• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesiapsiagaan dan Ketanggapan Jepang dalam Menghadapi Bencana Alam yang Tercermin dalam Film Animasi Tokyo Magnitude 8.0.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kesiapsiagaan dan Ketanggapan Jepang dalam Menghadapi Bencana Alam yang Tercermin dalam Film Animasi Tokyo Magnitude 8.0."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

x

アニ 東京 ニチュ 8.0 あ

日本人 災害対応や災害 い 考え方

序論

日本 成層火山諸島 属 富士山 火山 多い国

あ そう 環境 あ 日本 自然 災害対応や災害 対

警告 い 点 地国 進 い いえ

日本 う 災害対応 1923 年 9 月 1 日 起 関東大震災や 1995年1月17日 阪神淡路大震災 い 大規模自然災害 多

学 現在 災害対応策 構築 い 95年 阪神淡路大震災 際

罹災者 ニッ や規模 損失 ま 以 対応 求

研究 東京 ニチュ 8.0 日本人 災害対

応 い 観察 ま 社会学者 ュ 理論 見 い

本論

アニ 地震 ニチュ 8.0 あ 1923 年 起

(2)

xi

災 ニチュ 7.2 あ ニチュ 7.0 地震 立 い

い 強い建物 い わ 大 い地

わ 地 起 土地 形 わ

1923 年 関東大震災 日本人 ま 災害 対応 損害 多

そ 日本人 関東大震災 災害対応 学

1995 年 阪神 淡路 大震災 日本人 災 害対応 関東大震災

比 い 例え 死者 1995 年 関東大震災 少

関東大震災 死者 105.385 人 あ 一方 阪神 淡路大震災

6.434 人 あ 本アニ 中 地震 関東 発生 ニチ

ュ 8.0 作中 18万人 犠牲

大地震 起 い 大 い 人 助

い そ 自 命 自 ま 大 あ 例え

家や建物中 い 地震 起 う 家 中 い

頭 ま 安全 場所 逃 い 家具や電気製品

何 い場所や うぶ や 机 逃

い ま ベ タ 中 い ベ タ

ま 全部 階 タン 押 近 階 止ま

地震 起 時 行動 あ

外 い 時 地 震 起 う 道 歩い い

い 本 頭 ま 窓ガラ や看板 色々 物

(3)

xii

ッ 塀 あ 必要 あ 歩道

橋や橋 い 橋 い い 走 う

い時 座 橋 手 ま 山 い 海

や川 近 い 津波 来 海や川 高い所

行 い 津波 川 来 あ あ

車や電 車 乗 い 地 震 起 う 車

運転 い 道路 左 車 停

ン ン 止 崖 や ンネ 出入口 近 車 止 い 山

崩 危 い 電車 乗 い 電車 急 止

ま 何 ま い い い 係員 運転集

話 聞い 落 着い 避 い

アニ 中 日 本人 大 い地 震 起 手 頭 ま

部屋 中 や机 逃 橋 歩い いう

い時 座 橋 手 ま

日本人 警 告や 災害 対応 例 え 地 震 ン ッ 配

ま 日本 1年 1回 い地震 ュ ョン あ

ン ッ 日間生活 う い

アニ 中 同様 警告 や災 害 対応 ン

ッ 使い 日間生活 そ 後 避 所 行 避 所 広

タ イ あ 生活 そう 環境 日本陸 自衛

(4)

xiii 結論

日本 災害対応 そ ま 自然災害 特 大規模地震 関

今ま 起 大規模地震 対策 対応 作 い ュ

理論 社会 生活 変化 いう あ 日

本 自然災害 多い環境 あ 社会 必然的 変わ 必要 あ

東京 ニチュ 8.0 作中 い 見 日本 状態 ま 日

(5)

vii

1.1Latar Belakang Penelitian……….. 1

1.2Rumusan Masalah……….. 4

1.3Tujuan Penelitian……… 4

1.4Pendekatan dan Metode Penelitian……… 4

1.5Sistematika Penulisan……… 7

BAB II KAJIAN TEORI……….. 8

2.1Sosiologi……… 8

2.2Sosiologi dari Emile Durkheim (1858-1917)……… 9

2.3Kondisi Geografis Jepang………. 13

2.4Gempa Besar yang Terjadi di Jepang……… 13

2.4.1 Gempa Kanto 1923……… 14

2.4.2 Gempa Hanshin-Awaji 1995………. 17

2.5Usaha-Usaha Jepang dalam Menghadapi Bencana……….. 20

BAB III ANALISIS FILM……….. 33

3.1 Penyebab Gempa………. 33

3.2 Dampak Gempa yang Terjadi……….. 35

3.3 Kesiapsiagaan dan Ketanggapan Jepang dalam Menghadapi Gempa. 44 BAB IV KESIMPULAN………. 68

(6)

viii

(7)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skala Kekuatan Gempa dan Kerusakan yang Ditimbulkan.... 23

Gambar 2.2 Perbaikan Perabotan Rumah dan Peletakkannya …...…... 24

Gambar 2.3 Cara Pemasangan Pasak dan Kaca Film Perabotan .…..…… 25

Gambar 2.4 Peletakkan Posisi dan Pemasangan Kaca Film Perabotan .… 25 Gambar 2.5 Peralatan Darurat Bencana .………... 26

Gambar 2.6 Barang Persediaan Ketika Bencana .……….. 27

Gambar 2.7 Cara Meninggalkan Pesan Ketika Terjadi Bencana Alam ‘171’……….. 31

Gambar 3.1 Odaiba Rainbow Bridge ………... 34

Gambar 3.2 Burung-Burung Berterbangan dan Awan Mulai Gelap Ketika Gempa Terjadi ……… 35

Gambar 3.3 Robohnya Odaiba Rainbow Bridge ………... 36

Gambar 3.4 Robohnya Tokyo Tower ………..……... 37

Gambar 3.5 Pembawa Berita dan Informasi Akses Jaringan 1 SEG ……. 40

Gambar 3.6 Mirai dan Mari Berlari di Dalam Gedung yang Terbakar dan Digenangi Air dari Saluran Air yang Bocor … 41

Gambar 3.7 Korban yang dirawat Keluarganya di Tempat Pengungsian ………. 43

Gambar 3.8 Peta Lokasi Gedung Pusat Perbelanjaan ………... 45

Gambar 3.9 Patroli Japan Coast Guards ……….. 49

Gambar 3.10 Mari Meminta Obat Kepada Pedagang ………... 53

Gambar 3.11 Contoh ‘Saigaiji-Youngosha’………...… 54

Gambar 3.12 Toilet Portable ………. 55

Gambar 3.13 Pembagian Emergency Pack ……… 56

Gambar 3.14 Emergency Survival Kit ………... 56

Gambar 3.15 Contoh Gedung Serba Guna yang Dijadikan Tempat Idenfikasi Mayat ………. 57

Gambar 3.16 Pembuatan Kare Udon Menggunakan Kopi …………...…. 60

Gambar 3.17 Saat Gempa Susulan Terjadi Mari Terkena Pecahan Lampu ………. 61

Gambar 3.18 Robot Pemadam Kebakaran yang Sedang Berpatroli …..… 62

Gambar 3.19 Alat Kontrol Robot Jarak Jauh yang Digunakan Oleh Petugas Pemadam Kebakaran Tokyo ………. 63

Gambar 3.20 Pemadam Kebakaran Menyelamatkan Korban yang Tertimpa Reruntuhan Bangunan ……….... 63

(8)

xiv

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis bernama Annisa Fitrianie, dilahirkan di Bandung Jawa Barat, pada tanggal 28 Agustus 1991 dari Ayah Juhara dan Ibu Imas Rosida Agustina. Penulis merupakan putri pertama dari 3 bersaudara, M. Syamsul Bachri dan Salsabila Basyirah.

Riwayat pendidikan penulis, dimulai dari lulus SD Negeri Ciumbuleuit IV tahun 2003, pernah mengenyam pendidikan Mts. di pesantren P.M. Mathla’ul

(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Jepang merupakan negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat Samudera Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan Republik Rakyat Cina, Korea, dan Rusia.

Jepang terdiri dari 6.852 pulau yang membuatnya menjadi negara kepulauan. Pulau-pulau utama dari utara ke selatan adalah Hokkaido, Honshu (pulau terbesar), Shikoku, dan Kyushu. Wilayah Jepang terdiri dari pegunungan yang sebagian besarnya terdiri dari gunung berapi dan salah satunya merupakan gunung berapi terbesar yaitu Gunung Fuji.

Jepang merupakan sebuah negara yang rawan akan bencana alam. Khususnya rawan terhadap gempa, bahkan tsunami, karena merupakan wilayah kepulauan. Secara alamiah fenomena alam tersebut tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dihindari sehingga membuat masyarakat Jepang memikirkan cara untuk menanggulanginya dan meminimalisir dampak buruk yang terjadi dengan menjadi lebih siap siaga dan tanggap ketika bencana tersebut datang, yaitu dengan membuat banyak rencana alternatif dan inovatif ketika menghadapi bencana. Tidak hanya pemerintah saja, namun masyarakat Jepang pun turut andil dalam hal ini. Sehingga saat terjadi bencana, mereka bekerjasama untuk menghadapinya.

(10)

2

bencana terjadi, seperti peluit, helm, senter, sarung tangan, makanan kalengan, selimut, obat-obatan, radio kecil, dan batrei cadangan. Hal pertama yang dilakukan Pemerintah Jepang saat terjadinya bencana adalah menyebarkan informasi melalui radio, televisi, dan media lainnya seperti jaringan 1 SEG yang dapat diakses melalui handphone yang memiliki fitur tersebut. Sehingga hampir seluruh rumah tangga di Jepang memiliki radio untuk digunakan saat darurat untuk mengakses informasi. Karena hingga saat ini, radio dipercaya sebagai salah satu sarana komunikasi yang efektif untuk penyebaran informasi terkait bencana. Masyarakat Jepang pun sangat memahami pentingnya komunikasi dan informasi untuk antisipasi bencana.

Pelatihan-pelatihan khusus untuk menghadapi bencana pun dilakukan secara berkala dan mandiri di setiap lapisan masyarakat. Seperti halnya, semenjak tahun 1960 setiap tanggal 1 September ditetapkan sebagai Hari Pencegahan Bencana. Mayoritas masyarakat Jepang telah sadar bencana dan terlibat secara aktif, sehingga Pemerintah Jepang tidak bekerja sendiri dalam penanggulangan bencana. Mereka memfokuskan terhadap pelaksanaan kegiatan sebelum bencana terjadi, karena persiapan masyarakatnya terhadap bencana merupakan faktor utama dalam menghadapi bencana alam tersebut.

Kesiapsiagaan dan ketanggapan Jepang dalam menghadapi bencana dilandasi pengalaman mereka, pada saat gempa bumi besar yang terjadi di wilayah Kanto pada tanggal 1 September 1923, pada pukul 11:58 pagi hari, (関東

大震災Kantō daishinsai ) dengan kekuatan gempa sebesar 7.9-8.4 SR.

(11)

3

Januari 1995 yang lalu di daerah Hanshin dan pulau Awaji (阪神。淡路大震災 Hanshin-Awaji daishinshai), yang berlangsung pada pukul 05:46:42. Mereka

berhasil menekan jumlah korban jiwa dan kerugian atau kerusakan yang diakibatkan bencana tersebut.

Kesiapsiagaan dan ketanggapan mereka digambarkan juga dalam sebuah film animasi yang berjudul (東 京 マ グ ニ チ ュ ー ド 8 . 0 .Tokyo Magnitude 8.0.). Animasi ini menceritakan tentang masyarakat dan pemerintah Jepang yang tanggap bencana. Mereka lebih berfokus pada pencegahan dan penanggulangan terjadinya bencana dengan membuat inovasi-inovasi untuk membantu mereka menangani peristiwa alam tersebut, seperti robot yang dapat membantu dalam tahap evakuasi bencana.

Saat terjadinya bencana, masyarakat Jepang terlihat tertib pada saat proses evakuasi dan mudahnya informasi pemberitaan yang dapat diakses kapan saja. Mereka pun turut andil dalam penanganan bencana tersebut, dengan mengingatkan satu sama lain mengenai bahaya yang terjadi. Selain itu, dalam film animasi ini diperlihatkan dalam tahap proses evakuasi dan posko bencana alam yang biasanya berada di sebuah lapangan terbuka dan gedung sekolah yang di tunjuk.

(12)

4 1.2 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dibuat agar penelitian lebih terarah, terfokus, dan tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian. Oleh karena itu, penulis memfokuskan untuk membahas pada masalah bagaimana kesiapsiagaan dan ketanggapan masyarakat Jepang ketika menghadapi bencana gempa yang ditinjau melalui film animasi Tokyo Magnitude 8.0. yang berdasarkan realita bencana gempa yang terjadi di Jepang pada Gempa Bumi Hanshin-Awaji 1995 dengan pembelajaran dari Gempa Bumi Kanto 1923, seperti ketanggapan dalam tahap evakuasi, cepatnya turun tangan pemerintah dalam menghadapi bencana, serta masyarakat yang segera bangkit untuk beraktifitas dan mengambil inisiatif untuk mengungsi.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dibuat untuk mengetahui mengenai kesiapsiagaan dan ketanggapan masyarakat Jepang terhadap bencana yang tercermin dalam film animasi Tokyo Magnitude 8.0.

1.4 Pendekatan dan Metode Penelitian

(13)

5

sosiologi, namun secara umum sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat.

Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.

Teori sosiologi lahir dari kenyataan sosiologi, yaitu merupakan refleksi dari keadaan masyarakat yang digambarkannya. Salah satu tokoh sosiologi adalah Emile Durkheim (1855-1917), dia dikenal sebagai pencetus sosiologi modern yang memperbaiki metode berpikir sosiologis yang tidak hanya berdasarkan pemikiran-pemikiran logika filosofis. Menurutnya, sosiologi akan menjadi ilmu pengetahuan yang benar jika mengangkat gejala sosial sebagai fakta-fakta yang dapat diobservasi.

(14)

6

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif merupakan suatu metode dalam sebuah penelitian terhadap sesuatu. Tujuannya adalah untuk membuat sebuah gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, dan hubungan antarfenomena yang sedang diselidiki untuk mendapatkan interpretasi yang tepat.

Menurut Whitney (1960) dalam buku Metode Penelitian karangan Moh. Nazir (2003:54), metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Metode penelitian ini, mempelajari masalah-masalah yang terjadi dalam masyarakat, seperti halnya tata cara yang berlaku, situasi tertentu, proses-proses yang berlangsung, dan pengaruh-pengaruh terhadap suatu fenomena.

Metode penelitian deskriptif merupakan salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau hubungan antara fenomena yang diuji. Tujuannya untuk menghasilkan gambaran mengenai sebuah kelompok, mekanisme sebuah proses atau hubungan, memberikan gambaran lengkap baik dalam bentuk verbal atau numerikal, menyajikan informasi dasar akan sesuatu hubungan, menciptakan kategori dan mengkalisifikasikan subjek penelitian, menjelaskan tahapan atau proses, serta untuk menyimpan informasi bersifat kontradiktif mengenai subjek penelitian.

(15)

7

Dengan demikian, metode deskriptif analisis adalah metode yang digunakan untuk menjelaskan suatu gambaran mengenai suatu peristiwa dan memberikan sumber informasi untuk memudahkan dalam pengolahan data.

1.5 Sistematika Penulisan

Penulis akan membagi penelitian ini dalam empat bab. Bab pertama berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang penelitian, pembatasan masalah, tujuan penelitian, pendekatan dan metode penelitian, dan sistematika penulisan dari Bab I sampai Bab IV.

Bab kedua menjelaskan bahwasannya individu dipengaruhi oleh masyarakat dan lingkungan sekitarnya, berdasarkan teori sosiologi menurut Emile Durkheim dan juga menjelaskan mengenai gempa yang terjadi di Jepang. Isinya menjabarkan mengenai teori sosiologi menurut Emile, kondisi geografis Jepang, gempa-gempa besar yang pernah terjadi di Jepang seperti Gempa Kanto 1923 dan Gempa Kobe 1995, serta usaha-usaha Jepang dalam menghadapi bencana.

Bab ketiga menjelaskan mengenai penyebab gempa dalam film animasi Tokyo Magnitude 8.0, dampak gempa yang terjadi, serta kesiapsiagaan dan

ketanggapan Jepang dalam film animasi tersebut.

(16)

68

BAB IV

KESIMPULAN

Jepang merupakan negara yang terdiri dari kepulauan stratovolcano, yaitu daerah yang terdapat banyak gunung berapi. Sehingga hal tersebut menjadikan Jepang sebagai negara yang rawan akan bencana alam, khususnya gempa bumi.

Film animasi Tokyo Magnitude 8.0 merupakan sebuah film animasi yang merefleksikan suatu kejadian gempa yang terjadi di Jepang. Film ini memperlihatkan mengenai ketanggapan dan kesiapsiagaan Jepang dalam menghadapi bencana gempa.

Kesiapsiapsiagaan dan ketanggapan Jepang dalam menghadapi bencana yang terdapat pada film animasi ini seperti, tersedianya peta lokasi di pusat perbelanjaan untuk memudahkan tahap pengevakuasian, petugas keamanan yang memiliki dedikasi tinggi terhadap pekerjannya, kepedulian terhadap sesama khususnya kepada anak-anak, orang tua, orang yang cedera, ibu menyusui, dan ibu hamil. Selain itu, ketika bencana terjadi mini market membagikan makanan gratis dan toko-toko yang menjual obat pun menyumbangkan barang dagangannya kepada pemerintah untuk disalurkan kepada korban bencana mapun diberikan langsung kepada yang membutuhkan.

(17)

69

berada di halaman luas dan gedung serba guna sekolah dibuat tahan gempa untuk dijadikan tempat mengungsi dan tempat untuk meng-idenfikasi mayat.

Dalam film animasi ini pun diperlihatkan, adanya inovasi-inovasi untuk mengurangi kerugian akibat bencana. Seperti halnya dapat mengakses berita dengan jaringan 1 SEG yang dapat diakses melalui aplikasi handphone, kemudian adanya jaringan darurat “171” untuk menghubungi keluarga dan kerabat pada saat

terjadinya bencana, dan adanya inovasi pembuatan robot untuk membantu petugas pemadam kebakaran dan penanggulangan bencana Tokyo dalam tahap evakuasi.

Bencana gempa yang sering menimpa Jepang menjadikan masyarakatnya menjadi lebih siap siaga dan tanggap ketika bencana gempa bumi terjadi. Salah satu contohnya adalah kemauan sekelompok masyarakat Jepang untuk menjadi sukarelawan yang membantu korban bencana lainnya dengan saling menolong agar kebutuhan hidupnya terpenuhi dalam situasi bencana.

Kesiapsiagaan dan ketanggapan Jepang yang tercermin dalam film animasi ini, sesuai dengan teori sosiologi Emile Durkheim mengenai evolusi masyarakat, yaitu masyarakat akan berkembang dari individu-individu (homogen) menjadi bersatu dengan membentuk sebuah kelompok (heterogen) karena dipengaruhi oleh lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Teori Durkheim tersebut menjelaskan terjadinya division of labour pada masyarakat, sehingga masyarakat dapat saling memenuhi kebutuhan yang beragam dan hidup berdampingan.

Durkheim pun menyatakan dalam teorinya bahwa masyarakat itu terbentuk karena adanya unsur-unsur yang “mengatur” terjadinya kontrak, antara lain

(18)

70

tidaknya sebuah kontrak itu. Aturan yang berada di luar kontrak itu menurut Durkheim adalah collective conciouness. Hal tersebutlah yang melandasi pemikiran Durkheim tentang adanya “jiwa kelompok” yang memengaruhi

kehidupan individu.

Durkheim mendefinisikan sosiologi sebagai suatu ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yaitu fakta yang memiliki cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di luar individu, sehingga fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu.

Durkheim memusatkan perhatian bukan terhadap hal yang memotivasi tindakan-tindakan yang berasal dari setiap individu, melainkan lebih terhadap penelitian fakta-fakta sosial. Hal tersebut merupakan istilah yang diciptakan Durkheim untuk menggambarkan fenomena yang terjadi tanpa terikat oleh tindakan individu.

(19)

71

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Yesmil & Adang. (2013). Sosiologi untuk Universitas. Bandung: PT. Refika Aditama.

Bousai (2007). 1923-9-1 Kanto Daishinsai. 3 Maret 2014. http://www.bousai. go.jp/kyoiku/kyokun/kyoukunnokeishou/pdf/kouhou039_20-21.pdf Cabinet Office, Goverment Japan. 7 Juli 18 Heisei. 1923 Kanto Daishinsai. 3

Maret 2014. http://www.bousai.go.jp/kyoiku/kyokun/kyoukunnokeishou/ rep/1923--kantoDAISHINSAI/index.html

Johnson, Doyle Paul. (1994). Teori Sosiologi Klasik dan Modern. (Robert M.Z Lawang, Penerjemah). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

KIA (2 Febuari 2010). Nankai Jishin ni Sonaemashuo! Zaijūgaikokujin no Tame no Yasashi Nihongo panfuretto. 3 Maret 2011. http://www.kochi- kia.or.jp/earthquake/easyjapanese/easyjapanesecomplete.pdf

Namazu, Rikou. 3 Maret 2013. 1923-9-1 Kanto Daishinsai Shashin. 3 Maret 2014. http://research.kahaku.go.jp/rikou/namazu/03kanto/03kanto.html Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : PT. Ghalia Indonesia.

NIPPON.COM (14 Oktober 2011). The Great East Japan Earthquake Disaster: Latest Figures. 8 Maret 2014. http://www.nippon.com/ja/features/h00004/

SEI’s WWW Bosai. 2013. 1923-9-1 Kanto Daishinsai Gaiyou. 3 Maret 2013. http://www.sei-inc.co.jp/bosai/1923/

Tachibana, Masaki. 2009. Tokyo Magnitude 8.0. Japan : Studio Bones, Cinema Citrus.

Referensi

Dokumen terkait

- Warna merah untuk Dinas Pendidikan Prov.Jatim - Warna kuning untuk Dinas Pendidikan Kota Surabaya - Warna putih untuk Pendma Kankemenag Kota Surabaya - Warna biru untuk

Hasil analisis diagram stiff menunjukkan bahwa keseluruhan sampel airtanah memiliki tipe fasies hidrokimia airtanah di Pulau Koral Panggang adalah MgCl

Provinsi Jawa Barat adalah daerah otonom sebagaimana. dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun

Macken-Horarik (dalam Emilia,.. 41) menyebutkan bahwa struktur teks prosedur yang ketiga yaitu hasil. 68-69) mengatakan bahwa struktur yang ketiga teks prosedur

Dari hasil perhitungan nilai indeks Keanekaragaman (H’) pada setiap stasiun bulan Mei, bulan Juli, dan bulan Oktober memiliki nilai yang berbeda dimana nilai tertinggi terdapat

Koperasi merupakan pilihan yang tepat, koperasi berusaha mempersatukan orang untuk berjuang bersama-sama dalam meningkatkan pemenuhan kebutuhan ekonomi mereka, melalui usaha

Mengetahui pengaruh warna cahaya lampu terhadap jumlah nyamuk Culex quinquefasciatus yang hinggap pada tangan manusiaa. Mengetahui warna cahaya lampu apa yang paling efektif untuk

Terjadinya kesamaan pola dinamika populasi tersebut mungkin erat kaitannya dengan kesa maan waktu berbunga, per tumbuhan dan perkembangan buah jeruk, terutama masa