SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi
Diajukan Oleh :
Amelina Maricha Pratiwi
0513010312/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
JAWAB SOSIAL PADA PT.PLN (Persero) APJ SIDOARJO
yang diajukan
Amelina Maricha Pratiwi 0513010312/FE/EA
telah disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Dosen Pembimbing
Dr. Indrawati Y, MM, Ak Tanggal:………. NIP : 030 222 242
Wakil Dekan 1
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur
melimpahkan berkah, rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini, dengan judul “PENGARUH STAKEHOLDER
TERHADAP TANGGUNGJAWAB SOSIAL PADA PT. PLN (Persero) APJ SIDOARJO”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S-1) Jurusan Akuntansi pada Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun skripsi ini,
karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan. Oleh karena itu penulis sadar
bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan dorongan yang telah
diberikan, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsannuddin Nur, SE, MM, selaku Dekan Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi, selaku Ketua Progdi Akuntansi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Ibu Dr. Indrawati Yuhertiana, MM,Ak, selaku dosen pembimbing yang
memberikan bimbingan dan dorongan dalam penyelesaian skripsi.
5. Bapak dan Ibu dosen serta staf pengajar Fakultas Ekonomi khususnya Jurusan
Akuntansi yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan serta
i
ii
dan Seluruh Keluarga Besarku di Pacitan dan Surabaya (kakung dan uti,
pakdhe dan budhe, om dan tante, juga semua sepupuku) yang selalu
memberikan doa, dukungan, perhatian dan pengorbanan yang begitu besar.
Terima kasih atas segalanya “Semoga mereka selalu dalam lindungan Allah
SWT”.
8. Sahabat-sahabatku Mbak Rike, Zulfa, Panda, Iphe, Lenny, Tanty, Novi, Febi
serta semua teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini
yang tidak bisa aku sebutkan satu per satu “Terima Kasih”
Semoga Allah SWT melimpahan berkah dan karunia-Nya kepada semua
pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Dalam
penulisan skripsi ini penulis menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan,
tetapi penulis berharap semoga hasilnya dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.
Surabaya, Juni 2010
Daftar Gambar……….... v
Daftar Tabel………. vi
Daftar Lampiran... vii
Abstraksi.……….... viii
BAB I. PENDAHULUAN 1 1.1.Latar Belakang……… 1
1.2.Perumusan Masalah……….7
1.3.Tujuan Penelitian………. 7
1.4.Manfaat Penelitian………7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 2.1. Peneliti Terdahulu...………....………...9
2.2. Landasan Teori………11
2.2.1 Jenis-jenis Tanggung Jawab Perusahaan...11
2.2.1.1 Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)…12 2.2.1.2 Dasar Pelaksanaan CSR...13
2.2.1.3 Prinsip-prinsip Dasar Penerapan CSR...14
2.2.1.4 Konsep Triple Bottom Line...17
2.2.1.5 Kasifikasi Bentuk Penerapan CSR...19
2.2.1.6 Tahap-tahap Penerapan CSR...20
2.2.1.7 Pelaporan CSR...22
2.2.3.1.1. Pengaruh Regulasi Pemerintah terhadap
Tanggung Jawab Sosial ...27
2.2.3.2 Tekanan Media Masa...28
2.2.3.2.1. Pengaruh Tekanan Media Masa terhadap Tanggung Jawab Sosial...29
2.2.3.3 Komitmen Manajemen...30
2.2.3.3.1. Pengaruh Komitmen Manajemen terhadap Tanggung Jawab Sosial...31
2.3 Kerangka Pikir...31
2.4 Hipotesis...32
BAB III METODE PENELITIAN 33 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel……….33
3.1.1.Definisi Operasional Variabel………33
3.1.2. Pengukuran Variabel……….35
3.2. Tehnik Pengumpulan Sampel……….35
3.2.1. Populasi ..………...35
3.2.2. Sampel ………..36
3.3. Tehnik Pengumpulan Data……….37
3.3.1. Jenis Data………..37
3.3.2. Sumber Data……….38
3.4.2. Uji Reliabilitas………....39
3.4.3. Uji Normalitas……….40
3.4.4. Uji Asumsi Klasik………...40
3.4.5. Tehnik Analisis………...43
3.4.6. Uji Hipotesis………...43
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 46 4.1. Deskripsi Objek Penelitian………..46
4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan………46
4.1.2. Profil PT. PLN (Persero) APJ Sidoarjo..………...47
4.1.3. Fungsi Pokok Area Pelayanan dan Jaringan Sidoarjo...….48
4.1.4. Tugas Pokok Area Pelayan dan Jaringan Sidoarjo……….50
4.1.5. Stuktur Organisasi...54
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian………56
4.2.1. Deskripsi Karakteristik Responden……....………56
4.2.2. Deskripsi Variabel Regulasi Pemerintah (X1).…………..58
4.2.3. Deskripsi Variabel Tekanan Media Massa (X2)…………59
4.2.4. Deskripsi Variabel Komitmen Manajemen (X3)..………..61
4.2.5. Deskripsi Variabel Tanggung Jawab Sosial (Y)...62
4.3. Deskripsi Hasil Pengujian...64
4.3.1. Uji Validitas dan Reliabilitas………..64
iv
4.3.3. Uji Asumsi Klasik…..………71
4.3.4. Analisis Regresi Linier Berganda………..……....74
4.3.4.1. Pengujian Secara Simultan...76
4.3.4.2. Pengujian Secara Parsial...78
4.4. Pembahasan dan Implikasi Hasil Penelitian………81
4.4.1. Pembahasan...81
4.4.2. Implikasi Hasil Penelitian...84
4.5. Pengembangan Ilmu Pengetahuan………...84
4.6. Perbedaan Hasil Peneliti Dengan Penelitian Terdahulu………..87
4.7. Keterbatasan Penelitian………...88
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 89 5.1. Kesimpulan………..89
5.2. Saran………....90
LAMPIRAN 2 .Kuesioner
LAMPIRAN 3 .Rekapitulasi Jawaban
LAMPIRAN 4 . Uji Validitas
LAMPIRAN 5. Uji Reliabilitas
LAMPIRAN 6.Uji Normalitas
LAMPIRAN 7.Uji Asumsi Klasik
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja... 57
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Regulasi Pemerintah... 58
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tekanan Media Masa... 60
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Komitmen Manajemen... 61
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tanggungjawab Sosial... 63
Tabel 4.7. Hasil Uji Validitas Regulasi Pemerintah (X1)... 65
Tabel 4.8. Hasil Uji Validitas Tekanan Media Masa (X2)... 66
Tabel 4.9. Hasil Uji Validitas Komitmen Manajemen (X3)... 67
Tabel 4.10. Hasil Uji Validitas Tanggungjawab Sosial (Y)... 68
Tabel 4.11. Hasil Uji Reliabilitas... 69
Taebl 4.12. Hasil Uji Normalitas………..…... 70
Tabel 4.13. Hasil Uji Multikolinieritas……….... 72
Tabel 4.14. Hasil Uji Heteroskedastisitas... 73
Tabel 4.15. Rekapitulasi Hasil Uji Regression... 74
Tabel 4.16. Pengaruh Variabel Bebas terhadap Variabel Terikat... 76
Tabel 4.17. Uji Kesesuain Model... 77
Tabel 4.18. Hasil Perolehan Tingkat Signifikan... 78
Tabel 4.19. Koefisien Korelasi dan Determinasi Parsial... 80
Gambar 2. Kerangka Pikir... 32
Gambar 3. Bagan Susunan Organisasi PT. PLN (Persero) APJ Sidoarjo... 55
Amelina Maricha Pratiwi
Abstrak
Perusahaan yang baik tidak hanya dituntut memburu keuntungan secara ekonomi belaka, melainkan memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat, karena dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya perusahaan selalu berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung dengan lingkungannya. Hal inilah membuat perusahaan dituntut mempunyai tanggungjawab sosial yang besar terhadap lingkungannya. PT.PLN (Persero) Indonesia adalah salah satu BUMN yang bergerak di bidang jasa penyedia energi listrik, dan PT.PLN (Persero) APJ Sidoarjo merupakan salah satu unit PT.PLN (Persero) Indonesia yang melayani pendistribusian tenaga listrik di area pelayanan dan jaringan Sidoarjo. Agar perusahaan melaksanakan tanggungjawab sosialnya, maka diperlukan suatu regulasi pemerintah, tekanan media masa, dan komitmen manajemen atas tanggungjawab sosial tersebut.
Penelitian ini dilaksanakan secara survey dengan menggunakan data primer dari responden yang menjadi obyek penelitian, data yang diperoleh dari instrumen penelitian tersebut kemudian diolah dengan menggunakan statistik sebagai alat analisis untuk menguji hipotesis yang diajukan oleh peneliti yaitu dengan menggunakan regrasi liner berganda yang bertujuan untuk menghitung besarnya nilai regresi guna menunjukkan besarnya pengaruh variabel stakeholder baik secara parsial maupun simultan terhadap tanggungjawab sosial Pada PT.PLN (Persero) APJ Sidoarjo.
Dari hasil analisis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa variabel regulasi pemerintah (X1), tekanan media massa (X2) dan komitmen manajemen (X3) baik secara simultan maupun partial berpengaruh positif terhadap tanggungjawab sosial (Y). Dengan demikian hipotesis yang diajukan oleh peneliti telah terbukti kebenarannya
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social
Responsibility (CSR) merupakan wacana penting dalam dunia binis yang
mulai digunakan sejak tahun 1970an. Dalam sejarahnya, praktik CSR
berawal dari tahap yang sederhana, yaitu dari sifat kedermawanan para
pemilik perusahaan untuk memberikan sebagian keuntungan yang diperoleh
untuk melakukan kegiatan sosial. Seiring pesatnya perkembangan
pembangunan dan teknologi sekarang mengakibatkan semakin maju dan
kompleksnya aktivitas operasional perusahan serta makin luasnya
tanggungjawab perusahaan. Ini mengakibatkan tuntutan terhadap perusahaan
juga semakin besar. Perusahaan yang baik tidak hanya dituntut memburu
keuntungan secara ekonomi belaka (profit). Melainkan pula memiliki
kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan
masyarakat (people), ini dikarenakan dalam melaksanakan kegiatan
operasionalnya perusahaan akan berinteraksi secara langsung maupun tidak
langsung dengan lingkungannya. Interaksi ini dikarenakan sumber-sumber
ekonomi yang digunakan oleh perusahaan secara keseluruhan berasal dari
lingkungan dan pada akhirnya juga dikonsumsi oleh lingkungan
(Kurniawan, 2008:1). Hal ini menyebabkan perusahaan mempunyai
Dalam prakteknya CSR mengandung makna bahwa, seperti hanya
individu, perusahaan memiliki tugas moral untuk berlaku jujur, mematuhi
hukum, menjunjung integritas, dan tidak korupsi (Harmoni dan Adriyani,
2008:475). CSR menekankan bahwa perusahaan juga harus
mengembangkan praktik bisnis yang etis dan berkesinambungan
(sustainable) baik secara ekonomi, sosial, dan lingkungan demi
keberlangsungan perusahaan yang menjadi tanggungjawab seluruh
stakeholder. Akan tetapi perusahaan kadangkala sering melalaikannya
dengan alasan bahwa tidak ada kontribusi yang diberikan kepada
perusahaan.
Sesuai dengan konsep triple bottom line yang di popolerkan oleh
Jhon Elkington pada tahun 1997 (Wibisono, 2007:32), CSR dapat dijalankan
melaui tiga pilar utama yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan. Salah satu
bentuk dari tanggungjawab sosial perusahaan yang sering diterapkan di
Indonesia adalah Community Development. Koordinasi serta patnersip
(kemitraan) yang erat diatara elemen utama pengerak CSR yaitu civil
society, government, dan business dapat memajukan CSR (Pambudi,
2006:18). Perusahaan yang mengedepankan konsep Community
Development lebih menekankan pembangunan sosial dan pembangunan
kapasitas masyarakat sehingga dapat menggali potensi masyarakat lokal
yang menjadi modal sosial perusahaan untuk maju dan berkembang. Selain
dapat menciptakan peluang-peluang sosial-ekonomi masyarakat, menyerap
membangun citra perusahaan yang peduli terhadap lingkungan serta dapat
menumbukan rasa percaya masyarakat pada perusahaan. Seiring tumbuhnya
rasa percaya dan memiliki dari masyarakat terhadap perusahaan akan
membuat masyarakat merasakan adanya manfaat atas kehadiran perusahaan.
Tuntutan terhadap perusahaan untuk memberikan informasi yang
transparan, organisasi yang akuntabel serta tata kelola perusahaan yang
semakin bagus (good corporate governance) semakin memaksa perusahaan
untuk memasukkan aktivitas sosial perusahaan kedalam laporan keuangan,
sehingga mampu mencerminkan tingkat aktivitas perusahaan secara
menyeluruh. Untuk mewujudkan akuntabilitas dan transparansi yang tinggi,
perlu mengungkapkan kinerja CSR dalam “ laporan CSR” atau “laporan
keberlanjutan”(sustainability report). Menurut Darwin (Kurniawan, 2008:5)
menyebutkan bahwa melalui laporan akan terungkap apakah tingkat
keterbukaan perusahaan sudah satu level dengan harapan masyarakat. Hal
tersebut sesuai dengan asumsi bahwa terdapat kontrak sosial antara
perusahaan dan masyarakat, maka sudah seharusnya perusahaan
mengungkapkan kinerja sosialnya. Apabila perusahaan tidak melaporkan
tanggungjawab sosialnya dalam laporan keuangan, maka akan memberikan
pengaruh tersendiri bagi perusahaan dimata pemerintah, manajemen, media
massa, dan khususnya pada investor dan kreditor yang tidak mau
menanggung kerugian yang hanya di karenakan oleh adanya kelalaian
Regulasi pemerintah, tekanan media masa, dan komitmen
manajemen, merupakan elemen yang sangat penting dalam keberlangsungan
perusahaan dalam menjalankan tangungjawab sosialnya. Regulasi
pemerintah berperan dalam menetapkan peraturan yang diharapkan
perusahaan dapat melakukan suatu usaha-usaha yang akan berdampak
positif baik bagi perusahaan maupun dengan lingkungan sosialnya . Tekanan
media masa memberikan pengaruh yang sangat dominan terhadap opini
publik mengenai citra perusahaan (Maksum dan Kholis, 2003 :938-939).
Komitmen manajemen yaitu sikap manajemen perusahan terhadap
tanggungjawab yang wajib dijalan perusahaan baik kepada stakeholder
maupun lingkungan sosialnya. Manajemen sangat dibutuhkan untuk
menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran,dan
kegiatan-kegiatan perusahaan (Handoko, 2003 :6)
Pengakomodasian unsur tanggung jawab sosial belum sepenuhnya
dijalankan dengan baik dan wajar dalam proses penilaian dampak sosial
maupun dalam pelaporannya. Ini dibuktikan dengan begitu banyak timbul
berbagai konflik dan masalah seperti demonstrasi dan protes yang
menyiratkan adanya ketidak puasan beberapa elemen stakeholder pada
manajemen perusahaan. Fenomena tersebut memberikan pemahaman bahwa
tanggungjawab sosial perusahaan bukan lagi sekedar entitas yang hanya
mementingkan diri sendiri sehingga terpisah dari lingkungan masyarakat,
akan tetapi merupakan entitas yang wajib juga memperhatikan lingkungan
adalah tentang kasus lumpur panas di ladang eksplorasi migas PT.Lapindo
Brantas di Sidorajo, kasus PT.Freepot di Papua, dan kasus PT.Newmont di
Teluk Buyat (www.sinarharapan.co.id).
PT.PLN (Persero) Indonesia adalah salah satu BUMN yang
bergerak di bidang jasa penyedia energi listrik, dan PT.PLN (Persero) APJ
Sidoarjo merupakan salah satu unit PT.PLN (Persero) Indonesia yang
melayani pendistribusian tenaga listrik di area pelayanan dan jaringan
Sidoarjo. Pelaksanaan tanggungjawab sosial pada BUMN besifat wajib
(mandatory) sesuai dengan yang diatur dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 74 ayat 1
sampai 4. Sebagai salah satu BUMN PT.PLN (Pesero) APJ Sidoarjo wajib
melaksanakan tanggungjawab sosial.
Wujud penerapan tangungjawab sosial di PT.PLN (Persero) APJ
Sidoarjo berdasarkan regulasi pemerintah dituangkan dalam aktifitas
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Unit PKLB sebagai
pelaksana program CSR pada PT.PLN (Persero) APJ Sidoarjo mempunyai
kewenagan dalam pengelolaan dan pelaporan aktivitas sosial perusahaan,
sehingga PKBL mempunyai kedudukan yang mandiri dan wajib menyajikan
laporan keuangan tentang kegiatan sosial yang dilakukan yang terpisah dari
laporan keuangan. Tahap-tahap yang dilakukan unit PKBL dalam
melaksanakan aktivitas sosial merupakan proses yang berkesinambungan
mulai perencanaan, evaluasi dan reporting (Kurniawan, 2008:7). Hal ini
Tabel 1. Jumlah Dana dan Mitra Binaan
Keterangan Jumlah mitra binaan
2008 2007 2006 2005
Jumlah Dana Rp60.000.000 Rp92.500.000 Rp23.000.000 -
Jumlah Mitra Binaan
7orang 5orang 3orang -
Sumber : Sekretaris Tim Pelaksana PKBL PT.PLN (Persero) APJ Sidoarjo
Adanya fenomena secara global, secara tidak langsung juga terjadi
di PT.PLN (Persero) APJ Sidoarjo. Sesuai dengan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal
74 yang mewajibkan BUMN melaksanakan tanggungjawab sosial,
sedangkan dalam kenyataannya masih ada protes yang dilakukan masyarakat
akibat adanya ketidak puasan masyarakat terhadap kegiatan perusahaan,
salah satunya adalah protes yang dilakukan warga Desa Boro, Kecamatan
Tanggulangin dengan sejumlah LSM dan Mahasiswa Muhammadiyah
Sidoarjo yang menuntut pemasangan gardu induk Saluan Tegangan Ektra
Tinggi (SUTET) PT.PLN di Desa Boro karena dianggap sudah
mengorbankan kepentingan warga Desa Boro (www.kabarsidoarjo.com,
Rabu, 13 Januari 2010). Dengan kondisi yang dimikian pada dasarnya
apakah regulasi pemerintah, tekanan media masa, dan komitmen manajemen
berpengaruh terhadap tanggungjawab sosial PT.PLN (Persero) APJ
Oleh karena itu, penelitian ini akan mengukur pengaruh
stakeholder terhadap tanggungjawab sosial PT.PLN (Persero) APJ Sidoarjo
dilihat dari regulasi pemerintah, tekanan media masa, dan komitmen
manajemen.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Stakeholder terhadap
Tanggung Jawab Sosial pada PT.PLN (Persero) APJ Sidoarjo.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan dapat
dirumuskan masalah yaitu, apakah regulasi pemerintah, tekanan media
masa, dan komitmen manajemen berpengaruh terhadap tanggungjawab
sosial pada PT.PLN (Persero) APJ Sidoarjo?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penyusunan
penelitian ini adalah untuk mengetahui dan membuktikan pengaruh regulasi
pemerintah, tekanan media masa, dan komitmen manajemen berpengaruh
terhadap tanggungajawab sosial pada PT.PLN (Persero) APJ Sidoarjo.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut ;
1. Bagi PT.PLN (Persero) APJ Sidoarjo
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
pertimbangan dalam menentukan kebijaksanaan PT.PLN (Persero) APJ
Sidoarjo tentang tanggungjawab sosial untuk bisa lebih baik, transparan
dan akuntabel.
2. Bagi Pembaca
Menberikan informasi kepada pembaca pengaruh stakeholder
terhadap tanggung jawab sosial PT.PLN (Persero) APJ Sidoarjo serta
dapat di jadikan bahan pembanding untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan pemahaman tentang tanggungjawab
sosial perusahaan serta melatih kemapuan berfikir secara ilmiah dan
menerapkan ilmu pengetahuan yang sebelumnya sudah diperoleh di
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh
pihak-pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan dan bahan pengkajian
yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain sebagai berikut:
Aida Ainul Mardiyah dan Anis Widyastuti (2007) dengan judul
“Pengaruh Stakeholder terhadap Tanggung Jawab Sosial dan Akuntansi
Sosial Perusahaan”. Dengan perumusan masalah, apakah regulasi
pemerintah, tekanan masyarakat, tekanan organisasi lingkungan, tekanan
media masa, serta tekanan investor dan kreditor berpengaruh terhadap
tanggung jawab sosial perusahaan?; dan apakah tanggungjawab sosial
berpengaruh terhadap akuntansi sosial perusahaan?. Penelitian ini
menggunakan kuesioner atau wawancara. Subyek yang menjadi target
penelitian adalah seluruh perusahaan manufaktur yang telah go public yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Sample penelitian sebanyak 20 perusahaan.
Teknik analisis yang digunakan yaitu dengan menggunakan dua model
regrasi (two regresion model) yaitu analisis regresi berganda (multiple
regresion) dan regresi pangkat kuadrat terkecil (ordinary least square).
Dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa regulasi pemerintah
berpengaruh terhadap tanggungjawab sosial, tekanan masyarakat tidak
tidak berpengaruh terhadap tanggungjawab sosial, tekanan media masa
berpengaruh terhadap tanggungjawab sosial, serta tekanan investor dan
kreditor berpangaruh terhadap tanggungjawab sosial, dan tanggungjawab
sosial berpengaruh terhadap akuntansi sosial.
Azhar Maksum dan Azizul Kholis (2003) dengan judul “Analisis
Tentang Pentingnya Tanggung Jawab dan Akuntansi Sosial Perusahaan
(Corporate Responsibility and Social Accounting): Studi Empiris di Kota
Medan”. Penelitian ini bertujuan untuk menguji konsep stakeholder dengan
isu utama tanggungjawab sosial perusahaan, yang dikaitkan dengan
penyajian informasi sosial (akuntansi). Dengan perumusan masalah, apakah
regulasi pemerintah (government regulation), tekanan masyarakat
(community pressure), tekanan organiasi lingkungan (environment
organization pressure), dan tekanan media massa (mass media pressure)
mempengaruhi pentingnya tanggungjawab sosial perusahaan (corporate
social responsibility importance)?; dan bagaimana pula pengaruhnya
terhadap pentingnya akuntansi sosial perusahaan?. Teknik analisis yang
digunakan yaitu dengan menggunakan dua model regrasi (two regresion
model) yaitu analisis regresi berganda (multiple regresion) dan regresi
pangkat kuadrat terkecil (ordinary least square) dengan populasi penelitian
adalah seluruh perusahan yang beroperasi di kota Medan propinsi Sumatera
Utara. Diperoleh hasil variabel regulasi pemerintah, tekanan masyarakat,
tekanan organisasi lingkungan dan tekanan media massa berpengaruh secara
pula dengan hubungan antara tanggungjawab sosial dengan pentinganya
akuntansi sosial.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah
terletak pada adanya pengembangan variabel yaitu komitmen manajemen
yang dicantumkan dalam penelitian ini karena diangap mempunyai pengaruh
terhadap tanggung jawab sosial perusahaan.
Persamaan antara penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu
yaitu penggunaan teknik analisis linear berganda sebagai metode
penelitiannya. Penelitian terdahulu hanya dipakai sebagai bahan masukan
dan pertimbangan yang mendukung penelitian ini.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Jenis-jenis Tanggung Jawab Perusahaan
Menurut Post (Solihin, 2008:3-5) secara silmultan perusahaan akan
menjalankan tiga jenis tanggung jawab yang berbeda-beda kepada
pemangku kepentingan, di mana ketiga jenis tanggung jawab tersebut
harus dijalankan secara seimbang. Ketiga jenis tanggung jawab tersebut
mencakup:
1. Economic resonsibility. Perusahaan korporasi dibentuk dengan
tujuan untuk menghasilkan laba secara optimal. Berkaitan
dengn hal tersebut, para pengelola perusahaan korporasi
memiliki tanggung jawab ekonomi di antaranya kepada
pemegang saham dalam bentuk pengelolaan perusahaan yang
2. Legal responsibility. Kendati perusahaan korporasi didirikan
untuk menghasilkan laba, akan tetapi dalam melaksanakan
operasinya perusahaan korporasi harus memetuhi berbagai
peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai bentuk
tanggung jawab perusahaan.
3. Social Resposibility atau CSR. Merupakan komitmen
perusahaan yang bertujuan untuk turut meningkatkan
kesejahteraan lingkungan dan masyarakat sebagai wujud
kepedulian perusahaan kepada lingkungan dan masyarakat.
2.2.1.1. Pengertian Corporate Social Resposibility (CSR)
Griffin dan Pustay (Ardana, 2008 : 34), mendefinisikan bahwa
tanggung jawab sosial perusahaan adalah kumpulan kewajiban organisasi
untuk melindungi dan memajukan masyarakat di mana organisasi berada.
Wibisono (2007:7) mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab
perusahaan kepada para pemangku kepentingan untuk berlaku etis,
meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang
mencakup ekonomi, sosial, dan lingkungan (triple bottom line) dalam
rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.Making Good
Business Sense mendefinisikan CSR atau tanggung jawab sosial
perusahaan sebagai :
“ Continuing commitment by business to behave ethically and contribute
to economic development while improving the quality of life of their
World Bank Lembaga keuangan global mendefinisikan CSR sebagai :
“ the commitment of business to contribute to sustainable economic
development working with employees and their representatives the local
community and society at large to improve quality of live, in ways that are
both good for business and good for development. ”Uni Eropa (EU Green
Paper on CSR) mendefinisikan CSR sebagai berikut:
“ CSR is concept whereby companies integrated social and environmental
concerns in their business operations and in their interaction with their
stakeholders on voluntary basic. ”
Dari beberapa definisi di atas, CSR dapat disimpulkan sebagai
wujud tanggung jawab perusahaan kepada ligkungan dan masyarakat
untuk membantu meningkatkan kualitas lingkungan dan masyarakat
dengan barlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan
dampak positif yang mencakup ekonomi, sosial, dan lingkungan sehingga
tercapai pembangunan yang berkelanjutan.
2.2.1.2. Dasar Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR)
Untuk mempertahankan legitimasinya perusahaan harus berusaha
menyelaraskan nilai-nilai, tujuan, serta strateginya dengan nilai-nilai dan
norma yang berlaku di masyarakat tempat perusahaan berada sehingga
akan tercipta hubungan yang baik, selaras, dan seimbang antara
perusahaan dengan masyarakat yang akan semakin memperkokoh
2.2.3.3. Prinsip-prinsip Dasar Penerapan CSR
Sejumlah instutisi internasional yang telah me-release dasar yang
dapat digunkan sebagai acuan pelaksanaan CSR. Diantaranya
dikemukakan oleh Prof. Alyson Warhurst (1998) dari University of Bath
Inggris, yang dikutip dari (Wibisono, 2007 : 39-41):
1. Prioritas korporat
Mengakui tanggung jawab sosial sebagai prioritas tertinggi
korporat danpenentu utama pembangunan berkelanjutan. Dengan
begitu korporat bisa membuat kebijakan, program dan praktek
dalam menjalankan operasi bisnisnya dengan cara yang
bertanggung jawab secara sosial.
2. Manajemen terpadu
Mengintegrasikan kebijakan, program dan praktek ke dalam setiap
kegiatan bisnis sebagai satu unsur manajemen dalam semua fungsi
manajemen.
3. Proses perbaikan
Secara berkesinambungan memperbaiki kabijakan, program dan
kinerja sosial korporat, berdasar temuan riset mutakhir dan
memahami kebutuhan sosial serta menerapkan kriteria sosial
tersebut secara internasional.
4. Pendidikan karyawan
Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan serta memotivasi
5. Pengkajian
Melakukan kajian dampak sosial sebelum memulai kegiatan atau
proyek baru dan sebelum menutup satu fasilitas atau meninggalkan
lokasi pabrik
6. Produk dan jasa
Mengembangkan produk dan jasa yang tak berdampak negatif
secara sosial.
7. Informasi publik
Memberi informasi dan (Bila perlu) mendidik pelanggan,
distributor dan publik tentang penggunaan yang aman, transportasi,
penyimpanan dan pembuangan produk, dan begitu pula dengan
jasa
8. Fasilitas dan informasi
Mengembangkan, merancang dan mengoperasikan fasilitas serta
menjalankan kegiatan yang mempertimbangkan temuan kajian
dampak sosial.
9. Penelitian
Melakukan atau mendukung penelitian dampak sosial bahan baku,
produk, proses, emisi dan limbah yang terkait dengan kegiatan
usaha dan penelitian yang menjadi sarana untuk mengurangi
10.Prinsip pencegahaan
Memodifikasi dengan penelitian mutakhir,untuk mencegah dampak
sosial yang bersifat negatif.
11.Kontraktor dan pemasok
Mendorong penggunaan prinsip – prinsip tanggung jawab sosial
korporat yang dijalankan kalangan kontraktor dan pemasok, di
samping itu bila diperlukan mensyaratkan perbaikan dalam praktik
bisnis yang dilakukan kontraktor dan pemasok
12.Siaga menghadapi darurat
Menyusun dan merumuskan rencana menghadapi keadaan darurat.
Dan bila terjadi keadaan berbahaya bekerja sama dengan layanan
gawat darurat, instansi berwenang dan komunitas local. Sekaligus
mengenali potensi berbahaya yang muncul.
13.Transfer best practice
Berkontribusi pada pengembangan dan transfer praktik bisnis yang
bertangungjawab secara sosial pada semua industri dan sektor
publik.
14.Memberi sumbangan
Sumbangan untuk usaha bersama, pengembangan kebijakan publik
dan bisnis, lembaga pemerintah serta lembaga pendidikan yang
15.Keterbukaan
Munumbuhkembangkan keterbukaan dan dialog dengan pekerja
dan publik, mengantisipasi dan memberi respons terhadap
potencial hazard, dan dampak operasi, produk, limbah atau jasa.
16.Pencapaian dan pelaporan
Mengevaluasi kinerja sosial, melaksanakan audit sosial secara
berkala dan mengkaji pecapaian berdasarkan kriteria korporat dan
peraturan perundang – undangan dan menyampaikan informasi
tersebut pada dewan direksi, pemegang saham, pekerja dan publik.
2.2.1.4. Konsep Triple Bottom Line
Triple bottom line merupakan sinergi dari tiga elemen yang
merupakan komponen dasar dari pelaksanaan dasar CSR yaitu people
(sosial), planet (lingkungan), dan profit (keuntungan).
Gambar 2.1 : Konsep Triple Bottom Line
People (Sosial)
Planet (lingkungan) Profit (keuntungan)
1. Profit (keuntungan)
Profit merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dari
setiap kegiatan usaha. Tak heran bila fokus utama dari setiap
kegiatan dalam perusahaan adalah mengejar profit yang besar bagi
perusahaan selain juga agar dapat memajukan perusahaan. Ini
merupakan bentuk tanggung jawab secara ekonomi kepada
pemegang saham.
2. People (masyarakat pemangku kepentingan)
Menyadari bahwa masyarakat merupakan stakeholder penting bagi
perusahaan, karena dukungan mereka, terutama mayarakat sekitar
tempat perusahaan sangat diperlukan bagi keberadaan, kelangsungan
hidup, dan perkembangan perusahaan, maka sebagai bagian yang tak
terpisahkan dengan masyarakat lingkungan, perusahaan perlu
berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat sebesar- besarnya
kepada masyarakat sebagi wujud kepedulian perusahaan kepada
masyarakat.
3. Planet (lingkungan)
Perusahaan harus dapat menggunakan sumber daya alam secara bijak
dan bertanggung jawab serta menjaga lingkungan karena lingkungan
merupakan salah satu bidang kehidupan kita yang sangat penting dan
tak ternilai harganya. Lingkungan bisa menjadi kawan ataupun lawan
timbal balik yang kita berikan. Sehingga hubungan yang baik akan
memberikan dampak yang baik pula.
2.2.1.5. Kasifikasi Bentuk Penerapan CSR
Menurut Wibisono (2007 : 79-83) alasan penerapan CSR
diklasifikasikan dalam tiga kategori :
1. Sekedar basa – basi dan keterpaksaan artinya, CSR dipraktekkan lebih
karena faktor eksternal (eksternal driven). Tanggung jawab PT
Lapindo Brantas kepada korban lumpur panas merupakan contoh
konkret adanya indikasi ini. Jadi bersifat social driven, disamping juga
environtmental driven. Pemenuhan tanggung jawab lebih karena
keterpaksaan akibat tuntutan ketimbang kesukarelaan. Berikutnya
karena reputation driven, motivasi pelaksanaan CSR adalah ntuk
mendongkrak citra perusahaan.
2. Sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance). CSR
diimplementasikan karena memang ada regulasi, hokum, dan aturan
yang memaksanya. Yaitu market driven kesadaran tentang pentingnya
penerapan CSR ini menjadi tren seiring dengan semakin maraknya
kepedulian masyarakat global terhadap produk – produk yang ramah
lingkungan dan diproduksi dengan memperhatikan kaidah – kaidah
sosial. Selain itu driven lain yaitu adanya penghargaan – penghargaan
(reward) yang diberikan oleh segenap institusi atau lembaga.
3. Bukan lagi sekedar compliance tapi beyond compliance. CSR
dalam (internal driven). Perusahaan telah menyadari bahwa tanggung
jawabnya bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan
profit demi kelangsungan bisnisnya, melainkan juga tanggung jawab
sosial dan lingkungan. Dasar pemikirannya, mengantungkan semata –
mata pada kesehatan finansial saja, tidak akan menjamin perusahaan
bisa tumbuh secara berkelanjutan.
2.2.1.6. Tahap-Tahap Penerapan CSR
Umumnya perusahaan-perusahaan yang telah berhasil dalam
menerapkan CSR menggunakan pertahapan sebagi berikut ( Wibisono,
2007 : 127) :
1. Tahap perencanaan
Perencanaan terdiri atas tiga langkah utama yaitu :
- Awareness Building merupakan awal untuk membangun kesadaran
mengenai arti penting CSR dan komitmen manajemen.Upaya ini
dapat dilakukan antara lain dengan seminar, lokakarya, diskusi
kelompok dan lain-lain.
- CSR Assesment merupakan upaya untuk memetakan kondisi
perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu
mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat
untuk membangun struktur peruahaan yang kondusif bagi
penerapan CSR secara efektif.
- CSR Manual. Hasil assesment merupakan dasar untuk penyusunan
dilakukan antara lain melalui bencmarking, menggali dari referensi
atau bagi perusahaan yang menginginkan langkah instant,
penyusunan manual ini dapat dilakukan dengan meminta bantuan
tenaga ahli independent dari luar perusahaan.
2. Tahap implementasi
Perencanaan sebaik apapun tidak akan berdampak apapun bila tidak
diimplementasikan dengan baik. Dalam memulai implementasi pada
dasarnya ada tiga pertanyaan yang semestinya dijawab. Siapa orang
tiga pertanyaan yang mesti dijawab. Siapa orang yang akan
menjalankan apa yang mesti dilakukan, serta bagaimana cara
melakukan sekaligus alat apa yang diperlukan. Dalam istilah
manajemen populer, pertanyaan itu diterjemahkan menjadi :
- pengorganisasian (organizining) sumber daya yang diperlukan
- penyusunan (staffling) untuk menempatkan orang sesuai dengan
jenis tugas atau pekerjaan yang harus dilakukannya
- pengarahan (directing) yang terkait dengan bagaimana cara
melakukan tindakan
- pengawasan atau koraksi (controlling) terhadap pelaksanaan
- Pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana
- Penilaian (evaluating) untuk mengetahui tingkat pencapaian
tujuan.
Tahap implemantasi ini terdiri atas tiga langkah utama yakni,
dilakukan pada dasarnya harus sejalan dengan pedoman CSR yang
ada. Sedang internalisasi adalah tahap jangka panjang yang mencakup
upaya-upaya untuk memperkenalkan CSR didalam seluruh proses
bisnis perusahaan.
3. Tahap evaluasi
Setelah program CSR diimpemantasikan, langkah berikutnya adalah
evaluasi program. Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan
secara konsisten dari waktu ke waktu untuk megukur sejauh mana
efektifitas penerapan CSR. Evaluasi bukan tindakan untuk mencari-cari
kesalahan atau mencari kambing hitam. Evaluasi justru dilakukan
untuk pengambilan keputusan. Evaluasi juga bisa dilakukan dengan
meminta pihak independent untuk melakukan audit implementasi atas
praktik CSR yang telah dilakukan.
4. Pelaporan
Pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi baik
untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan
keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Jadi
selain berfungsi untuk keperluan stakeholder lainya yang memerlukan.
2.2.1.7. Pelaporan CSR
Untuk menjaga kelangsungan aktivitas dan operasi sebuah
corporate sudah selayaknya perusahaan melaporkan semua aspek dan
kepentingan yang mempengaruhi tujuan perusahaan kepada publik. Jika
maka kinerja CSR akan dapat diketahui melalui sebuah laporan yang
disebut “Laporan Keberlanjutan”(Sustanbility Report) (Kurniawan,
2008:43).
Sustanbility report merupakan konsep yang melaporkan aspek
sosial, aspek lingkungan, dan aspek ekonomi suatu perusahan. Laporan ini
di luar konsep laporan keuangan. Sustanbility report di laporkan secara
terpisah dengan laporan keuangan. Sustanbility report relevan dengan
PSAK No.1 paragraf 9 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa perusahaan
dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai
lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement).
Perusahaan yang sukses menjalankan CSR memiliki tiga nilai dasar yang
ditanam secara mengakar dalam perusahaan, yaitu (Darwin, 2006 : 88) :
1. Ketangguhan ekonomi
2. Tanggungjawab lingkungan
3. Akuntabilitas sosial
Perusahaan yang ingin tetap hidup tidak cukup hanya
memperhatikan laba atau rugi yang dikenal dengan bottom line. Namun
perusahaan harus memperhatikan dua bottom lainnya, yang lebih dikenal
dengan triple bottom line yaitu planet (lingkungan), dan people (sosial)
(Wibisono, 2007: 32).Tujuan penyajian laporan keuangan adalah
memberikan informasi pada masyarakat umum. Dampak informasi
tersebut dapat berpengaruh bagi kegiatan perusahaan termasuk dalam
Pencatatan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)
PT.PLN (Persero) APJ Sidoarjo menurut Standard Operation Procedure
(SOP) Pelaksanaan PKBL PT.PLN (Persero) APJ Sidoarjo :
D K
a. Penerimaan Dana
Kas/Bank xxx
Penerimaan Dana dari Puasat/Unit xxx
b. Penyaluran Dana/Pemberian Pinjaman ke Mitra Binaan
Piutang Pinjaman(pokok) MB Sektor... xxx
Kas/Bank xxx
c. Pengunaan Dana Program Bina Lingkungan
Comunity Relation xxx
Community Service xxx
Community Empowering xxx
Kas/Bank xxx
2.2.2. Pengertian Stakeholder
Freeman (Maksum dan Kholis, 2003 :938) mendefinisikan
stakeholder sebagai “any group or individual who can affect or is
acffected by the achievement of the organization’s objective”. Berdasarkan
definisi yang dikemukakan oleh Freeman di atas dapat dipahami bahwa
stakeholder merupakan kelompok ataupun individu yang dapat
perusahaan, sehingga secara eksplisit dapat disimpulkan bahwa
stakeholder dapat mempengaruhi keberlangsungan hidup (goingcorncern)
perusahaan.
Sedangkan menurut Rhenald Kasali (Wibisono, 2007 : 96)
stakeholders adalah setiap kelompok yang berada di dalam maupun di luar
perusahaan yang mempunyai peran dalam menentukan kerberhasilan
perusahaan. Stakeholders bisa berarti pula setiap orang yang
mempertaruhkan hidupnya pada perusahaan.
Rhenald Kasali membagi stakeholders menjadi sebagi berikut
(Wibisono, 2007 : 96-98) :
1. Stakeholders internal dan stakeholders eksternal
Stakeholders internal adalah stakeholders yang berada di dalam
lingkungan organisasi. Misalnya : karyawan, manajer, dan
pemegang saham (shareholder). Sedangkan stakeholders
eksternal adalah stake holders yang berada di luar lingkungan
organisasi seperti penyalur dan pemasok, konsumen atau
pelanggan, masyarakat, pemerintah, pers, kelompok sosial
keditor , investor dan lain-lain.
2. Stakeholders primer, stakeholders sekunder dan stakeholders
marjinal
Stakeholders yang paling penting disebut stakeholders primer,
sekunder, dan yang biasa diabaikan disebut stakeholders
marjinal.
3. Stakeholders tradisional dan stakeholders masa depan
Karyawan dan konsumen dapat disebut stakeholders
tradisional, karena saat kini suadah berhubungan dengan
organisasi. Sedangkan stakeholders masa depan adalah
stakeholders pada masa yang akan datang diperkirakan akan
memberikan pengaruh pada organisasi seperti mahasiswa,
peneliti, dan konsumen potensial.
4. Proponents, opponents, dan uncommitted
Diantara stakeholders ada kelompok yang memihak organisasi
(proponents), menentang organisasi (opponents), dan ada yang
tidak peduli atau abai (uncommitted). Organisasi perlu
mengenali stakeholders yang berbeda-beda agar dapat dengan
jernih melihat permasalahan, menyusun rencana dan strategi
untuk melakukan tindakan yang proposional.
5. Silent majority dan vocal minority
Dilihat dari aktivitas stakeholders dalam melakukan komplain
atau mendukung perusahaan, tentu ada yang menyatakan
penentangan atau dukungannya sacara vokal (aktif) namun ada
2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stakeholder 2.2.3.1. Regulasi Pemerintah
Pemerintah menurut C.F.Strong (Zakaria, 2003:2) adalah
organisasi dalam mana diletakkan hak untuk melaksanakan kekuasaan
berdaulat atau tertinggi. Pemerintah mempunyai kekuasaan legislatif,
kekuasaan eksekutif dan kekuasaan yudikatif, sedangkan regulasi adalah
peraturan atau perundang- undangan
Regulasi Pemerintah, yaitu peraturan atau perundang-undangan
yang dibuat oleh pemerintah yang mempunyai kekuasaan tertinggi demi
kesajahteraan masyarakat dan negara. Beberapa contoh yang termasuk
dalam regulasi pemerintah adalah izin operasional perusahaan, analisis dan
standar dampak lingkungan, peraturan tentang tenaga kerja / perburuhan
dan lain-lain. Coghill (Kholis dan Maksum, 2003 : 938) mengemukakan
bahwa pemerintah sangat berperan dalam mengatur dunia usaha.
2.2.3.1.1. Pengaruh Regulasi Pemerintah terhadap Tanggung Jawab Sosial
Menurut Coghill (Kholis dan Maksum, 2003 : 941) regulasi
pemerintah dapat dipahami sebagai bagian yang tidak dapat di pisahkan
dari lingkungan perusahaan, sebab sebagian badan pembuat peraturan
(regulator body) pemerintah memiliki peran signifikan terhadap kebijakan
yang dibuat oleh perusahaan terhadap lingkungan eksternalnya. Sejalan
dengan Coghill, Hendriques dan Sadorsky (Kholis dan Maksum,
pengaruh terhadap pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan. Peran
pemerintah menjadi sangat penting karena pemerintah merupakan salah
satu komponen stakeholder perusahaan (Wibisono, 2007 : 97). Di
Indonesia kebijakan pemerintah yang mewajibkan BUMN
mengalokasikan labanya untuk melakukan kegiatan sosialnya sesuai
dengan regulasi pemerintah yaitu dengan menjalankan Program Kemitraan
dan Bina Lingkungan (PKBL) dapat dijadikan contoh dari peran
pemerintah sebagai stakeholder yang haru dipatuhi oleh perusahaan.
Dikaitkan dengan pernyataan terebut dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh positif antara regulasi pemerintah terhadap
tanggungjawab sosial perusahaan.
2.2.3.2. Tekanan Media Masa
Menurut Cangara (2005 : 119) media adalah alat atau sarana yang
digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak,
sedangkan pengertian media masa sendiri adalah alat yang digunakan
dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima)
dengan menggunakan alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, radio,
dan televisi.
Menurut William (Kholis dan Maksum, 2003 : 939) dalam
lingkungan bisnis media masa memiliki peran yang sangat dominan dalam
membentuk opini masyarakat terhadap aktifitas suatu perusahaan. Secara
informasi-informasi tentang aktivitas sosial dunia bisnis, tetapi selalu
menyikapi sebagai suatu bukti bahwa perusahaan mempersepsikan peran
media sangat penting dalam dunia usaha. Freeman (Kholis dan Maksum,
2003 : 939) juga menyebutkan bahwa media masa dapat membentuk opini
masyarakat terhadap perusahaan dan hal tersebut sangat berhubungan erat
dengan kepentingan perusahaan, sehingga media juga salah satu kelompok
yang menjadi stakehoder.
2.2.3.2.1. Pengaruh Tekanan Media Masa terhadap Tanggung Jawab Sosial
Menurut William (Kholis dan Maksum, 2003 : 939) dalam
lingkungan bisnis media masa memiliki peran yang sangat dominan dalam
membentuk opini masyarakat terhadap aktifitas suatu perusahaan.
Henriques dan Sadorsky (Kholis dan Maksum, 2003 : 942)
merekomendasikan tekanan media masa memiliki pengaruh terhadap
pentingnya tanggungjawab sosial perusahaan. Kasali (Wibisono, 2007 :
97) menyebutkan bahwa media masa atau pers merupakan salah satu
komponen stakeholder perusahaan, oleh sebab itu peran media masa
menjadi penting. Media masa sangat berperan dalam publikasi tentang
kebijakan-kebijakan perusahaan menyangkut isu-isu sosial perusahaan.
Dengan demikian tekanan media masa merupakan salah satu faktor yang
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa antara
tekanan media masa mempunyai pengaruh positif terhadap tanggung
jawab sosial perusahaan.
2.2.3.3. Komitmen Manajemen
Menurut Kamus Bahasa Indonesia (1994 : 238) komitmen adalah
perjanjian untuk melakukan sesuatu.
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahaan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan
penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainya agar mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan (Handoko, 2003 : 8). Manajemen
sebagai suatu bidang ilmu pengetahuan (science) yang berusaha secara
sistematis untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia bekerja
bersama untuk mencapai tujuan dan membuat sistem kerjasama ini
bermanfaat bagi manusia (Handoko, 2003 : 11). Jadi komitmen
manajemen adalah perjanjian manajemen untuk melakukan sesuatu
terhadap proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahaan, dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber
daya-sumber daya organisasi lainya agar mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan serta dapat bermanfaat bagi manusia.
Komitmen manajemen harus dilaksanakan secara bersama oleh
semua personil di perusahaan. Komitmen yang tidak dijalankan oleh
menyangkut kepercayaan dan kepuasan pelanggan, termasuk semua pihak
yang berkepentingan (stakeholder) perusahaan.
2.2.3.3.1. Pengaruh Komitmen Manajemen terhadap Tanggung Jawab Sosial
Menurut Kasali (Wibisono, 2007 : 96) manajemen merupakan
stakeholder internal perusahaan, sehingga komitmen manajemen terhadap
tanggung jawab sosial perusahaan memiliki peranan yang sangat penting
bagi keberlangsungan perusahaan. Komitmen manajemen terhadap
tanggungjawab sosial merupakan wujud tenggungjawab perusahaan
terhadap masyarakat dan lingkungan dimana perusahaan tersebut berada.
Berdasarkan beberapa referensi tersebut dapat diambil hipotesis
alternatif kesimpulan bahwa terdapat pengaruh positif antara komitmen
manajemen terhadap tanggung jawab sosial perusahaan.
2.3. Kerangka Pikir
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan teori yang dikemukakan
diatas, maka dapat daiambil kesimpulan yang digambarkan dalam
Gambar 2.2 : Kerangka Pikir
Regulasi Pemerintah (X1)
Tekanan Media Masa (X2)
Tanggung Jawab Sosial (Y)
Komitmen Manajemen( X3)
Analisis Regresi Linier Berganda
2.4. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
Diduga regulasi pemerintah, takanan media masa, dan komitmen
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional Variabel
Devinisi operasional dan pengukuran variabel berisi tentang
pernyataan pengoperasionalan dan atau pendefinisian konsep-konsep
penelitian ini menjadi variabel-variabel penelitian termasuk penetapan cara
dan satuan pengukuran variabelnya.
Adapun penjelasan dari masing-masing variabel yang digunakan
adalah sebagai berikut :
1. Variabel bebas (X)
X1 : Regulasi Pemerintah
Regulasi pemerintah adalah peraturan-peraturan yang mengatur
tentang tanggungjawab sosial PT. PLN (Persero) yang di
keluarkan oleh pemerintah. Variabel ini diukur dengan instrumen
yang dikembangkan Henriques dan Sadorsky (Mardiyah dan
Widyastuti) yaitu : (a) tanggapan atas peraturan pemerintah tentang
lingkungan sosial perusahaan, (b) dukungan terhadap
program-program pemerintah, (c) kepatuhan dan penerapan aturan-aturan
X2 : Tekanan Media Masa
Perhatian PT. PLN (Persero) terhadap pentingnya media masa
mengetahui aktivitas perusahaan mengenai tanggungjawab sosial
yang nantinya akan membentuk opini masyarakat. Variabel ini
diukur dengan instrumen yang dikembangkan Henriques dan
Sadorsky (Mardiyah dan Widyastuti) yaitu ; (a) tanggapan
perusahan terhadap reaksi opini masyarakat (b) dukungan
perusahan terhadap opini masyarakat, (c) sikap perusahaan
terhadap opini masyarakat.
X3 : Komitmen Manajemen
Perhatian manajemen PT. PLN (Persero) terhadap tanggung jawab
sosial yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero). Variabel ini diukur
melalui perencanaan manajemen dan pengawasan manajemen
terhadap tanggung jawab sosial.
2. Variabel Terikat (Y).
Y : Tanggung Jawab Sosial
Persepsi tentang perlu tidaknya tanggungjawab sosial PT.PLN
(Persero) yang diwujudkan dengan dibentuknya komite lingkungan
sosial perusahaan dan program serta komitmen perusahaan
terhadap pos-pos sosial. Variabel ini diukur dengan instrumen yang
yaitu ; (a) perancangan, komite, dan program dan tanggungjawab
sosial perusahaan, (b) adanya penyampaian program tanggung
jawab sosial perusahaan kepada karyawan dan stakeholder lainya,
(c) frekuensi penyampaian tenggungjawab sosial kepada
stakeholder.
3.1.2. Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel yang dilakukan dengan menggunakan skala
interval (interval scale) yang mana angka atau bilangan merupakan
lambang untuk membedakan dan mengurut peringkat berdasarkan kualitas
yang ditentukan. Dengan teknik pengukuran Likert yaitu skala ini
umumnya digunakan untuk mengukur sikap, persepsi dan pendapat
seseorang/sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sumarsono, 2004 :
17-18). Dalam Likert variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
komponen-komponen yang dapat diukur. adapun skor sebagai berikut :
Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 Sangat setuju
3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi
Populasi sebagai objek atau sasaran penelitian, adalah merupakan
himpunan inidvidu atau unit atau unsure atau elemen yang memiliki cara
karyawan PT.PLN (Persero)APJ Sidoarjo yang sudah menjadi pegawai
tetap PLN sejumlah 96 orang periode 2009.
3.2.2. Sampel
Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Probability Sampling (Efferin, 2008 : 79), yaitu teknik penentuan
sampel dimana semua elemen mempunyai peluang untuk terpilih menjadi sampel. Teknik yang digunakan adalah Simple Random Sampling (Efferin,
2008 : 79), yaitu cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan
menggunakan acak tanpa memperhatikan strata atau tingkatan dalam
anggota populasi tersebut. Penyebaran kuesioner dilakukan dengan cara
membagikannya kepada karyawan PT.PLN (Persero) APJ Sidoarjo,
sehingga yang dijadikan sampel adalah responden yang telah
mengembalikan kuesioner yang telah diisi dengan semestinya. Untuk itu
kuesioner-kuesioner dari responden tersebut diseleksi terlebih dahulu
untuk mendapatkan kuesioner yang telah terisi lengkap sebagaimana
mestinya sesuai dengan yang dikehendaki peneliti untuk kepentingan
analisis.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk menentukan
ukuran sampel menggunakan rumus Slovin (Umar, 2003 :120)
N n =
Keterangan:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = Presisi yang ditetapkan (prosentase kelonggaran
ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang
masih dapat ditolerir yang ditetapkan yaitu 10%)
Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel (n) untuk
karyawan PT.PLN (Persero) APJ Sidoarjo, sebagai berikut:
N 96
n= =
1+ N(e)2 1 + 96(0,1)2
96 96
= =
1+96.(0,01) 1,96
n = 48,97 = 49 responden
Sehingga jumlah sample yang digunakan sebanyak 49 responden
3.3. Teknik pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data
a. Data Primer
Adalah data utama yang diambil langsung dari angket yang diisi oleh
responden. Hasil pengumpulan data yang bersifat langsung dari
sumber data ini selanjutnya akan menjadi dasar analisi data untuk
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (Indiantoro dan
Supomo, 2002: 147), data ini berupa daftar pegawai PT.PLN (Persero)
APJ Sidoarjo yang sudah menjadi pegawai tetap.
3.3.2. Sumber Data
Data yang diambil berasal dari objek yang diteliti yaitu daftar
pegawai PT.PLN (Persero) APJ Sidoarjo.
3.3.3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan data mengenai
objek yang diteliti dengan cara kuesioner dan survey, dimana kuesioner
adalah daftar pertanyaan yang cukup terperinci dan lengkap. Yang
menuliskan isian ke dalam kuesioner adalah responden (Nazir, 2002: 203).
Survey adalah teknik penelitian dimana informasi dikumpulkan dari
sekelompok manusia sebagai sampel dan biasanya menggunakan daftar
pertanyaan (Suparmoko, 1999: 67).
3.4. Uji Kualitas Data 3.4.1. Uji Validitas
Uji validitas (Sumarsono, 2004: 31) dilakukan untuk mengetahui
diinginkan.Valid atau tidaknya alat ukur tersebut dapat diuji dengan
mengkorelasi antara skor total yang diperoleh pada masing-masing butir
pernyataan, apabila kolerasi antara skor total dengan skor masing-masing
pertanyaan signifikan, maka dapat dikatakan bahwa alat pengukur tersebut
mempunyai validitas.
Ukuran untuk menentukan validitas adalah:
o Jika r> 0,3, berarti instrument dianggap valid
o Jika taraf signifikant < 0,05 (< 5%) maka dapat dikatakan instrument
tersebut valid Salimun (Nafidah, 2006 : 60).
3.4.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuisioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner
dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan
adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2007: 41).
Perhitungan keandalan butir dalam penelitian ini menggunakan
fasilitas yang diberikan oleh SPSS untuk mengukur reliabilitas dengan uji
statisitik Cronbach Alpha (α). Yaitu suatu konstruk atau variabel dikatakan
reliable jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60 Nunnally (Ghozali,
3.4.3. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data
berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal digunakan metode Kolmogorov Smirnov dengan
menggunakan program SPSS. Menurut Sumarsono (2004:40-42) pedoman
dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data mengikuti
distribusi normal adalah:
a) Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka
distribusi adalah tidak normal.
b) Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%, maka
distribusi adalah normal.
3.4.4. Uji Asumsi Klasik
Untuk mendukung keakuratan hasil model regresi, maka perlu
dilakukan penelusuran terhadap asumsi klasik yang meliputi asumsi
multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Uji asumsi kalsik
menyatakan bahwa persamaan regresi tersebut harus bersifat BLUE (Best
Linier Unbiased Estimation), artinya pengambilan keputusan uji F dan uji
t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan pengambilan yang BLUE maka
harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar
oleh regresi linier berganda, yaitu:
1). Tidak boleh Multikolinieritas.
2). Tidak Boleh Autokolerasi.
Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar,
maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE (Best
Linier Unbiased Estimation), sehingga pengambilan keputusan melalui uji
F dan uji t menjadi bias (Algifari, 2000: 83).
1) Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk menunjukkan adanya
hubungan linier antara variabel – variabel bebas dalam suatu model
regresi.
Salah satu cara yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
multikolinieritas yaitu dengan cara melihat besarnya nilai Variance
Inflation Factor (VIF). VIF dapat dihitung dengan rumus :
VIF =
Tolerance
1
Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang
tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas yang lain. Nilai tolerance
yang umum dipakai adalah 0,10 atau sama dengan nilai VIF dibawah
10, maka tidak terjadi multikolinieritas (Ghozali, 2001: 57).
2) Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t
dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Hal ini sering
masalah autokorelasi relatif jarang terjadi (Ghozali, 2002 :61). Tetapi
dalam penelitian ini tidak dilakukan uji autokorelasi karena data yang
diperoleh bukan data time series.
3) Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah nilai varians residual dengan varians
setiap variabel bebas tidak sama atau E (u21) ≠ 0. Jika nilai varians
residual dengan varians setiap variabel bebas tetap, maka disebut
Homoskedastisitas. Model regesi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk
mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas digunakan korelasi rank
Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas. Rumus rank
spearman adalah:
∑di2
rs = 1-6 ………(Gujarati, 1995: 188)
N(N2-1)
Keterangan :
di = perbedaan dalam rank antara variabel bebas.
Jika nilai signifikan koefisien Rank Spearman untuk semua
variabel bebas terhadap nilai mutlak dari residual lebih besar 5% maka
tidak terdapat gejala heteroskedastisitas (Sumarsono, 2004: 60).
3.4.5. Tehnik Analisis
Teknik mempermudah analisis data maka data – data yang
terkumpul diolah dengan menggunakan program komputer SPSS, dan uji
statistik yang digunakan adalah regrasi liner berganda, dengan persamaan
regresi:
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3+e (Anonim, 2008: L - 21)
Dimana :
Y : Tanggungjawab Sosial
β0 = Konstanta / intersep
X1 = regulasi pemerintah
X2 = tekanan media masa
X3 = komitmen manajemen
β1, β2 ,β3 = Koefisien Regresi
e = Random error
3.4.6. Uji Hipotesis
Untuk menguji kesesuaian model persamaan regresi yang
dihasilkan, dan untuk menguji signifikan atau tidaknya pengaruh variabel
1. Uji F
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah model yang dianalisis
memiliki tingkat kelayakan model yang tinggi yaitu variabel-variabel
yang digunakan model mampu untuk menjelaskan fenomena yang
dianalisis.
Ho : β = β2 = β3 = 0 (tidak ada pengaruh yang signifikan anatara
variabel X1, X2, dan X3 terhadap Y
Hi : β1 = β2 = β3 ≠ 0 (ada pengaruh yang signifikan antara
variabel X1, X2, dan X3 terhadap Y
Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi (α) 0,05
Kriteria pengujian sebagai berikut:
1 Jika nilai probabilitas > 0,05, maka Ho diterima dan Hi ditolak,
berarti tidak ada pengaruh yang signifikan X1, X2, dan X3
terhadap Y.
2 Jika nilai probabilitas ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan Hi diterima,
berarti ada pengaruh yang signifikan X1, X2, dan X3 terhadap Y.
2. Uji t
Uji t dilakukan untuk menguji signifikan atau tidaknya pengaruh
X1, X2, dan X3 terhadap Y
Ho : βi = 0 (tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel
Hi : βi ≠ 0 (ada pengaruh yang signifikan antara variabel X1,
X2, dan X3 terhadap Y
Ket : i = X1, X2, dan X3.
Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikasi (α) 0,05
Kriteria pengujian sebagai berikut:
1. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka Ho diterima dan Hi ditolak,
berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel X1, X2,
dan X3 terhadap Y.
2. Jika nilai probabilitas ≤ 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima,
berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel X1, X2, dan
4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan
Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, pada
saat beberapa perusahaan Belanda, antara lain pabrik gula dan pabrik teh
mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk keperluan sendiri.
Ketenagalistrikan untuk kemanfaatan umum mulai ada pada saat
perusahaan swasta Belanda yaitu N V. Nign, yang semula bergerak di
bidang gas memperluas usahanya di bidang penyediaan listrik untuk
kemanfaatan umum. Pada tahun 1927 pemerintah Belanda membentuk
s’Lands Waterkraht Bedriven ( LWB ), yaitu perusahaan Listrik Negara
yang mengelolah PLTA Plengan, PLTA Lamajan, PLTA Bengkok Dago,
PLTA Ubrug dan Kracak di Jawa Barat, PLTA Giringan di Madiun,
PLTA Tes di Bengkulu, PLTA Tonsea lama di Sulawesi Utara dan PLTU
di Jakarta. Selain itu di beberapa kotapraja dibentuk perusahaan –
perusahaan listrik Kotapraja.
Dengan menyerahkan pemerintah Belanda kepada Jepang dalam
perang dunia II, maka Indonesia dikuasai Jepang. Oleh karena itu,
perusahaan listrik dan gas yang ada diambil alih oleh Jepang, dan semua
personil dalam perusahaan listrik tersebut diambil alih oleh orang – orang
Jepang. Dengan jatuhnya Jepang ke tangan sekutu, dan diproklamirkannya
yang baik ini dimanfaatkan oleh pemuda dan buruh listrik dan gas untuk
mengambil alih perusahaan – perusahaan listrik dan gas yang dikuasai
Jepang.
Setelah berhasil merebut perusahaan listrik dan gas dari tangan
kekuasaan Jepang, kemudian pada bulan September 1945 suatu delegasi
dari buruh atau pegawai listrik dan gas menghadap pimpinan KNI Pusat
yang pada waktu itu diketuai oleh M. Kasman Singodimedjo untuk
melaporkan hasil perjuangan mereka. Selanjutnya, delegasi
bersamadengan pimpinan KNI Pusat menghadap Presiden Soekarno, untuk
menyerahkan perusahaan – perusahaan listrik dan gas kepada Republik
Indonesia. Penyerahan tersebut diterima oleh Presiden Soekarno, dan
kemudian dengan Penetapan Pemerintah No. 1 tahun 1945 tertanggal 27
Oktober 1945 dibentuklah Jawatan Listrik dan Gas dibawah Departemen
Pekerjaan Umum dan Tenaga. Kemudian tanggal 27 Oktober dikenal
sebagai Hari Listrik Nasional.
4.1.2. Profil Perusahaan PT PLN (Persero) Area Pelayanan dan Jaringan Sidoarjo
PT PLN ( PERSERO ) Area Pelayanan dan Jaringan Sidoarjo yang
berkedudukan di Jalan Achmad Yani No. 47 - 49 Sidoarjo, berdiri pada
tahun 1997, sesuai dengan SK Direksi No. 107.K/023/DIR/1996, tanggal
Timur.
Wilayah Kerja PT PLN (Persero) Area Pelayanan dan Jaringan
Sidoarjo meliputi 2 Kabupaten yaitu Kabupaten Sidoarjo dan sebagian
kecil Kabupaten Gresik, ada 27 kecamatan / 228 desa yang kelistrikannya
disupply melalui SUTM 20 KV dari 9 (sembilan) Gardu Induk
masing-masing : Buduran, Babadan, Driyorejo, Kasih Jatim, Balong Bendo, Tarik,
Ngoro, Bangil dan Surabaya Barat.
4.1.3. Fungsi Pokok organisasi Area Pelayanan dan Jaringan Sidoarjo
1. Bagian Pemasaran
a. Menyusun data potensi pasar,rencana penjualan serta perkiraan
pendapatan di daerah kerja AOJ maupun di masing-masing unit
usahanya.
b. Mempersiapkan dan melaksanakan pengembangan usaha baru
sesuai dengan program yang telah di tetapkan.
c. Memonitor dan menganalisa atas pemakaian energi pada
pelanggan-pelanggan potensial (TM/TT).
d. Mengadakan komunikasi dan memberikan pelayanan khusus
kepada pelanggan-pelanggan potensial dalam rangka
meningkatkan loyalitas pelanggan.
e. Melaksanakan pembacaan meter dengan Automatic Meter Reading
(AMR) untuk pelanggan-pelanggan potensial serta meemlihara
2. Bagian Distribusi
a. Menyusun rencana dan melaksanakan pembangunan jaringan
untuk melayani pelanggan dan pengembangan sistem.
b. Menyusun SOP dan mengatur pengoperasian jaringan distribusi.
c. Menyusun rencana pemeliharaan dan melaksanakan pemeliharaan
jaringan distribusi.
d. Mengelola asset jaringan distribusi dan menyusun Data Induk
Jaringan.
e. Membuat data peta jaringan (Mapping) dan memelihara akurasi
data sesuai dengan perkembangan.
f. Mengendalikan dan mengawasi fungsi Alat Pembatas dan
Pengukur (APP) dan menyusun rencana pemeliharaannya.
g. Melaksanakan analisa dan evaluasi susut distribusi serta menyusun
upaya pengendalian.
h. Membina dan mengembangkan Pekerjaan Dalam Keadaan
Bertegangan (PDKB).
i. Menyusun laporan sesuai bidang tugas bagian distribusi.
3. Bagian SDM dan Administrasi
a. Mencatat dan melaksanakan invetarisasi fasilitas kantor serta
menyusun rencana dan melaksanakan pemeliharaan.