• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KECERDASAN ADVERSITAS SISWA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "MENINGKATKAN KECERDASAN ADVERSITAS SISWA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KECERDASAN ADVERSITAS SISWA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI

IMPROVING STUDENT'S ADVERSITY INTELLIGENCE THROUGH GROUP GUIDANCE SERVICE WITH DISCUSSION TECHNIQUES

Oleh:

Devi Widi Astuti1),Wa Ode Saktila Mayang Sari 2)

1)2)Universitas Halu Oleo Email:[email protected] Kata Kunci:

Kecerdasan Adversitas, Bimbingan

Kelompok, Teknik Diskusi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas layanan bimbingan kelompok teknik diskusi terhadap kecerdasan adversitas siswa. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif eksperimen dengan menggunakan desain one group pre-test and post-test. Subjek penelitian sebanyak 7 siswa yang memiliki tingkat kecerdasan adversitas rendah. Data dalam penelitian ini dikumpulkan menggunakan skala kecerdasan adversitas. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif persentase dan analisis statistik inferensial dengan menggunakan wilcoxon signed test. Data hasil analisis deskriptif persentase menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan adversitas sebelum diberikan layanan berada pada kategori rendah dengan skor rata-rata sebesar 55,04%. Sedangkan skor setelah diberikan layanan berada pada kategori tinggi dengan skor rata-rata sebesar 73,83%. Hasil wilcoxon signed test pada taraf signifikan α = 0,05 diperoleh Pvalue = 0,018. Karena Pvalue < α (0,018 < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik diskusi terbukti efektif untuk meningkatkan kecerdasan adversitas siswa.

Keywords:

Adversity

Intelligence, Group Guidance,

Discussion Techniques

ABSTRACT

This study aims to determine the effectiveness of group guidance services with discussion techniques on students' adversity intelligence. It is experimental research with a group pre-test and post-test design. The subjects were seven students with weak adversity intelligence. The data collection method used the adversity intelligence scale. The data analysis technique used was descriptive percentage analysis and inferential statistical analysis using the Wilcoxon signed test. The data from the descriptive analysis showed that the scores of adversity intelligence before the service were in a low category, with an average score of 55.04%. The score after the service is high, with an average score of 73.83%. The results of the Wilcoxon signed test at a significant level of a = 0.05 obtained P-value = 0.018. Because P-value <

α (0.018 < 0.05), It means that the group guidance service with discussion techniques is effective for increasing students' adversity intelligence.

(2)

Pendahuluan

Setiap individu dalam kehidupan memiliki cara yang berbeda-beda dalam menyikapi suatu masalah, sehingga ada yang berakhir dengan kegagalan, ada pula yang berakhir dengan kesuksesan. Demikian pula dalam dunia pendidikan, seseorang mungkin akan mengalami kesulitan saat dihadapkan dengan tantangan. Ketika individu dihadapkan pada kesulitan dan tantangan hidup kebanyakan individu menjadi berhenti berusaha dan menyerah sebelum kemampuan dan tenaganya benar-benar teruji.

Banyak orang yang mudah menyerah sebelum berperang. Sehingga mereka inilah yang disebut dengan rendah kecerdasan adversitasnya.

Setiap siswa yang ingin mendapatkan prestasi belajar yang baik membutuhkan daya juang yang tinggi agar dapat meraih hasil belajar yang berkembang dan meningkat. Ketangguhan dan daya juang ini merupakan penemuan dari Paul G. Stoltz sebagai kecerdasan ketegaran atau daya juang yang disebut kecerdasan adversitas (AQ). Stoltz (2000: 8) menyatakan bahwa kecerdasan adversitas memberikan gambaran seseorang tentang seberapa jauh mampu bertahan menghadapi kesulitan dan kemampuan untuk mengatasi kesulitan tersebut, sehingga kecerdasan adversitas adalah ukuran atau standar yang dipakai untuk menentukan tingkat kemampuan siswa dalam menghadapi berbagai kesulitan yang dialami.

Stoltz (2000:18-19) membagi manusia menjadi tiga kategori dalam pemahamannya mengenai kecerdasan adversitas, yaitu mereka yang berhenti (quitters) yakni siswa yang berada pada kategori ini disebut memiliki kecerdasan adversitas yang rendah karena cepat menyerah pada situasi atau masalah, mereka yang berkemah (campers) yakni disebut dengan kecerdasan adversitas sedang di mana siswa yang masih memiliki sedikit inisiatif dan semangat untuk meraih keinginan, dan para pendaki (climbers) adalah siswa yang memiliki kecerdasan adversitas tinggi di mana siswa yang akan terus membangkitkan diri pada pertumbuhan dan perputaran waktu sehingga tidak mudah menyerah.

Fenomena kecerdasan adversitas yang rendah ditemukan di Sekolah Menengah Atas (SMAN) 1 Lambuya di mana mayoritasnya ditemukan di kelas XI IPA 1. Berdasarkan hasil wawancara guru bimbingan dan konseling terdapat gejala-gejala siswa yang berada pada tingkatan quitters yakni memunyai kecerdasan adversitas yang rendah, hal ini, terlihat dari adanya siswa yang tidak mampu mengendalikan suatu masalah dalam dirinya, tidak mampu mengetahui penyebab munculnya masalah yang dialami, masalah yang dialami memengaruhi aspek kehidupan lain, serta waktu terjadinya masalah berlangsung lama.

Pada dasarnya, individu dengan tingkat kecerdasan adversitas yang tinggi merupakan individu yang diharapkan mampu memenuhi tujuan pendidikan terutama pendidikan menengah. Tohirin (2007:

172) menyatakan bahwa layanan bimbingan kelompok merupakan suatu upaya pembimbing atau konselor membantu memecahkan masalah-masalah pribadi yang dialami masing-masing anggota kelompok melalui kegiatan kelompok agar tercapai perkembangan yang optimal. Layanan bimbingan kelompok dipilih karena semua individu bisa berperan lebih aktif sehingga terjadi dinamika kelompok karena memungkinkan terjadinya pertukaran pemikiran, pengalaman, mendengar dan memahami pendapat teman.

Terdapat beberapa teknik dalam layanan bimbingan kelompok untuk dapat meningkatkan kecerdasan adversitas siswa, salah satunya teknik diskusi kelompok. Diskusi kelompok merupakan percakapan yang terencana antara tiga orang atau lebih dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau untuk memperjelas suatu persoalan yang terpimpin. Diskusi kelompok dilakukan dengan tujuan yang jelas dan terencana. Pelaksanaan diskusi kelompok terdapat seorang pemimpin yang bertugas mengatur jalannya diskusi agar tujuan dari diskusi kelompok dapat tercapai. Dengan meningkatnya kecerdasan adversitas terutama melalui layanan bimbingan kelompok teknik diskusi, siswa akan mampu mengatasi dan mengurangi kesulitan yang terjadi pada dirinya karena telah memiliki wawasan yang luas mengenai kesulitan maupun halangan yang sedang terjadi ataupun akan dihadapi siswa tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecerdasan adversitas siswa sebelum dan setelah mengikuti layanan bimbingan teknik diskusi, serta untuk mengetahui efektifitas layanan bimbingan kelompok teknik diskusi dalam meningkatkan kecerdasan adversitas siswa. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas layanan bimbingan kelompok teknik diskusi terhadap kecerdasan adversitas siswa.

(3)

Pengertian Kecerdasan Adversitas

Kecerdasan adversitas (Adversity Quotient) atau lebih dikenal dengan istilah AQ merupakan teori yang dibutuhkan untuk mencapai suatu kesuksesan. Kecerdasan adversitas dikembangkan pertama kali oleh Paul G. Stoltz. Seorang konsultan bisnis yang dikenal secara internasional. Stoltz menganggap bahwa IQ dan EQ yang sedang marak dibicarakan itu tidaklah cukup untuk meramalkan kesuksesan seseorang. Kata “adversity” bila diartikan dalam Bahasa Indonesia bermakna kesengsaraan atau kemalangan, atau dapat pula diartikan sebagai suatu kondisi kesulitan, sementara

“quotient” bila diartikan dalam bahasa Indonesia berarti hasil bagi (Echols dan Shadily, 2003).

Stoltz (2000: 8) mendefinisikan kecerdasan adversitas sebagai kemampuan untuk menghadapi dan mengatasi kesulitan. Parvathy dan Praseeda (2014: 23) mengemukakan bahwa kecerdasan adversitas merupakan kapasitas untuk mengatasi kesulitan dalam hidup. Vinas dan Malabanan (Azaria dan Suprihatin, 2017: 80) mendefinisikan kecerdasan adversitas sebagai suatu pengukuran tentang individu memandang dan menyelesaikan suatu tantangan dalam hidup. Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa kecerdasan adversitas adalah kecerdasan yang dimiliki seseorang di dalam mengatasi berbagai kesulitan dan tantangan dalam hidup.

Aspek-aspek Kecerdasan Adversitas

Stoltz (Edwin, 2016: 7) menyatakan bahwa kecerdasan adversitas memiliki empat aspek, yaitu sebagai berikut:

1. C = Control (kendali)

Ditujukan untuk mengetahui seberapa banyak kendali seseorang atas suatu masalah.

2. O2 = Origin and Ownership (Asal Usul dan Pengakuan)

Pandangan seseorang terhadap suatu masalah dan pengakuan atas akibat yang ditimbulkan seseorang pada masalah tertentu.

3. R = Reach (jangkauan)

Jangkauan pengaruh masalah yang dialami seseorang dalam aspek-aspek kehidupan lainnya.

4. E = Endurance (Daya Tahan)

Pandangan seseorang terhadap jangka waktu berlangsungnya suatu masalah.

Faktor-faktor Pembentuk Kecerdasan Adversitas

Faktor-faktor pembentuk kecerdasan adversitas yang dikemukakan oleh Stoltz (2009: 93-95) adalah sebagai berikut:

1. Daya Saing

AQ yang rendah diakibatkan karena seseorang tidak memiliki daya saing ketika menghadapi kesulitan, sehingga kurangnya kemampuan untuk menghadapi kesulitan.

2. Produktivitas

Respon konstruktif seseorang terhadap kesulitan dapat membantu meningkatkan kinerja yang lebih baik, dan respon yang destruktif memengaruhi kinerja menjadi rendah.

3. Motivasi

Orang-orang yang AQ-nya tinggi merupakan seseorang yang memiliki motivasi, sehingga dapat mengatasi kesulitan dengan motivasi yang dimilikinya.

4. Mengambil resiko

Orang-orang yang merespon kesulitan secara lebih konstruktif atau orang-orang yang memiliki AQ yang tinggi bersedia mengambil lebih banyak resiko terhadap tindakan yang akan dilakukan.

5. Perbaikan

Setiap orang harus dapat melakukan perbaikan supaya bisa bertahan hidup.

Pengertian Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok adalah upaya pemberian bantuan dan informasi yang diberikan oleh orang yang ahli kepada sejumlah siswa (dua orang atau lebih) dengan memanfaatkan dinamika kelompok untuk mencapai tujuan tertentu yang berguna bagi kehidupan siswa serta untuk pengambilan keputusan yang tepat.

(4)

Asas-asas Bimbingan Kelompok

Prayitno (2015: 115), menjelaskan bahwa ada beberapa asas dalam kegiatan pelayanan bimbingan kelompok.

1. Asas kerahasiaan

Segala sesuatu yang dibahas dan muncul dalam kegiatan kelompok hendaknya menjadi rahasia kelompok yang hanya boleh diketahui oleh anggota kelompok dan tidak disebarluaskan ke luar kelompok.

2. Asas keterbukaan

Para anggota bebas dan terbuka mengemukakan pendapat, ide, saran, tentang apa saja yang yang dirasakan dan dipikirkannya tanpa adanya rasa malu dan ragu-ragu.

3. Asas kesukarelaan

Kesukarelaan anggota kelompok dimulai sejak awal rencana pembentukan kelompok oleh konselor (pemimpin kelompok).

4. Asas kenormatifan

Asas kenormatifan dipraktikkan berkenaan dengan cara-cara berkomunikasi dan bertatakrama dalam kegiatan kelompok, dan dalam mengemas isi bahasan.

Tahap Pelaksanaan Bimbingan Kelompok

Prayitno (1995: 110-115) mengemukakan bahwa ada empat tahap yang perlu dilalui dalam pelaksanaan bimbingan kelompok, yaitu :

1. Tahap pembentukan

Tahap ini merupakan tahap pengenalan dan pelibatan dari anggota dalam kelompok dengan bertujuan agar anggota memahami maksud bimbingan kelompok.

2. Tahap peralihan

Tahap ini adalah tahap transisi atau tahap peralihan dari tahap pembukaan ke tahap kegiatan.

Dalam tahap ini dijelaskan kegiatan apa yang harus dilakukan atau dilaksanakan pemimpin kelompok dengan menegaskan jenis kegiatan kelompok tugas atau kelompok bebas.

3. Tahap kegiatan

Tahap ini merupakan tahap inti dari kegiatan bimbingan kelompok dengan suasana yang ingin dicapai, yaitu terselesaikannya secara tuntas permasalahan yang dihadapi oleh anggota kelompok, baik yang menyangkut perkembangan kemampuan berkomunikasi maupun menyangkut pemecahan masalah yang dikemukakan oleh kelompok.

4. Tahap pengakhiran

Kegiatan suatu kelompok tidak dapat berlangsung terus-menerus tanpa berhenti. Setelah kegiatan kelompok memuncak pada tahap ketiga, kegiatan kelompok ini kemudian menurun dan selanjutnya kelompok akan mengakhiri kegiatannya pada saat yang dianggap cepat.

Pengertian Teknik Diskusi Kelompok

Teknik diskusi kelompok merupakan salah satu teknik dalam bimbingan kelompok di mana kegiatan yang dilakukan melalui dinamika kelompok yang berjumlah beberapa orang untuk memecahkan suatu permasalahan yang sedang dibahas dalam kelompok dengan cara bertukar pikiran, saling memberikan masukan sehingga dengan adanya diskusi kelompok tersebut dapat menghasilkan sebuah solusi terhadap masalah yang dibahas dalam diskusi kelompok tersebut.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Lambuya yang beralamat di Desa Meraka, Kecamatan Lambuya, Kabupaten Konawe. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2020 sampai bulan Agustus 2021. Jenis dan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pre- eksperimental dengan menggunakan model one group pre-test post-test design. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMAN 1 Lambuya yang berjumlah 7 orang siswa dari kelas XI IPA 1 yang diperoleh berdasarkan hasil skala screening kecerdasan adversitas.

(5)

Penelitian ini menggunakan skala kecerdasan adversitas yang disusun berdasarkan aspek-aspek kecerdasan adversitas sebagai alat pengumpulan data untuk mengetahui keefektifan layanan bimbingan kelompok teknik diskusi. Teknik analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif persentase untuk mengetahui gambaran umum tingkat kecerdasan emosional siswa sebelum dan sesudah diberikan intervensi berupa layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi dan analisis statistik inferensial dengan menggunakan uji wilcoxon signed rank test dengan menggunakan bantuan komputer SPSS Versi 25.0 untuk menguji hipotesis penelitian.

Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian

Analisis Deskriptif Persentase

Berdasarkan analisis data, diperoleh gambaran kecerdasan adversitas siswa di SMAN 1 Lambuya sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Adapun hasil analisis data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1

Perbandingan Skor Pre-test dan Post-test Siswa

Dari tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa sebelum diberi perlakuan tingkat kecerdasan adversitas siswa masuk dalam kategori rendah dengan persentase rata-rata mencapai 58.04%, sedangkan setelah diberikan perlakuan tingkat kecerdasan adversitas siswa berada pada kategori tinggi dengan rata-rata persentase 73.83%. Hal tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan adversitas siswa SMAN 1 Lambuya mengalami peningkatan 18.79% setelah diberikan perlakuan berupa layanan bimbingan kelompok teknik diskusi.

Analisis Statistik Inferensial

Analisis data untuk mengetahui apakah layanan bimbingan kelompok teknik diskusi efektif dalam meningkatkan kecerdasan adversitas siswa kelas XI IPA 1 di SMAN 1 Lambuya dilakukan analisis statistik non parametrik dengan uji wilcoxon signed rank. Berikut ini hasil perhitungan uji wilcoxon signed rank dengan menggunakan SPSS 25.0 for windows.

Tabel 2

Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test Test Statisticsa

Post-Test Pre-Test

Z -2.366b

Asymp. Sig. (2-tailed) .018 a. Wilcoxon Signed Ranks Test

b. Based on negative ranks.

(6)

Berdasarkan hasil analisis statistik inferensial dengan menggunakan uji wilcoxon signed rank pada taraf signifikan α = 0,05 diperoleh Pvalue= 0,018. Pvalue < α (0,018 < 0,05) dengan demikian hipotesis Ha diterima dan H0 ditolak. Hal ini berarti layanan bimbingan kelompok teknik diskusi dapat meningkatkan kecerdasan adversitas siswa kelas XI IPA 1 di SMA Negeri 1 Lambuya.

Pembahasan

Hasil analisis data terhadap subjek penelitian sebanyak 7 siswa, dapat diketahui bahwa kecerdasan adversitas siswa sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok teknik diskusi (pre-test) termasuk dalam kategori rendah yaitu 55,04%. Kemudian setelah mendapat perlakuan berupa layanan bimbingan kelompok teknik diskusi (post-test) terjadi peningkatan skor persentase yaitu 73,83% dan termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini diperkuat dengan hasil analisis data statistik bahwa berdasarkan hasil perhitungan Wilcoxon Signed Rank Test pada tabel test statistic diperoleh nilai Asymp.Sig (2-tailed) = 0,018 < 0,05, artinya Ha diterima. Dengan kata lain, kecerdasan adversitas siswa dapat dikembangkan melalui layanan bimbingan kelompok teknik diskusi.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan keekefektifan dari bimbingan kelompok dalam menangani berbagai masalah siswa juga turut didukung oleh hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Aidha (2013) dengan judul penelitian “Penerapan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Diskusi Kelompok untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII D SMP Negeri 1 Ngariboyo”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa bimbingan kelompok dengan teknik diskusi dapat meningkatkan motivasi belajar 8 orang siswa. Hal tersebut ditandai dengan adanya perbedaan motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah penerapan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi. Bukti keefektifan dari bimbingan kelompok dalam membantu siswa mengembangkan kemampuan adversity quotient siswa juga ditunjukkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Arifyanto, Silondae dan Darma (2020), di mana diketahui bahwa terjadi perubahan kemampuan adversity quotient 9 orang siswa yang awalnya berada pada kategori rendah, setelah diberi layanan bimbingan kelompok siswa-siswa tersebut kemampuan adversity quotient menjadi meningkat yakni berada pada kategori tinggi. Sedikit berbeda dengan penelitian yang peneliti lakukan, walaupun penelitian yang dilakukan oleh Arifyanto dkk (2020) hanya menggunakan bimbingan kelompok, akan tetapi hal tersebut terbukti efektif dalam meningkatkan adversity quotient siswa. Selanjutnya, masih dalam fokus yang sama yakni intervensi bimbingan kelompok dalam membantu siswa meningkatkan adversity quotient siswa, penyisipan teknik lain masih terbukti efektif.

Diketahui dari hasil penelitan Susilawati, Mustika dan Supriatna (2021) dengan menggunakan teknik self-instruction untuk meningkatkan adversity quotient siswa underachiever menunjukkan hasil yang serupa yakni terjadi peningkatan serta respon positif siswa terhadap layanan yang telah diberikan.

Terakhir, penelitian Nurvita (2019) menujukkan hal serupa, di mana terjadi peningkatan adversity quotient siswa melalui strategi focus group discussion.

Bimbingan kelompok teknik diskusi dapat membantu siswa dalam meningkatkan kecerdasan adversitas dikarenakan bimbingan kelompok teknik diskusi lebih efisien waktu dan ekonomis dibandingkan konseling individu, juga secara langsung siswa akan belajar untuk saling mengembangkan kemampuan pribadi seperti dalam hal pemecahan masalah secara kelompok atau bersama-sama antara anggota kelompok dan pemimpin kelompok. Menurut Suyanto (Nursalim dan Suradi, 2002) karakteristik dari proses diskusi di mana dalam kegiatan tersebut siswa secara besama- sama aktif memecahkan masalah yang dihadapi oleh mereka. Melalui proses tersebut siswa dapat mengolah kemampuan mereka dalam berbicara dan mengungkapkan opini mereka serta mengambil makna atau pelajaran dari pengalaman teman-temannya.

Keberhasilan pemberian layanan bimbingan kelompok teknik diskusi terhadap kecerdasan adversitas yang dialami oleh siswa menjadi meningkat tidak dapat dipisahkan dari antusiasme siswa dalam pelaksanaan bimbingan kelompok teknik diskusi. Semangat siswa yang muncul untuk mengikuti pelaksanaan bimbingan kelompok menjadi modal awal pengambilan keputusan yang dirumuskan dalam proses bimbingan kelompok. Hal tersebut menunjukkan adanya perubahan perilaku siswa, yakni dari segi kemampuan menghadapi tantangan siswa mulai menunjukkan peningkatan pada aspek percaya diri, menyukai tantangan, fokus pada pencarian solusi, memrediksi

(7)

apa yang akan terjadi ketika masalah tidak terselesaikan, semangat dan motivasi yang kuat menghadapi tantangan. Kemudian dari segi kemampuan menghadapi kesulitan siswa mulai menunjukkan peningkatan pada aspek mampu menyelesaikan masalah, tenang menghadapi masalah, pantang menyerah dan menganggap kesulitan bersifat sementara. Layanan bimbingan kelompok teknik diskusi ini dapat meningkatkan kecerdasan adversitas siswa kelas XI IPA 1 di SMA Negeri 1 Lambuya. Dengan meningkatnya kecerdasan adversitas siswa tersebut maka siswa dapat mengatasi berbagai kesulitan yang dialami terutama dalam bidang belajar dengan baik dan benar, serta dapat menyelesaikan berbagai kesulitan yang dialami tersebut.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan adversitas siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Lambuya termasuk dalam kategori rendah, hal tersebut terlihat dari hasil skor skala screening dan skala kecerdasan adversitas siswa (pre-test) dengan skor rata-rata sebesar 131,00 (55,04%). Setelah diberikan perlakuan berupa layanan bimbingan kelompok teknik diskusi (post-test), tingkat kecerdasan adversitas siswa meningkat dengan skor rata-rata 175,71 (73,83%). Peningkatan kecerdasan adversitas siswa tersebut sebesar 18,79%. Hasil analisis data dengan menggunakan uji wilcoxon signed rank pada taraf signifikan α = 0,05 diperoleh Pvalue = 0,018. Pvalue < α (0,018 < 0,05) dengan demikian hipotesis Ha diterima dan H0 ditolak, hal ini berarti layanan bimbingan kelompok teknik diskusi efektif dalam meningkatkan kecerdasan adversitas siswa kelas XI IPA 1 di SMA Negeri 1 Lambuya.

Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian antara lain:

1. Bagi guru BK

Berdasarkan hasil penelitian ini, layanan bimbingan kelompok teknik diskusi dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif yang dapat digunakan oleh guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan kecerdasan adversitas siswa.

2. Bagi siswa

Menerapkan apa yang telah diperoleh melalui layanan bimbingan kelompok teknik diskusi dan berusaha mengembangkan kemampuan dalam menghadapi kesulitan agar dapar mengatasi setiap masalah yang muncul terutama dalam tuntutan akademik.

3. Bagi penelitian lebih lanjut

Peneliti lain hendaknya menggunakan layanan ataupun teknik-teknik lainnya yang dipandang dapat meningkatkan kecerdasan adversitas siswa.

Daftar Pustaka

Aidha, N. H P. (2013). Penerapan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Diskusi Kelompok Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII D SMP Negeri 1 Ngariboyo. Jurnal BK UNNESA, Vol. 3, No. 1.

Arifyanto, Alber Tigor, Dodi Priyatmo Silondae dan Muhammad Akbar Abdi Darma. (2020).

Implementasi Layanan Bimbingan Kelompok terhadap Kemampuan Adversity Quotient Siswa Sekolah Menengah Pertama. Psychocentrum Review, Vol. 2, No. 1, Hal. 37-47.

Azaria, U. N. & Suprihatin, T. (2017). Adversity Quotient pada Siswa Home Schooling. Jurnal Psikologi, Vol. 12, No. 2, Hal. 79-86.

Echols, J. M & Shadily, H. (2003). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Edwin, R. (2016). Hubungan Adversity dengan Motivasi Berprestasi pada Mahasiswa yang Mengikuti Organisasi Intra (BEFA). Skripsi. Universitas Muhammadiyah Malang.

(8)

Nurihsan, Achmad Juntika. (2010). Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT. Refika Aditama.

Nursalim, M dan Suradi. 2002. Layanan Bimbingan dan Konseling. Surabaya: Unesa University Press.

Nurvita, Nanda. (2019). Peningkatan Adversity Quotient Melalui Strategi Focus Group Discussion Pada Mahasiswa. Jurnal At-Taujih, Vol. 2, No. 1, Hal. 54-70.

Parvathy, U. & Praseeda, M. (2014). Relationship between Adversity Quotient and Academic Problem among Student Teacher. Journal of Humanities and Social Science, Vol. 19, No. 11, Hal. 23-16.

Prayitno dan Amti, E . (2015). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Stoltz, Paul G. (2005). Adversity Quotient Mengubah Hambatan Menjadi Peluang terjemahan Hermaya. Jakarta: PT. Gramedia.

Susilawati, Mustika, R Ika, dan Supriatna, Ecep. 2021. Penerapan Layanan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Self Instruction untuk Meningkatan Adversity Quotient Pada Siswa Underachiever. Fokus, Vol. 4, No. 1, Hal 1-12.

Tohirin. (2007). Bimbingan dan Konseling Di sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada.

Vinas, Danny Kaye D. & Malabanan, Miriam Grace Aquino. (2015). Adversity Quotient and Coping Strategies of College Students in Lyceum of the Philippines University. Asia Pacific Journal of Education, Arts and Sciences, Vol. 2, No. 3, 68-72.

Winkel, W.S. & Sri Hastuti. (2004). Bimbingan dan Konseling I Institusi Pendidikan. Yogyakarta:

Media Abad.

Yoga, M. (2016). Adversity Quotient: Agar Anak Tak Gampang Menyerah. Solo: Tinta Medina.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengurangan kandungan parameter limbah dan kebutuhan air yang digunakan dalam proses produksi batik setelah menggunakan air dari

Definisi yang diberikan ini ada kebenarannya kerana pembelajaran orang dewasa sebelum ini juga telah disentuh tentang adanya hubungan pembelajaran dengan urusan manusia itu

Analisis Implementasi ASEAN Currency Unit (ACU) Berbasis Parallel Currency Di Kawasan ASEAN ; Totok Boy Aryansyah, 080810101076; 2012; 86 Halaman; Jurusan Ilmu Ekonomi

The aims of this research is investigate the intonation pattern of teachers talk in the classroom and investigate the illocuttionary function served by teacher in the classroom..

Dalam bangunan Arena Pameran Industri di Yogyakarta pondasi yang akan digunakan pada bangunan ada 2 jenis, yakni Pondasi Foot Plat untuk massa bangunan utama dan Pondasi Menerus

Pelacak Lengkung Transistor merupakan rangkaian yang dapat mendeteksi karakteristik Ic/Vce suatu transistor yang terdiri dari beberapa blok rangkaian yang masing-masing blok

Unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak: C, H, O, N, S, P K, S, Ca, dan Mg Unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit: Fe, B, Mn, Cu, Zn, Mo, Cl dan Ni Unsur karbon

4. Menciptakan tata kelola keperintahan yang baik. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani dalam pembangunan kesehatan melalui kerja sama nasional dan