• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN TAHUN ANGGARAN Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Grobogan Tahun Anggaran 2008-2010.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN TAHUN ANGGARAN Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Grobogan Tahun Anggaran 2008-2010."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH

KABUPATEN GROBOGAN TAHUN ANGGARAN

2008-2010

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun Oleh :

FARIS YULIANTO B 200 080 002

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)

ii ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Grobogan Tahun Anggaran 2008-2010. Penelitian ini mengambil lokasi di Kabupaten Grobogan. Sedangkan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data keuangan APBD Kabupaten Grobogan Tahun Anggaran 2008-2010. Adapun teknik pengumpulan data adalah dengan dokumentasi dan wawancara yang dilakukan di Pemerintah Daerah Kabupaten Grobogan.

Metode penelitian yang dilakukan adalah Deskriptif Komparatif, dengan menggunakan beberapa Rasio Keuangan yaitu Rasio Cair, Rasio Hutang Terhadap Aset, Rasio Ekuitas Dana Terhadap Total Aset, Rasio Belanja Operasi Terhadap Total Belanja, Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja, Rasio PAD Terhadap Total Pendapatan, Rasio Dana Perimbangan Terhadap Total Pendapatan, Rasio Flexibilitas I, Rasio Flexibilitas II, Rasio FlexibilitasIII, dan Rasio FlexibilitasIV.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1). Berdasarkan Rasio Cair yang ditunjukkan angka rasio rata-rata adalah 158,72% yang berarti sangat baik dalam menjamin kewajiban jangka pendeknya. (2). Berdasarkan Rasio Hutang Terhadap Aset yang ditunjukkan angka rasio rata-rata adalah 4,74% yang berarti pembiayaan pembangunan yang dilakukan tidak bergantung dari dana pinjaman. (3). Berdasarkan Rasio Ekuitas Dana Terhadap Total Aset yang ditunjukkan angka rasio rata-rata adalah 95,25% yang berarti hampir seluruh biaya pembangunan dibiayai dari dana hasil aktifitas operasi. (4). Berdasarkan Rasio Belanja Operasi Terhadap Total Belanja yang ditunjukkan angka rasio rata-rata adalah 84,44% yang berarti realisasi pembiayaan lebih banyak digunakan untuk kegiatan non-fisik. (5). Berdasarkan Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja yang ditunjukkan angka rasio rata-rata adalah 14,35% yang berarti masih rendahnya realisasi pembiayaan yang digunakan untuk kegiatan fisik. (6). Berdasarkan Rasio PAD Terhadap Total Pendapatan yang ditunjukkan angka rasio rata-rata adalah 8,27% yang berarti kontribusi PAD terhadap total pendapatan masih sangat rendah. (7). Berdasarkan Rasio Dana Perimbangan Terhadap Total Pendapatan yang ditunjukkan angka rasio rata-rata adalah 82,08% yang berarti masih sangat bergantung terhadap pemerintah pusat. (8). Berdasarkan Rasio Flexibilitas I yang ditunjukkan angka rasio rata-rata adalah 100,55% yang berarti memiliki pendapatan yang fleksibel. (9). Berdasarkan Rasio Flexibilitas II yang ditunjukkan angka rasio rata-rata adalah 38,15% yang berarti tidak fleksibel. (10). Berdasarkan Rasio Flexibilitas III yang ditunjukkan angka rasio rata-rata adalah 32,.27% yang berarti tidak fleksibel. (11). Berdasarkan Rasio Flexibilitas IV yang ditunjukkan angka rasio rata-rata adalah 182,65% yang berarti memiliki modal kerja yang likuid dalam membiayai kewajiban jangka pendeknya.

(3)
(4)

iv

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran daerah disebut Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah (APBD), baik untuk propinsi maupun kabupaten dan kota. Proses penyusunan anggaran dalam UU No 32 Tahun 2004 melibatkan dua pihak yakni eksekutif dan yudikatif. Eksekutif sebagai pelaksana operasional daerah berkewajiban membuat draft/ rancangan APBD yang hanya bisa diimplementasikan apabila sudah disahkan oleh DPRD dalam proses ratifikasi anggaran (Ekawarna, Sam, Rahayu, 2009).

(5)

v

dan diharapkan dengan adanya otonomi daerah ini, kemandirian daerah dapat diwujudkan lewat struktur PAD yang kuat (Hidayat, Pratomo, dan Harjito, 2007).

Adanya kewenangan yang lebih besar memberikan peluang kepada daerah menggali berbagai potensi daerah dan mengoptimalisasi berbagai sumber daya yang dimiliki dan pada gillirannya dapat mendorong tercapainya kemampuan keuangan yang lebih baik (Setiaji dan Adi Priyo, 2007).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang dapat diambil adalah: “Bagaimana kinerja keuangan Pemerintah Daerah di

Kabupaten Grobogan jika dilihat dari analisis rasio Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2008-2010?”.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah lebih terfokus pada kinerja keuangan daerah (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ) di Kabupaten Grobogan Tahun Anggaran 2008-2010.

D. Tujuan Penelitian

(6)

vi E. Manfaat Penelitian

Adapun manfat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

a. Mengetahui posisi keuangan Pemerintah Daerah di Kabupaten Grobogan tahun anggaran 2008-2010.

b. Mengetahui perbedaan kondisi keuangan di Kabupaten Grobogan tahun anggaran 2008-2010.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

a. Otonomi Daerah

1) Pengertian Otonomi Daerah

Otonomi daerah disini berhubungan dengan pelimpahan wewenang dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah.

2) Daerah Otonom

(7)

vii 3) Hakekat Otonomi Daerah

Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan yang lebih besar dalam pengurusan maupun pengelolaan daerah termasuk didalamnya pengelolaan keuangan (Mardiasmo, 2002).

4) Tujuan Otonomi Daerah

Menurut Smith (1985) dalam analisis OSIS dikemukakan oleh Syarif Hidayat dalam Halim (2001: 23) tujuan otonomi daerah dibedakan menjadi dua kepentingan yaitu kepentingan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

5) Prinsip-prinsip Otonomi Daerah

Menurut UU No. 12 Tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah dalam penjelasan umum bahwa Otonomi Daerah menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut :

a) Prinsip Otonomi Daerah seluas-luasnya b) Prinsip Otonomi Daerah yang nyata c) Otonomi yang bertanggungjawab b. Tinjauan Keuangan Daerah

1) Kemampuan keuangan daerah

(8)

viii

mengatur tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan otonomi daerah.

2) Pengelolaan Penerimaan dan Pengeluaran daerah Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 (telah mengalami perubahan sebanyak dua kali terakhir Permendagri No. 21 Tahun 2011 c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

1) Pengertian APBD

Menurut Halim (2002: 245) definisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada dasarnya merupakan rencana kerja pemerintah daerah yang diwujudkan dalam bentuk uang (rupiah) selama periode tertentu (satu tahun) serta merupakan salah satu instrumen utama kebijakan dalam upaya penyelenggaraan otonomi daerah untuk meningkatkan pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat daerah. 2) Perencanaan APBD

a) Perencanaan Makro b) Perencanaan Meso c) Perencanaan Mikro 3) Jenis-jenis anggaran

Secara garis besar, anggaran dapat diklasifikasikan menjadi (Noerdiawan, 2002: 50) :

(9)

ix d) Pelaporan (Reporting) e) Pemeriksaan (Post Audit)

d. Pengukuran Kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Pengukuran kinerja dilakukan untuk memenuhi tiga tujuan yaitu (Mardiasmo, 2002: 122) :

1) Memperbaiki kinerja pemerintah.

2) Mengalokasikan sumber daya dan pembuatan keputusan.

3) Mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.

e. Akuntabilitas

1) Pengertian Akuntanbilitas

Rosjidi (dalam Setyawan, 2003: 105) secara sederhana menyebutkan bahwa Akuntabilitas (Accountability) diartikan sebagai pertanggungjawaban.

2) Jenis Akuntabilitas

Akuntabilitas Publik terdiri dari dua macam : a) Akuntabilitas Vertikal

b) Akuntabilitas Horizontal

f. Analisis Rasio Keuangan pada APBD

(10)

x

Analisis rasio keuangan adalah suatu proses yang mengidentifikasikan ciri-ciri yang penting tentang keadaan keuangan dan kegiatan perusahaan berdasarkan laporan keuangan yang tersedia. 2) Macam-macam Rasio Keuangan pada APBD yang digunakan BPK

(Badan Pemeriksa Keuangan) 1) Rasio Cair (quick ratio)

2) Rasio Hutang Terhadap Asset (debt ratio) 3) Rasio Ekuitas Dana Terhadap Total Aset

4) Rasio Belanja Operasi Terhadap Total Belanja

5) Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja

6) Rasio Pendapatan Asli Daerah Terhadap Total Pendapatan

7) Rasio Dana Perimbangan Terhadap Total Pendapatan

c. Macam-macam Rasio Keuangan pada APBD yang digunakan DJPK (Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan)

1) Rasio Fleksibilitas I 2) Rasio Fleksibilitas II 3) Rasio Fleksibilitas III 4) Rasio Fleksibilitas IV

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

(11)

xi

mendapatkan gambaran tentang kinerja keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Grobogan apabila ditinjau melalui analisis Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey.

B. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara langsung dan melalui perantara atau diperoleh dan dicatat oleh pihak lain (Nur Indriantoro, Bambang Supomo, 2002:147). Data sekunder dalam penelitian ini adalah data keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2008-2010. APBD tersebut diperoleh dari Pemerintah Daerah Kabupaten Grobogan.

C. Metode Pengumpulan Data

Dokumentasi

Merupakan cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori-teori, hukum-hukum, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan (Hadari Nawawi, 1991:133)

(12)

xii D. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah Deskriptif Komparatif. Data yang berasal dari APBD dianalisis dengan menggunakan beberapa rasio keuangan yang digunakan BPK dan DJPK yaitu:

Macam-macam Rasio Keuangan pada APBD yang digunakan BPK:

1) Rasio Cair (quick ratio)

Rumus = Aset lancar-Persediaan Hutang Jangka Pendek

2) Rasio Hutang Terhadap Asset (debt ratio)

Rumus = Total Kewajiban Total Aset

3)Rasio Ekuitas Dana Terhadap Total Aset

Rumus = Total Ekuitas Dana Total Aset

4) Rasio Belanja Operasi Terhadap Total Belanja

Rumus = Belanja Operasi Total Belanja

5)Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja

(13)

xiii

6) Pendapatan Asli Daerah Terhadap Total Pendapatan

Rumus = PAD Total Pendapatan

7) Rasio Dana Perimbangan Terhadap Total Pendapatan

Rumus = Total Pendapatan Dana Perimbangan Total Pendapatan

Macam-macam Rasio Keuangan pada APBD yang digunakan DJPK 1) Rasio Fleksibilitas I

Rumus = Pendapatan Belanja

2) Rasio Fleksibilitas II

Rumus = Pendapatan-Belanja Pegawai Pendapatan

3) Rasio Fleksibilitas III

Rumus = (Pendapatan-Transfer yang Mengikat)-Belanja Pegawai Pendapatan

4) Rasio Fleksibilitas IV

Rumus = Aset lancar

(14)

xiv

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

1. Rasio Cair (quick ratio)

Dari hasil perhitungan Rasio Cair antara tahun 2008-2010, pada tahun

2008 di peroleh hasil 102,50%, pada tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi

155,16%,dan pada tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi 218,51%.

Berdasarkan ketentuan BPK artinya Pemerintah Kabupaten Grobogan antara

tahun 2008-2010 mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam menjamin

pembayaran kewajiban jangka pendeknya karena nilai yang didapat selalu diatas

100%.

2. Rasio Hutang Terhadap Asset

Dari hasil perhitungan Rasio Hutang Terhadap Asset antara tahun 2008-2010, pada tahun 2008 di peroleh hasil 6,80%, Pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 4,52%, dan pada tahun 2010 juga mengalami penurunan menjadi 2,91%. Berdasrkan ketentuan dari BPK hal ini menunjukkan tingkat rasio yang sangat baik karena pembiayaan pembangunan dari tahun ke tahun semakin tidak bergantung pada dana yang berasal dari pinjaman melainkan sebagian besar kegiatan pembangunan ditanggung hasil aktifitas operasi.

3. Rasio Ekuitas Dana Terhadap Total Asset

Dari hasil perhitungan Rasio Ekuitas Dana Terhadap Total asset antara

(15)

xv

mengalami kenaikan menjadi 95,47%, dan pada tahun 2010 juga mengalami

kenaikan menjadi 97,09%. Berdasarkan ketentuan BPK angka yang mendekati

100% berarti baik, artinya pembiayaan pembangunan sebagian besar ditanggung

oleh kemampuan sendiri. Capaian sebesar 93,19%, 95,47% dan 97,09%

menunjukkan kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten Grobogan yang sangat baik,

artinya hampir seluruh biaya pembangunan dibiayai dari dana hasil aktifitas operasi

(bukan pinjaman).

4. Rasio Belanja Operasi Terhadap Total Belanja

Dari hasil perhitungan Rasio Belanja Operasi Terhadap Total Belanja

antara tahun 2008-2010, pada tahun 2008 di peroleh hasil 78,88%, pada tahun 2009

mengalami kenaikan menjadi 84,77%, dan pada tahun 2010 juga mengalami

kenaikan menjadi 89,68%. Berdasarkan ketentuan BPK maka dapat disimpulkan

bahwa realissi anggaran lebih banyak untuk membiayai kegiatan non fisik/non

belanja modal karena rasio yang didapatkan semua diatas 50%.

5. Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja

(16)

xvi

6. Pendapatan Asli Daerah Terhadap Total Pendapatan

Dari hasil perhitungan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Total Pendapatan antara tahun 2008-2010, pada tahun 2008 di peroleh hasil 7,37%, pada tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 9,14%, dan pada tahun 2010 mengalami penurunan lagi menjadi 8,30%. Menurut ketentuan BPK rasio yang mendekati 100% merupakan hal yang baik, dengan demikian disadari bahwa seluruh angka rasio juga menunjukkan bahwa sekitar ± 90% pembiayaan pembangunan masih bergantung kepada dana perimbangan dari pusat maupun propinsi. Kenyataan ini menjadikan pemicu bagi Pemerintah Kabupaten Grobogan untuk bekerja lebih keras lagi, lebih kreatif dan inovatif lagi dalam upaya mengoptimalkan penerimaan asli daerahnya.

7. Rasio Dana Perimbangan Terhadap Total Pendapatan

Dari hasil perhitungan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Total Pendapatan

antara tahun 2008-2010, pada tahun 2008 diperoleh hasil 84,73%, pada tahun 2009

mengalami penurunan menjadi 82,49%, dan pada tahun 2010 juga mengalami

penurunan menjadi 79,03%. Menurut ketentuan BPK maka dapat disimpulkan

bahwa Pemerintah Kabupaten Grobogan masih sangat bergantung pada Pemerintah

Pusat karena rasio yang didapatkan semua diatas 50%.

8. Rasio Fleksibilitas I

Dari hasil perhitungan Rasio Fleksibilitas I antara tahun 2008-2010, pada

tahun 2008 di peroleh hasil 93,38%, pada tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi

103,66, dan pada tahu 2010 juga mengalami kenaikan menjadi 104,62%. Menurut

(17)

xvii

katakan memiliki pendapatan yang Fleksibel karena rasio total pendapatan terhadap

belanja kurang dari 1 atau 100%, tetapi pada tahun 2009-2010 Pemerintah

Kabupaten Grobogan dapat dikatakan memiliki pendapatan yang fleksibel karena

rasio total pendapatan terhadap belanja lebih dari 1 atau 100%.

9. Rasio Fleksibilitas II

Dari hasil perhitungan Rasio Rasio Fleksibilitas II antara tahun 2008-2010, pada tahun 2008 di peroleh hasil 39,85%, pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 37,15%, dan pada 2010 mengalami kenaikan tipis menjadi 37,46%. Menurut ketentuan DJPK Pemerintah Kabupaten Grobogan antara tahun 2008-2010 belum dapat di katakan fleksibel karena rasio yang didapat kurang dari 0,5 atau 50%.

10. Rasio Fleksibilitas III

Dari hasil perhitungan Rasio Fleksibilitas Tingkat III antara tahun

2008-2010, pada tahun 2008 di peroleh hasil 37,39%, pada tahun 2009 mengalami

penurunan menjadi 31,89%, dan pada tahun 2010 juga mengalami penurunan

menjadi 27,83%. Menurut ketentuan DJPK rasio yang bernilai kurang dari 0.5 atau

50% menempatkan Pemerintah Kabupaten Grobogan dalam posisi yang kurang

fleksibel untuk mengalokasikan pendapatan yang tidak mengikat untuk membiayai

belanja selain belanja Pegawai menurut arah kebijakan pembangunan daerah

Kabupaten Grobogan.

11. Rasio Fleksibilitas IV

(18)

xviii

sehingga dapat dikatakan bahwa Pemerintah Kabupaten Grobogan memiliki modal kerja yang likuid dalam membiayai kewajiban jangka pendeknya karena rasio yang didapat selalu diatas 100%. Dengan demikian Pemerintah Kabupaten Grobogan memiliki fleksibilitas tingkat IV untuk membiayai kewajiban jangka pendeknya.

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil perhitungan Analisis Rasio Keuangan pada APBD, Laporan Arus Kas dan Neraca, dapat diperoleh simpulan bahwa Kinerja keuangan pemerintah Kabupaten Grobogan pada tahun 2008-2010 sudah dapat dikatakan baik, tetapi dalam memenuhi Belanja Modal dan PAD masih rendah. Sedangkan simpulan masing-masing rasio sebagai berikut:

Rasio yang digunakan BPK:

1. Berdasarkan Rasio Cair antara tahun 2008-2010, selalu didapatkan nilai diatas

100%, artinya Pemerintah Kabupaten Grobogan antara tahun 2008-2010

mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam menjamin pembayaran

kewajiban jangka pendeknya. Artinya Pemerintah Kabupaten Grobogan dapat

menjamin kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar non persediaan

yang ada.

2. Berdasarkan Rasio Hutang Terhadap Asset angka rasio yang didapat sebesar

6,80%, 4,52% dan 2,91% menunjukkan tingkat rasio yang sangat baik artinya

pembiayaan pembangunan sebagian besar ditanggung hasil aktifitas operasi

(19)

xix

3. Untuk Rasio Ekuitas Dana Terhadap Total Asset capaian sebesar 93,19%,

95,47% dan 97,09% menunjukkan kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten

Grobogan yang sangat baik, artinya hampir seluruh biaya pembangunan

dibiayai dari dana hasil aktifitas operasi (bukan pinjaman). Artinya

pembiayaan pembangunan sebagian besar ditanggung oleh kemampuan

sendiri.

4. Berdasarkan Rasio Belanja Operasi Terhadap Total Belanja antara tahun

2008-2010 diperoleh rasio sebesar 78,88%, 84,77% dan 89,68%, maka dapat

disimpulkan bahwa realissi anggaran lebih banyak untuk membiayai kegiatan

non fisik/non belanja modal karena rasio yang didapatkan semua diatas 50%.

5. Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja sebagai kebalikan dari rasio

belanja operasi terhadap total belanja, rasio belanja modal terhadap total

belanja Pemerintah Kabupaten Grobogan sebesar 21,02%, 11,98% dan

10,16%. Dilihat dari rendahnya rasio yang didapat, berarti bahwa Pemerintah

Kabupaten Grobogan masih kurang menitikberatkan pada belanja modal yang

digunakan untuk kegiatan pembangunan fisik infrastruktur yang membawa

kearah perkembangan pembangunan yang lebih baik.

6. Hasil perhitungan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Total Pendapatan antara

tahun 2008-2010 didapatkan nilai sebesar 7,37%, 9,14%, dan 8,30% Dengan

demikian disadari bahwa seluruh angka rasio juga menunjukkan bahwa sekitar

± 90% pembiayaan pembangunan masih bergantung kepada dana

perimbangan dari pusat maupun propinsi. Kenyataan ini menjadikan pemicu

bagi Pemerintah Kabupaten Grobogan untuk bekerja lebih keras lagi, lebih

kreatif dan inovatif lagi dalam upaya mengoptimalkan penerimaan asli

(20)

xx

7. Hasil perhitungan Rasio Dana Perimbangan Terhadap Total Pendapatan antara

tahun 2008-2010 diperoleh rasio sebesar 84,73%, 82,49% dan 79,03%, maka

dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Kabupaten Grobogan masih sangat

bergantung pada Pemerintah Pusat karena rasio yang didapatkan semua diatas

50%.

Rasio yang digunakan DJPK:

1. Hasil perhitungan Rasio Fleksibilitas I Pemerintah Kabupaten Grobogan

pada tahun 2008 belum dapat di katakan memiliki pendapatan yang

Fleksibel karena rasio total pendapatan terhadap belanja kurang dari 1 atau

100%, tetapi pada tahun 2009-2010 Pemerintah Kabupaten Grobogan dapat

dikatakan memiliki pendapatan yang fleksibel karena rasio total pendapatan

terhadap belanja lebih dari 1 atau 100%.

2. Hasil perhitungan Rasio Fleksibilitas II Pemerintah Kabupaten Grobogan

antara tahun 2008-2010 belum dapat di katakan fleksibel karena rasio yang

didapat sebesar 39,85%, 37,15%, dan 37,46% yang berarti kurang dari 0,5

atau 50%.

3. Hasil perhitungan Rasio Fleksibilitas III untuk Pemerintah Kabupaten

Grobogan bernilai kurang dari 0.5 atau 50% yaitu 37,39%, 31,89% dan

27,83% sehingga dapat dikatakan bahwa Pemerintah Kabupaten Grobogan

kurang fleksibel untuk mengalokasikan pendapatan yang tidak mengikat

untuk membiayai belanja selain belanja Pegawai menurut arah kebijakan

pembangunan daerah Kabupaten Grobogan.

4. Hasil perhitungan Rasio Fleksibilitas IV untuk Kabupaten Grobogan bernilai

(21)

xxi

Pemerintah Kabupaten Grobogan memiliki modal kerja yang likuid dalam

membiayai kewajiban jangka pendeknya. Dengan demikian Pemerintah

Kabupaten Grobogan memiliki fleksibilitas tingkat IV untuk membiayai

kewajiban jangka pendeknya. Atau dengan kata lain sudah terdapat

ketersediaan modal kerja sehingga Pemerintah daerah akan semakin leluasa

dalam membiayai program dan kegiatan sesuai dengan arah kebijakan

pembangunan daerah tersebut.

B. Saran

Berdasarkan simpulan yang dipaparkan diatas, dapat diberikan beberapa saran-saran yaitu sebagai berikut:

1. Hasil perhitungan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Total Pendapatan menunjukkan angka yang masih rendah, oleh karena itu pemerintah harus berusaha lebih keras untuk meningkatkan PADnya. Diantaranya dengan mengoptimalkan potensi-potensi yang dimiliki oleh daerah, dengan mengawasi secara ketat terhadap kegiatan pemungutan sumber-sumber PAD sehingga penyimpangan yang mungkin dilakukan oleh aparatur daerah dapat dihindari.

2. Tetap memberikan perhatian lebih pada Belanja Modal yang mempunyai output yang lebih signifikan dibandingkan Belanja Operasi.

3. Menjaga ketersediaan modal sehingga lebih leluasa dalam menjalankan program pembangunan.

(22)

xxii

DAFTAR PUSTAKA

Hadari Nawawi, 1991. Metode AnalisisData. Jakarta: Salemba Empat.

Halim, Abdul. 2002. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi Pertama, Jakarta : Salemba Empat.

Hidayat, Paidi,Pratomo, Wahyu Ario dan Harjito, D. Agus. 2007. Analisis Kinerja Keuangan Kabupaten/Kota Pemekaran Di Sumatra Utara. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 12, No. 3, Desember 2007.

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : Andi.

Nur Indriantoro, Bambang Supomo, 2002. Metode Penelitian. Jakarta: Salemba Empat.

Noerdiawan, Deddi. 2006. Akuntansi Sektor Publik.Jakarta: Salemba Empat. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan kedua Dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Setiaji, Wirawan dan Adi, Priyo Hari. 2007. Peta Kemampuan Keuangan Daerah Sesudah Otonomi Daerah Apakah Mengalami Pergeseran. SNA, 10, 26-28 Juli 2007.

Setyawan, Setu. 2003. Pengukuran Kinerja Anggaran Keuangan Daerah Pemerintah Kota Malang dilihat dari Perspektif Akuntabilitas. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Volume 1, Agustus 2003.

Undang-Undang Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Perintah Daerah.

Referensi

Dokumen terkait

Dari uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan, terdapat sejumlah masalah yang muncul berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat

Dalam menanggapi berita yang berisi pertanyaan, komplain, atau berita yang perlu diklarifikasi, maka humas DPRD harus melakukan follow up melalui media massa yaitu media

Ieu panalungtikan ngeunaan puisi mantra tatanén anu sumebar di Kacamatan Cisitu Kabupatén Sumedang. Tujuan tina ieu panalungtikan nya éta pikeun ngadéskripsikeun

[r]

3.. The data of the research will be classified into two categories, primary data and secondary data. The primary data is the text of Anton Chekhov’s drama

Perawatan anak leukemia yang membutuhkan waktu cukup lama menjadikan orang tua mempunyai pengalaman tersendiri selama anak mengalami berbagai gangguan seperti demam, batuk pilek,

Tujuan peneliti menggunakan metode deskriptif ini adalah untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai masalah atau faktor-faktor yang

toksisitas dihitung menggunakan persamaan yang didapat dari kurva regresi linier yang menunjukkan hubungan log konsentrasi ekstrak buah nilai probit kematian larva