• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove di Desadongko Kecamatan Dampal Selatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2007-2012 | Rahman | GeoTadulako 2655 8007 2 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove di Desadongko Kecamatan Dampal Selatan Kabupaten Tolitoli Tahun 2007-2012 | Rahman | GeoTadulako 2655 8007 2 PB"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI DESADONGKO

KECAMATAN DAMPAL SELATANKABUPATEN TOLITOLI

TAHUN 2007- 2012

RAHMAN A 351 08 044

JURNAL

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini menggambarkan kondisi fisik kerusakan ekosistem hutan mangrove oleh penduduk yang bermukim di sekitar kawasan hutan mangrove, jenis-jenis aktivitas sosial-ekonomi penduduk yang berpengaruh terhadap kerusakan ekosistem hutan mangrove, serta merumuskan berbagai upaya pemulihan kerusakan ekosistem hutan mangrove akibat aktivitas sosial-ekonomi penduduk di Desa Dongko Kecamatan Dampal Selatan Kabupaten Tolitoli. Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk yang bermukim di sekitar kawasan ekosistem hutan mangrove yaitu dusun 1 Dongko dan dusun 3 Silumba dengan jumlah 465 KK. Besar sampel penelitian adalah 211 KK yang ditentukan dengan teknik sampling acak sederhana (simple ramdom sampling) dan dihitung menggunakan formulasi Krijcie dan Morgan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survei, pengamatan (observasi), wawancara, dan pemetaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwakerusakan ekosistem hutan mangrove di Desa Dongko dengan Sistem Informasi Geografi (SIG), hasil pemetaan dan analisis peta penggunaan lahan tahun 2007-2012 diketahui luas kerusakan 40,21 Ha (50,36%) dari luas seluruh hutan mangrove seluas 79,83 Ha, yang pada saat ini hanya tinggal tersisa 39,62 Ha, hal ini disebabkan oleh aktivitas sosial ekonomi penduduk seperti pengalih fungsian lahan hutan mangrove menjadi lahan pertambakan, pemukiman, dan fasilitas umum. Berdasarkan hasil analis SWOT perlu dilakukan pengembangan kawasan hutan mangrove di Desa Dongko sebagai hutan lindung yang berpedoman pada kebijakan pemerintah Kabupaten Tolitoli terkait pengelolaan mangrove, meningkatkan prasarana dan sarana guna menunjang pembangunan dan penanggulangan kerusakan kawasan ekosistem hutan mangrove, meningkatkan sumberdaya manusia, merumuskan kebijakan pengelolaan dan pembangunan yang tepat di sekitar hutan mangrove serta melakukan penaman kembali terhadap ekosistem hutan mangrove yang rusak.

(3)

ABSTRACT

The purpose of this research was to describe the fisical damage of mangrove forest, the kinds of social-economy activities that influence towrds the ecosystem damage of mangrove forest, and to formulate efforts to rescue the damage of the mangrove forest ecosystem caused by the social-economy activities of the villagers living in Dongko village subdistrict of South Dampal, District of Tolitoli. The population of this research was the inhibitants who lived around mangrove forest ecosystem namely Dongko Village I and Silumba Village 3 with the total number of 465 parents. The number of sampled students in this research was 211 parents using simple random sampling technique dan the calculation was done by using Krijcie and Morgan formulation. The method used in this research was survey study, observation, interview and mapping. The result of this research showed that the damage of the mengrove forest ecosystem in Dongko village by applying Geography Information System (GIS), the result of the mapping and the analysis of the map about the use of the land during 2007–2012, it is found out that the damage of the forest was 40.21 Ha (50,36%) out of 79.83 Ha width, the rest of the area is now only 39.62 Ha, This happened becuase the social economy activities of the inhibitants and refunctioning of the mangrove forest becoming embankment, living areas, and public facilities. Based on the SWOT analysis, it was found that the development of mangrove forest in Dongko village needed to be done the areas should be considered as conservation forest based on the government’s policy in the district of Tolitoli in relation to mangrove issues, to increase infrastructure that supports development and coping with the damages of mangrove forest ecosystem, to increase human resources, to formulate the management and development that suit with the area and to replanting towards damaged mangrove forest.

(4)

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

“Kerusakan ekosistem hutan mangrove adalah perubahan fisik biotik maupun abiotik

di dalam ekosistem hutan mangrove menjadi tidak utuh lagi atau rusak yang disebabkan

oleh faktor alam dan faktor manusia” Tirtakusumah, 1994, (dalam Mohammad Fadlan,

2011). Akhbar (2003)” menyatakan dari hasil identifikasi menunjukkan bahwa hutan

mangrove di Sulawesi Tengah telah mengalami penurunan populasi yang sangat drastis

hingga mencapai angka 51,42% atau 23.685 Ha dari area mangrove seluas 46.000 Ha tahun

1989” (sesuai SK. Gubernur Sulawesi Tengah tahun 1989) artinya daerah pesisir pantai

Sulawesi Tengah yang masih bervegetasi mangrove hanya tersisa seluas 22.377 Ha atau

48,58%. Data tersebut menunjukkan bahwa dalam 10 (sepuluh) tahun terakhir Provinsi

Sulawesi Tengah kehilangan ekosistem hutan mangrove seluas 2.368,5 Ha/tahun.

Kondisi tersebut, telah terjadi pula pada hutan mangrove yang terdapat di Desa

Dongko Kecamatan Dampal Selatan Kabupaten Tolitoli, di mana hutan mangrove yang ada

tersisa sekitar 39,63 Ha dari 3.302.472 Ha dari luas keseluruhan hutan mangrove di

Kabupaten Tolitoli menurut Andi Mohsen (Kepala Desa Dongko). yang antara lain

menyebabkan kekurangan tempat berlindung bagi berbagai jenis biota laut, selain itu

menyebabkan pula terjadinya penurunan jumlah vegetasi mangrove serta terjadinya

gangguan pertumbuhan dan perkembangan dari vegetasi pada hutan mangrove tersebut,

serta menimbulkan bencana banjir di pemukiman penduduk di sekitar hutan mangrove. Hal

itu disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor alam dan faktor manusia.

Terkait dengan permasalahan-permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tentang kondisi dan perubahan kawasan hutan mangrove di Desa

Dongko Kecamatan Dampal Selatan selama lima tahun terakhir dengan judul“ Kerusakan

Ekosistem Hutan Mangrove di Desa Dongko Kecamatan Dampal Selatan Tahun

2007-2012”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka yang menjadi masalah dalam penelitian

ini adalah:

1.2.1 Bagaimanakah gambaran kondisi fisik kerusakan ekosistem hutan mangrove di

Desa Dongko Kecamatan Dampal Selatan Kabupaten Tolitoli tahun 2007-2012?

1.2.2 Jenis aktivitas sosial-ekonomi penduduk apa sajakah yang paling berpengaruh

terhadap kerusakan ekosistem hutan mangrove di Desa Dongko Kecamatan

(5)

1.2.3 Bagaimanakah upaya pelestarian ekosistem hutan mangrove akibat aktivitas

sosial-ekonomi penduduk di Desa Dongko Kecamatan Dampal Selatan Kabupaten

Tolitoli?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1.3.1 Menggambarkan kondisi fisik kerusakan ekosistem hutan mangrove di Desa

Dongko Kecamatan Dampal Selatan Kabupaten Tolitoli tahun 2007-2012

(berdasarkan analisis peta penggunaan lahan tahun 2007 dan 2012 serta peta

perubahan penggunaan lahan 2007 dan 2012);

1.3.2 Menggambarkan jenis-jenis aktivitas sosial-ekonomi penduduk yang berpengaruh

terhadap kerusakan ekosistem hutan mangrove di Desa Dongko Kecamatan

Dampal Selatan Kabupaten Tolitoli tahun 2007-2012;

1.3.3 Merumuskan berbagai upaya pemulihan dan pelestarian kerusakan ekosistem hutan

mangrove akibat aktivitas sosial-ekonomi penduduk di Desa Dongko Kecamatan

Dampal Selatan Kabupaten Tolitoli;

1.4 Sasaran Penelitian

Sasaran dalam penelitian ini adalah:

1.4.1 Kawasan hutan mangrove Desa Dongko Kecamatan Dampal Selatan Kabupaten

Tolitoli;

1.4.2 Penduduk Desa Dongko Kecamatan Dampal Selatan Kabupaten Tolitoli yang telah

melakukan pembukaan hutan mangrove untuk berbagai keperluan usaha (tambak

ikan, pemukiman, sumber bahan bakar kayu arang dan peralatan rumah);

1.4.3 Pemerintah Desa Dongko Kecamatan Dampal Selatan Kabupaten Tolitoli;

1.4.4 Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Pariwisata, dan Dinas Kehutanan Kabupaten

Tolitoli;

1.5 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

1.5.1 Memberikan sumbangan pemikiran bagi masyarakat dan pemerintah daerah dalam

upaya pemulihan kondisi hutan mangrove yang rusak untuk dapat berfungsi

sebagaimana mestinya;

1.5.2 Memberikan masukan bagi upaya pemulihan dan pelestarian ekosistem hutan

mangrove di Desa Dongko Kecamatan Dampal Selatan Kabupaten Tolitoli;

1.5.3 Bahan kajian bagi pihak peneliti lain untuk melakukan penelitian yang sama di

(6)

II METODE PENELITIAN

2.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian survei.

2.2 Lokasi Penelitian

Secara adminitrasi daerah penelitian terletak di Desa Dongko, yang merupakan salah

satu diantara 11 desa yang ada di Kecamatan Dampal Selatan, Kabupaten Tolitoli, Provinsi

Sulawesi Tengah. Secara astronomi wilayah Desa Dongko berada pada 0°45’46’’- 0°53’15’’

LU dan 120°17’05’’-120°18’21’’ BT.Desa Dongko terbagi menjadi 3 (tiga) dusun dengan

luas wilayah Desa Dongko adalah 48,10 Km2 atau 4810 Ha (12% luas Kecamatan Dampal Selatan).

Batas Administrasi Desa Dongko

Sebelah Utara :Desa Mimbala.

Sebelah Timur :Pegunungan Indo Ampe.

Sebelah Selatan :Desa Bangkir dan Desa Puse.

Sebelah Barat :Teluk Dampal.

Gambar 1. Peta Administrasi Desa Dongko Tahun 2012 Skala 1:40.000

2.3 Waktu Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan April 2013 sampai dengan bulan Juli 2013.

(bersesuaian dengan Semester Genap Tahun Akademik 2013/2014).

2.4 Jenis dan Sumber Data Penelitian

a. Jenis Data

(7)

b. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah penduduk (responden) Desa Dongko,

Kantor Desa, dan Koordinator Statistik Kecamatan Dampal Selatan.

2.5 Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi Penelitian

Populasi penelitian yang dimaksudkan disini adalah penduduk yang terlibat

langsung dalam perubahan penggunaan lahan ekosistem hutan mangrove dan penduduk

yang bermukim di sekitar hutan mangrove yang berjumlah 1021 jiwa atau 465 Kepala

Keluarga (KK).

b. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah penduduk yang bertempat tinggal/berdomisili

di Desa Dongko. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode acak sederhana (Simple

Random Sampling). Dari hasil perhitungan dengan menggunakan Formulasi Krejcie dan

Morgan diperoleh sampel sebanyak 211 KK (45,3%) dan ditambah informan yaitu Kepala

Desa (Andi Moh. Messeng).

2.6 Variabel penelitian

Adapun variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent

variabel) dan variabel terikat (dependent variabel). Varibel bebas adalah kerusakan

ekosistem yang diberi simbol X, sedangkan variabel terikat adalah hutan mangrove yang

diberi simbol Y. Penelitian ini bersifat korelasi, berdasarkan varibel penelitian maka ada

hubungan variabel X dan varibel Y adalah:

2.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat bantu yang digunakan dalam melakukan

penelitian, tujuan dari adanya intsrumen ini yaitu untuk memberi kemudahan kepada

peneliti dalam melakukan penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

daftar pertanyaan penelitian/kuesioner (questionaire), dan peta (map).

2.8 Prosedur Penelitian

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data

2.9 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu Observasi, Pemetaan,

Penggunaan Lahan, Wawancara, Kuesioner dan Dokumentasi.

2.10 Analisis Data

Adapun teknik analisis data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis

(8)

2.11 Analisis Peta dengan Kerangka SIG

Analisis Peta dengan Kerangka SIG adalah sistem informasi yang didesain untuk

mengolah data yang berkenaan dengan koordinat geografis atau keruangan.

2.12 Analisis Data Sosial dan Ekonomi

Adapun tahapan pengolahan data yang dilakukan pada analisis deskriptif ini yaitu ;

Pengeditan (Editing), Pemberian Kode (Coding), Pembuatan tabel (Tabulating), dan

Penganalisaan (Analyzing).

2.13 Analisis SWOT

Dalam penelitian ini analisis SWOT dipergunakan untuk merumuskan strategi

pengelolaan kawasan hutan mangrove Desa Dongko dengan merebut peluang yang tersedia

maupun untuk mengatasi kelemahan yang dihadapi.

III Hasil Penelitian

3.1 Pengetahuan Penduduk tentang Hutan Mangrove

3.1.1 Pengetahuan tentang Fungsi dan Manfaat Hutan Mangrove

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 153 orang (72,51%) belum

mengetahui dan 58 orang (27,49) sudah mengetahui. Hubungannya dengan kerusakan

ekosistem hutan mangrove adalah karena masih minimnya pengetahuan penduduk tentang

fungsi dan manfaat hutan mangrove sehingga memungkinkan ikut berperang terhadap

terjadinya kerusakan ekosistem hutan mangrove.

3.1.2 Jarak Ekosistem Hutan Mangrove dengan Tempat Tinggal Penduduk

Hasil penelitian menunjukkan dekat 0-500 meter sebanyak 120 orang (56,88%),

sedang 500-1000 meter sebanyak 76 orang (36,01%) dan jauh >1000 meter sebayak 15

orang (7,11%). Hubungannya dengan kerusakan ekosistem hutan mangrove yaitu sangat

besar kemungkinan terjadi pengalihfungsian lahan yang diakibat oleh aktivitas sosial

ekonomi penduduk.

3.1.3 Pemanfaatan Hutan Mangrove oleh Penduduk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan hutan mangrove yang

dilakukan oleh penduduk pada bagian tumbuhan sangat tinggi yaitu bagian pohon (kayu,

buah, biji, dan akar) sebanyak 197 orang (93,36%) dan pemanfaatan biota sebayak 14 orang

(6,64%). Hubungannya dengan kerusakan ekosistem hutan mangrove adalah semakin

berkurangnyan spesies pohon mangrove akibat pemanfaatan yang dilakukan oleh penduduk

(9)

3.1.4 Pengalihfungsian Kawasan Hutan Mangrove

1) Pengalihfungsian Kawasan Hutan Mangrove Menjadi Lahan Pertambakan

Berdasarkan hasil penelitian dari 211 orang (100%) menjawab ya atau telah terjadi

pengalihfungsian kawasan hutan mangrove menjadi pertambakan. Ancaman langsung

yang paling serius terhadap mangrove pada umumnya diakibatkan pembalakan liar

mangrove untuk pembangunan tambak ikan dan udang.

2) Pengalihfungsian Kawasan Hutan Mangrove Menjadi Lahan Pembangunan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 211 orang (100%) menjawab terdapat

alihfungsi lahan, bahwa di Desa Dongko telah terjadi pengalihfungsian kawasan hutan

mangrove menjadi kawasan pembangunan/areal terbangun baik berupa pemukiman

penduduk maupun sarana umum. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin

meningkat, maka kebutuhan lahan semakin meningkat pula. Hal ini mengakibatkan

terjadinya pengalihfungsian kawasan hutan mangrove menjadi lahan pemukiman

penduduk dan sarana pelayanan pendukung pemukiman.

3.1.5 Kondisi Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove

1) Kondisi Ekosistem Hutan Mangrove

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi ekosistem hutan

mangrove di Desa Dongko dalam kondisi rusak (<1000 pohon/Ha) sebayak 138 orang

(65,40%), sedang (≥1000≤1500/Ha) sebayak 73 orang (34,60%), sebagaimana yang

terdapat pada gambar berikut.

(10)

Ancaman yang paling serius bagi ekosistem hutan mangrove adalah persepsi di

kalangan penduduk Desa Dongko dan sebagian besar pegawai pemerintah yang

menganggap mangrove merupakan sumberdaya yang kurang berguna yang hanya cocok

untuk pembuangan sampah atau dikonversi untuk keperluan lain. Sebagian besar pendapat

untuk mengkonversi mangrove berasal dari pemikiran bahwa lahan mangrove jauh lebih

berguna bagi individu dan pemerintah daripada sebagai lahan yang berfungsi secara

ekologi. Kerusakan ekosistem hutan mangrove di Desa Dongko, Kecamatan Dampal

Selatan, Kabupaten Tolitoli terjadi di Dusun 1 Dongko dan Dusun 3 Silumba luas

kerusakan 40,21 Ha (50,36%).

2) Tingkat Pengaruh Aktivitas Ekonomi Penduduk terhadap Kerusakan

Ekosistem Hutan Mangrove

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengaruh aktivitas ekonomi penduduk

terhadap kerusakan ekosistem hutan mangrove berdasar wawancara dengan responden

berkisar dari kecil sampai besar, kecil (tidak begitu terasa) sebanyak 64 orang (30,33%),

sedang (terasa dan nyata pengaruhnya) sebanyak 134 orang (63,51%), dan besar (sangat

terasa pengaruhnya) sebanyak 13 0rang (6,16%).

3) Pengaruh Kerusakan Ekositem Hutan Mangrove terhadap Aktivitas Ekonomi Penduduk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerusakan ekosistem hutan mangrove

berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi penduduk yang ditunjukkan oleh mayoritas

(sebanyak 172 orang (81,49%)) menyatakan bahwa terdapat pengaruh terhadap aktivitas

ekonomi penduduk. Hal ini diperparah lagi apabila terjadi musim hujan, mengakibatkan

banjir di pemukiman penduduk sehingga aktivas ekonomi penduduk terganggu karena

terpaksa tidak pergi bekerja.

Berdasarkan metode matriks analisis SWOT, maka dihasilkan empat kemungkinan

alternatif strategi yang akan dihadapi dalam menanggulangi kerusakan ekosistem hutan

mangrove di Desa Dongko, yaitu: dengan memetakan komponen-komponen “Kekuatan

(S)”, dan “Kelemahan (W)” kepada faktor “Peluang (O)”, dan “Tantangan (T)” sehingga

hasil pemetaan tersebut adalah.

a. Strategi S-O

1. Pengembangan kawasan hutan mangrove di Desa Dongko sebagai hutan lindung, yang

berpedoman pada kebijakan pemerintah Kabupan Tolitoli terkait pengolahan mangrove.

(11)

2. Meningkatkan prasarana dan sarana guna menunjang pembangunan penanggulangan

kerusakan kawasan ekosistem hutan mangrove (O2-S1,2). b. Sterategi O 2-W 2

1. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan penguasaan IPTEK masyarakat

yang tinggal di kawasan hutan mangrove guna mewujudkan rencana dan strategi

pembangunan daerah, khususnya Desa Dongko dengan berbagai pendidikan dan

pelatihan. (O 2-W 2).

2. Mencari solusi terbaik untuk memecahkan masalah kerusakan ekosistem hutan

mangrove di Desa Dongko ke arah yang lebih baik lagi (O2-W1,3). c. Strategi S-T

1. Merumuskan kebijakan yang mengatur pengelolaan ekosistem hutan mangrove

(S 1,2,3-T 1,3).

2. Merumuskan kebijakan yang mengatur pembangunan di sekitar kawasan ekosistem

hutan mangrove dengan tetap menjaga kelestarian daya dukung potensi SDA dan

kelestarian lingkungan hidup (S 1-T 2,3)

d. Strategi T-W

1. Melakukan penanaman kembali terhadap ekosistem hutan mangrove yang rusak

(T 1,2,3-W 1,2,3).

IV PEMBAHASAN

4.1 Indikasi Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove di Desa Dongko

Kecamatan Dampal Selatan, Kabupaten Tolitoli Tahun 2007–2012

Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk dan pembangunan di Desa Dongko

maka fungsi lingkungan pantai di daerah ini telah menurun atau rusak. Indikasi kerusakan

ekosistem hutan mangrove dan ancaman kepunahan spesies mangrove di wilayah pesisir

Desa Dongko semakin meningkat dari tahun ke tahun. Faktor penyebab kerusakan dan akar

masalahnya cukup kompleks yang bersumber dari manusia beserta perilakunya yang senang

memanfaatkan hutan mangrove baik berupa pemanfaatan hutan mangrove sebagai lahan

pertambakan, pemukiman maupun memanfaatkan langsung hutan mangrove sebagai kayu

bakar untuk memasak, serta dari alam hal ini diindikasikan oleh adanya proses erosi/abrasi

(12)

4.1.1 Penyusutan Areal Hutan Mangrove (Perubahan Penggunaan Lahan Tahun

2007 dan 2012)

Penggunaan lahan merupakan campur tangan manusia baik secara permanen atau

periodik terhadap lahan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan

kebendaan, spiritual maupun gabungan keduanya (Malingreau,.J.P. 1977, dalam Aziz

Budianta (2008)).

Berdasarkan hasil Analisis perubahan penggunaan lahan dapat diketahui dibeberapa

kawasan yang mengalami perubahan, kawasan ini terdiri dari kawasan hutan rakyat,

perkebunan kelapa, persawahan, pemukiman, lahan tidur, tambak dan hutan mangrove .

Teknik Scoring dan Overlay yang digunakan dalam penelitian ini, sehubungan dengan

kerusakan kawasan ekosistem hutan mangrove sistem pemetaan penggunaan lahan yang

ada di Desa Dongko Kecamatan Dampal Selatan Tahun 2007–2012.

(13)

Gambar 4. Peta Penggunaan Lahan Desa Dongko Tahun 2012 Skala 1:40.000

(14)

Berdasarkan hasil pemetaan perubahan penggunaan lahan di Desa Dongko

Kecamatan Dampal Selatan Kabupaten Tolitoli tahun 2007 – 2012, pada tahun 2007 luas

kawasan hutan mangrove 79,83 Ha, tahun 2008 luas kawasan mangrove 72,16 Ha atau

mengalami perubahan lahan sekitar 7,67 Ha, tahun 2009 luas kawasan mangrove 58,63 Ha

jadi luas perubahan lahan tahun 2008-2009 sekitar 13,53 Ha, tahun 2010 luas kawasan

mangrove 49,00 Ha jadi luas perubahan lahan 2009-2010 sekitar 9,63 Ha, tahun 2011 luas

kawasan mangrove 45,70 Ha jadi luas perubahan lahan 2010-2011 sekitar 3,30 Ha, tahun

2012 luas kawasan mangrove 39,62 Ha jadi luas perubahan lahan sekitar 6,08 Ha. Jadi

luas kerusakan kawasan ekosistem hutan mangrove di Desa Dongko selama 5 (lima) tahun

terakhir sekitar 40,21 Ha (50,36%), dan hasil penelitian Fadlan di Kelurahan Bagan Deli

Kecamatan Medan Belawan luas kerusankan ekosistem hutan mangrove 94 Ha (75,20%),

dan hasil penelitian Chatrina Muryani di pantai Pasuruan Jawa Timur luas kerusakan

ekosistem hutan mangrove selama 25 (dua puluh lima) tahun terakhir 652,35 Ha.

4.2 Jenis-Jenis Pengalihfungsian Lahan Hutan Mangrove

4.2.1 Lahan Pemukiman

Konversi hutan mangrove menjadi lahan pemukiman di kawasan Desa Dongko

lebih dikarenakan oleh faktor penambahan jumlah penduduk sehingga meningkatkan

kebutuhan penduduk akan lahan semakin meningkat. Berdasarkan data penduduk Desa

Dongko, pertumbuhan penduduk Desa Dongko tiap tahunnya mengalami peningkatan

serta banyak perkawinan usia muda, sehingga memerlukan suatu kawasan untuk

pemukiman baru untuk melangsungkan kehidupannya. Sehingga menyebabkan

pembukaan lahan baru untuk membangun rumah di sekitar kawasan mangrove. serta

memanfaatkan kayu hutan mangrove untuk peralatan rumah dan bahan bakar kayu arang

untuk memasak.

4.2.2 Lahan Tambak/Empang

Konversi hutan mangrove menjadi tambak/empang di kawasan Desa Dongko

pertama kali terjadi pada tahun 1990 untuk mengembangkan budidaya pertambakan Ikan

Bandeng dan Udang, yang kemudian tidak terlalu berhasil karena masih dikerjakan secara

tradisional yang mengakibatkan banyak tanggul tambak yang jebol akibat air pasang.

tahun 2008 alat berat (escavator) mulai masuk sehingga mengakibatkan pembukaan lahan

tambak terjadi secara besar-besaran/intensif sampai dengan saat ini.

4.2.3 Lahan Fasilitas Umum

Sama halnya dengan konversi hutan mangrove menjadi lahan pemukiman,

(15)

penduduk yang mempengaruhi kebutuhan prasarana dan sarana penunjang. Pembangunan

fasilitas umum sangat terkait dengan upaya pelengkap sarana kelayakan pemukiman

penduduk contohnya masjid.

4.3 Aktivitas Penduduk yang Menyebabkan Kerusakan Hutan Mangrove

Berdasarkan pengamatan yang di lakukan di lapangan aktivitas penduduk yang

menyebabkan kerusakan hutan mangrove di Desa Dongko Kecamatan Dampal Selatan yaitu

berupa pengalihfungsian kawasan hutan mangrove menjadi area pemukiman dan

pertambakan. Dari kedua jenis konversi lahan yang paling banyak menyebabkan kerusakan

hutan mangrove adalah konversi lahan menjadi pertambakan yang luasnya sekitar 34 Ha

sedangkan konversi lahan pemukiman hanya sekitar 5 Ha.

Selain dari pembukaan pertambakan dan pemukiman yang di lakukan oleh

penduduk. masih ada aktivitas lain yang dilakukan penduduk yang menyebabkan kerusakan

hutan mangrove seperti pemanfaatan kayu bakau sebagai kayu bakar, peralatan rumah

tangga, tiang rumah, atap rumah dan peralatan untuk perahu nelayan.

4.4 Upaya Pengelolaan dan Pendidikan Masyarakat terkait Konservasi dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup

Bentuk upaya yang dilakukan pemerintah sesuai dengan peraturan Daerah

Kabupaten Tolitoli nomor 16, Pasal 18 huruf c, tahun 2012 tentang kawasan suaka alam,

kawasan pelestarian alam dan cagar budaya yang terdiri atas kawasan suaka marga satwa,

kawasan cagar alam dan kawasan pantai berhutan bakau merupakan kawasan hutan lindung.

Sanksi kepada setiap orang yang tidak mematuhi ketentuan dalam persyaratan izin ruang

tentang pemanfaatan ruang dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan

denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tolitoli

tahun 2012-2032). Serta pemerintah daerah melalui Dinas Kehutanan terhadap kerusakan

ekosistem hutan mangrove di Desa Dongko Kecamatan Dampal Selatan Kabupaten Tolitoli

melakukan sosialisasi dengan penduduk Desa Dongko tentang pentingnya menjaga

ekosistem hutan mangrove.

V Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan penulis di Desa Dongko Kecamatan

Dampal Selatan Kabupaten Tolitoli, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut

5.1 Kerusakan ekosistem hutan mangrove di Desa Dongko Kecamatan Dampal Selatan

terjadi di Dusun 1 Dongko dan Dusun 3 Silumba luas kerusakan 40,21 Ha

(16)

5.2 Kerusakan ekosistem hutan mangrove di Desa Dongko Kecamatan Dampal Selatan

disebabkan oleh aktivitas sosial ekonomi penduduk seperti pengalihfungsian lahan

hutan mangrove menjadi lahan pertambakan dan pemukiman. Luas konversi hutan

mangrove menjadi pertambakan sekitar 34 Ha dan pemukiman 5 Ha.

5.3 Upaya pelestarian yang dilakukan pemerintah daerah terhadap kerusakan

ekosistem hutan mangrove di Desa Dongko melalui Dinas Kehutanan yaitu berupa

sosialisasi dengan penduduk tentang pentingnya menjaga ekosistem hutan

mangrove,

VI Saran

Upaya pemanfaatan sumberdaya hutan mangrove perlu diselaraskan dengan upaya

pelestariannya, agar fungsi hutan mangrove secara fisik, ekologis dan sosial-ekonomis tetap

lestari dan berkelanjutan. Upaya-upaya yang dilakukan hendaknya melibatkan semua pihak

yang terkait seperti masyarakat, pemerintah, swasta, akademika dan lembaga swadaya

masyarakat serta pihak-pihak lain dalam bentuk kemitraan yang adil dan sejajar.

VII DAFTAR PUSTAKA

Akhbar, 2003. Potensi Degradasi dan Program Rehabilitasi Hutan Mangrove di Sulawesi Tengah. Jurnal: Yayasan Perhutanan Sosial Bumi Tadulako (YPST) Sulawesi Tengah,

Anonim, 2003. Kepmen LH No. 201 Tahun 2003 tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove. Jakarta: Sekretariat Negara RI.

_______, 2012a. Pengertian kepala keluarga. http://id.answers.yahoo.com /question/index?qid=20100114122438AAtkSNX diakses 21 Januari 2013 jam 20.00 Wita

Aronoff, 1989. Pengertian Peta dan Pemetaan Sistem Informasi Geografi http://dwigunauncp.blogspot.com/2012/10/pengertian-peta-dan-pemetaan-dan-sig.html. (Online), Diakses Tanggal 2 Oktober 2013 Jam 15.45 WITA.

Aziz Budianta, 2008. Kumpulan Istilah Lingkungan Hidup. Palu: Tadulako University Press.

, 2008a. Konsep dan Metode Analisis SWOT. Bahan Bacaan 2008.

(17)

Fadlan, Mohammad. 2011. Aktivitas Ekonomi Penduduk terhadap Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan. Skripsi: Universitas Sumatera Utara.

Irwanto, 2008. Hutan Mangrove dan Manfaatnya,

http://www.irwantoshut.com/penelitian/hutan_Mangrove/. (Online), Diakses Tanggal 7 September 2012 Jam 20.00 WITA.

Mantra, Ida Bagoes. 1995. Langkah-Langkah Penelitian Survei. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Muryani, Chatrina. 2011. Model Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan dan Pelestarian Hutan Mangrove di Pantai Pasuruan Jawa Timur. Jurnal: LPPM Universitas Sebelas Maret.

Rahmawaty, 2006. Upaya Pelestarian Mangrove Berdasarkan Pendekatan Masyarakat. Skripsi: Universitas Sumatera Utara.

Raymond P. Graziano. 2010. Pengelolaan Hutan Mangrove Berbasis Masyarakat, http://www.google.com/search?q=pengelolaan+hutan+mangrove+berbasis+masyara kat+. (Online), diakses tanggal 22 Januari 2013 jam 19:45 WITA

Riandani, 2007. Komposisi Jenis Vegetasi Mangrove di Desa Tomoli Kecamatan Ampibabo Kabupaten Parigi Moutong. Skripsi: Universitas Tadulako.

Ritohardoyo, Su. 2013. Penggunaan Lahan dan Tata Guna Lahan. Yogyakarta: Ombak.

Santoso, 2000. Definisi Hutan Mangrove dan Ekosistem Mangrove. http://melacakalam.wordpress.com/2011/11/24/definisi-hutan-MANGROVE-dan-ekosistem-mangrove/. (Online), Diakses Tanggal 20 Februari 2013 Jam 19.45 WITA.

Gambar

Gambar 1. Peta Administrasi Desa Dongko Tahun 2012 Skala 1:40.000Waktu Pelaksanaan Penelitian
Gambar 2. Peta Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrovedi Desa Dongko Tahun 2007-2012 Skala 1:45.000
Gambar 3. Peta Penggunaan Lahan Desa Dongko Tahun 2007 Skala 1:40.000
Gambar 4. Peta Penggunaan Lahan Desa Dongko Tahun 2012 Skala 1:40.000

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian Keanekaragaman Jenis dan Tingkat Kerusakan Hutan Mangrove Di Desa Selotong Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat bertujuan untuk mengetahui tingkat kerusakan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran masyarakat dalam pengelolaan ekosistem hutan mangrove menunjukan angka yang positif dimana 88,49% dalam melestarikan dan mempertahankan

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini di lakukan untuk melihat tingkat kerusakan Hutan Mangrove yang di sebabkan oleh aktivitas masyarakat sekitar

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengkaji dampak yang terjadi terhadap pendapatan masyarakat pantai setelah adanya kerusakan ekosistem hutan bakau, yaitu perbedaan keragaman

Masyarakat nelayan yang bermukim di sekitar kawasan hutan mangrove dengan jumlah hari efektif penangkapan per tahun 240 hari (8 bulan) dapat menjaring ikan dengan produksi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi dasar tentang kondisi kerusakan ekosistem hutan mangrove dan sebagai referensi dasar

adalah jenis Polymesoda coaxans, Anadara antiquata dan Ostrea cucullata Kelas Crustacea yang ditemukan pada ekosistem hutan mangrove adalah sebanyak 54 jenis, dan

Penelitian Keanekaragaman Jenis dan Tingkat Kerusakan Hutan Mangrove Di Desa Selotong Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat bertujuan untuk mengetahui tingkat kerusakan