Usulan Penelitian
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Manajemen
Diajukan oleh :
0212010315 / FE / EM
Rifqi Mizanuddin
KEPADA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
Yang Diajukan
0212010315 / FE / EM
Rifqi Mizanuddin
Telah disetujui untuk diseminarkan
Pembimbing Utama
Drs. Ec.Eko Purwanto,MSi Tanggal : ………..
Mengetahui
Ketua Jurusan Manajemen
Yang Diajukan
0212010315 / FE / EM
Rifqi Mizanuddin
Telah Diseminarkan Dan Disetujui untuk Menyusun Skripsi Oleh
Pembimbing Utama
Drs. Ec.Eko Purwanto,MSi Tanggal : ………..
Mengetahui
Ketua Program Studi Jurusan Manajemen
NIP. 030 191 295
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Manajemen
Diajukan oleh :
0212010315 / FE / EM
RIFQI MIZANUDDIN
KEPADA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan oleh :
0212010315 / FE / EM
RIFQI MIZANUDDIN
KEPADA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
Yang diajukan
0212010315 / FE / EM
Rifqi Mizanuddin
Disetujui untuk mengikuti Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
Drs. Ec.Eko Purwanto,MSi Tanggal : ………..
Mengetahui
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
NIP. 030 194 437
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan
berkat-Nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul
“Pengar uh Structural Assurance Dan Trust Ter hadap Ber iklan Di e-commerce J awa Pos Sur abaya”.
Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat penyelesaian Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberi bimbingan, petunjuk serta bantuan baik spirituil maupun materiil, khususnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur. SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS. Selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur.
4. Bapak Drs. Ec. Eko Purwanto, MSi selaku Dosen Pembimbing Utama yang
6. Kepada kedua orang tuaku dan Kakakku tercinta yang telah memberikan
dukungan baik moril ataupun material.
7. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran
dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.
Akhir kata, Peneliti berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Salam hormat,
Surabaya, 11 Juni 2010
iii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
ABSTRAKSI ... ix
2.2.2. Pengertian Marketing Mix ... 11
2.3 Perilaku Konsumen... 13
2.3.1. Pengertian Perilaku Konsumen ... 12
2.3.1.1. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ... 13
2.4. Electronic Commerce ... 15
2.4.1 Berdasarkan Jenis Transaksi e-commerce dibagi Menjadi dua ... 17
2.4.1.1. Pokok-pokok Permasalahan e-commerce... 17
2.4.1.2. Sistem Aplikasi e-commerce ... 20
2.5. Trust di e-commerce ... 21
iv
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional ... 29
3.1.1 Definisi Operasional Variabel ... 29
3.2 Teknik Pengambilan Sampel ... 32
3.3 Jenis Data ... 33
3.4 Sumber Data ... 33
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 33
3.6 Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 34
3.6.1. Teknik Analisis ... 34
3.7. Asumsi Model [Structural Equation Modelling] ... 35
3.7.1. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal ... 37
3.7.2. Pengujian Model dengan Two Step Approach ... 37
3.7.3. Evaluasi Model... 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 43
4.3.4. Uji Construct Reliability dan Variance Extracted ... 49
v
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 56 4.5.1. Pengaruh Structural Assurance Terhadap Beriklan di
e- commerce ... 56 4.5.2. Pengaruh Trust Terhadap e-commerce ... 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... 61 5.2. Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA
vi
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 46
Tabel 4.3. Hasil Uji Outlier ... 47
Tabel 4.4. Uji Reliabilitas ... 48
Tabel 4.5. Uji Validitas ... 49
Tabel 4.6 Uji Construct reliability dan Variance Extracted ... 50
Tabel 4.7. Uji Normalitas ... 51
Tabel 4.8. Uji Confirmatory Structural Assurance ... 51
Tabel 4.9. Uji Confirmatory Trust ... 52
Tabel 4.10. Uji Confirmatory Beriklan E-Commerce ... 52
Tabel 4.11. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices ... 53
Tabel 4.12. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Modifikasi ... 54
Tabel 4.13. Uji Hipotesis ... 55
Tabel 4.14. Analisis Structural Assurance ... 56
vii
Gambar 4.1. Model Pengukuran dan Struktural Structural assurance
Dan Trust: One Step Approach-Base Model ... 53 Gambar 4.2. Model Pengukuran dan Struktural Structural assurance
viii Lampiran 2 : Hasil Rekap Jawaban Responden Lampiran 3 : Hasil Uji Outlier
vi
Oleh :
Rifqi Mizanuddin
Penelitian ini bertujuan untuk mencari bukti empiris mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan (trust) pengguna internet terhadap sistem
electronic commerce. Ketidakpastian yang melekat di electronic commerce
membuat para peneliti berargumen bahwa membangun kepercayaan (trust) dan memperkecil risiko menjadi faktor paling penting dalam bertransaksi di electronic commerce (Pavlov, 2003, Gefen et al. 2003, Jarvenpaa dan Tractinsky, 1999, McKnight, 2002). Kepercayaan (trust) menjadi katalisator bagi transaksi penjual dan pembeli yang membuat konsumen memiliki harapan besar untuk puas terhadap hubungan tukar-menukar tersebut. Kepercayaan (trust) terhadap
electronic vendor menentukan putusan konsumen untuk melakukan hubungan penyedia bisnis e-commerce. Dharma,(2006:5).tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh structural assurance yang berorientasi pada (B2C) terhadap beriklan di e-commerce Jawa Pos Surabaya. Dan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh trust yang berorientasi pada (B2C) terhadap beriklan di e-commerce Jawa Pos Surabaya.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang melakukan transaksi beriklan di e-commerce Jawa Pos. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 100 responden dengan menggunakan analisis Structural Equation Modelling.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa a).Faktor
Structural assurance berpengaruh positif terhadap Faktor Beriklan e-commerce, tidak dapat diterima . b)Faktor Trust berpengaruh positif terhadap Faktor Beriklan e-commerce, dapat diterima.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Internet merupakan sarana elektronik yang dapat dipergunakan untuk berbagai aktivitas seperti komunikasi, riset, transaksi bisnis dan lainnya. Sejak
diperkenalkan pada tahun 1969 di Amerika Serikat, internet mengalami perkembangan yang luar biasa. Apalagi dengan diperkenalkannya teknologi
World Wide Web (WWW), semakin menambah sempurnanya teknologi tersebut (McLeod dan Schell, 2004:64). Teknologi internet menghubungkan ribuan jaringan komputer individual dan organisasi di seluruh dunia. Setidaknya ada
enam alasan mengapa teknologi internet begitu populer. Keenam alasan tersebut adalah internet memiliki konektivitas dan jangkauan yang luas; dapat mengurangi biaya komunikasi; biaya transaksi yang lebih rendah; dapat mengurangi biaya
agency; interaktif, fleksibel, dan mudah; serta memiliki kemampuan untuk mendistribusikan pengetahuan secara cepat (Laudon dan Laudon, 2000:300).
Penggunaan internet untuk aktivitas transaksi bisnis dikenal dengan istilah
Electronic Commerce (e-commerce) (McLeod dan Schell, 2004:49). Menurut Indrajit (2001:2), karakteristik e-commerce terdiri atas terjadinya transaksi antara
dua belah pihak; adanya pertukaran barang, jasa, atau informasi; dan internet
sebagai medium utama dalam proses transaksi. Dalam praktiknya, transaksi e-commercedapat terjadi antara organisasi bisnis dengan sesama organisasi bisnis
Pengguna internet di Indonesia yang resmi tercatat berlangganan pada tahun 2003 sebanyak 739.571, yang terbagi dalam kategori personal/perseorangan
sebanyak 591.045 dan korporasi sebanyak 148.526 (CIC, 2004). Jumlah tersebut belum termasuk pengguna yang memanfaatkan jasa internet cafe, warnet, dan
fasilitas internet instan seperti Terlkomnet Instan, Mobile-8, atau StarOne. menurut catatan WDR research, pertumbuhan pengguna internet di Indonesia
mencapai 05% per tahun dan merupakan pertumbuhan paling tinggi di antara
negara-negara di Asia setelah China (Boerhanoeddin, 2003).
Kondisi tersebut dapat dijadikan pemicu untuk menumbuhkan e-commerce di Indonesia. Dengan semakin banyaknya pengguna internet,
diharapkan dapat mempengaruhi perilaku masyarakat dalam melakukan pembelian barang/jasa, yaitu dari pembelian secara konvensional ke e-commerce.
Sebagaimana hasil penelitian Liao dan Cheung (2001) bahwa pengguna internet di
Singapura, semakin banyak mempergunakan internet maka ia semakin senang melakukan pembelian melalui e-shop (toko maya). Fenomena ini diharapkan
dapat menjadi daya tarik bagi pengusaha, khususnya di Indonesia, untuk mulai mengembangkan inovasi bisnis melalui e-commerce.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari bukti empiris mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan (trust) pengguna internet terhadap sistem
electronic commerce. Ketidakpastian yang melekat di electronic commerce
membuat para peneliti berargumen bahwa membangun kepercayaan (trust) dan
McKnight, 2002). Kepercayaan (trust) menjadi katalisator bagi transaksi penjual dan pembeli yang membuat konsumen memiliki harapan besar untuk puas
terhadap hubungantukar-menukar tersebut. Kepercayaan (trust) terhadap
electronic vendor menentukan putusan konsumen untuk melakukan hubungan penyedia bisnis e-commerce. Dharma,(2006:5).
Kekurang-percayaan terhadap web vendor akan menghalangi konsumen menggunakan produk web vendor (Bhattacherjee, 2002) mendefinisikan
kepercayaan (trust) di e-commerce system sebagai kesediaan konsumen untuk bergantung pada penjual dan melakukan tindakan walaupun penjual dapat dengan
mudah merugikan konsumen. Gefen et al. (2003) memperoleh bukti empiris bahwa structural assurance berpengaruh terhadap timbulnya trust terhadap sistem e-commerce. Structural assurance mengacu pada penilaian adanya mekanisme
keamanan jaringan sistem electronic commerce yang memadai. Keyakinan terhadap struktur muncul karena pengguna yakin bahwa teknologi sistem e-commerce memberikan perlindungan sehingga konsumen yakin bahwa transaksi
melalui internet dapat berjalan aman (McKnight et al., 2002). Jarvenpaa dan Tractinsky (1999) meneliti bahwa perceived reputation suatu situs belanja suatu
situs belanja berpengaruh terhadap trust di e-commerce. Trust terhadap penjual bergantung pada keahlian, kemampuan untuk menyenangkan dan kesamaan
Obyek penelitian ini adalah e-commerce Jawa Pos yang mengacu pada (B2C) Bussiness to Consumer, dari sebuah koran yang hampir mati, Jawa Pos
sekarang menjadi grup media terbesar di Indonesia. Memiliki total lebih dari 150 koran, tabloid, majalah, dan televisi. Tersebar di seluruh penjuru Indonesia, dari
Aceh hingga Papua. Jawa Pos lahir pada 1 Juli 1949. Pendirinya adalah The Chung Shen, dengan Gho Cheng Hok sebagai pemimpin redaksi pertama. Kantor pertama Jawa Pos terletak di China Town Surabaya, Jalan Kembang Jepun pada
1982, kondisi Jawa Pos sangatlah mengkhawatirkan. Oplah harian hanya sekitar 6.000 eksemplar.
Jumlah ini akan terus bertambah pada tahun-tahun berikutnya.
Dalam konsep bisnis retail, pelayanan menjadi fokus dan cenderung diarahkan untuk kemudahan transaksi bisnis. Electronic commerce merupakan penggunaan
jaringan komputer untuk melakukan pembelian dan penjualan barang, jasa dan informasi secara elektronis. E-commerce berhubungan dengan penjualan,
periklanan, pemesanan produk yang semuanya dikerjakan melalui internet. Di Jawa Pos sendiri program e-commerce yang mengacu pada (B2C) Bussiness to Consumer yaitu konsumen akhir yang akan mengkonsumsi barang atau jasa yang
dibeli atau dijual.Dharma,(2006). Jawa pos mengembangkan (B2C) Business to Consumer yaitu terbuka untuk umum, di mana informasi disebarkan secara
umum kemudian service yang dilakukan bersifat umum, sehingga mekanismenya dapat digunakan oleh orang banyak, service yang diberikan berdasarkan permintaan, sering dilakukan sistem pendekatan client-server, di mana konsumen
atau jasa (business procedure) berada di pihak server. suatu sistem e-commerce yang secure, oleh karena itulah dibutuhkan structural assurance atau keamanan
jaringan electronic commerce seperti garansi, kontrak, ataupun prosedur lainnya ada dan berjalan dengan baik (McKnight et al. 2002, Shapiro, 1987). Berikut data
konsumen yang bertransaksi (beriklan) dalam melakukan transaksi di e-commerce
Jawa Pos Surabaya antara tahun 2006 – 2008:
Tabel 1. Transaksi e-commerce (beriklan) di Jawa Pos pada Tahun 2006-2008
Tahun
Transaksi e-commerce
Periklanan Target Penjualan Penjualan
2006 1400 user 400 user 120 transaction
2007 1715 user 400 user 285 transaction
2008 1525 user 400 user 175 transaction
Sumber: PT. Jawa Pos, (2009).
Dari gambaran data diatas menunjukkan bahwa sangat sedikit sekali
konsumen yang melakukan aktivitas transaksinya (beriklan) melalui e-commerce
di Jawa Pos sebab program e-commerce sendiri di Jawa Pos Surabaya masih baru berdiri jadi diperlukan pengenalan terlebih dahulu kepada konsumen, terlihat dari
data di atas transaksi (B2C) selama kurun waktu 2006 sebesar 1400 pengiklan dengan transaksi penjualan sebesar120 transaksi, kemudian tahun 2007 pengiklan sebesar 1715 user dengan transaksi penjualan sekitar 285 transaksi dan tahun 2008
pengiklan sebesar 1525 user dengan transaksi penjualan sebesar 175 transaksi penjualan yang melakukan aktivitas e-commerce di Jawa Pos Surabaya, sangat
jauh sekali dari harapan PT.Jawa Pos Surabaya
Data di atas menunjukkan bahwa transaksi (beriklan) melalui e-commerce
memiliki potensi resiko yang cukup tinggi. Tetapi mengapa transaksi e-commerce
yang diperoleh lebih besar daripada risikonya, hal ini bisa dikarenakan kurangnya kepercayaan konsumen (B2C) kepada vendor, sebab proses yang agak lama,
kemudian diperlukan verifikasi data yang cukup lama, sehingga membuat konsumen enggan bertransaksi (beriklan) melalui e-commerce Jawa Pos yang
mulai dibangun tahun 2004 hingga sekarang. Jawa Pos memberikan kepercayaan (trust) di e-commerce system sebagai kesediaan konsumen untuk bergantung pada penjual dan melakukan tindakan walaupun penjual dapat dengan mudah
merugikan konsumen.
Menurut Tan dan Thoen (2000), dapat dieliminir dengan menjalin
komunikasi yang baik antara dua pihak yang bertransaksi, di antaranya melalui penyajian informasi yang relevan. Penyajian informasi yang baik akan menghindari terjadinya information asymmetry yang seringkali dimanfaatkan
pihak lain untuk melakukan kejahatan di internet (cybercrime).
Kurangnya rasa percaya menjadi alasan utama konsumen untuk tidak berhubungan dengan situs e-commerce (Keen dalam Pavlou, 2003). Ketidakpastian yang melekat di electronic commerce membuat para peneliti berargumen bahwa membangun kepercayaan (trust) dan memperkecil risiko
menjadi faktor paling penting dalam bertransaksi di electronic commerce. Hanya
pelanggan yang memiliki kepercayaan yang akan berani melakukan transaksi melalui media internet. Tanpa ada kepercayaan dari pelanggan, mustahil transaksi
. Dari uraian diatas, peneliti termotivasi untuk mengadakan penelitian
dengan judul ”Pengar uh Structural Assurance Dan Trust Ter hadap Ber iklan Di e-commerce J awa Pos Sur abaya”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah structural assurance yang berorientasi pada (B2C) berpengaruh terhadap beriklan di e-commerce Jawa Pos Surabaya?.
2. Apakah trust yang berorientasi pada (B2C) berpengaruh terhadap beriklan
di e-commerce Jawa Pos Surabaya?.
1.3. Tujuan Penelitian
Dilihat dari perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh structural assurance yang berorientasi pada (B2C) terhadap beriklan di e-commerce Jawa Pos Surabaya. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh trust yang berorientasi pada
(B2C) terhadap beriklan di e-commerce Jawa Pos Surabaya.
1.4. Manfaat Penelitian
a. Menambah ilmu pengetahuan dan kepustakaan bagi mahasiswa khususnya
b. Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk memberikan informasi dan pertimbangan perusahaan dalam melakukan pemasaran yang efektif dan
efisien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian – penelitian terdahulu yang telah dilakukan diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Dharma, Fitri. (2006) dengan judul
“Pengaruh structural assurance dan perceived reputation terhadap trust pengguna internet di sistem e – commerce”. Permasalahan yang diajukan dalam penelitian
ini adalah .
1. Apakah structural assurance berpengaruh positif kepada kepercayaan (trust) terhadap sistem e-commerce?
2. Apakah perceived reputation website berpengaruh positif kepada kepercayaan (trust) terhadap sistem e-commerce?
• Alat analisis yang digunakan adalah dengan model pengujian regresi berganda
dengan bantuan software SPSS versi 10. Analisis regresi pada dasarnya adalah
studi mengenai ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (bebas) dengan tujuan mengestimasi atau
memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui
• Hasil penelitian : Melalui temuan riset ini diharapkan memberikan konstribusi
bagi entitas bisnis dot com dalam melakukan desain dan pengendalian bagi situs e-commerce yang dikelolanya. Penelitian ini menemukan bukti empiris
berpengaruh terhadap trust pengguna internet Indonesia terhadap situs e-commerce.
Penelitian selanjutnya dilkukan oleh Jusuf, Eddy. (2004). Dengan judul “Perancangan Aplikasi e-business Berbasis Web Sebagai Sarana Penyampaian
Informasi Distribusi Di PT.Citra Parahyangan Bandung”. Permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah ada suatu media komunikasi yang memberikan informasi dengan cepat, akurat dan mudah antara distributor sebagai principal dengan sub-distributor sebagai customer?
2. Apakah jaringan informasi tentang produk dan layanan yang tersedia di PT.Citra Parahyangan sebagai principal dapat diterima dan diakses secara
cepat oleh customer?
• Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode aplikasi World ide
Web untuk mendukung promosi, pemasaran dan pengambilan keputusan di
PT. Citra Parahyangan Bandung.
• Hasil penelitian Dengan adanya website di PT.Citra Parahyangan
penyampaian informasi menjadi cepat, akurat dan mudah antara distributor dengan subdistributor karena di dalam website terdapat beberapa menu pilihan
seperti menu produk minuman dan rokok akan terlihat informasi produk-produk apa saja yang terdapat di PT.Citra Parahyangan, sehingga informasi tentang poduk yang ditawarkan PT.Citra Parahyangan diterima oleh
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya untuk berkembang dan mendapatkan laba. Tidak akan ada suatu perusahaan yang dapat bertahan lama bila perusahaan tersebut tidak mampu menjual produk aatau jasa yang dihasilkannya. Pengertian pemasaran telah
banyak diberikan para ahli di bidang pemasaran antara lain:
Menurut Nitisemito (1981:13) marketing adalah semua kegiatan yang
bertujuan untuk memperlancar arus barang atau jasa dari produsen ke konsumen secara paling efisien dengan maksud untuk menciptakan permintaan yang efektif, Menurut Stanton pada buku Swastha dan Irawan (1983:5) pemasaran
adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang bertujuan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang
dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.
2.2.2. Pengertian Marketing Mix
Marketing mix merupakan variabel yang dipakai oleh perusahaan sebagai
sarana untuk memenuhi atau melayani kebutuhan dan keinginan konsumen.
a. Produk, meliputi product assortment, configuration engine dan alat perencanaan serta layout dalam pengelolaannya perlu adanya perencanaan
dan pengembangan produk atau jasa untuk dipasarkan, selain itu keputusan-keputusan yang perlu diambil menyangkut masalah
pembelian merek, pembungkusan, warna dan bentuk produk lainnya. b. Harga, diantaranya dynamic pricing, forward auctions, reverse auctions
dalam kebijaksanaannya manajemen harus menentukan harga dasar dari
produknya, kemudian menentukan kebijaksanaan
c. Promosi, mencakup online, ads, sponsored links, outbond email dan
rekomendasi promosi ini dipakai untuk memberi tahu dan mempengaruhi pasar bagi produk perusahaan yang termasuk kegiatannya adalah periklanan.
d. Distribusi, adalah memilih perantara yang akan digunakan dalam saluran distribusi, serta mengembangkan sistem distribusi secara fisik,
seperti FAQ, email response, community, site.
e. Personalisasi, di antaranya custumization, individualization, rules based system, dan collaborative.
f. Privacy, terutama menyangkut data-data pribadi pelanggan.
g. Customer service, misalnya FAQ, dan help desk, email response
management
i. Site, di antaranya home page, navigation dan search serta desain layout webpage.
j. Security, yakni keamanan bertransaksi k. Sales promotion, seperti e-coupon.
2.3. Perilaku Konsumen
2.3.1. Pengertian Perilaku Konsumen
Menurut Winardi (1991:41) pada buku Sumartono (2002:97) perilaku konsumen dapat dirumuskan sebagai perilaku yang ditunjukkan oleh orang-orang
dalam hal merencanakan, membeli, dan mengunakan produk dan jasa sedemikian rupa sehingga hal tersebut memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa analisa peilaku konsumen tidak hanya mempelajari apa yang akan dibeli atau dikonsumsi konsumen, tetapi juga dimana, bagaimana konsumen dan dalam kondisi yang bagaimana barang dan jasa itu dibeli.
2.3.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi peilaku konsumen menurut
Kotler dan Amstrong (1997:144), yaitu: a. Faktor budaya
1) Budaya: kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan tingkah
laku yang dipelajari serang anggota masyarakat dari keluarga
2) Sub budaya: sekelompok orang yang mempunyai sistem nilai sama
berdasarkan pengalaman hidup dan situasi.
b. Faktor sosial
1) Kelompok acuan: kelompok acuan berfungsi sebagai titik perbandingan
atau acuan langsung (tatap muka) atau tidak langsung dalam membentuk sikap atau tingkah laku seseorang.
2) Keluarga: adalah faktor yang mempengaruhi tingkah laku pembeli yang merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat.
3) Peran dan status: peran terdiri dari aktifitas yang diharapkan dilakukan seseorang menurut orang-orang yang ada di sekitarnya. Sedangkan status
mencerminkan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat. c. Faktor pribadi
1) Umur dan tahap daur hidup: orang mengubah barang dan jasa yang
mereka beli semasa hidupnya, dipengaruhi oleh faktor umur.
2) Pendapatan: mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Seseorang
yang mempunyai pendapatan yang bagus cenderung akan memilih produk dan jasa yang dapat menunjang penampilan mereka.
3) Situasi ekonomi: Pemasar produk yang peka terhadap pendapatan
mengamati kecenderungan dalam pendapatan pribadi, tabungan, dan tingkat minat.
4) Gaya hidup: pola kehidupan seseorang diwujudkan dalam aktifitas, interest, dan opininya.
5) Kepribadian dan konsep diri: kepribadian adalah karakteristik
konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan dan dirinya sendiri. Sedangkan konsep diri adalah apa yang dimiliki seseorang memberi
kontribusi dan mencerminkan identitas mereka. d. Faktor psikologi
1) Motivasi: adalah kebutuhan yang cukup menekan yang mengarahkan seseorang mencari cara untuk memuaskan kebutuhannya.
2) Persepsi: merupakan proses yang dilalui orang dalam memilih,
mengorganisasikan, dan menginterpretasikan informasi guna membentuk gambaran yang berarti atau berguna.
3) Pengetahuan: merupakan perubahan dalam tingkah laku individual yang muncul dari pengalaman.
4) Keyakinan dan sikap: keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang
dimiliki seseorang mengenai sesuatu. Sikap adalah evaluasi, perasaan, dan kecenderungan dari seseorang terhadap siuatu obyek atau ide 2.4. Electr onic Commer ce
Electronic commerce didefinisikan beragam oleh para peneliti. Pada
penelitian ini, penulis mengambil definisi electronic commerce yang dikemukakan oleh Urbaczewski et al. (2002) yakni penggunaan jaringan komputer untuk
melakukan penjualan dan pembelian barang, jasa atau informasi secara elektronis
dengan para suplier, konsumen atau kompetitor atau antar konsumen. Definisi ini membutuhkan dua persyaratan agar suatu perniagaan dapat disebut sebagai electronic commerce. Syarat pertama: perniagaan dilakukan secara online dan
Perniagaan secara online mengindikasikan adanya penggunaan jaringan
komputer yang menjadi dasar teknologi informasinya untuk mendukung
akumulasi data, manipulasi atau komunikasi. Jaringan komputer yang digunakan dalam bertransaksi berupa jaringan terbuka seperti internet ataupun jaringan privat
yang tertutup seperti intranet yang hanya dapat digunakan oleh kalangan tertentu yang diizinkan pengelola jaringan. Fokus penelitian ini adalah perniagaan secara elektronik pada jaringan internet. Pertukaran nilai (exchange value) yang dilakukan melalui e-commerce melibatkan hal yang berkaitan dengan barang, jasa,
informasi, uang, waktu dan kenyamanan. Perusahaan manufaktur, distributor
ataupun pedagang eceran dapat menjual produknya melalui internet. Bila produk berupa barang digital (misal: software atau musik) dapat juga dijual melalui internet. Demikian pula suatu bank dapat memberikan pelayanan kepada
konsumennya untuk membayar tagihan atau memperbaiki data pribadinya dengan menggunakan jaringan internet.
Ada tiga elemen berbeda yang ditemui di e-commerce. Pertama, vendor
yakni organisasi atau orang yang menjual barang atau jasa secara elektronik.Mereka disebut electronic vendor atau e-vendor. Kedua, konsumen
yang menggunakan jasa elektronik untuk mencari informasi, memesan jasa atau membeli produk. Ketiga, teknologi berupa perangkat keras (komputer, internet,
telepon seluler), perangkat lunak yang dapat digunakan untuk bertransaksi (Cowles et al. 2002). E-commerce berdasar pasarnya dapat dibagi menjadi dua
e-commerce akan melakukan pertukaran bisnis antar organisasi bisnis di pasar
online tersebut. Sedang pasar yang dituju e-vendor yang bergerak di business to consumer (B2C) e-commerce adalah konsumen akhir yang akan mengkonsumsi
barang atau jasa yang dibeli. Riset ini akan memfokuskan trust yang ada di business to consumer (B2C) e-commerce
2.4.1. Berdasarkan Jenis Transaksinya e-Commerce dibagi 2:
1. Business to business e-commerce (B2B)
Transaksi perdagangan melalui internet yang dilakukan oleh dua atau lebih
perusahan. Transaksi dagang tersebut sering disebut sebagai Enterprise Resources Planning (ERP) ataupun supply chain management.
2. Business to Consumer e-commerce (B2C)
Merupakan transaksi jual beli melalui internet antara penjual barang konsumsi dengan konsumen (end user).
2.4.1.1. Pokok-pokok Permasalahan E-commerce
Bidang-bidang yang membutuhkan kehadiran perjanjian internasional untuk melindungi internet sebagai media yang tidak mempunyai aturan, yaitu:
a. Masalah Finansial
Bea Cukai dan Perpajakan Perpajakan di internet harus mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Pajak harus tidak mengubah maupun menghalangi perdagangan.
2. Sistem pajak tersebut harus sederhana dan transparan (mudah dilaksanakan
3. Sistem tersebut harus dapat menyesuaikan dengan sistem pajak yang sekarang digunakan oleh negara-negara yang telah menjalankannya.
b. Masalah Hukum
Uniform Commercial Code (UCC) untuk e-commerce UCC adalah sebuah
dokumen hukum dagang yang penting. The National Conference of Commisioners of Uniform State of Law (NCCUSL) dan American Law Institute, para sponsor UCC telah berusaha menyesuaikan UCC pada
cyberspace. Prinsip-prinsip berikut, jika memungkinkan, harus memberi pedoman pada pembuatan bagan peraturan-peraturan yang menentukan
e-commerce global:
- Orang seharusnya bebas mengharapkan adanya hubungan kontrak di antara mereka.
- Peraturan-peraturan harus murni teknologi.
- Peraturan-peraturan yang sudah ada harus dimodifikasi untuk
mendukung penggunaan teknologi elektronik.
- Proses-proses ini harus meliputi sektor perdagangan high-tech dan juga perusahaan-perusahaan yang belum online.
Dengan prinsip-prinsip yang dimaksud, harus dikembangkan ketetapan model tambahan dan harus menyeragamkan prinsip-prinsip dasar untuk
c. Masalah Akses Pasar
Sarana Telekomunikasi dan teknologi Informasi E-commerce global
bergantung pada jaringan telekomunikasi yang modern, bersifat tidak berlapis dan global, juga bergantung pada penerapan komputer dan penerapan informasi yang
dihubungkan dengan e-commerce. Masalah yang dihadapi konsumen: 1. Layanan telekomunikasi terlalu mahal.
2. Bandwidth terlalu terbatas dan layanannya tidak banyak tersedia dan tidak
dapat dipercaya. Isi (Content) Ada empat bidang yang diprioritaskan, yaitu: 1. Peraturan mengenai isi
2. Quota isi asing 3. Peraturan periklanan
4. Peraturan untuk menghindari penipuan
Standar teknik Untuk menjamin pertumbuhan e-commerce global di internet, standar-standar diperlukan dalam penjaminan kemampuan yang dapat
dipercaya, interoperabilitas, pengurangan pemakaian, dan skalabilitas pada bidang-bidang seperti:
1. Pembayaran elektronis
2. Keamanan
3. Prasarana layanan keamanan
4. Sistem manajemen copyright elektronis 5. Pengkonversian video dan data
2.4.1. 2. Sistem Aplikasi e-commerce
Murthy (2004) mengklasifikasikan sistem electronic commerce sebagai
sistem informasi akuntansi yang real time dan berbasis internet online. Sistem Informasi akuntansi menurut Wilkinson et al. (2001) adalah kesatuan struktur
pada suatu entitas bisnis yang menggunakan sumber daya fisik dan komponen lainnya untuk mengubah data ekonomi menjadi informasi akuntansi dengan tujuan memuaskan kebutuhan informasi bagi berbagai pengguna. Aplikasi web
e-commerce beroperasi melibatkan dua sisi yakni sisi mesin server dan sisi client atau sering disebut server/client. Server bertugas menyediakan bermacam-macam
jenis layanan misalnya adalah pengaksesan berkas, peripheral, database dan dihubungkan dengan berbagai client. Sedangkan client adalah sebuah terminal yang menggunakan layanan tersebut.
Sedangkan e-commerce pada dasarnya merupakan model transaksi jual-beli modern (sales oriented) yang mengimplikasikan inovasi teknologi seperti
internet sebagai media transaksi. Dengan demikian selama tidak diperjanjikan lain, maka ketentuan umum tentang perikatan dan perjanjian jual-beli yang diatur dalam Buku III KUHPerdana berlaku sebagai dasar hukum aktifitas e-commerce
di Indonesia. Jika dalam pelaksanaan transaksi e-commerce tersebut timbul sengketa, maka para pihak dapat mencari penyelesaiannya dalam ketentuan
tersebut. Christine dan Vela,(2002).
1.Vendor adalah organisasi, perusahaan atau orang yang menjual barang atau jasa secara elektronik kepada konsumen.
2.Users adalah konsumen yang menggunakan jasa elektronik untuk mencari informasi, memesan jasa atau membeli produk.
3.Teknologi Perangkat Keras adalah perangkat lunak yang dapat digunakan untuk bertransaksi (Cowles et al. 2002) seperti : (komputer, internet, telepon seluler).
2.5. Trust Di E-Commerce
Mengadopsi istilah yang digunakan Jarvenpaa dan Tractinsky (1999) penulis mendefinisikan kepercayaan (trust) di sistem e-commerce sebagai
kesediaan konsumen untuk bergantung pada penjual dan melakukan tindakan pembelian walaupun penjual dapat dengan mudah merugikan konsumen. Trust
adalah suatu harapan bahwa pihak yang telah dipercaya tidak akan berlaku curang dengan mengambil keuntungan pribadi dalam situasi tertentu (Gefen et al. 2003).
Trust merupakan keyakinan bahwa masing-masing pihak saling bergantung dan saling membutuhkan (Kumar et al. 1995). Trust berkaitan dengan keyakinan
bahwa pihak yang dipercaya akan memenuhi komitmennya (Luhman, 1979 dan Rotter, 1971 dalam Gefen et al. 2003). Jarak jauh yang memisahkan konsumen
dan situs belanja dan infrastruktur internet menghasilkan ketidakpastian dalam bertransaksi dengan e-vendor sehingga pelanggan memiliki risiko kehilangan
dimonitor (Reichheld dan Schefter 2000 dalam Gefen et al. 2003).
Kurangnya rasa percaya menjadi alasan utama konsumen untuk tidak berhubungan dengan situs e-commerce (Keen dalam Pavlou, 2003). Ketidakpastian yang melekat di electronic commerce membuat para peneliti
berargumen bahwa membangun kepercayaan (trust) dan memperkecil risiko menjadi faktor paling penting dalam bertransaksi di electronic commerce
Adapun instrumen indikator dari Trust di e-commerce adalah sebagai
berikut:Friedman, B., P.H. Kahn, Jr., dan Howe, D.C. (2000).
1. Harapan tidak berlaku curang adalah harapan bahwa pihak yang telah dipercaya
tidak akan berlaku curang dengan mengambil keuntungan pribadi dalam situasi tertentu.
2. Keyakinan saling membutuhkan dan ketergantungan adalah merupakan
keyakinan bahwa masing-masing pihak saling bergantung dan saling membutuhkan (Kumar et al. 1995). Yang berkaitan dengan keyakinan bahwa
pihak yang dipercaya akan memenuhi komitmennya.
3. Reputasi Perusahaan adalah keyakinan konsumen bahwa organisasi yang menjual barang atau jasa akan jujur dan peduli kepada konsumen mereka,
mengenai kemampuan, integritas dan goodwill.
4. Komitmen dalam melaksanakan transaksi adalah baik penjual maupun pembeli
sama-sama saling bertanggung jawab terhadap transaksi yang dijalankan.
2.6. Structural assurance
electronic commerce seperti garansi, kontrak, ataupun prosedur lainnya ada dan
berjalan dengan baik (McKnight et al. 2002, Shapiro, 1987). Seseorang memiliki
persepsi structural assurance yang tinggi yakin bahwa teknologi internet (misal: enkripsi data) memberikan perlindungan, sehingga seseorang yakin bahwa transaksi melalui internet dapat berjalan aman (McKnight et al., 2002). Enkripsi, perlindungan hukum dan technology safeguard menjaga konsumen agar tidak
kehilangan uang dan privacy.Menurut Gefen et al. (2003), structural assurance dapat terbangun ke dalam situs e-commerce melalui kerja sama dengan pihak
ketiga yang memiliki reputasi baik dalam masalah keamanan jaringan dan memberikan standar jaminan keamanan internet dengan web assurance seal seperti Verisign, TRUSTe, Good House Keepingdan CPA Web Trust.
Konsumen yang merasa aman terhadap lingkungan internet secara
keseluruhan akan cenderung percaya terhadap website yang menyediakan pelayanan electronic commerce dibandingkan dengan orang yang merasa bahwa
internet tidak aman karena tidak yakin adanya perlindungan yang memadai di situs e-commerce (Gefen et al., 2003, McKnight et al., 2002). Sehingga persepsi
yang baik terhadap structural assurance akan menimbulkan trust terhadap situs e-commerce. Penelitian McKnight et al. (2002) dan Gefen et al. (2003) menemukan bukti empiris bahwa structural assurance akan menimbulkan trust pengguna
internet terhadap system e-commerce.
1. Garansi adalah Merupakan suatu jaminan yang ditawarkan oleh perusahaan untuk pengembalian harga pembelian atau mengadakan perbaikan terhadap
produk yang rusak setelah pembelian.
2. Kontrak adalah perjanjian atau kesepakatan antara kedua belah pihak (pembeli
dan penjual) dalam melakukan transaksi jual beli produk.
3. Tingkat Keamanan adalah sekuritas yang diberikan oleh jasa penyedia layanan dalam melakukan transaksi jual beli.
2.7. Pengaruh Structural assurance Terhadap Beriklan di E-commerce.
Keamanan transaksi menuntu adanya autentikasi, integritas, otorisasi, konfidensialitas, dan reliabilitas pembayaran. Selain itu juga harus dijamin
anonimitas pembayar, transaksi tidak dapat dilacak, konfidensialitas data pembayaran, non-repudiasi pesan pembayaran, dan kesegaran pesan pembayaran.
Para pelaku e-commerce dan ahli-ahli komputer berusaha
mengkompromikan antara resiko keamanan data yang rendah pada transaksi off-line (resiko keamanan data yang tinggi pada transaksi on-off-line), rendahnya biaya
komunikasi pada transaksi on-line (tingginya biaya komunikasi pada transaksi off-line), dan tingginya traceablity pada transaksi on-line (rendahnya traceability pada transaksi off-line) untuk memperoleh suatu sistem e-commerce yang secure,
oleh karena itulah dibutuhkan structural assurance atau keamanan jaringan electronic commerce seperti garansi, kontrak, ataupun prosedur lainnya ada dan berjalan dengan baik (McKnight et al. 2002, Shapiro, 1987).
pelayanan electronic commerce dibandingkan dengan orang yang merasa bahwa internet tidak aman karena tidak yakin adanya perlindungan yang memadai di situs e-commerce (Gefen et al., 2003, McKnight et al., 2002). Sehingga persepsi
yang baik terhadap structural assurance akan menimbulkan trust terhadap situs e-commerce.
2.7.1. Pengaruh Trust Terhadap E-Commerce.
Di electronic commerce, toko-toko online berusaha untuk membangun
persepsi mengenai reputasi mereka dengan berbagai cara, misal: mempublikasikan kesaksian konsumen ketika bertransaksi melalui website mereka atau dengan
memiliki sertifikat atau lisensi mengenai keamanan dan kepercayaan dari pihak ketiga, contoh lisensi dari veri sign).
Perceived reputation memberikan keyakinan kepada pihak lain mengenai
kemampuan, integritas dan goodwill. Keyakinan membantu untuk meningkatkan trust terutama ketika pihak-pihak tersebut belum pernah berinteraksi sebelumnya
sehingga belum memiliki pengetahuan tentang masing-masing pihak. keyakinan konsumen bahwa organisasi yang menjual barang atau jasa akan jujur dan peduli kepada konsumen mereka (Donney dan Cannon 1997 dalam Jarvenpa dan
Tractinsky, 1999). Reputasi baik inilah merupakan signal bahwa perusahaan di masa lalu berupaya dengan sabar untuk tidak bersikap oportunistik (Smith &
Barclay, 1997). Penjual berusaha menghindarkan hal yang menyebabkan mereka memperoleh reputasi buruk sehingga dapat menciptakan trust kepada konsumen.
Ketidakpastian yang melekat di electronic commerce membuat para peneliti
2.9. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas dalam
penelitian ini adalah:
1. Bahwa structural assurance berpengaruh positif terhadap beriklan
di e-commerce Jawa Pos Surabaya.
29
3.1. Definisi Operasional
3.1.1. Definisi Operasional Variabel
Untuk kemudahan dalam memahami penilitian ini serta menghindari kesalahan persepsi, maka perlu diuraikan definisi operasional variabel-variabel
yang akan diteliti. Variabel-variabel tersebut adalah:
1. Beriklan E-commerce (Y).
Penggunaan jaringan komputer untuk melakukan penjualan dan pembelian dan panjualan barang, jasa atau informasi secara elektronis dengan para suplier, konsumen atau kompetitor atau antar konsumen. Adapun instrumen
indikator dari e-commerce adalah sebagai berikut: Dharma,Fitri.(2006: 6). a. Vendor (Y1) adalah organisasi, perusahaan atau orang yang menjual
barang atau jasa secara elektronik kepada konsumen.
b. Users (Y2) adalah konsumen yang menggunakan jasa elektronik untuk mencari informasi, memesan jasa atau membeli produk.
c. Teknologi Perangkat Keras (Y3) adalah perangkat lunak yang dapat digunakan untuk bertransaksi (Cowles et al. 2002) seperti : (komputer,
internet, telepon seluler). 2. Structural assurance (X1)
transaksi melalui internet dapat berjalan aman, tidak berlaku curang dan tidak merasa kehilangan. Adapun instrumen indikator dari structural assurance
adalah sebagai berikut: Dharma,Fitri.(2006).
a. Garansi (X1.1) adalah Merupakan suatu jaminan yang ditawarkan oleh
perusahaan untuk pengembalian harga pembelian atau mengadakan perbaikan terhadap produk yang rusak setelah pembelian.
b. Kontrak (X1.2) adalah perjanjian atau kesepakatan antara kedua belah
pihak (pembeli dan penjual) dalam melakukan transaksi jual beli produk. c. Tingkat Keamanan (X1.3) adalah sekuritas yang diberikan oleh jasa
penyedia layanan dalam melakukan transaksi jual beli. 3. Keper cayaan (trust) di sistem e-commer ce (X2)
Adalah Sebagai kesediaan konsumen untuk bergantung pada penjual dan
melakukan tindakan pembelian walaupun penjual dapat dengan mudah merugikan konsumen. Trust adalah suatu harapan bahwa pihak yang telah
dipercaya tidak akan berlaku curang dengan mengambil keuntungan pribadi dalam situasi tertentu (Gefen et al. 2003). Adapun instrumen indikator trust di
sistem e-commerce adalah sebagai berikut: Dharma,Fitri.(2006).
a. Harapan tidak berlaku curang (X2.1
b. Keyakinan saling membutuhkan dan ketergantungan (X
) adalah harapan bahwa pihak yang telah dipercaya tidak akan berlaku curang dengan mengambil keuntungan
pribadi dalam situasi tertentu.
2.2) adalah
merupakan keyakinan bahwa masing-masing pihak saling bergantung dan
keyakinan bahwa pihak yang dipercaya akan memenuhi komitmennya. c. Reputasi Perusahaan (X2.3) adalah keyakinan konsumen bahwa organisasi
yang menjual barang atau jasa akan jujur dan peduli kepada konsumen mereka, mengenai kemampuan, integritas dan goodwill.
d. Komitmen dalam melakukan transaksi (X2.4
Sangat tidak setuju Sangat Setuju
Keterangan :
1 = Sangat tidak setuju
2 = Tidak setuju 3 = Netral
4 = Setuju 5 = Sangat setuju
) adalah baik penjual maupun pembeli saling bertanggung jawab terhadap transaksi yang dijalankan. Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan skala interval dengan pembobotan skala likert (likert scale). skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi
seseorang tentang fenomena yang terjadi .
Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan dan pertanyaan.
3.2. Teknik Pengambilan Sampel
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang melakukan aktivitas transaksi (beriklan) (B2C) e-commerce di Jawa Pos Surabaya.
b. Sampel
Sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling adalah teknik penarikan sampel non probabilitas yang menyeleksi responden-responden
tersebut berdasarkan karakteristi-karakeristik. Ciri-ciri Responden tersebut
adalah 1). Konsumen yang pernah bertransaksi (beriklan) (B2C) di
e-commerce di Jawa Pos Surabaya minimal 2 kali transaksi, 2). Melakukan transaksi iklan di e-commerce Jawa Pos Surabaya.
Pedoman pengukuran sampel menurut Augusty (2002: 48):
1. 100-200 sampel untuk teknik maximum Likelihood Estimation.
2. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya adalah 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi.
3. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10. bila terdapat 20 indikator, besarnya sampel adalah 100-200.
3.3. Jenis Data
Untuk menganalisa data yang baik maka diperlukan data yang valid, supaya
mengandung suatu kebenaran. Ada dua macam data yang dikumpulkan dari penelitian, yaitu:
a. Data Primer
Data yang dikumpulkan langsung dari lokasi penelitian, yaitu dengan menyebarkan daftar pertanyaan (kuesioner)
b. Data Sekunder
Data yang dikumpulkan dari pihak manajemen Jawa Pos berupa: sejarah
perusahaan
3.4. Sumber Data
Sumber data diperoleh dari perusahaan yang dijadikan sebagai responden adalah Jawa Pos Surabaya.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Digunakan untuk mendapatkan bukti–bukti yang berkaitan atau keterangan
yang lebih mendalam, khususnya berhubungan dengan beberapa hal yang belum jelas dari data yang ada, wawancara ini dilakukan kepada karyawan
b. Dokumentasi
Yaitu dengan mengumpulkan data, menggali data dokumen atau arsip-arsip
aturan yang disepakati, misalnya keberadaan perusahaan dan struktur manajemen perusahaan.
c. Kuesioner
Yaitu dengan menyebarkan angket daftar pertanyaan kepada karyawan perusahaan, Tujuannya adalah mendapatkan tanggapan langsung atas
pengaruh beberapa faktor terhadap kinerja karyawan.
3.6. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis
3.6.1. Teknik Analisis
Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modelling [SEM]. Model pengukuran variabel
structural assurance, trust terhadap e-commerce menggunakan Confirmatory Factor Analysis. Penaksiran pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap
variabel terikatnya menggunakan koefisien jalur. Persamaan Dimensi variabel structural assurance :
X1 = λ1 structural assurance + er_1
X2 = λ2 structural assurance + er_2
X3 = λ3 structural assurance + er_3
Bila persamaaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk diuji unidimensionalitasnya melalui confirmatory factor analysis, maka model pengukuran dengan contoh variabel structural assurance akan nampak sebagai
Gambar 4.1 : Contoh Model Pengukuran variabel structural assurance
Keterangan :
X1.1 = pertanyaan tentang garansi
X1.2 = pertanyaan tentang kontrak
X1.3 = pertanyaan tentang tingkat keamanan
er_j = error term X1j
3.7. Asumsi Model [Structural EquationModelling]
a. Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas
1) Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat diuji dengan metode-metode statistik.
2) Menggunakan Critical Ratio yang diperoleh dengan membagi koefisien sampel dengan standard errornya dan Skewness value yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif dimana nilai statistik untuk menguji
normalitas itu disebut sebagai Z-value. Pada tingkat signifikansi 1%, jika nilai Z lebih besar dari nilai kritis, maka dapat diduga bahwa distribusi
data adalah tidak normal.
3) Normal Probability Plot [SPSS 10.1].
4) Linieritas dengan mengamati scatterplots dari data yaitu dengan memilih
b. Evaluasi atas Outlier
1) Mengamati nilai Z-score : ketentuanya diantara ± 3,0 non outlier.
2) Multivariate outlier diuji dengan kriteria jarak Mahalanobis pada tingkat p
< 0,001. Jarak diuji dengan Chi-Square x2 pada df sebesar jumlah variabel
bebasnya. Ketentuan : bila Mahalanobis > dari nilai x2
Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang
terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel
kombinasi [Hair,1998].
adalah multivariate
outlier.
c. Deteksi Multicollinierity dan Singularity
Dengan mengamati Determinant matriks covarians. Dengan ketentuan apabila
determinant sample matrix mendekati angka 0 [kecil], maka terjadi multikolinieritas dan singularitas
d. Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang seharusnya
diukur. Sedangkan reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajad sampai
dimana masing-masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk yang umum.
Karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap latent variabel/
obseverd variable dan latent variable. Sedangkan reliabilitas diuji dengan
construct reliability dan Variance-extracted. Construct reliability dan
Variance-extracted dihitung dengan rumus berikut :
Var iance Ex t r act ed = [Σ Standardize Loading]
[Σ Standardize Loading] + Σ εj]
Sementara Σj dapat dihitung dengan formula εΨ j = 1 - [Standardize
Loading]
3.7.1. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal
Secara umum, nilai construct reliability yang dapat diterima adalah 0,7 dan variance extracted 0,5 [Hair et.al.,1998]. Standardize Loading dapat
diperoleh dari output AMOS 4.01, dengan melihat nilai estimasi setiap construct standardize regression weigths terhadap setiap butir sebagai indikatornya.
Pengaruh langsung [koefisien jalur] diamati dari bobot regresi terstandar, dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR [Critical Ratio] atau p
[probability] yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar daripada t table berarti signifikan.
3.7.2. Pengujian model dengan Two-Step Approach
Two-Step Approach to structural equation modelling [SEM] digunakan untuk menguji model yang diajukan pada gambar 3.7. Two-Step Approach
digunakan untuk mengatasi masalah sampel data yang kecil jika dibandingkan dengan jumlah butir instrumentasi yang digunakan dan keakuratan reliabilitas
[Σaai ding]
Const r uct Reliabilit y =
indikator-indikator terbaik dapat dicapai dalam two-step approach ini. Two-Step Approach bertujuan untuk menghindari interaksi antara model pengukuran dan
model struktural pada One Step Approach [Hair et.al., 1998]. Yang dilakukan dalam dalam two step approach to SEM adalah: estimasi terhadap measurement
model dan Estimasi terhadap structural model [Anderson dan Gerbing, 1988]. Cara yang dilakukan dalam menganalisis SEM dengan Two step approach adalah sebagai berikut:
a. Menjumlahkan skala butir-butir setiap konstrak menjadi sebuah indikator
summed-scale bagi setiap konstrak. Jika terdapat skala yang berbeda setiap
indikator tersebut distandardisasi [Z-scores] dengan mean = 0, deviasi standar = 1, yang tujuannya adalah untuk mengeliminasi pengaruh-pengaruh skala yang berbeda-beda tersebut [Hair et.al.,1998].
b. Menetapkan error [ε] dan lambda [λ] terms, error terms dapat dihitung
dengan rumus 0,1 kali dan lamda terms dengan rumus 0,95 kali [Anderson
dan Gerbing,1988]. Perhitungan construct reliability [εΨ
Keterangan akan symbol-simbol di dalam S.E.M adalah sebagai berikut :
] telah dijelaskan
pada bagian sebelumnya dan deviasi standar [σ] dapat dihitung dengan
bantuan program aplikasi statistik SPSS. Setelah error [ε] dan lambda [λ]
terms diketahui, skor-skor tersebut dimasukkan sebagai parameter fix pada analisis model pengukuran SEM.
: faktor/construct/latent variable/unobserved variable yaitu sebuah variabel bentukan, yang dibentuk melalui
: variabel terukur/obseverd variable/indicators variables yaitu variabel yang datanya harus dicari melalui observasi, misalnya
melalui instrumen-instrumen survei.
Garis dengan anak panah satu arah = garis yang menunjukkan hubungan
yang dihipotesiskan antara dua variable dimana variable yang dituju anak panah merupakan variable dependen.
Garis dengan anak panah dua arah = garis yang menunjukkan hubungan
yang tidak dihipotesiskan antara dua variable dimana kedua variabel berkorelasi.
3.7.3. Evaluasi Model
Hair et.al., 1998 menjelaskan bahwa pola “confirmatory” menunjukkan prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan
pengujian fit antara model teoritis dan data empiris. Jika model teoritis menggambarkan “good fit” dengan data, maka model dianggap sebagai yang
diperkuat. Sebaliknya, suatu model teotitis tidak diperkuat jika teori tersebut mempunyai suatu “poor fit” dengan data. Amos dapat menguji apakah model
“good fit” atau “poor fit”. Jadi, “good fit” model yang diuji sangat penting dalam
penggunaan structural equation modelling.
Pengujian terhadap model yang dikembangkan dengan berbagai kriteria
Goodness of Fit Indices
X2 Menguji apakah covariance populasi yang destimasi sama dengan cova-riance sample [apakah model sesuai dengan data].
-
Chi-Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks covariace data dan matriks covariance yang diestimasi.
Minimum 0,1 atau 0,2, atau ≥ 0,05
RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi-Square pada
sample besar. ≤ 0,08
GFI
Menghitung proporsi tertimbang varians dalam matrtiks sample yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi yang diestimasi [analog dengan R2
≥ 0,90 dalam regresi berganda].
AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF. ≥ 0,90 CMIND/DF Kesesuaian antara data dan model ≤ 2,00 TLI Pembandingan antara model yang diuji
terhadap baseline model. ≥ 0,95
CFI
Uji kelayakan model yang tidak sensitive terhadap besarnya sample dan kerumitan model.
≥ 0,94
Sumber
1. X² CHI SQUARE STATISTIK
: Hair et.al., [1998]
Alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah likelihood
ratio chi-square ini bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yang digunakan. Karenanya bila jumlah sampel cukup besar (lebih dari 200), statistik chi-square ini harus didampingi oleh alat uji lain. Model yang diuji akan
dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi-squarenya rendah. Semakin kecil nilai X² semakin baik model itu. Karena tujuan analisis adalah mengembangkan
X² bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yaitu terhadap sampel yang terlalu kecil maupun yang terlalu besar. Penggunaan Chi-Square hanya
sesuai bila ukuran sampel antara 100-200. Bila ukuran luar tentang itu, uji signifikan akan menjadi kurang reliable. Oleh karena itu pengujian ini perlu
dilengkapi dengan uji yang lain.
2. RMSEA-THE ROOT MEAN SQUARE ERROR Of APPROXIMATION
RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan mengkompensasi
chi-square statistik dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi alam populasi. Nilai
RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0, 08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya degress of freedom.
3. GFI – GOODNES of FIT INDEKS
GFI adalah analog dari R dalam regresi berganda. Indeks kesesuaian ini akan menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matriks kiovarians
sampel yang dijelaskan oleh kovarians matriks populasi yang terestimasi. GFI adalah sebuah ukuran non- statistika yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1,0 (perfect fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini
menunjukkan sebuah “better fit”.
4. AGFI – ADJUST GOODNES of FIT INDEX
AGFI = GFI/df Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai niali yang sama dengan atau lebih besar dari 0.09. GFI maupun AGFI adalah kriteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians
sebagai tingkatan yang baik (good overall model fit) sedangkan besaran nilai antara 0,09-0,95 menunjukkan tingkatan cukup (adequate fit).
5. CMIN/DF
Sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya sebuah model.
Dalam hal ini CMNI/DF tidak lain adalah statistik chi-square, X² dibagi Dfnya sehingga disebut X² relatif. Nilai X² relatif kurang dari 2,0 atau bahkan kurang dari 3,0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data. Nilai X² relatif
yang tinggi menandakan adanya perbedaan yang signifikan antara matriks kovarians yang diobservasikan dan diestimasi.
6. TLI – TUCKER LEWIS INDEKS
TLI adalah sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah
penerimaan ≥ 0,95 dan nilai yang mendekati 1 menunjukkan a very good fit.
7. CFI – COMPERATIF FIT INDEX
Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0-1, dimana semakin mendekati 1, mendidentifikasikan tingkat fit yang paling tinggi ( avery good fit). Nilai yang direkomendasikan adalah CFI > 0.95. Keunggulan dari indeks ini
besarnya tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel karena itu sangat baik untuk mengukur tingkat penerimaan sebuah model. Indeks CFI adalah identik dengan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan
Jawa Pos didirikan ole
Djawa Post
sebuah bioskop di
di surat kabar, lama-lama ia tertarik untuk membuat surat kabar sendiri. Setelah sukses dengan Jawa Pos-nya
selamanya mulus. Pada akhir tahun 1970-an, omzet Jawa Pos mengalami kemerosotan yang tajam. Tahun 1982, oplahnya hanya tinggal 6.800 eksemplar
saja. Koran-korannya yang lain sudah lebih dulu pensiun. Ketika usianya menginjak 80 ta
Pos. Dia merasa tidak mampu lagi mengurus perusahaannya, sementara tiga orang anaknya lebih memilih tinggal di
Pada ta
manajemen baru, Eric mengangkat
Biro Tempo di Surabaya untuk memimpin Jawa Pos. Eric Samola kemudian meninggal dunia pada ta Jawa Pos yang waktu itu hampir mati dengan oplah 6.000 eksemplar, dalam
Lima tahun kemudian terbentukla
salah satu jaringan surat kabar terbesar di Indonesia, dimana memiliki lebih dari 80 surat kabar, tabloid, dan majalah, serta 40 jaringan percetakan di Pada ta
salah satu gedung pencakar langit di di
semua wilayah di Indonesia. Tahun 2002, Jawa Pos Group membangun pabrik kertas koran yang kedua dengan kapasitas dua kali lebih besar dari pabrik yang pertama. Kini pabrik it
koran 450 ton/hari. Lokasi pabrik ini di Kabupaten Gresik, hanya 45 menit bermobil dari Surabaya. Setelah sukses mengembangkan media cetak di seluruh
Indonesia, pada ta di
tahun 2003, Jawa Pos Group merambah bisnis baru Proyek pertama adalah 1 x 25 MW di Kab. Gresik, yakni dekat pabrik kertas.
Proyek yang kedua 2 x 25 MW, didirikan di Kaltim, bekerjasama dengan perusahaan daerah setempat. Pada ta
Pada ta
Phone. (031) 8283333 (Hunting), Fax. (031) 8285555 Jl. Ahmad Yani 88,
Surabaya 60234 Jawa Timur - Indonesia Phone. (031) 8283333 (Hunting), Fax. (031) 8285555
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian
4.2.1. Penyebaran Kuisioner
Kuisioner disebarkan untuk mendapatkan sampel dengan menggunakan
teknik Purposive Sampling, yaitu teknik penarikan sampel non probabilitas terhadap konsumen yang beriklan (e-commerce) di jawa Pos, diolah dengan menggunakan structural equation modelling. Kuesioner ini di sebarkan melalui
email pada bulan april 2010 sekitar 120 kuesioner dan yang kembali sekitar 102 kuesioner.
4.2.2. Keadaan Responden
Data mengenai keadaan responden dapat diketahui melalui jawaban responden dari pertanyaan–pertanyaan yang diajukan didalam pertanyaan umum
kuisener yang telah diberikan. Dari jawaban–jawaban tersebut diketahui hal–hal seperti dibawah ini.
a. Jenis Kelamin
Dari 100 responden yang menjawab kuisioner yang telah diberikan dapat diketahui jenis kelamin dari responden yakni pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.1 : Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
70 70.0 70.0 70.0
b. Usia
Dari 100 responden yang menjawab kuisioner yang telah diberikan dapat
diketahui usia para responden yakni pada tabel dibawah ini. Tabel 4.2: Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
17 17.0 17.0 17.0
Berdasarkan data di atas bahwa mayoritas konsumen yang melakukan
transaksi kebanyakan adalah konsumen yang berusia 31-40 tahun, usia tersebut menunjukkan bahwa pola aktivitas konsumen banyak melakukan kegiatan surfing di internet dan melakukan transaksi.
4.3. Analisis Dan Pengujian Hipotesis
4.3.1. Uji Outlier
Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam
bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi atau mutivariat (Hair, 1998). Evaluasi terhadap outlier multivariate (antar variabel)
perlu dilakukan sebab walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outliers pada tingkat univariate, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling dikombinasikan. Jarak antara Mahalanobis untuk tiap-tiap observasi
variabel dalam sebuah ruang multidimensional (Hair.dkk, 1998; Tabachnick &
Fidel, 1996). Uji terhadap outliers multivariate dilakukan dengan menggunakan jarak Mahalanobis pada tingkat p < 1%. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi dengan
menggunakan χ² (chi kuadrat) pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang
digunakan dalam penelitian ini. Hasil uji outlier tampak pada tabel berikut: Tabel 4.3. Hasil Uji Outlier
Sumber : Data Diolah
Deteksi terhadap multivariat outliers dilakukan dengan menggunakan
kriteria Jarak Mahalanobis pada tingkat p < 0,001. Jarak Mahalanobis itu
dievaluasi dengan menggunakan χ2 pada derajat bebas sebesar jumlah variabel
yang digunakan dalam penelitian. Bila kasus yang mempunyai Jarak Mahalanobis lebih besar dari nilai chi-square pada tingkat signifikansi 0,001 maka terjadi
multivariate outliers. Nilai χ20.001dengan jumlah variabel 10 adalah sebesar 29,59.
Hasil analisis Mahalanobis diperoleh nilai 27,597 yang kurang dari χ2 tabel 29,59
4.3.2. Uji Reliabilitas
Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa Cronbach’s Alpha ini digunakan untuk mengestimasi reliabiltas setiap skala (variabel atau observasi indikator). Sementara itu item to total correlation digunakan untuk memperbaiki
ukuran-ukuran dan mengeliminasi butir-butir yang kehadirannya akan memperkecil koefisien Cronbach’s Alpha yang dihasilkan (Purwanto, 2002).
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.4. Uji Reliabilitas
Penguj ian Reliabilit y Consist ency I nt er nal
Konst r ak I ndik ator I t em t o Tot al
Sumber: Data Diolah
Proses eleminasi diperlakukan pada item to total correlation pada indikator yang nilainya < 0,5 [Purwanto,2003]. Terjadi eliminasi karena nilai item to total correlation indikator seluruhnya ada yang tidak ≥ 0,5. Indikator yang
tereliminasi tidak disertakan dalam perhitungan cronbach's alpha. Perhitungan cronbach's dilakukan setelah proses eliminasi. Hasil pengujian reliabilitas
4.3.3. Uji Validitas
Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang seharusnya diukur, karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap latent
variable atau construct akan diuji dengan melihat loading factor dari hubungan antara setiap observed variable dan latent variable. Hasil analisis tampak pada
tabel di bawah ini. Tabel 4.5. Uji Validitas
Sumber: Data Diolah
Berdasarkan hasil confirmatory factor analysis terlihat bahwa factor
loadings masing masing butir pertanyaan yang membentuk setiap construct
sebagian besar ≥ 0,5, sehingga butir-butir instrumentasi setiap konstruk tersebut dapat dikatakan validitasnya cukup baik.
4.3.4. Uji Construct Reliability dan Variance Extracted
Selain melakukan pengujian konsistensi internal Cronbach’s Alpha, perlu
individual mengukur suatu pengukuran yang sama (Purwanto, 2002). Dan
variance extracted direkomendasikan pada tingkat 0,50. Hasil perhitungan
construct reliability dan variance extracted dapat dilihat dalam tabel 4.7. Tabel 4.6. Construct Reliability dan Variance Extracted
Const r uct Reliabilit y & Var iance Ex tr at ed
Sumber: Data Diolah
Hasil pengujian reliabilitas instrumen dengan construct reliability dan
variance extracted menunjukkan instrumen cukup reliabel, yang ditunjukkan dengan nilai construct reliability belum seluruhnya ≥ 0,7. Meskipun demiki an
angka tersebut bukanlah sebuah ukuran “mati” artinya bila penelitian yang dilakukan bersifat exploratory, maka nilai di bawah 0,70 pun masih dapat diterima
sepanjang disertai alasan–alasan empirik yang terlihat dalam proses eksplorasi. Dan variance extracted direkomendasikan pada tingkat 0,50.
4.3.5. Uji Normalitas
Uji normalitas sebaran dilakukan dengan Skewness Value dari data yang digunakan yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif. Nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut z-value. Bila nilai-z lebih besar dari nilai kritis
maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat