i
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH
KABUPATEN GROBOGAN TAHUN ANGGARAN
2008-2010
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Disusun Oleh :
FARIS YULIANTO B 200 080 002
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
ii ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Grobogan Tahun Anggaran 2008-2010. Penelitian ini mengambil lokasi di Kabupaten Grobogan. Sedangkan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data keuangan APBD Kabupaten Grobogan Tahun Anggaran 2008-2010. Adapun teknik pengumpulan data adalah dengan dokumentasi dan wawancara yang dilakukan di Pemerintah Daerah Kabupaten Grobogan.
Metode penelitian yang dilakukan adalah Deskriptif Komparatif, dengan menggunakan beberapa Rasio Keuangan yaitu Rasio Cair, Rasio Hutang Terhadap Aset, Rasio Ekuitas Dana Terhadap Total Aset, Rasio Belanja Operasi Terhadap Total Belanja, Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja, Rasio PAD Terhadap Total Pendapatan, Rasio Dana Perimbangan Terhadap Total Pendapatan, Rasio Flexibilitas I, Rasio Flexibilitas II, Rasio FlexibilitasIII, dan Rasio FlexibilitasIV.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1). Berdasarkan Rasio Cair yang ditunjukkan angka rasio rata-rata adalah 158,72% yang berarti sangat baik dalam menjamin kewajiban jangka pendeknya. (2). Berdasarkan Rasio Hutang Terhadap Aset yang ditunjukkan angka rasio rata-rata adalah 4,74% yang berarti pembiayaan pembangunan yang dilakukan tidak bergantung dari dana pinjaman. (3). Berdasarkan Rasio Ekuitas Dana Terhadap Total Aset yang ditunjukkan angka rasio rata-rata adalah 95,25% yang berarti hampir seluruh biaya pembangunan dibiayai dari dana hasil aktifitas operasi. (4). Berdasarkan Rasio Belanja Operasi Terhadap Total Belanja yang ditunjukkan angka rasio rata-rata adalah 84,44% yang berarti realisasi pembiayaan lebih banyak digunakan untuk kegiatan non-fisik. (5). Berdasarkan Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja yang ditunjukkan angka rasio rata-rata adalah 14,35% yang berarti masih rendahnya realisasi pembiayaan yang digunakan untuk kegiatan fisik. (6). Berdasarkan Rasio PAD Terhadap Total Pendapatan yang ditunjukkan angka rasio rata-rata adalah 8,27% yang berarti kontribusi PAD terhadap total pendapatan masih sangat rendah. (7). Berdasarkan Rasio Dana Perimbangan Terhadap Total Pendapatan yang ditunjukkan angka rasio rata-rata adalah 82,08% yang berarti masih sangat bergantung terhadap pemerintah pusat. (8). Berdasarkan Rasio Flexibilitas I yang ditunjukkan angka rasio rata-rata adalah 100,55% yang berarti memiliki pendapatan yang fleksibel. (9). Berdasarkan Rasio Flexibilitas II yang ditunjukkan angka rasio rata-rata adalah 38,15% yang berarti tidak fleksibel. (10). Berdasarkan Rasio Flexibilitas III yang ditunjukkan angka rasio rata-rata adalah 32,.27% yang berarti tidak fleksibel. (11). Berdasarkan Rasio Flexibilitas IV yang ditunjukkan angka rasio rata-rata adalah 182,65% yang berarti memiliki modal kerja yang likuid dalam membiayai kewajiban jangka pendeknya.
iv
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran daerah disebut Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah (APBD), baik untuk propinsi maupun kabupaten dan kota. Proses penyusunan anggaran dalam UU No 32 Tahun 2004 melibatkan dua pihak yakni eksekutif dan yudikatif. Eksekutif sebagai pelaksana operasional daerah berkewajiban membuat draft/ rancangan APBD yang hanya bisa diimplementasikan apabila sudah disahkan oleh DPRD dalam proses ratifikasi anggaran (Ekawarna, Sam, Rahayu, 2009).
v
dan diharapkan dengan adanya otonomi daerah ini, kemandirian daerah dapat diwujudkan lewat struktur PAD yang kuat (Hidayat, Pratomo, dan Harjito, 2007).
Adanya kewenangan yang lebih besar memberikan peluang kepada daerah menggali berbagai potensi daerah dan mengoptimalisasi berbagai sumber daya yang dimiliki dan pada gillirannya dapat mendorong tercapainya kemampuan keuangan yang lebih baik (Setiaji dan Adi Priyo, 2007).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang dapat diambil adalah: “Bagaimana kinerja keuangan Pemerintah Daerah di
Kabupaten Grobogan jika dilihat dari analisis rasio Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2008-2010?”.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah lebih terfokus pada kinerja keuangan daerah (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ) di Kabupaten Grobogan Tahun Anggaran 2008-2010.
D. Tujuan Penelitian
vi E. Manfaat Penelitian
Adapun manfat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
a. Mengetahui posisi keuangan Pemerintah Daerah di Kabupaten Grobogan tahun anggaran 2008-2010.
b. Mengetahui perbedaan kondisi keuangan di Kabupaten Grobogan tahun anggaran 2008-2010.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
a. Otonomi Daerah
1) Pengertian Otonomi Daerah
Otonomi daerah disini berhubungan dengan pelimpahan wewenang dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah.
2) Daerah Otonom
vii 3) Hakekat Otonomi Daerah
Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan yang lebih besar dalam pengurusan maupun pengelolaan daerah termasuk didalamnya pengelolaan keuangan (Mardiasmo, 2002).
4) Tujuan Otonomi Daerah
Menurut Smith (1985) dalam analisis OSIS dikemukakan oleh Syarif Hidayat dalam Halim (2001: 23) tujuan otonomi daerah dibedakan menjadi dua kepentingan yaitu kepentingan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
5) Prinsip-prinsip Otonomi Daerah
Menurut UU No. 12 Tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah dalam penjelasan umum bahwa Otonomi Daerah menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a) Prinsip Otonomi Daerah seluas-luasnya b) Prinsip Otonomi Daerah yang nyata c) Otonomi yang bertanggungjawab b. Tinjauan Keuangan Daerah
1) Kemampuan keuangan daerah
viii
mengatur tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan otonomi daerah.
2) Pengelolaan Penerimaan dan Pengeluaran daerah Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 (telah mengalami perubahan sebanyak dua kali terakhir Permendagri No. 21 Tahun 2011 c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
1) Pengertian APBD
Menurut Halim (2002: 245) definisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada dasarnya merupakan rencana kerja pemerintah daerah yang diwujudkan dalam bentuk uang (rupiah) selama periode tertentu (satu tahun) serta merupakan salah satu instrumen utama kebijakan dalam upaya penyelenggaraan otonomi daerah untuk meningkatkan pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat daerah. 2) Perencanaan APBD
a) Perencanaan Makro b) Perencanaan Meso c) Perencanaan Mikro 3) Jenis-jenis anggaran
Secara garis besar, anggaran dapat diklasifikasikan menjadi (Noerdiawan, 2002: 50) :
ix d) Pelaporan (Reporting) e) Pemeriksaan (Post Audit)
d. Pengukuran Kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Pengukuran kinerja dilakukan untuk memenuhi tiga tujuan yaitu (Mardiasmo, 2002: 122) :
1) Memperbaiki kinerja pemerintah.
2) Mengalokasikan sumber daya dan pembuatan keputusan.
3) Mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.
e. Akuntabilitas
1) Pengertian Akuntanbilitas
Rosjidi (dalam Setyawan, 2003: 105) secara sederhana menyebutkan bahwa Akuntabilitas (Accountability) diartikan sebagai pertanggungjawaban.
2) Jenis Akuntabilitas
Akuntabilitas Publik terdiri dari dua macam : a) Akuntabilitas Vertikal
b) Akuntabilitas Horizontal
f. Analisis Rasio Keuangan pada APBD
x
Analisis rasio keuangan adalah suatu proses yang mengidentifikasikan ciri-ciri yang penting tentang keadaan keuangan dan kegiatan perusahaan berdasarkan laporan keuangan yang tersedia. 2) Macam-macam Rasio Keuangan pada APBD yang digunakan BPK
(Badan Pemeriksa Keuangan) 1) Rasio Cair (quick ratio)
2) Rasio Hutang Terhadap Asset (debt ratio) 3) Rasio Ekuitas Dana Terhadap Total Aset
4) Rasio Belanja Operasi Terhadap Total Belanja
5) Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja
6) Rasio Pendapatan Asli Daerah Terhadap Total Pendapatan
7) Rasio Dana Perimbangan Terhadap Total Pendapatan
c. Macam-macam Rasio Keuangan pada APBD yang digunakan DJPK (Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan)
1) Rasio Fleksibilitas I 2) Rasio Fleksibilitas II 3) Rasio Fleksibilitas III 4) Rasio Fleksibilitas IV
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
xi
mendapatkan gambaran tentang kinerja keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Grobogan apabila ditinjau melalui analisis Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey.
B. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara langsung dan melalui perantara atau diperoleh dan dicatat oleh pihak lain (Nur Indriantoro, Bambang Supomo, 2002:147). Data sekunder dalam penelitian ini adalah data keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2008-2010. APBD tersebut diperoleh dari Pemerintah Daerah Kabupaten Grobogan.
C. Metode Pengumpulan Data
Dokumentasi
Merupakan cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori-teori, hukum-hukum, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan (Hadari Nawawi, 1991:133)
xii D. Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah Deskriptif Komparatif. Data yang berasal dari APBD dianalisis dengan menggunakan beberapa rasio keuangan yang digunakan BPK dan DJPK yaitu:
Macam-macam Rasio Keuangan pada APBD yang digunakan BPK:
1) Rasio Cair (quick ratio)
Rumus = Aset lancar-Persediaan Hutang Jangka Pendek
2) Rasio Hutang Terhadap Asset (debt ratio)
Rumus = Total Kewajiban Total Aset
3)Rasio Ekuitas Dana Terhadap Total Aset
Rumus = Total Ekuitas Dana Total Aset
4) Rasio Belanja Operasi Terhadap Total Belanja
Rumus = Belanja Operasi Total Belanja
5)Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja
xiii
6) Pendapatan Asli Daerah Terhadap Total Pendapatan
Rumus = PAD Total Pendapatan
7) Rasio Dana Perimbangan Terhadap Total Pendapatan
Rumus = Total Pendapatan Dana Perimbangan Total Pendapatan
Macam-macam Rasio Keuangan pada APBD yang digunakan DJPK 1) Rasio Fleksibilitas I
Rumus = Pendapatan Belanja
2) Rasio Fleksibilitas II
Rumus = Pendapatan-Belanja Pegawai Pendapatan
3) Rasio Fleksibilitas III
Rumus = (Pendapatan-Transfer yang Mengikat)-Belanja Pegawai Pendapatan
4) Rasio Fleksibilitas IV
Rumus = Aset lancar
xiv
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
1. Rasio Cair (quick ratio)
Dari hasil perhitungan Rasio Cair antara tahun 2008-2010, pada tahun
2008 di peroleh hasil 102,50%, pada tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi
155,16%,dan pada tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi 218,51%.
Berdasarkan ketentuan BPK artinya Pemerintah Kabupaten Grobogan antara
tahun 2008-2010 mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam menjamin
pembayaran kewajiban jangka pendeknya karena nilai yang didapat selalu diatas
100%.
2. Rasio Hutang Terhadap Asset
Dari hasil perhitungan Rasio Hutang Terhadap Asset antara tahun 2008-2010, pada tahun 2008 di peroleh hasil 6,80%, Pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 4,52%, dan pada tahun 2010 juga mengalami penurunan menjadi 2,91%. Berdasrkan ketentuan dari BPK hal ini menunjukkan tingkat rasio yang sangat baik karena pembiayaan pembangunan dari tahun ke tahun semakin tidak bergantung pada dana yang berasal dari pinjaman melainkan sebagian besar kegiatan pembangunan ditanggung hasil aktifitas operasi.
3. Rasio Ekuitas Dana Terhadap Total Asset
Dari hasil perhitungan Rasio Ekuitas Dana Terhadap Total asset antara
xv
mengalami kenaikan menjadi 95,47%, dan pada tahun 2010 juga mengalami
kenaikan menjadi 97,09%. Berdasarkan ketentuan BPK angka yang mendekati
100% berarti baik, artinya pembiayaan pembangunan sebagian besar ditanggung
oleh kemampuan sendiri. Capaian sebesar 93,19%, 95,47% dan 97,09%
menunjukkan kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten Grobogan yang sangat baik,
artinya hampir seluruh biaya pembangunan dibiayai dari dana hasil aktifitas operasi
(bukan pinjaman).
4. Rasio Belanja Operasi Terhadap Total Belanja
Dari hasil perhitungan Rasio Belanja Operasi Terhadap Total Belanja
antara tahun 2008-2010, pada tahun 2008 di peroleh hasil 78,88%, pada tahun 2009
mengalami kenaikan menjadi 84,77%, dan pada tahun 2010 juga mengalami
kenaikan menjadi 89,68%. Berdasarkan ketentuan BPK maka dapat disimpulkan
bahwa realissi anggaran lebih banyak untuk membiayai kegiatan non fisik/non
belanja modal karena rasio yang didapatkan semua diatas 50%.
5. Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja
xvi
6. Pendapatan Asli Daerah Terhadap Total Pendapatan
Dari hasil perhitungan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Total Pendapatan antara tahun 2008-2010, pada tahun 2008 di peroleh hasil 7,37%, pada tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 9,14%, dan pada tahun 2010 mengalami penurunan lagi menjadi 8,30%. Menurut ketentuan BPK rasio yang mendekati 100% merupakan hal yang baik, dengan demikian disadari bahwa seluruh angka rasio juga menunjukkan bahwa sekitar ± 90% pembiayaan pembangunan masih bergantung kepada dana perimbangan dari pusat maupun propinsi. Kenyataan ini menjadikan pemicu bagi Pemerintah Kabupaten Grobogan untuk bekerja lebih keras lagi, lebih kreatif dan inovatif lagi dalam upaya mengoptimalkan penerimaan asli daerahnya.
7. Rasio Dana Perimbangan Terhadap Total Pendapatan
Dari hasil perhitungan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Total Pendapatan
antara tahun 2008-2010, pada tahun 2008 diperoleh hasil 84,73%, pada tahun 2009
mengalami penurunan menjadi 82,49%, dan pada tahun 2010 juga mengalami
penurunan menjadi 79,03%. Menurut ketentuan BPK maka dapat disimpulkan
bahwa Pemerintah Kabupaten Grobogan masih sangat bergantung pada Pemerintah
Pusat karena rasio yang didapatkan semua diatas 50%.
8. Rasio Fleksibilitas I
Dari hasil perhitungan Rasio Fleksibilitas I antara tahun 2008-2010, pada
tahun 2008 di peroleh hasil 93,38%, pada tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi
103,66, dan pada tahu 2010 juga mengalami kenaikan menjadi 104,62%. Menurut
xvii
katakan memiliki pendapatan yang Fleksibel karena rasio total pendapatan terhadap
belanja kurang dari 1 atau 100%, tetapi pada tahun 2009-2010 Pemerintah
Kabupaten Grobogan dapat dikatakan memiliki pendapatan yang fleksibel karena
rasio total pendapatan terhadap belanja lebih dari 1 atau 100%.
9. Rasio Fleksibilitas II
Dari hasil perhitungan Rasio Rasio Fleksibilitas II antara tahun 2008-2010, pada tahun 2008 di peroleh hasil 39,85%, pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 37,15%, dan pada 2010 mengalami kenaikan tipis menjadi 37,46%. Menurut ketentuan DJPK Pemerintah Kabupaten Grobogan antara tahun 2008-2010 belum dapat di katakan fleksibel karena rasio yang didapat kurang dari 0,5 atau 50%.
10. Rasio Fleksibilitas III
Dari hasil perhitungan Rasio Fleksibilitas Tingkat III antara tahun
2008-2010, pada tahun 2008 di peroleh hasil 37,39%, pada tahun 2009 mengalami
penurunan menjadi 31,89%, dan pada tahun 2010 juga mengalami penurunan
menjadi 27,83%. Menurut ketentuan DJPK rasio yang bernilai kurang dari 0.5 atau
50% menempatkan Pemerintah Kabupaten Grobogan dalam posisi yang kurang
fleksibel untuk mengalokasikan pendapatan yang tidak mengikat untuk membiayai
belanja selain belanja Pegawai menurut arah kebijakan pembangunan daerah
Kabupaten Grobogan.
11. Rasio Fleksibilitas IV
xviii
sehingga dapat dikatakan bahwa Pemerintah Kabupaten Grobogan memiliki modal kerja yang likuid dalam membiayai kewajiban jangka pendeknya karena rasio yang didapat selalu diatas 100%. Dengan demikian Pemerintah Kabupaten Grobogan memiliki fleksibilitas tingkat IV untuk membiayai kewajiban jangka pendeknya.
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil perhitungan Analisis Rasio Keuangan pada APBD, Laporan Arus Kas dan Neraca, dapat diperoleh simpulan bahwa Kinerja keuangan pemerintah Kabupaten Grobogan pada tahun 2008-2010 sudah dapat dikatakan baik, tetapi dalam memenuhi Belanja Modal dan PAD masih rendah. Sedangkan simpulan masing-masing rasio sebagai berikut:
Rasio yang digunakan BPK:
1. Berdasarkan Rasio Cair antara tahun 2008-2010, selalu didapatkan nilai diatas
100%, artinya Pemerintah Kabupaten Grobogan antara tahun 2008-2010
mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam menjamin pembayaran
kewajiban jangka pendeknya. Artinya Pemerintah Kabupaten Grobogan dapat
menjamin kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar non persediaan
yang ada.
2. Berdasarkan Rasio Hutang Terhadap Asset angka rasio yang didapat sebesar
6,80%, 4,52% dan 2,91% menunjukkan tingkat rasio yang sangat baik artinya
pembiayaan pembangunan sebagian besar ditanggung hasil aktifitas operasi
xix
3. Untuk Rasio Ekuitas Dana Terhadap Total Asset capaian sebesar 93,19%,
95,47% dan 97,09% menunjukkan kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten
Grobogan yang sangat baik, artinya hampir seluruh biaya pembangunan
dibiayai dari dana hasil aktifitas operasi (bukan pinjaman). Artinya
pembiayaan pembangunan sebagian besar ditanggung oleh kemampuan
sendiri.
4. Berdasarkan Rasio Belanja Operasi Terhadap Total Belanja antara tahun
2008-2010 diperoleh rasio sebesar 78,88%, 84,77% dan 89,68%, maka dapat
disimpulkan bahwa realissi anggaran lebih banyak untuk membiayai kegiatan
non fisik/non belanja modal karena rasio yang didapatkan semua diatas 50%.
5. Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja sebagai kebalikan dari rasio
belanja operasi terhadap total belanja, rasio belanja modal terhadap total
belanja Pemerintah Kabupaten Grobogan sebesar 21,02%, 11,98% dan
10,16%. Dilihat dari rendahnya rasio yang didapat, berarti bahwa Pemerintah
Kabupaten Grobogan masih kurang menitikberatkan pada belanja modal yang
digunakan untuk kegiatan pembangunan fisik infrastruktur yang membawa
kearah perkembangan pembangunan yang lebih baik.
6. Hasil perhitungan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Total Pendapatan antara
tahun 2008-2010 didapatkan nilai sebesar 7,37%, 9,14%, dan 8,30% Dengan
demikian disadari bahwa seluruh angka rasio juga menunjukkan bahwa sekitar
± 90% pembiayaan pembangunan masih bergantung kepada dana
perimbangan dari pusat maupun propinsi. Kenyataan ini menjadikan pemicu
bagi Pemerintah Kabupaten Grobogan untuk bekerja lebih keras lagi, lebih
kreatif dan inovatif lagi dalam upaya mengoptimalkan penerimaan asli
xx
7. Hasil perhitungan Rasio Dana Perimbangan Terhadap Total Pendapatan antara
tahun 2008-2010 diperoleh rasio sebesar 84,73%, 82,49% dan 79,03%, maka
dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Kabupaten Grobogan masih sangat
bergantung pada Pemerintah Pusat karena rasio yang didapatkan semua diatas
50%.
Rasio yang digunakan DJPK:
1. Hasil perhitungan Rasio Fleksibilitas I Pemerintah Kabupaten Grobogan
pada tahun 2008 belum dapat di katakan memiliki pendapatan yang
Fleksibel karena rasio total pendapatan terhadap belanja kurang dari 1 atau
100%, tetapi pada tahun 2009-2010 Pemerintah Kabupaten Grobogan dapat
dikatakan memiliki pendapatan yang fleksibel karena rasio total pendapatan
terhadap belanja lebih dari 1 atau 100%.
2. Hasil perhitungan Rasio Fleksibilitas II Pemerintah Kabupaten Grobogan
antara tahun 2008-2010 belum dapat di katakan fleksibel karena rasio yang
didapat sebesar 39,85%, 37,15%, dan 37,46% yang berarti kurang dari 0,5
atau 50%.
3. Hasil perhitungan Rasio Fleksibilitas III untuk Pemerintah Kabupaten
Grobogan bernilai kurang dari 0.5 atau 50% yaitu 37,39%, 31,89% dan
27,83% sehingga dapat dikatakan bahwa Pemerintah Kabupaten Grobogan
kurang fleksibel untuk mengalokasikan pendapatan yang tidak mengikat
untuk membiayai belanja selain belanja Pegawai menurut arah kebijakan
pembangunan daerah Kabupaten Grobogan.
4. Hasil perhitungan Rasio Fleksibilitas IV untuk Kabupaten Grobogan bernilai
xxi
Pemerintah Kabupaten Grobogan memiliki modal kerja yang likuid dalam
membiayai kewajiban jangka pendeknya. Dengan demikian Pemerintah
Kabupaten Grobogan memiliki fleksibilitas tingkat IV untuk membiayai
kewajiban jangka pendeknya. Atau dengan kata lain sudah terdapat
ketersediaan modal kerja sehingga Pemerintah daerah akan semakin leluasa
dalam membiayai program dan kegiatan sesuai dengan arah kebijakan
pembangunan daerah tersebut.
B. Saran
Berdasarkan simpulan yang dipaparkan diatas, dapat diberikan beberapa saran-saran yaitu sebagai berikut:
1. Hasil perhitungan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Total Pendapatan menunjukkan angka yang masih rendah, oleh karena itu pemerintah harus berusaha lebih keras untuk meningkatkan PADnya. Diantaranya dengan mengoptimalkan potensi-potensi yang dimiliki oleh daerah, dengan mengawasi secara ketat terhadap kegiatan pemungutan sumber-sumber PAD sehingga penyimpangan yang mungkin dilakukan oleh aparatur daerah dapat dihindari.
2. Tetap memberikan perhatian lebih pada Belanja Modal yang mempunyai output yang lebih signifikan dibandingkan Belanja Operasi.
3. Menjaga ketersediaan modal sehingga lebih leluasa dalam menjalankan program pembangunan.
xxii
DAFTAR PUSTAKA
Hadari Nawawi, 1991. Metode AnalisisData. Jakarta: Salemba Empat.
Halim, Abdul. 2002. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi Pertama, Jakarta : Salemba Empat.
Hidayat, Paidi,Pratomo, Wahyu Ario dan Harjito, D. Agus. 2007. Analisis Kinerja Keuangan Kabupaten/Kota Pemekaran Di Sumatra Utara. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 12, No. 3, Desember 2007.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : Andi.
Nur Indriantoro, Bambang Supomo, 2002. Metode Penelitian. Jakarta: Salemba Empat.
Noerdiawan, Deddi. 2006. Akuntansi Sektor Publik.Jakarta: Salemba Empat. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan kedua Dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Setiaji, Wirawan dan Adi, Priyo Hari. 2007. Peta Kemampuan Keuangan Daerah Sesudah Otonomi Daerah Apakah Mengalami Pergeseran. SNA, 10, 26-28 Juli 2007.
Setyawan, Setu. 2003. Pengukuran Kinerja Anggaran Keuangan Daerah Pemerintah Kota Malang dilihat dari Perspektif Akuntabilitas. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Volume 1, Agustus 2003.
Undang-Undang Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Perintah Daerah.