i
SKRIPSI
Oleh
CHANDIKA USMAN MALIK 10573 05123 14
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2019
ii
ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA
DROUP OUT COFFEE
OLEH
CHANDIKA USMAN MALIK 10573 05123 14
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Rangka Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Strata 1 Akuntansi
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2019
iii
(Umar Bin Khattab r.a)
Manusia yang berakal adalah manusia yang suka menerima dan meminta nasihat
(Umar Bin Khattab r.a)
PERSEMBAHAN
Saya belum mampu memberikan kebahagian dan kebanggaan berupa materi, namun dengan segala kerendahan hati, inilah hal kecil yang kuharapkan agar
bisa membahagiakan mereka.
Skripsi ini kupersembahkan Kepada :
Ayahanda dan Ibunda tercinta, yang selama ini dengan penuh cinta, kasih sayang dan tanpa kenal lelah telah mendoakan, memberikan nasihat, semangat serta kerja keras yang tak ternilai harganya untuk mendukung setiap langkahku.
Juga untuk saudara-saudara ku tersayang.
Terimakasih atas segala dukungan dan motivasi dari kalian semua.
vi
rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Break Even Point Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada Droup Out Coffee”
Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua penulis bapak Syamsuddin dan ibu Nurliah yang senantiasa memberikan harapan, semangat, perhatian kasih sayang dan doa yang tulus tak pamrih. Dan saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerangan kehidupan di dunia dan di akhirat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada :
vii
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE.,M.Si.Ak.CA.,CSP., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak Drs. H. Sultan sarda, SE.,MM. dan Bapak Abd. Salam HB, SE.,M.Si.Ak.CA.,CSP. selaku Pembimbing I dan pembimbing II yang telah berkenan membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi dan senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga Skripsi selesai dengan baik.
5. Bapak/Ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.
6. Segenap Staf dan Keryawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
7. Rekan-rakan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Angkatan 2014 yang selalu belajar bersama yang tidak sedikit bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi penulis.
8. Terima kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi, dan dukungannya sehingga penulis dapat merampungkan penulisan skripsi ini.
Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa Skripsi ini masih sangat jauh dari kata kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak
viii
semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas Muhammadiyah Makassar.
Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Makassar, 24 Agustus 2019
Penulis
v
oleh Pembimbing I Sultan Sarda dan Pembimbing II Abdul Salam.
Droup Out Coffee adalah salah satu usaha coffee shop. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar break even point dan jumlah margin pengaman yang dialami dan dicapai oleh Droup Out Coffee pada tahun 2017.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kuantitatif. Data yang dianalisa dalam penelitian ini yaitu laporan penjualan, harga produk, volume penjualan, biaya actual. Hasil penelitian dalam analisis break even point pada Droup Out Coffee sudah mampu mengoptimalkan kinerjanya sehingga sudah mampu memperoleh penjualan di atas break even point berarti Droup Out Coffee sudah mampu untuk mencapai keuntungan yang maksimal disetiap tahunnya dengan target laba yang telah di tentukan.
Kata Kunci : Break Even Point, Contribution Margin, Margin of Safety dan Perencanaan Laba
vi ABSTRACT
Chandika Usman Malik, 2019. Analysis of Break Even Point as a Profit Planning Tool in an Out Coffee Droup. Thesis Accounting Study Program, Faculty of Economics and Business, Muhammadiyah University of Makassar. Supervised by Advisor I Sultan Sarda and Advisor II Abdul Salam.
DroupOut Coffee is one of the coffee shop businesses. This study aims to determine how much the break even point and the number of safety margins experienced and achieved by the Out Coffee Group in 2017. Data analysis methods used in this study are quantitative descriptive analysis methods. The data analyzed in this study are sales reports, product prices, sales volume, actual costs. The results of the analysis in the break even point analysis of the Coffee OutDroup have been able to optimize its performance so that it has been able to obtain sales above the break even point means that the Droup Out Coffee has been able to achieve maximum profit in each year with a predetermined profit target.
Keywords: Break Even Point, Contribution Margin, Margin of Safety and Profit Planning
x
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iv
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5
A. Tinjauan Teori dan Konsep ... 5
1. Pengertian Biaya ... 5
2. Jenis Biaya ... 5
3. Pengertian Analisa Break Even Point ... 7
4. Kegunaan Analisa Break Even Point ... 11
5. Metode Penghitungan Break Even Point ... 14
B. Penelitian Terdahulu ... 19
C. Kerangka Pemikiran ... 26
xi
C. Jenis dan Sumber Data ... 27
D. Metode Pengumpulan Data ... 28
E. Teknik Analisa Data ... 29
1. Analisis Deskriptif ... 29
2. Analisis Kuantitatif ... 29
IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ... 31
A. Objek Penelitian ... 31
1. Gambaran Umum D.O Cafe ... 31
2. Struktur Organisasi ... 31
B. Unsur Biaya Pada D.O Cafe ... 32
1. Bahan Baku Yang Digunakan ... 32
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung ... 33
3. Biaya Overhead Produksi ... 34
C. Analisis Hasil Penelitian ... 40
1. Klasifikasi Biaya D.O Cafe ... 40
2. Pemisahan Biaya Semi Variabel ... 41
3. Volume dan Hasil Penjualan ... 41
D. Analisis Data ... 44
1. Analisis Contribution Margin ... 45
2. Analisis Break Even Point... 48
3. Analisis Margin Of Safety ... 51
4. Analisis Target Penjualan ... 52
xii
A. Kesimpulan ... 57 B. Saran ... 57 DAFTAR PUSTAKA ... 59
xiii
Gambar 2.2 ... 26 Gambar 4.1 ... 32
xiv
Tabel 4.1 ... 33
Tabel 4.2 ... 33
Tabel 4.3 ... 34
Tabel 4.4 ... 35
Tabel 4.5 ... 36
Tabel 4.6 ... 37
Tabel 4.7 ... 38
Tabel 4.8 ... 39
Tabel 4.9 ... 40
Tabel 4.10... 40
Tabel 4.11... 41
Tabel 4.12... 42
Tabel 4.13... 43
Tabel 4.14... 44
Tabel 4.15... 44
Tabel 4.16... 46
Tabel 4.17... 47
Tabel 4.18... 47
Tabel 4.19... 48
A. Latar Belakang
Perkembangan dunia usaha yang sangat pesat dewasa ini, banyak bermunculan perusahaan – perusahaan baru, baik yang berskala kecil, menengah dan besar disegala sektor usaha. Pendirian-pendirian perusahaan baru tersebut pada umumnya mempunyai tujuan utama, yaitu untuk menghasilkan laba (provite motivate).
Persaingan industri bisnis di Indonesia sangatlah ketat. Tidak heran jika banyak perusahaan yang tumbuh, berkembang dan sukses. Tetapi ada juga yang mengalami penurunan sampai gulung tikar. Maka untuk mengatasi masalah – masalah yang timbul dalam persaingan bisnis, salah satu yang dapat dilakukan manajemen yaitu harus mampu mengendalikan operasionalnya dengan baik. Karena jika terjadi kesalahan dalam mengambil keputusan, akan mengakibatkan ketidakmampuan perusahaan ikut dalam kompetisi persaingan bisnis yang tidak mungkin berhenti, hingga akhirnya bangkrut.
Pada dasarnya manajemen harus dapat memutuskan bagaimana mengelola sumber daya ekonomi sesuai dengan tujuan perusahaan. Salah satu tujuan perusahaan adalah untuk mencapai laba semaksimal mungkin.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka sumber daya ekonomi tersebut benar – benar digunakan secara efektif dan efisien. Efektif berarti apabila sumber daya ekonomi tersebut benar – benar digunakan untuk tujuan perusahaan, yaitu untuk mencapai laba semaksimal mungkin. Sedangkan efisien berarti apabila sumber daya ekonomi tersebut bebas dari pemborosan.
1
Bagi perusahaan yang memiliki aktivitas opersaional yang rumit dan kompleks senantias dihadapkan pada masalah – masalah manajemen sumber daya agar bisa dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Dalam upaya mengatasi masalah tersebut manajer harus terampil dan mampu bekerja dengan cermat.
Ekonomi yang pasang surut akhir – akhir ini mengakibatkan harga bahan baku serta daya beli masyarakat yang berubah – ubah. Hal ini memberikan pengaruh bagi perusahaan dalam menentukan harga dan volume penjualan. Sehingga kemampuan manajemen dalam menetapkan strategi perusahaan harus memadai untuk mengatasi persaingan dengan perusahaan competitor sejenis agar perusahaan dapat mencapai laba semaksimal mungkin.
Laba dicapai jika pendapatan melebihi total biaya yang dikeluarkan.
Agar penigkatan pendapatan meningkat perusahaan harus menaikkan tingkat produksinya untuk menaikkan tingkat penjualan tersebut, maka perusahaan harus merencanakannya terlebih dahulu, perencanaan itu dipakai sebagai pedoman dalam melakukan produksi. Di dalam menyusun perencanaan penjualan, manajemen membutuhkan informasi tentang pada tingkat penjualan berapa yang harus dicapai oleh perusahaan agar memperoleh laba atau pada tingkat penjualan berapa yang harus dicapai oleh perusahaan agar mencapai titik impas, atau pada tingkat penjualan berapakah perusahaan akan menderita kerugian. Dalam hal ini, salah satu alat bantu yang digunakan dalam manajemen adalah analisis break even point, yang merupakan bagian dari analisis biaya volume laba. Yaitu suatu analisa yang memberikan informasi tentang berapa tingkat penjualan yang
harus dicapai agar perusahaan tidak menderita kerugian ataupun tidak mendapatkan keuntungan. Dan dari analisa ini manajemen juga akan mengetahui berapa banyak barang yang harus dijual untuk mencapai laba yang ditargetkan. Sehingga analisis break even point dapat berpengaruh atas laba perusahaan.
Berdasarkan alasan – alasan yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Analisis Break Even Point Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada D.O Coffee”
B. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan ini adalah penerapan analisis Break Even Point (BEP) pada D.O Coffee dalam merencanakan labanya, maka masalah pokok yang dapat dirumuskan yaitu berapa besarnya Break Even Point (BEP) atau titik impas?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis perencanaan laba D.O Coffee dengan menggunakan analisis Break Even Point (BEP). Adapun tujuan Penelitian adalah untuk menentukan Break Even Point (BEP) atau titik impas.
2. Kegunaan Penelitian
Peneliti berharap agar penelitian ini dapat memberikan kegunaan sebagai berikut :
a. Bagi Perusahaan
Peneliti mengharapkan agar hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi manejemen dalam melaksanakan analisis Break Even Point sehingga mempengaruhi laba di masa yang akan datang dengan melihat perkembangan analisa break even point di periode waktu sebelumnya.
b. Bagi lingkungan perguruan tinggi
Diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca tentang manfaat yang akan diperoleh dengan mengetahui analisa Break Even Point yang diterapkan di D.O Coffee.
c. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan penulis khususnya di bidang keuangan dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Strata 1.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori dan Konsep 1. Pengertian Biaya
Terjadinya biaya merupakan suatu akibat dari pengorbanan nilai – nilai produksi yang digunakan dalam proses produksi. Tidak selamanya pengorbanan dapat dianggap sebagai biaya, dapat dilihat dari pendapat beberapa ahli sebagai berikut :
Menurut Mulyadi (2015) menyatakan bahwa pengertian biaya dalam arti luas adalah “Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.”
2. Jenis Biaya
Menurut Mulyadi (2015) terdapat berbagai macam biaya dalam suatu perusahaan, yaitu :
a. Biaya produksi
Biaya produksi merupakan biaya – biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Secara garis besar biaya produksi ini di bagi menjadi :
1) Biaya Bahan Baku ( Direct Material Cost ) adalah semua biaya bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi.
2) Biaya Tenaga kerja langsung ( Direct Labor Cost ) adalah balas jasa yang diberikan pada karyawan pabrik yang manfaatnya dapat diidentifikasikan pada produk tertentu yang dihasilkan perusahaan.
5
3) Biaya Overhead Pabrik ( Factory Overhead Cost ) adalah biaya selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
b. Biaya Pemasaran
Biaya pemasaran merupakan biaya – biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk.
c. Biaya Administrasi Umum
Biaya administrasi dan umum merupakan biaya – biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung disebut pula dengan istilah biaya (prime cost), sedangkan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik sering disebut pula dengan biaya konversi (conversion cost) yang merupakan biaya untuk mengkonversi (mengubah) bahan baku menjadi produk jadii. Jumlah biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum sering pula disebut istilah biaya komersial (commercial expenses).
Menurut Freddy (2006) dalam break even point biaya digolongkan dalam 3 bagian yaitu :
1) TC adalah total Cost atau total biaya.
2) FC ( fixed cost ) atau biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah, berapapun produk yang dihasilkan, yang juga dikenal dengan istilah biaya tidak langsung.
3) VC ( variable Cost ) atau biaya variable adalah biaya yang bervariasi tergantung pada jumlah yang dihasilkan, yang juga disebut dengan biaya langsung ( direct cost ).
Berdasarkan uraian – uraian diatas diperoleh bahwa biaya yang harus dikeluarkan pada pelaksanaan produksi pada umumnya bagi perusahaan yang bersangkutan ini terdiri dari berbagai macam. Dalam hal ini, seluruh biaya yang ada didalam perusahaan dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu biaya yang disebut dengan biaya tetap dan biaya variable.
Masing–masing biaya tersebut akan mempunyai pola dan perilaku sendiri–
sendiri, sehingga didalam hubungannya dengan analisa impas yang akan dilaksanakan tersebut, biaya ini perlu untuk diketahui jumlahnya masing – masing dan juga hubungan antara biaya tersebut dengan tingkat kegiatan yang ada didalam perusahaan yang bersangkutan tersebut.
3. Pengertian Analisa Break Even Point
Break Even Point adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengan kata lain total biaya sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak ada rugi. Hal ini bisa terjadi apabila perusahaan di dalam operasinya menggunakan biaya tetap dan biaya variabel, dan volume penjualannya hanya cukup menutupi biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup menutupi biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Sebaliknya, perusahaan akan memperoleh keuntungan, apabila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus dikeluarkan.
Salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan sesuai dengan pertumbuhan perusahaan. Untuk mencapai laba
yang maksimal mungkin dapat dilakukan dengan tiga langkah sebagai berikut, yaitu :
1. Menekan biaya produksi maupun biaya operasional serendah- rendahnya dengan mempertahankan tingkat harga, kualitas dan kunatitas.
2. Menentukan harga dengan sedemikian rupa sesuai dengan laba yang dikehendaki.
3. Meningkatkan volume kegitan semaksimal mungkin.
Dari ketiga langkah-langkah tersebut diatas tidak dapat dilakukan secara terpisah-pisah karena tiga faktor tersebut mempunyai hubungan yang erat dan saling berkaitan. Pengaruh salah satu faktor akan membawa akibat terhadap seluruh kegiatan operasi. Oleh karena itu struktur laba dari sebuah perusahaan sering dilukiskan dalam break even point, sehingga mudah untuk memahami hubungan antara biaya, volume kegiatan dan laba.
Menurut Bastian dan Nurlela (2009), analisa titik impas adalah “ Suatu cara atau tekhnik yang digunakan oleh seorang manajer perusahaan untuk mengetahui pada volume (jumlah) penjualan dan volume produksi berapakah suatu perusahaan yang bersangkutan tidak menderita kerugian ataupun tidak pula memperoleh laba.”
Menurut Harahap (2008), pengertian Break even yaitu “Suatu keadaan dimana perusahaan tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi ini dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan. Total biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi”.
Dari definisi – definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa analisa break even mempelajari hubungan antara, biaya keuntungan dan volume kegiatan, dan dapat digunakan untuk mengetahui pada volume penjualan berapakan perusahaan akan impas menutupi biaya – biaya. Dan suatu perusahaan dikatakan titik impas ( break even point ) yaitu apabila setelah disusun perhitungan laba – rugi untuk suatu periode tertentu, perusahaan tersebut tidak mendapatkan keuntungan dan menderita kerugian.
4. Pengertian analisa Break Even Point
Break Even Point adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengan kata lain total biaya sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak ada rugi. Hal ini bisa terjadi apabila perusahaan di dalam operasinya menggunakan biaya tetap dan biaya variabel, dan volume penjualannya hanya cukup menutupi biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup menutupi biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Sebaliknya, perusahaan akan memperoleh keuntungan, apabila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus dikeluarkan.
Salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan sesuai dengan pertumbuhan perusahaan. Untuk mencapai laba yang semaksimal mungkin dapat dilakukan dengan tiga langkah sebagai berikut, yaitu:
a. Menekan biaya produksi maupun biaya operasional serendah-rendahnya dengan mempertahankan tingkat harga, kualitas dan kunatitas.
b. Menentukan harga dengan sedemikian rupa sesuai dengan laba yang dikehendaki.
c. Meningkatkan volume kegitan semaksimal mungkin.
Dari ketiga langkah-langkah tersebut diatas tidak dapat dilakukan secara terpisah-pisah karena tiga faktor tersebut mempunyai hubungan yang erat dan saling berkaitan. Pengaruh salah satu faktor akan membawa akibat terhadap seluruh kegiatan operasi. Oleh karena itu struktur laba dari sebuah perusahaan sering dilukiskan dalam break even point, sehingga mudah untuk memahami hubungan antara biaya, volume kegiatan dan laba.
Menurut Manullang (2005), analisa break even point adalah “ Analisa Break even point adalah suatu teknis analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan.”
Menurut Bastian dan Nurlela (2009), analisa titik impas adalah “ Suatu cara atau tekhnik yang digunakan oleh seorang manajer perusahaan untuk mengetahui pada volume (jumlah) penjualan dan volume produksi berapakah suatu perusahaan yang bersangkutan tidak menderita kerugian ataupun tidak pula memperoleh laba.”
Menurut Harahap (2008), pengertian Break even yaitu : “Suatu keadaan dimana perusahaan tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi ini dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan. Total biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi”.
Dari definisi – definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa analisa break even mempelajari hubungan antara, biaya keuntungan dan volume
kegiatan, dan dapat digunakan untuk mengetahui pada volume penjualan berapakan perusahaan akan impas menutupi biaya – biaya. Dan suatu perusahaan dikatakan titik impas ( break even point ) yaitu apabila setelah disusun perhitungan laba – rugi untuk suatu periode tertentu, perusahaan tersebut tidak mendapatkan keuntungan dan menderita kerugian.
5. Kegunaan analisa Break Even Point
Sebelumnya telah dikemukakan bahwa analisa break even point sangat penting bagi pimpinan perusahaan untuk mengetahui pada tingkat produksi berapa jumlah biaya akan sama dengan jumlah penjualan atau dengan kata lain dengan mengetahui break even point kita akan mengetahui hubungan antara penjualan, produksi, harga jual, biaya, rugi atau laba, sehingga memudahkan bagi pimpinan untuk mengambil kebijaksanaan.
Analisis Break Even Point berguna apabila beberapa asumsi dasar dipenuhui. Asumsi-asumsi tersebut adalah :
a. Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dikelompokan dalam biaya variabel dan biaya tetap.
b. Besarnya biaya variabel secara total berubah-ubah secara proporsional dengan volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel per unitnya adalah tetap.
c. Besarnya biaya tetap secara total tidak berubah meskipun ada perubahan volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya berubah-ubah karena adanya perubahan volume kegiatan.
d. Jumlah unit produk yang terjual sama dengan jumlah per unit produk yang diproduksi.
e. Harga jual produk per unit tidak berubah dalam periode tertentu.
f. Perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk, apabila lebih dari satu jenis komposisi masing-masing jenis produk dianggap konstan (tetap).
Analisa break even point juga dapat digunakan oleh pihak menejemen perusahaan dalam berbagai pengambilan keputusan, antara lain mengenai :
a. Jumlah minimal produk yang harus terjual agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
b. Jumlah penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
c. Besarnya penyimpanan penjualan berupa penurunan volume yang terjual agar perusahaan tidak menderita kerugian.
d. Untuk mengetahui efek perubahan harga jual, biaya maupun volume penjualan terhadap laba yang diperoleh.
Break even point juga dapat digunakan dengan dalam tiga cara terpisah, namun ketiganya saling berhubungan, yaitu untuk :
a. Menganalisa program otomatisasi dimana suatu perusahaan akan beroperasi secara lebih mekanis dan otomatis dan mengganti biaya variabel dengan biaya tetap.
b. Menelaah dampak dari perluasan tingkat operasi secara umum.
c. Untuk membuat keputusan tentang produk baru yang harus dicapai jika perusahaan menginginkan break even point dalam suatu proyek yang diusulkan.
Menurut Harahap (2008) Dalam analisa laporan keuangan kita dapat menggunakan rumus break even point untuk mengetahui :
a. Hubungan antara penjualan biaya dan laba.
b. Untuk mengetahui struktur biaya tetap dan biaya variabel.
c. Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan batas dimana perusahaan tidak mengalami laba dan rugi.
d. Untuk mengetahui hubungan antara cost, volume, harga dan laba.
Analisa break even point memberikan penerapan yang luas untuk menguji tindakan-tindakan yang diusulkan dalam mempertimbangkan alternatif-alternatif atau tujuan pengambilan keputusan yang lain. Analisa break even point tidak hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan yang break even saja, akan tetapi analisa break even point mampu memeberikan informasi kepada pimpinan perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungan dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.
Kegunaan Break Even bagi manajemen, yaitu :
a. Analisa Break Even dan Keputusan Penambahan Investasi
Hubungan antara biaya, volume dan laba juga akan dapat membantu atau memberikan informasi maupun pedoman kepada manajemen dalam memecahkan masalah – masalah lain yang dihadapinya. Misalnya masalah penambahan atau penggantian fasilitas pabrik atau investasi dalam aktiva tetap lainnya : apakah penambahan / penggantian aktiva tetap ini memungkinkan ditinjau dari segi ekonomi ? atau apakah dengan penambahan / penggantian aktiva tetap ini akan menguntungkan bagi perusahaan ? manajemen akan dapat memperkirakan kemungkinan penjualan yang dapat dicapai untuk menentukan kebijaksanaan pengeluaran akan investasi tersebut.
b. Kegunaan lain dari analisa Break Even bagi Manajer adalah bantuannya dalam mengambil keputusan menutup usaha atau tidak (dapat memberikan informasi kapan sebaiknya usaha tersebut dihentikan saja ).
Kapan sebaiknya suatu usaha tersebut dihentikan saja ? untuk menjawab pertanyaan tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan analisa break even. Padatingkat break even perusahaan tidak memperoleh keuntungan karena jumlah penghasilan sama dengan jumlah biaya, tetapi suatu perusahaan yang selalu break even tidak harus ditutup, karena dalam keadaan break even tersebut perusahaan masih mendapatkan sisa uang ( jumlah penerimaan uang lebih besar daripada pengeluarannya ). Hal ini dapat terjadi karena biaya yang terjadi dala suatu periode pada dasarnya terdiri dari biaya tunai yaitu biaya yang memerlukan pengeluaran uang (sunk cost ), misalnya biaya depresiasi tetap, kerugian piutang dan pengeluaran – pengeluaran lainnya yang dilakukan pada masa lalu yang manfaatnya masih dinikmati hingga sekarang. Suatu usaha harus dihentikan atau ditutup apabila penghasilan yang diperoleh tidak dapat menutupi biaya tunainya.
Untuk mengetahui pada tingkat penjualan berapa suatu usaha harus dihentikan dapat dilakukan dengan menggunakan rumus break even.
6. Metode Penghitungan Analisa Break Even Point
Dalam menghitung Titik Impas ( Break Even ) dapat dipergunakan beberapa pendekatan,yaitu :
a. Pendekatan Persamaan
Pendekatan persamaan adalah laba sama dengan hasil penjualan dikurangi dengan biaya, atau dapat dinyatakan dengan persamaan.
Persamaan ini diturunkan dari laporan laba/rugi keuangan perusahaan, yaitu :
Laba = Total Pendapatan - (Total Biaya variable + Total Biaya Tetap) Atau
Total Pendapatan = Total Biaya Tetap – (Total Biaya Variabel + Laba) Hubungan tersebut dapat dirumuskan dalam persaman secara matematis dalam bentuk persamaan linear, sebagai berikut :
P = BT – (VC x P) + L P – (VC x P) = BT + L P = ( 1 – VC) = BT + L
P =BT + L 1 – VC
Dalam keadaan Break Even, apabila laba sama dengan nol, dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
BEP ( Rp ) = BT 1 − ATAU
BEP ( Q ) = BT Ps − Vs Dimana :
P = Total Penjualan BT = Total Biaya Tetap
Vc = Biaya Variabel L = Laba
Ps = Penjualan Satuan Vs = Biaya Variabel satuan
b. Pendekatan Marjin Kontribusi
Pendekatan marjin Kontribusi adalah perhitungan biaya, volume dan laba dengan menghitung Marjin Kontribusi terlebih dahulu. Marjin Kontribusi diperoleh dengan pengurangan total penjualan dengan total biaya variabel, sehingga diperoleh marjn kontribusi per unit dan marjin kontribusi rasio sebagai berikut :
MK = P – VC MK rasio = MK : P
maka : BEP ( unit ) =
/ BEP ( Rp ) = dimana :
MK = Marjin Kontribusi P = Total Penjualan BEP (unit) = Titik Impas dlm unit BT = Biaya Tetap BEP (rp) = Titik Impas dlm rupiah VC = Biaya variabel
c. Margin of Safety atau Margin Pengaman
Batas keamanan (margin of safety) adalah kelebihan dari nilai penjualan dalam dolar yang dianggarkan atau akrual di atas titik impas nilai penjualan dalam dolar. Margin of Safety yaitu jumlah pendapatan yang dianggarkan (atau akrual) yang melebihi pendapatan impas.
Menurut Hansen & Mowen (2013) margin of safety didefinisikan sebagai unit yang terjual atau diharapkan terjual atau pendapatan yang dihasilkan atau diharapkan untuk dihasilkan melebihi titik impas. Rumus perhitungan margin of safety menurut Garrison, dkk (2013) adalah sebahgai berikut :
= Biaya keamanan dalam
Total penjualan yang dianggarkan 100%
Batas Keamanan = Total penjualan yang dianggarkan - Penjualan titik impas
d. Pendekatan Grafik
Pendekatan Grafik adalah perhitungan biaya, volume dan laba dengan menggunakan grafik. Pada pendekatan ini, titik impas ( Break Even ) digambarkan sebagai titik perpotongan antara garis penjualan dengan garis biaya total.
Langkah – langkah dalam pembuatab grafik break even point akan dijabarkan sebagai berikut :
1) Menggambarkan Grafik Fungsi Pendapatan (TR)
Grafik TR akan dimulai dari titik nol. Berarti pada saat itu perusahaan belum memperoleh pendapatan dan ketika itu pula produksi atau penjualannya sama dengan nol. Grafik ini akan naik dari titik nol ke kanan atas.
2) Menggambarkan Grafik Biaya Tetap (FC)
Grafik biaya tetap ini sejajar dengan sumbu kuantitas dari kiri ke kanan. Berarti biaya tetap ini menunjukkan biaya yang tidak berubah walaupun produk yang dihasilkan berubah.
3) Menggambarkan Biaya Total ( TC )
Grafik biaya total (TC) ini dimulai dari titik potong antara grafik FC dengan sumbu vertikal ke kanan atas memotong grafik TR. Grafik TC dimulai dari grafik FC karena titik TC merupakan penjumlahan antara biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC). Ketika itu
perusahaan belum berproduksi maka biaya total adalah sebesar dengan biaya tetap.
4) Menggambarkan Biaya Variabel (VC)
Dalam grafik biaya variabel ini merupakan biaya yang jumlahnya tergantung pada volume produksi yang dihasilkan sehingga biaya variabel ini memiliki karakteristik grafik seperti total revenue (TR) yang dimulai dari nol.
5) Daerah yang berada di dibawah atau disebelah kiri break even point merupakan daerah arsiran diman perusahaan menderita kerugian.
6) Daerah yang berada diatas atau disebelah kanan break even point merupakan daerah arsiran dimana perusahaan memperoleh keuntungan.
Pendapatan dan Biaya ( Rp )
Volume Penjualan ( unit )
Gambar 2.1
Contoh Gambar Titik Impas TR
FC VC UNTUNG TC
RUGI
BEP
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 No. Judul, Nama,
Tahun Penelitian
Metode Analisis Hasil Penelitian
1. Analisis Break Even Point dan Risiko
Pendapatan Usahatani Ikan Nila
(Oreochromis niloticus)
Keramba Jaring Apung di Desa Pematang Panjang Kecamatan Seruyan Hilir Timur Kabupaten Seruyan. Winarti (2017)
Metode Analisis Deskriptif Kuantitatif
Nilai Break Even Point dari produksi sebesar 53,95 Kg/Produksi dan nilai Break Even Point dari penjualan sebesar Rp 1.618.357,20 per produksi usaha tani ikan nila keramba Jaring apung di Desa Pematang panjang.
Nilai resiko pendapatan usaha tani ikan nila rata-rata pendapatan
sebesar Rp 7.120.524,37.
Resiko pendapatan minimum yang diperoleh petani ikan nila dalam menjalankan usaha taninya sebesar Rp 1.064.845,56 /kg.
2. Analisis Break Even Point Pada UKM Saluan Handicraft Di Kabupaten Banggai.
Mambuhu (2018)
Analisis Break Even Point (BEP) dengan pendekatan matematis
1. Tingkat penjualan setiap jenis produk/kerajinan telah mencapai Break Even Point (BEP) dalam unit, sedangkan laba yang diharapkan memiliki pola berbeda (sebaliknya) terhadap Break Even Point(BEP) dalam rupiah.
2. Break Even Point(BEP) dalam unit dan Break Even Point (BEP) dalam rupiah yang tertinggi adalah jenis produk gulungan senar pancing yaitu sebesar 3.863 unit (BEP dalam unit) dan Rp.
57.950.142,- (BEP dalam rupiah). Sedangkan yang terendah adalah lampu
hias, yaitu hanya sebesar 5 unit (BEP dalam unit) dan Rp. 803.944,-(BEP dalam rupiah).
3. Analisis
Break Even Point Pada Usaha Keripik Singkong
“Barokah” Desa Karang Rejo Kabupaten Pesawaran.
Suharto (2017)
1. Metode Analisis Deskriptif 2. Metode Analisis
Kuantitatif
break even point bagi setiap perusahaan, termasuk UKM merupakan salah satu perencanaan yang perlu dilakukan manajemen atau pemilik usaha. Karena dengan adanya perhitungan dan analisis BEP, biaya- biaya tetap dan variabel dapat diidentifikasi dengan baik, selain itu batasan minimal yang harus
diproduksi atau dijual dapat dijadikan acuan bagi pemilik usaha untuk mampu
mencapai bahkan melebihi nilai BEP yang ada agar tujuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan guna menjaga kelangsungan usahanya dapat terpenuhi.
Nilai BEP usaha keripik singkong “Barokah” dalam unit sebesar 862 kg dan jika dinyatakan dalam rupiah sebesar Rp. 10.185.454.
4. Perancangan Program Analisa Break Even Point Dalam Menganalisa Model Investasi.
Irmayani (2017)
1. Menentukan titik impas
1. Dengan menggunakan program yang dirancang pihak manajemen perusahaan dapat mengetahui kapan waktu pengambilan modal dalam satu investasi yang
ditanamkan
2. Program analisa BEP ini melakukan perhitungan berdasarkan table perkembangan anak ayam
3. Dengan adanya harga jual produksi minimal yang dihasilkan dari program, dapat dijadikan dasar penentuan harga jual.
5. Analisis Break Even Point Sebagai Dasar Perencanaan Laba Pada Hotel Metro Banjarmasin.
Ravelly (2018)
1. Menentukan besarnya tingkat penjualan dalam keadaan break even 2. Analisis Marjin
Pengaman
1. Dari hasil analisis yang dilakukan, titik Break Even yang terjadi pada Hotel Metro Banjarmasin adalah jika pada tingkat
penjualan kamar fan double sebanyak
461,211253 kamar, kamar special room sebanyak 1.414,21252 kamar, kamar deluxe room sebanyak 1.088,37735 kamar atau jika
dinyatakan dalam rupiah penjualan untuk fan double sebesar Rp.
46.117.647,1, special room sebesar Rp.
247.305.882, deluxe room sebesar Rp. 282.620.783.
2. Untuk memperoleh laba maka Hotel Metro Banjarmasin harus melakukan penjualan diatas titik Break Even Point yaitu lebih dari 2.963,80112 kamar atau lebih dari Rp.
576.044.312,1.
3. Selama tahun 2016 tahun yang diambil sampel untuk penelitian Hotel Metro Banjarmasin melakukan penjualan kamar diatas titik impas.
6. Analisis Break Even Point (Bep) Pada Industri Percetakan (Digital Printing) Di Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir.
Putra (2017)
1. Menentukan besarnya tingkat break even point 2. Analisis margin of
safety
3. Analisis deskriptif kualitatif
Industri percetakan (digital printing) di Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir telah berhasil menjual produk di atas nilai break even point. Hasil dari analisis break even point menunjukkan jumlah
penjualan minimum sebesar 327,43 m2 dengan nilai penjualan minimum Rp.9.823.034,237,-.Batas keselamatan (margin of
safety) Industri percetakan (digital printing) beroperasi dengan tingkat keamanan sebesar 70,89%. Artinya penurunan penjualan tidak boleh di atas 70,89 % (Rp.23.925.375) dari penjualan yang
direncanakan. Margin of safety yang tinggi lebih disukai dari pada Margin of safety yang rendah karena memberikan informasi kepada pihak manajemen berapa besarnya penurunan volume penjualan yang dapat diterima agar
perusahaan tidak menderita rugi.
7. Break Even Point sebagai Alat Perencanaan Laba pada PT Perkebunan Nusantara VIII Kebun
Rancabali Bandung - Jawa Barat. Puspasari dan Handayani (2017)
1. Metode Analisis Deskriktif
Produksi dan penerimaan Kebun Teh Rancabali dalam keadaan mencapai Break Even Point adalah 519 Kg dan Rp 10.785.390,- untuk tahun 2013, dan mengalami penurunan yaitu 502 Kg dan Rp 10.543.627,- untuk tahun 2014, serta mengalami penaikan 521 Kg dan Rp 11.919.760,- untuk tahun 2015. Hal ini menunjukkan bahwa Kebun Teh Rancabali telah melampaui BEP, sehingga mampu menutup semua biaya yang
dikeluarkan dan memperoleh keuntungan. Rentabilitas Ekonomi Kebun Teh
Rancabali pada tahun 2013 sebesar 68%, tahun 2014 sebesar 73% dan tahun 2015 sebesar 81%.
Hal ini menunjukkan bahwa Kebun Teh Rancabali sudah efektif dalam menggunakan kekayaannya untuk
penghasilkan keuntungan.
8. Analisis Break Even Point (BEP) Sebagai Alat erencanaan Laba Sewa Lahan (Studi Pada Pabrik Gula Soedhono
ngawi). Sari, Nuraiana, dan Murwani (2017)
1. Metode Analisis Kualitatif
Analisis Break even point merupakan cara untuk merencanakan besarnya pendapatan atau
keuntungan agar
perusahaan tidak mengalami kerugian. Jumlah
perusahaan berada dalam titik impas yakni tidak mendapat keuntungan maupun kerugian. Biaya atau anggaran yang digunakan untuk
pemeliharaan tanaman tebu, biaya tenaga tanam, biaya transportasi tebu dari lahan hingga pabrik gula
dibandingkan dengan pendapatan dari hasil penjualan gula adalah impas.Tujuan yang hendak dicapai dalam analisis Break even point pada umumnya agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Selain itu sebagai bahan evaluasi untuk melihat kondisi perusahaan sebenarnya.
Selanjutnya dimanfaatkan untuk dasar
mengembangkan perusahaan, khusunya pabrik gula Kabupaten Ngawi. Pengembangan analisis break even point sebagai alat perencanaan laba rugi dapat dilaksanakan di berbagai pabrik gula yang tersebar di daerah pulau Jawa.Bagaimana pabrik gula meminimalisir pengeluaran dan mengelola pendapatan dengan baik, sehingga tercapai titik impas.Tidak terjadi kerugian dan pendapatan yang stabil.
Antara pendapatan dan pengeluaran besarnya
seimbang dalam operasional perusahaan.
9. Analisis Cost Volume Profit Untuk
Perencanaan Laba Pada Hotel Sintesa
Peninsula Manado.
Duyo (2017)
1. Metode Analisis Deskriktif
1. Apabila manajemen menaikkan atau
menurunkan harga jual, biaya tetap dan biaya variabel maka
perubahannya akan berpengaruh terhadap Break Even Point.
2. Hasil observasi yang dilakukan terhadap Hotel Peninsula Manado, dalam perencanaan labanya menggunakan metode biaya relevan untuk mengukur berapa tingkat break even, volume penjualan, dan tingkat Margin of Safety yang harus dicapai agar tidak mengalami kerugian.
3. Pada tahun 2011 Volume Penjualan sebesar
Rp.12,967,900,000. MOS (Margin Of Safety)
sebesar 29,10 %; BEP (Break Even Point) berdasarkan rupiah adalah sebesar Rp.9,193,517,241 ; dengan tingkat laba sebesar
Rp.2,224,938,000. Dan pada tahun 2012, Volume Penjualan sebesar
Rp.15,882,400,000; MOS (Margin Of Safety)
sebesar 38,33% ; BEP (Break Even Point) berdasarkan rupiah adalah sebesar Rp.
9,794,982,758 ; dengan tingkat laba sebesar Rp.
3,489,198,000.
10. Analisis Cost Volume Profit Untuk
Perencanaan Laba Pada UD.
Gladys Bakery.
Pelawiten dan Ilat (2017)
1. Analisis BEP (Break even point)
2. Analisis Margin of Safety (Tingkat keamanan)
3. Operating Leverage 4. Margin kontribusi
untuk menghitung perbedaan antara harga jual per unit dan biaya variabel per unit.
1. Dengan menganalisis biaya,volume, dan penjualan pada UD Gladys Bakery dapat membantu manajemen perusahaan untuk membuat keputusan pengeluaran biaya tetap dan biaya variabel.
Manajemen juga bisa mengetahui berapa banyak produk yang dijual untuk mencapai laba yang diharapkan.
2. Untuk menanalisis cost- volume-profit dapat menggunakan analisa break even point, analisa contribution margin dan contribution margin ratio, analisa margin of safety, dan total operating laverage serta analisa perencanaan laba.
Dengan analisa diatas kita dapat menghitung jumlah biaya, produk, dan laba yang dicapai.
C. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan gambar kerangka pemikiran di atas dapat dijelaskan bahwa perencanaan laba dapat dilakukan dengan menggunakan biaya, volume penjualan dan harga jual produk tahun sebelumnya yang memegang peranan penting untuk menghitung laba yang direncanakan, menghitung besarnya penjualan pada tingkat laba yang direncanakan. Beberapa langkah atau faktor (biaya-biaya, volume penjualan, harga jual produk, laba) mempunyai hubungan yang erat atau bahkan saling berkaitan satu sama lainnya. Jika tingkat penjualan mengalami kenaikan, maka perusahaan akan mengalami keuntungan. Tetapi jika tingkat penjualan adalah tetap, maka perusahaan dikatakan masih memiliki laba atau tidak mengalami kerugian, dengan kata lain keuntungan dan kerugian sama dengan nol dan dapat diukur mengunakan analisis break even point.
D.O Coffee
Perencanaan Laba
Analisis Break Even Point
Hasil Analisis
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian lapangan field reseach dimana penelitian yang dilakukan dengan langsung mendatangi tempat penelitian yang dituju untuk mendapatkan data yang diperlukan, yaitu pada Droup Out Coffe. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian diskriptif kuantitatif yaitu memberikan gambaran terhadap data-data Droup Out Coffe.
Kemudian akan mengubahnya kedalam alat analisis tertentu berkaitan dengan hal penelitian yang dilakukan. Alat analisis yang digunakan adalah metode Break Even Point sehingga dapat merencanakan laba untuk tahun selanjutnya.
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Droup Out Coffee merupakan salah satu coffee shop yang beralamat di Jl. Tun Abdul Razak, Samata, Gowa.
Penelitian dilakukan selama 1 bulan yaitu pada bulan Juli.
C. Jenis Dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data sekunder yang merupakan data primer yang telah diolah terlebih dahulu dan disajikan oleh pihak lain. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan D.O Coffee pada periode tahun 2017.
27
D. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis pada Droup Out Coffee adalah sebagai berikut :
1. Studi Lapangan a) Observasi
Observasi yang dilakukan oleh penulis dengan cara mengamati secara langsung objek yang diteliti dari kegiatan yang dilakukan sehingga memperoleh bukti nyata mengenai kegiatan di Droup Out Coffee.
b) Wawancara
Wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan melakukan tanya jawab kepada pemilik Droup Out Coffee untuk meminta data dan informasi sesuai dengan apa yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
2. Dokumentasi
Cara memperoleh data yang digunakan dengan pencatatan. Data yang diperoleh dari proses dokumentasi yaitu data penjualan, data produksi, data biaya,dan data peralatan.
3. Studi Pustaka
Dengan teknik ini, penulis mempelajari dan memperoleh data dari literatur-literatur yang sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini, untuk diguanakan sebagai landasan teori.
D. Teknik Analisa Data
Metode analisis yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah : 1. Analisis Deskriptif
Metode analisis deskriptif merupakan metode yang menganalisa suatu pokok permasalahan yang nantinya akan memberikan suatu gambaran dan sesuai dengan tujuan penelitian, untuk mengetahui batas volume penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak rugi dan memperoleh laba sesuai dengan yang direncanakan.
2. Analisis Kuantitatif
Metode analisis kuantitatif yaitu analisis data yang dilakukan dengan mengevaluasi hasil perhitungan penentuan harga jual dan volume penjualan oleh perusahaan dan hasil perhitungan yang dilakukan penulis.
Hasil perhitungan yang dilakukan penulis yang diuraikan sebagai berikut : a. Menghitung Laba
1) Menentukan data biaya berupa biaya variabel dan biaya tetap 2) Menghitung masing-masing biaya
b. Menghitung Break Even Point dan Margin Of Safety
Menghitung break even point unsur-unsur yang diperlukan adalah sebagai berikut :
1) Penggolongan biaya mana yang termasuk biaya variabel dan biaya tetap
2) Menghitung volume penjualan 3) Menghitung harga jual
Puspita (2012) menyatakan formula yang dapat digunakan untuk menghitung break even point dan margin of safetysebagai berikut :
Menghitung break even point
( ) =Total Biaya Tetap 1 −
Atau
( ) = Total Biaya Tetap Rasio Margin Kontribusi
( ) = Total Biaya Tetap
Harga Jual per Unit − Biaya Variabel per Unit Atau
( )= Biaya Tetap CM per Unit
Menghitung Margin of Safety
= Biaya keamanan
Total penjualan yang dianggarkan 100%
Batas Keamanan = Total penjualan yang dianggarkan – Penjualan titik impas
Target Penjualan= Fixed Cost + Target Laba Harga Jual − Variabel Cost Per Unit
31 1. Gambaran Umum D.O Coffee
D.O coffee merupakan coffee shop yang terletak di kawasan gowa atau lebih sering di sebutkan samata. Droup Out Coffee ini didirikan oleh Pak Yanwar bersama dua orang temannya. D.O coffee berlokasi di Jalan Tun Abdul Razak, Samata, Gowa . Droup Out Coffee ini menjual tiga jenis kopi yaitu drip coffee, french press coffee dan kopi tubruk. Dalam penjualan kopi, D.O coffee mampu menjual 19.487 gelas kopi per tahunnya,dengan salah satu yaitu produk drip coffee yang mampu dijualkan sebanyak 49,6%
dari total penjualan kopi tersebut. Masing-masing kopi mempunyai harga yang berbeda-beda pada produknya. Harga untuk drip coffee sebesar Rp 12.000, dan untuk french press coffee sebesar Rp 11.000, sedangkan untuk kopi tubruk hanya dijual dengan harga sebesar Rp 10.000.
2. Struktur Organisasi
Droup Out Coffee saat ini belum memiliki struktur organisasi yang baku, sehingga dalam pelaksanaan untuk mengelola Droup Out Coffee belum terstruktur dengan bagian masing-masing. Berikut ini dapat dilihat struktur organisasi Droup Out Coffee pada gambar 4.1
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Droup Out Coffee
B. Unsur Biaya pada Droup Out Coffee
D.O Coffee membutuhkan biaya untuk menjalankan usahanya agar proses produksi berjalan dengan lancar. Adapun biaya-biaya yang terjadi selama bulan Januari sampai Desember 2017 dalam proses produksi dan penjualan adalah sebagai berikut
1. Bahan Baku yang Digunakan dalam Proses Produksi
Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi adalah kopi.
Dalam pembuatan kopi perlu adanya komposisi setiap bahan yang digunakan agar produk tercapai hasil yang memuaskan. Adapun komposisi rata-rata pemakaian bahan baku untuk setiap membuat kopi dalam satu tahun dapat dilihat pada tabel 4.1
Kasir Droup Out
Coffee
Manager
Barista Pramusaji
Tabel 4.1
Data Pengeluaran Bahan Baku Selama Tahun 2017 dalam Jumlah Rupiah Bahan Baku Kebutuhan 1
Tahun
Harga Per
Kg (Rp) Jumlah
Kopi 139 95.000 13.205.000
Total 13.205.000
Sumber : D.O Coffee
Berdasarkan tabel di atas, total pengeluaran biaya bahan baku untuk pembuatan kopi selama tahun 2017 sebesar Rp 13.205.000.
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Droup out coffee setiap hari dimulai jam 10.00 WITA. Tenaga kerja yang memiliki 5 tenaga kerja. Para tenaga kerja digaji tetap setiap bulannya.
Biaya tenaga kerja langsung pada D.O coffee dapat dilihat pada tabel 4.2 Tabel 4.2
Rata-Rata Biaya Tenaga Kerja Langsung Per Bulan Tahun 2017 dalam Jumlah Rupiah No Bagian Produksi Jumlah Rata-Rata
Gaji Sebulan
Total Gaji
1 Manager/Kasir 1 1.500.000 1.500.000
2 Barista 1 1.000.000 1.000.000
3 Peramu Saji 3 800.000 2.400.000
Jumlah 5 4.900.000
Total Gaji 1 Tahun 58.800.000
Sumber : D.O Coffee
3. Biaya Overhead Produksi a. Biaya Bahan Baku Penolong
Yang termasuk biaya bahan baku penolong pada Pembuatan kopi antara lain:
1) Susu Kental Manis
Susu kental manismerupakan bahan baku penolong yang digunakan untuk mengurangi rasa pahit pada kopi. Selama tahun 2017 D.O coffee membutuhkan Susu kental manis sebanyak 621 kaleng.
Harga Susu kental manis seharga Rp 11.000. Jadi, biaya pengeluaran yang digunakan selama tahun 2017 untuk pembuatan kopi adalah 621 kaleng x Rp 11.000 = Rp 6.831.000, untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4.3
Tabel 4.3
Pengeluaran Biaya Susu kental manis Selama Tahun 2017 dalam Jumlah Rupiah
Sumber : D.O Coffee
Periode Kebutuhan 1 Tahun (Kaleng)
Harga (Per Kaleng)
Total
Januari 42 11.000 462.000
Februari 71 11.000 781.000
Maret 39 11.000 429.000
April 51 11.000 561.000
Mei 58 11.000 638.000
Juni 41 11.000 451.000
Juli 36 11.000 396.000
Agustus 49 11.000 539.000
September 59 11.000 649.000
Oktober 48 11.000 528.000
November 68 11.000 748.000
Desember 59 11.000 649.000
Jumlah 6.831.000
Total Susu kental manis 6.831.000
2) Gula Pasir
Gula Pasir yang digunakan pada D.O coffee adalah gula pilihan yang berkualitas dan memiliki kesegaran yang terjamin, sehingga rasa dan kualitas saat pembuatan kopi selalu terjamin. Jadi selama tahun 2017 droup out coffee mengeluarkan biaya untuk penggunaan gula pasir adalah Rp 12.000 x 360kg = Rp 4.320.000 dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.4
Pengeluaran Biaya Gula Pasir Selama Tahun 2017 dalam Jumlah Rupiah
Sumber : D.O Coffee
Periode Kebutuhan 1 Tahun (Kg)
Harga (Per Kg)
Total
Januari 30 12.000 360.000
Februari 30 12.000 360.000
Maret 30 12.000 360.000
April 30 12.000 360.000
Mei 30 12.000 360.000
Juni 30 12.000 360.000
Juli 30 12.000 360.000
Agustus 30 12.000 360.000
September 30 12.000 360.000
Oktober 30 12.000 360.000
November 30 12.000 360.000
Desember 30 12.000 360.000
Jumlah 4.320.000
Total Gula Pasir 4.320.000
b. Biaya Gas
Gas yang digunakan pada D.O coffee adalah gas LPG sebagai bahan bakar untuk proses pemananasan air yang direbus dalam panci.
Selama tahun 2017 D.O coffee membutuhkan 39 tabung gas (tabung 3 Kg) untuk perebusan air. Harga per tabung gas per bulan tidak sama. Jadi, biaya pengeluaran yang digunakan selama tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 4.5
Tabel 4.5
Pengeluaran Biaya Gas Selama Tahun 2017 dalam Jumlah Rupiah
Sumber : D.O Coffee
Periode
Biaya Gas Kebutuhan 1
Tahun (tabung gas)
Harga (Per tabung gas)
Total
Januari 3 17.000 51000
Februari 4 17.000 68000
Maret 3 17.000 51000
April 3 17.500 52500
Mei 3 18.000 54000
Juni 3 18.000 54000
Juli 3 19.000 57000
Agustus 4 19.000 76000
September 3 18.000 54000
Oktober 4 17.000 68000
November 3 17.000 51000
Desember 3 18.000 54000
Jumlah 6.905.000
Total Biaya Gas 6.905.000
c. Biaya Listrik
Pada bagian produksi juga memerlukan listrik untuk menunjang proses produksi, seperti untuk kegunaan berbagai alat musik listrik, dinamo air, mesin kopi, dan kipas angin dll. Selama tahun 2017 penggunaan listrik sebesar Rp 6 .000.000.
d. Biaya Perawatan dan Pemeliharaan
Biaya perawatan dan pemeliharaan yang dikeluarkan selama tahun 2017 adalah sebesar Rp 7.878.600.
Tabel 4.6
Data Pemakaian Biaya Overhead Pabrik Selama Tahun 2017 dalam Jumlah Rupiah
Sumber : D.O Coffee
Berdasarkan tabel diatas, pemakaian keseluruhan biaya overhead pabrik selama tahun 2017 sebesar Rp 20.783.600.
e. Biaya Penyusutan Peralatan Produksi, Peralatan, dan Bangunan
Dalam kegiatan produksi, peralatan, dan bangunan yang digunakan akan mengalami penyusutan dari tahun ke tahun. Pada droup out coffee menggunakan metode garis lurus dalam menghitung biaya penyusutan peralatan, dan bangunan produksinya dan menghitungkan nilai residunya dalam bentuk persentase. Perhitungan dengan menggunakan metode garis lurus dilakukan dengan :
Periode
Bahan Overhead Pabrik
Jumlah
Gas Listrik
Biaya Perawatan dan
Pemeliharaan
1Tahun 6.905.000 6.000.000 7.878.600 20.783.600
Total 20.783.600
Beban Penyusutan =Harga Beli − Nilai Sisa Umur Ekonomis
Berikut ini adalah tabel penyusutan yang terjadi pada droup out coffee:
Tabel 4.7
Penyusutan Peralatan Produksi dan Mesin dalam Jumlah Rupiah
Sumber : Olah Data
Biaya penyusutan peralatan yang terjadi pada droup out coffee diperhitungkan setiap tahun sebesar Rp 5.150.000 dan setiap bulannya sebesar Rp 242.500. Pada droup out coffee juga menghitung penyusutan peralatan yang digunakan oleh droup out coffee. Penyusutan peralatan dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini:
N0 Nama Peralatan
Harga Perolehan
Jml Total Harga Perolehan
Umur Ekonomis
(Tahun)
Tarif (%) Penyusutan Per Tahun
Penyusutan Per Bulan
1 Mesin Kopi 5.000.000 1 5.000.000 5 20% 1.000.000 83.000
2 Dripper Coffee
45.000 20 900.000 2 50% 450.000 37.500
3 French Press
225.000 4 900.000 2 50% 450.000 37.500
4 Shaker 200.000 5 1.000.000 4 25% 2.500.000 21.000
5 Termometer Coffee
200.000 5 1.000.000 2 50% 500.000 42.500
6 Alat Timbangan
250.000 2 500.000 2 50% 250.000 21.000
Jumlah Penyusutan 5.150.000 242.500
Tabel 4.8
Penyusutan Peralatan dalam Jumlah Rupiah
No Nama Peralatan
Harga Perolehan
Jml Total Harga Perolehan
Tarif (%)
Umur Ekonomis
(Tahun)
Penyusutan Per Tahun
Penyusutan Per Bulan
1 Almari Arsip
750.000 1 750.000 25% 4 187.500 15.625
2 Komputer 2.750.000 1 2.750.000 25% 4 687.500 57.300
3 Printer Cannon
875.000 1 875.000 25% 4 218.750 18.300
4 LCD 2.100.000 1 2.100.000 25% 4 525.000 43.750
5 Peralatan Musik
15.000.000 1 15.000.000 20% 5 3.000.00 250.000
Total Penyusutan 1.618.750 384.975
Sumber : Olah Data
Berdasarkan tabel di atas penyusutan peralatan pada droup out coffee selama tahun 2017 sebesar Rp 1.618.750 dan selama sebulan sebesar Rp 384.975. Sedangkan penyusutan bangunan dapat dilihat pada tabel 4.9
Tabel 4.9
Penyusutan Bangunan dalam Jumlah Rupiah
No Nama Gedung
Harga Perolehan
Jml Total Harga Perolehan
Tarif (%)
Umur Ekonomis
(Tahun)
Penyusutan Per Tahun
Penyusutan Per Bulan
1 Bangunan 120.000.000 1 120.000.000 5% 20 6.000.000 500.000
Total Penyusutan 6.000.000 500.000
Sumber : Olah Data
Berdasarkan tabel di atas penyusutan banguanan pada droup out coffee selama tahun 2017 sebesar Rp 6.000.000 dan selama sebulan sebesar Rp 500.000.
C. Analisis Hasil Penelitian
1. Klasifikasi Biaya Droup Out Coffee
Analisis break even point menghendaki adanya pemisahan biaya berdasarkan perilakunya. Biaya-biaya yang terjadi dalam perusahaan harus digolongkan sesuai dengan perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan kegiatan atau aktivitas perusahaan. Pemisahan biaya tersebut antara lain:
a) Biaya Tetap
Biaya tetap yang terdapat pada proses pembuatan kopi pada tahun 2017 b) Biaya Variabel
Biaya variabel yang terdapat pada proses pembuatan kopi pada tahun 2017
Tabel 4.11
Pemisahan Biaya Tetap dan Biaya Variabel Produksi Kopi Biaya Biaya Variabel Biaya Tetap Total Biaya Operasi Produksi
Biaya Bahan Baku 13.205.000
Biaya Overhead Pabrik :
Biaya Bahan Penolong 7.263.000
Biaya Gas 6.905.000
Biaya Listrik 1.000.000 5.000.000
Biaya Penyusutan Peralatan 6.768.750
Biaya Gaji 58.800.000
Biaya Perawatan dan Pemeliharaan
1.378.600 6.500.000
Biaya Penyusutan Bangunan 6.000.000
Total Biaya Keseluruhan 29.751.600 83.068.750 112.820.350
Sumber : Olah Data
Biaya variabel dan biaya tetap pada tahun 2017 untuk produksi kopi sebesar Rp 29.751.600 dan Rp 83.068.750, jadi total keseluruhan biayanya sebesar Rp 112.820.350. Pada biaya variabel dibebankan kepada masing- masing produk sebesar 50% untuk produk drip coffee, produk french press coffee sebesar 29% dan untuk produk kopi tubruk sebesar 21%.
2. Pemisahan Biaya Semi Variabel
Biaya semi variabel yang timbul pada tahun 2017 untuk biaya listrik dan biaya perawatan dan pemeliharaan sebesar Rp 5.000.000 dan Rp 6.500.000 untuk biaya tetap sedangkan untuk biaya variabel sebesar Rp 1.000.000 dan Rp 1.378.600.
3. Volume dan Hasil Penjualan a. Jenis dan Harga Kopi
Harga jual kopi pada Droup Out Coffee dari Januari sampai Desember 2017 tidak mengalami perubahan. Secara terperinci jenis dan harga pada Droup Out Coffee dapat dilihat pada tabel 4.12
Tabel 4.12
Jenis dan Harga Produk kopi Jenis Drip Coffee French Press
Coffee
Kopi Tubruk
Harga Rp 12.000/ gelas Rp 11.000/ gelas Rp 10.000/ gelas
Sumber : Olah Data
Dari tabel diatas diketahui jenis dan harga kopi pada D.O Coffee dalam memproduksinya. Harga untuk drip doffeeper gelas dijual dengan harga Rp 12.000. Harga untuk french press coffee per gelas dijual dengan harga Rp 11.000 Sedangkan untuk harga kopi tubruk dijual dengan harga Rp 10.000 per gelas.
b. Hasil Penjualan
Penjualan D.O coffee bulan Januari sampai bulan Desember tahun 2017 setiap harinya tidak tetap, yang membedakan adalah ketika di gunakan untuk bazar maka penjualan akan meningkat dan setiap minggunya sering di adakan bazar. Volume penjualan dan pendapatan D.O coffee pada tahun 2017 dapat dilihat pada tabel:
Tabel 4.13
Data Penjualan dan Pendapatan Produk Drip Coffee Selama Tahun 2017 dalam Jumlah Rupiah
Periode
Drip Coffee
Penjualan Harga Pendapatan
Januari 776 12.000 9.312.000
Februari 794 12.000 9.528.000
Maret 876 12.000 10.512.000
April 823 12.000 9.876.000
Mei 811 12.000 9.732.000
Juni 832 12.000 9.984.000
Juli 672 12.000 8.064.000
Agustus 769 12.000 9.228.000
September 846 12.000 10.152.000
Oktober 785 12.000 9.420.000
November 843 12.000 10.116.000
Desember 851 12.000 10.212.000
Total 9.678 116.136.000
Sumber : Olah Data