rumusan tujuan pembelajaran khusus. Tujuan belajar tersebut dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.

b. Petunjuk belajar, memuat penjelasan tentang bagaimana pembelajaran itu dapat diselenggarakan secara efisien.

c. Lembar Kerja Siswa, memuat materi pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa.

d. Lembar latihan dan tugas, memuat pertanyaan dan masalah-masalah yang harus dijawab oleh siswa.

(12)

f. Lembar Tes formatif, merupakan alat evaluasi untuk mengukur keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan dalam modul.

g. Rangkuman, memuat ringkasan materi untuk memantapkan pemahaman materi pelajaran. h. Kunci Lembaran tes formatif, tujuannya adalah agar siswa dapat mengevaluasi hasil

pekerjaannya.

3. Tujuan Pembelajaran dengan Modul

Nasution (2003: 206-209) menuliskan bahwa modul yang disusun dengan baik dapat memberikan banyak keuntungan bagi pelajar antara lain:

a. Balikan atau feedback: modul memberikan feedback yang banyak dan segera sehingga siswa dapat mengetahui taraf hasil belajarnya.

b. Penguasaan tuntas: setiap siswa mendapat kesempatan untuk mencapai angka tertinggi dengan menguasai bahan pelajaran secara tuntas.

c. Tujuan: jelas, spesifik, dan dapat dicapai oleh murid.

d. Motivasi: pengajaran yang membimbing siswa untuk mencapai sukses melalui langkah-langkah yang teratur menimbulkan motivasi yang kuat untuk berusaha segiat-giatnya. e. Fleksibilitas: pengajaran modul dapat disesuaikan dengan perbedaan siswa antara lain

mengenai kecepatan belajar, cara belajar, dan bahan pelajaran.

f. Kerjasama: pengajaram modul mengurangi atau menghilangkan sedapat mungkin persaingan dikalangan siswa oleh sebab semua dapat mencapai nilai tertinggi.

g. Pengajaran remedial: memberi kesempatan untuk pelajaran remedial yakni memperbaiki kelemahan, kesalahan atau kekurangan murid yang segera dapat ditemukan sendiri oleh siswa berdasar evaluasi yang diberikan secara kontinu.

4. Keuntungan bagi pengajar :

a. Rasa kepuasan: kesuksesan yang dicapai murid-murid akan memberi rasa kepuasan yang lebih besar kepada guru yang merasa bahwa ia telah melakukan profesinya dengan baik. b. Bantuan individual: memberi kesempatan yang lebih besar dan waktu yang lebih banyak

kepada guru untuk memberikan bantuan dan perhatian individual kepada setiap murid yang membutuhkannya, tanpa mengganggu atau melibatkan seluruh kelas.

(13)

d. Kebebasan dari rutin: guru dibebaskan dari rutinitas persiapan pelajaran karena seluruhnya disediakan oleh modul.

e. Mencegah kemubasiran: modul dapat digunakan oleh berbagai sekolah, fakultas karena itu tidak perlu disusun kembali oleh pihak yang memerlukannya, hal ini berarati penghematan waktu.

f. Meningkatkan profesi keguruan: dari berbagai pertanyaan yang muncul mengenai proses pembelajaran merangsang guru untuk berfikir, mendorong brsikap ilmiah tentang profesinya.

g. Evaluasi formatif: dengan pre-test dan post-test dapat dinilai taraf hasil belajar murid.

5. Langkah- langkah dalam Penyusunan Modul

Dalam menyusun modul dapat menempuh langkah-langkah, Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2003: 133-134 ) sebagai berikut :

a. Menyusun kerangka modul : dengan cara menetapkan atau merumuskan tujuan instruksional umum, merinci tujuan instruksional khusus, menyusun butir-butir soal evaluasi guna mengukur pencapaian tujuan khusus, menyusun pokok-pokok materi dalam urutan yang logis, menyusun langkah-langkah kegiatan belajar untuk mencapai semua tujuan, mengidentifikasi alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan belajar dengan modul. b. Menulis program secara rinci yang meliputi pembuatan petunjuk guru, lembaran kegiatan

(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan model penelitian pengembangan (research and development). Model penelitian pengembangan menggariskan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk tertentu (Sugiyono, 2006: 407).

B. Subjek dan Objek Penelitian

Tahun ini di Jurusan Pendidikan Biologi ada 4 kelas dari 2 program studi yang mengambil mata kuliah Genetika Dasar. Hanya satu kelas akan digunakan sebagai subjek penelitian. Objek penelitian yang akan digunakan adalah kualitas modul pembelajaran penelitian genetika berbasis potensi lokal sebanyak 4 modul dan kemampuan identifikasi masalah para mahasiswa. Kualitas modul yang diteliti meliputi 3 aspek, yaitu aspek materi, penyajian, dan keterbacaan. Kemampuan identifikasi masalah yang diungkap adalah sejauh mana mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah-masalah penelitian setelah menggunakan modul penelitian genetika berbasis potensi lokal dalam pembelajarannya.

C. Langkah-Langkah Penelitian

Langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Persiapan, mencakup kegiatan :

a. Penyusunan proposal, insrumen, LKM, modul pembelajaran, dan seminar proposal. b. Penyiapan Tim Peneliti, Mahasiswa dan Pembantu Peneliti untuk berkoordinasi dan

menyiapkan berbagai keperluan penelitian. 2. Pelaksanaan Penelitian

a. Implementasi penggunaan modul pembelajaran genetika berbasis penelitian potensi lokal dalam pembelajaran genetika.

(15)

c. Mahasiswa mengisi instrumen untuk memberikan tanggapan terhadap kualitas modul yang digunakan, menyangkut isi, penyajian, dan bahasa.

3. Analisis Hasil Penelitian

a. Melakukan analisis hasil penelitian berkaitan dengan kemampuan mahasiswa mengidentifikasi masalah penelitian genetika.

b. Melakukan analisis hasil penelitian yang berkaitan dengan kualitas modul pembelajaran yang digunakan .

4. Seminar hasil penelitian 5. Penyusunan laporan akhir.

D. Instrumen dan Pengumpulan Data 1. Bentuk Instrumen

a. Instrumen untuk Mahasiswa

Instrumen berupa kuisioner tentang tanggapan mahasiswa terhadap kualitas modul pembelajaran genetika berbasis potensi lokal dilihat pada setiap komponen modul. Mahasiswa diminta memberi tanggapan pada setiap komponen modul sesuai dengan persepsi masing-masing. Mahasiswa juga diminta memberikan tanggapan/saran pada setiap komponen modul yang dikembangkan.

b. LKM (Lembar Kegiatan Mahasiswa) berupa petunjuk kegiatan yang harus dilakukan mahasiswa untuk mengidentifikasi kemampuan mahasiswa dalam merumuskan persoalan-persoalan penelitian genetika berbasis potensi lokal yang fisibel dilakukan penelitian.

2. Cara Pengumpulan Data

a. Data mengenai kemampuan identifikasi masalah penelitian genetika berbasis potensi lokal dikumpulkan melalui LKM yang diberikan bersamaan dengan pemberian modul pembelejaran.

(16)

3. Teknik Analisis Data

a. Data mengenai kualitas modul yang dikumpulkan dari penelitian ini dianalisis secara deskriptif dengan cara sebagai berikut. Tanggapan dalam setiap komponen modul dikategori kedalam tanggapan positif, netral dan negatif. Kategori positif, netral & negatif mengacu aspek 1, 2, & 3 pada deskriptor angket. Kategori tanggapan kemudian dihitung persentasenya.

b. Data mengenai kemampuan mengidentifikasi masalah penelitian genetika dianalisis secara deskriptif sebagai berikut.

1). Jika masalah penelitian genetika yang dirumuskan aktual, berbasis potensi lokal, fisibel untuk diteliti, diberikan skor 3 (kategori baik).

2). Jika masalah penelitian yang dirumuskan aktual, berbasis potensi lokal, dan tidak fisibel dilakukan penelitian diberi skor 2 (kategori sedang).

(17)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Kemampuan Mahasiswa dalam Identifikasi Persoalan Penelitian Genetika

Berikut ini disampaikan tabel kemampuan mahasiswa dalam identifikasi persoalan penelitian genetika.

Tabel 1. Kemampuan Mahasiswa dalam Melakukan Identifikasi Persoalan Penelitian Genetika.

N

o Objek

Jumlah Persoala

n

Kategori Persoalan Penelitian

Baik Sedang Kurang

Jumla

h Persen Jumlah Persen Jumlah Persen

1 Hewan 21 3 14,28 6 28,56 12 57,16

2 Tumbuhan 18 3 16,66 8 44,44 7 38,90

3 Manusia 15 6 40,00 5 33,33 4 26,67

4 Mikroba 2 - - 2 100

Jumlah 56 12 21,42 19 33,92 25 44,66

Tabel di atas menunjukkan bahwa mahasiswa cenderung masih mengalami kesulitan (masih dalam kategori sedang dan kurang) dalam melakukan identifikasi persoalan penelitian genetika. Objek penelitian yang dipilih telah menunjuk pada objek biologi yang beragam, namun masih sedikit yang memilih objek mikroba. Jumlah persoalan yang dapat diidentifikasi sebanyak 56 persoalan (oleh 6 kelompok belajar) dari 32 mahasiswa yang hadir. Setiap mahasiswa rata-rata telah bisa merumuskan 1 – 2 persoalan penelitian genetika dalam durasi waktu diskusi kelompok.

2. Tanggapan Mahasiswa terhadap Modul Pembelajaran.

[image:17.612.90.543.207.346.2]
(18)
[image:18.612.91.539.109.622.2]

Tabel 2. Persentase Tanggapan Mahasiswa terhadap Kualitas Modul Pembelajaran Genetika Berbasis Penelitian Potensi Lokal yang Digunakan dalam Pembelajaran Subtopik 1: Pewarisan Golongan Darah Rhesus pada Manusia.

No Aspek

Kategori

Positif Netral Negatif

f % f % f %

I Judul Subtopik 32 100 0 0 0 0

II Petunjuk Penggunaan Modul 28 87,5 4 12,5 0 0

III Indikator Pembelajaran 28 87,5 4 12,5 0 0

IV Kegiatan Belajar I

a. Uraian Materi 30 93,75 2 6,25 0 0

b. Kedalaman Materi 29 90,625 3 9,375 1 3,125

c. Keluasan Materi 31 96,875 1 3,125 0 0

d. Gambar 30 93,75 2 6,25 0 0

e. Tabel 27 84,375 3 9,375 2 6,275

f. Alat dan Bahan Praktikum 26 81,25 6 18,75 0 0

g. Cara Kerja Praktikum 28 87,5 4 12,5 0 0

h. Jumlah Soal Latihan 25 78,125 5 15,625 2 6,25

i. Tingkat Kesulitan Soal Latihan 30 93,75 1 3,125 1 3,125

V Kegiatan Belajar II

a Uraian Materi 29 90,625 2 6,25 1 3,125

b Kedalaman Materi 29 90,625 3 9,375 0 0

c Keluasan Materi 29 90,625 3 9,375 0 0

d Gambar 26 81,25 5 15,625 1 3,125

e Tabel 28 87,5 2 6,25 2 6,25

f Jumlah Soal Latihan 25 78,125 5 15,625 2 6,25 g Tingkat Kesulitan Soal Latihan 27 84,375 3 9,375 2 6,25

VI Rangkuman 25 78,125 4 12,5 2 6,25

VII Umpan Balik dan Tindak Lanjut 29 90,625 1 3,125 2 6,25

VII

I Tes Formatif 26 81,25 4 12,5 2 6,25

a Jumlah Soal 30 93,75 1 3,125 1 3,125

b Tingkat Kesulitan Soal Tes Formatif 29 90,625 1 3,125 2 6,25

IX Kunci Jawaban 30 93,75 2 6,25 0 0

Rata-rata 28,24 88,25 2,84 8,875 0,92 2,875

Keterangan : Positif, netral & negatif mengacu aspek 1, 2, & 3 pada angket. Persentase (%) kategori menyatakan jumlah mahasiswa yang setuju

(19)

baik dilihat dari keterbacaan, isi dan tampilannya. Namun demikian masih banyak masukan yang diberikan terkait dengan modul yang digunakan tersebut.

Tabel 3. Persentase Tanggapan Mahasiswa terhadap Kualitas Modul Pembelajaran Genetika Berbasis Penelitian Potensi Lokal yang Digunakan dalam Pembelajaran Subtopik 2: Pewarisan Gen Tuna Grahita di Dusun Karang Poh, Semin, Gunung Kidul.

No Aspek

Kategori

Positif Netral Negatif

f % f % f %

I Judul Subtopik 32 100 0 0 0 0

II Petunjuk Penggunaan Modul 32 100 0 0 0 0

III Indikator Pembelajaran 32 100 0 0 0 0

IV Kegiatan Belajar I

a Uraian Materi 32 100 0 0 0 0

b Kedalaman Materi 31 96,875 1 3,125 0 0

c Keluasan Materi 30 93,75 2 6,25 0 0

d Gambar 30 93,75 2 6,25 1 3,125

e Tabel 25 78,125 7 21,87

5 0 0

f Jumlah Soal Latihan 30 93,75 2 6,25 0 0

g Tingkat Kesulitan Soal Latihan 28 87,5 4 12,5 0 0 V Kegiatan Belajar II

a Uraian Materi 30 93,75 2 6,25 0 0

b Kedalaman Materi 30 93,75 2 6,25 0 0

c Keluasan Materi 28 87,5 2 6,25 2 6,25

d Gambar 30 93,75 0 0 2 6,25

e Tabel 30 93,75 2 6,25 0 0

f Jumlah Soal Latihan 28 87,5 2 6,25 2 6,25

g Tingkat Kesulitan Soal Latihan 30 93,75 1 3,125 1 3,125 VI Kegiatan Belajar III

a Uraian Materi 29 90,625 2 6,25 1 3,125

b Kedalaman Materi 27 84,375 3 9,375 2 6,25

c Keluasan Materi 29 90,625 3 9,375 0 0

d Gambar 27 84,375 5 15,62

5 0 0

e Tabel 30 93,75 0 0 2 6,25

f Jumlah Soal Latihan 25 78,125 5 15,62

5 2 6,25

g Tingkat Kesulitan Soal Latihan 26 81,25 4 12,5 2 6,25

VII Rangkuman 29 90,625 1 3,125 2 6,25

VIII Umpan Balik dan Tindak Lanjut 32 100 0 0 0 0

IX Tes Formatif 26 81,25 5 15,62

(20)

a Jumlah Soal 28 87,5 2 6,25 2 6,25 b Tingkat Kesulitan Soal Tes Formatif 26 81,25 3 9,375 3 9,375

X Kunci Jawaban 31 96,875 1 5 0 0

Rata-rata 29,1 90,93

75

2,1 6,562 5

[image:20.612.94.543.72.139.2]

0,8 2,50

Tabel 4. Persentase Tanggapan Mahasiswa terhadap Kualitas Modul Pembelajaran Genetika Berbasis Penelitian Potensi Lokal yang Digunakan dalam Pembelajaran Subtopik 3: Pewarisan Sifat Anak Kembar.

No Aspek

Kategori

Positif Netral Negatif

f % f % f %

I Judul Subtopik 32 100 0 0 0 0

II Petunjuk Penggunaan Modul 32 100 0 0 0 0

III Indikator Pembelajaran 32 100 0 0 0 0

IV Kegiatan Belajar I

a Uraian Materi 30 93,75 2 6,25 0 0

b Kedalaman Materi 30 93,75 2 6,25 0 0

c Keluasan Materi 30 93,75 2 6,25 0 0

d Gambar 28 87,5 2 6,25 2 6,25

e Tabel 25 78,125 4 12,5 3 9,375

f Jumlah Soal Latihan 31 96,875 0 0 1 3,125

g Tingkat Kesulitan Soal Latihan 28 87,5 2 6,25 2 6,25

V Kegiatan Belajar II

a Uraian Materi 25 78,125 5 15,625 2 6,25

b Kedalaman Materi 28 87,5 2 6,25 2 6,25

c Keluasan Materi 30 93,75 1 3,125 1 3,125

d Gambar 29 90,625 2 6,25 1 3,125

e Tabel 24 75 5 15,625 3 9,375

f Jumlah Soal Latihan 28 87,5 2 6,25 2 6,25

g Tingkat Kesulitan Soal Latihan 25 78,125 2 6,25 5 15,625

VI Kegiatan Belajar III

a Uraian Materi 27 84,375 5 15,625 0 0

b Kedalaman Materi 30 93,75 1 3,125 1 3,125

c Keluasan Materi 30 93,75 2 6,25 0 0

d Gambar 30 93,75 0 0 2 6,25

e Tabel 29 90,625 3 9,375 0 0

f Jumlah Soal Latihan 26 81,25 3 9,375 3 9,375 g Tingkat Kesulitan Soal Latihan 27 84,375 3 9,375 2 6,25

VII Rangkuman 32 100 0 0 0 0

VII

I Umpan Balik dan Tindak Lanjut 32 100 0 0 0 0

IX Tes Formatif 28 87,5 1 3,125 3 9,375

a Jumlah Soal 24 75 5 15,625 3 9,375

b Tingkat Kesulitan Soal Tes Formatif 25 78,125 5 15,625 2 6,25

X Kunci Jawaban 30 93,75 2 6,25 0 0

(21)

Tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa mahasiswa memberikan tanggapan yang baik terhadap modul yang digunakan dengan berbagai kekurangan yang disampaikan untuk perbaikan modul tersebut, terutama terkait dengan tingkat kesulitan soal latihan yang diberikan. Tingkat kesulitan soal diharapkan lebih sulit lagi tidak hanya jenjang pengetahuan saja tetapi ke jenjang yang lebih tinggi lagi.

Tabel 5. Persentase Tanggapan Mahasiswa terhadap Kualitas Modul Pembelajaran Genetika Berbasis Penelitian Potensi Lokal yang Digunakan dalam Pembelajaran Subtopik 4: Pewarisan Sifat Rambut Gembel.

No Aspek

Kategori

Positif Netral Sulit

f % f % f %

I Judul Subtopik 32 100 0 0 0 0

II Petunjuk Penggunaan Modul 32 100 0 0 0 0

III Indikator Pembelajaran 32 100 0 0 0 0

IV Kegiatan Belajar I

a Uraian Materi 28 87,5 4 12,5 0 0

b Kedalaman Materi 30 93,75 2 6,25 0 0

c Keluasan Materi 30 93,75 2 6,25 0 0

d Gambar 26 81,25 2 6,25 4 12,5

e Tabel 28 87,5 2 6,25 2 6,25

f Jumlah Soal Latihan 26 81,25 4 12,5 2 6,25

g Tingkat Kesulitan Soal Latihan 30 93,75 0 0 2 6,25

V Kegiatan Belajar II

a Uraian Materi 30 93,75 1 3,125 1 3,125

b Kedalaman Materi 28 87,5 0 0 4 12,5

c Keluasan Materi 30 93,75 1 3,125 1 3,125

d Gambar 28 87,5 2 6,25 2 6,25

e Tabel 28 87,5 3 9,375 1 3,125

f Jumlah Soal Latihan 30 93,75 1 3,125 1 3,125

g Tingkat Kesulitan Soal Latihan 26 81,25 6 18,75 0 0

VI Kegiatan Belajar III

a Uraian Materi 24 75 4 12,5 4 12,5

b Kedalaman Materi 28 87,5 2 6,25 2 6,25

c Keluasan Materi 24 75 4 12,5 4 12,5

d Gambar 25 78,125 5 15,62

5

2 6,25

e Tabel 26 81,25 5 15,62

5 1 3,125

f Jumlah Soal Latihan 28 87,5 0 0 4 20

g Tingkat Kesulitan Soal Latihan 30 93,75 0 0 2 6,25

VII Rangkuman 32 100 0 0 0 0

VII I

Umpan Balik dan Tindak Lanjut

32 100 0 0 0 0

IX Tes Formatif 30 93,75 1 3,125 1 3,125

a Jumlah Soal 25 78,125 5 15,62

(22)

b Tingkat Kesulitan Soal Tes Formatif 30 93,75 1 3,125 1 3,125

X Kunci Jawaban 30 93,75 2 6,25 0 0

Rata-rata 28,6 89,375 1,96 6,125 1,44 4,50

B. Pembahasan

1. Kemampuan Mahasiswa dalam Identifikasi Persoalan Penelitian Genetika

Hasil penghitungan rata-rata kemampuan mahasiswa dalam identifikasi persoalan penelitian genetika menunjukkan bahwa kemampuan mahasiswa dalam melakukan identifikasi persoalan penelitian genetika dalam kategori baik sebanyak 21,42%, sedang sebanyak 33,92% dan kategori kurang sebanyak 44,66%. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan mahasiswa semester 4 belum mampu melakukan identifikasi persoalan penelitian genetika secara baik yang fisibel untuk ditindaklanjuti sebagai persoalan skripsi. Banyak faktor yang menyebabkan mengapa mahasiswa masih mengalami kesulitan melakukan identifikasi persoalan penelitian genetika, diantaranya adalah dukungan matakuliah metodologi penelitian belum cukup, tidak banyak contoh-contoh skripsi yang relevan, bayangan penelitian genetika itu sulit, dan lain-lain.

2. Tanggapan Mahasiswa terhadap Modul Pembelajaran.

(23)

sekitarnya. Banyak tanggapan diberikan dalam rangka perbaikan modul selanjutnya. Saran yang disampaikan dalam rangka perbaikan modul ini adalah berkaitan dengan kedalaman dan keluasan uraian materi dalam modul. Mahasiswa mengharapkan ada tambahan penjelasan karena materi yang diberikan dipandang masih terlalu sedikit, untuk dapat memahami persoalan yang dipelajari tersebut dengan baik. Jumlah soal yang diberikan terlalu sedikit, perlu ditambah disesuaikan dengan banyak sedikitnya materi yang dipelajari pada masing-masing subtopik dalam modul.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan analisis dan pembahasan maka hasil penelitian tersebut di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Secara keseluruhan kemampuan mahasiswa dalam melakukan identifikasi persoalan penelitian genetika cenderung masih dalam kisaran belum baik dengan rentang kategori baik sebanyak 21,42%, kategori sedang sebanyak 33,92% dan kategori kurang sebanyak 44,66%.

2. Tanggapan mahasiswa terhadap kualitas modul pembelajaran genetika berbasis hasil penelitian potensi lokal yang digunakan dilihat dari aspek materi, penyajian dan keterbacaannya dalam kategori baik, dengan rentang tanggapan positif sebesar 89,45%, menyatakan netral 7,03% dan sisanya 3,52% menyatakan negatif.

B. Saran

Dari hasil penelitian tersebut di atas disarankan sebagai berikut :

1. Banyak latihan melakukan identifikasi persoalan genetika yang ada di sekitar kita, agar memiliki tingkat fisibilitas yang tinggi untuk ditindaklanjuti menjadi penelitian skripsi atau untuk keperluan penelitian yang lain.

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Anna C. Pai. (1985). Dasar-dasar Genetika : Ilmu untuk Masyarakat. Terjemahan : Muchidin ApandiJakarta: Erlangga.

Anonim.(2003). Standar Kompetensi, Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Biologi Sekolah menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Depdiknas.

_____. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No.22 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Depdiknas.

______ (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan MAN Yogyakarta III. Yogyakarta : MAN Yogyakarta III

______ (2006). Apakah Tuna Grahita Itu?. Diambil dari http://www.ditplb.or.id/profile.php? id=45. Diakses pada tanggal 9 November 2006 Pukul. 21.40 WIB.

________. (2007). Fragile X Syndrome. Diambil dari h

 ttp://www.hmc.psu.edu/childrens/healthinfo/f/fragilex.htm ). Diakses pada tanggal

10 Februari 2007 Pukul. 12.40 WIB.

________. (2007). Fragile X Syndrome. Diambil dari

( http//www.fragilex.org/html/what.htm. Diakses tanggal 10 Februari 2007 Pukul. 12.40 WIB.

Campbell, Neil A., Reece, Jane B. dan Mitchell, Lawrence G. (2004) Biologi Jilid II.Terjemahan : Wasmen Manalu. Jakarta: Erlangga.

Campbell, N.A., J.B. Reece,dan L.G. Mitchell. (2002) Biologi Jilid I. Terjemahan: Rahayu Lestari,dkk. Jakarta: Erlangga.

Djohar (1987).” Peningkatan Proses Belajar Sain memalui Pemanfaatan Sumber Belajar.”

Makalah sidang senat terbuka. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. Hal 1-5. 101.

______. (1984).” Usaha Peningkatan Daya Guna dan Hasil Guna Pemanfaatan Sumber Belajar.”

Makalah Lokakarya. Yogyakarta: LPM PPM IKIP Yogyakarta. Hal.7.

_____. (1974). “Peningkatan Proses Belajar Mengajar Sains Melalui Pemanfaatan Sumber Belajar”. Jurnal Kependidikan (No.2 Vol 17). Yogyakarta: IKIP Yogyakarta Hal.14.

D. A Pratiwi, dkk. (1996). Buku Penuntun Biologi untuk SMU Kelas 3. Jakarta : Penerbit Erlangga.

(25)

Hartono, dkk. ( 2003 ). Genetika Kedokteran. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Istamar Syamsuri, dkk. (1997). Biologi 2000. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Mohammad Amin. (1974). “Mengembangkan Sikap Murid terhadap Sains” Jurnal Kependidikan. (Nomor X tahun IV). Yogyakarta: IKIP Yogyakarta Hlm.14.

Mohammad Nazir.(1999).Metodologi Penelitian. Bandung: Rosda Karya

Mulyasa. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: CV. Rosda Karya.

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. (1989). Teknologi Pengajaran. Bandung : Sinar Baru.

Prawoto. (1989). Media Instruksional Biologi, Jakarta: Dirjen DIKTI.

Suratsih dan Victoria Henuhili. 2003. Genetika. Malang : UM Press.

Suratsih dan Victoria Henuhili. 2002. Petunjuk PraktikumGenetika. Malang : UM Press.

Suratsih, V. Henuhili, Tutiek Rahayu, Rini Budiutami, M Abdulatip, Muhammad Luthfi Hidayat, dan Rr. Khoiry Nuria W. 2006. Pengembangan Sumber Belajar Genetika Berbasis Potensi Lokal Dalam Bentuk Modul Pembelajaran. Yogyakarta : FMIPA UNY.

Suratsih, V. Henuhili, Tutiek Rahayu, Rini Budiutami, M Abdulatip, Muhammad Luthfi Hidayat, dan Rr. Khoiry Nuria W. 2006. Modul Pembelajaran Genetika Dasar. Yogyakarta : Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta.

S. Nasution. (2000). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Suryo. (1994). Genetika Manusia. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

_____. (1996). Genetika. Jakarta : Proyek Pendidikan Tenaga Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud.

_____. (2001). Genetika Manusia. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Tamarin, RH., 1999. Principles of Genetics. Boston : McGraw-Hill, 686 p.

Udin S Winatapura. (1994). Strategi Mengajar IPA. Jakarta: Universitas Terbuka Depdikbud.

(26)

Wuryadi dan Suratsih. 2002. Kajian Kurikulum. Yogyakarta : Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA, UNY.

Gambar

Tabel  1.   Kemampuan  Mahasiswa  dalam  Melakukan  Identifikasi  Persoalan  Penelitian
Tabel 2.  Persentase Tanggapan Mahasiswa terhadap Kualitas Modul Pembelajaran GenetikaBerbasis Penelitian Potensi Lokal yang Digunakan dalam Pembelajaran Subtopik 1:Pewarisan Golongan Darah Rhesus pada Manusia
Tabel 4. Persentase Tanggapan Mahasiswa terhadap Kualitas Modul Pembelajaran GenetikaBerbasis Penelitian Potensi Lokal yang Digunakan dalam Pembelajaran Subtopik 3:Pewarisan Sifat Anak Kembar.

Referensi

Dokumen terkait

128 Jenius, Manajemen Sumber Daya.... perhatian khusus ketika bersama anak, memberikan waktu khusus untuk berlibur bersama keluarga. Wanita karier yang bekerja sebagai PNS di

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang terkait dengan penelitian dan diambil dari dokumentasi SD Negeri 55/I Sridadi seperti data siswa, jadwal piket siswa,

Siswa yang dibelajarkan dengan inkuiri terbimbing berbantuan multimedia memiliki rerata postes keterampilan berpikir kritis yang lebih tinggi daripada kelas yang diajarkan

Terlebih lagi dengan adanya dukungan dari Iran terhadap kelompok pemberontak Syi’ah Al-Hutsi Yaman di perbatasan Saudi-Yaman sebelah utara Yaman baik itu sebelum pecahnya

Pada Gambar 5, menunjukkan morfologi permukaan Si-C-2%Cr serta lapisan tipis C- 2%Cr dengan pembesaran sama yaitu 1500X. Dari Gambar 5a, menunjukkan permukaan bahan C-Cr

Hasil tangkapan ikan sepat rawa dengan menggunakan umpan campuran serabut buah sawit dan inti kelapa sawit dilihat dari jumlah udang yang tertangkap adalah 116 ekor dengan

Dari tepi superior isthimus berkembang ke arah cranial lobus pyramidalis, yang dapat mencapai os hyoideum dan pada umumnya berada di sebelah kiri linea mediana