• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN MSDS YANG MENGGUNAKAN COMPUTER DI PT. PLN UNIT INDUK WILAYAH SULSELRABAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN MSDS YANG MENGGUNAKAN COMPUTER DI PT. PLN UNIT INDUK WILAYAH SULSELRABAR"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL RISET

URL artikel: http://jurnal.fkm.umi.ac.id/index.php/woph/article/view/woph1612

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN MSDS YANG

MENGGUNAKAN COMPUTER DI PT. PLN UNIT INDUK WILAYAH SULSELRABAR

KAnggraini Fitri Wijayanti1, Mansur Sididi2, Nurgahayu3

1Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muslim Indonesia 2 Peminatan Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muslim Indonesia

3Peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muslim Indonesia Email Penulis Korespondensi (K): [email protected]

[email protected] , [email protected]2 , [email protected]3 (085242638951)

ABSTRAK

International Labor Organization (ILO) pada peralihan milenium kedua dan ketiga mengungkap terjadinya 250 juta

kecelakaan yang terjadi di industri di dunia yang menyebabkan 300.000 kematian. Tambahan pula, setiap tahun terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan kerja yang baru. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross sectional study. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan MSDs (musculoskeletal disorders) pada pegawai yang menggunakan personal computer di PT. PLN (Persero) UIW Sulselrabar Kota Makassar Tahun 2020. Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai di PT. PLN (Persero) UIW Sulselrabar Makassar berjumlah 164 orang, penarikan sampel dari populasi ini menggunakan tehnik simple random sampling di dapatkan 115 sampel. Hasil analisis uji chi-square dengan α=0,05 menunjukkan

ρ-value untuk lama kerja sebesar ρ=0,115, untuk Indeks Masa Tubuh (IMT) sebesar ρ=0,296, untuk postur kerja

sebesar ρ=0,015, untuk intensitas pencahayaan ρ=0,216 dengan keluhan MSDs (Musculoskeletal Disorders) pada pegawai yang menggunakan Personal Computer di PT. PLN (Persero) UIW Sulselrabar Kota Makassar Tahun 2020. Kesimpulannya tidak ada hubungan antara lama kerja dengan keluhan MSDs, tidak ada hubungan antara Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan keluhan MSDs, ada hubungan antara postur kerja dengan keluhan MSDs dan tidak ada hubungan antara intensitas pencahayaan dengan keluhan MSDs. Sarannya adalah Perlu dilakukan promosi ergonomi dan kesehatan kerja dan Pekerja sebaiknya memperhatikan posisi tubuhnya saat bekerja dan segera memperbaiki sikap kerjanya

Kata kunci : Musculoskeletal disorders, ergonomic; kesehatan kerja; pekerja.

PUBLISHED BY :

Pusat Kajian dan Pengelola Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat UMI Address :

Jl. Urip Sumoharjo Km. 5 (Kampus II UMI) Makassar, Sulawesi Selatan.

Email : [email protected] Phone : +62 853 9504 1141 Article history : Received : 25 Agustus 2020 Received in revised form : 30 November 2020 Accepted : 14 Januari 2021 Available online : 30 April 2021 licensedbyCreativeCommonsAttribution-ShareAlike4.0InternationalLicense.

(2)

722 ABSTRACT

According to data from the International Labor Organization (ILO) at the turn of the second and third millennia revealed 250 million accidents that occurred in the world’s industries that caused 300,000 deaths. In addition, every year 160 million diseases occur due to new work relationships. This type of research is quantitative research using a cross sectional study design. This study discusses factors that related to MSD (musculoskeletal disorders) in employees using personal computers at PT. PLN (Persero) UIW Sulseslrabar Makassar City in 2020. The population in this study were employees at PT. PLN (Persero) UIW Sulselrabar Makassar gathered 164 people, taking a sample of this participation using a simple random sampling technique in obtaining 115 samples. The results of the chi-square analysis with α = 0.05 show ρ-value for length of work of ρ = 0.115, for Body Mass Index (BMI) of ρ = 0.296, for work posture of ρ = 0.015, to improve performance ρ = 0.216 with complaints MSDs (Musculoskeletal Disorders) on employees who use Personal Computers at PT. PLN (Persero) UIW Sulselrabar Makassar City in 2020. The conclusion is there is no relationship between the length of work with MSDs complaints, there is no relationship between Body Mass Index (IMT) with MSDs complaints, there is a relationship between work posture with MSDs demands and there is no relationship between Lighting and MSDs complaints. The suggestion is to promote ergonomics and occupational health and to consider the position at work and immediately improve the attitude taken

Keywords : Musculoskeletal disorders; ergonomic; occupational health; employee.

PENDAHULUAN

Musculoskeletal Disorders (MSDs) merupakan sekumpulan gejala yang berkaitan dengan jaringan otot, tendon, ligamen, kartilago, sistem saraf, struktur tulang dan pembuluh darah. Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan ringan sampai yang sangat fatal. Pada awalnya, keluhan MSDs berupa rasa sakit, nyeri, mati rasa, kesemutan, bengkak, kekakuan, gemetar, gangguan tidur dan rasa terbakar yang berakibatnya pada ketidakmampuan seseorang untuk melakukan pergerakan dan koordinasi gerakan anggota tubuh atau ekstrimitas sehingga mengurangi efisiensi kerja dan kehilangan waktu kerja sehingga produtivitas kerja menurun.(1)

Tubuh manusia dirancang untuk bisa melakukan segala aktivitas dalam pekerjaan sehari-hari. Massa otot dalam tubuh bobotnya hampir lebih dari separuh dari berat tubuh, yang memungkinkan manusia bisa melakukan suatu pekerjaan. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada otot sendi, ligamen dan tendon. Keluhan musculoskeletal akan berdampak serius pada kesehatan pekerja apabila tidak ditangani dengan serius, ketika keluhan ini dibiarkan secara terus menerus maka dapat mengakibatkan kerugian baik berupa materil yang digunakan untuk proses pengobatan sakit pekerja mapun kecacatan permanen pada pekerja itu sendiri.(2)

Gangguan musculoskeletal atau MSDs dapat terjadi pada pekerja pada berbagai sektor pekerjaan. Beberapa sektor dengan angka kejadian MSDs tertinggi per 100.000 pekerja yaitu sektor pekerja kesehatan dan sosial dengan 4283 kejadian, sektor transportasi dan komunikasi dengan 3160 kejadian, dan pekerja konstruksi dengan 3158 kejadian.(3)

World Health Organization (WHO) dalam model kesehatan yang dibuat sampai Tahun 2020 meramalkan gangguan psikis berupa perasaan lelah yang berat dan berujung pada depresi akan menjadi penyakit pembunuh nomor dua setelah penyakit jantung. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

(3)

723 Kementrian Tenaga Kerja Jepang terhadap 12.000 perusahaan yang melibatkan sekitar 16.000 pekerja di negara tersebut yang dipilih secara acak menunjukkan bahwa 65% pekerja mengeluhkan kelelahan fisik akibat kerja rutin, 28% mengeluhkan kelelahan mental dan sekitar 7% pekerja mengeluh stress berat dan merasa tersisihkan. Hasil penelitian yang dilakukan pada salah satu perusahaan di Indonesia khususnya pada bagian produksi mengatakan rata-rata pekerja mengalami kelelahan dengan mengalami gejala sakit di kepala, nyeri di punggung, pening dan kekakuan di bahu.(4)

Menurut International Labor Organization (ILO) setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan oleh penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan. Sekitar 300.000 kematian terjadi dari 250 juta kecelakaan kerja dan sisanya adalah kematian karena penyakit akibat kerja dimana diperkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan pekerjaan baru setiap tahunnya. Penyakit akibat pekerjaan tersebut yang paling banyak adalah keluhan musculoskeletal.(5)

Menurut data dari International Labor Organization (ILO) pada peralihan milenium kedua dan ketiga tersebut mengungkap terjadinya 250 juta kecelakaan yang terjadi di industri-industri di dunia yang menyebabkan 300.000 kematian. Tambahan pula, setiap tahun terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan kerja yang baru. Menurut penelitian yang dilakukan oleh OSHA pada Tahun 2010, sekitar 35,4% dari pekerja Eropa menganggap bahwa pekerjaan mereka mempengaruhi kesehatan mereka. Sekitar 24,7% dari mereka dilaporkan menderita sakit punggung, bagian sektor pekerjaan tersebut tersebar pada pekerja dalam konstruksi (36,5%), transportasi, penyimpanan dan komunikasi (28,4%), diikuti oleh pekerja sosial dan kesehatan (26,3%) dan bidang lainnya (8,8%).(6)

Menurut penelitian Mas’idah (2019), mengatakan kesehatan dan keselamatan kerja yang buruk dapat mengakibatkan terjadinya terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Data yang didapat dari Departeman Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia (Depnakertrans RI) menyatakan jumlah kecelakaan kerja Tahun 2011 terjadi 9.891 kasus, Tahun 2012 sebanyak 21.735, Tahun 2013

sebanyak 35.917 dan pada 2014 sebanyak 24.910.

Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum adalah 8 jam kerja dan dibutuhkan juga waktu istirahat untuk pekerja. Memperpanjang waktu kerja lebih dari itu hanya akan menurunkan efisiensi kerja, meningkatkan kelelahan, kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.(7)

Personal Computer adalah seperangkat komputer yang digunakan oleh satu orang saja/pribadi. Biasanya komputer ini adanya dilingkungan rumah, kantor, toko dan dimana saja karena harga Personal Computer sudah relatif terjangkau dan banyak macamnya. Fungsi utama dari Personal Computer adalah untuk mengolah data input dan menghasilkan output berupa data atau informasi sesuai dengan keinginan user (pengguna).(8)

Kata komputer berasal dari bahasa Latin yaitu computare yang artinya menghitung, dan dalam bahasa Inggris disebut to computer. Secara definisi komputer diterjemahkan sebagai sekumpulan alat elektronik yang saling bekerja sama, serta dapat menerima data (input) dan memberikan informasi.(9)

Dari penjelasan diatas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan pengkajian mendalam dan salah satu tempat yang peneliti pilih adalah PT. PLN (Persero) adalah badan usaha milik negara yang bertugas menangani semua aspek ketenagalistrikan di Indonesia. Sebagai sebuah perusahaan milik negara PT. PLN

(4)

724 (Persero) tersebar pada berbagai wilayah di Indonesia. Dari penjelasan ini dapat di pahami bahwa PT. PLN (Persero) memiliki peranan yang penting terutama dalam bentuk pelayanan publik dalam urusan konsumsi listrik, serta distribusi listrik kepada masyarakat. Untuk itu pelayanan prima mutlak diberikan sehingga membuat tuntutan kerja dalam pelayanan yang berimbas pada akibat secara personal seperti nyeri punggung, nyeti otot, pegal pada lengan dan bahu serta kelelahan dalam bekerja. Hal tersebut tentunya lumrah terjadi pada setiap orang yang bekerja, termasuk pegawai dari PT. PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Sulselrabar.

Dari haldiatas, peneliti melakukan observasi awal dan menemukan data berupa, pertama ada 164 orang pegawai yang bekerja menggunakan personal computer dimana mereka menghabiskan waktu rata-rata 8 jam sehari atau sekitar 40 jam seminggu (diluar hari libur dan istirahat), kedua jumlah jam istirahat 1 jam dalam sehari dan ketiga keluhan umum yang terjadi pada pegawai seperti nyeri punggung, nyeri bahu dan pegal pada lengan dan pergelangan.

Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis pun tertarik untuk meneliti lebih dalam tentang “Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan MSDs (Musculoskeletal Disorders) pada pegawai yang menggunakan Personal Computer di PT. PLN (Persero) UIW Sulselrabar.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode cross sectional studi. Populasi penelitian ini yaitu 164 pegawai di PT. PLN (Persero) UIW Sulselrabar Makassar dengan sampel penelitian 115 pegawai yang didapatkan melalui teknik simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dengan zoho form. Analisis data yang digunakan yaitu analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi-square (derajat kemaknaan α=0,05).

HASIL

Pengumpulan data sebanyak 115 responden yaitu pegawai PT. PLN (Persero) UIW Sulselrabar yang disi sendiri oleh responden tersebut menggunakan kuesioner zoho form dimana responden mengisi kuesioner google form di rumah masing-masing yang dilakukan pada tanggal 29 Mei 2020. Hasil penelitian tersebut diuraikan sebagai berikut:

Tabel 1. Karakteristik Responden

Karakteristik Responden Frekuensi (n) Persentase (%) Umur Tua Muda 101 14 87,8 12,2 Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan 87 28 75,7 24,3 Masa Kerja Lama Baru 104 11 90,4 9,6

(5)

725 Berdasarkan tabel 1 karakteristik responden dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yaitu pegawai tua sebanyak 101 orang (87,8%), Jenis Kelamin laki-laki sebanyak 87 orang (75,7%) dan sebagian besar masa kerja responden lama sebanyak 104 orang (90,4%).zz

Tabel 2. Analisis Univariat

Variabel Frekuensi (n) Persentase (%)

Lama Kerja

Memenuhi Syarat 115 100

Indeks Masa Tubuh (IMT) IMT Normal IMT Tidak Normal

62 53

53,9 46,1 Intensitas Pencahayaan

Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat 11 104 9,6 90,4 Postur Kerja Rendah Sedang Tinggi 38 49 28 33,0 42,6 24,3

Berdasarkan tabel 2, dari 115 responden yang termasuk dalam kategori lama kerja yang memenuhi syarat sebanyak 115 (100%). Indeks Massa Tubuh (IMT) yang termasuk dalam kategori baik sebanyak 62 (53,9%), responden yang mendapat intensitas pencahayaan yang termasuk dalam kategori baik sebanyak 104 (90,4%), responden yang mendapat postur kerja yang termasuk dalam kategori baik sebanyak 49 orang (42,6%).

Tabel 3. Analisis Bivariat Variabel

Pemanfaatan Posyandu

Total ρ value Ada Keluhan Tidak Ada

Keluhan n % n % n % Lama Kerja Memenuhi Syarat Jumlah 72 72 62,2 72 43 43 47,4 43 115 115 100 100 0,115 Indeks Masa Tubuh

(IMT) IMT Normal IMT Tidak Normal Jumlah 36 36 72 38,8 33,2 72 26 17 43 23,2 19,8 43 62 53 115 100 100 100 0,296 Intensitas Pencahayaan Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Jumlah 5 67 72 6,9 65,1 72 6 37 43 4,1 38,9 43 11 104 115 100 100 100 0,216 Postur Kerja Rendah Sedang Tinggi Jumlah 21 27 24 72 23,8 30,7 17,5 72 17 22 4 43 14,2 18,3 10,5 43 38 49 28 115 100 100 100 100 0,015

(6)

726 Berdasarkan tabel 3 analisis bivariat variabel lama kerja dari 115 responden terdapat 72 pegawai yang memiliki lama kerja yang baik dan terdapat 43 (47,4%) pegawai yang tidak mengalami keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs). Berdasarkan hasil uji statistic chi-square diperoleh nilai p=0,115 (p> dari nilai α=0,05). Hal ini berarti tidak ada hubungan antara lama kerja dengan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) di PT. PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Sulselrabar Tahun 2020.

Variabel Indeks Masa Tubuh (IMT) dari 115 responden terdapat 1 orang (0,4%) dengan kategori Indeks Masa Tubuh (IMT) normal yang mengalami keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) sebanyak 36 orang (38,8), sedangkan Indeks Masa Tubuh (IMT) tidak normal yang tidak mengalami keluhan Musculoskeletal Disorders sebanyak 17 orang (19,8). Berdasarkan hasil uji statistic chi-square diperoleh nilai p=0,296 (p< dari nilai α=0,05). Hal ini berarti tidak ada hubungan antara Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) di PT. PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Sulselrabar Tahun 2020.

Variabel Intensitas Pencahayaan dari 115 responden terdapat 11 pegawai dengan kategori tidak memenuhi syarat yang mengalami ada keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) sebanyak 5 orang (6,9%) dan yang tidak mengalami keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) sebanyak 6 orang (4,1%), sedangkan 104 pegawai dengan kategori memenuhi syarat yang mengalami ada keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) sebanyak 67 orang (65,1%) dan yang tidak mengalami keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) sebanyak 37 orang (38,9%). Berdasarkan hasil uji statistic chi-square diperoleh nilai p=0,216 (p< dari nilai α=0,05). Hal ini berarti tidak ada hubungan antara Intensitas Pencahayaan dengan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) di PT. PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Sulselrabar Tahun 2020.

Variabel postur kerja dari 115 responden terdapat 38 pegawai dengan kategori rendah yang mengalami ada keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) sebanyak 21 orang (23,8%) dan yang tidak mengalami keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) sebanyak 17 orang (14,2%), sedangkan 49 pegawai dengan kategori sedang yang mengalami ada keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) sebanyak 27 orang (30,7%) dan yang tidak mengalami keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) sebanyak 22 orang (18,3%), sedangkan 28 pegawai dengan kategori tinggi yang mengalami ada keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) sebanyak 24 orang (17,5%) dan yang tidak mengalami keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) sebanyak 4 orang (10,5%).. Berdasarkan hasil uji statistic chi-square diperoleh nilai p=0,015 (p< dari nilai α=0,05). Hal ini berarti ada hubungan antara postur kerja dengan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) di PT. PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Sulselrabar Tahun 2020.

PEMBAHASAN

Keluhan Musculoskeletas Disorders (MSDs)

Hal ini sejalan dengan penelitian Pantoiyo (2016), dari hasil penelitian pada tabel 2, didapatkan bagian-bagian tubuh yang paling banyak dikeluhkan oleh pekerja pengguna personal computer yaitu untuk keluhan sakit ringan pada pinggang (46.4%) kemudian pada leher atas, leher bawah, punggung,

(7)

727 bawah pinggang (39.3%), pada bokong (32.1%) dan bahu kanan (25.0%). Untuk keluhan sakit paling banyak dirasakan pada bagian leher bawah dan bahu kanan (17.9%) serta keluhan sangat sakit pada bagian lengan atas kanan, pinggang dan bawah pinggang (3.6%). Dari keluhan pada bagian-bagian tubuh, maka dapat diketahui tingkat risiko yang dapat dialami oleh pekerja adalah sebanyak 4 responden berada pada tingkat risiko sedang sehingga untuk tingkat perbaikannya mungkin diperlukan tindakan dikemudian hari, sedangkan sisanya sebanyak 24 responden berada pada tingkat risiko 0 (rendah) sehingga belum diperlukan adanya perbaikan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasibuan (2011) pada pegawai pengguna personal computer diketahui bahwa dialami keluhan pada bagian bagian leher (atas dan bawah) sebanyak 18 orang (85,7%), pinggang sebanyak 13 orang (61,9%), punggung sebanyak 12 orang (57,1 %) dan bokong sebanyak 10 orang (47,6%).(10)

Hubungan lama kerja pegawai dengan Keluhan Musculoskeletas Disorders (MSDs)

Berdasarkan hasil uji Univariat menunjukkan bahwa lama kerja pegawai memenuhi syarat sebanyak 115 orang (100%). Namun berdasarkan hasil uji statistik bivariat menunjukkan bahwa Pegawai dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pegawai yang menggunakan personal computer di PT. PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Sulselrabar Kota Makassar Tahun 2020 tidak dapat dianalisis menggunakan uji statistik hal ini dikarenakan tidak terdapat pegawai yang memiliki lama kerja yang tidak memenuhi syarat semua pegawai mempunyai lama kerja yang sesuai dengan standar (≤ 8 jam/hari) yang mengalami keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) sebanyak 72 orang (62,6%) dan yang tidak mengalami keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) sebanyak 43 orang (37,4%).

Dengan demikian berdasarkan hasil uji analisis bivariat menunjukkan bahwa pegawai dengan lama kerja yang baik dan mengalami keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) lebih besar daripada pegawai yang mempunyai lama kerja yang baik dan tetapi tidak mengalami keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) dengan nilai (ρ=0,115) > nilai (α=0,05) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan lama kerja dengan Musculoskeletal Disorders (MSDs).

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Anjanny (2018), dapat dilihat dari 74 responden, yang lama kerja normal (< 8jam) dan mengalami keluhan MSDs kategori rendah sebanyank 8 orang (10,8%), pekerja dengan keluhan MSDs kategori sedang tidak terdapat dan pekerja dengan keluhan MSDs kategori tinggi sebanyak 2 orang (2,7%) dan lama kerja yang tinggi (≥ 8jam) dan mengalami keluhan MSDs kategori rendah sebanyak 42 orang (56,8%), pekerja dengan keluhan MSDs kategori sedang sebanyak 19 orang (25,7) dan pekerja dengan keluhan MSDs kategori tinggi sebanyak 3 orang (4,1%).(11)

Akan tetapi, penelitian ini sejalan dengan penelitian Cindyastira (2014), Hasil tabulasi menggunakan uji chi-square antara lama kerja dengan keluhan MSDs menunjukkan bahwa tidak ada hubungan lama kerja yang signifikan terhadap keluhan MSDs, yang membuat lama kerja tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan keluhan MSDs bisa saja disebabkan oleh aspek lain misalnya frekuensi kerja yang berbeda dan dari segi waktu istirahat tiap pekerja. Hasil observasi, sebagian pekerja menggunakan alat bantu kerja seperti gerobak. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurwahyuni untuk responden yang tidak mengalami keluhan nyeri punggung bawah, persentase tertinggi juga terdapat pada kategori lama kerja <8 jam sehari yakni sebanyak 13 responden

(8)

728 (18,3%). Hasil analisis uji statistik Fisher’s Exact Test tentang hubungan antara lama kerja dengan keluhan nyeri punggung bawah pada tingkat kemaknaan 0,05 (95%) diperoleh nilai p=0.254 yang berarti nilai p>0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara lama kerja dengan keluhan nyeri punggung bawah pada tenaga kerja bongkar muat barang di pelabuhan Nusantara Kota Pare-Pare.

Hubungan Indeks Masa Tubuh (IMT) pegawai dengan Keluhan Musculoskeletas Disorders (MSDs) Berdasarkan hasil uji statistik bivariat menunjukkan bahwa terdapat 62 pegawai dengan kategori Indeks Masa Tubuh (IMT) normal (18,5-22,9) yang mengalami keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) sebanyak 36 orang (38,8%) dan yang tidak mengalami keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) sebanyak 26 orang (23,2%), sedangkan kategori Indeks Masa Tubuh (IMT) tidak normal termasuk berat badan kurang terdapat 1 orang (0,4%) dengan kategori berat badan kurang (<18,5) yang tidak mengalami keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs), dari 45 pegawai dengan kategori berat badan lebih (23-24,9) yang mengalami keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) sebanyak 32 orang (28,2%) dan yang tidak mengalami keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) sebanyak 13 orang (16,8%), dari 7 pegawai dengan kategori obesitas I (25-29,9) yang mengalami keluhan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) sebanyak 4 orang (4,4%) dan yang tidak mengalami keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) sebanyak 3 orang (2,6%).

Dengan demikian berdasarkan hasil uji analisis bivariat menunjukkan bahwa pegawai dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) yang baik dan mengalami keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) lebih besar daripada pegawai yang Indeks Masa Tubuh (IMT) yang baik dan tetapi tidak mengalami keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) dengan nilai (ρ=0,296) > nilai (α=0,05) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan Musculoskeletal Disorders (MSDs).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Septiani (2017), peneliti mengkategorikan IMT kedalam 2 kategori, yaitu berisiko dan tidak berisiko. Kategori berisiko adalah pekerja dengan IMT gemuk, sedangkan kategori tidak berisiko yaitu pekerja dengan IMT normal atau IMT kurus. Diketahui bahwa sebagian pekerja dengan IMT berisiko memiliki keluhan sedang sedangkan pada pekerja dengan IMT tidak berisiko diketahui sebagian besar pekerja memilik keluhan rendah, hanya sedikit yang merasakan keluhan sedang. Dari hasilanalisis bicariat didapatkan ρ value sebesar 0,229 (>0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara Indeks Masa Tubuh dengan keluhan MSDs pada pekerja bagian Meat Preparation PT Bumi Sarimas Indonesia tahun 2017.(12)

Penelitian ini sejalan juga dengan penelitian Hardianto (2015), responden yang memiliki Indeks Massa Tubuh (>25 kg/m²) cenderung mengalami MSDs dengan keluhan berat sebesar (14,3%) lebih besar daripada responden yang Indeks Massa Tubuhnya (≤25 kg/m²) yaitu sebesar (10,4%). Hasil uji Kolmogorov-Smirnov diperoleh nila p value = 1,000 lebih besar dari α = 0,05 yang artinya Ho diterima (Ha ditolak), jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh dengan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada karyawan pengguna komputer PC di Kantor Pusat Bank X.(13)

(9)

729 Akan tetapi, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Icsal (2016), berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat secara statistik dengan menggunakan uji korelasi spearman diperoleh hasil ρ = 0,012 (p>0,05) yang berarti ada hubungan antara indeks masa tubuh (IMT) dengan keluhan muskuloskeletal disorders pada penjahit wilayah pasar panjang. Hal ini sesuai dengan penelitian tahun 2015 yang menunjukkan bahwa indeks masa tubuh (IMT) memiliki hubungan yang signifikan dengan keluhan Muskuloskeletal. Hal ini pula sejalan dengan hasil penelitian tahun 2014 tentang Hubungan Postur Tubuh Menjahit Dengan Keluhan Low Back Pain (LBP) Pada Penjahit di Pasar Sentral Kota Makassar, yang menyatakan bahwa indeks masa tubuh (IMT) memiliki hubungan dengan keluhan Musculoskeletal

Disorders (MSDs).(14)

Hubungan intensitas pencahayaan pegawai dengan Keluhan Musculoskeletas Disorders (MSDs) Berdasarkan hasil uji analisis bivariat menunjukkan bahwa pegawai dengan Pencahayaan ruangan yang baik dan mengalami keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) lebih besar daripada pegawai yang pencahayaan ruangan yang baik dan tetapi tidak mengalami keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) dengan nilai (ρ=0,216) > nilai (α=0,05) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan faktor lingkungan pencahayaan dengan Musculoskeletal Disorders (MSDs).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Fuady (2013), berdasarkan tabel analisis di atas dengan menggunakan uji mann whitney, diperoleh nilai rata-rata rangking antara intensitas pencahayaan area kerja dengan MSDs berat adalah 32,34 dan rata- rata rangking antara intensitas pencahayaan area kerja dengan MSDs ringan adalah 31,71. Adapun nilai probabilitas (ρ value) sebesar 0,890 (ρ value > 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa pada α (5%) tidak ada hubungan yang signifikan antara intensitas pencahayaan area kerja dengan MSDs pada pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung 2013.(15)

Hubungan postur kerja pegawai dengan Keluhan Musculoskeletas Disorders (MSDs)

Berdasarkan hasil uji univariat menunjukkan bahwa postur kerja dari 115 pegawai yang tidak berisiko sebanyak 32 orang (27,8%) dan pegawai berisiko sebanyak 83 orang (72,2%). Namun berdasarkan hasil uji statistik bivariat menunjukkan bahwa dari 115 pegawai kategori tidak berisiko yang mengalami ada keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) sebanyak 15 orang (20%) dan yang tidak mengalami keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) sebanyak 17 orang (12%), sedangkan kategori berisiko yang mengalami ada keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) sebanyak 57 orang (52%) dan yang tidak mengalami keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) sebanyak 26 orang (31%).

Dengan demikian berdasarkan hasil uji analisis bivariat menunjukkan bahwa pegawai dengan postur kerja yang baik dan mengalami keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) lebih kecil daripada pegawai yang memiliki postur kerja yang baik tetapi tidak mengalami keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) dengan nilai (ρ=0,030) > nilai (α=0,05) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan postur kerja dengan Musculoskeletal Disorders (MSDs).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Anjanny (2018), dapat dilihat dari 74 responden, yang posisi duduk dengan risiko rendah dan mengalami keluhan MSDs kategori rendah sebanyak 35 orang

(10)

730 (47,3%), posisi duduk risiko rendah dan keluhan MSDs kategori sedang sebanyak 7 orang (9,5%) dan posisi duduk risiko rendah dan sebanyak 15 orang (20,3%), posisi duduk risiko sedang dan keluhan MSDs kategori sedang sebanyak 12 orang (16,2%) dan posisi duduk risiko sedang dan keluhan MSDs kategori tinggi sebanyak 2 orang (2,7%). Berdasarkan hasil statistik Chi-square didapatkan p value sebesar 0,042 dan oleh karena nilai ρ value (0,042 < 0,005). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara posisi duduk dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pekerja pengguna komputer non-struktural di Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara Tahun 2018.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan MSDs (Musculoskeletal Disorders) pada Pegawai yang Menggunakan Personal Computer di PT. PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Sulselrabar Kota Makassar Tahun 2020, maka disimpulkan bahwa Sebesar 43% responden tidak mengalami keluhan Muscoloskeletas Disorders (MSDs) di PT. PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Sulselrabar Kota Makassar Tahun 2020, Variabel yang tidak ada hubungan dengan keluhan Musculoskeletas Disorders (MSDs) dengan (p-value<α=0,05) adalah variabel lama kerja, Indeks Masa Tubuh (IMT) dan intensitas pencahayaan dan variabel yang ada hubungan dengan keluhan Musculoskeletas Disorders (MSDs) dengan (p-value>α=0,05) adalah postur kerja.

Perlu dilakukan promosi ergonomi dan kesehatan kerja berupa penyuluhan maupun poster bergambar kepada pekerja pengguna komputer, baik yang dilakukan oleh pimpinan serta karyawan yang perduli terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Pekerja sebaiknya memperhatikan posisi tubuhnya saat bekerja dan segera memperbaiki sikap kerjanya, jika sikap kerja tersebut dirasa dapat menimbulkan keluhan pada otot. Melakukan gerakan peregangan otot selama ± 5-10 menit saat istirahat untuk meregangkan otot-otot yang kaku dan tubuh bisa melakukan recovery (pemulihan).

DAFTAR PUSTAKA

1. Dimi C, Syamsiar S, Andi W. Hubungan Intensitas Getaran dengan Keluhan Muskuloskeletal Disorders ( MSDs ) pada Tenaga Kerja Unit Produksi Paving Block CV . Sumber Galian Makassar. Jurnal. 2014;1–13.

2. Ashary Aznam S, Mardi Safitri D, Dwi Anggraini R. Ergonomi Partisipatif Untuk Mengurangi Potensi Terjadinya Work-Related Musculoskeletal Disorders. J Tek Ind. 2017;7(2):94–104. 3. Zulfikar I. Tingkat Pengetahuan Karyawan terhadap Penggunaan Mouse dan Keyboard secara

Ergonomis di PT.Expro Indonesia. INDENTIFIKASI J Ilm Keselamatan, Kesehat Kerja dan Lindungan Lingkung [Internet]. 2017;3(Vol 3 No 1 (2017): IDENTIFIKASI):1–6. Tersedia pada: jurnal.d4k3.uniba-bpn.ac.id/index.php/identifikasi/article/view/32

4. Mallapiang F, Alam S, Suyuti AA. Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja Pada Perawat IGD di RSUD Haji Makassar Tahun 2014. Al-Sihah Public Heal Sci J. 2016;8(1):39–48. 5. Adi IKW. Gambaran Keluhan Muskuloskeletal Pada Perajin Ukiran Kayu Di Kecamatan Manggis

Kabuupaten Karangasem. 2018;

6. Budhiman MA. Analisis Penilaian Tingkat Risiko Ergonomi Pada Pekerja Konstruksi Proyek Ruko Graha Depok Tahun 2015. Vol. 13, Ekp. 2015. 1576–1580 hal.

(11)

731 7. Eli Mas’idah, Wiwiek Fatmawati LA. Analisa Manual Material Handling (Mmh) Dengan

Menggunakan Metode Biomekanika Untuk Mengidentifikasi Resiko Cidera Tulang Belakang (Musculoskeletal Disorder) (Studi Kasus pada Buruh Pengangkat Beras di Pasar Jebor Demak). Maj Ilm Sultan Agung. 2009;45(119):37–56.

8. Pematung K, Desa DI. Pemberdayaan Masyarakatmelalui Pelatihan Dan Implementasi Ergonomi Untuk Meningkatkan Kualitas. 2014;954–62.

9. Rahman A. Analisis Postur Kerja Dan Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Beton Sektor Informal Di Kelurahan Samata Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa Tahun 2017. 2017;12–21.

10. Indah Wahyuni Pantoiyo, Odi Pinontoan JJ. Gambaran Lama Kerja, Sikap Kerja Dan Keluhan Muskuloskeletal Pada Pengguna Personal Computer Di Kantor Bpjs Ketenagakerjaan Cabang Manado.

11. Annisa Anjanny. Keluhan Musculoskeletal Kerja. 2018;

12. Septiani A. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Bagian Meat Preparation PT. Bumi Sarimas Indonesia Tahun 2017 [Internet]. Vol. 7,

Riset Informasi Kesehatan. 2017. 178 hal. Tersedia

pada:http://isainsmedis.id/%0Ahttp://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ ANNISASEPTIANIFKIK.pdf%0Ahttps://core.ac.uk/download/pdf/25491576.pdf%0Ajournal.um bjm.ac.id/index.php/caring-nursing

13. Darmawan D. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Keluhan Muskuloskeletal Disorders Pada Karyawan Bank X. J Chem Inf Model. 2019;53(9):1689–99.

14. M.A. MI, Sabilu Y, Pratiwi A. Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Penjahit Wilayah Pasar Panjang Kota Kendari Tahun 2016. J Ilm Mhs Kesehat Masy Unsyiah. 2016;1(2):184143.

15. Fuady AR. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pengrajin Sepatu Di Perkampungan Industri Kecil (Pik) Penggilingan Kecamatan Cakung Tahun 2013. 2013;1–11.

Referensi

Dokumen terkait

Berbeda dengan belajar berbahasa (mendengar, membaca, berbicara dan menulis) yang merupakan alat ekspresi dan komunikasi, maka seseorang dituntut untuk

(3) Contoh bentuk Format Laporan Pendamping Sosial BPNT APBN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sebagaimana tercantum dalam Lampiran Huruf C angka 1 dan angka

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah uji coba model sosialisasi nilai toleransi menggunakan strategi Role Playing kombinasi Debat dapat meningkatkan

[r]

Perlindungan hukum desain Indistri Secara substantif, dalam Undang-Undang Desain Industri terdiri dari 57 pasal tersebut mengatur beberapa hal penting berkaitan

Hasil penelitian sidik lintas antara komponen hasil dengan hasil biji kedelai yang dilakukan oleh Pandey dan Torrie (1973) menunjukkan bahwa jumlah polong per unit area panen dan

Berdasarkan data hasil observasi yang dilakukan untuk melihat secara langsung bagaimana aktivitas guru selama pelaksanaan proses pembelajaran senam guling

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendiskripsikan (1) Visualisasi dari komik wayang mahabharata karya RA Kosasih (2) Nilai-nilai pendidikan karakter