• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PRODUKSI PUPUK KALIUM PHOSPAT DARI AIR BUANGAN INDUSTRI RUMPUT LAUT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KAJIAN PRODUKSI PUPUK KALIUM PHOSPAT DARI AIR BUANGAN INDUSTRI RUMPUT LAUT."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

PURWANTO ARIEF SETIAWAN NPM . 0331010042

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN “ JAWA TIMUR SURABAYA

(2)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana

Jurusan Teknik Kimia

Oleh :

PURWANTO ARIEF SETIAWAN NPM . 0331010042

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN “ JAWA TIMUR SURABAYA

(3)

KAJIAN PRODUKSI PUPUK KALIUM PHOSPAT DARI AIR BUANGAN INDUSTRI RUMPUT LAUT

Disusun Oleh :

PURWANTO ARIEF SETIAWAN NPM . 0331010042

Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Dosen Penguji Skripsi Pada Tanggal 26 November 2007

Tim Penguji : 1.

Ir. Ketut Sumada, MS NIP. 030 195 019

Pembimbing : 1.

Ir. C. Pujiastuti, MT NIP. 030 194 450 2.

Ir. Tjatoer Welasih, MT NIP. 030 194 448

Mengetahui,

Dekan Fakultas Teknologi Industri

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Industri Rumput laut menghasilkan limbah berupa cairan. Limbah ini berasal dari hasil

pencucian dan limbah hasil pemasakan rumput laut. Limbah yang berasal dari pemasakan

rumput laut masih asli dan belum memperoleh pengenceran sehingga lebih pekat dibandingkan

limbah hasil pencucian. Cairan limbah ini mengandung bahan – bahan organik dan memiliki

beban polusi atau pencemaran lingkungan yang tinggi jika langsung dibuang ke sungai.

Air Limbah buangan Industri rumput laut berdasarkan proses produksinya mengandung

NaCl, Kalium serta Lignin. Limbah ini bila dilepas atau dibuang ke sungai akan menyebabkan

pencemaran lingkungan. Komponen yang terkandung dalam air limbah ini yaitu unsur K dan N

atau unsur – unsur mikro bisa bermanfaat untuk tanaman dan baik untuk pembentukan tanah

(Saifuddin,1986). Yaitu dengan memanfaatkan unsur Kalium ( K ) yang terdapat dalam limbah industri Rumput laut, sebagai bahan pembuatan pupuk. Unsur ( K ) berasal dari Senyawa KOH

(5)

I.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengkaji kadar unsur multinutrien dalam pupuk dengan penambahan Alumunium

Sulfat dan Asam Phosphat pada produksi pupuk K3PO4

2. Untuk mengetahui pengaruh penambahan koagulan yaitu Alumunium Sulfat

(Al2 (SO4)3) pada proses tersebut diatas.

I.3 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Mengurangi pencemaran lingkungan oleh air buangan limbah industri rumput laut.

2. Dapat dijadikan salah satu alternatif atau cara pengolahan limbah industri rumput

laut

3. Memberi nilai tambah pada limbah industri rumput laut dalam pengolahannya

(6)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Tinjauan secara umum

Rumput laut atau algae yang dikenal dengan nama seaweed merupakan bagian terbesar

dari tanaman rumput laut dan dapat digunakan oleh manusia sebagai bahan makanan, obat –

obatan dan bahan mentah industri dalam negeri serta bahan ekspor non migas. Rumput laut

sendiri merupakan tanaman tingkat rendah dan tidak memiliki perbedaan susunan kerangka

seperti akar, batang , dan daun meskipun wujudnya tampak seperti ada perbedaan, tetapi

sesungguhnya merupakan bentuk talus ( Winarno,1996 ).

Dalam setiap 100 gram rumput laut terkandung karbohidrat sebesar 54,3 – 73 %, protein

0,3 – 5,9 % dan kadar air mencapai 80 – 90 % disamping itu juga terdapat

calsium ( Ca), Natrium (Na) , larutan ester serta vitamin A, B, C, D dan E serta yodium yang

sangat tinggi. (Winarno,1996).

Limbah cair industri rumput laut mempunyai potensi sebagai bahan untuk pembuatan

pupuk karena rumput laut juga mempunyai kandungan unsur – unsur mikro bagi tanaman dan

juga merupakan unsur hara makro yang sangat dibutuhkan untuk kehidupan dan pertumbuhan

tanaman. Unsur hara yang diperlukan tanaman antara lain Carbon ( C ), Hidogen ( H ),

Oksigen ( O ) Nitrogen ( N), Fosfor ( F ), Kalium ( K ), Kalsium ( Ca ), Magnesium ( Mg ) dan

(7)

II.1 Pupuk

Pupuk di bedakan menurut bahan organik tanah tediri dari pupuk alam atau pupuk

organik dan pupuk anorganik atau pupuk kimia ( Saifudin,Sarief.1986). Berdasarkan kandungan unsur hara dibedakan menjadi Pupuk Tunggal yaitu hanya mengandung satu macam unsur hara

misal, Pupuk Urea hanya mengandung unsur Nitrogen ( N ) dan pupuk Majemuk / Pupuk

Multinutrien mengandung lebih dari satu macam unsur hara.contohnya Pupuk NPK .

Pupuk dalam arti luas pupuk mencakup semua bahan yang di tambahkan ke tanah untuk

memberikan unsur tertentu yang penting bagi pertumbuhan tanaman. Untuk meningkatkan dan

menjaga produktivitas persediaan pangan, maka diperlukan unsur hara yang cukup terkandung di

dalam pupuk. Salah satunya adalah penggunaan pupuk anorganik atau pupuk kimia yang paling

efisien. Tergantung susunan kimiawinya suatu jenis pupuk anorganik pada umumnya terdiri dari

berbagai macam garam, basa dan asam. Basa yang kuat dengan asam yang kuat akan

menghasilkan garam yang netral sedangkan suatu basa lemah dengan asam yang kuat

membentuk garam yang bereaksi asam. Dan basa yang kuat dengan asam yang lemah akan

menghasilkan garam yang bereaksi basa.

( Rinsema.W.T, 1983).

Selama ratusan tahun lalu orang telah menggunakan kapur, abu, tulang, kotoran hewan

dan lumpur untuk menambahkan hara pada tanah. Namun seiring dengan berkembangnya

(8)

II.1.2 Pupuk Organik

Pupuk organik atau pupuk alam merupakan hasil akhir dari perubahan atau per uraian bagian – bagian atau sisa tanaman dan binatang, Pupuk organik berasal dari limbah atau kotoran

hewan, dan kompos yang dapat diubah dalam tanah menjadi bahan – bahan organik tanah. Pupuk

organik mempunyai kelarutan unsur hara yang rendah di dalam tanah. Biasanya pengunaan

pupuk ini ditujukan untuk memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah contoh pupuk organik antara

lain pupuk kandang , pupuk kompos dan pupuk hijau.

Pupuk organik contohnya :

1. Pupuk dari kotoran unggas ( Guano )

Guano terdiri dari kotoran – kotoran binatang yang oleh karena pengaruh alam

maka lambat laun mengalami perubahan – perubahan. Kandungan utamanya ialah unsur

P ( Fosfor ) dan N tetapi ada pula guano yang mengandung unsur K ( Kalium ).Yang

termasuk pupuk guano yakni pupuk yang berasal dari kotoran unggas ( kalelawar ) jenis

pupuk ini memiliki kandungan :

- Kandungan air maks 10 % berat,total nitrogen minimum 3,5 % berat

- Kalium dihitung sebagai K2O minimum 6 % berat (Mul Mulyani, Sutejo,1995 ) 2. Pupuk Kompos ( hijau )

Tanaman atau bagian – bagian tanaman yang masih muda terutama yang

termasuk famili leguminosa, yang dibenamkan ke dalam tanah dengan maksud agar dapat

meningkatkan tersedianya bahan – bahan organik dan unsur – unsur hara bagi

pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanaman yang termasuk famili leguminosa

telah umum digunakan sebagai pupuk kandang karna mengandung N yang selalu

(9)

jasad renik aktif menguraikannya. Jenis tanaman yang termasuk keluarga leguminosa

misalnya : Crotalaria juncea, cotalaria anagyroides, Tophorosia candida,Mimosa invisa.

(Mul Mulyani, Sutejo,1995 )

II.1.3 Pupuk An organik

Pupuk buatan atau anorganik umumnya memiliki kandungan unsur hara dan

kelarutannya tinggi, dan berguna untuk memperbaiki sifat kimia tanah. Didaerah – daerah

tropik, terutama bagi penduduknya yang melakukan usaha dibidang pertanian, pupuk

organik sangat praktis dalam pemakaian, ekonomis ( meringankan ongkos transportasi )

mudah di dapat , dapat disimpan lama dan memiliki konsentrasi tinggi terhadapzat – zat

makanan yang di butuhkan untuk pertumbuhan tanaman. ( Mulyani, Sutejo,1995 )

contoh pupuk An organik antara lain :

1. Pupuk Urea

Pupuk urea berwarna putih, berbentuk kristal ( butiran atau granular ) yang dalam

keadaan murni mengandung 47 sampai dengan 48 persen nitrogen. Dengan rumus kimia (

NH2 ) 2CO . (Jones.S.Ulysses,1981) 2. Pupuk Kalium Sulfat

Pupuk Kalium Sulfat merupakan pupuk buatan yang berbentuk butiran atau serbuk

dengan rumus kimia K2SO4 . Digunakan sebagai sumber hara kalium dan belerang. (

(10)

3. Pupuk Kalium Klorida

Pupuk kalium klorida mengandung unsur hara kalium, berbentuk serbuk, butiran dan

gelintiran dengan rumus kimia KCl yang juga disebut pupuk Muriate of Potash. (

SNI.2002-2805-2005 )

Dalam pemakaian pupuk anorganik terbukti mempunyai kelebihan yang positif

dari pada pupuk organik, seperti pupuk kandang, air kotoran kandang, kotoran manusia

dan kompos diantaranya sebagai berikut :

1. Dengan pupuk anorganik, kita dapat memberikan berbagai zat makanan tanaman dalam

jumlah dan perbandingan yang kita kehendaki.

2. Unsur makanan tanaman dari pupuk anorganik dalam banyak hal bekerja lebih cepat dari

pada pupuk organik karna lebih mudah larut, sedangkan pupuk anorganik dapat kita

berikan pada waktu yang paling tepat, dan bisa juga digunakan sebagai pupuk tambahan,

bilamana ternyata tanaman masih membutuhkan . ( Rinsema.W.T, 1983).

Pada tanah yang telah tersedia pupuk dan unsur haranya dalam keadaan seimbang,

maka kemampuan tanah tersebut dalam menghasilkan produksi pertanian dapat tercapai

dengan optimal oleh karena itu, perlunya menjaga dan meningkatkan produktivitas tanah.

Beberapa macam atau golongan unsur hara yang diperlukan tanaman untuk meningkatkan

produktivitas tanah antara lain unsur hara tersebut digolongkan menjadi unsur hara makro

dan unsur hara mikro. Unsur- unsur C, H, dan O diperoleh tumbuhan dari udara dan air.

Apabila tumbuhan kekurangan salah satu unsur hara makro akan menimbulkan gejala

(11)

atau tidak bisa disembuhkan dengan pemberian unsur hara makro yang lain, dan bila

kelebihan unsur hara makro dalam tanah biasanya jarang atau tidak menimbulkan keracunan

pada tanaman .

Sedangkan unsur mikro atau (minor element) diperlukan dalam jumlah yang sedikit saja

yaitu Zn, Fe, Mn, Cu, Bo, Na, Cl dan Si. Maka sebaliknya jika tumbuhan kekurangan unsur

hara mikro juga dapat menimbulkan gejala defisiensi, tetapi dapat disembuhkan dengan

pemberian unsur hara mikro yang lain dan jika kelebihan unsur hara mikro dapat

(12)

II.1.4 Unsur Hara

A.Unsur Hara Makro

Unsur hara makro atau utama yang tediri dari C (carbon), H (hidrogen), O

(oksigen), N (nitrogen), P( Phospor), K ( kalium) , Ca( kalsium), Mg (magnesium), dan S

( belerang). Disini unsur hara N, P, K merupakan unsur hara utama yang diperlukan

dalam jumlah paling banyak ( Saifudin,Sarief.1986).

Ciri – ciri atau syarat – syarat unsur hara makro adalah sebagai berikut :

1. Diperlukan dalam jumlah cukup banyak

2. Kekurangan salah satu unsur hara makro akan menimbulkan gejala defisiensi pada

tanaman yang biasanya sulit atau tidak bisa disembuhkan dengan pemberian unsur

hara makro yang lain.

3. Kelebihan unsur hara makro dalam tanah biasanya jarang atau tidak menimbulkan

keracunan pada tanaman.

Unsur Nitrogen ( N )

Sumber nitrogen terbesar bagi tanaman berasal bagi tanaman berasal dari N

atmosfer. Nitrogen membuat tanaman lebih hijau dan segar. N atmosfer dapat

difiksasi menjadi pupuk. Fiksasi N terjadi di atmosfer sendiri dan Nitrogen masuk ke

dalam tanah bersama – sama dengan air hujan. Kekurangan unsur Nitrogen terlihat jelas

pada gejala warna daun yaitu daun menjadi hijau kekuning – kuningan sampai

menguning seluruhnya. Yang kemudian terjadi peristiwa pengeringan daun.Pada

umumnya nitrogen sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian –

bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang, dan akar. Jika terlampau banyak maka

(13)

Unsur Fosfor (P)

Fosfor selalu Diserap oleh tumbuhan sebagai H2PO4- Fosfor merupakan bagian dari inti sel, sangat penting dalam pembelahan sel dan juga untuk perkembangan

jaringan meristem. Dengan demikian fosfor dapat merangsang pertumbuhan akar dan

tanman muda, mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji, selain itu juga

sebagai penyusunan lemak dan protein. Fosfat dalam tanah sukar larut, sehingga sebagian

besar tidak tersedia bagi tanaman.

Tersedianya fosfat dalam tanah sangat dipengaruhi oleh pH tanah, pH optimum

untuk fosfat adalah sekitar 6,5 . Efisiensi pupuk fosfor relatif sangat rendah, hanya

berkisar antara 5 sampai 25% dari fosfor yang diberikan dan diserap oleh tanaman yang

tumbuh pada saat pemupukan. Kekurangan unsu fosfor menyebabkan pertumbuhan

menjadi terhambat dan akibatnya proses pematangan terhambat (Saifudin,Sarief.1986)

Unsur Kalium ( K )

Tanaman menyerap kalium dalam bentuk ion K+. Kalium dapat membantu pengisapan air oleh akar tanaman dan mencegah menguapnya air keluar dari daun

Sehingga dapat mengurangi kepekaan tanaman terhadap kekeringan dan dapat

memperbaiki beberapa sifat kualitatif ( rasa, warna, bau harum, tahan lama dan

sebagainya ) dari berbagai hasil tanaman.Kalium dapat meningkatkan resistensi terhadap

penyakit, hama dan kekeringan pada tanaman, membuat tanaman lebih tegak dan kokoh,

(14)

Kekurangan unsur K pada umumnya tanaman dapat menyebabkan pengkerdilan tanaman.

Akar tanaman yang kekurangan kalium kurang berkembang, akar kecil – kecil dan pendek

dengan cabang dan akar rambut yang kecil. (Saifudin,Sarief.1986).

B. Unsur Hara Mikro

Ciri – ciri atau syarat – syarat unsur hara mikro adalah sebagai berikut :

1. Diperlukan dalam jumlah atau dosis yang sedikit sampai sangat sedikit.

2. Kekurangan salah satu unsur hara mikro akan menimbulkan gejala defisiensi pada

tanaman yang bisa disembuhkan dengan pemberian unsur hara mikro yang lain.

3. Kelebihan unsur hara mikro dalam tanah biasanya menimbulkan keracunan pada

tanaman.

Unsur hara mikro diantaranya yaitu :

Unsur Seng ( Zn ) dan Tembaga ( Cu )

Membentuk bagian dari sistem enzim dan untuk pembentukan substansi ( zat ) yang

dapat meningkatkan pertumbuhan . Defisiensi tembaga adalah umumnya pada tanah –

tanah gambut yang mengakibatkan pertumbuhan yang tidak normal, seperti pelayuan

yang cepat dan batang – batang yang lemah. Sedangkan defisiensi seng bervariasi dari

satu tanaman ke tanaman yang lain. (Saifudin,Sarief.1986).

Unsur Boron ( Bo )

Boron memegang peranan dalam pengisapan unsur kalsium dan perkembangan bagian –

bagian tanaman yang tumbuh aktif, sangat dibutuhkan pada bagian – bagian yang tumbuh

(15)

Unsur Silisium ( Si )

Kekurangan Si pada tanaman umumnya belum jelas kelihatan akibatnya. Ini dikarenakan

Si hanya jelas diperlukan tanaman tertentu, seperti rerumputan makanan ternak dan

tanaman serelia, terutama padi. (Saifudin,Sarief.1986).

Unsur Natrium ( Na )

Peran natrium sebagai unsur hara tanaman untuk pertumbuhan optimal belum begitu

jelas. Walaupun demikian, salah satu pengaruh yang jelas adalah meningkatnya

kandungan air dalam tanaman.

Tabel .2.1 Kandungan Kadar Kalium 4. Kalium Magnesium Sulfat

( Soepardi, Goeswono,1983 )

II.1. 5 Sifat Tanah

Alkalis tanah adalah derajat keasaman atau basa tanah yang memudahkan terserapnya zat mineral atau unsur hara trsebut. Zat phospat mudah diserap pada range pH

(16)

Batas optimal Phospat dalam tanah pada pH 5,5 – 7. (Mul Mulyani, Sutejo,1995 )

Pada reaksi tanah netral ( pH 7 ) tersedia unsur hara yang cukup banyak

( optimal ), pada reaksi tanah yang kurang dari pH 6 tersedianya unsur Phospat, Kalium,

Sulfat, Mg ,Fe, Mo sangat cepat menurun.Sedangkan pada reaksi tanah 7 – 8 (alkalis )

tersedianya unsur N, Fe, Mn , borium, Pb dan Zn relatif sedikit.

Jenis tanaman dapat tumbuh tergantung pada jenis tanah.Jika suatu tanah asam akan

ditanami tanaman yang dapat tumbuh pada tanah dengan reaksi netral, maka tanah itu harus

diberi pupuk yang dapat mengubah pH asam menjadi netral, Jumlah bahan pengapur

tergantung pada perbedaan pH,yakni antara pH semula dan

pH yang diinginkan dan juga tergantung pada tekstur tanah untuk pupuk yang diperlukan.

Makin banyak perbedaan pH makin besar pupuk yang di perlukan , misal pada tanah pasir

pH 6 akan di jadikan pH 7 maka akan memerlukan pupuk lebih banyak jika dibandingkan

dengan tanah yang bertekstur cenderung lembab.

Bila Angka kalium rendah diperlukan pemupukan yang lebih banyak lagi untuk

mendapatkan hasil yang optimum. Banyaknya kalium yang harus diberikan di tanah pasir

ditentukan oleh kebutuhan dari tanaman,disamping oleh angka K, pada tanah pasir unsur K

dapat diserap seluruhnya oleh tanaman, sedangkan pada tanah liat pada umumnya K tidak

mudah diserap oleh tanaman.

(Rinsema,W.T,1983 )

Jenis tanaman dapat tumbuh sesuai dengan pH tanah, yaitu :

Jagung : pada pH tanah 5,5 – 7,5

Padi : pada pH tanah 5,0 – 6,5

(17)

Karet : pada pH tanah 3,5 – 8,0

Kopi : pada pH tanah 5,0 – 6,5

Tembakau : pada pH tanah 5,5 – 7,5

Selada : pada pH tanah 5,5 – 7,0

Tebu : pada pH tanah 6,0 – 8,0

Bawang & palawija : pada pH tanah 6,0 – 7,0

Kedelai : pada pH tanah 6,0 – 7,0

(18)

Jenis Tanah

Beberapa jenis tanah yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut :

- Tanah Aluvial

Pada jenis tanah ini baik untuk pertanaman padi sawah, palawija, nanas dan

tanaman lainnya. Yang menjadi faktor pembatasnya adalah pH yang rendah. pH yang

rendah dapat dikendalikan dengan mengusahakan tanah agar slalu penuh air. Sedangkan

Untuk penggunaan lahan yang kering maka pH rendah, kejenuhan basa rendah,struktur

kurang baik maka dapat diatasi dengan pemberian sejumlah bahan kapur atau dapat juga

dengan pupuk organik.

- Tanah Andosol

Bunga, padi, sayuran, kopi, pinus, kina yang menjadi faktor pembatas yang umum

adalah kesuburan kimiawi rendah. Kesuburan kimiawi rendah dapat diatasi dengan

penambahan bahan kapur dan pupuk Pospat. Tanah jenis ini kapasitas menahan airnya

(19)

II.1.6 Standart Nasional Indonesia ( SNI ) Pupuk A. Macam Pupuk Kalium

Tabel 2.2. SNI Pupuk Kalium Klorida

Catatan : Persyaratan K2O dihitung atas dasar bahan kering ( SNI.2002-2805-2005 )

Tabel 2.3. SNI Pupuk Kalium Sulfat

(20)

B. Macam Pupuk Phospat

Tabel 2.4 SNI Pupuk Phosphat Alam

( SNI 02-3776-2005 )

No. Uraian Satuan Persyaratan

1.

2.

Kadar unsur hara Fosfor

Sebagai P2O5 Kadar air

% berat

% berat

Min. 28

(21)

II.2 Landasan Teori II.2.1 Kelarutan Pengendapan

Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat keluar dari

larutan. Endapan dapat berupa kristal atau koloid. Endapan terbentuk jika larutan menjadi

terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Sedangkan Kelarutan ( S ) suatu endapan, adalah

sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung pada berbagai

kondisi seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan – bahan lain dalam larutan itu dan pada

komposisi pelarutnya. Kelarutan bergantung juga pada sifat dan konsentrasi zat – zat lain,

terutama ion – ion dalam campuran itu.

( Vogel,1990).

`II.2.2 Produksi Pupuk Multinutrient dari Air Limbah Buangan Rumput Laut

Pada produksi pupuk Multinutrient ini menggunakan mekanisme reaksi kimia yaitu

mereaksikan Air limbah yang mengandung KOH jika direaksikan dengan Asam Phosphat

dan penambahan Alumunium Sulfat, reaksinya sebagai berikut :

3 K+OH - + H3+PO4- K 3+PO4- + 3H2O

Al2+(SO4)3- + 6K+OH - 3K2+SO4- + 2Al+(OH)3-

Penambahan unsur – unsur kimia seperti Asam Phosphat, Alumunium sulfat adalah

(22)

adalah sebagai salah satu unsur makro yang diperlukan untuk diserap tanaman yaitu

peranannya pada pupuk adalah untuk mempercepat pemasakan

( Saifudin, 1986)

Penambahan Alumunium Sulfat sebagai zat pengikat dan menghasilkan destabilisasi

koloid agar mendapatkan padatan tersuspensi,yang merupakan tahap awal penggumpalan

partikel terdestabilisasi (yang telah stabil ),akan saling mengikat untuk menjadi partikel lain

yang lebih stabil dan membentuk endapan dengan cepat

( Eckenfelder,1989. )

Kalium adalah zat mudah larut selain itu mudah difiksasi oleh tanah.(Saifudin,Syarief

1986). Karena unsur kalium ini telah terkandung dalam Air limbah buangan rumput laut,

maka dalam penambahannya, hanya meningkatkan konsentrasinya saja. Dengan

demikian unsur – unsur N, P dan K atau unsur – unsur makro yang diperlukan tanaman dan

(23)

Proses Pengadukan

Proses koagulasi-flokulasi berlangsung dalam dua tahap, yaitu proses pengadukan cepat

dan proses pengadukan lambat ( Metcalf dan Eddy,1979) :

1. Proses pengadukan Cepat

Proses pengadukan cepat dimaksudkan untuk meratakan campuran antara

koagulan dan air buangan sehingga diperoleh suatu kondisi campuran yang homogen.

Molekul-molekul serta partikel-partikel yang bermuatan negatif dalam air seperti koloid

akan terlihat oleh molekul-molekul serta ion-ion yang bermuatan positif dari koagulan.

Dalam proses pengadukan cepat diperlukan tenaga pengadukan yang kuat dan waktu

pengadukan yang cepat karena proses koagulasi dan destabilasi partikel terjadi dalam

waktu yang sangat cepat. Waktu yang diperlukan untuk pengadukan cepat antara 1 – 3

menit dengan kecepatan 100 – 150 rpm.

Proses koagulasi memerlukan pengadukan cepat karena beberapa alasan, yaitu :

a. Agar dapat melarutkan koagulan dalam air.

b. Agar dapat mendistribusikan koagulan secara cukup dan merata didalam air.

c. Agar dapat menghasilkan partikel-partikel halus di dalam inti koagulasi (coagulating

agent) sebelum reaksi koagulasi selesai.

2. Proses Pengadukan Lambat

Proses pengadukan lambat bertujuan untuk mendapatkan partikel-partikel

flokulan yang lebih besar dan lebih berat sehingga dapat mempercepat proses

pengendapan. Waktu yang diperlukan untuk pengadukan antara 20 – 30 menit dengan

kecepatan 30 - 50 rpm.

(24)

(Metcalf dan eddy)

a. Memberi kesempatan pada partikel-partikel (flok-flok kecil) yang sudah

terkoagulasi untuk bergabung menjadi flok-flok yang ukurannya semakin lama

semakin besar.

b. Memudahkan flokulan dengan ”benang-benangnya” untuk mengikat flok-flok

kecil menjadi ikatan flok yang ukurannya semakin lama semakin besar.

c. Mencegah pecahnya kembali flok-flok yang sudah terbentuk

Proses pengadukan cepat tersebut juga proses pencampuran (mixing) sedangkan

proses pengadukan lambat tersebut juga agitasi. Dari uraian diatas dapatlah kiranya

dibedakan antara proses pencampuran dan agitasi.

Untuk menunjang proses pengolahan limbah cair rumput laut dalam produksi pupuk

kalium phosphat ini, maka dipilih bejana terbuka yaitu tangki berpengaduk dengan sistem

batch yaitu dengan pertimbangan sebagai berikut :

- Kapasitas produksi kecil ( skala laboratorium )

- Kekentalan limbah rumput laut yang tidak terlalu tinggi

(25)

II.3 Hipotesa

Limbah rumput laut hasil pengolahan rumput laut, kaya akan elemen-elemen kimia

seperti Kalium, Nitrogen . Air limbah buangan rumput laut ini direaksikan dengan dengan asam

phosphat (H3PO4) dan penambahan Alumunium Sulfat Al2(SO4)3 akan menghasilkan suatu padatan . Padatan tersebut setelah dilakukan proses pemisahan, pencucian, dan pengeringan

(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Bahan – Bahan Yang Digunakan

1. Limbah Cair industri Rumput Laut dari PT ACI

Limbah cair yang paling pekat yang berasal dari proses pengolahan atau dari

proses pemasakan rumput laut. Limbah ini merupakan limbah yang masih asli dan

belum memperoleh pengenceran sehingga lebih pekat dibandingkan dengan dua

limbah yang lainnya, dengan sendirinya akan lebih pekat dan berwana lebih gelap

dari limbah yang lain ( Konsentrasi Kalium dengan kisaran 7 %, pH 14 ).

2. H3PO4

Asam phospat sangat larut dalam air dan larut dalam ethanol. Asam phosphate

bersifat sangat lembap – cair dan biasanya dipasok sebagai larutan pekat. Asam ini

merupakan turunan fosforus yang paling baik karena mencapai 90 % dari batuan

fosfat yang ditambang. Asam phosphat merupakan asam tribasa lemah, yang paling

(27)

4. Alumunium Sulfat Al2(SO4)3

Alumunium Sulfat memuat 14,4 % sulfur yang banyak digunakan di industri farmasi.

Pada pertanian, digunakan untuk tanah asam agar menjadi basa atau di netralkan.

Alumunium Sulfat dan asam sulfat kuat keduanya digunakan sebagai pengganti

(28)

III.2 Susunan Peralatan Proses

Keterangan :

(29)

III.3 Variabel yang digunakan

1. Kondisi yang ditetapkan :

- Volume limbah cair rumput laut : 1000 ml

- Kecepatan pengadukan : 150 rpm

- Waktu pengadukan : 25 menit

- Volume Alum ( Al2(SO4)3 ) : 30 ml - Konsentrasi asam phosphat : 1 N

2. Variabel yang dikerjakan :

- Volume H3PO4 (ml ) : 15, 20, 25, 30, 35

(30)

III.4 Metode Penelitian

Analisa Limbah cair H3PO4 , Al2(SO4)3 Kadar K rumput laut

Filtrat

---100 o C , 4 jam

Analisa kadar K, P,S dalam pupuk

Mixing

Filtrasi

Padatan

Driying

(31)

Prosedur :

- Siapkan 5 buah beacker glass masing – masing diisi sebanyak 1000 ml sample

Limbah yang telah diencerkan.

- Pengenceran Limbah yang sangat Pekat dengan pH 14 (sangat basa) diturunkan terlebih

dahulu dengan menambahkan air 1 : 20 . Hingga menjadi pH 12.

- Setelah itu dilakukan penambahan H3PO4 untuk menurunkan pH 8 agar menjadi lebih reaktif terhadap Alum

- Kemudian dilakukan pengadukan terhadap larutan tersebut dengan kecepatan 150 rpm

selama 5 menit dan 35 rpm selama 25 menit.

- Pengadukan dihentikan dan kemudian dilakukan pengendapan sampai mengendap

sempurna kurang lebih 3-4 jam.

- Setelah terjadi pengendapan, pisahkan antara filtrat dan endapan dengan kertas saring.

- Filtrat dan endapan tersebut dikeringkan pada suhu 100° C ,selama 4 jam

- Ulangi percobaan diatas dengan variasi volume H3PO4 dan konsentrasi alum yang ditambahkan.

(32)

III.5 Metode Analisa

- Analisa Kadar Phosphat

Untuk analisa kadar Phosphat menggunakan alat AAS. Adapun prosesnya adalah

sebagai berikut :

Sample dipipet 10 ml + 10 ml H2SO4 pekat, lalu ditambah katalisator selenteaktion 1 gram. Kemudian larutan didestriksi sampai jernih. Larutan sample yang telah jernih dimasukkan ke

dalam labu ukur 100 ml dan sample ditambahkan

aquadest sampai tanda batas. Ambil sample 25 ml lalu masukan kedalam tabung Neissler,

tambahkan reagen Molibdat 2 ml, tambahkan Stani klorida (SnCl2) 1 tetes dan tambahkan

aquadest sampai tada batas 50 ml. Diamkan selama 15 menit, lalu sample dianalisa dengan alat

AAS dan baca hasil pada gelombang 690 µm.

- Analisa Kadar Kalium

Taruh setetes larutan uji yang netral diatas kertas reaksi tetes dan segera tambahkan

setetes reagensia yang sedikit basa itu. Diperoleh suatu bercak merah jingga yang tak

terpengaruh oleh pembubuhan 1 – 2 tetes asam klorida 2 M. Kepekatan : 3 µg K. Batas

konsentrasi : 1 dalam 10000. Reagensia dibuat dengan melarutkan 0,2 gram dipikrilamina dalam

(33)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Tabel 4.1 Hasil Analisa Kandungan ion K dalam 1 liter Limbah Cair Rumput Laut

Bahan

Kalium

( % berat )

pH

Limbah Cair

Rumput Laut

(34)

Tabel 4.2 Kadar ion K dalam pupuk ( % berat ) untuk berbagai volume

Grafik 4.2.1 Hubungan antara Kadar ion K terhadap volume H3PO4 untuk berbagai konsentrasi penambahan koagulan Al2(SO4)3 ( %berat)

(35)

Pada Grafik 4.2.1 terlihat bahwa semakin besar volume Asam Phospat yang ditambahkan

maka Konsentrasi ion K dalam pupuk semakin kecil. Hal ini disebabkan karena H3PO4 merupakan asam kuat dan semakin banyak asam yang di tambahkan maka flok yang terbentuk

semakin sedikit atau mempunyai kelarutan yang cukup tinggi dan Semakin banyak koagulan

(Al2(SO4)3) yang ditambahkan akan mengakibatkan sebagian endapan melarut kembali

(36)

Tabel 4.3 Kadar ion P dalam pupuk ( % berat ) untuk berbagai volume

Grafik 4.3.1 Hubungan antara Kadar ion P terhadap volume H3PO4 untuk Berbagai konsentrasi penambahan koagulan Al2(SO4)3 (%berat)

(37)

Pada Grafik 4.3.1 terlihat bahwa semakin besar volume Asam Phospat yang ditambahkan

maka Konsentrasi ion phosphat dalam pupuk semakin kecil. Pada penembahan 17% AL2(SO4)3 dan 15 ml H3PO4 maka di dapat kadar ion phospat sebesar 9,700% (berat) dan saat penambahan

21% Al2(SO4)3, 35 ml H3PO4 maka kadar ion phospat mengalami penurunan yaitu sebesar 1,370% (berat). Hal ini disebabkan karena H3PO4 merupakan asam kuat dan semakin banyak asam yang di tambahkan maka flok yang terbentuk semakin sedikit atau mempunyai kelarutan

(38)

Tabel 4.4 Kadar ion S dalam pupuk ( % berat ) untuk berbagai volume

Grafik 4.4.1 Hubungan antara Kadar ion SO4 terhadap volume H3PO4 untuk Berbagai konsentrasi penambahan koagulan Al2(SO4)3 (%berat)

(39)

Pada Grafik 4.4.1 terlihat bahwa semakin besar volume Asam Phospat yang ditambahkan

maka Konsentrasi ion phosphat dalam pupuk semakin kecil. Pada penembahan 17% AL2(SO4)3 dan 15 ml H3PO4 maka di dapat kadar ion phospat sebesar 9,925% (berat) dan saat penambahan

21% Al2(SO4)3, 35 ml H3PO4 maka kadar ion phospat mengalami penurunan yaitu sebesar 1,776% (berat). Hal ini disebabkan karena H3PO4 merupakan asam kuat dan semakin banyak asam yang di tambahkan maka flok yang terbentuk semakin sedikit atau mempunyai kelarutan

yang cukup tinggi dan Semakin banyak koagulan (Al2(SO4)3) yang ditambahkan akan mengakibatkan sebagian endapan melarut kembali, sehingga pada penambahan (Al2(SO4)3) dengan konsentrasi semakin besar maka kadar K dalam pupuk akan mengalami penurunan.

4.2. Hasil Perhitungan % Recovery

(40)

Tabel 4.2.1 % Recovery ion K pada penambahan 17% Al2(SO4)3

Grafik 4.2 Hubungan antara % Recovery Kalium terhadap volume H3PO4 yang bervariasi Pada penambahan 17 % Al2 (SO4)3

(41)

Grafik 4.3 Hubungan antara % Recovery Kalium terhadap volume H3PO4 yang bervariasi Pada penambahan 18 % Al2 (SO4)3

(42)
(43)

Grafik 4.5 Hubungan antara % Recovery Kalium terhadap volume H3PO4 yang

Grafik 4.6 Hubungan antara % Recovery Kalium terhadap volume H3PO4 yang

(44)

4.4. Kesimpulan Pembahasan

Berdasarkan grafik Hubungan antara kadar ion Kalium, Phospat, dan Sulfat untuk

berbagai konsentrasi ( % ) penambahanmaka dapat diketahui konsentrasi ion K SO4 dan PO4 dalam pupuk Kalium Phosphat yang dipengaruhi penambahan koagulan (Al2(SO4)3. Semakin besar konsentrasi koagulan maka konsentrasi ion K semakin kecil begitu juga dengan

penambahan H3PO4 maka semakin besar volume asam phospat yang ditambahkan maka kelarutan flok atau endapan akan semakin tinggi . Hasil terbaik pada penelitian ini adalah pada

kadar ion terbesar dan jumlah pupuk yang didapatkan.

Pada grafik % Recovery menyatakan ion kalium pada penambahan asam phospat dengan

berbagai volume maka kandungan kalium dalam pupuk semakin menurun. Hasil terbaik

(45)

17 % Al2(SO4)3 dan H3PO4 (1N) 15 ml yaitu sebesar 9,7% dan pupuk yang dihasilkan seberat 4,012 gram dengan kadar pH 6.

Pupuk Kalium phospat ( K3PO4)3 baik digunakan pada tanah Andosol dan sangat baik untuk pertanaman padi, kentang ( umbi ),Tembakau,Tebu dan bawang.

4.3. Perhitungan Pembiayaan dari Hasil Penelitian Biaya Bahan baku :

- 1 kg Al2(SO4)3 Rp. 5000,- - 1 Liter H3PO4 Rp. 30.000,-

Biaya Proses pada 1 liter limbah

- 15 ml H3PO4 Rp. 450,- - 1,025 gr Al2(SO4)3 Rp. 5,-

Total biaya proses Rp. 455,- untuk 4 gram

Sehingga jika dihasilkan berat pupuk 1 kg, biaya proses Rp. 113.750,-

Harga eceran tertinggi (HET) sesuai dengan SK.Menteri Pertanian No.17 /

(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa kualitas pupuk yang terbaik adalah terjadi pada saat penambahan koagulan

17 % Al2(SO4)3 dan H3PO4 (1N) 15 ml yaitu sebesar 9,3% Kadar ion P terbesar dalam pupuk 9,3% dan pupuk yang dihasilkan seberat 4,012 gram dengan kadar pH 6.

Pupuk Kalium phospat ( K3PO4)3 baik digunakan pada tanah Andosol dan sangat baik untuk pertanaman padi, kentang ( umbi ),Tembakau,Tebu dan bawang.

5.2 Saran

1. Untuk memperbesar ion K dan PO4 dalam pupuk untuk penelitian selanjutnya untuk mengurangi kadar koagulan dan memperkecil konsentrasi dan volume asam phospat.

2. Sebaiknya waktu pengadukan divariabelkan agar dapat diketahui hasil yang maksimal

3. Perbandingan Pengenceran Limbah dengan pelarut air juga perlu diperhatikan dan tepat

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim,SNI 02-3776-2005 Pupuk fosfat Alam untuk pertanian

Anonim,SNI 02-2805-2005 Pupuk Kalium Klorida

Anonim,SNI 02-2809-2005 Pupuk Kalium Sulfat

Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya, 2007, “ Hasil Analisa Kimia “ ,

Karangmenjangan Surabaya

Eckenfelder Jr, W.Wesley,1989, ” Industrial Water Pollution Control ”, 2nd edition, Mc Graw Hill,USA

Foth, Henry D,1994, ”Dasar – Dasar Ilmu Tanah”, edisi 6, Erlangga, Jakarta.

Goeswono Soepardi,1986, ”Sifat dan Ciri Tanah Pengelolaan Kesuburan Tanah”,

PT. Bina Aksara, Jakarta.

Keputusan Gubernur No.45 Tahun 2002 , ” Baku mutu limbah cair bagi Industri

atau kegiatan usaha Lainnya di Jawa Timur ”, Hak milik

Suhersanto,Surabaya.

Kirk – Othmer ,” Encyclopedia Of Chemical Technology”, volume 12.

Kleinfelter, Keenan.W,1994 “Kimia Untuk Universitas “ jilid 1, Erlangga, Jakarta

Mulyani.Mul,1994, “ Pupuk dan Cara Pemupukan “ ,Rineka Cipta,Jakarta.

Redjeki, Sri, MS, 2004, “ Pemanfaatan Limbah Industri Alkohol dan Spirtus

Sebagai Bahan Pembuatan Pupuk K3PO4 Cair “,Fakultas Teknologi Industri

UPN “ Veteran “ Jatim.

Rinsema,W.J,1983, “ Pupuk dan Cara Pemupukan “ PT. Bharata Karya

(48)

Sarief, Saifudin,1986, ”Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian”,

CV. Pustaka buana, Bandung.

Siregar.A.Sakti,2005,“Instalasi Pengolahan Air Limbah “, Kanisius,Yogyakarta.

SK.Menteri Pertanian No.17 / Permentan/SR.130/5/2006

Sugiharto,1987., ” Dasar – Dasar Pengolahan Air Limbah ”,UI Pres,Jakarta.

Suminar Achmadi, PhD.,1994, ”Kamus Lengkap Kimia Oxford”, edisi baru,

Erlangga, Jakarta.

Sucofindo,2001 “ Report Of Analisis” , Laboratory Sucofindo Surabaya Branch.

Vogel, ed. 5 ”Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro”, PT.Kalman

Media Pusaka, Jakarta

Winarno Prof.Dr.F.G.,1996, ”Teknologi Pengolahan Rumput Laut”, Pustaka Sinar

(49)
(50)
(51)

APPENDIX

 Kadar awal Kalium = 17.690 ppm = 17.690 mg/lt = 17,69 gr/lt

 % recovery kaliun = massa kalium x 100 % Kadar kalium

= 0,0372 x 100 % = 2,11 % 17,69

Massa kalium = % berat kalium x berat total = 9,3 x 4,0128 gram 100 % 100

= 0,0372

Missal : menghitung % recovery K pada penambahan Al2(SO4)3 17 % % berat K = 9,300

% berat P = 9,700 % berat S = 9,300 Berat total = 4,013 gram

Kadar awal K = 17,69 gram/ 1000 ml

Massa K = 9,300 x 4,013 = 0,037 gram 100

Gambar

Tabel .2.1  Kandungan Kadar Kalium
Tabel  2.3. SNI  Pupuk Kalium Sulfat
Tabel 4.1  Hasil Analisa Kandungan ion K dalam 1 liter Limbah Cair  Rumput
Grafik 4.2.1  Hubungan antara Kadar ion K terhadap volume H3PO4 untuk
+7

Referensi

Dokumen terkait

2 Wakil Dekan Bidang I SALINAN TERKENDALI 02 3 Wakil Dekan Bidang II SALINAN TERKENDALI 03 4 Manajer Pendidikan SALINAN TERKENDALI 04 5 Manajer Riset dan Pengabdian

BPPSPAM mempunyai tugas membantu Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan sistem penyediaan air minum yang dilaksanakan

Pengawasan kualitas merupakan alat bagi manajemen untuk memperbaiki kualitas produk bila dipergunakan, mempertahankan kualitas produk yang sudah tinggi dan

Para PNS lingkungan Kecamatan dan Kelurahan wajib apel pagi setiap hari senin di Halaman Kantor Kecamatan Kebayoran Baru, dan akan diberikan teguran kepada yang tidak ikut apel

MARYATI J.230 10 30 82.. Telah Dipertahankan Di Depan Dewan Penguji Pada Tanggal 1 Februari 2012 Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat. Hari Setyobudi, S.Kep., Ns.. Y DENGAN

 Metodologi pengembangan sistem adalah suatu proses pengembangan sistem yang formal dan presisi yang mendefinisikan serangkaian aktivitas, metode, best practices dan tools yang

terisolasi di Raja Ampat dan Kalimantan juga hadir di danau yang memiliki salinitas rendah dan suhu yang tinggi di. Ha Long

Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah kemungkinan terjadinya imigrasi lalat pengorok daun, waktu pelepasan parasitoid yang tidak tepat, jumlah