• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN OTENTIK BERBASIS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA SMA/MA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN OTENTIK BERBASIS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA SMA/MA."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DAN

PENILAIAN OTENTIK BERBASIS PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN

MASALAH SISWA SMA/MA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Program Studi

Pendidikan Matematika

Oleh: SYAHLAN NIM. 8126172036

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

ABSTRAK

Syahlan. Pengembangan Perangkat Pembelajaran dan Penilaian Otentik berbasis Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMA/MA. Tesis: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) efektivitas proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, meliputi: (a) kadar aktivitas aktif siswa selama proses pembelajaran, (b) tingkat kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, (c) respon siswa terhadap komponen dan proses pembelajaran, (d) pencapaian tujuan belajar siswa dilihat dari kemampuan pemecahan masalah baik secara individu maupun klasikal; 2) peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI-IPA6 SMAN 7 Medan

sebanyak 40 orang dan objek penelitian ini adalah untuk melihat efektivitas proses pembelajaran yang dilakukan. Instrumen yang digunakan terdiri dari lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi kemampuan guru, angket respons siswa serta tes kemampuan pemecahan masalah. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan (RPP, buku petunjuk guru, buku siswa, dan LAS) sudah memenuhi tingkat kevalidan, dimana secara berturut-turut nilainya adalah 4,10; 4,17; 4,18; dan 4,03 demikian pula untuk tes kemampuan pemecahan masalah dengan koefisien realibilitas untuk pretes sebesar 0,867 dan postes sebesar 0,911.

Berdasarkan data yang diperoleh dari ujicoba terhadap perangkat pembelajaran diketahui bahwa: 1) perangkat yang dikembangkan telah dapat memenuhi efektivitas proses pembelajaran, dimana: (a) kadar aktivitas siswa telah memenuhi batas toleransi waktu ideal dengan pemanfaatan LAS yang baik dalam pembelajaran pada ujicoba I maupun ujicoba II, (b) kemampuan guru (NKG) pada ujicoba I sebesar 2,92 dan pada ujicoba II sebesar 3,20, (c) respons siswa terhadap perangkat dan proses pembelajaran sudah positif pada ujicoba I maupun ujicoba II, (d) persentase ketuntasan belajar pada saat postes telah mencapai batas ketuntasan minimal, yaitu 77,5% siswa mendapat nilai lebih dari 2,66 (B-); 2) terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa dari formatif I, formatif II hingga postes, yaitu dari skor 67,72 menjadi 70,55 kemudian 74,275 dengan peningkatan rata-rata pada kategori sedang (rata-rata N-gain = 0,694).

(7)

ii

ABSTRACT

Syahlan. Learning Tools and Authentic Assessment Development with Application Jigsaw Cooperative Learning Model to Improve Problem Solving Students Ability in High School. Thesis: Graduate Program, State University of Medan, 2015.

This study aims to determine: 1) the effectiveness of the learning process by using learning tools based learning jigsaw cooperative learning model, include: (a) active activity levels of students during the learning process, (b) the level of the teacher's ability to manage learning process, (c) student response of the components and the learning process, (d) the achievement of student learning objectives views of problem solving skills both individually and classical; 2) increase students' problem solving skills using learning tools developed.

Subjects in this study were students of class XI-IPA6 SMAN 7 Medan as many as

40 people and the object of this study is to look at the effectiveness of the learning process is carried out. The instrument used consisted of observations of student activity sheets, a teacher's ability observation sheet, questionnaire responses of students and problem solving ability test. Learning tools developed (RPP, teacher books, student books, and activity sheets) already meets the level of validity, which are respectively the value is 4.10; 4.17; 4.18; and 4.03 as well as the test of problems solving ability with reliability coefficient is 0.867 for the pretest and for the posttest is 0.911.

Based on data obtained from tests on learning devices in mind that: 1) the device has been developed to meet the effectiveness of the learning process, wherein: (a) the activity levels of students have met the tolerance limit LAS ideal time to good use in teaching in the first trial and the second trials, (b) the ability of teachers on the first trial is 2.92 and the second trials is 3.20, (c) student response to the components and the learning process has been positive on the first trial and second trials, (d) the percentage of completeness learned during the posttest have reached the minimum completeness, ie 77.5% of students scored more than 2.66 (B-); 2) an increase in students' problem-solving ability of the first formative, second formative to posttest, ie of scores 67.72 into 70.55 then 74.275 with an average increase in the medium category (average N-gain = 0.694).

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah S.W.T, karena atas rahmat dan karunia-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Tesis ini ditulis dan diajukan guna memenuhi dan melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Program Pascasarjana Pendidikan Matematika, Universitas Negeri Medan.

Dalam proses penulisan tesis ini, penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED).

2. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd. dan bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd. selaku Ketua dan Sekretaris Prodi Program Pascasarjana Pendidikan Matematika UNIMED.

3. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan dan motivasi dalam penulisan tesis ini.

4. Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd. sebagai Pembimbing II yang telah mengarahkan peneliti dalam penyempurnaan dan penulisan tesis ini.

5. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd, Bapak Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd. serta Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd selaku narasumber/dewan penguji yang telah memberikan kritik dan saran demi perbaikan isi dan teknik penulisan tesis ini.

6. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Tata Usaha Pascasarjana UNIMED.

7. Bapak Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan yang telah memberikan izin penelitian di daerahnya.

(9)

iv

9. Bapak Syahrul, Ibu Nursidah serta adik-adikku, Sappan dan Sahreza yang selalu memberikan dorongan moral dan bantuan material hingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

10.Rekan-rekan mahasiswa (Mualdin, Ernilis, Andi, Rizki, Juli) yang turut membantu dan memberikan dorongan moral dalam penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca sekalian demi kesempurnaan dalam penulisan-penulisan selanjutnya. Akhir kata, semoga tesis ini bermanfaat.

Medan, Pebruari 2015 Penulis,

(10)
(11)

v

2.1.1. Kemampuan Pemecahan Masalah ... 24

2.1.2. Belajar dan Hasil Belajar Matematika ... 30

2.1.3. Efektivitas Proses Pembelajaran ... 40

2.1.3.1. Pencapaian Ketuntasan Belajar Siswa ... 43

2.1.3.2. Aktivitas Aktif Siswa ... 45

2.1.3.3. Kemampuan Guru Mengelola Proses Pembelajaran ... 49

2.1.3.4. Respons Siswa Terhadap Komponen Pembelajaran ... 51

2.1.4. Pembelajaran Kooperatif ... 53

2.1.4.1. Sintaks Pembelajaran Kooperatif ... 57

2.1.4.2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 59

2.1.5. Perangkat Pembelajaran ... 66

2.1.5.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 67

2.1.5.2. Buku Ajar Siswa dan Buku Guru ... 69

(12)

vi

2.1.6. Hakikat Penilaian (Assessment) Otentik ... 76

2.1.6.1. Prinsip Penilaian ... 78

2.1.6.2. Fungsi Penilaian ... 79

2.1.6.3. Teknik Penilaian ... 79

2.1.6.4. Penilaian Tradisional ... 80

2.1.6.5. Penilaian Otentik ... 80

2.1.6.6. Contoh Penilaian Otentik ... 89

2.1.7. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran dan Penilaian ... 95

2.1.8. Turunan Fungsi ... 105

2.2. Penelitian yang Relevan ... 108

2.3. Kerangka Konseptual ... 111

2.4. Pertanyaan Penelitian ... 116

BAB III METODE PENELITIAN ... 118

3.1. Jenis Penelitian... 118

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 118

3.3. Subjek dan Objek Penelitian ... 119

3.4. Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 119

3.5. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 130

3.6. Teknik Analisis Data ... 140

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 148

4.1. Deskripsi Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 148

4.1.1. Tahap-1: Melakukan Identifikasi Tujuan ... 149

4.1.2. Tahap-2: Melakukan Analisis Pengajaran ... 154

4.1.3. Tahap-3: Malakukan Analisis Siswa dan Konteks ... 155

4.1.4. Tahap-4: Merumuskan Tujuan Kinerja ... 156

4.1.5. Tahap-5: Mengembangkan Instrumen Penilaian... 156

4.1.6. Tahap-6: Mengembangkan Strategi Pengajaran ... 157

4.1.7. Tahap-7: Mengembangkan Materi dan Perangkat Pembelajaran ... 160

4.1.8. Tahap-8: Merancang dan Melakukan Tes Formatif ... 165

(13)

vii

4.1.10. Tahap-10: Merancang dan Melakukan Tes Sumatif ... 185

4.2. Hasil Kegiatan Ujicoba ... 186

4.2.1. Hasil Kegiatan Ujicoba Tahap I ... 186

4.2.1.1. Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 186

4.2.1.2. Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran... 190

4.2.1.3. Respons Siswa Terhadap Proses Pembelajaran ... 194

4.2.1.4. Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa ... 198

4.2.2. Hasil Kegiatan Ujicoba Tahap II ... 200

4.2.2.1. Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 200

4.2.2.2. Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran... 204

4.2.2.3. Respons Siswa Terhadap Proses Pembelajaran ... 207

4.2.2.4. Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa ... 211

4.3. Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Saat Tes Sumatif ... 213

4.3.1. Kemampuan Pemecahan Masalah untuk Setiap Butir ... 215

4.3.2. Kemampuan Pemecahan Masalah untuk Setiap Indikator ... 220

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 223

4.4.1. Analisis Efektivitas Proses Pembelajaran ... 224

4.4.1.1. Analisis Kadar Aktivitas Aktif Siswa ... 224

4.4.1.2. Analisis Kemampuan Guru Mengelola PBM ... 230

4.4.1.3. Analisis Respons Siswa Terhadap PBM ... 232

4.4.1.4. Analisis Pencapaian Tujuan Belajar Siswa ... 234

4.4.2. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa ... 234

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 244

5.1. Kesimpulan ... 244

5.2. Implikasi ... 246

5.3. Rekomendasi ... 247

DAFTAR PUSTAKA……… ... 249

(14)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif... 50

Tabel 2.2. Perbandingan Empat Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif ... 59

Tabel 2.3. Pengembangan Instrumen Tes Ditinjau dari Desain Keputusan dan Sasaran Hasil Tes ... 101

Tabel 3.1. Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 131

Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen RPP... 132

Tabel 3.3. Kisi-kisi Instrumen Buku Ajar ... 134

Tabel 3.4. Kisi-Kisi Instrumen Lembar Aktivitas Siswa ... 136

Tabel 3.5. Kisi-kisi Instrumen Aktivitas Siswa ... 137

Tabel 3.6. Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ... 138

Tabel 3.7. Kisi-kisi Instrumen Respons Siswa... 140

Tabel 3.8. Presentase Waktu Ideal Aktivitas Siswa ... 143

Tabel 4.1. Hasil Uji Kelayakan Instrumen ... 167

Tabel 4.2. Hasil Uji Kelayakan Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 168

Tabel 4.3. Rataan Nilai Indikator Untuk Setiap Aspek Penilaian Kevalidan Rencana Pembelajaran ... 170

Tabel 4.4. Rataan Nilai Indikator Untuk Setiap Aspek Penilaian Kevalidan Buku Petunjuk Guru ... 171

Tabel 4.5. Rataan Nilai Indikator Untuk Setiap Aspek Penilaian Kevalidan Buku Siswa ... 172

Tabel 4.6. Rataan Nilai Indikator Untuk Setiap Aspek Penilaian Kevalidan Lembar Aktivitas Siswa (LAS) ... 174

Tabel 4.7. Saran Revisi Perangkat Pembelajaran... 176

Tabel 4.8. Hasil Perhitungan untuk Penentuan Reliabilitas Instrumen-4 ... 178

Tabel 4.9. Respons Siswa Kelas XI-IPA5 Terhadap Perangkat Pembelajaran ... 180

Tabel 4.10. Revisi Buku Siswa (Draf-3) ... 183

Tabel 4.11. Hasil Validasi dan Reliabilitas Tes KPM ... 185

(15)

ix

Tabel 4.13. Nilai Siswa dalam Menyelesaikan LAS Ujicoba I ... 190

Tabel 4.14. Nilai Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Ujicoba I ... 191

Tabel 4.15. Respons Siswa Terhadap Perangkat Pembelajaran Ujicoba I ... 194

Tabel 4.16. Nilai Formatif I Siswa Kelas XI-IPA6 ... 198

Tabel 4.17. Persentase Rataan Aktivitas Siswa Ujicoba II Kelas XI-IPA6 selama KBM ... 200

Tabel 4.18. Nilai Siswa dalam Menyelesaikan LAS Ujicoba II ... 204

Tabel 4.19. Nilai Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Ujicoba II ... 205

Tabel 4.20. Respons Siswa Terhadap Perangkat Pembelajaran Ujicoba II ... 208

Tabel 4.21. Nilai Formatif II Siswa Kelas XI-IPA6 ... 212

Tabel 4.22. Nilai Sumatif Siswa Kelas XI-IPA6 ... 214

Tabel 4.23. Frekuensi Nilai Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa ... 215

Tabel 4.24. Frekuensi Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah ... 219

(16)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Hubungan antara kelompok Asal dan kelompok Ahli ... 64

Gambar 2.2. Model Pengembangan Perangkat dan Penilaian Pengajaran ... 96

Gambar 3.1. Peta Konsep Komposisi Fungsi dan Fungsi Invers ... 125

Gambar 3.2. Prosedur Pengembangan Perangkat Pengajaran dan Penilaian Otentik ... 130

Gambar 4.1. Lembar Jawaban Siswa Pada Permasalahan Ujicoba Awal ... 153

Gambar 4.2. Skema Pengelompokkan Siswa dalam Kelompok Kooperatif ... 159

Gambar 4.3. Pola Interaksi Kelompok Kooperatif Jigsaw ... 159

Gambar 4.4. Hierarki Pengajaran Komposisi Fungsi dan Fungsi Invers ... 161

Gambar 4.5. Skema Pelaksanaan Tes ... 166

Gambar 4.6. Diagram Persentase Waktu Aktivitas Siswa Ujicoba I ... 188

Gambar 4.7. Diagram Nilai Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Pada Ujicoba Tahap I ... 192

Gambar 4.8. Diagram Nilai Kemampuan Guru Melaksanakan Sintaks Pembelajaran Ujicoba I ... 193

Gambar 4.9. Diagram Persentase Respons Siswa Terhadap Perangkat dan Proses Pembelajaran Ujicoba I ... 195

Gambar 4.10. Diagram Nilai Formatif I Siswa ... 199

Gambar 4.11. Diagram Persentase Waktu Aktivitas Siswa Ujicoba II ... 201

Gambar 4.12. Diagram Nilai Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Pada Ujicoba Tahap I ... 206

Gambar 4.13. Diagram Nilai Kemampuan Guru Melaksanakan Sintaks Pembelajaran Ujicoba II ... 206

Gambar 4.14. Diagram Persentase Respons Siswa Terhadap Perangkat dan Proses Pembelajaran Ujicoba II ... 209

Gambar 4.15. Diagram Nilai Formatif II Siswa ... 213

Gambar 4.16. Diagram Nilai Sumatif Siswa ... 213

(17)

xi

Gambar 4.18. Diagram Nilai Kemampuan Siswa Menyelesaikan Masalah

Postes Nomor-2 ... 216

Gambar 4.19. Diagram Nilai Kemampuan Siswa Menyelesaikan Masalah Postes Nomor-3 ... 217

Gambar 4.20. Diagram Nilai Kemampuan Siswa Menyelesaikan Masalah Postes Nomor-4 ... 218

Gambar 4.21. Diagram Nilai Kemampuan Siswa Menyelesaikan Masalah Postes Nomor-5 ... 218

Gambar 4.22. Diagram Nilai Kemampuan Memahami Masalah ... 221

Gambar 4.23. diagram Nilai Kemampuan Membuat Rencana ... 221

Gambar 4.24. Diagram Nilai Kemampuan Melaksanakan Rencana Penyelesaian ... 222

Gambar 4.25. Diagram Nilai Kemampuan Melakukan Interpretasi Hasil ... 223

Gambar 4.26. Jawaban Siswa dalam Menyelesaikan Masalah-13 pada LAS... 229

Gambar 4.27. Jawaban Siswa Terhadap Soal Postes Nomor-1 ... 237

Gambar 4.28. Jawaban Siswa Terhadap Soal Postes Nomor-2 ... 238

Gambar 4.29. Jawaban Siswa Terhadap Soal Postes Nomor-3 ... 239

Gambar 4.30. Jawaban Siswa Terhadap Soal Postes Nomor-4 ... 240

(18)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran-I. Instrumen Penelitian ... 253

1. Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 253

2. Format Uji Kelayakan Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 254

3. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (Pretes) ... 256

4. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (Postes) ... 260

5. Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 263

6. Validasi Buku Siswa ... 265

7. Validasi Buku Petunjuk Guru ... 267

8. Validasi Lembar Aktivitas Siswa (LAS) ... 269

9. Format Uji Kelayakan Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 271

10.Validasi Lembar Observasi Aktivitas Siswa... 273

11.Format Uji Kelayakan Lembar Observasi Kemampuan Guru ... 274

12.Validasi Lembar Observasi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ... 276

13.Format Uji Kelayakan Angket Respon Siswa ... 278

14.Angket Respons Siswa ... 280

15.Angket Penilaian Diri Siswa ... 282

16.Angket Penilaian Antar Teman ... 283

17.Angket Kebutuhan Siswa Terhadap Perangkat Pembelajaran ... 284

18.Angket Kebutuhan Guru Terhadap Perangkat Pembelajaran ... 287

Lampiran-II. Perangkat Pembelajaran (Draf Final) ... 291

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 291

2. Buku Petunjuk Guru ... 324

3. Buku Siswa ... 368

4. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) ... 402

Lampiran-III. Data Hasil Validasi ... 438

1. Hasil Uji Kelayakan Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 438

2. Hasil Uji Kelayakan Lembar Observasi Kemampuan Guru ... 439

(19)

xiii

4. Hasil Uji Kelayakan Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 441

5. Hasil Validasi Ahli dan Praktisi Pada RPP ... 442

6. Hasil Validasi Ahli dan Praktisi Pada Buku Siswa ... 444

7. Hasil Validasi Ahli dan Praktisi Pada Buku Petunjuk Guru ... 446

8. Hasil Validasi Ahli dan Praktisi Pada Lembar Aktivitas Siswa (LAS) ... 448

Lampiran-IV. Data Hasil Pengamatan pada Kegiatan Simulasi ... 449

1. Penilaian Observasi Keterlaksanaan RPP oleh Pengamat-1 ... 449

2. Penilaian Observasi Keterlaksanaan RPP oleh Pengamat-2 ... 451

3. Kecocokan Penilaian Observasi Keterlaksanaan RPP oleh Pengamat-1 dan 2 ... 453

4. Perhitungan Validasi dan Reliabilitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 455

Lampiran-V. Data Hasil Belajar Siswa ... 469

1. Frekuensi Pengamatan Terhadap Aktivitas Siswa Pada Ujicoba I ... 469

2. Penilaian Kemampuan Guru Pada Ujicoba I ... 471

3. Rekapitulasi Skor Siswa Pada Saat Pretes ... 476

4. Frekuensi Pengamatan Terhadap Aktivitas Siswa Pada Ujicoba II ... 480

5. Penilaian Kemampuan Guru pada Ujicoba II ... 482

6. Rekapitulasi Skor Siswa Pada Saat Formatif II ... 487

7. Rekapitulasi Skor Siswa Pada Saat Postes ... 490

8. Nilai Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa ... 493

9. Perhitungan N-gain Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa ... 492

Lampiran-VI. Surat-surat Penelitian ... 495

1. Penetapan Dosen Pembimbing Tesis ... 495

2. Undangan Seminar Proposal ... 496

3. Pengantar Izin Penelitian dari Universitas ... 497

4. Pengantar Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan Kota Medan ... 498

5. Balasan yang Menyatakan Telah Melaksanakan Penelitian dari SMA Negeri 7 Medan ... 499

6. Undangan Ujian Tesis ... 500

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. Perubahan paradigma dalam dunia pendidikan menuntut adanya perubahan pada tujuan pendidikan yang akan dicapai. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2013: 3) dalam artikelnya yang berjudul Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI bagian VII, menjelaskan bahwa:

Paradigma pendidikan yang terlalu terfokus pada kepentingan pragmatis, teaching mind melalui drill dan skill sekarang perlu diseimbangkan dengan tujuan ideal touching heart melalui ethics dan esthetics. Mesti disegarkan kembali bahwa pendidikan merupakan kekuatan moral dan intelektual yang berjalan seimbang, tidak boleh timpang. Selama ini nampak bahwa pendidikan di Indonesia terlalu menekankan aspek intelektual, kurang memperhatikan aspek moralitas. Lebih banyak berkutat tentang pemenuhan kepentingan pasar dan industri ketimbang pengembangan karakter dan kearifan.

(21)

2

Untuk menciptakan pribadi yang kreatif, dalam pembelajaran perlu mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan pemecahan masalah merupakan suatu kemampuan yang harus dimiliki siswa sebagai modal untuk dapat bertahan hidup. Kehidupan yang dilalui siswa tidak selalu lancar, terkadang harus melalui berbagai masalah. Berlatih cara memecahkan masalah merupakan simulasi yang baik untuk meningkatkan kemampuan mencari solusi yang mungkin ketika mereka menghadapi masalah. Masalah yang digunakan untuk berlatih merupakan masalah nyata yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Berlatih memecahkan masalah akan membantu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Kemampuan pemecahan masalah menuntut siswa untuk mampu melakukan analisis terhadap masalah sehingga dapat memahami masalah yang dihadapinya untuk selanjutnya menghubungkan segala pengetahuan yang dimiliki sebagai bentuk refleksi untuk mencari cara penyelesaian yang tepat.

(22)

3

Hal ini diperkuat oleh hasil prasurvei yang telah dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Barus kelas XIIPA-2 pada tanggal 28 Januari 2014. Hasil

pengamatan yang dilakukan terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan di MAN Barus menunjukkan bahwa:

1. Pembelajaran yang dilaksanakan masih berpusat pada guru.

2. Sebahagian besar informasi maupun pengetahuan diperoleh siswa berdasarkan penjelasan guru.

3. Konsep-konsep diberikan secara langsung tanpa melalui suatu kegiatan pencarian dan penemuan berdasarkan prinsip ilmiah.

4. Guru menganggap perangkat pembelajaran sebagai sumber informasi sekunder bagi siswa, setelah penjelasan guru.

5. Aktivitas siswa hanya sekedar mendengarkan penjelasan guru, mencatat dan merangkum, menjawab pertanyaan serta mengerjakan soal yang diberikan. 6. Hasil belajar ditentukan seberapa baik siswa menjawab soal latihan yang

diberikan, belum menguji kemampuan pemecahan masalah siswanya.

Melalui pemberian tes kepada 30 orang siswa kelas XIIPA-2 MAN Barus

untuk menguji kemampuan pemecahan masalah, diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa termasuk dalam kategori rendah. Hal ini dilihat dari hasil jawaban siswa terhadap permasalahan berikut:

Pak Toni membeli kawat berduri untuk membuat pagar berbentuk persegi bagi sapi-sapinya. Jika panjangnya sama dengan tiga kali lebarnya dan salah satu sisinya berbatasan dengan kandang sapinya, nyatakan fungsi keliling terhadap lebar pagar pembatas tersebut?

(23)

4

kesulitan untuk menetapkan variabel untuk dan membuat model matematika untuk selanjutnya menghubungkan konsep-konsep yang diketahui untuk menetapkan strategi penyelesaian masalah. Kesulitan ini menyebabkan hanya ada 9 orang (30%) siswa saja yang dapat memilih strategi dan diantaranya hanya 6 orang (20%) yang dapat melakukan perhitungan yang tepat dalam menyelesaikan masalah. Sedikit sekali siswa yang mampu menggunakan strategi yang tepat sehingga memperoleh jawaban yang benar dan menginterpretasikan hasilnya terhadap model yang dibuat yaitu sebanyak 4 orang (13,33%).

Salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa adalah melalui penggunaan buku teks, seperti yang diungkapkan oleh Bagarukayo, dkk (2012) dalam penelitiannya yang berjudul The Impact of Learning Driven Constructs on the Perceived Higher Order Cognitive

Skills Improvement: Multimedia vs. Text. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

tidak ada perbedaan yang signifikan pada sikap, minat belajar, belajar dari yang lain, laporan diri (jurnal belajar) dan berpikir tingkat tinggi, pengambilan keputusan, pemecahan masalah, berpikir kritis siswa dan keterampilan lain dalam belajar menggunakan multimedia dan buku teks yang digunakan. Bagarukayo juga mengungkapkan bahwa penggunaan buku teks lebih baik digunakan untuk meningkatkan keterampilan pengambilan keputusan dan pemecahan masalah siswa jika dibandingkan pembelajaran yang menggunakan multimedia.

(24)

5

informasi yang sangat penting dan berkaitan langsung dengan proses pembelajaran dan siswa, seperti diungkapkan Sheffield (1996: 5-8) bahwa:

Many forces influence the mathematics content taught in elementary and middle school. Some have greater influence that other, and the influence shifts as times change. Nevertheless, all of the forces interact with one another. Among the most influential forces are professional organizations, mathematics textbooks, standardized achievement tests and state governmental bodies.

Kurikulum tahun 2013 yang mengusung paradigma belajar abad ke-21, diharapkan dapat membantu siswa untuk melakukan observasi, bertanya, bernalar (bereksplorasi dan mengasosiasi), dan mengkomunikasikan apa yang diperoleh atau diketahuinya yang merupakan kegiatan scientific yang harus dilakukan dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Untuk mendukung proses pembelajaran tersebut, maka diperlukan perangkat pembelajaran yang memungkinkan kegiatan tersebut dapat dilakukan di kelas. Selain itu, diharapkan setelah mengikuti proses pembelajaran tersebut, siswa diharapkan akan memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang lebih baik, sehingga pada akhirnya akan mewujudkan terciptanya masyarakat belajar (learning society), dimana setiap anggota masyarakat berhak mendapatkan pendidikan (education for all) dan menjadi pembelajaran seumur hidup (longlive education).

(25)

6

mencari, bertanya, bereksplorasi, mengasosiasikan serta mengkomunikasikan konsep maupun rumus-rumus yang didapatnya sebagai tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa.

Prinsip pembelajaran abad ke-21 seperti diuraikan di atas diharapkan termuat dalam buku teks/buku ajar siswa yang merupakan salah satu dari perangkat pembelajaran. Untuk itu, mengetahui kebutuhan siswa maupun guru terhadap perangkat pembelajaran yang digunakan menjadi sesuatu hal yang penting. Untuk mengetahui kebutuhan terhadap perangkat pembelajaran, maka disebarkanlah angket kepada guru maupun siswa. Melalui angket yang diberikan pada siswa kelas XIIPA-6 dan guru SMA Negeri 7 Medan pada tanggal 11 Juni

2014, diperoleh kesimpulan:

1. Setiap siswa hanya memiliki 1eksemplar buku ajar yang selalu digunakan dalam pembelajaran matematika.

2. Tidak setiap siswa memiliki sumber belajar (buku matematika) lain yang dijadikan referensi belajar.

3. Salah satu pokok materi dalam pelajaran matematika yang paling tidak disenangi siswa dan paling sulit diajarkan adalah kalkulus.

4. Menurut siswa dan guru, materi komposisi fungsi dan fungsi invers penting untuk dipelajari.

5. Guru kesulitan mencari masalah nyata (masalah otentik) untuk digunakan dalam mengajarkan materi komposisi fungsi dan fungsi invers.

(26)

7

7. Buku teks yang digunakan untuk mengajarkan materi komposisi fungsi dan fungsi invers adalah biasa saja (tidak terlalu menarik maupun membosankan). 8. Hasil belajar siswa pada materi komposisi fungsi dan fungsi invers cukup

baik, karena menurut siswa materi tersebut cukup sulit dipahami.

9. Sebagian besar siswa maupun guru, setuju jika disediakan buku ajar yang khusus membahas materi komposisi fungsi dan fungsi invers.

10.Guru dan siswa mengharapkan agar buku ajar yang dikembangkan berisi kegiatan penemuan konsep yang berkaitan dengan materi, contoh-contoh masalah nyata, dan kegiatan latihan menyelesaikan masalah.

11.Guru dan siswa mengharapkan agar lembar aktivitas yang dikembangkan berisi kegiatan penemuan konsep yang berkaitan dengan materi, kolom diskusi, dan kolom kesimpulan.

(27)

8

Topik-topik matematika yang termuat dalam buku teks matematika telah berkembang dengan mantap selama lebih dari ratusan tahun penerbitan. Melalui buku teks, seorang guru akandapat mendiagnosa dan mengevaluasi performa matematika siswa. Buku teks memungkinkan seorang guru memberikan latihan-latihan untuk memberikan penguatan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari sebelumnya serta dapat juga memberikan pengayaan berkenaan dengan konsep matematika dan keterampilan matematika yang dianggap penting dan baru bagi siswa.

The National Research Council menyatakan bahwa “New textbooks must

be designed and written to reflect the important principles of mathematics

curricula: genuine problems, calculators and computers; relevant applications;

reading and writing about mathematics; and active strategies for learning

(Sheffield, 1996: 7). Buku teks matematika tidak hanya merupakan kumpulan teori dan contoh soal serta latihan. Buku teks matematika juga harus berisi konsep yang dapat mencerminkan prinsip penting dari kurikulum matematika itu sendiri, seperti permasalahan sesungguhnya, melakukan perkiraan dan perhitungan, penerapannya dalam kehidupan siswa, literasi matematika, maupun strategi pembelajaran aktif.

(28)

9

dipahami oleh siswa akan semakin menurunkan minat siswa terhadap pelajaran matematika.

Selain permasalahan di atas, bahasa yang digunakan dalam buku teks untuk menginformasikan konsep yang diberikan menjadi penting untuk mengkomunikasikan apa-apa yang akan disampaikan. Bahasa yang digunakan dalam buku teks akan menentukan tingkat penyerapan siswa terhadap informasi yang diberikan. Semakin baik bahasa yang digunakan akan semakin baik tingkat keterbacaan buku teks tersebut. Spencer dkk (2008) menyatakan bahwa “agar para guru dapat membuat keputusan instruksional yang efektif yang dibutuhkan untuk menghilangkan masalah dengan area konten dalam buku teks, guru tidak hanya

mempertanyakan isi tetapi juga tingkat membaca buku teks”.

Untuk memahami masalah matematika yang diberikan dalam buku teks tidak cukup hanya sekedar memahami konsep saja. Masalah tidak rutin yang disajikan dalam konteks kehidupan sehari-hari pada buku teks akan dapat dipahami jika kemampuan membaca siswa cukup baik. Kemampuan membaca merupakan kemampuan memahami konteks untuk selanjutnya dinyatakan dalam model matematika. Oleh karena itu, buku teks harus disajikan menggunakan kata-kata atau kalimat yang mudah dipahami. Penggunaan kata-kata-kata-kata maupun kalimat yang sulit dipahami juga menjadi kendala tersendiri yang harus dihadapi siswa untuk memahami materi yang terdapat dalam buku teks. Hal ini sesuai dengan

pernyataan TIMSS bahwa “topics in the mathematics and science content

domains specify that students should be able to solve routine and non-routine

(29)

10

phenomena. Understanding the descriptions of the situations for these types of

problems necessarily involves reading”(Martin & Mullis, 2013: 5-6).

Selain buku teks sebagai bahan ajar, diperlukan juga perangkat lain yang membantu siswa memahami materi yang diberikan. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) merupakan perangkat pembelajaran yang dirancang untuk membantu siswa memahami materi pelajaran melalui suatu kegiatan yang terstruktur melalui berbagai masalah yang diberikan. Walaupun banyak sekali LAS yang diperjualbelikan di pasaran, tetap saja guru harus mempertimbangkan dengan bijak terkait LAS yang akan digunakan. Pada beberapa LAS hanya merupakan pemberian pemahaman terhadap materi, bukanlah bertujuan untuk mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Jadi dengan kata lain LAS tersebut hanyalah bentuk lain dari buku teks atau modul yang digunakan sebagai bahan materi ajar. Kebutuhan LAS ini diperkuat oleh hasil penelitian Chang dkk (2014: 132) yang

menyatakan bahwa “dengan meningkatnya ketersediaan buku teks dan kegiatan

praktek sebagai pekerjaan rumah, guru akan dapat meningkatkan proporsi waktu matematika yang digunakan untuk pengenalan materi baru dari 46 persen pada 2007 menjadi 58 persen pada tahun 2011 sekaligus mengurangi waktu latihan dari

39 persen menjadi 26 persen”. Buku teks dan LAS dapat memunginkan guru

untuk menggunakan waktu belajar di kelas bukan hanya untuk memperkenalkan materi baru, tetapi juga untuk memberikan cakupan topik dan material yang lebih, sehingga guru akan mampu untuk mengajarkan semua topik yang diharapkan akan diajarkan selama tahun pelajaran.

(30)

11

membentuk kemampuan dasar sesuai dengan indikator pencapaian hasil belajar yang harus dikuasainya seperti yang diungkapkan Orlich, dkk (2010: 118) bahwa

“lembar aktivitas akan membantu siswa terlibat dalam pembelajaran dalam

berbagai bentuk kegiatan dengan melibatkan berbagai keterampilan”. Bentuk LAS umumnya tidak memuat kegiatan tersebut, permasalahan yang diajukan merupakan kumpulan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab siswa dengan menggunakan rumus yang telah diberikan. Ini berarti LAS tersebut hanya mengharapkan bahwa siswa mampu mengaplikasikan rumus-rumus yang diberikan setelah menghapal konsep, bukan hanya membantu siswa dalam menemukan konsep maupun rumus berdasarkan suatu kegiatan pengamatan dan pemecahan masalah.

(31)

12

Konsep yang diperoleh berdasarkan suatu kesimpulan ini kemudian dikonfirmasikan untuk dibahas secara bersama-sama untuk menyatakan konsep yang tepat sebagai tujuan akhir pembelajaran. Kesesuaian uraian materi yang dijadikan konsep, keakuratan konsep dan ketersediaan materi pendukung sangat menentukan dalam membantu siswa menarik kesimpulan untuk dapat menyatakan konsep yang tepat sebagai tujuan akhir. Oleh karena itu penting bagi kita membuat kaitan antara buku teks dan LAS sebagai perangkat pembelajaran.

Untuk mengukur kemampuan siswa diperlukan penilaian yang tepat sehingga dapat memberikan gambaran yang menyeluruh tentang hasil belajar siswa. Penilaian dalam buku teks maupun LAS yang ada hanya terbatas pada aspek pengetahuan saja. Aspek penilaian yang lain seperti keterampilan dan sikapmasih kurang atau bahkan tidak termuat dalam buku teks maupun LAS. Akibatnya standar kompetensi lulusan yang telah ditentukan tidak dapat tercapai seluruhnya. Minimnya penilaian yang terdapat dalam buku teks mengharuskan guru untuk membuat seperangkat alat penilaianlainuntuk mengevaluasi hasil pencapaian siswa terhadap kompetensi inti dan kompetensi dasar mata pelajaran.

Ketika kita melakukan penilaian menggunakan tes, kemampuan peserta didik yang kita ukur adalah kemampuan kognitif saja sedang kemampuan afektif dan psikomotor belum terukur, walau demikian guru sudah dapat langsung menyimpulkan bagaimana kemampuan peserta didik tersebut. Menurut hasil

penelitian Mourtos dkk (2004), bahwa “ … for identifying the skills students need

to acquire and the attributes they must possess to be classified as competent

problem solvers, presents and analyzes data on student performance in these

(32)

13

evaluasi hanya berdasarkan kebenaran jawaban tes saja. Penilaian alternatif akan membantu dalam upaya memperbaiki dan melengkapi tes, sehingga penilaian hasil belajar tidak hanya berhubungan dengan hasil akhir (end product) tetapi juga menjadi bagian penting dalam proses pembelajaran.

Penilaian alternatif tidak dipersiapkan sebagai pengganti tes objektif buatan guru tetapi diharapkan dapat membantu meningkatkan efektifitas proses pembelajaran. Untuk memberikan gambaran yang menyeluruh tentang hasil belajar siswa diperlukan penilaian otentik sebagai alternatifnya. Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan untuk mengetahui segala hal terkait hasil

belajar siswa, seperti yang diungkapkan Kemendikbud (2013), bahwa “Asesmen

otentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu

menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya”. Atas dasar itu, guru dapat

mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remidial harus dilakukan. Aspek yang menjadi fokus penilaian tidak saja hanya kemampuan siswa menjawab permasalahan yang diberikan, tetapi juga bagaimana upaya siswa untuk memperoleh jawaban tersebut, mengapa siswa menggunakan strategi tersebut untuk menyelesaikan masalah, juga untuk mengetahui apakah jawaban tersebut diperolehnya sendiri atau dengan bantuan temannya yang lain, yang kesemuanya terkait dengan aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

(33)

14

yang dilakukan secara terus menerus untuk mengetahui perkembangan seorang siswa, apakah mengalami peningkatan atau tidak. Untuk membantu mengetahui perkembangan tersebut, setiap kegiatan penilaian yang dilakukan harus dimuat dalam catatan-catatan yang merupakan dokumen portofolio. Dokumen portofolio tersebut selanjutnya dievaluasi untuk mengetahui apakah seorang siswa telah mengalami peningkatan atau tidak dalam belajar. Jika tidak mengalami peningkatan, maka dilakukan refleksi untuk melakukan penyelidikan terkait penyebab terhambatnya perkembangan siswa tersebut.

Guru pada umumnya merasa cukup mengukur hasil belajar siswa berdasarkan tes yang diberikan baik secara tertulis maupun lisan sehingga aspek yang menjadi perhatian untuk penilaian hanyalah aspek kognitif siswa saja. Selain itu, performa yang dilakukan siswa pada saat belajar berlangsung juga tidak menjadi aspek yang perlu dinilai. Guru hanya perlu melihat apakah siswa sudah dapat melaksanakan kegiatan yang diharapkan atau tidak. Guru tidak merasa pelu mengetahui penyebab ketidakmampuan siswa untuk melaksanakan kegiatan yang diharapkan.

(34)

15

penting untuk dilaporkan. Akibatnya, orang tua siswa tidak dapat mengetahui sikap serta perkembangan yang telah dialami anak-anaknya selama mengikuti proses pembelajaran.

Untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa maka perlu bagi guru untuk merancang proses pembelajaran yang didukung oleh perangkat pembelajaran dan penilaian yang tepat. Permendikbud nomor 65 tahun 2013 menyatakan bahwa salah satu prinsip pembelajaran yang dilaksanakan haruslah mengacu pada kegiatan mencari tahu dengan pendekatan ilmiah (scientific) dengan model pembelajaran seperti project based learning, problem based learning, discovery learning dan cooperative learning. oleh karena itu, proses

pembelajaran yang dirancang haruslah inovatif dan didasarkan pada prinsip mencari tahu berbasis pendekatan ilmiah (mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan).

Proses pembelajaran yang dirancang berdasarkan prinsip mencari tahu harus didukung oleh perangkat pembelajaran yang tepat sehingga akan dapat lebih memudahkan siswa untuk mengikuti dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Penting bagi guru merancang perangkat pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran yang akan digunakan. Demikian pula dengan penilaian yang akan digunakan untuk mengukur hasil belajar siswanya.

(35)

16

ketuntasan belajar juga dapat meningkatkan keterampilan berpikir siswa. Lebih lanjut, Hasnawati mengingatkan bahwa bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama siswa untuk menyelesaikan masalah dan mencapai tujuan belajar bersama. Kesimpulan senada diungkapkan Sari (2010) setelah mendemonstrasikan model pembelajaran kooperatif di kelas. Menurut Sari, melalui kegiatan pemecahan masalah secara berkelompok (kooperatif) di kelas akan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Keterlibatan siswa secara penuh dalam pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa, terlebih lagi jika mengaitkan pembelajaran dengan pengetahuan yang sudah dipelajari.

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan pembelajaran kelompok maupun diskusi kelompok. Pembelajaran kooperatif mengharuskan setiap anggota tim bertanggung jawab atas tugas yang dibebankan kepadanya untuk selanjutnya mengkomunikasikan informasi yang diperoleh kepada seluruh anggota tim untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif, khususnya pada tipe jigsaw, mengharuskan masing-masing siswa menjadi ahli pada tugas yang dibebankan, karena itu mereka harus mengkomunikasikannya kepada rekan timnya dan memberikan bimbingan kepada siswa yang lain agar seluruh anggota tim dapat memahami materi. Dengan cara demikian, siswa tersebut akan mencapai zona perkembangan proksimalnya. Karena itu, penilaian pada pembelajaran kooperatif tidak hanya terfokus pada aspek ketuntasan individual saja, tetapi juga pada aspek ketuntasan kerjasama kelompok sebagai sebuah tim.

(36)

17

pembelajaran dengan model pembelajaran akan memudahkan siswa mengikuti sintaks pembelajaran sehingga waktu yang digunakan akan lebih efektif. Sangat sulit bagi guru mencari perangkat pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan. Perangkat pembelajaran yang disediakan umumnya mengacu pada pembelajaran konvensional yang langsung menyuguhkan materi berupa konsep dan rumus secara langsung tanpa ada kegiatan penemuan konsep secara ilmiah. Oleh karena itu, salah satu solusi yang mungkin adalah dengan mengembangkan sendiri perangkat pembelajaran dan penilaiannya sesuai dengan model pembelajaran inovatif yang digunakan.

Untuk mengembangkan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran yang dipilih. Guru harus mengetahui karakteristik model pembelajaran tersebut serta kegiatan yang akan dilaksanakan siswanya sesuai dengan sintaks model pembelajaran tersebut. Kesulitan-kesulitan yang harus ditempuh inilah yang membuat guru belum mengembangkan perangkat pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran inovatif seperti model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran dan Penilaian Otentik Berbasis Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Kemampuan

Pemecahan Masalah Siswa SMA/MA.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, masalah yang telah teridentifikasi antara lain:

(37)

18

2. Sumber belajar yang digunakan siswa hanya terbatas pada buku teks wajib yang direkomendasikan guru.

3. Siswa dan guru sangat membutuhkan perangkat pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengajarkan/mempelajari materi komposisi fungsi dan fungsi invers.

4. Buku teks hanya berisikan konsep-konsep seperti teorema dan rumus-rumus yang diberikan secara langsung tanpa proses penemuan ilmiah.

5. Guru belum mengembangkan perangkat pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran inovatif.

6. Penilaian hasil belajar yang diterapkan masih terbatas pada satu aspek saja, yaitu aspek pengetahuan.

1.3. Pembatasan Masalah

Berdasarkan judul penelitian dan identifikasi masalah, penelitian ini perlu dibatasi agar penelitian ini menjadi lebih terfokus. Masalah pada penelitian ini hanya dibatasi pada upaya pengembangan perangkat pembelajaran seperti RPP, buku siswa, buku petunjuk guru, dan LAS serta instrumen penilaian otentik berbasis penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa SMA/MA.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah yang telah diuraikan, selanjutnya masalah pada penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

(38)

19

kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi komposisi fungsi dan fungsi invers?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi komposisi fungsi dan fungsi invers dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan?

Tingkat efektivitas proses pembelajaran (Nieveen, 2007: 93) yang dimaksud akan diukur dengan mengacu pada pertanyaan penelitian berikut:

1. Bagaimana kadar aktivitas aktif siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe jigsaw pada materi komposisi fungsi dan fungsi invers?

2. Bagaimana tingkat kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe jigsaw pada materi komposisi fungsi dan fungsi invers?

3. Bagaimana respon siswa terhadap komponen dan proses pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe jigsaw pada materi komposisi fungsi dan fungsi invers?

4. Bagaimana pencapaian tujuan belajar siswa dilihat dari kemampuan pemecahan masalah siswa dengan menggunakan perangkat dan model kooperatif tipe jigsaw pada materi komposisi fungsi dan fungsi invers?

1.5. Tujuan Penelitian

(39)

20

1. Kadar aktivitas aktif siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis model kooperatif tipe jigsaw pada materi komposisi fungsi dan fungsi invers.

2. Tingkat kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis model kooperatif tipe jigsaw pada materi komposisi fungsi dan fungsi invers.

3. Respon siswa terhadap komponen dan proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis model kooperatif tipe jigsaw pada materi komposisi fungsi dan fungsi invers.

4. Pencapaian tujuan belajar siswa dilihat dari kemampuan pemecahan masalah dengan menggunakan model kooperatif tipe jigsaw pada materi komposisi fungsi dan fungsi invers baik secara individu maupun klasikal.

5. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi komposisi fungsi dan fungsi invers dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

(40)

21

2. Bagi siswa; membantu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah serta meningkatkan motivasi dan rasa percaya diri dalam pembelajaran matematika, khususnya yang berkaitan dengan komposisi fungsi dan fungsi invers.

3. Bagi kepala sekolah; menjadi bahan pertimbangan dalam memberikan solusi kepada guru dalam memilih sumber belajar yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran matematika sebagai upaya meningkatkan efektivitas proses pembelajaran di sekolah.

4. Bagi peneliti; menjadi bahan acuan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran maupun penilaian otentik menggunakan model pembelajaran inovatif lain yang cocok dengan implementasi kurikulum 2013.

1.7. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap beberapa variabel yang digunakan, maka perlu diperjelas definisinya sebagai berikut.

1. Model Koopertif tipe jigsaw merupakan pembelajaran yang dilaksanakan secara kooperatif (bekerjasama) untuk mencapai tujuan pembelajaran bersama melalui kegiatan kelompok asal dan kelompok ahli dengan sintaks pembelajaran meliputi kegiatan: 1) mengklarifikasi tujuan dan penetapan perangkat, 2) mempresentasikan informasi, 3) mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, 4) membantu kelompok kerja dan belajar, 5) menguji berbagai materi, dan 6) memberikan pengakuan.

(41)

22

kooperatif tipe jigsaw pada materi komposisi fungsi diukur melalui tingkat efektivitasnya terhadap pembelajaran.

3. Efektivitas proses pembelajaran merupakan kadar keberhasilan suatu proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang meliputi:

a. Kadar aktivitas aktif siswa merupakan persentase waktu yang digunakan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran dalam mencapai waktu idealnya. Aktivitas yang dinilai meliputi kegiatan menulis (mencatat, merangkum, menyimpulkan, menyelesaikan masalah, mengerjakan LAS), berdiskusi dengan siswa lain (berinteraksi untuk menemukan konsep dan mengerjakan LAS), berdiskusi dengan guru (menanggapi pertanyaan, mengajukan pertanyaan) serta membaca buku teks, LAS dan sumber belajar lain yang relevan dengan pelajaran.

b. Kemampuan guru mengelola proses pembelajaran merupakan kemampuan pengajar untuk mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif dalam proses pembelajaran, meliputi kemampuan mengembangkan sintaks model pembelajaran yang digunakan (sintaks model kooperatif tipe jigsaw) dan mererapkannya, pengelolaan waktu yang efisien, kemampuan menutup pelajaran, serta kemampuan mengelola kelas. Tingkatannya ditetapkan berdasarkan seberapa baik hasil evaluasi kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran sesuai sintaks model pembelajaran yang dikembangkan.

(42)

23

pembelajaran serta pendapat terhadap buku siswa dan LAS yang dikembangkan pada penelitian ini.

4. Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan untuk mengukur hasil belajar siswa secara keseluruhan mulai dari proses jawaban siswa untuk menyelesaikan masalah, proses berpikir siswa sebagai upaya mencari solusi maupun kegiatan yang dilakukannya dalam menyelesaikan masalah. Penilaian otentik yang digunakan terdiri atas tiga jenis penilaian, yaitu 1) penilaian kompetensi sikap yang dilakukan melalui penilaian diri dan penilaian teman, 2) penilaian kompetensi pengetahuan dilakukan melalui tes uraian dan penugasan, 3) penilaian kompetensi keterampilan dilakukan melalui unjuk kerja dan projek. Instrumen yang digunakan untuk ketiga jenis penilaian tersebut antara lain tes uraian, angket dan lembar observasi sehingga seluruh aspek dapat diamati dan dinilai dengan baik.

5. Pemecahan masalah merupakan kegiatan yang dilakukan siswa untuk untuk

(43)

244

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan temuan penelitian berdasarkan ujicoba (dua tahap ujicoba) penggunaan perangkat pembelajaran dan penilaian otentik dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, maka dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Ujicoba yang dilakukan dengan menggunakan perangkat pembelajaran dalam pembelajaran telah memenuhi efektivitas pembelajaran, dimana:

(44)

245

kompeten atau bantuan guru sehingga sehingga secara bertahap mengalami peningkatan nilai dalam menyelesaikan LAS.

b. Kemampuan guru mengelola pembelajaran termasuk kategori kurang baik pada ujicoba tahap I (belum memenuhi syarat efektivitas), dimana nilai kemampuan guru (NKG) sebesar 2,92 dengan rataan nilai kemampuan menerapkan sintaks pembelajaran sebesar 2,92 dan rataan nilai kemampuan mengelola waktu secara efisien sebesar 2,75; mengalami peningkatan pada saat ujicoba tahap II, dimana nilai kemampuan guru (NKG) sebesar 3,20 (telah memenuhi syarat efektivitas) dengan rataan nilai kemampuan menerapkan sintaks pembelajaran sebesar 3,51; rataan nilai kemampuan mengelola waktu secara efisien sebesar 3,00; rataan nilai kemampuan menutup pelajaran sebesar 3,00; dan rataan nilai kemampuan pengelolaan kelas sebesar 3,28.

(45)

246

d. Tujuan pembelajaran yang diharapkan telah tercapai dimana pada saat ujicoba II, nilai kemampuan pemecahan masalah siswa sudah memenuhi batas ketuntasan klasikal yaitu ada 75% dari 40 siswa (yang menjadi subjek penelitian) mendapat nilai lebih dari 2,66 (B-) walaupun pada ujicoba I, nilai kemampuan pemecahan masalah siswa masih dibawah batas ketuntasan klasikal yaitu hanya 62,5% dari 40 siswa (yang menjadi subjek penelitian) mendapat nilai lebih dari 2,66 (B-).

2. Terjadi peningkatan nilai kemampuan pemecahan masalah siswa, dimana rataan skor siswa pada saat pretes adalah 12,25, kemudian 67,72 pada saat formatif I, meningkat menjadi 70,55 pada saat formatif II dan menjadi 73,20 pada saat postes setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Dari segi ketuntasan, diperoleh bahwa ketuntasan pada formatif I adalah 62,50%, meningkat pada formatif II yaitu 75% dan pada postes adalah 77,5%. Peningkatan yang terjadi termasuk kategori sedang (rataan N-gain = 0,694) dan telah memenuhi ketuntasan klasikal yang ditetapkan (pada postes), yaitu ada 31 dari 40 siswa (77,5%) mendapatkan nilai lebih dari 2,66 (B-).

5.2. Implikasi

Mengacu pada hasil penelitian sebagaimana yang telah disimpulkan di atas, maka implikasi dari hasil penelitian tersebut diuraikan sebagai berikut: 1. Untuk dapat mengaktifkan siswa selama proses pembelajaran, guru dapat

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai salah satu alternatif model pembelajaran inovatif.

(46)

247

penyelesaian masalah, seperti memahami masalah, merencanakan strategi penyelesaian, melaksanakan rencana yang dibuat, dan memeriksa kembali penyelesaiannya melalui kegiatan interpretasi hasil penyelesaian masalah. 3. Kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran penting untuk

ditingkatkan, karena semakin baik kemampuan guru maka akan semakin baik proses pembelajaran yang dilakukan sehingga efektivitas pembelajaran akan dapat dicapai.

4. Untuk memunculkan respons siswa yang positif, guru perlu merencanakan dengan baik penggunaan komponen dan proses pembelajaran, seperti penggunaan buku siswa dan LAS dalam model pembelajaran inovatif seperti pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

5. Untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa khususnya pada materi komposisi fungsi dan fungsi invers, guru dapat menggunakan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan pada penelitian ini sebagai alternatif media/sumber pembelajaran.

6. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan ini masih perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tingkat konsistensi data, apakah perangkat yang dikembangkan ini memang benar-benar dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah jika diterapkan pada kegiatan ujicoba lanjutan.

5.3. Rekomendasi

(47)

248

1. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw hendaknya menjadi alternatif model pembelajaran bagi guru di SMA khususnya dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan menciptakan pembelajaran efektif. 2. Pemberian LAS pada siswa hendaklah disertai pemberian scaffolding sebagai

alternatif dalam mengaktifkan siswa selama proses pembelajaran serta sebagai latihan untuk menggunakan tahapan penyelesaian masalah, seperti memahami masalah, merencanakan strategi penyelesaian, melaksanakan rencana yang dibuat, dan memeriksa kembali penyelesaiannya melalui kegiatan interpretasi hasil penyelesaian masalah.

3. Untuk memenuhi kebutuhan siswa terhadap sumber/bahan ajar yang valid dan efektif sesuai dengan model pembelajaran, guru dapat mengembangkan perangkat pembelajarannya sendiri, yaitu dengan menggunakan model/ prosedur pengembangan Dick dan Carey yang terdiri atas 10 tahap.

4. Model pengembangan Dick dan Carey selain mampu menciptakan perangkat pembelajaran, juga dapat digunakan untuk mengembangkan penilaian (otentik) pembelajaran. Namun pengembangan penilaian otentik untuk menilai kemampuan pemecahan masalah belum spesifik dikaji dalam penelitian ini (hanya termuat dalam RPP dan soal pretes/postes), sehingga menarik untuk dikaji lebih dalam.

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Alpasiri, J. dan Chandra. (2012). Assessment and Teaching. Padang: Sukabina Press.

Arends, R. I. (2012). Learning to Teach. New York: McGraw Hill Companies, Inc.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Aronson, E. (2000). Jigsaw Classroom. (diakses www.jigsaw.org tanggal 12 Maret 2014).

Asmin. (2012). Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan Analisis Klasik dan Modern. Medan: Larispa Indonesia.

Bagarukayo, E., Weide, T., Mbakira, V., dan Kim, M. (2012). The Impact of Learning Driven Constructs on the Perceived Higher Order Cognitive Skills Improvement: Multimedia vs. Text dalam International Journal of Education and Development using Information and Communication Technology (IJEDICT). Vol. VIII (2): 120-130.

Borg, W., dan Gall, M. (2003). Educational Research; an Introduction 6th edition. Boston: Pearson.

BSNP. (2013). Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI dalam Buletin BSNP: Media Komunikasi dan Dialog Standar Pendidikan.Vol. VIII (1): 3-8

Chang, M. C., Shaeffer, S., Al-Samarrai, S., Ragatz, A. B., Joppe de Ree, dan Stevenson, R. (2014). Teacher Reform in Indonesia: The Role of Politics and Evidence in Policy Making. Washington DC: The World Bank.

Daryanto. (2013). Inovasi Pembelajaran Efektif. Bandung: Yrama Widya.

Depdiknas. (2006). Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar. Jakarta: Depdikbud.

Dick, W., dan Carey, L. (1978). The Systematic Design of Instruction. Boston: Scott, Foresman and Company.

---. (2005). The Systematic Design of Instruction; 6th edition. Boston: Pearson.

Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Effendi, Z., M. (2010). Istilah-istilah dalam Praktik Mengajar dan Pembelajaran.

Padang: UNP Press.

Hake, R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. Woodland Hills: Dept. of Physics, Indiana University.

(49)

Hasnawati. (2010). Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap hasil Belajar Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika Universitas Haluoleo Vol. III (2): 141-149.

Indrawati, Y. (2006). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru Matematika dalam Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada Sekolah Menengah Atas Kota Palembang. Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya. Vol. IV (7): 41-58.

Litton dan Wickett. (2009). This is Only A Test; Teaching for Mathematical Understanding in an Age of Standardized Testing. California: California Departement of Education (CDE) Press.

Misdalina. (2009). Pengembangan Materi Integral untuk SMA menggunakan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) di Palembang. Jurnal Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya, Vol. III (1): 61-74.

Mourtos, N. J., Okamoto, N. D., dan Rhee, J. (2004). Defining, Teaching, and Assessing Problem Solving Skill disampaikan dalam UICEE Annual

Conferenceon Engineering Education di Mumbai, 9 – 13 Pebruari 2004.

Muijs dan Reynolds. (2008). Effective Teaching; Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mullis. (2012). TIMSS 2011 International Results in Mathematics. Chestnut Hill: International Association for the Evaluation of Educational Achievement (IEA).

Mulyasa. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

NCTM. (1989). Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Virginia: NCTM, Inc.

NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Virginia: NCTM, Inc.

Nieveen, N. (2007). Formative Evaluation in Educational Design Research dalam An Introduction to Educational Design Research (Ed). Disampaikan dalam seminar di East China Normal University, Shanghai, 23-26 November 2007.

Nitko, A. J. (1996). Educational Assessment of Students. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Orlich, D. C., Harder, R. J., Callahan, R. C., Trevisan, M. S., dan Brown, A. H. (2010). Teaching Strategies: a Guide to Effective Instruction. Boston: Wadsworth, Cengage Learning.

(50)

Pemerintah R.I. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Pemerintah R.I. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 69 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Polya, G. (1975). How to Solve It: a New Aspect of Mathematical Method.

Diperbaharui oleh Conway, John.H. (2004). Princeton: Princeton Science Library.

Pritchard dan Woollard. (2010). Psychology for the Classroom: Constructivism and Social Learning. London: Routledge.

Pantiwati, Y. (2008). Instrumen Non Tes dalam Bahan Ajar Cetak: Penilaian Pembelajaran SD Unit 5. Jakarta: Depdiknas, Dirjen Dikti.

Rahayu, T. (2008). Pengembangan Instrumen Penilaian dalam Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) di SMPN 17 Palembang. Jurnal Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya, Vol. II (2): 17-33.

Reigeluth, C. M. (1998). Scope and Sequence Decisions for Quality Instruction. Bloomington: The School Restructuring Consortium, Indiana University Press.

Saragih, S. (2007). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi (tidak dipublikasikan). Bandung: Program Pascasarjana UPI Bandung.

Sari, E. N. (2010). Keefektifan Pendekatan Cooperative Learning dalam Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Tabularasa: Jurnal Pendidikan PPs Unimed. Vol. VII (2): 140-153.

Sheffield, L. J. dan Cruikshank, D. E. (1996). Teaching and Learning; Elementary and Middle School. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Sinaga, B. (2008). Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berdasarkan Masalah Berbasis Budaya Batak (PBM-B3). Medan: Universitas Negeri Medan (Laporan Hasil Penelitian Hibah Bersaing).

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Spencer, V. G., Carter, B. B., Boon, R. T., dan Simpson, C. G. (2008). If you Teach-You Teach Reading dalam International Journal of Special Education. Vol. 23 (2): 1-7.

(51)

Tati. (2009). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Kontekstual Pokok Bahasan Turunan di Madrasah Aliyah Negeri 3 Palembang, termuat dalam Jurnal Pendidikan Matematika edisi Januari 2009, Vol. III (1): 75-89.

Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Wahyudiati, D. (2010). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Model Pembelajaran Diskusi Pada Pokok Bahasan Energi dan Perubahannya Untuk Menumbuhkan Sikap Ilmiah Siswa. Jurnal Inovasi Pendidikan, Edisi Desember 2010: 1-21.

Westwood, P. (2004). Learning and Learning Difficulties; a Handboook for Teachers. Victoria: Australian Council for Educational Research (ACER) Press.

Referensi

Dokumen terkait

1) Pihak manajemen harus memperhatikan faktor sosial wisatawan, jenis hidangan yang disajikan, faktor produk yang ditawarkan kepada wisatawan, faktor pelayanan yang

[r]

Standar operasional prosedur merupakan pedoman kegiatan yang dilakukan anak dan guru dari kegiatan pelaksanaan toilet training. prosedur yang harus dipahami anak dari

Mangkunegara (2004:67) mengungkapkan pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam

EDS adalah proses evaluasi diri sekolah yang bersifat internal yang melibatkan pemangku kepentingan untuk melihat kinerja sekolah berdasarkan Standar Pelayanan Minimal

Hasil penelitian inaktivasi in situ memberikan fakta empiris mengenai efektivitas ameliorasi bahan organik dan dolomit serta pemupukan NPK pada dosis rasional untuk budidaya

Aplikasi sistem informasi geografis ini dapat menampilkan data- data yang berkaitan dengan informasi tempat wisata di wilayah DKI Jakarta, memberikan kemudahan

KAMPUS JAKARTA PANDUAN PENGAMBILAN MATA KULIAH PROGRAM SARJANA TERAPAN.