• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUALITAS NUTRISI SILASE DAUN SAWIT DENGAN BAHAN ADITIF DAN LEVEL YANG BERBEDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KUALITAS NUTRISI SILASE DAUN SAWIT DENGAN BAHAN ADITIF DAN LEVEL YANG BERBEDA "

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

KUALITAS NUTRISI SILASE DAUN SAWIT DENGAN BAHAN ADITIF DAN LEVEL YANG BERBEDA

Oleh:

BAMBANG PRASETYO 11780113697

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU

2022

(2)

KUALITAS NUTRISI SILASE DAUN SAWIT DENGAN BAHAN ADITIF DAN LEVEL YANG BERBEDA

Oleh:

BAMBANG PRASETYO 11780113697

Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU

2022

(3)
(4)
(5)
(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subbahanahu Wata`ala yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Kualitas Nutrisi Silase Daun Sawit dengan Bahan Aditif dan Level yang Berbeda”. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan, Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Pada kesempatan bahagia ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang turut ikut serta membantu dan membimbing dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada :

1. Teristimewa kedua orang tua yakni Bapak Toiran dan Ibu Winarti Yasmiati, yang selalu mendoakan dan penyemangat dari mulai masuk kuliah hingga menyelesaikan pendidikan ditingkat sarjana.

2. Bapak Prof. Dr. Hairunas, M.Ag selaku Rektor Universitas Islam Negeri sultan Syarif Kasim Riau.

3. Bapak Dr. Arsyadi Ali, S.Pt., M. Agr. Sc selaku Dekan Fakultas Pertanian dan Peternakan, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

4. Bapak Dr. Irwan Taslapratama, M. Sc selaku Wakil Dekan I, Ibu Dr. Ir.

Elfawati, M.Si selaku Wakil Dekan II dan Bapak Dr. Syukria Ikhsan Zam , S.Pd., M. Si selaku Wakil Dekan III.

5. Ibu Dr. Triani Adelina, S.Pt., M.P selaku Ketua Program Studi Peternakan, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

6. Bapak Jepri Juliantoni, S.Pt., M.P. selaku dosen pembimbing I dan Ibu Dr.

Ir. Elfawati, M.Si. selaku dosen pembimbing II sekaligus sebagai Pembimbing Akademik. Terima kasih kapada kedua pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu serta memberikan arahan dan motivasi terbaik selama proses penelitian dan penulisan skripsi.

(7)

7. Bapak Dr. Arsyadi Ali, S.Pt., M. Agr. Sc selaku penguji I dan Bapak Muhamad Rodiallah, S.Pt., M.Si. selaku penguji II yang telah memberikan arahan, kritakan dan saran dalam menyelesaikan perbaikan penulisan skripsi.

8. Bapak dan ibu dosen selaku staf pengajar yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan, seluruh civitas akademika Fakultas Pertanian dan Peternakan, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang membantu dalam melayani dan mendukung dalam hal administrasi.

9. Untuk teman-teman seperjuangan penelitian Paulus Riski CJS S.Pt., Dedi Kuswito S.Pt., Restu Aprilia Manju yang telah melewati masa-masa berjuang bersama dari awal penulisan proposal, penelitian hingga selesainya penulisan skripsi.

10. Untuk teman-teman seperkuliahan Dedi Kuswito S.Pt., Masleding Halawa S.Pt., Paulus Riski CJS S.Pt., Detriyan Iswara S.Pt, Imam Wahyudi S.Pt., Aji Pamungkas S.Pt., Galih, Abdur, Restu Aprilia Manju yang telah membantu dalam penelitian dan memberikan inspirasi serta motivasi yang diberikan.

11. Untuk teman kelas E, angkatan 2017, dan keluarga Kelompok Studi Mahasiswa Pencinta Unggas dan Aneka Satwa Harapan (KOMPASH) terimakasih atas segala dukungan dan motivasi yang diberikan.

Semoga Allah Subbahanahu Wata`ala membalas jasa mereka dengan imbalan pahala yang berlipat ganda. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini banyak sekali kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca. Aamin Ya Rabbal Alamin.

Pekanbaru, Desember 2022

Penulis

(8)

PERSEMBAHAN

Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antara Kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.

(Q.S. Al- Mujadilah [58]:11)

Puji syukur kupersembahkan kepada-Mu ya Rabb sang penggenggam langit dan bumi. Atas karunia, nikhmat serta kemudahan yang Engkau berikan kepada hamba-Mu ini akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan penuh kerja keras melawan keluh kesah dan rasa malas.

Lantunan sholawat beiringkan salam pengunggah jiwa menjadi persembahan penuh kerinduan kepada sang Revolusioner Islam dari dunia gelap tanpa ilmu pengetahuan menuju

pembangunan peradaban manusia yang beradap dan berilmu Habibana Wanabiyana Muhammad Salallahu ‘Alaihi Wassallam.

Terima kasih kepada kedua orang yang telah memberikan do’a dan semangat selama proses kuliah hingga menyelesaikan perkuliahan ini.

Teruntuk dosen pembimbing tercinta yakni bapak Jepri Juliantoni, S.Pt., M.P. dan ibu Dr. Ir.

Hj. Elfawati, M.Si. terimakasih atas segala bantuan, nasehat, dukungan serta ilmu yang diberikan kepada saya. Semoga Allah Subhanahu wata’ala membalahs segala kebaikan bapak

dan ibu.

Ku persembahkan skripsi ini untuk sang pejuang yang selalu berkata:

Percayalah selalu ada kemudahan dan jalan bagi setiap orang yang selalu berjuang dan pantang menyerah

Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan (Al-Insyirah; 5-6)

(9)

RIWAYAT HIDUP

Bambang Prasetyo lahir pada tanggal 10 Oktober 1999 di Desa Karya Mulya, Dusun Karya Mukti, Kecamatan Rambah Samo, Kota Pasir Pengarayan, Kabupaten Rokan Hulu, Riau. Lahir dari pasangan Bapak Toiran dan Ibu Winarti Yasmiati. Masuk sekolah dasar di SDN 011 Rambah Samo tamat pada tahun 2011. Pada tahun 2011 melanjukan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di MTs Rambah Samo, tamat pada tahun 2014. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMK N 2 Rambah di Pasir Pengarayan Jurusan Teknik Komputer Jaringan (TKJ), tamat pada tahun 2017.

Pada tahun 2017 melalui jalur Mandiri sebagai mahasiswa di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Selama masa kuliah penulis pernah menjadi anggota Anggota Kelompok Studi Mahasiswa Pencinta Unggas dan Aneka Satwa Harapan (KOMPASH). Pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2019 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di BBIB Singosari, Malang, Jawa Timur, Indonesia. Bulan Desember 2021 sampai bulan Februari 2022 penulis melaksanakan penelitian di laboratorium Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Pada tanggal 6 desember 2022 penulis dinyatakan lulus dan berhak menyandang gelar Sarjana Peternakan (S.Pt) melalui sidang tertutup Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, dengan judul skripsi judul “Kualitas Nutrisi Silase Daun Sawit dengan Bahan Aditif dan Level yang Berbeda” dibawah bimbingan Jepri Juliantoni, S.Pt., M.P. dan Dr. Ir. Hj. Elfawati., M.Si.

(10)

i KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi wabarakatuuh

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya kepada kita semua serta shalawat dan salam tak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam yang mana dengan rahmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Kualitas Nutrisi Silase Daun Sawit dengan Bahan Aditif dan Level yang Berbeda”.

Skripsi ini dibuat sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Peternakan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Jepri Juliantoni S.Pt., M.P. sebagai dosen pembimbing I dan Ibu Dr. Ir. Elfawati, M.Si. sebagai pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk dan motivasi sampai selesainya skripsi ini. Kepada seluruh rekan-rekan yang telah banyak membantu penulis menyelesaikan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, penulis ucapkan terimakasih dan semoga mendapatkan balasan dari Allah Subbahanahu Wata`ala untuk kemajuan kita semua dalam menghadapi masa depan nanti.

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi kita semua untuk masa kini maupun untuk masa yang akan datang.

Assalamu’alaikum Warohmatullahi wabarakatuuh

Pekanbaru, Desember 2022

Penulis

(11)

ii KUALITAS NUTRISI SILASE DAUN SAWIT DENGAN

BAHAN ADITIF DAN LEVEL YANG BERBEDA

Bambang Prasetyo (11780113697)

Dibawah bimbingan Jepri Juliantoni dan Elfawati

INTISARI

Daun kelapa sawit memiliki potensi besar sebagai sumber pakan alternatif yang mampu memenuhi kebutuhan pakan ternak. Proses silase dengan penambahan bahan aditif dapat meningkatkan kandungan nutrisi daun sawit.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi antara jenis bahan aditif dan level penambahannya, pengaruh jenis bahan aditif dan level bahan aditif yang berbeda terhadap kandungan nutrisi silase daun sawit. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan 2 faktor dan 3 ulangan.

Faktor A adalah jenis bahan aditif yaitu molases, dedak halus, bungkil inti sawit dan tepung jagung, faktor B adalah level bahan aditif yang ditambahkan pada proses fermentasi yaitu 0%, 1%, 3%, dan 5%. Parameter yang diamati meliputi kandungan protein kasar, serat kasar, lemak kasar, kadar abu dan bahan ekstrak tanpa nitrogen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi (P<0,01) antara jenis bahan aditif dengan level penambahan bahan aditif terhadap kandungan protein kasar silase daun sawit dan tidak terdapat interaksi (P>0.05) terhadap kandungan serat kasar, lemak kasar, abu dan bahan ekstrak tanpa nitrogen. Jenis bahan aditif yang berbeda berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kandungan protein kasar, serat kasar, kadar abu dan tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap kandungan lemak kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen.

Level penambahan bahan aditif berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kandungan protein kasar, berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kandungan serat kasar dan tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap kandungan bahan lemak kasar, abu dan bahan ekstrak tanpa nitrogen. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat interaksi antara jenis bahan aditif dan level penambahan bahan aditif terhadap kandungan protein kasar silase daun sawit, kombinasi perlakuan terbaik adalah penambahan bahan aditif 3% karena dapat meningkatkan kandungan protein kasar dan menurunkan serat kasar silase daun sawit.

Kata Kunci : bahan aditif, daun sawit, kualitas nutrisi, silase.

(12)

iii NUTRITIONAL QUALITY OF OIL PALM LEAVES SILAGE WITH

DIFFERENT ADDITIVES AND LEVELS

Bambang Prasetyo (11780113697)

Under the guidance of Jepri Juliantoni and Elfawati.

ABSTRACT

Oil palm leaves has great potential as alternative source for animal feed.

The silage process with different additives could improve nutritional quality of oil palm leaves. This study aimd to determine the interaction between the types of additives and the level of addition, influence the of types addives and different levels of additives. This research using a completely randomized design (CRD) factorial pattern with 2 factors and 3 replications. Factor A was the type of additive namely molasses, rice bran, palm kernel cake and corn flour, factor B was the level of additives added to the fermentation process, namely 0%, 1%, 3%, and 5%The observed parameters included crude protein, crude fiber, crude fat, ash and nitrogen free extract. The results showed that there was an interection (P<0.01) between type additives and level of addition of additiveson the crude protein content of palm leaf silage and no there interection (P>0.05) on the crude fiber, crude fat, ash and nitrogen free extract. Different types of additives have a very significant effect (P<0.01) on the crude protein, crude fibet, ash and no the real effect (P>0.05) on the crude fat and nitrogen free extract. The level of addition of additives has a very significant effect (P<0.01) on the crude protein, significantly (P<0.05) on the crude fiber and no the real effect (P>0.05) on the crude fat, ash and nitrogen free extract. The conclusion of this study was that there was an interaction between the types of additives and the level of addition of additives to the crude protein content of palm leaf silage, the best treatment combination was the addition of 3% additives because it can increase the crude protein content and decrease crude fiber of palm leaf silage.

Keywords: adititives, oil palm leaves, nutritional quality, silage.

(13)

iv DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

INTISARI ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

I. PENDAHULUAAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan ... 4

1.3. Manfaat ... 4

1.4. Hipotesis ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Kelapa Sawit ... 5

2.2. Daun Sawit... 6

2.3. Silase Hijauan Pakan ... 7

2.4. Aditif ... 8

2.5. Molases ... 9

2.6. Dedak Padi ... 10

2.7. Bungkil Inti Sawit ... 10

2.8. Tepung Jagung ... 11

2.9. Kualitas Nutisi dari Bahan Pakan ... 12

III. MATERI DAN METODE ... 14

3.1. Waktu dan Tempat ... 14

3.2. Bahan dan Alat ... 14

3.3 Metode Penelitian ... 14

3.4. Parameter Penelitian ... 15

3.5. Prosedur Penelitian ... 15

3.5.1. Pembuatan Silase ... 15

3.5.2. Analisis Kandungan Nutrisi... 16

3.5.2.1. Analisis Kandungan Protein Kasar ... 16

3.5.2.2. Analisis Kandungan Serat Kasar ... 17

3.5.2.3. Analisis Kadar Lemak Kasar ... 18

3.5.2.4. Analisis Abu ... 19

3.5.2.5. Analisis Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) 19 3.6. Analisis Data ... 19

(14)

v

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

4.1. Protein Kasar ... 22

4.2. Serat Kasar ... 24

4.3. Lemak Kasar ... 27

4.4. Abu ... 28

4.5. Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN)... 30

V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 31

5.2. Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32

LAMPIRAN ... 41

(15)

vi DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Biomasa Produk Sampingan Tanaman dan Olahan Kelapa Sawit

Untuk Setiap Hektar Lahan... 6

2.2. Kandungan Gizi Daun Kelapa Sawit. ... 7

3.1. Kombinasi Perlakuan Penelitian ... 14

3.7. Analisis Sidik Ragam ... 20

4.1. Rataan Kandungan Protein Kasar Silase Daun Sawit dengan Berbagai Jenis Bahan Aditif dan Level yang Berbeda ... 22

4.2. Rataan Kandungan Serat Kasar Silase Daun Sawit dengan Berbagai Jenis Bahan Aditif dan Level yang Berbeda ... 25

4.3. Rataan Kandungan Lemak Kasar Silase Daun Sawit dengan Berbagai Jenis Bahan Aditif dan Level yang Berbeda ... 27

4.4. Rataan Kandungan Abu Silase Daun Sawit dengan Berbagai Jenis Jenis Bahan Aditif dan Level yang Berbeda ... 28

4.5. Rataan Kandungan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) Silase Daun Sawit dengan Berbagai Jenis Bahan Aditif dan Level yang Berbeda ... 29

(16)

vii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Penambahan Air dan Bahan Aditif ... 41

2. Analisis Statistik Protein Kasar ... 43

3. Analisis Statistik Serat Kasar ... 52

4. Analisis Statistik Lemak Kasar ... 57

5. Analisis Statistik Abu ... 60

6. Analisis Statistik Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) ... 64

7. Dokumentasi ... 67

(17)

viii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Pohon dan Daun Sawit ... 5

2.5. Molases ... 10

2.7. Bungkil Inti Sawit ... 11

3.5. Bagan Alur Penelitian Pembuatan Silase Daun Kelapa Sawit. ... 15

4.1. Interaksi antara jenis bahan aditif (A) dan persentase bahan aditif (B) terhadap kandungan protein kasar silase daun sawit. . ... 22

(18)

1 I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Provinsi Riau dengan iklim tropis dan memiliki daerah dataran rendah, memiliki potensi sumber pakan pengganti rumput berupa hasil sampingan dari hasil perkebunan kelapa sawit. Sebagaimana diketahui pada kawasan perkebunan kelapa sawit, sumber hijauan rumput sangat terbatas, sehingga daun kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif sumber pengganti hijauan (Batubara, 2002). Menurut Badan Pusat Statistik (2019) luas area lahan kelapa sawit Provinsi Riau adalah 2.741.500 Ha, dengan jumlah produksi buah kelapa sawit sebesar 7.466.260 ton/tahun. Kondisi ini menggambarkan bahwa kelapa sawit merupakan penghasilan utama sebagian besar masyarakat di Provinsi Riau (Garnasih, 2020).

Sejalan dengan semakin tingginya produksi dan luas area perkebunan kelapa sawit dari tahun ke tahun, terjadi pula peningkatan volume limbahnya, baik berupa limbah padat maupun limbah cair (Rizali dkk., 2018). Menurut Garnasih (2020) perlu adanya pengembangan produk yang bersumber dari pohon kelapa sawit, bukan hanya menghasilkan minyak kelapa sawit (oilpalm) tapi juga memanfaatkan limbah dari perkebunan kelapa sawit. Limbah perkebunan kelapa sawit akan bernilai ekonomis bila dimanfaatkan seperti batangnya dijadikan papan artikel, lidinya dijadikan sapu lidi, piring, keranjang buah, vas dan lain-lain (Irwan dkk., 2020), serta pelepah dan daunnya dijadikan pakan ternak (Agus, 2015).

Daun kelapa sawit sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai pakan ternak berdasarkan jumlah dan kandungan nutrisinya. Dari segi jumlah, potensi limbah pelepah sawit mencapai 40-50 pelepah/pohon/tahun (Rizali dkk., 2018). Pada satu pohon terdapat 100-160 daun sawit dan berat satu daun sawit adalah 1-3 g, dalam satu hektar kebun kelapa sawit terdapat 120-180 pohon, sehingga potensi limbah daun sawit adalah 4,32 ton/ha/tahun, atau 11.843.280.000 ton/tahun di Provinisi Riau. Kandungan zat-zat nutrisi daun sawit adalah bahan kering 42,11%, protein kasar 11,23%, lemak kasar 5,84%, serat kasar 34,69%, abu 7,86% (Junaidi, 2010).

(19)

2 Hambatan pemanfaatan daun sawit sebagai pakan ternak adalah rendahnya protein kasar berkisar 2,11% dan tingginya kandungan serat kasar mencapai 46,75% (Rizali dkk., 2018). Untuk mengatasi kelemahan penggunaan daun sawit sebagai pakan ternak dilakukan pengolahan menggunakan teknologi pakan, salah satunya dengan fermentasi yaitu pembuatan silase (Rizali dkk., 2018).

Silase merupakan pengawetan hijauan yang bertujuan untuk mempertahankan kualitas hijauan serta mengatasi kekurangan pakan di musim kemarau. Silase merupakan teknik pengawetan pakan atau hijauan pada kadar air tertentu melalui proses fermentasi oleh bakteri yang berlangsung didalam tempat (silo) dengan tujuan untuk meningkatkan gizi serta mengawetkan pakan (Haresta, 2017). Dalam pembuatan silase, bahan tambahan sering digunakan dengan tujuan untuk meningkatkan atau mempertahankan kualitas dari silase (Kojo dkk., 2015).

Pembuatan silase kadang kala menggunakan bahan aditif seperti dedak padi, bungkil inti sawit (BIS), tepung jagung dan molases sebagai sumber gula terlarut yang mampu menstimulir fermentasi dan mempertahankan kualitas silase (Isnandar dkk., 2010).

Dedak padi merupakan limbah dalam proses penggilingan gabah dan penyosohan beras (Astawan dan Febrinda, 2010). Wibawa dkk. (2015) menyatakan bahwa dedak padi mengandung bahan organik 89,95%, protein kasar 10,93%, serat kasar 15,07%; karbohidrat 34-62%, fosfor 1100-2500 mg, dan kalsium 30120 mg (Astawan dan Febrinda, 2010). Dedak padi dapat digunakan sebagai bahan aditif pada pembuatan silase dan pengunaan dedak padi dapat menghasilkan tekstur silase yang baik (Kojo dkk., 2015). Pemberian bahan aditif dedak padi 5% kedalam silase sorgum menghasilkan pH 3,88, hal ini menunjukkan bahwa kualitas silase sangat baik, dan kandungan bahan kering 28,75%, (Mugfira dkk., 2019). Menurut Chrysostomus et al .(2020) penggunaan bahan aditif dedak padi 5% menghasilkan kadar kalsium 0,791% dan fosfor 0,486%. Basri et al.(2019) menyatakan komposisi bahan yang dibuat silase akan mempengaruhi kadar kalsium silase yang dihasilkan.

Kandungan nutrisi bungkil inti sawit cukup baik, yaitu protein kasar 15- 20%, lemak kasar 2,0-10,6%, serat kasar 13,0-21,3%, NDF 46,7-66,4%, ADF 39,6-44%, energi kasar 19,1-20,6 MJ/kg, abu 3-12%, kalsium 0,20-0,40% dan

(20)

3 fosfor 0,48-0,71% (Supriyati dan Haryanto, 2011). BIS memiliki potensi untuk digunakan sebagai bahan aditif karena memiliki kandungan kalsium 0,02–0,04%.

Menurut Fauzia dkk. (2019) penambahan bahan aditif bungkil inti sawit 5% pada silase komplit pelepah kelapa sawit menghasilkan kandungan nutrisi yaitu protein kasar 16,65%, serat kasar 17,70%, lemak kasar 3,66% dan Total Digestible Nutrien (TDN) 64,04%. Menurut Suryani dkk. (2020) penambahan bahan aditif bungkil inti sawit 3% menghasilkan silase pelepah sawit dengan kadar protein kasar 6,71%, serat kasar 48,65% dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 30,40%.

Tepung jagung berpotensi dijadikan bahan aditif. Tepung jagung adalah sumber WSC karena mengandung Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) yang tinggi yaitu 81,37% (McDonald et al., 1981). Kandungan tepung jagung terdiri atas ; 14,77% kadar air, 1,88% abu, 1,63% serat kasar (SK), 7,78% lemak kasar (LK), 7,35% protein kasar (PK), dan 81,35% bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) (Hartadi dkk., 1993). Mugfira dkk. (2019) menyatakan silase sorgum manis dengan penambahan bahan aditif 5% memiliki pH berkisar 3,83–3,88% dan kandungan BK 27,00%. Menurut Noviadi dkk. (2012) silase daun singkong dengan penambahan bahan aditif tepung jagung 5% memiliki kandungan protein kasar 4,96%.

Molasses memiliki aroma manis yang khas, dapat digunakan sebagai bahan aditif yang tepat, molasses juga memiliki rasa manis yang berguna sebagai perasa pada silase daun sawit. Kandungan nutrisi molases yaitu kadar air 23%, bahan kering 77%, protein kasar 4,2%, lemak kasar 0,2%, serat kasar 7,7%, Casium 0,84%, Pospor 0,09%, Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN ) 57,1%, abu 0,2% (Sukria dan Rantan, 2009) dan energi metabolis 2,280 kkal/kg (Anggorodi, 1995). Barokah dkk. (2017) melaporkan silase pelepah sawit dengan penambahan molasses 5% dan penambahan biomassa indigofera pada level yang berbeda yang difermentasi selama 21 hari dapat meningkatkan nilai nutrisi dari silase dengan menurunkan serat kasar (SK) sebesar 4-5%, meningkatkan kandungan PK sebesar 1-3%, serta menaikkan kandungan BETN sebesar 4-6%.

Sampai sejauh ini, penelitian tentang silase daun sawit masih sangat sedikit dilakukan walaupun potensinya untuk dijadikan pakan ternak sangat besar.

(21)

4 Berdasarkan uraian di atas telah dilakukan penelitian tentang kualitas nutrisi silase daun sawit dengan penambahan bahan aditif dan level yang berbeda.

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui interaksi antara jenis bahan aditif dengan level penambahannya terhadap kualitas nutrisi silase daun sawit.

2. Mengetahui pengaruh penambahan jenis bahan aditif terhadap kualitas nutrisi silase daun sawit.

3. Mengetahui pengaruh penambahan level bahan aditif terhadap kualitas nutrisi silase daun sawit.

1.3. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan :

1. Informasi tentang kandungan nutrisi dari silase daun sawit dengan penambahan bahan aditif pada level berbeda.

2. Pengetahuan cara memanfaatkan limbah daun kelapa sawit sebagai pakan ternak.

1.4. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Adanya interaksi antara jenis bahan aditif dengan level penambahannya terhadap kandungan nutrisi silase daun sawit.

2. Jenis bahan aditif yang berbeda akan memberikan kualitas nutrisi silase daun sawit yang berbeda.

3. Semakin tinggi level penambahan bahan aditif, semakin meningkat kualitas nutrisi silase daun sawit.

(22)

5 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit

Kelapa sawit berasal dari Benua Afrika, merupakan tumbuhan tropis yang dapat tumbuh di luar daerah asalnya, termasuk di Indonesia (Lubis dan Widanarko, 2011). Kelapa sawit Afrika telah berhasil didomestikasi di Afrika Barat sekitar abad ke-16 dan ke-17 atau pada periode sebelumnya (Pahan, 2008).

Hingga kini kelapa sawit telah diusahakan dalam bentuk perkebunan dan produk olahan kelapa sawit. Kelapa sawit merupakan tanaman dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi karena merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati (Sastrosayono, 2003). Gambar pohon dan daun sawit dapat dilihat pada Gambar 2.1 di bawah ini.

Gambar 2.1. Pohon dan Daun Sawit Sumber: Dokumentasi Penelitian

Menurut Suriana (2019) dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan untuk memudahkan identifikasi secara ilmiah, metode pemberian nama ilmiah (latin) ini dikembangkan oleh Corallus Linnaeus. Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut; Divisi Siphonagama; Kelas Angiospermae; Ordo Monocotyledonae; Family Arecaceae (dahulu disebut Palmae); Sub family Cocoideae; Genus Elaeis; dan Spesies E.

guineensis Jacq (Sastrosayono, 2003). Menurut Pahan (2008) nama latin kelapa sawit elaeis guineensis, berasal dari bahasa Yunani kuno elaia yang berarti zaitun, karena buahnya mengandung minyak dalam jumlah sangat banyak.

Bagi Indonesia, kelapa sawit memiliki arti penting karena mampu menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat sebagai sumber perolehan devisa negara (Fauzi dkk., 2008). Perkebunan kelapa sawit komersial pertama di

(23)

6 Indonesia mulai diusahakan pada tahun 1911 di Aceh dan Sumatra Utara oleh Adrian Hallet, seorang berkebangsaan Belgia (Fauzi dkk., 2012). Pada tahun 1957, Pemerintah Republik Indonesia menasionalisasikan (mengambil alih) seluruh perkebunan milik asing dan menjadi perusahaan milik Negara (Sastrosayono, 2003). Perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang pesat sejak tahun 1969 (Hadi, 2004). Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia yaitu 34,18% dari luas areal kelapa sawit dunia dengan total produksi sebesar 75,54 juta ton tandan buah segar (TBS) pada 2004-2008 yang merupakan 40,26% dari total produksi kelapa sawit dunia (Fauzi dkk., 2012).

2.2. Daun Sawit

Menurut Sitompul (2003) daun kelapa sawit yang dihasilkan dari tunas panen merupakan salah satu hijauan yang disukai oleh ternak sapi. Pemberian pelepah dan daun kelapa sawit sabagai bahan pakan dalam jangka panjang menghasilkan kualitas karkas yang baik (Balitnak, 2003). Oknaryanto (2014) menuliskan bahwa daun dan pelepah sawit merupakan limbah dari perkebunan sawit yang dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak. Namun, adanya lidi pada pelepah daun kelapa sawit akan menyulitkan ternak dalam mengonsumsinya (Suryana dan Yasin, 2015). Masalah tersebut dapat diatasi dengan pencacahan yang dilanjutkan dengan pengeringan dan penggilingan untuk meningkatkan konsumsi dan kecernaan pelepah daun kelapa sawit (Balai Penelitian Ternak, 2003). Adapun produk sampingan tanaman dan olahan kelapa sawit untuk setiap hektar dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Biomasa Produk Sampingan Tanaman dan Olahan Kelapa Sawit untuk Setiap Hektar Lahan Pertahun

Biomassa Segar (kg) Bahan kering (kg) Bahan kering (%)

Daun tanpa lidi 1.430 658 46,18

Pelepah 6.292 1.640 26,07

Tandan kosong 3.680 3.386 92,10

Serat perasan 2.880 2.681 93,11

Lumpur sawit 4.740 1.132 24,07

Bungkil kelapa sawit 560 514 91,83 Total biomassa (kg) 19.522 10.011

Sumber : Mathius dkk. (2017)

(24)

7 Yamin dkk. (2010) menyatakan bahwa daun kelapa sawit yang telah dipisahkan lidinya dapat dijadikan pakan sebesar 3,6 kg/ha/hari atau 1.320 kg/ha/tahun, sedangkan dari pelepah batang kelapa sawit sebesar 18.460 kg/ha/tahun. Berdasarkan perkiraan, tanaman kelapa sawit dapat menghasilkan 22 pelepah/pohon/tahun (Mathius dkk., 2017). Dengan demikian dalam satu hektar lahan kebun kelapa sawit dapat menyediakan pakan ternak sebesar 19,78 ton/tahun (Yamin dkk., 2010). Hasil lainnya selain pelepah adalah daun sekitar 0,5 kg/pelepah sehingga akan diperoleh bahan kering dari daun untuk pakan sejumlah 0,66 ton/Ha/tahun (Oknaryanto,2014). Kandungan gizi daun pelepah, pelepah dan lumpur sawit dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Kandungan Gizi Daun Kelapa Sawit

Referensi %BK %PK %LK %SK %Abu

Junaidi (2010) 42,11 11,23 5,84 34,69 7,86

Imsya (2007) 48,78 5,35 - 31,9 4,48

Mastopan dkk. (2009) - - 4,47 -

Nurhayu dkk. (2014) 46,18 14,12 4,37 21,52 13,40

Keterangan : BK : Bahan Kering, PK : Protein Kasar, LK : Lemak Kasar, SK : Serat Kasar.

Pemberian daun kelapa sawit sebagai pakan ternak ruminansia sangat membantu untuk menjamin ketersediaan pakan sepanjang masa. Pemberian pakan daun kelapa sawit sebesar 40% dari makanan ternak menunjukkan hasil yang baik karena semua sapi yang diberikan daun kelapa sawit langsung mengkonsumsinya secara normal (Azriani, 2009).

2.3. Silase Hijauan Pakan

Silase adalah produk hijauan yang diawetkan melalui proses fermentasi, dengan cara menutup rapat hijauan yang akan dijadikan silase sehingga terjadi proses fermentasi (kedap udara) (Astuti, 2009). Liana (2008) menyatakan fermentasi adalah proses penguraian suatu bahan organik menjadi lebih sederhana oleh kegiatan organisme. Pembuatan silase biasanya ditempatkan di kantong plastik tebal, gentong plastik atau di dalam lubang tanah yang telah dialasi plastik.

Lama proses ensilase tergantung pada jenis bahan, namun dalam waktu 2-3 minggu biasanya silase sudah dapat dipanen (Astuti, 2009). Hal penting yang perlu diperhatikan agar diperoleh kondisi anaerob yaitu menghilangkan udara dengan cepat, menghasilkan asam laktat, menurunkan pH, mencegah masuknya

(25)

8 oksigen ke dalam silo dan menghambat pertumbuhan jamur selama penyimpanan (Aidismen, 2014).

Silase merupakan awetan basah segar yang disimpan dalam silo, sebuah tempat yang tertutup rapat dan kedap udara, pada kondisi anaerob (Mugiawati, 2013). Silase dikatakan baik bila rasa dan baunya asam, warna hijau, tidak menggumpal, tidak berjamur dan tidak berlendir (Zakariah, 2016). Sulistyo (2020) menyatakan lendir yang terdapat pada silase merupakan indikasi adanya mikrobia pembusuk. Silase dapat diberikan 15-20 kg/ekor/hari untuk sapi pedaging dewasa (Liana,2008).

Asam laktat dari hijauan mengubah kondisi hijauan menjadi asam sehingga dapat disimpan lama karena terhindar dari pembusukan oleh mikroorganisme pembusuk (Liana, 2008). Secara garis besar proses pembuatan silase berlangsung dalam 4 fase, yaitu fase aerob, fase fermentasi, fase stabil dan fase panen atau pengeluaran untuk diberikan kepada ternak (Elferink et al., 2010).

Menurut Sulistyo (2020) adanya peningkatan signifikan pada silase rumput gajah sejalan dengan banyaknya aktivitas mikroba.

Menurut Fidriyanto dkk. (2018) nilai nutrisi limbah sawit yang memiliki kadar air tinggi dapat menyebabkan bahan menjadi mudah rusak. Meningkatnya kandungan nutrisi limbah sawit secara signifikan seiring meningkatnya pertumbuhan bakteri asam laktat (Fidriyanto dkk., 2018). Rizali (2018) melaporkan bahwa fermentasi limbah pelepah kelapa sawit dengan menggunakan Trichoderma viride dan Tricoderma harzianum mampu meningkatkan kandungan nutrisi yaitu adanya kenaikan kandungan protein kasar dari 3,25% menjadi 5,34%

dan 5,35%, penurunan serat kasar dari 47,95% menjadi 39,14% dan 41,18%, serta peningkatan total nutrisi yang dapat dicerna (TDN) dari 34,27% menjadi 51,62%

dan 45,27%.

2.4. Bahan Aditif

Bahan aditif adalah bahan pakan tambahan yang diberikan pada ternak dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas ternak maupun kualitas produksi. Bahan aditif yang diberikan pada ternak digolongkan menjadi 5 yaitu:

vitamin tambahan, mineral tambahan, antibiotik, anabolik (hormonal), dan agroindustri (Agustina, 2006).

(26)

9 Feed aditive atau imbuhan pakan adalah setiap pakan yang tidak lazim dikonsumsi ternak sebagai pakan yang sengaja ditambahkan, memiliki atau tidak nilai nutrisi, dapat mempengaruhi karakteristik pakan atau produk ternak. Bahan tersebut memiliki mikroorganisme, enzim, pengatur keasaman, mineral, vitamin dan bahan lain tergantung pada tujuan penggunaan dan cara penggunaannya (Zahid, 2012).

Feed aditive merupakan bahan pakan tambahan yang diberikan kepada ternak melalui pencampuran pakan ternak. Bahan tersebut merupakan pakan pelengkap yang bukan zat makanan. Penambahan feed aditive dalam pakan bertujuan untuk mendapatkan pertumbuhan ternak yang optimal. Pemakaian bahan aditif dalam campuran pakan sudah banyak digunakan di Eropa dengan tujuan unuk meningkatkan nilai gizi (Prayer dkk., 2015).

Menurut Ravindran (2012) feed aditive dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu nutritive feed aditive dan non nutritive feed aditive. Nutritive feed aditive ditambahkan ke dalam ransum untuk melengkapi atau meningkatkan kandungan nutrien ransum, misalnya suplemen vitamin, mineral, dan asam amino.

Non nutritive feed aditive tidak mempengaruhi kandungan nutrien ransum, kegunaannya tergantung pada jenisnya, antara lain untuk meningkatkan palatabilitas (flavoring/pemberi rasa, colorant/pewarna), pengawet pakan (antioksidan), penghambat mikroorganisme patogen dan meningkatkan kecernaan nutrien (antibiotik, probiotik, prebiotik), anti jamur, membantu pencernaan sehingga meningkatkan kecernaan nutrien.

2.5. Molasses

Molasses merupakan hasil samping industri pengolahan gula yang berbentuk cair. Kandungan yang terdapat pada molasses antara lain 20% air, 3,5%

protein, 58% karbohidrat, 0,80% Ca, 0,10% pospor dan 10,50% bahan mineral lain (Pujaningsih, 2006).

Menurut Sumarsih dkk. (2009) penggunaan molasses pada pembuatan silase kulit pisang dapat meningkatkan kadar protein kasar dan menurunkan kadar serat kasar, molasses menyediakan sumber energi bagi bakteri asam laktat yang berperan dalam proses ensilase.

(27)

10 Gambar 2.5. Molases

Sumber: Dokumentasi Penelitian

2.6. Dedak Padi

Dedak padi (rice bran) merupakan sumber energi bagi ternak ruminansia.

Dedak padi adalah hasil sisa penggilingan atau penumbukan padi, dedak padi banyak sekali digunakan sebagai pakan ternak. Kandungan protein dedak padi cukup tinggi yaitu 13%. Dedak padi dapat berupa kulit padi yang mengandung serat kasar dan mineral, serabut perah (katul), dedak halus (kaya protein, vitamin B1, lemak dan mineral) atau dedak kasar berupa kulit gabah halus yang bercampur dengan pecahan lembaga beras dengan daya cerna rendah. Dari beberapa macam dedak padi tersebut, dedak padi yang sering digunakan adalah dedak halus karena kaya akan protein, vitamin B1, lemak dan mineral serta mudah dicerna oleh sapi (Harianto, 2012). Dedak halus kaya akan vitamin dan kandungan lisin yang tinggi (Anggorodi, 1984).

Berdasarkan analisis Laboratorium Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau 2016, kandungan dedak padi adalah bahan kering 15,97%, protein kasar 7,70%, serat kasar 30%, lemak kasar 2,99%, abu 8,20% dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 51,11%. Kandungan nutrisi yang terkandung dalam dedak padi adalah protein kasar PK 11,9%, serat kasar 10-16%, total digestible nutrien (TDN) 70,5- 81,5, kalsium (Ca) 0,1%, posfor 1,51%, (Setiawan, 2017).

2.7. Bungkil Inti Sawit

Bungkil inti kelapa sawit dapat digunakan sebagai pakan, yaitu sebagai sumber energi, protein, vitamin, dan mineral (Ketaren, 2008). Menurut Sinurat (2012) bungkil inti sawit merupakan hasil samping dari pemerasan daging buah

(28)

11 inti sawit. Untuk lebih jelasnya bungkil inti sawit dapat dilihat pada Gambar 2.7 di bawah ini.

Gambar 2.7. Bungkil Inti Sawit

Sumber: Dokumentasi Penelitian

Bungkil inti sawit dapat berperan sebagai sumber penguat atau konsentrat pada pakan karena nilai nutrisi yang tinggi (Sukria dan Krisnan, 2009). Amri (2006) menjelaskan bungkil inti sawit sebagai bahan pakan mengandung 15,43%

protein kasar; 15,47% serat kasar; 7,71% lemak; 0,83% Ca; 0,86% P dan 3,79%

abu. Bungkil inti sawit memiliki kandungan zat makanan protein kasar 15,14%;

lemak kasar 6,08%; serat kasar 17,18%; kalsium 0,47%; posfor 0,72% dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 57,80% serta energi bruto 5.088 kkal/kg (Elman dkk., 2011)

2.8. Tepung Jagung

Tepung jagung jagung merupakan butiran-butiran halus yang berasal dari jagung kering yang dihancurkan (Qanytah, 2012). Pengelolahan jagung menjadi bentuk tepung lebih dianjurkan dibandingkan produk setengah jadi lainya, karena lebih tahan disimpan, mudah dicampur, dapat diperkaya dengan zat gizi dan mudah digunakan untuk proses pengelolahan lebih lanjut (Arief dkk., 2014)

Tepung jagung memiliki kandungan protein kasar 8,78%, serat kasar 3,12%, lemak kasar 4,92%, air 10%, dan abu 2,01% (Suarni, 2009). Tepung jagung berpotensial untuk dapat dijadikan bahan aditif sebagai sumber WSC karena mengandung BETN yang tinggi, yaitu 81,37% yang mencerminkan WSC dalam jumlah besar yang terkandung di dalamnya (McDonald et al., 1981).

(29)

12 2.9. Kualitas Nutrisi Bahan Pakan

Kualitas nutrisi bahan pakan merupakan faktor utama dalam memilih dan menggunakan bahan makanan sebagai sumber zat makanan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi ternak. Kualitas nutrisi bahan pakan terdiri atas komposisi nilai nutrisi, serat, energi, dan aplikasinya pada nilai palatabilitas dan daya cerna (Amalia dkk., 2000).

Serat kasar merupakan kumpulan dari semua serat yang tidak bisa dicerna, komponen dari serat kasar yaitu selulosa, pentosa, lignin, dan komponen- komponen lainnya. Komponen serat kasar tidak memiliki nilai gizi akan tetapi memiliki peran penting dalam proses pencernaan (Desnamrina, 2018), karena tingginya kandungan serat kasar dapat mempengaruhi kemampuan konsumsi bahan pakan (Fauzia dkk., 2019).

Kadar protein suatu bahan secara umum dapat diperhitungkan dengan analisis kadar protein kasar dengan cara menentukan kadar nitrogennya secara kimiawi (Desnamrina, 2018). Pertambahan bobot badan tidak hanya fungsi deposisi dari protein, melainkan juga merupakan fungsi deposisi lemak.

Kandungan protein yang tinggi kurang baik untuk kesehatan ternak, hal ini dapat dilihat dari keadaan ternak yang mengalami masalah pencernaan (Fauzia dkk., 2019).

Menurut Iskandar dan Fitriadi (2017) lemak adalah senyawa organik yang tidak larut dalam air, namun larut pada pelarut organik sebagai sumber energi.Menurut Desnamrina (2018) semakin lama masa inkubasi semakin menurun kandungan lemak kasar akibat perubahan struktur kimia dari pelepah yang difermentasi oleh jamur Phanerhochaete chrysosporium. Kandungan lemak kasar yang terlalu tinggi pada bahan pakan ruminansia dapat mengganggu proses fermentasi bahan pakan dalam rumen ternak. Perlakuan fermentasi serat buah kelapa sawit dengan feses kerbau sampai level 30% belum mampu menurunkan kadar lemak kasar karenak tidak seusainya sifat mikroba yang berkembang dalam proses fermentasi (Juliantoni dkk., 2018)

Abu total didefinisikan sebagai residu yang dihasilkan pada proses pembakaran bahan organik menjadi senyawa anorganik dalam bentuk oksida, garam dan mineral. Abu total yang terkandung dalam produk bahan pakan

(30)

13 dibatasi jumlahnya (Iskandar dan Fitriadi, 2017). Kadar abu menentukan kadar bahan organik dari suatu bahan pakan dan abu merupakan bahan yang bersifat anorganik pada bahan pakan. Penurunan kadar abu dapat dilakukan dengan perlakuan fermentasi dengan penambahan feses kerbau dan feses sapi (Mucra dan Azriani, 2012).

Menurut Sari dkk. (2015) faktor yang mempengaruhi kandungan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) adalah air, abu, protein kasar, lemak kasar dan serat kasar. Proses fermentasi dapat menurunkan kandungan BETN karena karbohidrat yang merupakan komponen utama dalam BETN digunakan mikroba sebagai sumber energi dalam pertumbuhannya. Penurunan kadar BETN dipandang dari aspek nutrisi kurang menguntungkan, karena semakin sedikit BETN maka semakin sedikit pula komponen bahan organik yang dapat dicerna (Sari dkk., 2015). Menurut Mucra dan Azriani (2012) penambahan feses kerbau dan feses sapi belum mampu menaikkan kadar BETN yang mana hasil perombakan senyawa kompleks menjadi senyawa yang sederhana jumlahnya masih sedikit.

(31)

14 III. MATERI DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Desember 2021 sampai Februari 2022 di Laboratorium Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada pembuatan silase adalah daun sawit yang telah dibuang lidinya yang diperoleh dari tempat pembuatan sapu lidi Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Bahan lainnya adalah molasses, dedak halus, bungkil inti sawit dan tepung jagung.

Alat yang digunakan dalam pembuatan silase adalah pisau, talenan, plastik, dan selotip. Alat untuk analisis proksimat adalah pemanas, kjeltec, soxtec, fibertec, kertas saring, tanur listrik, crucible tang, erlenmeyer dan alat destilasi.

3.3. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan secara eksperimental menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor A adalah jenis bahan aditif yaitu molases, dedak halus, bungkil inti sawit dan tepung jagung. Faktor B adalah level bahan aditif yang ditambahkan pada proses fermentasi yaitu 0%, 1%, 3%, dan 5%. Fermentasi akan dilakukan selama 3 minggu (21 hari). Kombinasi perlakuan disajikan pada Tabel 3.1 :

Tabel 3.1. Kombinasi Perlakuan Penelitian

Bahan Aditif (Faktor A) Persentase Bahan Aditif (Faktor B)

0%(B1) 1%(B2) 3%(B3) 5%(B4)

Molases (A1) A1B1 A1B2 A1B3 A1B4

Dedak Halus (A2) A2B1 A2B2 A2B3 A2B4

Bungkil Inti Sawit (A3) A3B1 A3B2 A3B3 A3B4

Tepung Jagung (A4) A4B1 A4B2 A4B3 A4B4

3.4. Parameter Penelitian

Parameter yang diukur pada penelitian ini yaitu protein kasar, serat kasar, lemak kasar, abu, dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN).

(32)

15 3.5. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dibagi menjadi 2 tahap yaitu pembuatan silase dan analisis kandungan nutrisi silase. Bagan alur penelitian pembuatan silase daun sawit dapat dilihat pada Gambar 3.1. di bawah ini.

Gambar 3.1. Bagan Alur Penelitian Pembuatan Silase Daun Sawit 3.5.1. Pembuatan Silase Daun Kelapa Sawit

Daun kelapa sawit yang diperoleh dari kebun masyarakat petani kelapa sawit, dicacah menggunakan parang dengan panjang potongan 1 sampai 3 cm, setelah itu ditimbang masing-masing 1 kg. Selanjutnya sampel dicampur dengan

Pengumpulan daun sawit

Pencacahan daun sawit

Pencampuran daun sawit dengan bahan aditif menurut kombinasi

perlakuan

Pembungkusan bahan

Proses fermentasi

Pembukaan silase

Uji kualitas nutrisi meliputi :

 Protein kasar

 Serat kasar

 Lemak kasar

 Abu

 Bahan ekstrak tanpa nitrogen

Analisis data

(33)

16 bahan aditif yaitu molases, dedak padi, bungkil inti sawitdan tepung jagung, menurut kombinasi perlakuan dengan level yang berbeda, seperti pada Tabel 3.1 dan Lampiran 1.

Setelah dicampurkan, semua bahan dimasukkan kedalam kantong plastik dan dipadatkan sehingga mencapai keadaan anaerob. Setelah semuanya selesai, dilakukan fermentasi selama 21 hari (3 minggu) pada suhu ruang.

3.5.2. Analisis Kandungan Nutrisi

Analisis kandungan nutrisi silase daun sawit dilakukan terhadap kandungan protein kasar, serat kasar, lemak kasar, abu dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN).

3.5.2.1. Analisis Kandungan Protein Kasar (Foss Analytical, 2003)

Kandungan protein kasar dianalisis menggunakan prosedur sebagai berikut:

1. Sampel ditimbang 1 g, dimasukkan ke dalam labu kjedhal.

2. Ditambahkan 1 g katalisator selenium dan larutan H2SO4 sebanyak 6 mL ke dalam sampel.

3. Sampel didestruksi di lemari asam selama 1 jam sampai cairan menjadi jernih (kehijauan).

4. Sampel didinginkan, ditambahkan aquades 30 mL secara perlahan-lahan.

5. Sampel dipindahkan ke dalam alat destilasi.

6. Disiapkan erlenmeyer 125 mL yang berisi 25 mL larutan H3BO3 7 mL metilen red dan 10 mL brom kresol green. Ujung tabung kondensor harus terendam di bawah larutan H3BO3.

7. Larutan NaOH 30 mL ditambahkan ke dalam erlenmeyer, kemudian didestilasi (3-5 menit).

8. Tabung kondensor dibilas dengan air dan bilasannya ditampung dalam erlenmeyer yang sama.

9. Sampel dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna menjadi merah muda dan selanjutnya penetapan blangko dilakukaan.

(34)

17 Kadar protein kasar sampel dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

%N = mL titran - mL blanko × Normalitas H₂SO₄ × 14,007× 100%

Berat sampel mg

% protein = % N x faktor konversi Keterangan : Faktor konversi untuk makanan ternak adalah 6, 25

3.5.2.2. Analisis Kandungan Serat Kasar (Foss Analytical, 2006)

Kandungan serat kasar dianalisis menggunakan prosedur-prosedur sebagai berikut :

1. NaOH dilarutkan, ditambah aquadest menjadi 1000 mL (dilarutkan 13,02 mL H2SO4 dalam aquadest sampai menjadi 1000 mL).

2. Sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam crucible yang telah ditimbang beratnya (W1).

3. Crucible diletakkan di cold extration, lalu aceton dimasukkan ke dalam crucibel sebanyak 25 mL atau sampai sampel tenggelam. Sampel didiamkan selama 10 menit, tujuannya untuk menghilangkan lemak.

4. Poin 3 dilakukan 3 kali berturut-turut kemudian dibilas dengan aquades sebanyak 2 kali.

5. Crusible dipindahkan ke fibertex, selanjutnya dilakukan :

a. H2SO4 dimasukkan ke dalam masing-masing crucible pada garis ke 2 (150 ml). Setelah selesai kran air dihidupkan, crucible ditutup dengan reflektor.

b. Fibertec dipanaskan sampai mendidih. Fibertec dalam keadaan tertutup dan air dihidupkan.

c. Aquadest dipanaskan dalam wadah lain.

d. Ditunggu hingga sampel di fibertec mendidih, kemudian ditambahkan octanol (untuk menghilangkan buih) sebanyak 2 tetes lalu panasnya dioptimumkan, dibiarkan selama 30 menit, lalu fibertec dimatikan.

6. Larutan di dalam fibertec disedot, posisi fibertec dalam keadaan vacuum dan kran air dibuka.

(35)

18 7. Aquades yang telah dipanaskan dimasukkan ke dalam semprotan, lalu disemprotkan ke crusible. Posisi fibertec tetap dalam keadaan vacum dan kran air terbuka. Dilakukan pembilasan sebanyak 3 kali.

8. Fibertec ditutup, NaOH yang telah dipanaskan dimasukkan ke dalam crucible pada garis ke 2, kran air pada posisi terbuka, fibertec dihidupkan dengan suhu optimum. Setelah sampel mendidih diteteskan octanol sebanyak 2 tetes ke dalam tabung yang berbuih, selanjutnya dipanaskan selama 30 menit.

9. Fibertac dimatikan, kran ditutup, suhu dioptimumkan, dilakukan pembilasan dengan aquades panas sebanyak 3 kali, fibertec pada posisi vacum. Setelah selesai dibilas fibertec pada posisi tertutup.

10. Crusible dipindahkan ke cold extraction lalu dibilas dengan aseton. Cold extration pada posisi vacum, kran air dibuka (dilakukan sebanyak 3 kali), dengan tujuan untuk pembilasan.

11. Crusible dimasukkan ke dalam oven selama 2 jam dengan suhu 130 .

12. Crusible didinginkan dalam desikator 1 jam selanjutnya ditimbang (W2).

13. Crusible dimasukkan ke dalam tanur selama 3 jam dengan suhu 525°C.

14. Crusible didinginkan dalam desikator selama 1 jam selanjutnya ditimbang (W3).

Kadar serat kasar dihitung menggunakan rumus sebagai berikut : Kadar serat kasar (%) = W2 – W3 x 100%

W1 Keterangan:

W1 = Berat sampel (g)

W2 = Berat sampel + cawan crucible setelah dioven (g) W3 = Berat sampel + cawan crucible setelah ditanur (g)

3.5.2.3 Analisis Kadar Lemak Kasar (Sudarmadji dkk, 1997)

Sampel yang telah dihaluskan ditimbang sebanyak 5 g, dibungkus dengan kertas saring, dimasukkan dalam tabung ekstraksi soxhlet. Kemudian dipasang cawan lemak yang telah diketahui beratnya dan dipasang tabung ekstraksi pada alat distilasi soxhlet yang telah diisi dengan pelarut hingga turun ke cawan lemak,

(36)

19 kemudian dialirkan air pendingin dan alat dinyalakan, ekstraksi dilakukan selama 4-5 jam. Setelah itu, pelarut dan lemak dipisahkan, cawan yang berisi lemak dikeringkan pada oven dengan suhu 100-105oC selama 30 menit. Berat residu dalam cawan lemak dinyatakan sebagai berat lemak atau minyak. Kadar lemak kasar dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

Kadar lemak (%) = B – C x 100%

A Keterangan :

A = Berat contoh

B = Berat cawan + lemak C = Berat cawan kosong

3.5.2.4. Analisis Kadar Abu (AOAC, 1993)

Cawan crusible dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC selama 1 jam, kemudian didinginkan dalam desikator lalu ditimbang. Sampel ditimbang sebanyak 2 g, kemudian dimasukkan ke dalam cawan crusible tersebut. Cawan crusible diletakkan dalam tanur pengabuan, lalu dibakar pada suhu 525oC selama 3 jam. Sampel didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang. Kadar abu sampel dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut :

Kadar abu = (X – Z) x 100 % Y

Keterangan :

X = berat cawan (g) Y = Berat sampel (g)

Z = berat cawan dan abu (g)

3.5.2.5. Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) (Tillman dkk, 1998)

Penentuan kandungan BETN dilakukan dengan cara mengurangkan angka 100 % dengan persentase protein kasar, serat kasar, lemak kasar, dan abu dengan rumus sebagai berikut :

% BETN = 100 % - (% PK + % SK + % LK + % Abu )

(37)

20 3.6. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis sidik ragam (Tabel 3.6) sesuai dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pola Faktorial. Model matematis dari rancangan percobaan mengikuti Steel dan Torrie (1995), sebagai berikut :

Yijk= μ + αi + βj + (αβ)ij+

ε

ijk

Keterangan :

Yijk = Nilai pengamatan pada faktor A taraf ke-i faktor B taraf ke-j dan ulangan ke-k

µ = Rataan umum

αi = Pengaruh perlakuan ke-i βj = Pengaruh perlakuan ke-j

(αβ)ij = Pengaruh interaksi perlakuan ke-i dan perlakuan ke-j

ε

ijk = Pengaruh galat dari faktor A pada taraf ke-i, faktor B pada tarafke-j dan pada ulangan ke-k

i = 1,2,3, dan 4 j = 1,2,3, dan 4

k = Ulangan ke- 1,2, dan 3

Tabel 3.6. Analisis Sidik Ragam Faktor

Koreksi

Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah

F hitung F tabel 5% 1%

A a-1 JKA KTA/dbA KTA/KTG

B b-1 JKB KTB/dbB KTB/KTG

AB (a-1)(b-1) JKAB KTAB/dbAB KTAB/KTG

Galat ab(r-1) JKG KTG/dbG

Total rab-1 JKT

Keterangan :

Faktor Koreksi (FK) = (ΣYij..)2

a.b.r

Jumlah Kuadrat Total (JKT) = (ΣYij..)2–FK

(38)

21 Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP) = ΣPij2 – FK

r

Jumlah Kuadrat Faktor A (JKA) = ΣYi2– FK b.r Jumlah Kuadrat Faktor B (JKB) = ΣYi2– FK

a.r

Jumlah Kuadrat AB (JKAB) = JKP–JKA–JKB

Kuadrat Tengah Faktor A (KTA) = JKA a–1 Kuadrat Tengah Faktor B (KTB) = JKB

a–1 Kuadrat Tengah AB (KTAB) = JKAB

(a–1) (b–1)

Kuadrat Tengah Galat (KTG) = JKG

a.b (r–1)

F hitung A = KTA

KTG

F hitung B = KTB

KTG

F hitung AB = KTAB

KTG

Bila hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh nyata maka dilakukan uji lanjut Duncan’s Multiple Range Test (DMRT).

(39)

31 V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ;

1. Terdapat interaksi antara jenis bahan aditif dengan level penambahan bahan aditif terhadap kandungan protein kasar silase daun sawit dan tidak terdapat interaksi terhadap kandungan serat kasar, lemak kasar, abu, dan BETN.

2. Jenis bahan aditif yang berbeda menghasilkan kandungan protein kasar, serat kasar dan abu silase daun sawit yang berbeda dan tidak menghasilkan kandungan lemak kasar dan BETN.

3. Penggunaan bahan aditif (molases) sampai 3% meningkatkan kandungan protein kasar, penambahan 3% bahan aditif dapat menurunkan kandungan serat kasar, namun level penambahan bahan aditif 3% belum mampu meningkatkan kandungan lemak kasar, abu dan BETN.

5.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kecernaan silase daun sawit dengan jenis bahan aditif dan level yang berbeda menggunakan uji in-vitro.

(40)

32 DAFTAR PUSTAKA

Agus, D.R. 2015. Pemanfaatan Lidi Kelapa Sawit sebagai Bahan Pembuatan Produk Kerajinan dengan Teknik Tenun ATBM. Skripsi. Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Agustina, L. 2006. Penggunaan Ramuan Herbal sebagai Feed Additive untuk Meningkatkan Performans Broiler. Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi dalam Mendukung Usaha Ternak Unggas Berdaya Saing. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Hal 47-51.

Amalia, L., L. Aboenawan., L.E. Budiarti., N. Ramli., M. Ridha dan A.L.

Darobin. 2000. Diktat Pengetahuan Bahan Makanan Ternak.

Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Anggorodi, R. 1984. Ilmu Makanan Ternak. PT. Gramedia. Jakarta.

Anas, M.R. dan Syahrir. 2017. Pengaruh Penggunaan Jenis Aditif sebagai Sumber Karbohidrat terhadap Komposisi Kimia Silase Rumput Mulato. Journal Agrisains. 18 (1) : 13–22.

AOAC. 1993. Official Methods of Association of Official Analytical Chemists.

12th Edition. Association of Official Analytical Chemist. Benjamin Franklin Station. Washington. 326 hal.

Arif, R. W., A. Yani., Asropi dan F. Dewi. 2014. Kajian Pembuatan Tepung Jagung “ Inovasi dengan Proses Pengolahan yang Berbeda. Prosiding Seminar Nasional. Banjarbaru. 611-618.

Astawan, M. dan E. Febrinda. 2010. Potensi Dedak dan Bekatul Beras sebagai Ingredient Pangan dan Produk Pangan Fungsional. Jurnal Pangan. 19(1):

14–21.

Astuti, D.A. 2009. Petunjuk Praktis Menggemukkan Domba, Kambing, dan Sapi Potong. Agro Media. Jakarta.

Amri, M. 2006. Pengaruh Penggunaan Bungkil Inti Sawit dalam Pakan terhadap Performa Ikan Mas (Cyprinus carpiol). Universitas Bung Hatta.

https://bunghatta.ac.id/artikel. Diakses tanggal 4 Oktober 2021.

Aidismen, Y.D.P. 2014. Sifat Fisik dan Kimia Silase Kulit Nenas (Ananas Comosus L. Merr) dengan Penambahan Molases pada Level yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Pekanbaru.

(41)

33 Awiyanata, R., Jiyanto, dan P. Anwar. 2021. Kualitas Nutrisi Silase Kelapa Sawit (Pelepah dan Daun) terhadap Penambahan Kombinasi dan Bahan Aditif Cairan Asam Laktat. Jurnal Green Swarnadwipa. 10 (3): 473-483.

Azriani. 2009. Komposisi Kimia Daun Kelapa Sawit yang Difermentasikan dengan Inokulum Berbeda. Skripsi. Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Pekanbaru.

Basri, Nurhaidah dan Fitriani. 2019. Kandungan Kalsium (Ca) dan Fospor (P) Silase Kombinasi Jerami Padi dan Daun Lamtoro sebagai Pakan Ternak Ruminansia. Journal Bionature. 20 (1) : 21-26.

Batubara, L.P. 2002. Potensi Biologis Daun Kelapa Sawit sebagai Pakan Basal dalam Ransum Sapi Potong. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.

Barokah, Y., A. Ali dan E. Erwan. 2017. Nutrisi Silase Pelepah Sawit yang Ditambah Biomassa Indigofera (Indigofera zollingeriana). Jurnal Ilmu- Ilmu Peternakan. 20 (2): 59-68.

Balitnak. 2003. Pemanfaatan Hijauan Perkebunan Kelapa Sawit sebagai Pakan Ternak. Puslitbang Departemen Pertanian. Bogor.

Badan Pusat Statistik Provinsi Riau. 2019. Produksi Perkebunan Tahun 2019.

Badan Pusat Statistik Provinsi Riau. Pekanbaru.

Buckle, K.A., R.A. Edwards., G.H. Fleet and M. Wotton. Food science.

Universitas Indonesia (UI) Jakarta.

Chrysostomus, H.Y., T.A.Y. Foenay dan T.N.I. Koni. 2020. Pengaruh berbagai Aditif berhadap Kandungan Serat Kasar dan Mineral Silase Kulit Pisang Kepok. Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner Tropis. 10 (2). 91-97.

Dhalika, T., A. Budiman., A. Ayuningsih dan Mansyur. 2011. Nilai Nutrisi Batang Pisang dari Produk Bioproses (Ensilage) sebagai Ransum Lengkap. Jurnal Ilmu Ternak. 11 (1) : 17-23.

Desnamrina, K.C. 2018. Kualitas Fisik, Kimia dan Kecernaan In Vitro Pelepah Kelapa Sawit yang Difermentasi oleh Phanerochaete chrysosporium.

Tesis. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Elferink, S.J.W.H.O., Driehius, F., Gottschal, J.C., dan Spoelstra, S.F. 2010.

Silage Fermentation Processes and their Manipulation. Proceding FAO Electronic Conference on Tropical Silage. pp. 2-4.

Elman, H., I. Sembiring dan N. Ginting. 2011. Penggunaan Bungkil Inti Sawit yang Diberi Hemicell dalam Ransum terhadap Energi Metabolisme Ransum Itik Raja. jurnal Peternakan Integratif. 1(1):59-68.

(42)

34 Fauzi, Y., Y.E. Widyastuti., I. Satyawibawa dan R.H. Paeru. 2012. Kelapa Sawit.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Fauzia, M., Y. Fauzi dan I. Sembiring. 2019. Silase Komplit Pelepah Kelapa Sawit dan Indigofera sp. dengan Probiotik MOIYL terhadap Performa Sapi PO. Journal of Livestock and Animal Health. 2(1): 14-19.

Fidriyanto, R., R. Rohmatussolihat., W.D. Astuti., N.F. Sari dan Y. Widyastuti.

2018. Formulasi Inokulum Bakteri untuk Pengolahan Limbah Sawit Sebagai Pakan Ternak. Proceeding of Biology Education. Research Center for Biotechnology, LIPI. Bogor.

Foss Analytical. 2003. Kjeltec™. Sistem Destilation Unit. User manual 1000 9164/Rev. 1.1 A.B. Sweden.79 hal.

Foss Analytical. 2006. Fibertec™ M.6 1020/1021.User Manual 1000 1537/Rev 3.

A.B. Sweden. 22 hal.

Garnasih, R.L. 2020. Pemanfaatan Limbah Lidi Sawit menjadi Produk Bernilai Ekonomis. Jurnal Pengabdian Masyarakat Multidisiplin. 3(2): 96-102.

Hadi, M.M. 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Mitra Gama Widya.

Yogyakarta.

Haresta, J. 2017. Produksi Biomassa dan Silase beberapa Genotipe Sorgum (Sorghum Bicolor (L) moench) yang Ditanam Secara Tumpangsari dengan Ubi Kayu pada Dua Lokasi Berbeda. Skripsi. Universitas Lampung.

Bandar Lampung.

Harianto, B. 2012. Tiga Jurus Sukses Penggemukan Sapi Potong. Agromedia Pusaka. Jakarta.

Hartadi, H., S. Reksohadiprojo dan A.D Tillman. 1990. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.

Hidayat, R., S. Nurjannah dan H. Permana. 2021. Penggunaan Molases pada Silase Kulit Pisang Nangka (Musa paradisiaca informa typica) terhadap Kandungan Serat Kasar dan Protein Kasar. Jurnal Ilmu Pertanian. 3 (2) : 51-57.

Imsya, A. 2007. Konsentrasi N-amonia, Kecernaan Bahan Kering dan Kecernaan Bahan Organik Pelepah Sawit Hasil Amoniasi Secara In Vitro. Prosiding Seminar Teknologi Peternakan dan Veteriner. 21-22 Agustus 2007.

Puslitbang Peternakan Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian Bogor. hal 111-115.

(43)

35 Isnandar. R.U., S. Chuzaemi., E. Sutariningsih., L.M. Yusiati dan R. Utomo.

2010. Optimasi Bakteri Asam Laktat dan Level Penggunaan Bahan Aditive Molases terhadap Kualitas Silase Isi Rumen Kualitas II Rumen. Jurnal Ilmiah Agrisains. 11(2):163-171.

Iskandar, R. dan S. Fitriadi. 2017. Analisa Proksimat Pakan hasil Olahan Pembudidaya Ikan di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Ziraa'ah. 42 (1) : 65-68.

Jaelani, A., A. Gunawan dan I. Asriani. 2014. Pengaruh Lama Penyimpanan Silase Daun Sawit terhadap Kadar Protein dan Serat Kasar. Ziraa’ah. 39 (1) : 8-16.

Juliantoni, J., D.A. Mucra dan D. Febrina. 2018. Kandungan Nutrisi Serat Buah Kelapa Sawit yang Difermentasi dengan Feses Kerbau pada Level yang Berbeda. Jurnal Peternakan. 15(1): 37-46.

Junaidi, A. 2010. Analisis Kandungan Gizi Ransum Komplit dari Limbah Perkebunan Kelapa Sawit yang Difermentasi dengan Feses Sapi. Skripsi.

Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Pekanbaru.

Ketaren, S. 2008. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta, Universitas Indonesia (UI-Press).

Kholid, E. 2009. Komposisi Kimia Daun Kelapa Sawit yang Difermentasi dengan Feses Ayam pada Level Berbeda. Skripsi. Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Pekanbaru.

Kojo, R.M., D. Rustandi., Y.R.L. Tulung dan S.S. Malalantang. 2015. Pengaruh Penambahan Dedak Padi dan Tepung Jagung terhadap Kualitas Fisik Silase Rumput Gajah (Pennisentrum purpureum cv). Jurnal zootec.

35(1):21-29.

Liana, M. 2008. Pemanfaatan Limbah Pertanian sebagai Pakan Ruminansia pada Peternak Rakyat di Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indra Giri Hulu.

Skripsi. Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Pekanbaru.

Lubis, R.E. dan A. Widanarko. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Agromedia.

Jakarta. Hal 6-10.

Mahfuzi, I., Rosdiana dan F. Kurniawan. 2020. Pendampingan Ibu Rumah Tangga (IRT) dalam Inovasi Produk Limbah Lidi Kelapa Sawit sebagai Penghasilan Tambahan pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Education For All. 9(2):27-32.

(44)

36 Mendoza, N.S., M. Aray., T. Kawaguchi., F.S. Cubol., E.G. Panerio., T. Yoshida and L.M. jonson. 1994. Isolation of Mannan Utilizing Bacteria and The Culture Condition For Manannase Produtcion. Journal of Microbiologi and Biotechnology. 10(1) : 51-54.

Mathius, I.W., S. Bahri dan Subandriyo. 2017. Akselerasi Pengembangan Sapi Potong melalui Sistem Integrasi Tanaman Ternak: Sawit-Sapi. IPB Press.

Bogor.

Mastopan., M. Tafsin dan N.D. Hanafi. 2009. Kecernaan Lemak Kasar dan TDN (Total Digestible Nutrien) Ransum yang Mengandung pelepah Daun Kelapa Sawit dengan Perlakuan Fisik, Kimia, Biologis dan Kombinasinya pada Domba. Jurnal Peternakan Integratif. 3 (1) : 37-45.

McDonald, P. 1981. The Biochemistry od Silage. John Wiley and Sons, Ltd.

Chichester. New York.

Mucra, D.A dan Azriani. 2012. Komposisi Kimia Daun Kelapa Sawit yang Difermentasi dengan Feses Kerbau dan Feses Sapi. Jurnal Peternakan.

9(1): 27-34.

Mucra, D. A. 2007. Pengaruh Fermentasi Serat Buah Kelapa Sawit terhadap Komposisi Kimia dan Kecernaan Nutrien Secara In-Vitro. Tesis.

Pascasarjana UGM. Yogyakarta.

Mugiawati, R.E. 2013. Kadar Air dan pH Silase Rumput Gajah pada Hari ke-21 dengan Penambahan Jenis Aditif dan Bakteri Asam Laktat. Jurnal Ternak Ilmiah. 1(1): 201-207.

Mugfira., B. Nobong dan S. Nompo. 2019. Pengaruh Pemberian Bahan Aditif Berbeda terhadap pH dan Kandungan Bahan Kering Silase Sorgum Manis (Sorgum bicolor L.). Jurnal Nutrisi dan Makanan Ternak. 13 (1) : 26-33.

Muhamad, N., R. A. Nurfitriani., S. P. S. Budhi., A. Astuti dan R. Utomo. 2022.

Kualitas Silase Rumput Minyak (Hymenanhne amplexicaulis) yang Diberi Lactobacillus Plantarum dengan Penambahan Level Molases yang Berbeda. Jurnal Peternakan Sriwijaya. 11 (1) : 1-8.

Musnandar, E. 2003. Pengaruh Dosisinokulum Marasmius sp. dan Lama Inkubasi Terhadap Kandungan Komponen Serat dan Protein Murni Pada Sabut Kelapa Sawit untuk Bahan Pakan Ternak. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan. 9(4): 225-234.

Mustika, L.M. dan Hartutik. 2021. Kualitas Silse Tebon Jagung (Zea mays L.) dengan Berbagai Bahan Aditif Ditinjau dari Kandungan Nutrisi. Jurnal Nutrisi Ternak Tropis. 4 (1): 55-59.

Nahak, O. K., P.K. Tahuk., G.F. Bira., A. Bere dan H. Riberu. 2019. Pengaruh Penggunaan Jenis Bahan Aditif yang Berbeda terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Silase Komplit Berbahan Dasar Sorgum (Shorgum bicolor (L.) moench). Journal of Animal Science. 4 (1): 1-14

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Untuk mengetahui adanya pengaruh persentase volume perbaikan terhadap tegangan - regangan dan kohesi (c) pada tanah lempung ekspansif di Kecamatan Ngasem Kabupaten

Salah satu permasalahan yang ada pada karyawan merupakan adanya keinginan bahwa karir mereka agar selalu lancar atau adanya harapan karyawan untuk segera

Dikhawatirkan band dari genom DNA daun maja (Aegle marmelos) tidak muncul-muncul dengan berbagai optimasi yang dilakukan adalah penyebab dari sampel yang diisolasi dalam

Kabupaten Tanggamus yang memiliki topografi dari dataran rendah sampai dengan tinggi, sehingga tanaman pisang dapat tumbuh dengan optimal dan jenis tanaman pisang

Sejalan dengan undang-undang tersebut pula penulis berpendapat bahwa Indonesia sebagai negara yang menganut prinsip teokrasi, demokrasi dan nomokrasi maka dalam

Pesan yang ingin disampaikan dalam karya musik Parikarma ini adalah membuka cara pandang tentang pemahaman bahwa dengan karya komposisi ini, penggabungan kedua mantra

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui cara mengurangi limbah Cangkang Kerang (Anadara Grandis), agar mempunyai nilai tambah serta mengetahui berapa perbandingan

,611 1,000 Descriptive Statistics Dependent Variable: pH cara konsentrasi_penambahan_ liqueur Mean Std.. Tests of