i
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan segala rahmat, karunia dan pertolongan-Nya, sehingga skripsi dengan judul “Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Minat Membeli Sepeda Motor Suzuki Di Surabaya” dapat diselesaikan dengan dengan lancer.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh mahasiswa jenjang pendidikan strata-1 (Sarjana) Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur guna memperoleh gelar kesarjanaan.
Dalam penyusunan skripsi ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
ii
7. Kepada ibuku Indah Ismiati, SE., dan Kakakku Indra Dheni Widjaya, SE. yang selalu mendukungku.
8. Sahabatku Kiki Gracetia, Dimas Yanuar, dan Moch. Afandi, yang selalu mendampingiku hingga penelitian ini dapat diselesaikan.
9. Pihak-pihak yang terkait yang mendukung dan membantu kami dalam menyelesaikan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan yang masih perlu diperbaiki, maka kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Surabaya, Desember 2010
iii
DAFTAR ISI………... iii
DAFTAR GAMBAR………... vii
DAFTAR TABEL………... viii
DAFTAR LAMPIRAN………... x
ABSTRAKSI………... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang……… 1
1.2. Perumusan Masalah………. 7
1.3. Tujuan Penelitian………. 8
1.4. Manfaat Penelitian………... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitihan Terdahulu……….. 9
2.2. Landasan Teori……… 10
2.2.1. Pengertian Pemasaran………... 10
2.2.2. Pengertian Manajemen Pemasaran………... 11
2.2.3. Konsep Pemasaran……… 12
2.2.4. Merek……… 12
2.2.5. Ekuitas Merek………... 14
iv
2.2.7. Tahap - tahap Pengambilan Keputusan Membeli……. 22
2.2.8. Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Minat Beli………. 23
2.3. Kerangka Konseptual……….. 24
2.4. Hipotesis……….. 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Oprasional………..……… 26
3.2. Pengukuran Variabel………... 28
3.3. Teknik Penentuan Sampel………... 29
3.3.1. Populasi……… 29
3.3.2. Sampel………... 29
3.4. Teknik Pengumpulan Data……….. 30
3.4.1. Jenis Data……….. 30
3.4.2. Sumber Data……….. 31
3.4.3. Pengumpulan Data……… 31
3.5. Teknik Analisis Data Dan Prngujian Hipotesis………... 31
3.5.1. Teknik Analisis………. 31
3.5.2. Pengujian Hipotesis……….. 32
3.5.2.1. Asumsi Model (Structure Equation Modeling)………... 32
v
4.1. Deskriptif Hasil Penelitian……….. 40
4.1.1. Analisis Karakteristik Responden……… 40
4.1.2. Deskripsi Variabel Ekuitas Merek (X)………. 41
4.1.2.1. Deskripsi Variabel Kesadaran Merek (X1)… 41 4.1.2.2. Deskripsi Variabel Kesan Kualitas (X2)…… 43
4.1.2.3. Deskripsi Variabel Asosiasi Merek (X3)…… 46
4.1.3. Deskripsi Variabel Minat Beli (Y)……… 47
4.2. Deskripsi Hasil Dan Uji Hipotesis……….. 49
4.2.1. Evaluasi Outlier……… 49
4.2.2. Evaluasi Reabilitas……… 51
4.2.3. Evaluasi Validitas………. 52
4.2.4. Evaluasi Construct Reability Dan Variance Extracted. 53 4.2.5. Evasluasi Normalitas……… 54
4.2.6. Evaluasi Model SEM……… 55
4.2.7. Uji Kausalitas……… 58
4.2.8. Analisis Unidimensi First Order………... 59
4.2.9. Analisis Unidimensi Second Order………... 59
4.3. Pembahasan………. 59
vii
faktor kesadaran merek……….. 32 Gambar 4.1: Model Pengukuran Dan Struktual One Step Approach – Base
Model……….. 56 Gambar 4.2: Model Pengukuran Dan Struktual One Step Approach –
viii
Table 1.2. Data top brand index sepeda motor tahun 2009……….. 4
Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin………… 40
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia………... 41
Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan……… 41
Tabel 4.4. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Kesadaran Merek (X1)………... 42
Tabel 4.5. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Kesan Kualitas... 43
Tabel 4.6. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Asosiasi Merek……….. 46
Tabel 4.7. Hasil Jawaban Responden Mengenai Variabel Minat Beli……….. 48
Tabel 4.8. Outlier Data………... 50
Tabel 4.9. Reliabilitas Data……….. 51
Tabel 4.10. Validitas Data... 52
Tabel 4.11. Construct Reliability dan Variance Extracted…………... 53
Tabel 4.12. Normalitas Data………... 55
ix
Tabel 4.16. Unidimensi First order………. 59 Tabel 4.17. Unidimensi Second Order………... 59 Tabel 4.18. Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis……….. 59 Tabel 4.19. Tabulasi Data Frekuensi Validitas Indikator Kesadaran
Merek (X1)………. 60
Tabel 4.20. Tabulasi Data Frekuensi Validitas Indikator Kesan Kualitas
(X2)………... 61 Tabel 4.21. Tabulasi Data Frekuensi Validitas Indikator Asosiasi merek
(X2)... 62 Tabel 4.21. Tabulasi Data Frekuensi Validitas Indikator Minat Membeli
x Lampiran 2 Tabulasi Jawaban Responden Lampiran 3 Data Outlier
xi
Adimas Ginanjar Santoso Abstraksi
Memasuki era globalisasi saat ini, perusahaan dihadapkan pada persaingan yang sangat ketat. Semakin banyaknya varian jenis kendaraan roda dua di pasaran membuat konsumen memiliki berbagai macam pilihan kendaraan roda dua yang sesuai dengan kebutuhan apalagi ditambah dengan munculnya produsen-produsen baru. Saat ini Suzuki menawarkan berbagi varian model sepeda motor sepeda motor mulai dari jenis sepeda motor skuter matic, bebek, maupun sepeda motor sport. Masalah yang dihadapi oleh Suzuki adalah menurunnya penjualan sepeda motor Suzuki yang diduga karena rendahnya minat membeli konsumen terhadap sepeda motor Suzuki yang disebabkan oleh rendahnya ekuitas merek yang dimiliki sepeda motor Suzuki. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ekuitas merek terhadap minat beli konsumen.
Populasi dalam penelitian ini adalah orang yang ada di Surabaya yang potensial terhadap sepeda motor Suzuki. Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah non probability sampling dengan teknik pengambilan sampel secara Accidental Sampling dan untuk pengujian data digunakan analisis SEM (structural Equation model), dengan menggunakan satu variabel bebas yaitu ekuitas merek (X) dan satu variabel terikat yaitu minat beli(Y)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya untuk mengetahui pengaruh ekuitas merek terhadap minat membeli, hasil penelitian yang diperoleh adalah ekuitas merek berpengaruh positif terhadap minat membeli. Ekuitas merek merupakan serangkaian aset dan liabilitas yang dapat menambah atau mengurangi nilai dari merek tersebut.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Memasuki era globalisasi saat ini, perusahan dihadapkan pada persaingan yang sangat ketat. Dalam hal ini sebuah merek menjadi faktor yang penting dalam persaingan dan menjadi aset perusahaan yang paling bernilai. Sebuah perusahaan harus dapat membangun mereknya agar dapat meraih dominasi merek. Produk menjerlaskan atribut inti sebagai suatu komoditi yang di pertukarkan sedangkan merek menjelaskan spesifikasi pelanggannya.
America Marketing Association mendefinisikan merek sebagai nama, istilah, tanda, lambang, atau desain, atau kombinasinya yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari salah satu penjual atau kelompok dan mendiferensiasikan mereka dari para pesaing. Merek merupakan identitas dari sebuah produk yang dapat dijadikan sebagai alat ukur apakah produk itu baik dan berkualitas. Merek juga memegang peran yang sangat penting dalam menjembatani harapan konsumen pada saat perusahan menjanjikan sesuatu pada konsumen.
kinerja yang berbeda-beda di pasar, hal ini dikarenakan perbedaan persepsi dari produk tersebut dibenak konsumen. Membangun persepsi dapat dilakukan melalui jalur merek. Merek yang prestisius dapat disebut memiliki nilai ekuitas merek (brand equity) yang kuat.
Mengacu pada kosep Aaker (1996:24) mengenai brand equity, brand
equity adalah seperangkat asset dan leabilitas merek yang berkaitan dengan
suatu merek, nama dan simbolnya yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada konsumen. Ekuitas merek (brand equity) terdiri dari empat dimensi utama yang terdiri dari kesadaran merek (brand awareness), asosiasi merek (brand association), kesan kualitas (perceived quality), dan loyalitas merek (Brand loyality)
harapan konsumen, maka konsumen akan merasa tidak puas, sehingga dimasa yang akan datang konsumen tidak akan melakukan pembelian ulang terhadap produk atau jasa tersebut.
Semakin banyaknya varian jenis kendaraan roda dua di pasaran membuat konsumen memiliki berbagai macam pilihan kendaraan roda dua yang sesuai dengan kebutuhan apalagi ditambah dengan munculnya produsen-prodesen baru. Setiap kendaraan roda dua yang diproduksi oleh para produsen tersebut tentunya mempunyai cirri khas yang berbeda-beda. Para produsen roda dua harus mengetahui apa yng diinginkan konsumen, karena jika tidak bisa mengikuti keinginan konsumen maka konsumen akan beralih ke merek lain.
Pasar kendaraan roda dua tergolong menjanjikan bagi para marketer. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah sorum-sorum sepeda motor yang tersebar di berbagai wilayah kota-kota di Indonesia. Menurut data yang dilansir AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia), penjualan sepeda motor di tahun 2009 mencapai 5.881.777 unit sepeda motor. Tingginya penjualan tersebut menunjukan bahwa minat kosumen akan kendaraan roda dua tersebut cukup tinggi.
menengah, bahkan kalangan ekonomi bawahpun juga tidak sedikit yang memiliki kendaraan roda dua.
Dalam perindustrian sepeda motor di Indonesia, dari produsen yang tergabung dalam AISI, posisi pertama pangsa pasar sepeda motor di Indonesia pada tahun 2009 masih di tempati Honda yaitu 45,95%, kemudian di ikuti oleh Yamaha yang hanya selisih tipis dengan honda di posisi ke dua yaitu 45,57%, di posisi ke tiga di tempati oleh Suzuki dengan 7,40%, kemudian di posisi ke empat di tempati oleh Kawasaki dengan 1,04%, dan merek-merek lain yang yang juga tergabung dalam AISI hanya memperoleh pangsa pasar 0,04%. (www.kompas.com)
Saat ini Suzuki menawarkan berbgai varian model sepeda motor sepeda motor mulai dari jenis sepeda motor skuter matic, bebek, maupun sepeda motor sport. Meskipun menawarkan berbagai macam vairian mode, penjualan sepeda motor Suzuki masih saja kalah bersaing dengan Honda dan Yamaha. Bahkan penjualan nasional sepeda motor Suzuki justru mengalami penurunan ditahun 2009. Penurunan penjualan nasional tersebut ternyata juga diikuti oleh penurunan penjualan di Surabaya. Hal tersebut dapat dilihat dari data penjualan sepeda motor sebagai berikut:
Table 1.1 data penjualan sepeda motor tahun 2008 dan 2009
Merek Penjualan 2008 (unit) Penjualan 2009 (unit) Nasional Surabaya Nasional Surabaya Honda 2.874.576 52.254 2.704.097 56.219 Yamaha 2.465.546 36.875 2.674.892 41.229
Suzuki 793.548 6.916 438.158 6.016
Kawasaki 44.690 628 61.217 523
Dari data penjualan sepeda motor Suzuki di atas, penurunan penjualan tersebut diduga karena karena rendahnya minat membeli konsumen terhadap sepeda motor Suzuki yang disebabkan oleh rendahnya ekuitas merek yang dimiliki sepeda motor Suzuki. Rendahnya nilai ekuitas merek tersebut dapat dilihat dengan tidak adanya jenis sepeda motor Suzuki yang masuk dalam kategori “Top” dalam jajaran top brand index.
Table 1.2 data top brand index sepeda motor tahun 2009
Sepeda Motor Bebek Sepeda Motor Matic Sepeda Motor Sport
Merek TBI Merek TBI Merek TBI
Honda supra 36,2% Yamaha Mio 67,2% Honda Mega Pro 16,0%
Yamaha Jupiter 13,8% Honda Vario 19,2% Honda Tiger 15,7%
Yamaha Vega 13,0% Suzuki Spin 3,7% Yamaha RX-King 12,0%
Honda Revo 6,2% Yamaha Nouvo 3,3% Suzuki Tunder 10,3%
Suzuki Smash 5,0% Kawasaki Ninja 6,9%
Suzuki Shogun 4,3% Yamaha Vixion 6,9%
Sumber: Majalah Marketing / Februari 2009 Keterangan:
Top: cetak miring
Para pemimpin puncak dan marketer pasti menyadari bahwa merek merupakan asset yang nilainya sangat besar. Dari sudut pandang konsumen, yang mereka beli ketika malakukan pembelian bukanlah produk. Mereka membeli kepercayaan yang terkandung dari sebuah merek, yaitu kepercayaan akan kualitas ataupun hal-hal lain yang ditawarkan merek dari sudut pandang konsumen. Dengan kondisi seperti ini, mengukur kekuatan merek dari sudut pandang konsumen dan kemudian mengelolahnya dengan sangat krusial dalam upaya membangun merek.
Konsumen cenderung membeli merek yang sudah dikenal karena mereka merasa aman dengan suatu merek yang dikenal. Ataupun mungkin ada asumsi bahwa sebuah merek yang sudah dikenal mempunyai kemungkinan bisa di andalkan, kemantapan dalam bisnis, dan kualitas yang mampu dipertanggungjawabkan. Faktor kesadaran merek (brand awareness) sangat penting, dimana merek merupkan pertimbangan pertama ketika akan membeli suatu produk.
Suatu merek akan dikaitkan dengan kesan kualitas (perceived
quality) tanpa perlu mendasarkan pengetahuan mendetail mengenai
spesifikasi produk. Jika sebuah merek sangat dihargai dalam sebuah konteks, asumsinya bisa jadi bahwa merek tersebut mempunyai kualitas yang tinggi.
teknologi atau dukungan layanan), maka para kompetitor akan kesulitan untuk menyerang, karena dalam hal ini adalah bagaimana asosiasi tersebut dapat menampilkan keistimewaan produk..
PT. Indomobil Suzuki Internasional Tbk selaku produsen sepeda motor Suzuki, harus jelih menanggapi masalah ini. Bukan hanya mempertahankan pelanggan, namun juga bagaimana menarik pelanggan baru, agar dapat meningkatkan volume penjualan sehingga perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang maksimal. Seperti diketahui penjualan sepeda motor Suzuki sangat sulit bersaing dengan Honda dan Yamaha, padahal Suzuki merupakan pemain lama dalam perindustrian sepeda motor di Indonesia.
Berdasarkan fenomena di atas peneliti tertarik melakukan penelitian dan kajian yang lebih mendalam tentang sejauh mana pengaruh ekuitas merek terhadap minat dalam membeli peroduk, untuk kemudian dijadikan sebagai penelitihan dengan judul “PENGARUH EKUITAS MEREK TERHADAP MINAT MEMBELI SEPEDA MOTOR SUZUKI DI SURABAYA”
1.2. Perumusan Masalah
Berdasrkan ulasan latar belakang di atas , maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Apakah ada pengaruh ekuitas merek terhadap minat membeli sepeda
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh ekuitas merek terhadap minat membeli
sepeda motor Suzuki di Surabaya.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bermanfaat bagi peneliti dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang di terima dengan kenyataan yang terjadi di masyarakat.
b. Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidng manajemen pemasaran.
c. Penelitihan ini di harapkan bisa menjadi bahan acuhan bagi peneliti lain yang akan mengembangkan penelitian serupa lebih lanjut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan acuan perbandingan dalam penelitian ini peneliti
mempunyai acuan yang relevan dengan penelitian ini yaitu:
1. Penelitian tahun 2007 oleh Sri Wahjuni dan I Gede Cahyadi dengan
judul: Pengaruh Elemen Ekuitas Merek Terhadap Rasa Perecaya Diri
Pelangan Di Surabaya Atas Keputusan Membeli Sepeda Motor Honda.
Kesamaan penelitihan ini dengan peneliatian sebelumnya adalah
sama-sama menggunakan 4 dimensi ekuitas merek, sedangkan perbedaannya
adalah analisis yang digunakan dalam penelitin sebelumnya adalah
Regresi sedangkan dalam penelitian ini menggunakan SEM. Variabel
dependent yang digunakan dalam penelitihan sebelumnya adalah rasa
percaya diri pelanggan atas keputusan pembelian sedangkan dalam
penelitian ini menggunakan minat beli sebagai variable dependent. Hasil
penelitian sebelumnya adalah 4 dimensi ekuitas merek memiliki
pengaruh signifikan baik secara bersama-sama maupun secara parsial
terhadap rasa percaya diri pelanggan.
2. penelitian tahun 2007 oleh Epy Ponco Istiyono dengan judul: Pengaruh
Ekuitas Merek Berbasis Pelnggan Telkomnet Instan Terhadap Minat
sebelumnya terletak pada kesamaan variabel dependent dan variabel
independentnya yaitu pada variabel dependentnya menggunaka minat
beli konsumen sedangkan varuiabel independentnya menggunakan
ekuitas merek. Bedanya penelitihan ini dengan penelitian sebelumnya
adalah penelitian ini responden (sampel) dilakukan di Surabaya
sedangkan di penelitian sebelumnya di lakukan di Makasar. Hasil dari
penelitian sebelumnya adalah ekuitas merek berpengaruh positif
terhadap minat beli konsumen.
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pengertian Pemasaran
Apabila masyarakat berbicara mengenai pemasaran, pada
umumnya yang dimaksud adalah permintaan atau pembelin dan harga.
Banyak definisi pemasaran yang dikemukakan oleh para ahli dalam bidang
ini, walaupun masing-masing memberikan penekanan yang berbeda
namun pada intinya tujuan mereka sama yaitu bertitik tolak pada
kebutuhan dan keinginan konsumen.
Menurut Sofjan (2007:5) pemasaran sebagai kegiatan manusia
yang di arahkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan
keinginan melalui proses pertukaran.
Sedangkan menurut Kotler (2000:9) pemasaran yaitu suatu proses
mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan
mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
pemasaran adalah suatu kegiatan individu atau kelompok yang di arahkan
untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap produk
yang bernilai melalui proses pertukaran.
2.2.2. Pengertian Manajemen Pemasaran
Menurut Sofjan (2007:12) bahwa manajemen pemasaran
merupakan kegiatan menganalisis, perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian program-program yang dibuat untuk membentuk,
membangun, dan memelihara keuntungan dari pertukaran melalui sasaran
pasar guna mencapai tujuan organisasi (perusahaan) dalam jangka
panjang.
Hal ini juga di dukung oleh Kotler (2000:9) bahwa manajemen
pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran,
penetapan harga, promosi, serta penyaluran gagasan, barang dan jasa
untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran individu dan
organisasi.
Dari kedua definisi tersebut dapat dikatakan bahwa manajemen
pemasaran adalah serangkaian perencanaan, pelaksanaan, dan
memenuhui sasaran untuk mencapai tujuan organisasi (perusahaan) dalam
jangka panjang.
2.2.3. Konsep Pemasaran
Sofjan (2007:81) mengemukakan bahwa konsep pemasaran
merupakan orientasi perusahaan yang menekankn bahwa tugas pokok
perusahaan adalah menentukan kebutuhan dan keinginan pasar, dan
selanjutnya memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut sehingga dicapai
tingkat kepuasan pelanggan yang melebihi dari kepuasan yang di berikan
oleh para pesaing.
Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong (2008:12) konsep
pemasaran menyatakan bahwa pencapian tujuan organisasi tergantung
pada pengetahuan akan kebutuhan dan keinginan target pasar dan
memberikan kepuasaan yang di inginkan dengan lebih baik dari pesaing.
Pada hakekatnya, konsep pemasaran menginginkan volume
penjualan yang menguntungkan, dan hal tersebut dapat diperoleh apabila
perusahaan dapat memberikan kepuasan terhadap konsumen yang lebih
dari apa yang di berikan oleh para pesaing.
2.2.4. Merek
Pemberian merek telah menjadi hal penting dalam strategi produk,
hal ini di karenakan merek adalah identitas dari sebuah produk yang di
mendefinisikan merek sebagai nama, istilah, tanda, lambang, atau desain,
atau kombinasinya yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau
jasa dari salah satu penjual atau kelompok dan mendiferensiasikan mereka
dari para pesaing.
Sedangkan menuru Buchari (2004:157) suatu merek yang
dilancarkan oleh suatu perusahaan merupakan janji konsumen yang
sifatnya spesifik, dan benefit yng ditawarkan kepada konsumen. Merek
yang baik dan terkenal menjamin adanya mutu dan kualitas.
Menurut Kotler (Buchari 2004:157-158) merek memiliki enam arti,
yaitu:
1. Attributes, ada suatu atribut yang melekat pada merek. Misalnya
barang mahal, mutu bagus, tahan lama, dan lain-lain.
2. Benefit, kata atribut diartikan sebagai funcional dan emotional benefit.
Istilah tahan lama, dapat dikatakan sebagai funcional benefit
sedangkan barang mahal, dapat diartikan sebagai emotional benefit
yang penting barang tersebut biar mahal tapi sangat menguntungkan.
3. Value, barang mahal memiliki nilai tinggi bagi pengguna, karena dapat
menaikan gengsi/prestige kenyamanan dan keselamatan.
4. Culture,ini masalah budaya, y6ang terkesan, terkenal, selalu membeli
barang berkualitas tinggi.
5. Personality, memperlihatkan atau memberi kesan kepribadian tertentu.
6. User, memberi kesan bahwa mayoritas pemakai produk tersebut adalah
Merek berkaitan dengan atribut atau manfaat dari produk itu
sendiri, dalam kasus tertentu merek berkaitan dengan citra tidak nyata
(intangible image). Kekuatan merek dapat dilihat dari kuat tidaknya
ekuitas merek. Merek yang paling berharga memiliki nilai ekuitas merek
yang dipandang sebagai aktiva perusahaan yang sangat penting. Nama
merek yang terbaik menyatakan sesuatu tentang manfaat produk, mutu
produk, mudah diucapkan, dikenali dan diingat.
2.2.5. Ekuitas Merek
Menurut Kotler dan Keller (2009:263) ekuitas merek merupakan
nilai tambah yang diberikan pada produk dan jasa. Ekuitas merek dapat
tercermin dalam cara konsumen berpikir, merasa, dan bertindak dalam
hubungannya dengan merek, dan juga harga, pangsa pasar dan
profitabilitas yang diberikan merek bagi perusahaan.
Pemasaran dewasa ini merupakan persepsi konsumen, tidak
sekedar pertemuan produk. Beberapa produk dengan kualitas, model,
features (karakteristik tambahan dari produk) yang relatif sama dapat
memiliki kinerja yang berbeda-beda di pasar, hal ini dikarenakan
perbedaan persepsi dari peroduk atau jasa dibenak konsumen.
Membangun persepi dapat dilakukan melalui jalur merek. Merek
yang prestisius dapat disebut memiliki ekuitas merek (brand equity) yang
ladasan merek yang kuat dan mampu mengembangkan keberasaan suatu
merek dalam persaingan apapun dalam waktu yang lama.
Menurut Aaker, kumar, dan day (2003:679) ekuitas merek adalah
seperangkat asset dan leabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek,
nama dan simbolnya yang menambah atau mengurangi nilai yang
diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada konsumen. Ekuitas merek
(brand equity) terdiri dari empat dimensi utama yang terdiri dari kesadaran
merek (brand awareness), asosiasi merek (brand association), dan kesan
kualitas (perceived quality), dan loyalitas merek (brand equity).
2.2.5.1. Kesadaran Merek (Brand Awareness)
Menurut Aaker (Astuti dan Cahyadi, 1997:146) Brand
awareness adalah kekuatan sebuah merek dalam pikiran pelanggan.
Kekuatan tersebut ditunjukan oleh kemampuan pelanggan mengenal dan
mengingat sebuah merek. Kesadaran merek dapat membantu
mengkaitkan merek dengan asosiasi merek yang di harapkan oleh
perusahaan, menciptahan familiarity pelanggan pada merek, dan
menunjukan komitmen pada pelanggannya. Tingkat kesadaran merek
berkisar dari tingkat recognize the brand yaitu pelanggan dapat
mengenal suatu merek, sampai pada tingkat dimana merek menjadi
dominant brand recalled, mereka menjadi satu-satunya yang diingat dan
menjadi identitas kategori produk. Kesadaran merek tertinggi ditandai
Masyarakat cenderung membeli merek yang sudah dikenal
karena mereka merasa aman dengan suatu merek yang dikenal. Ataupun
mungkin ada asumsi bahwa sebuah merek yang sudah dikenal
mempunyai kemungkinan bisa di andalkan, kemantapan dalam bisnis,
dan kualitas yang mampu dipertanggungjawabkan. Faktor kesadaran
merek (brand awareness) sangat penting, dimana merek merupkan
pertimbangan pertama ketika akan membeli suatu produk.
Menurut Sadat (2009:167) Memiliki kesadaran merek yang
tinggi tentu saja menjadi harapan semua merek sebab akan memperkuat
eksistensi merek di mata pelanggan. Beberapa keuntungan yang dapat
diperoleh oleh merek dengan ekuitas tinggi adalah:
1. Menjadi sumber pengembangan asosiasi: Merek yang memiliki
tingkat kesadaran tinggi memungkinkan pengembangan asosiasi
secara lebih mudah karena telah dikenal oleh pelanggan.
2. Familiar: Kesadaran merek akan mendorong rasa suka pelanggan
akan merek. Mereka akan sangat akrab, bahkan menjadi
“evangelist” dalam aktivitas sehari – hari.
3. Menimbulkan komitmen: Kesadaran merek yang tinggi
memungkinkan keberadaan merek dengan mudah dideteksi oleh
pelanggan, sehingga akan mendorong komitmen mereka dalam
pembelian. Hal ini terjadi karena merek dipromosikan secara luas,
kredebilitas yang telah teruji oleh waktu, jaringan distribusi yang
4. Selalu dipertimbangkan: Pelanggan akan selalu mempertimbangkan
nama – nama merek top of mind sebelim memutuskan membeli
produk tertentu, meskipun fakta menunjukan bahwa tidak semua
merek yang menempati top of mind juga disukai pelanggan.
Menurut Astuti dan Cahyadi (2007:151) indicator dari
kesadaran merek adalah:
a. Kemempuan pelanggan mengenali logo.
b. Kemempuan pelanggan mengingat salah satu iklan produk.
c. Kemempuan pelanggan mengenali model varian produk
2.2.5.2. Kesan Kualitas (Percieved Quality)
Menurut Aaker (Fadli dan Qomariah, 2008:51) adalah kesan
atau persepsi kualitas merupakan persepsi konsumen terhadap
keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan
yang sama dengan maksud yang diharapkannya.
Kesan kualitas yang positif di pikiran pelanggan dapat
memberikan berbagai keuntungan bagi pengembangan merek, miasalnya
dapat membuat positioning yang jelas dan membuka peluang bagi
perluasan merek. (Astuti dan Cahyadi, 2007:147)
Suatu merek akan dikaitkan dengan kesan kualitas (perceived
quality) tanpa perlu mendasarkan pengetahuan mendetail mengenai
spesifikasi produk. Jika sebuah merek sangat dihargai dalam sebuah
yang tinggi. Tentu saja kondisi seperti ini harus terus dijaga melalui
pengembangan kualitas secara berkesinambungan.
Menurut Sadat (2009:168) ada beberapa keuntungan yang
dapat diperoleh merek yang memiliki kesan kualitas yang tinggi, yaitu:
1. Alasan untuk membeli: Kesan kualitas yang terbangun dengan baik
di benak pelanggan akan membantu efektivitas program pemasaran.
Harus dipahami bahwa informasi yang begitu banyak membuat
pelanggan malas untuk merespons lebih jauh, sehingga kesan
kualitas yang tinggi akan berperan menuntun pelanggan dalam
proses pembelian.
2. Diferensiasi: sebauah merek yang dipersepsi memiliki kualitas tinggi
tentu saja menjadi berbeda dengan yang lainnya.
3. Harga Premium: Dalam beberapa kasus, kesan kualitas yang tinggi
memungkinkan perusahaan dapat menetapkan harga yang lebih
tinggi pada produk –produknya.
4. Perluasan tertentu: Distributor dan para peritel akan memberikan
perhatian tersendiri pada merek – merek berkualitas.
5. Perluasan merek: Merek – merek dengan kesan kualitas yang tinggi
memiliki peluang yang besar untuk mengembangkan produknya
dalam berbagai kategori, dengan cara menggunakan namamerek
Meurut Astuti dan Cahyadi (2007:151) indikator dari kesan
kualitas adalah:
a. Persepsi pelanggan terhadap kenyamanan mengunakan produk
b. Persepsi pelanggan terhadap keandalan produk
c. Persepsi pelanggan terhadap ketahanan produk
d. Persepsi pelanggan terhadap jaringan layanan/service
e. Persepsi pelanggan terhadap penampilan produk sebagai suatu
produk yang berkualitas.
2.2.5.3. Asosiasi Merek (brand association)
Nilai yang mendasari merek seringkali didasarkan pada
asosiasi-asosiasi spesifik yang berkaitan dengannya. Jika suatu merek
diposisikan dalam atribut kunci untuk kelas produk tertentu (seperti
keunggulan teknologi atau dukungan layanan), maka para kompetitor
akan kesulitan untuk menyerang, karena dalam hal ini adalah bagaimana
asosiasi tersebut dapat menampilkan keistimewaan produk. Menurut
Aaker (fadli dan Qomariah, 2008:51) asosiasi merek adalah segala hal
yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek.
Scott M. Davis (Sadat 2009:169) mengemukakan bahwa
asosiasi merek akan menggambarkan kekuatan manfaat yang ditawarkan
sebuah merek kepada pelanggan. Asosiasi positif yang melekat pada
merek dapat memudahkan pelanggan memproses dan mengingat
keputusan membeli. Dari sisi perusahaan, asosiasi memungkinkan untuk
memperluas produk dan pasar.
Berebagai assosiasi merek yang diingat konsumen dapat
menghasilkan suatu bentuk citra merek (brand image) di benak
konsumen. Konsumen yang biasa menggunakan merek tertentu
cenderung memiliki konsistensi terhadap citra merek (brand imge) yang
di sebut juga dengan kepribadian merek (brand personality) yang
kemudian bisa membentuk kesetiaan konsumen terhadap merek tertentu
(brand loyality).
Menurut Aaker (Fadli dan Qomariah 2008:51) terdapat lima
keuntungan dari asosiasi merek, yaitu:
1. Membantu proses penyusunan informasi yang dapat meringkas
sekumpulan fakta yang dapat dengan mudah dikenal kopnsumen.
2. Perbedan, yang mempunyai peran penting dalam menilai keberadaan
atau fungsi dibandingkan lainnya.
3. Alasan untuk membeli, yang sangat membentu konsumen dalam
mengambil keputusan untuk membeli produk atau tidak.
4. Perasaan positif yang merangsang tumbuhnya perasaan positif
terhadap produk.
5. menjadi landasan perluasan merek yang dinilai kuat.
Menurut Astuti dan Cahyadi (2007:151) indiktor dari asosiasi
merek adalah:
b. Mudah dalam perawatan
c. Di produsir oleh perusahaan yang kredebilitasnya tinggi
2.2.6. Minat Beli
Menurut Priyati (2002:71) mengemukakan minat beli adalah
kesediaan seseorang untuk merencanakan pembelian suatu merek tertentu
dalam kuru waktu tertentu. Sedangkan menurut Howard (1994:41) minat
membeli adalah pernyatan yang berkaitan dengan batin yang
mencerminkan rencana dari membeli suatu merek tertentu dalam satu
periode waktu tertentu.
Didalam pemasaran dikenal bahwa konsumen sebelum melakuakan
pembelian, ada tahap dimana kosumen memiliki minat membeli akan
suatu produk dan jasa, kemudian konsumen melakukan keputusan untuk
membeli, selanjutnya ada proses yang dinamakan tingkah laku pasca
pembelian yang didasarkan pada rasa puas dan tidak puas konsumen. Rasa
puas dan tidak puas konsumen terletak pada hubungan antara harapan
konsumen dengan prestasi yang diterima dari produk atau jasa. Apabila
produk atau jasa tidak memenuhi harapan konsumen, maka konsumen
akan merasa tidak puas, sehingga dimasa yang akan datang konsumen
tidak akan melakukan pembelian ulang terhadap produk atau jasa tersebut.
Munurut Ferdinand (2006:242) indikator dari minat beli adalah
sebagai berikut:
2. keinginan segera membeli atau memiliki suatu produk
3. keinginan preferensial: Preferensi dimana produk tertentu inilah yang
diinginkan seseorang bersedia mengabaikan pilihan lain.
2.2.7. Tahap-Tahap Pengambiln Keputusan Membeli
Menurut Kotler (1987:204) ada lima tahap dalam proses
pengambilan keputusan membeli, yaitu:
1. pengenalan masalah atau kebutuhan, proses pembelian diawali dengan
pengenalan masalah atau kebutuhan. Pembeli menyadari suatu
perbedaan antara keadaan yang sebenarnya dengan keadan yang
diinginkan.
2. pencarian informasi, seorang konsumen yang akan tergugah minatnya
mungkin akan atau mungkin tidak akan mencari informasi yang lebih
banyak lagi.
3. penilaian alternatif, konsumen memproses informasi tentang pilihan
beberapa merek untuk membuat keputusan pembelian akan merek.
4. keputusan membeli, tahap penilaian keputusan menyebabkan
konsumen membentuk pilihan mereka diantara beberapa merek yang
tergabung dalam prangkat pilihannya.
5. prilaku pasca pembelian, setelah melakukan pembelian konsumen akan
mengalami beberapa tingkat rasa kepuasaan, ketidak puasan, ataupun
2.2.8. Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Minat beli Konsumen
Recall share is the percentage of costomers who name the brand
when they are asked to name the first brand that comesti mind when they
consider buying a particular type of product. This indicates the consumers
top of mind awarness and preference and gives a measure of advantge to
that brand over others in the market. Advertisting share is the percentage
of media space or time a brand has of total media share for that industry,
often measured simply as dollars spent on advertisting. This is likely to
lead to a change in recall share. Advertisting share is another measure of
the current competition that a firm faces (Aaker, 2003:678)
Ketika merek ditanya untuk pertama kali yang ada di pikiran ketika
mempertimbangkan untuk membeli sebuah produk hal ini menunjukan
bahwa merek utama dapat menimbulkan minat untuk membeli. Periklanan
adalah ruang media untuk sebuah merek, kekuatan hubungan antara ekuits
merek dengan variabel objektif akan melengkapi dasar untuk
diprioritaskan oleh calon pembeli.
Intentions are formed by the effects of the consumers attitude
toward the brend theire confidencien their judgement of it’s quality, and
low confidence is expected to have a negative effect. These are, of course,
crucially important links in persuading consumers to buy (Howard,
1994:41). Minat adalah bentuk dari efek prilaku konsumen membangun
suatu merek dan kepercayaan dalam pertimbangan tentang kualitas dan
karena itu hubungan dengan merek yang kuat meyakinkan konsumen
untuk membeli.
konsumen akan memilih yanbg biasa memberikn kepuasan tinggi,
jika konsumen merasa puas akan kualitas suatu produk maka minat
membeli konsumen akan meningkat. Ekuitas merek yang tinggi di benak
konsumen dapat meningkatkan kepercayaan konumen atas kualitas suatu
produk dan tudak menutup kemungkinan konsumen akan
merekomendasikan produk tersebut pada orang lain.
Hal ini di dukung pula oleh penelitian (Istiyono, dkk 2007) yang
menyatakan bahwa ekuitas merek berpangaruh positif pada minat membeli
2.3. Kerangka Konseptual
2.4. Hipotesis
Sesuai dengan perumusan masalah dari landasan teotri maka
hipotesis yang di angkat dari penelitian ini adalah:
Diduga ekuitas merek (X) berpangaruh positif terhadap minat membeli
(Y) sepeda motor Suzuki. Kesadaran Merek
(X1)
Kesan Kualitas (X2)
Asosiasi Merek (X3)
Ekuitas Merek (X)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Devinisi Oprasional Dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Devinisi Oprasioal Variabel
Variabel beserta devinisi oprasional yang digunakan dalam
pembahasan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ekuitas Merek (X)
Ekuitas merek adalah seperangkat asset yang dimiliki perusahaan
yang berkaitan dengan merek, nama, dan simbolnya, yang menambah atau
mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada
perusahaan atau para pelanggan perusahaan. Dimensi Ekuitas merek
menurut Aaker (1997) adalah:
1. Kesadaran Merek (X1)
Merupakan penerimaan merek dalam pikiran (ingatan)
pelanggan yang ditunjukan dari mengenali kembali sebuah merek.
Indikator dari kesadaran merek menurut Wahjuni (2007:151) adalah
sebagai berikut:
X1.1. Kemempuan pelanggan mengenali logo sepeda motor Suzuki
X1.2. Kemampuan pelanggan mengingat salah satu iklan sepeda motor
X1.3. Kemampuan pelanggan mengingat variasi model sepeda motor
Suzuki
2. Kesan Kualitas (X2)
Persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau
keunggulan suatu produk. Indikator dari kesan kualitas meurut Wahjuni
(2007:151) adalah sebagai berikut:
X2.1. Persepsi pelanggan terhadap kenyamanan mengendari sepeda
motor Suzuki
X2.2. Persepsi pelanggan tenteng keadalan sepeda motor Suzuki
X2.3. Persepsi pelanggan tentang ketahanan sepeda motor Suzuki.
X2.4. Persepsi pelanggan terhadap jaringan layanan perbaikan dan
suku cadang sepeda motor Suzuki
X2.5. Persepsi pelanggan terhadap penampilan sepeda motor Suzuki
sebagai produk yang berkualitas
3. Asosiasi Merek (X3)
Merupakan hal yang berkaitan dengan merek pada saat
konsumen mengingat sebuah merek. Indikator dari asosiasi merek
menurut Wahjuni (2007:152) adalah sebagai berikut:
X3.1. Sepeda motor Suzuki merupakan sepeda motor dengan inovasi
X3.2. Sepeda motor Suzuki merupakan sepeda motor yang mudah
perawatannya
X3.3. Sepeda motor Suzuki merupakan sepeda motor yang diprodusir
oleh perusahaan yang kredibilitasnya tanggi
Minat beli (Y)
Merupakan pikiran seseorang yang mengandung keinginan untuk
membeli produk tertentu. Indicator minat beli menurut Ferdinand Agusty
(2006:242) adalah sebagai berikut:
Y1.1. Intensitas pencarian informasi: mencerminkan seseorang yang
secara intens mencari informasi mengenai sepeda motor Suzuki
Y1.2. Keinginan segera membeli: mencerminkan seseorang yang
berkeinginan segera membeli sepeda motor Suzuki
Y1.3. Keinginan preferensial: mencerminkan dimana sepeda motor Suzuki
yang di inginkan seseorang untuk dibeli dan mengabaikan pihak
lain
3.2. Pengukuran Variabel
Skala pengukuran nariabel yang digunakan penelitian ini
mengunakan skala interval. Menurut Riduwan (2004:84), skala interval
merupakan skala yang menunjukan jarak antara satu data dengan data yang
lain dan mempunyai bobot yang sama, sedangkan teknik pengukurannya
Riduwan (2004:90) menyatakan bahwa skala tersebut berusaha untuk
mengukur sikap dan karakteristik tertentu yang dimiliki oleh seseoran, yaitu
responden menilai prilaku objek dengan bipolar dari 2 kutub kata sifat yang
saling berlawanan. Analisis ini dilakukan dengan meminta responden untuk
menjawab atau memberikan penilaian terhadap suatu konsep atau objek
tertentu. Skala data yang digunakan adalah 1 sampai 7
3.3. Teknik Penetuan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi adalah sekumpulan orang atau objek dan individu
maupun kelompok yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal
dan membentuk dalam suatu riset khusus. Populasi dalam penelitian ini
adalah orang yang ada di Surabaya yang berpotensi untuk membeli sepeda
motor Suzuki.
3.3.2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari keseluruhan populasi yang
menjadi obyek sesungguhnya dari suatu penelitian. Penelitian ini
menggunakan non probability sampling dengan teknik pengambilan
sampel secara purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan
pada kriteria atau ciri – ciri karakteristik dari responden, yaitu:
1. konsumen dengan usia minimal 18 tahun
3. Konsumen yang pernah mengendarai sepeda motor Suzuki
Sedangkan penentuan sample mengguanakan pedoman dari
Ferdinand (2002:48) yaitu:
a. 100 – 200 sampel untuk yeknik maksimum likelihood estimation.
b. Tergolong pada jumlah parameter yang diestimasi pedomannya adalah
5 – 10 kali jumlah parameter yang diestimasi.
c. Tergabtung pada jumlah indicator dikali 5 – 10 bila terdapat 20
indikator besarnya sample adalah 100 – 200.
d. Dalam penelitian ini sampel diambil dari konsumen yang berniat
membeli ataupun pernah melihat promosi sepeda motor Suzuki di
Surabaya dengan jumlah 14 indikator x 8 = 112 responden.
3.4. Teknik Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data
Data Primer
Dalam penelitian ini data yang dipakai berupa data primer, yaitu data yang
diperoleh secara langsung dari jawaban responden, seperti penyebaran
kuisoner
Data Skunder
3.4.2. Sumber Data
a. Data penelitian ini diperoleh melalui jawaban responden melalui
kuisoner, yang merupakan jawaban atas masalah yang diteliti.
b. Diperoleh dari internet.
3.4.3. Pengumpulan Data
a. Kuisoner
Merupakan daftar pertanyaan untuk memperoleh data berupa jawaban
dari responden.
b. Wawancara
Metode ini dilakukan dengan mengadakan pengmatan langsung
terhadap konsumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dan
mencatat kegiatan yang ada.
c. Dokumentasi
Merupakan data dari artikel-artikel yang bersumber dari media internet.
3.5. Teknik Analisis Data Dan Pengujian Hipotesis 3.5.1. Teknik Analisis
Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian
ini adalah structural Equation model (SEM). Model pengukuran faktor
sikap, minat dan prilaku konsumen menggunakan Confirmatory Factor
Analysis. Penaksiran pengaruh masing-masing variable bebas terhadap
analisis SEM model pengukuran dengan contoh dimensi faktor kesadaran
merek dilakukan sebagai berikut:
X1.1 = λ1 kesadaran merek + er_1
X1.2 = λ1 kesadaran merek + er_2
X1.3 = λ1 kesadaran merek + er_3
Demikian juga faktor lain seperti kesan kualitas, asosiasi merek, dan juga
minat beli.
Bila persamaan dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk diuji
undimensionalitasnya melalui Confirmatory Factor Analysis. Maka model
[image:43.612.193.491.421.563.2]pengukurannya akan Nampak sebagai berikut:
Gambar 3.1: Gambar pengukuran model SEM dengan contoh demensi
faktor kesadaran merek
3.5.2. Pengujian Hipotesis
3.5.2.1.Asumsi Model (Structure Equation Modeling)
Pada permodelan SEM terdapat asumsi-asumsi yang harus
dipenuhi dalam prosedur pengumpulan data yang dianalisis adalah sebagai
berikut:
Kesadaran Merek
(X1) X1.1
X1.2
X1.3
Er_1
Er_2
1. Ukuran Sampel
Ukuran sampel yang harus dipenuhi dalam permodelan SEM adalah
minimum berjumlah 100 atau dengan 5 perbandingan observasi
estimasi parameter.
2. Uji Normalitas Sebaran Dan Linieritas
1. Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau
dapat diuji dengan metode-metode statistik.
2. Menggunakan Critical Ratio di peroleh dengan membagi koevisien
sampel dengan standart error-nya dan skeness value yang biasa
disajikan dalam statistik deskriptif dimna nilai statistik untuk
menguji normalitas itu disebut Z-value. Pada tingkat signifikasi
1%, jika nilai Z lebih besar dri nilai Z-score lebih besar dari nilai
kritis, maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak
normal.
3. Normal probability plot (SPSS 10.1)
4. Linearitas dengan mengamati scatter plots dari data yaitu dengan
memilih pasangan data dan dilihat pola penyebaran untuk menduga
ada tidaknya linearitas.
3. Evaluasi Atas Outlier
1. Mengamati nilai Z-score: kriterianya diantara ± 3,0 non outlier
2. Multivaariate ouilier diuji dengan kriteria jarak Mahalonobos pada
sebesar jumlah variabel besarnya. Ketentuan : bila Mahalonobis >
dan nilai x adalah multivariate outlier.
3. Outlier adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim
baik secara univariat maupun multivariate yaitu yang muncul
karena kombinasi karakteristik unik yang dimiliknya dan terlihat
sangat jauh berbeda dari observasi-observasi lainya.
4. Deteksi Multicpllinierity dan Singularit
Dengan mengamati Determinant matriks covariance. Dengan
ketentuan apabila determinan sampel matriks mendekati angka 0
[kecil], maka terjadi Multikolonieritas dan singularitas (Tabachnick &
fidel, 1998).
5. Uji Validitas dan Reabillitas
Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah
indikator dalam menilai sesuatu yang akuratnya pengukuran atas apa
yng seharusnya diukur. Sedangkan reabilitas adalah ukuran mengenai
konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah konstruk yang
menunjukan derajat sampai dimana masing-masing indikator itu
mengindikasikan sebah konstruk yang umum.
Karena indikator multidimensi, maka uji validitas dan setiap
laten variable/construct akan diuji melihat loading factor dan
Sedangkan reabilitas uji dengan construct reability dan
varience-extracted dihitung dengan rumus sebagai berikut:
∑Standardize Loading Construct Reliability =
{[Standardize Loading] + ∑ ej}
∑ Standardize Loading Varience Extacted =
{[Standardize Loading] + ∑ ej}
Sementara ej dapat dihitung dengan formula uj = 1 – [standardize
loading]. Secara umum, nilai construct reability yng dapat diterima
adalah 0,7 dan variance extracted 0,5 (Hair et.al, 1998). Standardize
loading dapat diperoleh dari output AMOS 4.0,1 dengan melihat nilai
estimasi setiap construct standardize regression weight terdapat setiap
butir sebagai indikatornya.
3.5.3. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal
Pengaruh langsung [koefisien jalur] diamati dan bobot regresi terstandar,
dengan pengujian signifikan pembanding nilai CR [Critical Ratio] atau p
[probability] yang sama dengan nilai t hitung. Apabila nilai t hitung lebih
besar daripada tabel berarti signifikan.
3.5.4. Pengujian Model Dengan One Stop Approach
Dalam metode SEM, model pengukuran dan model struktur
mengalami kesulitan dalam memenuhi fit model. One Stop Approach to
SEM digunakan apabila model diyakini landasan teori yang kuat serta
validitas dan reabilitas yang sangat baik.
3.5.5. Evaluasi Model
Hair et.el, 1998 menjelaskan bahwa pala “confirmatory”
menunjukan prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas
hipotesis-hipotesis dengan pengujian fit antara model teori dan data
empiris. Jika model teoritas menggambarkan “goog fit” dengan data.
AMOS dapat menguji apakah model “good fit” atau “poor fit” model yang
diuji sangat penting dalam penggunaan Structural equation modeling.
Pengujuan terhadap model yang dikembangkan dengan berbagai
criteria goodness of fit, yakni Chi-square, probability, RMSEA, GFI, TLI,
CFI, AGFI CMIN/DF.
Apabila model awal tidak good fit dengan data maka model
dikembangkan dengan pendekatan two step apporoach to SEM.
Dalam analisis SEM tidak ada alat uji statistik tunggal untuk
mengukur atau menguji hipotesis mengenai model. Beberapa indeks
kesesuaian dn out-off value untuk digunakan dalam menguji apakh sebuah
model dapat diterima atau tidak ditolak adalah:
1. X 2- CHI - SQUARE STATISTIC
Alat uji paling fundamental untuk mengukur model fit adalah
sensitive terhadap besarnya smpel yang digunakan. Semakin kecil
semakin baik model itu.
2. RMSEA – The Root Mean Square Error Of Approqimation
RMSEA adalah sebuah indek yang dapat digunakan untuk
mengkompensasi chi-square dalm sampel yang besar. Nilai RMSEA
menunjukan goodness-fo-fit yang dapat diharapkan bila model
diestimasi dalam populasi.
3. GFI – Goodness of Fit Index
GFI adalah analog R2 dalam regresi berganda. GFI adalah
sebuah ukuran non-statical yang mempunyai rentang nilai antara 0
(poor fit) sampai dengan 1.0 (perfect fit). Indeks kesesuaian ini akan
menghitung proporsi tertimbang dan varians dalam matriks kovarians
sampel yang dijelaskan oleh matriks kovarians populasi yang
terestimasikan.
4. AGFI – Adjusted Goodness – of Fit Index
AGFI adalah criteria yang memperhitungkan proposal
tertimbang dan varians dalam sebuah matriks konvarians dalam sebuah
matriks konfarians sampel.
5. CMIN/DF
The minimum sampel discrepancy function (CMIN) dibagi
dengan degree of freedom-nya akan menghasilkan indeks CMIN/DF,
yang umumnya dilapaorkan oleh para peneliti sebagai salah satu
CMIN tudak lain adalah statistic chi-square, X2 dibagi DF-nya
sehingga disebut X2 – relative.
6. TLI – Tucker Lewis Index
TLI adalah sebuah alternative incremental fit index yang
membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline
model.
7. CFI – Comparative Fit Index
Besaran indeks ini adalah tentang nilai sebesar 0-1, dimana
semakin mendekati 1, mengidentifikasikan tingkat fit yang paling
tinggi – a very good fit. Keunggulan dan indeks ini bahwa indeks ini
besaranya tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel karena itu sangat
baik untuk mengukur tingkat penerimaan suatu model. Indeks CFI
adalah identik dengan Realitive Noncentrality Index (RIN). Dengan
demikian indeks-indeks yang dapat digunakan untuk mengukur
kelayakan sebuah model adalah seperti yang diringkas dalam tabel
[image:49.612.187.506.547.706.2]berikui ini:
Tabel 1: Goodness of Fit Index GOODNESS
OF INDEX KETERANGAN OUT-OF VALUE
Chi-square Menguji apakah covariance populasi yang diestimasi dengan civarience sampel (apakah model sesuai dengan data)
Diharapkan kecil, 1 s.d 5 atau paling baik diantara 1 & 2
Probability Uji signifikan terhadap perbedaan matriks covariance yang diestimasi
RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi-square apa sampel besar
≤ 0.08
GFI Menghitung proporsi
tertimbang varians dalam matriks sampel yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi yang diestimasi [analog dengan R dalam regresi berganda]
≥ 0.90
AGFI GFI yang disesuaikan
terhadap DF
≥ 0.90
CMIN/DF Kesesuaian antara data dan model
≤ 2.00
TL Pembandingan antara model
yang diuji terhadap baseline model
≥ 0.95
CFI Uji kelayakan model yang
tidak sensitive terhadap besarnya sampel dan kerumitan model
≥ 0.94
40
4.1. Deskriptif Hasil Penelitian
4.1.1. Analisis Karakteristik Responden
Data mengenai keadaan responden dapat diketahui melalui jawaban
responden dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kedalam kuesioner
yang telah diberikan. Dari jawaban-jawaban tersebut diketahui hal-hal
seperti dibawah ini.
a. Jenis Kelamin
Dari 111 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan
dapat diketahui jenis kelamin dari responden yakin pada tabel
dibawah ini.
Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
1 Laki-laki 92 83%
2 Wanita 19 17%
111 100%
Sumber : Data kuesioner diolah
b. Usia
Dari 111 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia No Usia (Tahun) Jumlah Persentase (%)
1 18-25 43 39%
2 26-35 31 28%
3 36-49 28 25%
4 ≥50 9 8%
Total 111 100%
Sumber : Data kuesioner diolah
c. Pekerjaan
Dari 111 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan
dapat diketahui jenis pekerjaan para responden yaitu pada table
dibawah ini.
Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
No Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
1 Pegawai negri 26 23%
2 Pegawai swasta 39 35%
3 Wiraswasta 8 7%
4 Pelajar / mahasiswa 20 18%
5 Lain - lain 19 17%
Total 111 100%
Sumber : Data kuesioner diolah
4.1.2. Deskripsi Variabel Ekuitas Merek (X) 4.1.2.1. Deskripsi Variabel Kesadaran Merek (X1)
Berdasarkan hasil penyebaran koesoner yang dilakukan kepada
para responden yang berjumlah 111 orang diperoleh jawaban sebagai
[image:52.612.192.471.363.483.2]Tabel 4.4. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Kesadaran Merek (X1)
No Pertanyaan
Skor Jawaban
Skor 1 2 3 4 5 6 7 1 Logo sepeda motor Suzuki
mudah dikenali
0 0 0 8 48 34 21 111
0% 0% 0% 7% 43% 31% 19% 100%
2 Iklan sepeda motor Suzuki mudah diingat
0 0 0 6 45 53 7 111
0% 0% 0% 5% 41% 48% 6% 100%
3
Variasi model sepeda motor Suzuki mudah diingat
0 0 0 15 50 39 7 111
0% 0% 0% 14% 45% 35% 6% 100% Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel di atas dijelaskan sebagai berikut :
a.Indikator pertama dari kesadaran merek, yaitu logo sepeda motor
Suzuki mudah dikenali, mendapat respon terbanyak pada skor 5
dengan jumlah responden sebanyak 48 responden atau 43% kemudian
terbanyak kedua pada skor 6 dengan jumlah responden 34 atau 31%.
Artinya sebagian besar responden yang menjawab setuju sebanyak 48
responden atau 43%, kemudian yang menjawab sangat setuju
sebanyak 34 atau sebanyak 31%, dan yang menjawab kurang setuju
sebanyak 0 atau 0%.
b.Indikator kedua dari kesadaran merek, yaitu iklan sepeda motor Suzuki
mudah diingat, mendapat respon terbanyak pada skor 6 dengan jumlah
responden sebanyak 53 responden atau 48% kemudian terbanyak
kedua pada skor 5 dengan jumlah responden 45 atau 41%. Artinya
sebagian besar responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 53
responden atau 48%, kemudian yang menjawab setuju sebanyak 45
atau sebanyak 41%, dan yang menjawab kurang setuju sebanyak 0
c.Indikator ketiga dari kesadaran merek, yaitu varian sepeda motor
Suzuki mudah diingat, mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan
jumlah responden sebanyak 50 responden atau 45% kemudian
terbanyak kedua pada skor 6 dengan jumlah responden 39 atau 35%.
Artinya sebagian besar responden yang menjawab setuju sebanyak 50
responden atau 45%, kemudian yang menjawab sangat setuju
sebanyak 39 atau sebanyak 35%, dan yang menjawab kurang setuju
sebanyak 0 atau 0%.
4.1.2.2. Deskripsi Variabel Kesan Kualitas (X2)
Berdasarkan hasil penyebaran koesoner yang dilakukan kepada
para responden yang berjumlah 111 orang diperoleh jawaban sebagai
[image:54.612.175.514.473.678.2]berikut:
Tabel 4.5. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Kesan Kualitas
No Pertanyaan
Skor Jawaban
Skor 1 2 3 4 5 6 7 1 Sepeda motor Suzuki
nyaman untuk dikendarai
0 0 0 14 54 34 9 111
0% 0% 0% 13% 49% 30% 8% 100% 2
Sepeda motor Suzuki memiliki keandal disegala medan
0 0 0 12 48 44 7 111
0% 0% 0% 11% 43% 40% 6% 100% 3 Sepeda motor Suzuki tahan
lama / tidak mudah rusak
0 0 0 10 52 43 5 111
0% 0% 0% 10% 47% 39% 4% 100% 4
Jaringan layanan dan suku cadang sepeda motor Suzuki mudah ditemui
0 0 0 23 44 40 4 111
0% 0% 0% 21% 40% 36% 3% 100%
5
Penampilan sepeda motor Suzuki menunjukan bahwa sepeda motor Suzuki sebagai produk yang berkualitas
0 0 0 3 52 51 5 111
0% 0% 0% 3% 47% 46% 4% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Indikator pertama dari kesan kualitas, yaitu sepeda motor Suzuki
nyaman untuk dikendarai, mendapat respon terbanyak pada skor 5
dengan jumlah responden sebanyak 54 responden atau 49% kemudian
terbanyak kedua pada skor 6 dengan jumlah responden 34 atau 30%.
Artinya sebagian besar responden yang menjawab setuju sebanyak 54
responden atau 49%, kemudian yang menjawab sangat setuju
sebanyak 34 atau sebanyak 30%, dan yang menjawab kurang setuju
sebanyak 0 atau 0%.
b. Indikator kedua dari kesan kualitas, yaitu sepeda motor Suzuki
memiliki keandalan disegala medan, mendapat respon terbanyak pada
skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 48 responden atau 43%
kemudian terbanyak kedua pada skor 6 dengan jumlah responden 44
atau 40%. Artinya sebagian besar responden yang menjawab setuju
sebanyak 48 responden atau 43%, kemudian yang menjawab sangat
setuju sebanyak 44 atau sebanyak 40%, dan yang menjawab kurang
setuju sebanyak 0 atau 0%.
c. Indikator ketiga dari kesan kualitas, yaitu sepeda motor Suzuki tahan
lama / tidak mudah rusak, mendapat respon terbanyak pada skor 5
dengan jumlah responden sebanyak 52 responden atau 47% kemudian
terbanyak kedua pada skor 6 dengan jumlah responden 43 atau 39%.
Artinya sebagian besar responden yang menjawab setuju sebanyak 52
sebanyak 43 atau sebanyak 39%, dan yang menjawab kurang setuju
sebanyak 0 atau 0%.
d. Indikator keempat dari kesan kualitas, yaitu jaringan layanan dan suku
cadang sepeda motor Suzuki mudah untuk ditemui, mendapat respon
terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 44
responden atau 40% kemudian terbanyak kedua pada skor 6 dengan
jumlah responden 40 atau 36%. Artinya sebagian besar responden
yang menjawab setuju sebanyak 44 responden atau 40%, kemudian
yang menjawab sangat setuju sebanyak 40 atau sebanyak 36%, dan
yang menjawab kurang setuju sebanyak 0 atau 0%.
e. Indikator kelima dari kesan kualitas, yaitu penampilan sepeda motor
Suzuki menunjukan bahwa sepeda motor Suzuki sebagai produk yang
berkualitas mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah
responden sebanyak 52 responden atau 47% kemudian terbanyak
kedua pada skor 6 dengan jumlah responden 51 atau 46%. Artinya
sebagian besar responden yang menjawab setuju sebanyak 52
responden atau 47%, kemudian yang menjawab sangat setuju
sebanyak 51 atau sebanyak 46%, dan yang menjawab kurang setuju
4.1.2.3. Deskripsi Variabel Asosiasi Merek (X3)
Berdasarkan hasil penyebaran koesoner yang dilakukan kepada
para responden yang berjumlah 111 orang diperoleh jawaban sebagai
[image:57.612.174.514.247.404.2]berikut:
Tabel 4.6. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Asosiasi Merek
No Pertanyaan
Skor Jawaban
Skor 1 2 3 4 5 6 7
1
Sepeda motor Suzuki merupakan sepeda motor dengan inovasi model dan teknologi
0 0 0 15 53 33 10 111 0% 0% 0% 13% 48% 30% 9% 100%
2
Sepeda motor Suzuki merupakan sepeda motor yang gampang perawatannya
0 0 0 10 43 47 11 111
0% 0% 0% 9% 39% 42% 10% 100%
3
Sepeda motor Suzuki merupakan sepeda motor yang diprodusir oleh perusahaan yang kredibilitasnya tinggi
0 0 0 8 47 49 5 111
0% 0% 0% 7% 42% 45% 6% 100%
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Indikator pertama dari asosiasi merek, yaitu jaringan layanan dan suku
cadang sepeda motor Suzuki mudah untuk ditemui, mendapat respon
terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 53
responden atau 48% kemudian terbanyak kedua pada skor 6 dengan
jumlah responden 33 atau 30%. Artinya sebagian besar responden
yang menjawab setuju sebanyak 53 responden atau 48%, kemudian
yang menjawab sangat setuju sebanyak 33 atau sebanyak 30%, dan
yang menjawab kurang setuju sebanyak 0 atau 0%.
b. Indikator kedua dari asosiasi merek, yaitu sepeda motor Suzuki
respon terbanyak pada skor 6 dengan jumlah responden sebanyak 47
responden atau 42% kemudian terbanyak kedua pada skor 5 dengan
jumlah responden 43 atau 39%. Artinya sebagian besar responden
yang menjawab sangat setuju sebanyak 47 responden atau 42%,
kemudian yang menjawab setuju sebanyak 43 atau sebanyak 39%, dan
yang menjawab kurang setuju sebanyak 0 atau 0%.
c. Indikator keempat dari asosiasi merek, yaitu sepeda motor Suzuki
merupakan sepeda motor yang diprodusir oleh prusahaan yang
kredibilitasnya tinggi, mendapat respon terbanyak pada skor 6 dengan
jumlah responden sebanyak 49 responden atau 45% kemudian
terbanyak kedua pada skor 5 dengan jumlah responden 47 atau 42%.
Artinya sebagian besar responden yang menjawab sangat setuju
sebanyak 49 responden atau 45%, kemudian yang menjawab sangat
setuju sebanyak 47 atau sebanyak 42%, dan yang menjawab kurang
setuju sebanyak 0 atau 0%.
4.1.3. Deskripsi Variabel Minat Beli (Y)
Berdasarkan hasil penyebaran koesoner yang dilakukan kepada
para responden yang berjumlah 111 orang diperoleh jawaban sebagai
Tabel 4.7. Hasil Jawaban Responden Mengenai Variabel Minat Beli
No Pertanyaan
Skor Jawaban
Skor 1 2 3 4 5 6 7
1
Akhir – akhir ini saya selalu mencari informasi tentang sepeda motor Suzuki
0 0 0 19 49 35 8 111
0% 0% 0% 17% 45% 31% 7% 100%
2 Saya ingin segera membeli sepeda motor Suzuki
0 0 0 7 41 49 14 111
0% 0% 0% 6% 37% 44% 13% 100%
3 Saya hanya ingin membeli sepeda motor Suzuki
0 0 0 19 58 30 4 111
0% 0% 0% 17% 53% 27% 3% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Indikator pertama dari minat membeli, yaitu intensitas pencarian
informasi mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah
responden sebanyak 49 responden atau 45% kemudian terbanyak
kedua pada skor 6 dengan jumlah responden 35 atau 31%. Artinya
sebagian besar responden yang menjawab setuju sebanyak 49
responden atau 45%, kemudian yang menjawab sangat setuju
sebanyak 35 atau sebanyak 31%, dan yang menjawab kurang setuju
sebanyak 0 atau 0%.
b. Indikator kedua dari minat membeli, yaitu keinginan segera membeli
mendapat respon terbanyak pada skor 6 dengan jumlah responden
sebanyak 49 responden atau 44% kemudian terbanyak kedua pada skor
5 dengan jumlah responden 41 atau 37%. Artinya sebagian besar
responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 49 responden atau
44%, kemudian yang menjawab setuju sebanyak 41 atau sebanyak
c. Indikator ketiga dari minat membeli, yaitu keinginan preferensial
mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden
sebanyak 58 responden atau 53% kemudian terbanyak kedua pada skor
6 dengan jumlah responden 30 atau 27%. Artinya sebagian besar
responden yang menjawab setuju sebanyak 58 responden atau 53%,
kemudian yang menjawab sangat setuju sebanyak 30 atau sebanyak
27%, dan yang menjawab kurang setuju sebanyak 0 atau 0%.
4.2. Deskripsi Hasil Analisis Dan Uji Hipotesis 4.2.1. Evaluasi Outlier
Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik
yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan
muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau
variabel kombinasi atau mutivariat (Hair, 1998).
Evaluasi terhadap outlier multivariate (antar variabel) perlu
dilakukan sebab walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada
outliers pada tingkat univariate, tetapi observasi itu dapat menjadi
outliers bila sudah saling dikombinasikan. Jarak antara Mahalanobis
untuk tiap-tiap observasi dapat dihitung dan akan menunjukkan sebuah
observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuah ruang
multidimensional (Hair.dkk, 1998; Tabachnick & Fidel, 1996).
Uji terhadap outliers multivariate dilakukan dengan menggunakan
dengan menggunakan χ² (chi kuadrat) pada derajat bebas sebesar jumlah
variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil uji outlier tampak
pada tabel berikut :
Tabel 4.8. : Outlier Data
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 34.625 78.017 56.315 10.701 111
Std. Predicted
Value -2.027 2.028 0.000 1.000 111
Standard Error of Predicted Value
7.423 16.506 11.963 1.841 111
Adjusted
Predicted Value 24.843 87.504 56.206 12.051 111
Residual -57.681 59.760 0.000 30.755 111
Std. Residual -1.752 1.815 0.000 0.934 111
Stud. Residual -1.854 1.959 0.001 1.009 111
Deleted
Residual -66.263 69.636 0.110 35.954 111
Stud. Deleted
Residual -1.879 1.989 0.002 1.015 111
Mahalanobis
Distance [MD] 4.602 26.660 13.874 4.508 111
Cook's Distance 0.000 0.070 0.011 0.013 111
Centered
Leverage Value 0.042 0.242 0.126 0.041 111
(a) Dependent Variable : NO. RESP
Terdapat Outlier Apabila
Mahalanobis
Distance : > 36.123 =CHIINV(0,001.14)
Sumber : Lampiran
Deteksi terhadap multivariat outliers dilakukan dengan
menggunakan kriteria Jarak Mahalanobis pada tingkat p < 0,001. Jarak
Mahalanobis itu dievaluasi dengan menggunakan 2 pada derajat bebas
sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian. Bila kasus
yang mempunyai Jarak Mahalanobis lebih besar dari nilai chi-square
pada tingkat signifikansi 0,001 maka terjadi multivariate outliers. Nilai
2
Mahalanobis diperoleh nilai 26,660 kurang dari 2 tabel 36,123 tersebut.
Dengan demikian, tidak terjadi multivariate outliers.
4.2.2. Evaluasi Reliabilitas
Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa Cronbach’s
Alpha ini digunakan untuk mengestimasi reliabiltas setiap skala (variabel
atau observasi indikator). Sementara itu item to total correlation
digunakan untuk memperbaiki ukuran-ukuran dan mengeliminasi butir -
butir yang kehadirannya akan memperkecil koefisien Cronbach’s Alpha
yang dihasilkan (Purwanto, 2002). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada
[image:62.612.172.509.419.619.2]tabel berikut :
Tabel 4.9. Reliabilitas Data
Konstrak Indikator
Item to Total Correlation Koefisien Cronbach's Alpha
Brand Awareness
X11 0.700
0.414
X12 0.722
X13 0.626
Quality Image
X21 0.620
0.520
X22 0.629
X23 0.656
X24 0.507
X25 0.522
Brand Assocition
X31 0.772
0.358
X32 0.604
X33 0.603
Purchase Intention
Y1 0.525
0.087
Y2 0.678
Y3 0.587
: tereliminasi
Sumber : Lampiran
Proses eleminasi diperlakukan pada item to total correlation pada
indikator yang nilainya < 0,5 [Purwanto,2003]. Tidak terjadi eliminasi
yang tereliminasi tidak disertakan dalam perhitungan cronbach's alpha.
Perhitungan cronbach's dilakukan setelah proses eliminasi. Hasil
pengujian reliabilitas konsistensi internal untuk setiap construct di atas
menunjukkan hasil cukup baik dimana koefisien Cronbach’s A